Anda di halaman 1dari 38

BILANGAN PRIMA DAN PEMBAGI PERSEKUTUAN TERBESAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Bilangan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu bilangan prima adalah suatu bilangan bulat yang tepat memiliki dua pembagi
bilangan bulat positif. Bilangan prima dipelajari secara ekstensif oleh bangsa Yunani Kuno,
yang menelusuri berbagai sifat-sifat dasar mereka. Pada tiga abad yang lalu, ahli matematika
mencurahkan waktu mereka untuk mengeksplor dunia untuk menemukan suatu hal tentang
bilangan prima. Mereka telah menelusuri banyak sifat-sifat yang mengagumkan, merumuskan
dugaan-dugaan yang bermacam-macam, dan membuktikan kesimpulan yang menarik dan
mengejutkan. Penelitian terhadap pertanyaan-pertanyaan pada bilangan prima berlanjut
sampai saat ini, sebagian berjalan dengan kegunaan bilangan prima pada kriptografi modern.
Pertanyaan terbuka tentang bilangan prima memancing penelitian baru. Terdapat juga puluhan
dari ratusan orang-orang mencoba masuk buku rekor dengan menemukan keluasan bilangan
prima yang belum diketahui.
Setiap bilangan bulat dapat dituliskan secara unik sebagai hasil dari bilangan prima
(ketika bilangan prima ditulis dengan urutan yang meningkat). Kesimpulan ini dikenal dengan
Teorema Fundamental Aritmatika. Pembuktian teorema ini menggunakan konsep dari
pembagi persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat. Pada bab ini akan dibahas tentang
metode-metode yang digunakan untuk menemukan faktorisasi bilangan bulat dari hasil
bilangan prima dan kompleksitas dari metode-metode tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah:
1. Bilangan prima dan sifat-sifatnya.
2. Distribusi bilangan prima.
3. Faktor persekutuan terbesar.

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui bilangan prima dan sifat-sifatnya.
2. Mengetahui distribusi bilangan prima.
3. Mengetahui faktor persekutuan terbesar dan sifat-sifatnya.

D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian bilangan prima dan sifat-sifatnya, distribusi
bilangan prima, faktor persekutuan terbesar dan sifatnya.
2. Dapat menambah pemahaman dalam teori bilangan khususnya untuk mahasiswa
pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dan bagi mahasiswa matematika pada
umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Bilangan Prima

Definisi. Bilangan prima adalah bilangan bulat lebih besar dari 1 yang tidak habis dibagi oleh
bilangan positif lain selain 1 dan bilangan itu sendiri.

Contoh. Bilangan bulat 2, 3, 5, 13, 101 dan 163 merupakan bilangan prima.

Definisi. Bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dan bukan merupakan bilangan prima disebut
dengan bilangan komposit.

Contoh. Bilangan bulat 8 adalah bilangan komposit karena habis dibagi oleh 1, 2, 4, dan 8.

Makalah ini akan membahas distribusi bilangan prima diantara himpunan bilangan bulat dan
bukti dari beberapa sifat distribusi tersebut. Dimulai dengan menunjukkan bahwa banyaknya
bilangan prima adalah tidak berhingga. Oleh karenya dibutuhkan Lemma berikut.

Lemma 3.1. Setiap bilangan bulat lebih besar dari 1 mempunyai pembagi prima.
Bukti. Pembuktian menggunakan kontradiksi.
 Diasumsikan bahwa ada bilangan bulat yang lebih besar dari 1 yang tidak
memiliki pembagi prima.
 Karenanya himpunan dari bilangan bulat lebih besar dari 1 yang tidak memiliki
pembagi prima bukan merupakan himpunan kosong, misalkan
S  s  1 | s  .
 Karena himpunan S bukan himpunan kosong maka setidaknya S memiliki
bilangan bulat terkecil, misalkan n .
 n  1 dan tidak memiliki pembagi prima dan n membagi n , jadi n bukan
bilangan prima.
 Selanjutnya karena n adalah bilangan komposit, maka n dapat ditulis dalam
bentuk n  ab sedemikian sehingga 1  a  n dan 1  b  n .
 Diketahui bahwa a  n ( a bukan anggota S ), maka a mempunyai pembagi
prima misalkan p .

 Dari Teorema 1.8 p | a dan a | n maka p | n . Jadi n memiliki pembagi prima


yaitu p .
 Hal ini kontradiksi dengan asumsi di awal pembuktian. Maka, setiap bilangan
bulat lebih besar dari 1 mempunya pembagi prima.

Teorema 3.1. Ada tak berhingga banyaknya bilangan prima.

Bukti.

 Asumsikan bahwa banyaknya bilangan prima adalah berhingga, misalkan


2  p1 , p2 , p3 ,..., pn , dengan n    .

 Misalkan himpunan P  p1 . p2 . p3... pn dan M  P  1 .

 Karena M  p n dan p n adalah bilangan prima terbesar, maka M bukan


bilangan prima.
 Selanjutnya diketahui bahwa M  1, dari Lemma 1. M mempunyai pembagi
prima.
 Ini berarti salah satu dari daftar bilangan prima p1 , p2 , p3 ,..., pn harus

membagi M , misalkan pi dengan 1  i  n .

 Karena pi membagi M dan juga membagi p1 . p2 . p3... pn , maka dari Teorema

1.9 pi juga membagi M  p1 . p2 . p3... pn  1.

 Dari asumsi pi  2 , maka tidak mungkin pi membagi 1. Hal ini berarti pi

haruslah bilangan prima bukan anggota yang terdaftar.


 Karenanya asumsi bahwa banyaknya bilangan prima berhingga adalah salah.
Contoh.
Misalkan bilangan prima hanyalah 2, 3, 5, 7, 11, 13 dan 17. Maka ada bilangan bulat yang
diperoleh dari perkalian bilangan prima tersebut yaitu 2.3.5.7.11.13.17= 510510. Tetapi juga
dapat diperoleh bilangan bulat hasil perkalian bilangan prima tersebut ditambah dengan 1
yaitu 510511 dan pasti tidak habis di bagi oleh 2, 3, 5 dan 7 karena akan selalu menyisakan 1.
Maka berdasarkan Lemma 3.1 akan ada bilangan prima lain yang dapat membagi 510511
yaitu 19.97.277.

Teorema 3.2. Jika n adalah bilangan bulat komposit, maka n mempunyai faktor prima
yang tidak lebih dari n.
Bukti.
 Karena n adalah bilangan komposit maka n dapat dinyatakan dalam bentuk n  ab
dengan 1  a  n, 1  b  n.

 Jika kedua faktor a, b  n maka n  ab  n n  n . Hal ini tentu tidak mungkin,

karenanya salah satu faktor, misalkan a , tidak lebih besar dari n yaitu a  n .
 Dari Lemma 1. diketahui bahwa a mempunyai pembagi prima yang pasti tidak lebih

besar dari n , misalkan p .


 Dengan menggunakan teorema 1.8 yaitu p | a dan a | n maka p | n .

 Maka pembagi prima n  n .

