Kelipatan positif dari 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, ....
Kelipatan positif dari 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32,36, 40, ....
Persekutuan dari 5 dan 4 adalah 20, 40, ....
Kelipatan persekutuan terkecil adalah 20
Definisi 5.1
Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bulat. m adalah kelipatan
persekutuan dari a dan b jika dan hanya jika am dan bm.
Definisi 5.2
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan bulat tidak nol a dan
b adalah suatu bilangan bulat positif m (ditulis “[a, b] = m”), apabila
memenuhi am dan bm,
Teorema 5.1
Jika c adalah suatu kelipatan persekutuan dari dua bilangan bulat tidak nol a
dan b maka KPK dari a dan b membagi c, yaitu [a, b]c.
Bukti :
Misalkan [a, b] = m maka harus ditunjukkan bahwa mc.
Andaikan mc maka menurut algoritma pembagian, ada bilangan-bilangan
Teorema 5.2
Teorema 5.3
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat yang keduanya positif maka : (a, b)
[a, b] = ab.
Bukti :
Jika (a,b) = 1 maka ab adalah suatu kelipatan persekutuan dari a dan b,
menurut teorema maka [a, b]ab.
Selain itu, menurut akibat teorema karena a[a, b] dan b[a, b] dengan (a, b)
= 1 maka ab[a, b] dan karena
[a, b]ab maka disimpulkan [a, b] = ab.
Selanjutnya apabila (a, b) = d maka
( ad , bd ) =1
a b ab
Berdasarkan pada kesimpulan =
[ ]
,
d d d2
2
Jika kedua ruas dikalikan d maka diperoleh
a b
d
2 [ ],
d d = ab
d[a, b] = ab
(a, b)[a, b] = ab
Latihan :
Benar atau salahkah pernyataan-pernyataan berikut ini! Jika benar buktikan
dan jika salah berilah suatu contoh!
1. Jika (a, b) = (a, c) maka [a, b] = [a, c].
2. jika d (a, b) maka d [a, b].
3. (a, b) = [a, b] jika dan hanya jika a = b.
4. Jika c suatu kelipatan persekutuan dari a dan b maka
(a, b) c.
5. Jika a b maka [a, b] = b.
BAB 6
BILANGAN PRIMA
Definisi 6.1
Suatu bilangan bulat p > 1 yang tidak mempunyai faktor positif kecuali 1 dan
p, maka p disebut bilangan prima. bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dan
bukan prima disebut bilangan komposit.
Contoh 1
Bilangan prima = 2, 3, 5, 7, 11,….
Bilangan komposit = 4, 6, 8, 9, 10, ….
1 bukan bilangan prima dan bukan bilangan komposit oleh karena itu 1
disebut dengan Unit
Teorema 6.1
Setiap bilangan bulat n, n > 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan prima.
Bukti :
Jika n bilangan prima maka nn, teorema terbukti. Apabila n sebarang
bilangan komposit maka mempunyai faktor selain 1 dan n.
Misalkan d1 maka ada n1 sehingga
n = d1n1 dengan 1 < n1< n
Jika n1 bilangan prima maka n1 n, teorema terbukti. Tetapi jika n1 bilangan
komposit, maka ada n2 sehingga
n1 = d2n2 dengan 1 < n2 < n1
Jika n2 bilangan prima maka n2 | n1. Karena n2 | n1 dan n1| n maka n2 | n,
teorema terbukti. Tetapi jika n2 bilangan komposit, maka ada n3 sehingga
n2 = d3n3 dengan 1 < n3 < n2.
Demikian seterusnya, sehinga terdapat barisan n, n 1, n2, n3, ... dengan n > n 1 >
n2 > n3 > ... dan setiap ni > 1.
Penguraian atas faktor-faktor komposit tersebut tentu berakhir dengan faktor
prima, karena faktor-faktornya lebih kecil dari bilangan yang diuraikan dan
tentu lebih besar dari 1.
Misalkan penfaktoran tersebut berakhir pada faktor prima nk maka:
nk| n, karena nk| n k-1,nk-1| n k-2, ......,n1 | n.
Contoh 2
180 = 2. 2. 3. 3. 5 atau ditulis 180 = 2. 3. 2. 3. 5, dsb
Teorema 6. 2
Setiap bilangan bulat positif n > 1 dapat dinyatakan sebagai hasil kali
bilangan-bilangan prima.
