A. Latar Belakang
Suatu bilangan prima adalah suatu bilangan bulat yang tepat memiliki dua pembagi
bilangan bulat positif. Bilangan prima dipelajari secara ekstensif oleh bangsa Yunani Kuno,
yang menelusuri berbagai sifat-sifat dasar mereka. Pada tiga abad yang lalu, ahli matematika
mencurahkan waktu mereka untuk mengeksplor dunia untuk menemukan suatu hal tentang
bilangan prima. Mereka telah menelusuri banyak sifat-sifat yang mengagumkan, merumuskan
dugaan-dugaan yang bermacam-macam, dan membuktikan kesimpulan yang menarik dan
mengejutkan. Penelitian terhadap pertanyaan-pertanyaan pada bilangan prima berlanjut
sampai saat ini, sebagian berjalan dengan kegunaan bilangan prima pada kriptografi modern.
Pertanyaan terbuka tentang bilangan prima memancing penelitian baru. Terdapat juga puluhan
dari ratusan orang-orang mencoba masuk buku rekor dengan menemukan keluasan bilangan
prima yang belum diketahui.
Setiap bilangan bulat dapat dituliskan secara unik sebagai hasil dari bilangan prima
(ketika bilangan prima ditulis dengan urutan yang meningkat). Kesimpulan ini dikenal dengan
Teorema Fundamental Aritmatika. Pembuktian teorema ini menggunakan konsep dari
pembagi persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat. Pada bab ini akan dibahas tentang
metode-metode yang digunakan untuk menemukan faktorisasi bilangan bulat dari hasil
bilangan prima dan kompleksitas dari metode-metode tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah:
1. Bilangan prima dan sifat-sifatnya.
2. Distribusi bilangan prima.
3. Faktor persekutuan terbesar.
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui bilangan prima dan sifat-sifatnya.
2. Mengetahui distribusi bilangan prima.
3. Mengetahui faktor persekutuan terbesar dan sifat-sifatnya.
D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian bilangan prima dan sifat-sifatnya, distribusi
bilangan prima, faktor persekutuan terbesar dan sifatnya.
2. Dapat menambah pemahaman dalam teori bilangan khususnya untuk mahasiswa
pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dan bagi mahasiswa matematika pada
umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi. Bilangan prima adalah bilangan bulat lebih besar dari 1 yang tidak habis dibagi oleh
bilangan positif lain selain 1 dan bilangan itu sendiri.
Contoh. Bilangan bulat 2, 3, 5, 13, 101 dan 163 merupakan bilangan prima.
Definisi. Bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dan bukan merupakan bilangan prima disebut
dengan bilangan komposit.
Contoh. Bilangan bulat 8 adalah bilangan komposit karena habis dibagi oleh 1, 2, 4, dan 8.
Makalah ini akan membahas distribusi bilangan prima diantara himpunan bilangan bulat dan
bukti dari beberapa sifat distribusi tersebut. Dimulai dengan menunjukkan bahwa banyaknya
bilangan prima adalah tidak berhingga. Oleh karenya dibutuhkan Lemma berikut.
Lemma 3.1. Setiap bilangan bulat lebih besar dari 1 mempunyai pembagi prima.
Bukti. Pembuktian menggunakan kontradiksi.
Diasumsikan bahwa ada bilangan bulat yang lebih besar dari 1 yang tidak
memiliki pembagi prima.
Karenanya himpunan dari bilangan bulat lebih besar dari 1 yang tidak memiliki
pembagi prima bukan merupakan himpunan kosong, misalkan
S s 1 | s .
Karena himpunan S bukan himpunan kosong maka setidaknya S memiliki
bilangan bulat terkecil, misalkan n .
n 1 dan tidak memiliki pembagi prima dan n membagi n , jadi n bukan
bilangan prima.
Selanjutnya karena n adalah bilangan komposit, maka n dapat ditulis dalam
bentuk n ab sedemikian sehingga 1 a n dan 1 b n .
Diketahui bahwa a n ( a bukan anggota S ), maka a mempunyai pembagi
prima misalkan p .
Bukti.
Teorema 3.2. Jika n adalah bilangan bulat komposit, maka n mempunyai faktor prima
yang tidak lebih dari n.
Bukti.
Karena n adalah bilangan komposit maka n dapat dinyatakan dalam bentuk n ab
dengan 1 a n, 1 b n.
karenanya salah satu faktor, misalkan a , tidak lebih besar dari n yaitu a n .
Dari Lemma 1. diketahui bahwa a mempunyai pembagi prima yang pasti tidak lebih
Contoh.