Contoh.
Tentukan apakah 207 merupakan bilangan prima atau bukan.
 207  14.38 maka bilangan prima yang kurang dari 14.38 adalah 2, 3, 5, 7, 11 dan
13.
 Jika 207 habis dibagi salah satu bilangan prima di atas, maka 207 adalah bilangan
komposit.
 Jika 207 tidak habis dibagi oleh salah satu bilangan prima di atas, maka 207 adalah
bilangan prima.
 Di dapat bahwa 207  3.69 , karena 207 dapat dibagi oleh salah satu bilangan prima di
atas, maka 207 adalah bilangan komposit.

Teorema 3.2 dapat digunakan untuk menentukan semua bilangan prima yang lebih kecil atau
sama dengan bilangan bulat n . Langkah ini dinamakan sieve of Eratosthenes yang ditemukan
oleh Matematikawan Yunani Erastothenes. Akan dicari bilangan prima kurang dari 100
menggunakan sieve of Eratothenes. Berdasarkan Teorema 3.2, setiap bilangan komposit
kurang dari 100 harus mempunyai faktor prima kurang dari 100  10. Karena bilangan
prima yang kurang dari 10 adalah 2, 3, 5 dan 7 maka hanya perlu dicek bahwa setiap bilangan
komposit  100 dapat dibagi oleh prima 2, 3, 5 dan 7.

Pertama tandai menggunakan (--) semua kelipatan 2 kecuali bilangan itu sendiri, lalu tandai
dengan (/) semua kelipatan 3 kecuali dirinya sendiri. Selanjutnya semua kelipatan 5 ditandai
dengan (\) dan semua kelipatan 7 ditandai dengan (|). Maka semua bilangan bulat yang tidak
ditandai adalah bilangan prima kecuali 1.

Definisi. Fungsi  (x) dengan ∈ ℝ+ , menyatakan banyaknya bilangan prima yang tidak
melebihi x .
Contoh.

Dari ilustrasi menggunakan sieve of Eratothenes, diperoleh bahwa  (10)  4 dan  (100)  25 .

Bilangan Prima dalam Deret Aritmatika. Setiap bilangan bulat ganjil adalah bentuk 4n  1 atau
bentuk 4n  3 . Apakah ada tak berhingga banyaknya bilangan prima dalam kedua bentuk ini? Bilangan
prima 5, 13, 17, 29, 37, 41, … adalah bentuk dari 4n  1 dan bilangan prima 3, 7, 11, 19, 23, 31, 43, …
adalah bentuk dari 4n  3 . Maka dari hal ini dapat dilihat akan ada tak berhingga banyaknya bilangan
prima dalam deret ini.

Teorema 3.3. Direchlet’s Theorem on Prime Arithmetic Progression. Anggap bahwa a dan b
bilangan bulat positif 8 relative prima. Maka deret aritmatika an  b, n  1,2,3,... mengandung tak
berhingga banyaknya bilangan prima.

Latihan 3.1

1. Tentukan yang manakah dari bilangan bulat di bawah ini merupakan bilangan prima.
a. 101
Dari Teorema 4.4 (buku Sukirman hal. 79) jika 𝑛𝜖ℤ tidak memiliki faktor prima p

dengan 1  p  n , maka n adalah bilangan prima.

101  10.04 , bilangan prima p sedemikian sehingga 1  p  10.04 adalah 2, 3, 5, 7. Seluruh


bilangan prima tersebut bukan merupakan faktor prima dari 101. Maka 101 adalah bilangan
prima.
b. 103
103  10.14 , bilangan prima p sedemikian sehingga 1  p  10.14 adalah 2, 3, 5, 7. Seluruh
bilangan prima tersebut bukan merupakan faktor prima dari 103. Maka 103 adalah bilangan prima.
c. 107
107  10.34 , bilangan prima p sedemikian sehingga 1  p  10.34 adalah 2, 3, 5, 7. Seluruh
bilangan prima tersebut bukan merupakan faktor prima dari 107. Maka 107 adalah bilangan prima.
d. 111
111  10.53 , bilangan prima p sedemikian sehingga 1  p  10.53 adalah 2, 3, 5, 7. 111 bukan
bilangan prima karena dapat dibagi oleh 3.
e. 113
113  10.63 , bilangan prima p sedemikian sehingga 1  p  10.63 adalah 2, 3, 5, 7. Seluruh
bilangan prima tersebut bukan merupakan faktor prima dari 113. Maka 113 adalah bilangan prima.
f. 121
121  11 , bilangan prima p sedemikian sehingga 1  p  11 adalah 2, 3, 5, 7, 11. 111 bukan
merupakan bilangan prima karena memiliki faktor prima 11.

2. Tentukan yang manakah dari bilangan bulat di bawah ini merupakan bilangan prima.
a. 201
201= 3.67 , maka 201 bukan bilangan prima.
b. 203
203= 7.29, maka 203 bukan bilangan prima.
c. 207
207= 9.23, maka 207 bukan bilangan prima.
d. 211
211 adalah bilangan prima.
e. 213
213= 3. 71, maka 213 bukan bilangan prima.
f. 221
221= 13. 17, maka 221 bukan bilangan prima.

3. Gunakan sieve of Eratothenes untuk menentukan semua bilangan prima kurang dari 150.
Berdasarkan teorema 3.2, jika n adalah bilangan komposit, maka n mempunyai faktor yang tidak
lebih besar dari n.
Dengan demikian akan ditentukan bilangan prima yang tidak melebihi 150  12.25 yaitu 2, 3, 5, 7,
11.
Selanjutnya, bilangan 1 dan bilangan kelipatan dari bilangan prima tersebut ditandai (kecuali bilangan
2, 3, 5, 7, 11 itu sendiri). Semua bilangan yang tersisa merupakan bilangan prima.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75

76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105

106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120

121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135

136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150

Bilangan prima yang dimaksud adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47,
53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, 97, 101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137, 139, 149.

4. Tentukan semua bilangan prima yang merupakan selisih dua bilangan bulat berpangkat 4.
Akan dicari bilangan prima yang merupakan selisih dua bilangan bulat berpangkat 4. Atau
bilangan prima dengan bentuk m 4  n 4 untuk m, n ℤ.

 Pertama, ingat bahwa jika n  m maka m 4  n 4  0 , maka bukan bilangan prima.


 Oleh karena itu m  n . Jika m 4  n 4  ℤ+ , maka

    
m 4  n 4  m 2  n 2 m 2  n 2  m 2  n 2 m  nm  n …(*)

Dari (*) m 4  n 4 adalah bilangan prima jika tepat 2 dari 3 faktornya =1.

 Jika (m 4  n 4 )  1 maka m  1 dan n  0 , maka m 4  n 4  1 yang berarti bukan bilangan


prima.
 Jadi kemungkinannya hanya (m  n) dan (m  n)  1. Artinya

(m  n)  m  n 
2n  0
n0
Maka m 4  n 4  m 4 . Dan tidak mungkin bilangan prima.

 Jadi, tidak ada bilangan prima dengan bentuk m 4  n 4 .


5. Tunjukkan bahwa tidak ada bilangan bulat berbentuk n 3  1 yang merupakan bilangan prima,
selain 2  13  1.
Misalkan 𝑛 ∈ ℤ.
 Jika 𝑛 ∈ ℤ− maka n 3  1  0 yang artinya bukan bilangan prima.
 Jika 𝑛 ∈ ℤ+ maka
 
n 3  1  n  1 n 2  n  1 merupakan bilangan komposit kecuali jika (n  1)  1 atau

(n  1)  n 3  1 . 
 Untuk (n  1)  1 tidak mungkin untuk 𝑛 ∈ ℤ+ .