Bukti:
Dari teorema 5.1 kita mengetahui ada bilangan prima p 1 sehingga p1| n. Maka
ada n1 sehingga n = p1n1 dengan 1 n1 < n
jika n1 = 1 maka n = p1 berarti n bilangan prima.
jika n1 > 1 maka dengan teorema 4.2, ada bilangan prima p 2 yang membagi n1,
sehingga
n1 = p2 n2 dengan 1 n2 < n1 dan seterusnya
jika n2 = 1 maka n1 = p2 berarti n = p1 p2 bilangan prima.
jika n2 > 1 maka dengan teorema 4.2, ada bilangan prima p 3 yang membagi n2,
sehingga
n2 = p3 n3 dengan 1 n3 < n2
Jika n3 = 1 maka n2 = p3 sehingga n = p1 p2 p3. terbuktilah teorema itu tetapi
jika n3 > 1 proses seperti di atas kita lanjutkan sehingga kita memperoleh n k =
1 maka n = p1a1 p2a2 p3a3...pkak adalah bilangan bulat positif n > 1 yang
dinyatakan sebagai hasil perkalian bilangan prima.
Contoh 3 :
180 = 22. 32. 5
Definisi 6.2
Bentuk n = p1a1 p2a2 p3a3...pkak disebut representatif n sebagai hasilkali bilangan-
bilangan prima, sering pula bentuk itu disebut bentuk kanonik n
Teorema 6.2 di atas sangat membantu dalam menentukan FBB dan KPK dua
bilangan bulat a dan b dengan mengunakan faktor-faktor prima dan bentuk-
bentuk kanoniknya. Tetapi sebelum itu, perlu dikenal lebih dahulu notasi
berikut ini:
min (x.y) = menyatakan nilai minimum di antara x dan y
maks (x,y) = menyatakan nilai maksimum di antara x dan y.
Misalkan : min (5,3) =3 maks (5, 3) = 5
Misalkan c dan d adalah bilangan bulat positif yang dinyatakan dalan
perkalian bilangan asli sebagai berikut :
p a p a2 p 3 p 4 . . .. .. p
a a a
c=
k
1 1 2 3 4 k
p b p b2 p 3 p 4 . .. . .. . p
b b b
d=
k
1 1 2 3 4 k
dengan i = 1,2,3,.....k
[c,d] =
2 k
1 2 3 k
dengan si = mak(ai,bi) untuk i = 1, 2, 3, ...k
Contoh 4:
misalkan c = 216 dan d = 117
Maka penguraian atas faktor-faktor prima dari bilangan-bilangan tsb
216 = 23. 33
117 = 32 .13
Penguraian itu dapat dinyatakan sebagai berikut:
216 = 23.33. 130
117 = 20.32.13 1
( 216,117) = 2 min (0,3) 3 min (3,2) 13 min( 0,1) = 20.32.130 = 9
Coba anda periksa apabila (216, 117) ditentukan dengan algoritma euclides
[ 216,117] = 2 maks ( 0,3) 3 maks (3,2) 13 min (0,1) = 23.33.131 = 2808
Untuk memeriksa hasil ini, kita gunakan teorema 5.3.
Teorema 6.3
Jika bilangan komposit, maka n memiliki faktor k sedemikian hingga 1< k
√n
Bukti :
Karena n bilangan komposit, maka ada bilangan-bilangan bulat k dan m
sehingga n = km , dengan 1< k < n dan 1 < m < n.
Jadi satu di antara k atau m mesti lebih kecil atau sama dengan √n misalkan
√n
Kontraposisi dari teorema 4.3 benar pula, yaitu jika n tidak memiliki faktor k
√n .
Kontraposisi dari teorema 4.4 benar pula, yaitu jika n tidak memiliki faktor
prima yang lebih kecil atau sama dengan √n maka n bilangan prima.
Kontraposisi ini dapat pula dikatakan demikian jika n bilangan bulat positif
yang tidak memiliki faktor prima yang lebih kecil atau sama dengan k, yaitu
bilangan bulat terbesar sehingga k 2 n, maka n bilangan prima. Sedangkan
kontraposisi teorema 4,4 dapat pula di katakan sebagai berikut :
Jika n bilangan bulat positif yang tidak memiliki faktor k sehingga k 2 n maka
n bilangan prima .