Tentukan apakah 207 merupakan bilangan prima atau bukan.
207 14.38 maka bilangan prima yang kurang dari 14.38 adalah 2, 3, 5, 7, 11 dan
13.
Jika 207 habis dibagi salah satu bilangan prima di atas, maka 207 adalah bilangan
komposit.
Jika 207 tidak habis dibagi oleh salah satu bilangan prima di atas, maka 207 adalah
bilangan prima.
Di dapat bahwa 207 3.69 , karena 207 dapat dibagi oleh salah satu bilangan prima di
atas, maka 207 adalah bilangan komposit.
Teorema 3.2 dapat digunakan untuk menentukan semua bilangan prima yang lebih kecil atau
sama dengan bilangan bulat n . Langkah ini dinamakan sieve of Eratosthenes yang ditemukan
oleh Matematikawan Yunani Erastothenes. Akan dicari bilangan prima kurang dari 100
menggunakan sieve of Eratothenes. Berdasarkan Teorema 3.2, setiap bilangan komposit
kurang dari 100 harus mempunyai faktor prima kurang dari 100 10. Karena bilangan
prima yang kurang dari 10 adalah 2, 3, 5 dan 7 maka hanya perlu dicek bahwa setiap bilangan
komposit 100 dapat dibagi oleh prima 2, 3, 5 dan 7.
Pertama tandai menggunakan (--) semua kelipatan 2 kecuali bilangan itu sendiri, lalu tandai
dengan (/) semua kelipatan 3 kecuali dirinya sendiri. Selanjutnya semua kelipatan 5 ditandai
dengan (\) dan semua kelipatan 7 ditandai dengan (|). Maka semua bilangan bulat yang tidak
ditandai adalah bilangan prima kecuali 1.
Definisi. Fungsi (x) dengan ∈ ℝ+ , menyatakan banyaknya bilangan prima yang tidak
melebihi x .
Contoh.
Dari ilustrasi menggunakan sieve of Eratothenes, diperoleh bahwa (10) 4 dan (100) 25 .
Bilangan Prima dalam Deret Aritmatika. Setiap bilangan bulat ganjil adalah bentuk 4n 1 atau
bentuk 4n 3 . Apakah ada tak berhingga banyaknya bilangan prima dalam kedua bentuk ini? Bilangan
prima 5, 13, 17, 29, 37, 41, … adalah bentuk dari 4n 1 dan bilangan prima 3, 7, 11, 19, 23, 31, 43, …
adalah bentuk dari 4n 3 . Maka dari hal ini dapat dilihat akan ada tak berhingga banyaknya bilangan
prima dalam deret ini.
Teorema 3.3. Direchlet’s Theorem on Prime Arithmetic Progression. Anggap bahwa a dan b
bilangan bulat positif 8 relative prima. Maka deret aritmatika an b, n 1,2,3,... mengandung tak
berhingga banyaknya bilangan prima.
Latihan 3.1
1. Tentukan yang manakah dari bilangan bulat di bawah ini merupakan bilangan prima.
a. 101
Dari Teorema 4.4 (buku Sukirman hal. 79) jika 𝑛𝜖ℤ tidak memiliki faktor prima p
2. Tentukan yang manakah dari bilangan bulat di bawah ini merupakan bilangan prima.
a. 201
201= 3.67 , maka 201 bukan bilangan prima.
b. 203
203= 7.29, maka 203 bukan bilangan prima.
c. 207
207= 9.23, maka 207 bukan bilangan prima.
d. 211
211 adalah bilangan prima.
e. 213
213= 3. 71, maka 213 bukan bilangan prima.
f. 221
221= 13. 17, maka 221 bukan bilangan prima.
3. Gunakan sieve of Eratothenes untuk menentukan semua bilangan prima kurang dari 150.
Berdasarkan teorema 3.2, jika n adalah bilangan komposit, maka n mempunyai faktor yang tidak
lebih besar dari n.
Dengan demikian akan ditentukan bilangan prima yang tidak melebihi 150 12.25 yaitu 2, 3, 5, 7,
11.
Selanjutnya, bilangan 1 dan bilangan kelipatan dari bilangan prima tersebut ditandai (kecuali bilangan
2, 3, 5, 7, 11 itu sendiri). Semua bilangan yang tersisa merupakan bilangan prima.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135
136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
Bilangan prima yang dimaksud adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47,
53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, 97, 101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137, 139, 149.