    
Untuk (n  1)  n 3  1 diperoleh n  1 . Artinya n 3  1  13  1  2.

  
Maka hanya saat n  1, n 3  1 adalah bilangan prima.

6. Tunjukkan bahwa jika a dan n adalah bilangan bulat positif dengan n  1 dan a n  1 adalah
bilangan prima, maka a  2 dan n adalah bilangan prima.

 
a n  1  a  1 a n1  a n2  ...  a  1 
 Ini berarti bahwa (a  1) | (a n  1)

  
Diketahui dari soal bahwa a n  1 adalah bilangan prima. Maka a  1  1  a  2

 Selanjutnya, misalkan n adalah bilangan komposit, maka n dapat dinyatakan dengan n  kl


dengan 1  k  n dan 1  l  n .

   
Dengan Hint yang diberikan yaitu a kl  1  a k  1 a k (l 1)  a k (l 2)  ...  a k  1 . Maka

2 n  1 adalah bilangan komposit.


 Hal ini kontradiksi dengan pernyataan a n  1 adalah bilangan prima. Oleh karena itu n
adalah bilangan prima.

7. Tunjukkan bahwa bilangan bulat Qn  n!1 , dengan 𝑛 ∈ ℤ+ , memiliki pembagi prima lebih besar

dari 𝑛. Simpulkan bahwa banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga.


 Qn  ℤ+  1 . Maka berdasarkan lemma 3.1 Qn mempunyai pembagi prima, misalkan p .

 Jika p  n , maka p | n! maka berdasarkan Teorema 1.9 p | Qn  n! =1. Hal ini kontradiksi.

Oleh karena itu p  n .

 Dari hal ini kita dapat membuat himpunan tak berhingga bilangan prima.
 Pilih p1 sebagai pembagi prima Q1 . Kemudian pilih p 2 menjadi pembagi prima Q p1 dan

secara umum pilih pk 1 menjadi pembagi prima dari Q pk . Maka p1  p2  ...  pk  ... ,

maka terbukti bahwa ada tak berhingga banyaknya bilangan prima.


8. Dapatkah kamu menunjukkan ada tak berhingga banyaknya bilangan prima dari bilangan
bulat S n  n!1 dengan 𝑛 ∈ ℤ.

 Diperlukan asumsi bahwa n  3 agar diperoleh S n  1 .

 Dengan menggunakan Lemma 3.1 maka S n memiliki faktor pembagi prima, misalkan p .

 Jika p  n , maka p | n! . Dari teorema 1.9 dipeorleh p | S n  n! 1 . Hal ini kontradiksi

dengan pernyataan bahwa p adalah pembagi prima.

 Oleh karena itu p  n . Hal ini menunjukkan kita dapat mengambil sebarang prima yang lebih
besar, yang banyaknya tak berhingga.

3
9. Tunjukkan jika p adalah faktor prima terkecil dari bilangan bulat positif n lebih dari n , maka
n / p harus bilangan prima atau 1.
 Jika n adalah bilangan prima, maka faktor prima terkecil dari n adalah p  n dan dalam
n
kasus ini 1
p
 Jika n  1 dan tidak prima, maka n harus komposit dan dapat dinyatakan dengan
n
n  p. ,
p

Dan karena p  3 n , maka

n
p
n
3 
n
 n .
3
2

n n
Sekarang, jika bukan bilangan prima maka mempunyai factor prima q dengan
p p

n 3
q  np
p
Dan q juga pembagi dari n , yang mana ini kontradiksi dengan definisi dari p yang

n
merupakan faktor prima terkecil dari n . Oleh karena itu harus prima.
p
10. Tunjukkan jika p adalah bilangan prima dalam deret aritmatika 3n  1, n  1,2,3,... , maka p juga
berada dalam deret 6n  1, n  1,2,3,...

 Misalkan p  3k  1 untuk 𝑘𝜖ℤ+ .

 Jika k ganjil, maka k  2n  1 untuk 𝑛𝜖ℤ maka p  3(2n  1)  1  6n  4  2(3n  2) dan


jelas ini bukan bilangan prima dan ini kontradiksi dengan pernyataan disoal yang menyatakan
p adalah bilangan prima.
 Oleh karena itu, k harus genap, katakan k  2n untuk n. Maka
p  3(2n)  1  6n  1 .

3.2 Distribusi Bilangan Prima


Kita ketahui bahwa ada tak berhingga banyaknya, tetapi dapatkah kita perkirakan berapa banyak
bilangan prima yang lebih kecil dari bilangan riil positif x . Salah satu teorema yang paling terkenal
adalah teorema bilangan prima yang akan menjawab pertanyaan di atas.

Teorema 3.4. Teorema Bilangan Prima. Rasio dari  (x) dan x / log x mendekati 1 saat x
menuju tak hingga.

Berikutnya akan didiskusikan bagaimana keteraturan bilangan prima didistribusikan di seluruh bilangan
bulat positif.

Teorema 3.5. Untuk setiap bilangan bulat positif n , setidaknya terdapat n bilangan bulat positif
berturut-turut yang merupakan bilangan komposit.

Bukti.
 Ingat kembali definisi dari n! 1.2.3.4...n untuk setiap 𝑛 ∈ ℤ+ .
 Kemudian ada bilangan bulat terurut n  1!2, n  1!3, n  1!4,..., n  1!n  1.

 Untuk 2  j  n  1 , jika j | n  1! maka menurut Teorema 1.9 j | n  1! j

 Oleh karena itu n bilangan bulat berurutan semuanya adalah komposit.


Dugaan Bilangan Prima
Dugaan adalah suatu pernyataan yang secara matematis belum dapat dibuktikan kebenarannya
maupun kesalahannya. Meskipun banyak sekali contoh kejadian yang membenarkan dugaan
tersebut, tetapi bukti secara matematis dari dugaan tersebut belum diperoleh. Ada enam dugaan
tentang bilangan prima yang dipandang cukup penting, yaitu dugaan Bertrand, dugaan Prima
Kembar, dugaan Erdos dalam barisan Aritmatika bilangan prima, dugaan Goldbach, dugaan n 2  1
dan dugaan Legendre.
1. Dugaan Bertrand
Tahun 1845, matematikawan Joseph Bertrand menduga bahwa untuk setiap bilangan bulat positif n
dengan n  1, terdapat sebuah bilangan prima p yang menunjukkan bahwa n  p  2n . Dugaan ini
tidak dapat dibuktikan oleh Bertrand. Bukti pertama dugaan ini ditemukan oleh Pafnuty Chebyshev
pada tahun 1852. Karena dugaan ini telah dibuktikan maka sering disebut Postulat Bertrand.
2. Dugaan Prima Kembar
Terdapat banyak sepasang bilangan prima yang tak terhingga dari p dan p  2 .