Contoh 5 :
Periksalah apakah 907 bilangan prima atau bilangan komposit?
Jawab :
Diperiksa apakah 907 terbagi oleh bilangan-bilangan prima 2,3,5,7...atau 29, k
diambil 29 karena 302 < 907 sedangkan 312 > 907 karena bilangan-bilangan
prima itu tidak ada yang membagi habis 907 maka 907 suatu bilangan prima.
Latihan
Selesaikan soal-soal berikut!
1. dengan menggunakan faktorisasi prima tentukanlah FPB dan KPK
20,24,35 dan 54?
2. Selidiki manakah bilangan di bawah ini yang saling prima
a. 4, 6, dan 16
b.9, 20 dan 41
c. 27, 51 dan 60
d.11, 24 dan 25
3. Jika p suatu bilangan prma ganjil yang tidak sama dengan 5, buktikanlah
bahwa p2 – 1 atau p2 + 1 terbagi oleh 10. (petunjuk: ambil p salah satu
bentuk 5n + 1, 5n + 2, 5n + 3 atau 5n + 4).
4. Jika p dan q kedua-duanya bilangan prima sedemikian hingga p q 5,
buktikan bahwa 24 | (p2 – q2).
BAB 7
FAKTORISASI TUNGGAL
Teorema 6.5
Jika p bilangan prima dan p| ab maka p| a atau p| b
Bukti :
Karena p bilangan prima, maka p hanya mempunyai faktor-faktor 1 dan p.
Sehinga (a,p) = 1 atau (a,p) = p untuk bilangan bulat a sembarangan.
jika (a,p) = 1 maka p|b , karena p| ab
jika (a,p) = p maka p| a jadi p|a atau p|b , karena p| a
Teorema 6.6
Jika p bilangan prima dengan p| a 1.a2. a3....an maka p|ak untuk suatu k dengan
1 k n.
Bukti :
Dengan induksi matematika,Untuk n = 1 berarti p|a 1 jelas benar. Untuk n = 2
berarti p|a1 a2, karena p bilangan prima maka p |a1 atau p|a2 (teorema 4,6)
Diambil sebagai hipotesis induksi bahwa 2 < t < n yaitu p|a 1.a2.a3...at maka p|
as untuk suatu s dengan 2 < s < t .
Pandangan p|a1.a2.a3...an atau p| (a1.a2.a3...an-1)(an). Menurut teorema 4,6 maka
p| an atau p| a1.a2.a3…an-1. jika p| an benar, maka teorema terbukti. Jika p|
a1.a2.a3…an-1 atau p|( a1.a2.a3…an-2) (an-1) maka p | a1.a2.a3…an-2 atau p|an-1. Jika
p|an-1 benar maka terbuktilah teorema tersebut jika p| a 1a2a3….an-2 dan
seterusnya, maka bagaimanapun p membagi salah satu dari a1.a2.a3…an
Teorema 6.7
Jika p, q1, q2, q3,..., q4 semua bilangan prima dan p| q1.q2.q3 ...qn maka p = qk
untuk suatu k dengan 1 k n.
Teorema 6.9
Banyaknya bilangan prima adalah tak terhingga
Contoh 6 :
Barisan bilangan prima 3, 7, 11, 19, 23, ....