4. Tentukan semua bilangan prima yang merupakan selisih dua bilangan bulat berpangkat 4.
Akan dicari bilangan prima yang merupakan selisih dua bilangan bulat berpangkat 4. Atau
bilangan prima dengan bentuk m 4 n 4 untuk m, n ℤ.
m 4 n 4 m 2 n 2 m 2 n 2 m 2 n 2 m nm n …(*)
Dari (*) m 4 n 4 adalah bilangan prima jika tepat 2 dari 3 faktornya =1.
(m n) m n
2n 0
n0
Maka m 4 n 4 m 4 . Dan tidak mungkin bilangan prima.
Untuk (n 1) n 3 1 diperoleh n 1 . Artinya n 3 1 13 1 2.
Maka hanya saat n 1, n 3 1 adalah bilangan prima.
6. Tunjukkan bahwa jika a dan n adalah bilangan bulat positif dengan n 1 dan a n 1 adalah
bilangan prima, maka a 2 dan n adalah bilangan prima.
a n 1 a 1 a n1 a n2 ... a 1
Ini berarti bahwa (a 1) | (a n 1)
Diketahui dari soal bahwa a n 1 adalah bilangan prima. Maka a 1 1 a 2
Dengan Hint yang diberikan yaitu a kl 1 a k 1 a k (l 1) a k (l 2) ... a k 1 . Maka
7. Tunjukkan bahwa bilangan bulat Qn n!1 , dengan 𝑛 ∈ ℤ+ , memiliki pembagi prima lebih besar
Jika p n , maka p | n! maka berdasarkan Teorema 1.9 p | Qn n! =1. Hal ini kontradiksi.
Dari hal ini kita dapat membuat himpunan tak berhingga bilangan prima.
Pilih p1 sebagai pembagi prima Q1 . Kemudian pilih p 2 menjadi pembagi prima Q p1 dan
secara umum pilih pk 1 menjadi pembagi prima dari Q pk . Maka p1 p2 ... pk ... ,
Dengan menggunakan Lemma 3.1 maka S n memiliki faktor pembagi prima, misalkan p .
Jika p n , maka p | n! . Dari teorema 1.9 dipeorleh p | S n n! 1 . Hal ini kontradiksi
Oleh karena itu p n . Hal ini menunjukkan kita dapat mengambil sebarang prima yang lebih
besar, yang banyaknya tak berhingga.
3
9. Tunjukkan jika p adalah faktor prima terkecil dari bilangan bulat positif n lebih dari n , maka
n / p harus bilangan prima atau 1.
Jika n adalah bilangan prima, maka faktor prima terkecil dari n adalah p n dan dalam
n
kasus ini 1
p
Jika n 1 dan tidak prima, maka n harus komposit dan dapat dinyatakan dengan
n
n p. ,
p
n
p
n
3
n
n .
3
2
n n
Sekarang, jika bukan bilangan prima maka mempunyai factor prima q dengan
p p
n 3
q np
p
Dan q juga pembagi dari n , yang mana ini kontradiksi dengan definisi dari p yang
n
merupakan faktor prima terkecil dari n . Oleh karena itu harus prima.
p
10. Tunjukkan jika p adalah bilangan prima dalam deret aritmatika 3n 1, n 1,2,3,... , maka p juga
berada dalam deret 6n 1, n 1,2,3,...
Teorema 3.4. Teorema Bilangan Prima. Rasio dari (x) dan x / log x mendekati 1 saat x
menuju tak hingga.
Berikutnya akan didiskusikan bagaimana keteraturan bilangan prima didistribusikan di seluruh bilangan
bulat positif.
Teorema 3.5. Untuk setiap bilangan bulat positif n , setidaknya terdapat n bilangan bulat positif
berturut-turut yang merupakan bilangan komposit.
Bukti.
Ingat kembali definisi dari n! 1.2.3.4...n untuk setiap 𝑛 ∈ ℤ+ .
Kemudian ada bilangan bulat terurut n 1!2, n 1!3, n 1!4,..., n 1!n 1.
6. Dugaan Legendre
Terdapat sebuah bilangan prima diantara setiap dua pasang kuadrat bilangan bulat berturut-turut.
Dugaan ini ditunjukkan oleh matematikawan asal Prancis yaitu Adrienmarie Legendre. Bilangan bulat
berturut-turut dalam dugaan ini adalah ditunjukkan dari bilangan prima antara n 2 dan n 2 1 untuk
semua n 1018 . Untuk n yang cukup besar, bilangan primanya antara n 3 dan (n 1) 3 .
Latihan 3.2
1. Tentukan lima bilangan komposit yang paling kecil.
Lima bilangan bulat komposit terkecil yang berurutan dapat ditentukan dengan mencari
pasangan pertama dari bilangan komposit ganjil berurutan, 25 dan 27. Karenanya lima
bilangan bulat komposit berurutan terkecil adalah 24, 25, 26, 27, 28.