3. Dugaan Erdos pada Deret Aritmatika Bilangan Prima


Untuk setiap bilangan bulat positif n  3 , terdapat deret aritmatika prima sepanjang n .
Contoh : 5, 11, 17, 23, 29 adalah 5 bilangan prima berturut dibarisan aritmatika.
4. Dugaan Goldbach
Dugaan ini paling terkenal pada bilangan prima. Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dari 2
dapat ditulis sebagai penjumlahan dari 2 bilangan prima. Dugaan ini dinyatakan oleh Christian
Goldbach di dalam suratnya untuk Leonard Euler pada tahun 1742.
Contoh : bilangan bulat 10, 24 dan 100 dapat ditulis sebagai penjumlahan dua bilangan prima dengan
cara berikut :
10  3  7  5  5
24  5  19  7  17  11  13
100  3  97  11  89  29  71  41  59  47  53
Dugaan ini juga bias untuk bilangan bulat positif ganjil yang besar dari 5 yang dapat ditulis sebagai
penjumlahan 3 bilangan prima.
Contoh : bilangan ganjil 7, 17 dan 27 dapat ditulis sebagai penjumlahan tiga bilangan prima dengan
cara sebagai berikut:
7  3 2 2
17  11  3  3
27  23  2  2
Dugaan n  1
2
5.
Terdapat banyak bilangan prima tak terhingga dari bentuk n 2  1 , dimana n adalah bilangan bulat
positif. Dugaan ini ditunjukkan oleh Henryk Iwaniec tahun 1973.

6. Dugaan Legendre
Terdapat sebuah bilangan prima diantara setiap dua pasang kuadrat bilangan bulat berturut-turut.
Dugaan ini ditunjukkan oleh matematikawan asal Prancis yaitu Adrienmarie Legendre. Bilangan bulat
berturut-turut dalam dugaan ini adalah ditunjukkan dari bilangan prima antara n 2 dan n 2  1 untuk

semua n  1018 . Untuk n yang cukup besar, bilangan primanya antara n 3 dan (n  1) 3 .

Latihan 3.2
1. Tentukan lima bilangan komposit yang paling kecil.
Lima bilangan bulat komposit terkecil yang berurutan dapat ditentukan dengan mencari
pasangan pertama dari bilangan komposit ganjil berurutan, 25 dan 27. Karenanya lima
bilangan bulat komposit berurutan terkecil adalah 24, 25, 26, 27, 28.

2. Tentukan satu juta bilangan komposit berurutan.


Dimulai dengan bilangan n  1!2 , dengan n  1.000.000 . Maka diperoleh bilangan yang
dimaksud adalah
1.000.000!2, 1.000.000!3,...,1.000.000!1.000.001

3. Tunjukkan bahwa tidak ada “triplet prima” bentuk p, p  2, p  4 , selain daripada 3, 5 dan 7.
 Anggap bahwa p, p  2, p  4 semuanya adalah bilangan prima. Catat bahwa sebarang

n bilangan terurut ada satu yang terbagi oleh n . Maka satu dari p, p  2, p  4 terbagi
oleh 3. Kemudian dengan mempertimbangkan 3 kasus yaitu
 Pertama, anggap bahwa p adalah bentuk 3k , maka p bukan bilangan prima kecuali
k  1 yaitu 3, 5 dan 7.
 Selanjutnya, anggap bahwa p adalah bentuk 3k  1 , maka p  2  3k  3  3(k  1)
bukan merupakan bilangan prima.
 Terakhir, anggap bahwa p adalah bentuk 3k  2 . Maka p  4  3k  6  3(k  2) , juga
bukan merupakan bilangan prima.
 Maka, triplet prima hanya terjadi pada 3, 5 dan 7.

4. Tentukan bilangan prima terkecil antara n dan 2n untuk nilai n berikut ini.
a. 3, bilangan prima terkecil antara 3 dan 6 adalah 5
b. 5, bilangan prima terkecil antara 5 dan 10 adalah 7
c. 19, bilangan prima terkecil antara 19 dan 38 adalah 23.

5. Tentukan 4 himpunan bilangan terkecil dari triplet prima dengan bentuk p, p  2, p  6 .


Dengan menggunakan table sieve Eratothenes diperoleh 4 himpunan bilangan terkecil dari
triplet prima dengan bentuk p, p  2, p  6 adalah (5, 7, 11), (11, 13, 17), (17, 19, 23) dan (41,
43, 47).

6. Tentukan bilangan prima terkecil antara n 2 dan n  1 untuk semua bilangan bulat positif n
2

dengan n  10 .

Untuk memperoleh bilangan prima terkecil antara n 2 dan n  1 , kami menuliskannya satu
2

per satu sebagai triplet ( n , bilangan prima terkecil, n  1 ). Untuk n  1,2,...,10 diperoleh (1,
2 2

2, 4), (4, 5, 9), (9, 11, 16), (16, 17, 25), (25, 29, 36), (36, 37, 49), (49, 53, 64), (64, 67, 81), (81, 83,
100) dan (100, 101, 121).

7. Tunjukkan dari tak berhingga banyaknya bilangan prima tidak ada satupun bilangan prima yang
berpasangan kembar ( a pair of twin primes cari).
Jika p adalah bilangan prima dengan bentuk 15k  8 , maka p  2  15k  10  5(3k  2)
yang mana ini bukan prima. Juga p  2  15k  6  3(5k  2) yang juga bukan prima. Oleh
karena itu p tidak dapat menjadi pasangan prima. Hal ini juga sesuai Teorema Dirichlet, karena

(8,15)=1 maka deret 15k  8 mengandung tak berhingga bilangan prima.


8. Periksa dugaan Goldbach untuk setiap hasil dari n
Dugaan Goldbach menyatakan bahwa setiap bilangan bulat positif genap lebih besar dari 2 dapat
ditulis sebagai penjumlahan dua bilangan prima.
a. 50 = 47 + 3
b. 98 = 87 + 11
c. 102 = 97 + 5
d. 144 = 139 +5
e. 200 = 197 +3
f. 222 = 211 + 11

9. Tunjukkan bahwa setiap bilangan bulat lebih besar dari 11 adalah penjumlahan dua bilangan
komposit.
 Misalkan n bilangan bulat lebih besar dari 11.
 Jika n adalah bilangan genap, maka n dapat dinyatakan sebagai n  4  (n  4) yang
merupakan penjumlahan dua bilangan komposit karena 4 adalah bilangan bulat komposit
dan n  4 karena genap dan lebih besar dari 2.
 Jika n adalah bilangan ganjil, maka n dapat dinyatakan sebagai n  (n  9)  9 yang
merupakan penjumlahan dua bilangan bulat komposit karena 9 adalah bilangan komposit
adalah bilangan genap yang lebih besar dari 2.

10. Misalkan G (n) menyatakan banyak cara untuk menuliskan bilangan bulat genap dengan n
sebagai jumlah dari p  q , ketika p dan q adalah bilangan prima dengan p  q . Dugaan

Goldbach menegaskan bahwa G (n)  1 untuk semua bilangan bulat genap dengan n  2 . Dugaan

kuat menegaskan bahwa G (n) cenderung menuju tak hingga sebagai bilangan bulat genap n .

a. Tentukan G (n) untuk setiap bilangan bulat genap n dengan 4  n  30

Untuk n = 4, diperoleh 4 = 2 + 2 sehingga G(4) = 1.


Untuk n = 6, diperoleh 6 = 3 + 3, sehingga G(6) = 1.
Karena 8 = 5 + 3, G(8) = 1.
Karena 10 = 5 + 5 = 7 + 3, G(10) = 2.
Karena 12 = 7 + 5, G(12) = 1.
Karena 14 = 7 + 7 = 11 + 3, G(14) = 2.
Karena 16 = 13 + 3 = 11 + 5, G(16) = 2.
Karena 18 = 13 + 5 = 11+7, G(18) = 2.
Karena 20 = 17+3 = 13+7, G(20) = 2.