Suku ke-n barisan itu adalah (4n – 1) yang banyaknya adalah tak hingga
Teorema 6.10
Jika dalam barisan bilangan prima pn menyatakan bilangan prima ke n, maka
n−1
2
pn 2
Bukti :
Pembuktian teorema 6.10 dengan induksi matematika
0
2
untuk n =1 maka p1 2 benar
k-1
2
teorema itu benar untuk n = k yaitu pk 2
karena bilangan prima pertama adalah 2, selanjutnya akan dibuktikan benar
untuk n > 1. dan harus dibuktikan bahwa
2k
Pk + 1 2
Pk+1 (p1.p2.p3....pk) + 1
2 3 k-1
2 2 2
Pk+1 ((2) (22) ( 2 ) ( 2 ) ...( 2 )) + 1
1+2+2 2+23 +.. . .. + 2 k-1
Pk+1 ( 2 +1)
Dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa 1+2+22+23+....+2k-1 = 2k-1, karena
termasuk deret geometri dengan rasio 2 sehingga
k
2 -1
pk+1 ( 2 ) +1
k
2 -1
Karena 1 2 untuk bilangan asli manapun maka
k k
2 -1 2 -1
pk+1 2 + 2
k
2
pk+1 2
n-1
2
Karena rumus pn 2 benar untuk n = k maka telah ditunjukan benar pula
untuk n = k +1 . Sehingga rumus tersebut benar untuk semua bilangan asli n
Latihan
1. Buktikanlah bahwa untuk k 1, maka banyaknya bilangan prima
berbentuk (4k-1)adalah tak terhingga.demikian pula untuk (4k-3)
2. Buktikanlah bahwa jika p suatu bilangan prima dan p|ak maka p|a
3. Tunjukanlah bahwa jika n bilangan komposit maka 2n-1 bilangan
komposit pula
4. jika n suatu bilangan ganjil, tunjukanlah bahwa ada bilangan kuadrat
yang jika ditambahkan pada n memberikan bilangan kuadrat pula.
5. Tentukanlah bilangan prima p sedemikian hingga (17p + 1 ) suatu
bilangan kuadrat
BAB 8
KEKONGRUENAN
Definisi 8.1
Jika m suatu bilangan bulat positif maka a kongruen dengan b modulo m
(ditulis a ≡ b (mod m) bila dan hanya bila m membagi (a-b). Jika m tidak
membagi (a-b) maka dikatakan bahwa a tidak kongruen dengan b modulo m
(ditulis a b (mod m ))
Contoh 1 :
25 1 (mod 4 ) sebab (25 -1) terbagi habis oleh 4
31 5 (mod 6) sebab (31-5) tidak terbagi oleh 6
Teorema 8.1
a b (mod m) bila dan hanya bila ada bilangan bulat k sehingga a = mk + b.
Bukti :
a b (mod m) bila dan hanya bila m | (a-b) yang berarti ada bilangan bulat k
sehingga (a-b) = mk ... definisi 8.1
Sehingga a b (mod m) bila dan hanya bila a-b = mk untuk suatu bilangan
bulat k. ........... (1)
Tetapi karena a-b = mk sama artinya dengan a = mk + b ......(2)
Dari (1) dan (2) maka a b (mod m) bila dan hanya bila a = mk + b
Contoh 2:
26 4 (mod 11) sama artinya dengan 26 = 11. 2 + 4.
Teorema 8.2
Setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan tepat satu di antara 0, 1, 2,
3,.., (m-1).
Bukti :
Kita telah mempelajari bahwa jika a dan m bilangan – bilangan bulat dan m >
0, maka a dapat dinyatakan sebagai.
a= mq + r dengan 0 r < m
a- r = mq
a r (mod d) karena 0 r < m
maka ada m buah pilihan untuk r, yaitu 0,1,2,3,…, (m-1).
Definisi 8.2
Pada a r (mod m) dengan 0 r < m, maka r disebut residu terkecil dari a
modulo m. untuk kongkuruen ini {0, 1, 2, 3, .., (m-1)}disebut himpunan residu
terkecil modulo m.
Contoh 3 :
Residu tekecil dari 71 modulo 2 adalah 1
Residu terkecil dari 71 modulo 3 adalah 2
Residu terkecil dari 34 modulo 5 adalah 4
Walaupun 34 9 (mod 5) tetapi 9 bukan residu terkecil dari 34 (mod 5).
Teorema 8.3
a b (mod m) bila dan hanya bila a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi
m.
Bukti :
a b (mod m) maka,
a r (mod m) dan b r (mod m) dengan 0 r < m.
a r (mod m) berarti a mq + r untuk suatu q
b r (mod m) berarti b mt + r untuk suatu r
ini berarti a dan b memiliki sisa yang sama, yaitu r, jika dibagi m.
Misalkan a memiliki sisa r jika dibagi m berarti a mq + r dan b memiliki
sisa r jika dibagi m, berarti b mt + r.
dari kedua persamaan itu diperoleh bahwa
a – b = m (q – t ) berarti m | ( a – b ) atau a b (mod m).
