Anda di halaman 1dari 13

Bab II Bilangan Prima

BAB II

BILANGAN PRIMA

KOMPETENSI DASAR

Mahasiswa dapat memahami konsep bilangan prima, faktorisasi tunggal dan


penerapannya dalam pemecahan masalah.

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. Mahasiswa dapat menyatakan konsep bilangan prima.

2. Mahasiswa dapat membuktikan beberapa teorema yang berkaitan dengan


bilangan prima.

3. Mahasiswa dapat menyatakan bentuk kanonik suatu bilangan

4. Mahasiswa dapat menentukan FPB dari beberapa bilangan dengan faktorisasi


prima

5. Mahasiswa dapat menentukan KPK dari beberapa bilangan dengan faktorisasi


prima

6. Mahasiswa dapat menguji suatu bilangan merupakan bilangan prima atau bukan

URAIAN MATERI

A. Bilangan Prima

Bilangan prima telah dibahas selama ratusan tahun, bahkan di mulai beberapa abad
sebelum Masehi. Pythagoras pada sekitar abad 6 SM telah mempelajari sifat-sifat
bilangan di antaranya bilangan prima. Sedangkan pada abad 5 SM Euclides
mengembangkan konsep-konsep dasar bilangan, diantaranya pembuktian secara
formal (matematis) bahwa banyaknya bilangan prima adalah tak terbatas. Pada abad
3 SM Erastosthenes membakukan karya Saringan Erastosthenes untuk membuat

Sri Subarinah Teori Bilangan 16


Bab II Bilangan Prima

daftar bilangan prima. Berikut ini akan dibahas bilangan prima melalui beberapa
definisi dan teorema. Dan masih ada beberapa penemuan untuk membuat rumus
tentang bilangan prima.

Definisi 2.1

Suatu bilangan bulat p > 1 disebut bilangan prima jika p tidak mempunyai faktor
positif kecuali 1 dan p.

Definisi 2.2

Jika a > 0, a bilangan bulat positif dan a mempunyai lebih dari dua faktor (bukan
bilangan prima), maka a disebut bilangan komposit.

Menurut definisi 2.1 dan 2.2, 1 bukan bilangan prima dan juga bukan bilangan
komposit, bilangan 1 disebut unit. Jadi himpunan bilangan asli terdiri 3 himpunan
bagian yang saling lepas, yaitu himpunan unit, himpunan semua bilangan prima, dan
himpunan semua bilangan komposit.

Contoh:

Bilangan-bilangan 2, 3, 5, dan 7 adalah bilangan prima, sebab:

 2 adalah bilangan lebih dari 1 dan hanya mempunyai tepat dua faktor yaitu 1 dan
2.

 3 adalah bilangan lebih dari 1 dan hanya mempunyai tepat dua faktor yaitu 1 dan
3.

 5 adalah bilangan lebih dari 1 dan hanya mempunyai tepat dua faktor yaitu 1 dan
5.

 7 adalah bilangan lebih dari 1 dan hanya mempunyai tepat dua faktor yaitu 1 dan
7.

Bilangan-bilangan 4, 6, 8, dan 9 bukan bilangan prima, sebab:

 4 adalah bilangan lebih dari 1 dan mempunyai lebih dua faktor yaitu 1, 2 dan 4.

Sri Subarinah Teori Bilangan 17


Bab II Bilangan Prima

 6 adalah bilangan lebih dari 1 dan mempunyai lebih dua faktor yaitu 1, 2, 3 dan
4.

 8 adalah bilangan lebih dari 1 dan mempunyai lebih dua faktor yaitu 1, 2, 4 dan
8.

 9 adalah bilangan lebih dari 1 dan mempunyai lebih dua faktor yaitu 1, 3 dan 9.

Teorema 2.1

Jika sisa pembagian b oleh a saling prima dengan a, maka b saling prima dengan a.

Bukti: Pakai teorema 1.13

Contoh:

Karena 110 = 2 . 53 + 4 dan FPB(4, 53) = 1, maka FPB(110, 53) = 1.

Dengan kata lain sisa pembagian 110 oleh 53 adalah 4 saling prima dengan 53, sehingga
110 saling prima dengan 53.