Karena 22 = 19+3 = 17+5 = 11+11, G(22) = 3.


Karena 24 = 19+5 = 17+7 = 13+11, G(24) = 3.
Karena 26 = 23+3 = 19+7 = 13 + 13, G(26) = 3.
Karena 28 = 23+5 = 17+11, G(28) = 2.
Karena 30 = 23+7 = 19+11 = 17 + 13, G(30) = 3.

b. Tentukan G(158)
Bilangan prima kurang dari 158 adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43,
47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 73, 79, 83, 89, 97, 101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137,
139, 149, 151, dan 157. Jika kita mengurangi masing-masing dari 158 kita mendapatkan
daftar angka berikut: 156, 155, 153, 151, 147, 145, 141, 139, 135, 129, 127, 121, 117,
115, 111, 105, 99, 97, 91, 87, 85, 79, 75, 69, 61, 57, 55, 51, 49, 45, 31, 27, 21, 19, 9, 7,
1 di antaranya hanya 151, 139, 127, 97, 79, 61, 31, 19, dan 7 adalah bilangan prima, jadi
G (158) = 9.
3.3 Pembagi Persekutuan Terbesar dan sifatnya
Konsep dari Pembagi Persekutuan Terbesar (PPB) dari dua bilangan bulat telah dikenalkan
pada subbab 1.5 Buku Rosen Halaman 36 tentang keterbagian. PPB dari dua bilangan bulat a dan
b yang tidak keduanya 0, dinotasikan (a,b) adalah bilangan bulat terbesar yang membagi a dan
membagi b. Pada materi keterbagian, disebutkan pula bahwa dua bilangan bulat relatif prima jika
tidak ada pembagi kedua bilangan tersebut yang lebih besar dari 1.

Catatan yang mana jika pembaginya adalah –a adalah sama dengan pebagi dari a. yang mana
itu mengikuti (a,b) = (|𝑎|, |𝑏| ) (dimana |𝑎| nilai mutlak dari a, yang mana a jika a ≥ 0 dan –a
jika a < 0).

Misalkan (15,81) = 3. Jika kita membagi 15 dan 81 dengan (15,81) = 3. Kita peroleh dua
bilangan bulat prima yaitu 5 dan 27. Artinya kita mendapat dua bilangat bulat yang relative prima
ketika kita membaginya dengan Pembagi Perseketuan Terbesarnya. Dalam ilustrasi contoh diatas
, maka pada bab ini akan menjelaskan, mendapatkan dua bilangan bulat relative prima ketika kita
membagi keduanya dengan Pembagi Persekutuan Terbesar bilangan tersebut.

Teorema 3.6 (Rosen, 2011 : 94)

Jika a dan b adalah bilangan bulat dengan (a,b) = d , maka (a/d, b/d) = 1. (dengan
kata lain, a/d dan b/d adalah relatif prima)

Bukti :

 Misal a dan b ∈ 𝑍 dengan (a,b) = d. Akan ditunjukkan bahwa a/d dan b/d tidak
memiliki pembagi lain selain 1.
 Asumsikan ada e ∋ e|(a/d) dan e|(b/d) , e ∈ 𝑍 +
Dari definisi keterbagian ada bilangan bulat k dan l dengan a/d = ke dan b/d = le,
sehingga a = dek dan b = del
Dengan demikian de adalah pembagi dari a dan b.
 Karena d adalah PPB dari a dan b, maka de ≤ d, sehingga e = 1.
Akibatnya (a/d, b/d) = 1
Contoh :

Buku Rosen Halaman 99 nomer 1 yang (a)

(a) Jika a = 15, b = 35 dengan d = (a,b) = (15, 35) = 5

 15 35 
maka  ,   3 , 7   1
5 5

(b) Jika a = 16, b = 48 dengan d = (a,b) = (16, 48) = 16

 16 48 
maka  ,   1, 3  1
 16 16 

Akibat 3.6.1 (Rosen, 2011 : 94)

Jika a dan b ≠ 0 bilangan bulat, maka a/b = p/q untuk beberapa bilangan
bulat p dan q ≠ 0 dengan (p,q) = 1

Bukti :

 Misalkan (a, b) = d
Maka d|a → a = p . d → p = a/d (p,q) = (a/d, b/d) (*)

d|b → b = q . d → q = b/d

 a dan b ≠ 0 adalah bilangan bulat.


Ditentukan bahwa p = a/d dan q = b/d dengan d = (a,b).

 Maka p/q = (a/d) / (b/d) = a/b.


 Karena (a,b) = d dari Teorema 3.6 maka ( a/d, b/d) = 1
 Sehingga (p,q) = 1 (*)
Contoh :

Jika a = 14, b = 54 , d = (a,b) = (14,54) = 2

a 14 b 54
maka p =   7 dan q    27
d 2 d 2

14 7
Diperoleh  dengan (7,27) = 1
54 27

Teorema 3.7 (Rosen, 2011 : 94)

Misalkan a, b dan c adalah bilangan bulat, maka (a +cb, b) = (a,b)

Bukti :

 a, b, c ∈ 𝑍 → (a+cb, b) = (a,b)
 Misalkan e pembagi persekutuan a dan b
Sehingga e | a dan e | b , Maka menurut Teorema 1.9

( c|a, c|b maka c|(ma+nb) dimana a,b,m,n ∈ 𝑍)

Sehingga kita dapat

e|(a + cb) (*)

Maka kita peroleh e pembagi persekutuan ( a+cb) dan b … (*)

Jika e pembagi persekutuan ( a+cb) dan b maka menurut Teorema. 3.9

e|(a + cb) dan e|b → e|(m(a+cb)+ ncb) dimana m = 1 dan n = -c


Sehingga
e|(a+cb-cb) = e|a
maka e pembagi persekutuan a dan b …(**)

Akibatnya, (a+cb, b) = (a,b) … ( Terbukti)


Contoh :

Misal a = 36, b = 80, maka

(36,80) = 4

(36 + 2.80, 80) = (36+ 160, 80) = (196, 80) = 4 ; untuk c = 2

(36 + (-2.80), 80) = (36 + (-160), 80) = (-124,80) = 4 ; untuk c = (-2)

(36 + 5.80, 80) = (36+ 400, 80) = (436, 80) = 4 ; untuk c = 5

Definisi (Rosen, 2011 : 94)

Jika a dan b bilangan bulat, maka kombinasi linear dari a dan b adalah jumlah
dari ma + nb, dengan m dan n keduanya bilangan bulat.

Contoh :

Tentukan kombinasi linear 2m + 14n dengan m dan n keduanya bilangan bulat.

Penyelesaian :

Ambil sebarang bilangan bulat m dan n :

m = 1 dan n = -1, maka 2.1 + 14.(-1) = -12

m = -2 dan n = 1, maka 2.(-2) + 14.1 = 10

m = 0 dan n = 0, maka 2.(0) + 14.0 = 0

m = 2 dan n = -1, maka 2.2 + 14.(-1) = 10

m = -1 dan n = 1, maka 2.(-1) + 14.1 = 12, dan seterusnya.