Jadi menurut teorema-teorema terdahulu, ungkapan-ungkapan berikut
mempunyai arti yang sama yaitu:
”n 7 (mod 8)” , “n 7 + 8k untuk suatu bilangan bulat k ” ,
”n dibagi 8 tersisa 7”
Definsi 8.3
Himpunan bilangan bulat r1, r2, r3,..., rm disebut sistem residu lengkap modulo
m bila dan hanya bila setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan satu
dan hanya satu di antara r1, r2, r3,..., atau rm.
Contoh 4 :
1. { 45, -9, 12, -22, 24} adalah suatu sistem residu lengkap modulo 5. dapat
diperiksa bahwa.
45 0 (mod 5)
-9 1 (mod 5)
12 2 (mod 5)
-22 3 (mod 5)
24 4 (mod 5)
2. {0,1,2,3,4,} juga merupakan suatu sistem residu lengkap modulo
5,sekaligus sebagia himpunan residu terkecil modulo 5
Teorema 8.4
Jika a b ( mod m ) dan c d (mod m) maka a c b d (mod m )
Bukti :
a b ( mod m ) berarti a ms + b
c d ( mod m ) berarti c mt + d
jika kedua persamaan di jumlahkan maka diperoleh :
a + c = (ms + b ) + (mt + d)
a + c = m (s + t ) + ( b + d ), berarti a + c b + d ( mod m ) .
dengan cara yang sama maka diperoleh a – c b – d ( mod m )
Teorema 8.5
Jika a b ( mod m ) dan c d (mod m) maka ax + cy bx + dy (mod m )
Bukti :
a b ( mod m ) berarti a ms + b
c ( mod m ) berarti c mt + d
jika kedua ruas persamaan pertama dikalikan x dan kedua ruas persamaan
kedua dikalikan y diperoleh
ax = msx + bx . dan
cy = mty + dy.
Dengan penjumlahan dari kedua persamaan ini diperoleh
ax + cy = (msx + bx) + (mty + dy )
ax + cy = m (sx + ty ) + ( bx + dy )
(ax + cy ) – ( bx + dy ) = m (sx + ty )
Persamaan terakhir ini berarti bahwa
m | [(ax + cy ) – ( bx + dy ) ] atau ax + cy bx + dy ( mod m)
Teorema 8.6
Jika ac bc (mod m ) dan ( c,m ) =1 maka a b ( mod m )
Bukti :
ac bc (mod m ) berarti m | (ac – bc ) atau m | c ( a – b )
m | c ( a – b ) dengan ( c,m ) = 1 maka m | ( a – b ) berarti a b ( mod m )
Teorema 8.7
m
Jika ac bc (mod m ) dan (c,m) = d maka a b (mod d )
Bukti:
ac bc (mod m ) berarti m | (ac – bc ) atau m | c ( a – b ) maka
m c
d | d (a – b) karena d adalah FPB dari c dan m.
c m
(c,m) = d maka ( d , d ) = 1
m m m c m
karena ( d , d ) =1 dan d | d (a – b) berarti a b (mod d )
Contoh 5 :
Tentukan x yang memenuhi 2x 4 (mod 6 )
2x 2.2 (mod 6) karena ( 2, 6) = 2 maka x 2 (mod 3)
Latihan
1) a a (mod m) sifat refleksif
2) jika a (mod m) maka b a ( mod m ) sifat simetris
3) jika a b ( mod m ) b c ( mod m ) maka a c ( mod m ) sifat transitif
4) Jika p q ( mod m ) maka q p ( mod m )
5) Jika p q ( mod t ) dan q r ( mod t ) maka p r ( mod t )
6) p | a bila dan hanya bila a 0 ( mod p )
Benar (B) atau Salah (S) pernyataan- pernyataan di bahwa ini jika benar
buktikan / tunjukkan kebenarannya dan jika salah berilah contoh/ alasannya
1) 91 0 (mod 7 )
2) -2 2 ( mod 8 )
3) Residu terkecil dari 41 modulo 11 adalah -8
4) Jika ap aq (mod m ) maka p q ( mod m )
5) Jika a b ( mod p ) maka am bm ( mod p )
6) Jika x 2 ( mod 5 ) maka 2x2 – x + 3 4 ( mod 5 )
7) Jika a, b, dan c, bilangan- bilangan bulat maka
a2 + b2 + c2 7
BAB 9
PERKONGRUENAN LINIER
Teorema 10.1
Jika (a,m) b maka perkongruenan linier ax b (mod m) tidak memiliki
solusi.