Teorema 2.2

Setiap bilangan bulat n > 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan prima.

Bukti:

(i) Jika n prima, maka n | n (terbukti)

(ii) Jika n bukan bilangan prima, mana n mempunyai faktor selain 1 dan n, misalkan
a1.

Maka a1| n dan ada bilangan bulat positif k1 sedemikian sehingga n = a1 k1.

Karena a1 ≠ 1 dan a1 ≠ n, maka 1 < a1 < n.

Jika a1 bilangan prima, maka a1 | n (bukti selesai).

Jika a1 bukan bilangan prima, yaitu bilangan komposit, maka ada a2 dan k2

sehingga a2 | a1 dan a1 = a2 k2 dengan 1 < a2 < a1.

Jika a2 bilangan prima, maka a2 | a1, dan karena a1| n, maka a2| n (bukti selesai)

Sri Subarinah Teori Bilangan 18


Bab II Bilangan Prima

Jika a2 bukan bilangan prima, yaitu bilangan komposit, maka ada a3 dan k3
sehingga a3 | a2 dan a2 = a3 k3 dengan 1 < a3 < a2.

Langkah ini diteruskan sehingga terdapat barisan bilangan-bilangan n, a1, a2, a3,
… dengan ai > 1 dan n > a1 > a2 > a3 > …. Penguraian faktor-faktor prima
tersebut tentu saja berakhir dengan faktor prima yang lebih kecil dari n dan lebih
besar dari 1.

Misalkan am adalah faktor prima terkecil dari n, maka am | n, karena am | mm-1, am-1
| mm-2, am-2 | mm-3, …, a1 | n.

Contoh:

 5 | 5, di mana 5 adalah bilangan prima.

 2 | 10, dan 5 | 10, di mana 2 dan 5 adalah bilangan-bilangan prima.

 3 | 91, 7 | 91, 13 | 91, dan 17 | 91, di mana 3, 7, 13, dan 17 adalah bilangan-
bilangan prima.

Teorema 2.3

Ada tak hingga banyaknya bilangan prima.

Teorema 2.4

Jika n bilangan bulat dengan n > 1, maka n bilangan prima atau n dapat dinyatakan
sebagai perkalian bilangan-bilangan prima.

Contoh:

 6=2.3

 10 = 2 . 5

 18 = 2 . 3 . 3

 25 = 5 . 5

 30 = 2 . 3 . 5

Sri Subarinah Teori Bilangan 19


Bab II Bilangan Prima

Definisi 2.3

Bentuk n= p1 p2 p 3 p 4 … p k disebut representasi n sebagai hasilkali bilangan-bilangan


prima atau bentuk kanonik dari n.

Hasil ini dapat dibandingkan dengan cara menggunakan algoritma Euclides.

Teorema 2.5

Jika n bilangan komposit, maka n mempunyai factor k sedemikian sehingga


1<k ≤ √ n.

Bukti:

Karena n bilangan komposit, maka ada bilangan-bilangan bulat k dan m sedemikian


sehingga

n = km dengan 1 < k < n dan 1 < m < n.

Andaikan k dan m keduanya lebih besar dari √ n, maka

n = km > √ n √ n = n.

Ini tidak mungkin, jadi haruslah salah satu dari k atau m lebih kecil atau sama
dengan √ n. Misalkan k ≤ √ n.

Jadi terbukti n mempunyai faktor k sedemikian sehingga 1<k ≤ √ n.

Contoh:

 Untuk n = 8, maka k = 2.

 Untuk n = 9, maka k = 3.

 Untuk n = 12, maka k = 2 dan 3.

Kontrapositif dari teorema di atas adalah:

Jika suatu bilangan bulat n tidak mempunyai factor k dengan 1<k ≤ √ n, maka n suatu
bilangan prima.

Sri Subarinah Teori Bilangan 20


Bab II Bilangan Prima

Teorema 2.6

Jika n suatu bilangan komposit, maka n mempunyai suatu faktor prima yang lebih
kecil atau sama dengan √ n.