Dapat ditunjukkan bahwa himpunan semua kombinasi linear dari 2 dan 14 adalah

{…, -12, -10, -8, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, …}.
Teorema 3.8 (Rosen, 2011 : 95)

PPB dari bilangan bulat a dan b, yang keduanya tidak 0, adalah bilangan
bulat positif terkecil yang merupakan kombinasi linear dari a dan b.

Bukti:

 Misal d adalah bilangan bulat positif terkecil yang merupakan kombinasi linear dari a dan
b (menurut Prinsip Well-Ordering, ada suatu bilangan bulat positif terkecil, karena minimal
salah satu dari dua kombinasi linear 1.a + 0.b dan (-1).a + 0.b, dengan a ≠ 0, adalah positif).
Dituliskan d = ma + nb ………………..(*)

dengan m dan n bilangan bulat. Maka akan ditunjukkan bahwa d|a dan d|b.

 Menurut Algoritma Pembagian, didapat a = dq + r, 0 ≤ r < d


dari persamaan ini dan (*), diketahui bahwa

r  a  dq
 a  qma  nb 
 a  qma  qnb
 (1  qm)a  qnb

Hal ini menunjukkan bahwa r merupakan kombinasi linear dari a dan b. Karena 0 ≤ r < d,
dan d adalah kombinasi linear terkecil dari a dan b, disimpulkan bahwa r = 0, dan akibatnya
d | a. Dengan cara yang sama, bisa ditunjukkan bahwa d | b.

 Karena d|a dan d|b, maka d suatu pembagi persekutuan dari a dan b.
 Akan ditunjukkan bahwa d merupakan PPB dari a dan b, dan untuk menunjukkannya maka
akan diberikan sembarang bilangan pembagi persekutuan yang lain dari a dan b yang
membagi d, misalkan sembarang bilangan itu adalah c
 Diketahui d = ma + nb, jika c|a dan c|b, menurut teorema 1.9 maka c|d, sehingga d ≥ c.
Terbukti bahwa (a,b) = d
Contoh:

Misal a = 4 dan b = 16

Kombinasi linearnya adalah 4m + 16n , dengan m dan n bilangan bulat.

Ambil sebarang bilangan bulat m dan n, kemudian substitusi ke dalam kombinasi linearnya.

m = -2 dan n = 1 maka 4m + 16n = 4. (-2) + 16.1 = -8

m = -1 dan n = 1 maka 4m + 16n = 4. (-1) + 16.1 = 12

m = 0 dan n = 0 maka 4m + 16n = 4.0 + 16.0 = 0

m = 1 dan n = -1 maka 4m + 16n = 4.1+ 16.(-1) = -12

m = 2 dan n = -1 maka 4m + 16n = 4.2 + 16.(-1) = -8

Demikian seterusnya hingga didapat himpunan semua kombinasi linearnya yaitu {…, -12, -8,
-4, 0, 4, 8, 12, …}.

Bilangan bulat positif terkecil yang terdapat pada himpunan tersebut adalah 4, sesuai dengan
PPB 4 dan 16 yaitu (4,16) = 4
Akibat 3.8.1 .Teorema Bezout (Rosen, 2011: 95)

Jika a dan b bilangan bulat maka terdapat bilangan bulat m dan n


sedemikian hingga ma + nb = (a,b).

Contoh

Misal a = 4 dan b = 10 maka (a,b) = (4, 10) = 2.

Akan diambil beberapa nilai m dan n, dengan m dan n bilangan bulat sehingga diperoleh 4m
+ 10n = 2.

Perhatikan persamaan 4m+10n= 2, (-2).4+ 1. 10= 2, maka -2 dan 1 merupakan koefisien


Bezout dari 4 dan 10.

4. 8 + (-3).10 = 2, maka 8 dan -3 juga merupakan koefisien Bezout dari 4 dan 10.

Maka akan ada tak hingga banyaknya koefisien Bezout dari 4 dan 10 karena -2+10t dan 1 +
(-4)t adalah koefisien Bezout dari 4 dan 10 setiap bilangan bulat t.
Akibat 3.8.2

Bilangan bulat a dan b merupakan bilangan bulat yang relatif prima jika
dan hanya jika terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian hingga ma + nb = 1.

Bukti:

Jika a dan b relatif prima maka (a,b) = 1.

Menurut teorema 3.8, 1 adalah bilangan bulat positif terkecil yang merupakan kombinasi
linear dari a dan b. Akibatnya, ada bilangan bulat m dan n sehingga ma + nb = 1.

Sebaliknya, jika ada bilangan bulat m dan n dengan ma + nb = 1,

maka dengan Teorema 3.8 didapat (a,b) = 1.

Contoh:

Misal a =5 dan b = 8.

Terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian hingga 5m + 8n = 1.

Bilangan yang dimaksud adalah m = -3 dan n = 2.

Dengan demikian 5 dan 8 merupakan bilangan bulat yang relatif prima.

Teorema 3.9 (Rosen, 2011 : 97)

Jika a dan b adalah bilangan bulat positif, maka himpunan kombinasi linear
dari a dan b adalah himpunan kelipatan bilangan bulat dari (a,b).

Bukti :

 Misalkan . akan dibuktikan bahwa setiap kombinasi linear dari a dan b


merupakan kelipatan dari d.
 Berdasarkan definisi PPB, (a,b) = d, maka d|a dan d|b. Kombinasi linear dari a dan b adalah
ma + nb, dengan m,n  Z.
 Berdasarkan Teorema 1.9, untuk semua m,n  Z, maka d | ma + nb .
Jadi, ma + nb adalah kelipatan dari d.
 Akan dibuktikan semua kelipatan dari d juga merupakan kombinasi linear dari a dan b.
Berdasarkan Teorema 3.8.1 terdapat bilangan bulat r dan s sedemikian hingga
.
 Kelipatan dari d merupakan bilangan bulat dari bentuk jd, dengan j bilangan bulat. Maka
:

Kalikan dengan j, menjadi

jd = j(ra+sb)

jd = (jr)a+(js)b

Sehingga setiap kelipatan dari d adalah kombinasi linear dari a dan b.

Contoh:

Misal a = 8 dan b = 12, maka (a,b) = (8,14) = 2

Himpunan kombinasi linear 8m + 14n dengan m dan n bilangan bulat adalah {…, -8, -6, -
4, -2, 0, 2, 4, 6, 8 …}.

Terlihat bahwa himpunan tersebut merupakan himpunan kelipatan 2.