3. Tunjukkan bahwa tidak ada “triplet prima” bentuk p, p 2, p 4 , selain daripada 3, 5 dan 7.
Anggap bahwa p, p 2, p 4 semuanya adalah bilangan prima. Catat bahwa sebarang
n bilangan terurut ada satu yang terbagi oleh n . Maka satu dari p, p 2, p 4 terbagi
oleh 3. Kemudian dengan mempertimbangkan 3 kasus yaitu
Pertama, anggap bahwa p adalah bentuk 3k , maka p bukan bilangan prima kecuali
k 1 yaitu 3, 5 dan 7.
Selanjutnya, anggap bahwa p adalah bentuk 3k 1 , maka p 2 3k 3 3(k 1)
bukan merupakan bilangan prima.
Terakhir, anggap bahwa p adalah bentuk 3k 2 . Maka p 4 3k 6 3(k 2) , juga
bukan merupakan bilangan prima.
Maka, triplet prima hanya terjadi pada 3, 5 dan 7.
4. Tentukan bilangan prima terkecil antara n dan 2n untuk nilai n berikut ini.
a. 3, bilangan prima terkecil antara 3 dan 6 adalah 5
b. 5, bilangan prima terkecil antara 5 dan 10 adalah 7
c. 19, bilangan prima terkecil antara 19 dan 38 adalah 23.
6. Tentukan bilangan prima terkecil antara n 2 dan n 1 untuk semua bilangan bulat positif n
2
dengan n 10 .
Untuk memperoleh bilangan prima terkecil antara n 2 dan n 1 , kami menuliskannya satu
2
per satu sebagai triplet ( n , bilangan prima terkecil, n 1 ). Untuk n 1,2,...,10 diperoleh (1,
2 2
2, 4), (4, 5, 9), (9, 11, 16), (16, 17, 25), (25, 29, 36), (36, 37, 49), (49, 53, 64), (64, 67, 81), (81, 83,
100) dan (100, 101, 121).
7. Tunjukkan dari tak berhingga banyaknya bilangan prima tidak ada satupun bilangan prima yang
berpasangan kembar ( a pair of twin primes cari).
Jika p adalah bilangan prima dengan bentuk 15k 8 , maka p 2 15k 10 5(3k 2)
yang mana ini bukan prima. Juga p 2 15k 6 3(5k 2) yang juga bukan prima. Oleh
karena itu p tidak dapat menjadi pasangan prima. Hal ini juga sesuai Teorema Dirichlet, karena
9. Tunjukkan bahwa setiap bilangan bulat lebih besar dari 11 adalah penjumlahan dua bilangan
komposit.
Misalkan n bilangan bulat lebih besar dari 11.
Jika n adalah bilangan genap, maka n dapat dinyatakan sebagai n 4 (n 4) yang
merupakan penjumlahan dua bilangan komposit karena 4 adalah bilangan bulat komposit
dan n 4 karena genap dan lebih besar dari 2.
Jika n adalah bilangan ganjil, maka n dapat dinyatakan sebagai n (n 9) 9 yang
merupakan penjumlahan dua bilangan bulat komposit karena 9 adalah bilangan komposit
adalah bilangan genap yang lebih besar dari 2.
10. Misalkan G (n) menyatakan banyak cara untuk menuliskan bilangan bulat genap dengan n
sebagai jumlah dari p q , ketika p dan q adalah bilangan prima dengan p q . Dugaan
Goldbach menegaskan bahwa G (n) 1 untuk semua bilangan bulat genap dengan n 2 . Dugaan
kuat menegaskan bahwa G (n) cenderung menuju tak hingga sebagai bilangan bulat genap n .
b. Tentukan G(158)
Bilangan prima kurang dari 158 adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43,
47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 73, 79, 83, 89, 97, 101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137,
139, 149, 151, dan 157. Jika kita mengurangi masing-masing dari 158 kita mendapatkan
daftar angka berikut: 156, 155, 153, 151, 147, 145, 141, 139, 135, 129, 127, 121, 117,
115, 111, 105, 99, 97, 91, 87, 85, 79, 75, 69, 61, 57, 55, 51, 49, 45, 31, 27, 21, 19, 9, 7,
1 di antaranya hanya 151, 139, 127, 97, 79, 61, 31, 19, dan 7 adalah bilangan prima, jadi
G (158) = 9.