Teorema ini mempunyai makna bahwa setiap bilangan komposit m mempunyai


faktor prima terbesar p sehingga p ≤ √ m. Teorema ini juga bermakna bahwa jika
tidak ada bilangan prima p yang dapat membagi m dengan p ≤ √m , maka m adalah
bilangan prima.

Contoh:

Tentukan apakah bilangan-bilangan berikut prima atau bukan.

a) 157

b) 247

Jawab:

a) Bilangan-bilangan prima yang kurang dari √ 157 adalh 2, 3, 5, 7, 11. Karena


tidak satupun dari bilangan-bilangan tersebut yang dapat membagi 157, maka
157 adalah bilangan prima.

b) Bilangan-bilangan prima yang kurang dari √ 247 adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13.

Dan karena 13 | 247, maka 247 bukan bilangan prima.

Berikut ini akan diberikan langkah-langkah dalam membuat daftar bilangan prima
kurang dari atau sama dengan 100 yang dilakukan oleh Erastosthenes, yang dikenal
dengan Saringan Erastosthenes.

1. Buat daftar bilangan dari 1 sampai 100, misalnya dengan menyusun berurutan
dalam 10 baris.

2. Mencoret bilangan 1.

3. Melingkari bilangan 2 dan mencoret semua bilangan kelipatan 2.

4. Melingkari bilangan 3 dan mencoret semua bilangan kelipatan 3.

Sri Subarinah Teori Bilangan 21


Bab II Bilangan Prima

5. Melingkari bilangan 5 dan mencoret semua bilangan kelipatan 5.

6. Melingkari bilangan 7 dan mencoret semua bilangan kelipatan 7.

7. Melingkari semua bilangan yang belum dilingkari dan belum dicoret.

8. Melihat hasil melingkari dan mencoret.

9. Mendaftar semua bilangan prima kurang dari 100, yaitu bilangan yang dilingkari:

2, 3, 5, 7, 11,

13, 17, 19, 23, 29,

31, 37, 41, 43, 47,

53, 59, 61, 67, 71,

73, 79, 83, 89, 97.

Penjelasan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

Jika n = 100, maka faktor-faktor n dapat dicari dengan menyatakan n = ab, yaitu:

100 = 1 . 100

= 2 . 50

= 4 . 25

= 5 . 20

= 10 . 10

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa semua faktor dari 100, adalah 1, 2, 4, 5, 10,
20, 25, 50, 100. Dari daftar tersebut terlihat bahwa jika a membesar, maka b
mengecil, dan nilai a dan b keduanya tidak bersama-sama lebih besar dari 10. Sifat
ini digunakan untuk mengetahui bahwa semua bilangan komposit telah dicoret. Dari
daftar bilangan 1, 2, 3, …, 100, bilangan-bilangan 2, 3, 5, dan 7 adalah bilangan-
bilangan prima, dan bilangan prima berikutnya adalah 11. Tetapi 11 . 11 = 121 lebih
besar dari 100 dan tidak ada dalam daftar, sehingga pencoretan dihentikan sampai

Sri Subarinah Teori Bilangan 22


Bab II Bilangan Prima

kelipatan 7. Dan semua bilangan yang tersisa (yang dilingkari, tidak dicoret) adalah
bilangan prima.

Cara kerja saringan Erastosthenes secara umum adalah sebagai berikut.

1) Mencari bilangan prima terbesar yang kurang dari atau sama dengan √ n.

2) Mencoret semua bilangan kelipatan bilangan-bilangan prima kurang dari atau


sama dengan √ n, kecuali bilangan prima itu sendiri.

3) Semua bilangan yang tersisa adalah bilangan prima.

Rumusan lain untuk memperoleh bilangan prima adalah sebagai berikut.

f(n) = n2 – n + 41, untuk setiap bilangan bulat n.