Bukti :
Kita akan buktikan kontraposisinya yaitu jika ax b (mod m) memiliki solusi
maka ( a, m ) | b.
Misalakan r adalah solusi dari ax b (mod m) maka
ar b (mod m) sehingga ar – b = km untuk suatu bilangan bulat k perhatikan
bahwa ar – b = km. Karena (a, m) | a dan (a, m) | km maka (a, m) | b.
Contoh 1 :
6x 7 ( mod 8 ), karena (6, 8) = 2 dan 2 7 maka pengkongruenan linier 6x 7
( mod 8 ) tidak mempunyai solusi.
Teorema 10.2
Jika (a, m) = 1 maka pengkongruenan linier ax b (mod m) mempunyai tepat
satu solusi.
Bukti :
Karena (a , m) = 1, maka ada bilangan bulat r dan s sehingga
ar + ms = 1. jika kedua ruas dari persamaan ini dikalikan b diperoleh
(ar) b + (ms) b = b
a (rb) + m (sb ) = b
a (rb) – b = – (sb) m
persamaan terakhir ini berarti bahwa a (rb) – b adalah kelipatan m
Sehingga a (rb) b (mod m).
Maka residu terkecil dari rb modulo m adalah solusi dari perkongruenan
linier itu. Sekarang tinggal menunjukan bahwa solusi itu tunggal andaikan
solusi perkongruenan linier itu tidak tunggal, katakanlah r dan s masing-
masing solusi, maka:
ar b (mod m) dan as b (mod m)
dengan sifat transitif diperoleh ar as (mod m), karena (a, m) = 1 maka r s
(mod m) hal ini berarti m | (r – s)
Tetapi karena r dan adalah solusi-solusi dari perkongruenan itu, maka r dan s
masing-masing residu terkecil modulo m sehingga,
0 r < m dan 0 s < m
Dari kedua ketidaksamaan ini diperoleh bahwa –m < r – s < m, tetapi karena
m | ( r – s ) maka r – s = 0 atau r = s.
Ini berarti bahwa solusi dari perkongruenan linier tunggal (terbukti)
Salah satu cara menyelesaikan perkongruenan linier adalah
memanipulasi koefisien atau konstan pada perkongruenan itu sehingga
memungkinkan kita untuk melakukan konselasi (penghapusan )
Contoh 2 :
Selesaikan 4x 1 (mod 15)
Jawab :
4x 1 (mod 15)
4x 16 (mod 15) , sebab 1 16 ( mod 15)
x 4 (mod 15)
Jadi 4 adalah solusi dari perkongruenan 4x 1 (mod 15)
Contoh 3 :
Selesaikanlah 14x 27 (mod 31)
Jawab :
14x 27 (mod 31)
14x 58 (mod 31) , sebab 27 58 ( mod 31 )
7x 29 (mod 31)
7x 91 (mod 31), sebab 29 91 ( mod 31 )
x 13 (mod 31), sebab (7,31) = 1
jadi 13 adalah solusi dari 14x 27 (mod 31 )
Teorena 10.3
Jika (a, m) = d dan d | b maka ax b (mod m) mempunyai tepat d solusi.
Bukti :
(a,m) = d berarti ada a’ dan m’ sehingga a = da’ dan m = dm’
d | b berarti ada b’sehingga b = db’
sehingga dari ax b ( mod m ) memberikan
da’x db’ (mod dm’) atau a’x b’ (mod m’)
dari (a, m) = d memberikan (dm’, dm) = d atau (a’,m’) = 1 menurut teorema
5.11 jika (a’,m’) =1 maka a’x b’ (mod m’) memiliki satu solusi. Misalkan
solusi itu r, maka d buah bilangan, yaitu r, r + m’, r + 2m’, ..., r + (d – 1) m’
atau r + km’ untuk k = 0, 1, 2, 3, .., (d – 1) semuanya adalah solusi dari
perkongruenan ax b ( mod m ). Hal ini ditunjukan demikian.