3.3 Pembagi Persekutuan Terbesar dan sifatnya
Konsep dari Pembagi Persekutuan Terbesar (PPB) dari dua bilangan bulat telah dikenalkan
pada subbab 1.5 Buku Rosen Halaman 36 tentang keterbagian. PPB dari dua bilangan bulat a dan
b yang tidak keduanya 0, dinotasikan (a,b) adalah bilangan bulat terbesar yang membagi a dan
membagi b. Pada materi keterbagian, disebutkan pula bahwa dua bilangan bulat relatif prima jika
tidak ada pembagi kedua bilangan tersebut yang lebih besar dari 1.
Catatan yang mana jika pembaginya adalah –a adalah sama dengan pebagi dari a. yang mana
itu mengikuti (a,b) = (|𝑎|, |𝑏| ) (dimana |𝑎| nilai mutlak dari a, yang mana a jika a ≥ 0 dan –a
jika a < 0).
Misalkan (15,81) = 3. Jika kita membagi 15 dan 81 dengan (15,81) = 3. Kita peroleh dua
bilangan bulat prima yaitu 5 dan 27. Artinya kita mendapat dua bilangat bulat yang relative prima
ketika kita membaginya dengan Pembagi Perseketuan Terbesarnya. Dalam ilustrasi contoh diatas
, maka pada bab ini akan menjelaskan, mendapatkan dua bilangan bulat relative prima ketika kita
membagi keduanya dengan Pembagi Persekutuan Terbesar bilangan tersebut.
Jika a dan b adalah bilangan bulat dengan (a,b) = d , maka (a/d, b/d) = 1. (dengan
kata lain, a/d dan b/d adalah relatif prima)
Bukti :
Misal a dan b ∈ 𝑍 dengan (a,b) = d. Akan ditunjukkan bahwa a/d dan b/d tidak
memiliki pembagi lain selain 1.
Asumsikan ada e ∋ e|(a/d) dan e|(b/d) , e ∈ 𝑍 +
Dari definisi keterbagian ada bilangan bulat k dan l dengan a/d = ke dan b/d = le,
sehingga a = dek dan b = del
Dengan demikian de adalah pembagi dari a dan b.
Karena d adalah PPB dari a dan b, maka de ≤ d, sehingga e = 1.
Akibatnya (a/d, b/d) = 1
Contoh :
15 35
maka , 3 , 7 1
5 5
16 48
maka , 1, 3 1
16 16
Jika a dan b ≠ 0 bilangan bulat, maka a/b = p/q untuk beberapa bilangan
bulat p dan q ≠ 0 dengan (p,q) = 1
Bukti :
Misalkan (a, b) = d
Maka d|a → a = p . d → p = a/d (p,q) = (a/d, b/d) (*)
d|b → b = q . d → q = b/d
a 14 b 54
maka p = 7 dan q 27
d 2 d 2
14 7
Diperoleh dengan (7,27) = 1
54 27
Bukti :
a, b, c ∈ 𝑍 → (a+cb, b) = (a,b)
Misalkan e pembagi persekutuan a dan b
Sehingga e | a dan e | b , Maka menurut Teorema 1.9
(36,80) = 4
Jika a dan b bilangan bulat, maka kombinasi linear dari a dan b adalah jumlah
dari ma + nb, dengan m dan n keduanya bilangan bulat.
Contoh :
Penyelesaian :
Dapat ditunjukkan bahwa himpunan semua kombinasi linear dari 2 dan 14 adalah
{…, -12, -10, -8, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, …}.
Teorema 3.8 (Rosen, 2011 : 95)
PPB dari bilangan bulat a dan b, yang keduanya tidak 0, adalah bilangan
bulat positif terkecil yang merupakan kombinasi linear dari a dan b.
Bukti:
Misal d adalah bilangan bulat positif terkecil yang merupakan kombinasi linear dari a dan
b (menurut Prinsip Well-Ordering, ada suatu bilangan bulat positif terkecil, karena minimal
salah satu dari dua kombinasi linear 1.a + 0.b dan (-1).a + 0.b, dengan a ≠ 0, adalah positif).
Dituliskan d = ma + nb ………………..(*)
dengan m dan n bilangan bulat. Maka akan ditunjukkan bahwa d|a dan d|b.
r a dq
a qma nb
a qma qnb
(1 qm)a qnb
Hal ini menunjukkan bahwa r merupakan kombinasi linear dari a dan b. Karena 0 ≤ r < d,
dan d adalah kombinasi linear terkecil dari a dan b, disimpulkan bahwa r = 0, dan akibatnya
d | a. Dengan cara yang sama, bisa ditunjukkan bahwa d | b.
Karena d|a dan d|b, maka d suatu pembagi persekutuan dari a dan b.