N f(n) n f(n) n f(n) N f(n)


1 41 11 151 21 461 31 971
2 43 12 173 22 503 32 1033
3 47 13 197 23 547 33 1097
4 53 14 223 24 593 34 1163
5 61 15 251 25 641 35 1231
6 71 16 281 26 691 36 1301
7 83 17 313 27 743 37 1373
8 97 18 347 28 797 38 1447
9 113 19 383 29 853 39 1523
10 131 20 421 30 911 40 1601

Ternyata untuk n dari 1 sampai 40 dengan rumusan ini diperoleh bilangan prima
(lihat daftar), tetapi untuk n = 41 diperoleh f(41) = 1681 = 41 . 41 yang merupakan
bilangan komposit. Jadi rumusan tyersebut gagal untuk mencari bilangan prima
secara umum. Rumusan lain yang juga gagal untuk memberikan rumusan mencari
bilangan prima adalah sebagai berikut.

f(n) = n2 – 79n + 1601

Untuk n = 81 diperoleh f(81) = 1763 = 41 . 43 yang merupakan bilangan komposit.

Sri Subarinah Teori Bilangan 23


Bab II Bilangan Prima

Sedangkan Fermat menberikan rumusan bilangan prima sebagai berikut.


n

f ( n )=22 +1

Rumusan ini memberikan f(1) = 5, f(2) = 17, f(3) = 257, f(4) = 65537 yang semuanya
bilangan prima. Tetapi f(5) = 4294967297 = 641 . 6700417 yang merupakan
bilangan komposit. Sehingga rumusan Fermat ini juga gagal dalam memberikan
rumusan untuk mencari bilangan prima.

B. Faktorisasi Tunggal

Teorema:
Jika p suatu bilangan prima dan p | ab maka p | a atau p | b.
Bukti:

Teorema tersebut diperluas sebagai berikut.


Jika p suatu bilangan prima dan p∨a1 a2 a3 … an maka p∨a1 atau p∨a2 atau p∨a3
atau … p∨an atau p∨ak untuk suatu k dengan 1 ≤ k ≤ n.

Bukti:
Menggunakan teorema sebelumnya secara berulang.

Teorema berikut merupakan keadaan khusus dari teorema di atas, yaitu jika
semua a k bilangan prima.
Jika p, q 1, q 2, q 3, …, q n semuanya bilangan prima dan p∨q1 q2 q3 .. qn, maka p=qi
untuk suatu i = 1, 2, 3, …, n.
Bukti:
Menggunakan teorema sebelumnya secara langsung.

Teorema Dasar Aritmatika:

Sri Subarinah Teori Bilangan 24


Bab II Bilangan Prima

Setiap bilangan bulat positif m > 1 dapat dituliskan sebagai hasilkali (perkalian)
bilangan-bilangan prima secara tunggal.
Contoh:
240=2.2.2 .2.3 .5
289=17.17
1001=7.11 .13

Bukti:
Gunakan teorema sebelumnya dan buktikan ketunggalannya dengan kontradiksi.

Pada pemfaktoran bilangan bulat di atas, faktor-faktor primanya dimungkinkan suatu


atau bahkan beberapa bilangan prima muncul berulang-ulang.
Misalnya 720 = 2 . 2. 2. 2. 3. 3. 5.
Untuk mengatasi ini faktor-faktor prima yang sama dituliskan sebagai bilangan
berpangkat, sehingga 720 = 24 . 32 . 5. Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif atas
faktor primanya dapat dinyatakan dalam bentuk kanonik. Sehingga teorema
sebelumnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Tiap bilangan bulat n > 1 dapat dinyatakan secara tunggal dalam bentuk kanonik
sebagai n= pm1 p m2 pm3 … pmk dengan pi bilangan-bilangan prima dan mi ≥ 0 untuk
1 2 3 k

suatu i = 1, 2, 3, …, k.

Faktorisasi prima secara tunggal dari suatu bilangan bulat positif (berdasar teorema
sebelumnya) sangat membantu dalam menentukan FPB dan KPK dari bilangan-
bilangan bulat a dan b. Hal ini berdasarkan:
Misalkan faktorisasi prima dari a dan b adalah:
a= pm1 p m2 pm3 … pmk
1 2 3 k

b= pn1 p2n pn3 … p nk


1 2 3 k

Banyaknya faktor prima diberikan indeks sama (disamakan), karena nilai


pangkatnya , yaitu mi atau ni , boleh bernilai nol. Jika min(x, y) menyatakan bilangan