Pertama, setiap r + km’ dengan k = 0,1,2,3,...., (d – 1) memenuhi
perkongruenan ax b ( mod m )
ax = a (r + km’) = da’ (r + km’)
= da’r + da’ km’
= a’rd + a’ km’ d
Karena a’r b’ (mod m’) dan m’d = m maka
ax a’rd + a’ km’ d (mod m)
b’d + a’ km (mod m)
b’d ( mod m ) ( mengapa ? )
ax b (mod m) karena b = b’d
jadi r + km’ untuk k = 0, 1, 2, 3,..., (d – 1) memenuhi perkongruenan ax (mod
m).
Kedua, setiap r + km’ dengan k = 0, 1, 2, 3,..., (d – 1) adalah residu terkecil
modulo m. Ditunjukan demikian.
r adalah solusi dari a’x b’ (mod m’) berarti r 0 sehingga
0 r + km’
r + km’ r + (d – 1)m’ untuk setiap k = 0,1,2,3,..., (d – 1)
r + (d – 1) m’ < m’ + (d – 1) m’ = dm ’ = m
jadi 0 r + km’ < m
ini mengatakan bahwa r + km’ untuk k = 0, 1, 2, 3, ..., (d – 1) adalah residu-
residu terkecil modulo m.
Ketiga, tak ada dua bilangan di antara r + km’ untuk k = 0, 1, 2, ..., (d – 1) yang
kongruen modulo m, sebab r + km’ untuk k = 0, 1, 2, ..., (d – 1) adalah residu-
residu terkecil modulo m yang berbeda. Sampai di sini telah ditunjukan
bahwa perkongruenan linier ax b (mod m) memiliki d solusi.
Sekarang kita akan tunjukkan tidak ada solusi lain, kecuali d buah
solusi tersebut.
Misalkan s adalah solusi lain maka
as b (mod m) dan ar b (mod m), sehingga as ar b (mod m)
Karena (a, m) = d dan as ar (mod m) diperoleh bahwa
m
s r (mod d )
s r (mod m’) karena m = dm’
ini berarti s – r = tm’ atau s = r + tm’ untuk suatu bilangan bulat t bilangan
bulat t. Karena s adalah residu terkecil modulo m, sedangkan semua residu
terkecil modulo m berbentuk r + km’ dengan k = 0, 1, 2, 3, ...., ( d – 1 ) maka s
= r + tm’ adalah salah satu di antara r + km’. Jadi tak ada solusi lain kecuali d
buah solusi, yaitu r + km’ dengan k = 0, 1, 2, 3, ..., ( d – 1 ) lengkapilah
pembuktian teorema itu.
Contoh 4 :
Selesaikanlah 6x 15 (mod 33)
Jawab:
(6, 33) = 3 berarti 6x 15 (mod 33) mempunyai 3 solusi
6x 15 (mod 33)
2x 5 (mod 11)
2x 16 (mod 11)
x 8 (mod 11)
maka bilangan –bilangan bulat yang memenuhi x 8 (mod 11) dan
merupakan residu terkecil modulo 33 adalah 8, 19, dan 30. masing-masing
merupakan solusi dari 6x 15 (mod 33).
Contoh 5 :
Misalkan kita harus menyelesaikan 9x + 16y = 35
9x + 16y = 35 berarti 16y 35 (mod 9)
7y 35 (mod 9)
y 5 (mod 9)
berarti y = 5 + 9t untuk suatu bilangan bulat t .
nilai y ini disubstitusikan pada 9x + 16y = 35 memberikan
9x + 16 ( 5 + 9t ) = 35
9x + 144t = -45
x + 16t = -5
x = -5 – 16t
sehingga himpunan penyelesaian dari 9x + 16y = 35 adalah
{ ( x,y ) | x = -5 – 16t , y = 5 + 9t dan t bilangan bulat }
jika t = 0 maka x = -5, y = 5 , sehingga ( -5,6 ) adalah suatu penyelesaian dari
persamaan 9x + 16y = 35
Catatan:
(mi,mj) = 1 untuk i ≠ j dengan i = 1, 2, 3, ..., k dan j = 1, 2, 3,.., k dikatakan
bahwa m1 m2m3...., mk saling prima dua-dua.