Akan ditunjukkan bahwa d merupakan PPB dari a dan b, dan untuk menunjukkannya maka
akan diberikan sembarang bilangan pembagi persekutuan yang lain dari a dan b yang
membagi d, misalkan sembarang bilangan itu adalah c
Diketahui d = ma + nb, jika c|a dan c|b, menurut teorema 1.9 maka c|d, sehingga d ≥ c.
Terbukti bahwa (a,b) = d
Contoh:
Misal a = 4 dan b = 16
Ambil sebarang bilangan bulat m dan n, kemudian substitusi ke dalam kombinasi linearnya.
Demikian seterusnya hingga didapat himpunan semua kombinasi linearnya yaitu {…, -12, -8,
-4, 0, 4, 8, 12, …}.
Bilangan bulat positif terkecil yang terdapat pada himpunan tersebut adalah 4, sesuai dengan
PPB 4 dan 16 yaitu (4,16) = 4
Akibat 3.8.1 .Teorema Bezout (Rosen, 2011: 95)
Contoh
Akan diambil beberapa nilai m dan n, dengan m dan n bilangan bulat sehingga diperoleh 4m
+ 10n = 2.
4. 8 + (-3).10 = 2, maka 8 dan -3 juga merupakan koefisien Bezout dari 4 dan 10.
Maka akan ada tak hingga banyaknya koefisien Bezout dari 4 dan 10 karena -2+10t dan 1 +
(-4)t adalah koefisien Bezout dari 4 dan 10 setiap bilangan bulat t.
Akibat 3.8.2
Bilangan bulat a dan b merupakan bilangan bulat yang relatif prima jika
dan hanya jika terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian hingga ma + nb = 1.
Bukti:
Menurut teorema 3.8, 1 adalah bilangan bulat positif terkecil yang merupakan kombinasi
linear dari a dan b. Akibatnya, ada bilangan bulat m dan n sehingga ma + nb = 1.
Contoh:
Misal a =5 dan b = 8.
Jika a dan b adalah bilangan bulat positif, maka himpunan kombinasi linear
dari a dan b adalah himpunan kelipatan bilangan bulat dari (a,b).
Bukti :
jd = j(ra+sb)
jd = (jr)a+(js)b
Contoh:
Himpunan kombinasi linear 8m + 14n dengan m dan n bilangan bulat adalah {…, -8, -6, -
4, -2, 0, 2, 4, 6, 8 …}.
Jika a dan b adalah bilangan bulat, tidak keduanya 0, maka suatu bilangan
bulat positif d adalah pembagi persekutuan terbesar dari a dan b jika dan hanya
jika
Pertama akan ditunjukkan bahwa PPB dari a dan b memiliki kedua sifat tersebut (i) dan
(ii).
Misalkan dengan definisi faktor persekutuan, didapat d|a dan d|b (i). Menurut
Teorema 3.8, didapat d = ma + nb, dengan m,n Z. Akibatnya, jika c|a dan c|b, maka c|d
(ii) (Menurut
= ma + nb Teorema 1.9). Sehingga telah ditunjukkan bahwa jika d = (a, b),
maka sifat (i) dan (ii) terbukti.
Asumsikan bahwa sifat (i) dan (ii) telah diketahui, maka d adalah faktor persekutuan dari
a dan b.
Dengan sifat (ii), diketahui bahwa jika c adalah faktor persekutuan dari a dan b, maka c|d,
jadi d = ck untuk beberapa bilangan bulat k. Oleh karena itu, c = d/k ≤ d. Ini
menunjukkan bahwa bilangan bulat positif yang memenuhi (i) dan (ii) pasti merupakan
PPB dari a dan b.
Contoh :
Penyelesaian :
Pembagi a : 1,a
Pembagi a2 : 1,a,a2
Maka ( a, a2 ) = a
Definisi (Rosen, 2011 : 98)
Diberikan a1, a2, ….. an adalah bilangan bulat yang tidak semuanya 0.
Contoh :
Jika a1, a2, ….. an adalah bilangan bulat yang tidak semuanya 0,
maka (a1, a2, …., an-1, an) = (a1, a2, …., an-2, (an-1, an)).
Contoh :
Untuk mencari PPB dari tiga bilangan bulat 105, 140 dan 350, maka digunakan lemma 3.2
yaitu (105, 140, 350) = (105, (140, 350)) = (105, 70) = 35
Bilangan bulat a1, a2, ….. an adalah saling relatif prima jika (a1, a2, ….. an) = 1.
Bilangan bulat tersebut dinamakan relatif prima berpasangan jika untuk setiap
pasangan bilangan ai dan aj dengan i ≠ j dari himpunan tersebut, (ai, aj) = 1; itu
berarti, jika setiap pasang bilangan bulat dari himpunan tersebut adalah relatif
prima.