Sri Subarinah Teori Bilangan 25


Bab II Bilangan Prima

bulat yang terkecil diantara x dan y, serta max(x, y) menyatakan bilangan bulat yang
terbesar diantara x dan y, maka:
min ⁡( m ,n ) min ⁡( m ,n ) min ⁡( m ,n )
… pmin ⁡(m ,n )
FPB(a, b) ¿ p1 p2 p3
1 1
k
2 2 3 3 k k

max ⁡( m ,n ) max ⁡( m ,n ) max ⁡(m , n )


… p max ⁡(m ,nk )
KP[a, b] ¿ p1 p2 1
p3 1 2
k
2 3 3 k

Hal ini berdasarkan bahwa:


 Jika pmi faktor dari a dan pni faktor dari b, maka faktor persekutuan terbesar dari
i i

a dan b yang merupakan perpangkatan dari pi adalah


pmi jika mi ≤ ni
i

pni jika ni ≤ mi
i

Sehingga faktor persekutuan terbesar dari a dan b mempunyai faktor berbentuk


pmin ⁡(m ,n )
i i
i

 Jika pmi kelipatan dari a dan pni kelipatan dari b, maka kelipatan persekutuan
i i

terkecil dari a dan b yang merupakan perpangkatan dari pi adalah


pmi jika mi ≥ ni
i

pni jika ni ≥ mi
i

Sehingga kelipatan persekutuan terkecil dari a dan b mempunyai faktor


berbentuk
pmax (m ,n )
i i
i

Contoh:
Carilah FPB(64827, 10290) dan KPK[64827, 10290].
Jawab:
64827 = 20 . 33 . 50 . 74
10290= 21 . 31 . 51 . 73
Sehingga
FPB(64827, 10290) = 2min(0,1) . 3min(3,1) . 5min(0,1) . 7min(4,3)
= 20 . 31 . 50 . 73 = 1029
KPK[64827, 10290] = 2max(0,1) . 3max(3,1) . 5max(0,1) . 7max(4,3)
= 21 . 33 . 51 . 74 = 64827

Sri Subarinah Teori Bilangan 26


Bab II Bilangan Prima

Teorema:
Ada tak hingga banyaknya bilangan prima.
Teorema:
Jika dalam barisan bilangan prima, pn menyatakan bilangan prima ke-n, maka
n−1

pn ≤22
Bukti:
(Sebagai latihan)

Sri Subarinah Teori Bilangan 27


Bab II Bilangan Prima

Soal-soal latihan:

1. Nyatakan 9876 dalam bentuk kanonik.


2. Buktikan untuk k ≥ 1 maka banyaknya bilangan prima yang berbentuk 4k -1 dan
4k + 3 adalah tak berhingga.
3. Buktikan jika p bilangan prima dan p | ak, maka p | a.
4. Buktikan jika n bilangan komposit maka 2n – 1 merupakan bilangan komposit
juga.
5. Tentukan bilangan prima p sedemikian sehingga 17p + 1 bilangan kuadrat.
6. Carilah bilangan prima terbesar yang lebih kecil atau sama dengan 400 dengan
menggunakan saringan Erastosthenes.
7. Buktikan bahwa setiap bilangan prima yang berbentuk 3k + 1 juga berbentuk
6k + 1.
8. Carilah FPB(7425, 7875) dan KPK[7425, 7875].
9. Tentukan bilangan prima yang berbentuk x 4 − y 4
10. Tunjukkan untuk n bilangan asli, tidak ada bilangan prima yang berbentuk n3 +1
kecuali 2=13 +1. ( hint: n3 +1=(n+1)(n 2−n+1)¿
11. Buktikan bahwa jika n bilangan kuadrat jika dan hanya jika setiap eksponen
dalam bentuk kanoniknya selalu genap.
12. Tunjukkan bahwa n(n + 1) tidak pernah berbentuk kuadrat untuk setiap bilangan
bulat positif n.
13. Tentukan bilangan prima p agar 17p + 1 suatu bilangan kuadrat.
14. Tentukan bilangan kuadrat terkecil n agar n + 1, n + 2, n + 3, semuanya
menyatakan bilangan komposit.
15. Buktikan bahwa jika n bilangan komposit, maka 2n – 1 juga bilangan komposit.

Sri Subarinah Teori Bilangan 28

Anda mungkin juga menyukai