Teorema 3.10 (Rosen, 2011 : 97)

Jika a dan b adalah bilangan bulat, tidak keduanya 0, maka suatu bilangan
bulat positif d adalah pembagi persekutuan terbesar dari a dan b jika dan hanya
jika

(i) d|a dan d|b, dan


(ii) jika c adalah suatu bilangan bulat dengan c|a dan c|b, maka c|d.
Bukti :

 Pertama akan ditunjukkan bahwa PPB dari a dan b memiliki kedua sifat tersebut (i) dan
(ii).
 Misalkan dengan definisi faktor persekutuan, didapat d|a dan d|b (i). Menurut
Teorema 3.8, didapat d = ma + nb, dengan m,n Z. Akibatnya, jika c|a dan c|b, maka c|d
(ii) (Menurut
= ma + nb Teorema 1.9). Sehingga telah ditunjukkan bahwa jika d = (a, b),
maka sifat (i) dan (ii) terbukti.
 Asumsikan bahwa sifat (i) dan (ii) telah diketahui, maka d adalah faktor persekutuan dari
a dan b.
 Dengan sifat (ii), diketahui bahwa jika c adalah faktor persekutuan dari a dan b, maka c|d,
jadi d = ck untuk beberapa bilangan bulat k. Oleh karena itu, c = d/k ≤ d. Ini
menunjukkan bahwa bilangan bulat positif yang memenuhi (i) dan (ii) pasti merupakan
PPB dari a dan b.
Contoh :

Untuk a bilangan positif, tentukan PPB dari a dan a2 ( Rosen,2011: 99 )

Penyelesaian :

Pembagi a : 1,a

Pembagi a2 : 1,a,a2

Maka ( a, a2 ) = a
Definisi (Rosen, 2011 : 98)

Diberikan a1, a2, ….. an adalah bilangan bulat yang tidak semuanya 0.

PPB dari bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan terbesar yang merupakan


pembagi persekutuan dari semua bilangan bulat dalam himpunan tersebut.
PPB dari a1, a2, ….. an dinotasikan dengan (a1, a2, …., an).

Contoh :

(12, 20, 28) = 4 dan (24, 0, 16) = 8

Lemma 3.2 (Rosen, 2011 : 98)

Jika a1, a2, ….. an adalah bilangan bulat yang tidak semuanya 0,

maka (a1, a2, …., an-1, an) = (a1, a2, …., an-2, (an-1, an)).

Contoh :

Untuk mencari PPB dari tiga bilangan bulat 105, 140 dan 350, maka digunakan lemma 3.2
yaitu (105, 140, 350) = (105, (140, 350)) = (105, 70) = 35

Definisi (Rosen, 2011 : 98)

Bilangan bulat a1, a2, ….. an adalah saling relatif prima jika (a1, a2, ….. an) = 1.
Bilangan bulat tersebut dinamakan relatif prima berpasangan jika untuk setiap
pasangan bilangan ai dan aj dengan i ≠ j dari himpunan tersebut, (ai, aj) = 1; itu
berarti, jika setiap pasang bilangan bulat dari himpunan tersebut adalah relatif
prima.
Soal 3.3

1. Tentukan PPB dari setiap pasangan bilangan bulat berikut.


a) 15, 35 c) -12, 18 e) 11, 121
b) 0, 111 d) 99, 100 f) 100, 102

Jawab:

a. (15, 35) = 5
15 = 1, 3, 5 15
35 = 1, 5, 7, 35

b. (0, 111) = 111


Setiap bilangan bulat adalah pembagi dari 0. Karenanya PPB dari 0 dan 111 adalah
111

c. (-12, 18) = 6
(a,b) = (|𝑎|, |𝑏|) (dimana |𝑎| nilai mutlak dari a, yang mana a jika a ≥ 0 dan –a jika a
< 0).
-12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12
18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18

d. (99, 100) = 1

e. (11, 121) = 11
11= 1, 11
121 = 1, 11, 121

f. (100, 102) = 2
100 = 1,2, 4, 5, 10, 20, 100
102 = 1, 2, 3, 6, 17, 51, 102
(102-100) = 2 . karena 2 adalah pembagi persekutuan dari 100 dan 102. 2 adalah PPB

2. Tentukan PPB dari setiap pasangan bilangan bulat berikut.


a) 5, 15 c) -27, -45 e) 100, 121
b) 0, 100 d) -90, 100 f) 1001, 289

Jawab:

a. (5, 15) = 5 c. (-27, -45) = 9 e. (100, 121) = 1


b. (0, 100) = 100 d. (-90, 100) = 10 f. (1001, 289) = 1
3. Misalkan a adalah suatu bilangan bulat positif. Tentukan PPB dari a dan 2a.
Jawab:
PPB dari (a, 2a) adalah pembagi dari selisih mereka, 2a-a = a. a membagi a dan 2a. maka
(a, 2a) = a

4. Misalkan a adalah suatu bilangan bulat positif. Tentukan PPB dari a dan a2.
Jawab:
Karena a merupakan pembagi persekutuan a dan a2. Dan a tidak memiliki pembagi yang
lebih besar dari dirinya, Maka PPB (a, a2) = a

5. Misalkan a adalah suatu bilangan bulat positif. Tentukan PPB dari a dan a + 1.
Jawab:
Dari Teorema 3.9. Jika d|a dan d|a+1, maka d|a+1-a = 1
Sembarang pembagi persekutuan dari a dan a+1 harus membagi 1.
Oleh karena itu (a, a+1) = 1
d|a, d|a+1 → d|1 (yang bisa membagi 1 adalah dirinya sendiri)

6. Misalkan a adalah suatu bilangan bulat positif. Tentukan PPB dari a dan a + 2.
Jawab:
Pembagi persekutuan a dan a + 2 juga pembagi dari (a+2)-a=2.
Karena jika a genap, maka (a, a+2) = 2, karena 2 membagi keduanya.
Jika a ganjil, maka (a, a+2)=1

Atau
Jika a ganjil dan jika d|a dan d|a+2 , maka d |2.
Karena a ganjil, maka d =1. Oleh karenannya (a,a+2)=1
Jika a genap, maka d=1 dengan 2|a dan 2|a+2, jika d|a dan d|a+b
Maka d|2. Oleh karea itu (a,a+2)=2

7. Tunjukan pembagi persekutuan terbesar dari 2 bilangan genap adalah genap.


Jawab.
Misalkan a dan b bilangan bulat genap. Maka bisa dinyatakan a=2k dan b= 2t
Misalkan (a,b) = d
Dari teorema Bezout, ada bilangan bulat m dan n
ma + nb = (a,b)
m (2k) + n (2t) = (a,b)
2 (mk + nt) = (a,b)
Oleh karena 2 | d, d adalah genap
8. Tunjukan PPB dari bilangan genap dan bilangan ganjil adalah ganjil.
Jawab
Misalkan a genap dan b ganjil (**) dan asumsikan
(a,b) = d adalah genap
Maka d = 2k untuk k 𝜖 Z dan d|b.
Kemudian dari (*) dn=b , n 𝜖 Z , Kita peroleh
2kn = b , jadi 2|b yang artinya b adalah genap.
Hal ini kontradiksi dengan (**) : oleh karena itu d = ganjil

9. Tunjukan jika a dan b ∈ Z ≠ 𝟎, dan c ∈ Z ≠ 𝟎 maka (ca, cb) = |𝒄| (a,b)


Jawab:
Dengan Teorema 3.8, (ca, cb) = cma + cnb = | c | · | ma + nb |, di mana cma + cnb
kemungkinan terkecil. Karena itu, | ma + nb | adalah bilangan bulat positif terkecil yaitu
sama dengan (a, b).
( ca, cb) = |𝑐 | (a,b)

10. Tunjukan jika a dan b ∈ Z dengan (a,b)=1, maka (a+b, a-b) maka ( a + b, a-b) = 1
atau 2
Jawab
Anggap bahwa d pembagi bersama a+b dan a-b.
d|(a.b) , d|(a-b) ↔ d|(a+b)-(a-b) = d|2b
↔ d|(a+b)-(a-b) = d|2a

Karena (a,b)=1, (2a + 2b) = 2 dengan Maka d|2. Maka d=1 atau d=2. Oleh karena itu ((a+b,
a-b) = 1 atau 2.