Soal 3.3
Jawab:
a. (15, 35) = 5
15 = 1, 3, 5 15
35 = 1, 5, 7, 35
c. (-12, 18) = 6
(a,b) = (|𝑎|, |𝑏|) (dimana |𝑎| nilai mutlak dari a, yang mana a jika a ≥ 0 dan –a jika a
< 0).
-12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12
18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18
d. (99, 100) = 1
e. (11, 121) = 11
11= 1, 11
121 = 1, 11, 121
f. (100, 102) = 2
100 = 1,2, 4, 5, 10, 20, 100
102 = 1, 2, 3, 6, 17, 51, 102
(102-100) = 2 . karena 2 adalah pembagi persekutuan dari 100 dan 102. 2 adalah PPB
Jawab:
4. Misalkan a adalah suatu bilangan bulat positif. Tentukan PPB dari a dan a2.
Jawab:
Karena a merupakan pembagi persekutuan a dan a2. Dan a tidak memiliki pembagi yang
lebih besar dari dirinya, Maka PPB (a, a2) = a
5. Misalkan a adalah suatu bilangan bulat positif. Tentukan PPB dari a dan a + 1.
Jawab:
Dari Teorema 3.9. Jika d|a dan d|a+1, maka d|a+1-a = 1
Sembarang pembagi persekutuan dari a dan a+1 harus membagi 1.
Oleh karena itu (a, a+1) = 1
d|a, d|a+1 → d|1 (yang bisa membagi 1 adalah dirinya sendiri)
6. Misalkan a adalah suatu bilangan bulat positif. Tentukan PPB dari a dan a + 2.
Jawab:
Pembagi persekutuan a dan a + 2 juga pembagi dari (a+2)-a=2.
Karena jika a genap, maka (a, a+2) = 2, karena 2 membagi keduanya.
Jika a ganjil, maka (a, a+2)=1
Atau
Jika a ganjil dan jika d|a dan d|a+2 , maka d |2.
Karena a ganjil, maka d =1. Oleh karenannya (a,a+2)=1
Jika a genap, maka d=1 dengan 2|a dan 2|a+2, jika d|a dan d|a+b
Maka d|2. Oleh karea itu (a,a+2)=2
10. Tunjukan jika a dan b ∈ Z dengan (a,b)=1, maka (a+b, a-b) maka ( a + b, a-b) = 1
atau 2
Jawab
Anggap bahwa d pembagi bersama a+b dan a-b.
d|(a.b) , d|(a-b) ↔ d|(a+b)-(a-b) = d|2b
↔ d|(a+b)-(a-b) = d|2a
Karena (a,b)=1, (2a + 2b) = 2 dengan Maka d|2. Maka d=1 atau d=2. Oleh karena itu ((a+b,
a-b) = 1 atau 2.
No. 13 Tunjukkan jika a bilangan bulat genap dan b bilangan bulat ganjil maka, (a,b) =
(a/2, b) !
Jawab.
Misalkan a = 2k. Karena (a,b) | b dan b merupakan bilangan ganjil maka, (a,b) juga
merupakan bilangan ganjil. Tetapi, (a,b) | a = 2k. Sehingga, (a,b)|k. Jadi, terbukti bahwa
(a,b) = (k,b) = (a/2, b) untuk a bilangan genap dan b bilangan ganjil.
N0. `17. Tentukan suatu himpunan yang memuat tiga bilangan bulat saling relatif prima,
Jawab:
Misalkan p, q, r menjadi bilangan prima. {pq, qr, pr} adalah himpunan tiga bilangan bulat
yang relatif sama prima, tetapi tidak ada dua yang relatif prima.
(3, 5, 7)
No.19. Temukan pembagi persekutuan terbesar dari setiap himpunan bilangan bulat
berikut.
No. 24 Tunjukkan jika k adalah bilangan bulat positif maka, FPB dari 3k + 2 dan 5k + 3
adalah bilangan relatif prima !
Jawab
5 (3k + 2) – 3 (5k +3) = 1, dengan teorema 3.8 maka, diperoleh 3k + 2 dan 5k + 3 adalah
bilangan relatif prima.
No. 25. Tunjukkan bahwa 8a + 3 dan 5a + 2 adalah relatif prima untuk semua
bilangan bulat a.
Jawab
Kita mengatakan a1 dan a2 adalah relatif prima jika (a1, a2) = 1.
(8a + 3) = (5a + 2).1 + (3a + 1)
(5a + 2) = (3a + 1).1 + (2a + 1)
(3a + 1) = (2a + 1).1 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a= 1.a + 0
(8a + 3, 5a + 2) = 1 Terbukti
No. 31. Tunjukkan jika n adalah bilangan bulat positif maka, (2n2 + 6n – 4, 2n2 + 4n – 3)
= 1!
Jawab.
= (2n – 1, 2n2 + 4n – 3)
= (2n – 1, 5n – 3)
= (2n – 1, 5n – 3 – 2 (2n – 1)
1. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat a, salah satu dari bilangan bulat
berurutan a, a + 2, a + 4 habis dibagi 3!
Jawab:
Pandang tiga hal berikut:
Jika a = 3k.
Pada kasus ini, a pasti habis dibagi 3, karena merupakan kelipatan 3
Jika a = 3k + 1.
Maka a + 2 = 3k + 3 = 3(k + 1)
Pada kasus ini, a + 2 pasti habis dibagi 3, karena merupakan kelipatan 3.
Jika a = 3k + 2.
Maka a + 4 = 3k + 6 = 3(k + 2)
Pada kasus ini, a + 4 pasti habis dibagi 3, karena merupakan kelipatan 3.
Dengan demikian, untuk setiap bilangan bulat a, salah satu dari bilangan bulat berurutan a,
a + 2, a + 4 habis dibagi 3 karena merupakan kelipatan 3.
Jawab:
(a) 3|a(2a2+7)
# akan ditunjukkan benar untuk P(1)
Jika a = 1, maka 3|1(2.12+7) → 3|9 (benar)
# diasumsikan benar untuk P(k), maka akan ditunjukkan benar untuk P(k+1)
Asumsi : a = k, maka 3|k(2k2 + 7) → 2k3+7k = 3m, dengan m ∈ Z adalah benar. Maka
untuk a = k + 1 didapat (k + 1)(2(k + 1)2 + 7)
= (k +1)(2(k2 +2k +1) + 7)
= (k +1)(2k2 + 4k + 9)
= (2k3+2k2 + 4k2 + 4k + 9k +9)
= 2k3 + 6k2 + 7k + 6k + 9
= 2k3 + 7k + 6k2 + 6k + 9
= (2k3 + 7k) + 3(2k2 + 2k + 3)
= 3m + 3(2k2 + 2k + 3
= 3(m + 2k2 + 2k + 3)
Karena (k + 1)(2(k + 1)2 + 7) = 3(m + 2k2 + 2k + 3)
maka 3|(k + 1)(2(k + 1)2 + 7)
Jadi, karena P(1) benar dan diasumsikan P(k) benar maka P(k+1) juga benar maka
pernyataan tersebut terbukti
(b). jika a ganjil, maka 32|(a2+3)(a2+7)
a ganjil, maka a dapat dinyatakan dalam bentuk 2k+1
sehingga (a2+3)(a2+7) = [(2k+1)2 +3][ (2k+1)2 +7]
= (4k2 + 4k +4)( 4k2 + 4k +8)
=16k4+16k3+32k2+16k3+16k2+32k+16k2+ 16k+32
=16k4+32k3+64k2+48k+32
= 16(k4+2k3+4k2+3k+2)
= 32.1/2(k4+2k3+4k2+3k+2)
Karena (a2+3)(a2+7) = 32.1/2(k4+2k3+4k2+3k+2),
Jawab:
(a). (9a + 4) = (2a + 1).4 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(9a + 4, 2a + 1) = 1 (terbukti)
(b). (7a + 3) = (5a + 2).1 + (2a + 1)
(5a + 2) =(2a + 1).2 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(7a + 3, 5a + 2) = 1 (terbukti)
Jawab:
(a). (9a + 4) = (2a + 1).4 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(9a + 4, 2a + 1) = 1 (terbukti)
(b). (7a + 3) = (5a + 2).1 + (2a + 1)
(5a + 2) =(2a + 1).2 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(7a + 3, 5a + 2) = 1 (terbukti)
7. Diketahui a bilangan bulat ganjil, tunjukkan bahwa a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 habis
dibagi 12!
Jawab:
Diketahui a bilangan bulat ganjil, maka a = 2k + 1
Sehingga a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 = (2k + 1)2 + (2k + 3)2 + (2k + 5)2 + 1
= 4k2 + 4k + 1 + 4k2 + 12k + 9 + 4k2 + 20k + 25 + 1
= 12k2 + 36k + 36
= 12(k2 + 3k + 3)
Karena a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 = 12(k2 + 3k + 3), maka terbukti bahwa
12| a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1, dengan a bilangan bulat ganjil