No. 13 Tunjukkan jika a bilangan bulat genap dan b bilangan bulat ganjil maka, (a,b) =
(a/2, b) !
Jawab.
Misalkan a = 2k. Karena (a,b) | b dan b merupakan bilangan ganjil maka, (a,b) juga
merupakan bilangan ganjil. Tetapi, (a,b) | a = 2k. Sehingga, (a,b)|k. Jadi, terbukti bahwa
(a,b) = (k,b) = (a/2, b) untuk a bilangan genap dan b bilangan ganjil.
N0. `17. Tentukan suatu himpunan yang memuat tiga bilangan bulat saling relatif prima,

tetapi terdapat dua di antaranya yang tidak relatif prima.

Jawab:

Misalkan p, q, r menjadi bilangan prima. {pq, qr, pr} adalah himpunan tiga bilangan bulat
yang relatif sama prima, tetapi tidak ada dua yang relatif prima.

(3, 5, 7)

(15, 35, 21) = (3, (35,21)) = (15, 7) = 1

No.19. Temukan pembagi persekutuan terbesar dari setiap himpunan bilangan bulat
berikut.

a. (8, 10, 12) = 2


b. (5, 25, 75) = 5
c. (99, 9999, 0) = 99
d. (6, 15, 21) = 3
e. (−7, 28, −35) = 7
f. (0, 0, 1001) = 1001

No. 24 Tunjukkan jika k adalah bilangan bulat positif maka, FPB dari 3k + 2 dan 5k + 3
adalah bilangan relatif prima !
Jawab
5 (3k + 2) – 3 (5k +3) = 1, dengan teorema 3.8 maka, diperoleh 3k + 2 dan 5k + 3 adalah
bilangan relatif prima.
No. 25. Tunjukkan bahwa 8a + 3 dan 5a + 2 adalah relatif prima untuk semua
bilangan bulat a.
Jawab
Kita mengatakan a1 dan a2 adalah relatif prima jika (a1, a2) = 1.
(8a + 3) = (5a + 2).1 + (3a + 1)
(5a + 2) = (3a + 1).1 + (2a + 1)
(3a + 1) = (2a + 1).1 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a= 1.a + 0
(8a + 3, 5a + 2) = 1 Terbukti

No. 31. Tunjukkan jika n adalah bilangan bulat positif maka, (2n2 + 6n – 4, 2n2 + 4n – 3)
= 1!
Jawab.

Substitusikan Teorema 3.7 sehingga diperoleh

(2n2 + 6n – 4, 2n2 + 4n – 3) = (2n2 + 6n – 4 – (2n2 + 4n – 3), 2n2 + 4n – 3)

= (2n – 1, 2n2 + 4n – 3)

= (2n – 1, 2n2 + 4n – 3 – n (2n -1))

= (2n – 1, 5n – 3)

= (2n – 1, 5n – 3 – 2 (2n – 1)

= (2n-1, n-1) = (2n -1 – 2 (n-1), n – 1) = (1, n -1)=1


Dari Buku Burton

1. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat a, salah satu dari bilangan bulat
berurutan a, a + 2, a + 4 habis dibagi 3!
Jawab:
Pandang tiga hal berikut:
 Jika a = 3k.
Pada kasus ini, a pasti habis dibagi 3, karena merupakan kelipatan 3

 Jika a = 3k + 1.
Maka a + 2 = 3k + 3 = 3(k + 1)
Pada kasus ini, a + 2 pasti habis dibagi 3, karena merupakan kelipatan 3.

 Jika a = 3k + 2.
Maka a + 4 = 3k + 6 = 3(k + 2)
Pada kasus ini, a + 4 pasti habis dibagi 3, karena merupakan kelipatan 3.
Dengan demikian, untuk setiap bilangan bulat a, salah satu dari bilangan bulat berurutan a,
a + 2, a + 4 habis dibagi 3 karena merupakan kelipatan 3.

2. Untuk suatu bilangan bulat a, buktikan bahwa :


(a) 3|a(2a2+7)
(b) Jika a ganjil, maka 32|(a2 + 3)(a2+7)

Jawab:

(a) 3|a(2a2+7)
# akan ditunjukkan benar untuk P(1)
Jika a = 1, maka 3|1(2.12+7) → 3|9 (benar)
# diasumsikan benar untuk P(k), maka akan ditunjukkan benar untuk P(k+1)
Asumsi : a = k, maka 3|k(2k2 + 7) → 2k3+7k = 3m, dengan m ∈ Z adalah benar. Maka
untuk a = k + 1 didapat (k + 1)(2(k + 1)2 + 7)
= (k +1)(2(k2 +2k +1) + 7)
= (k +1)(2k2 + 4k + 9)
= (2k3+2k2 + 4k2 + 4k + 9k +9)
= 2k3 + 6k2 + 7k + 6k + 9
= 2k3 + 7k + 6k2 + 6k + 9
= (2k3 + 7k) + 3(2k2 + 2k + 3)
= 3m + 3(2k2 + 2k + 3
= 3(m + 2k2 + 2k + 3)
Karena (k + 1)(2(k + 1)2 + 7) = 3(m + 2k2 + 2k + 3)
maka 3|(k + 1)(2(k + 1)2 + 7)
Jadi, karena P(1) benar dan diasumsikan P(k) benar maka P(k+1) juga benar maka
pernyataan tersebut terbukti
(b). jika a ganjil, maka 32|(a2+3)(a2+7)
a ganjil, maka a dapat dinyatakan dalam bentuk 2k+1
sehingga (a2+3)(a2+7) = [(2k+1)2 +3][ (2k+1)2 +7]
= (4k2 + 4k +4)( 4k2 + 4k +8)
=16k4+16k3+32k2+16k3+16k2+32k+16k2+ 16k+32
=16k4+32k3+64k2+48k+32
= 16(k4+2k3+4k2+3k+2)
= 32.1/2(k4+2k3+4k2+3k+2)
Karena (a2+3)(a2+7) = 32.1/2(k4+2k3+4k2+3k+2),

Maka 32|(a2+3)(a2+7) Terbukti

3. Buktikan bahwa jika a dan b keduanya ganjil, maka 16|a4 + b4 – 2


Jawab :
a dan b bilangan ganjil, maka a dan b dapat dinyatakan dalam bentuk 2k – 1 dan 2k + 1,
untuk sembarang k bilangan bulat.
Misal a = 2k – 1, dan b = 2k + 1, maka
a4 + b4 – 2 = (2k – 1)4 + (2k +1)4 – 2
= (16k4 – 8k3 + 12k – 8k + 1) + (16k4 + 8k3 - 12k + 8k + 1) – 2
= 32k4 + 2 – 2
= 32k4
= 16. 2k4
Karena a4 + b4 – 2 = 16. 2k4, maka 16| a4 + b4 – 2 (terbukti)

4. Untuk sembarang bilangan bulat a, tunjukkan bahwa :


(a). (2a + 1, 9a +4) = 1
(b). (5a + 2, 7a + 3) = 1

Jawab:
(a). (9a + 4) = (2a + 1).4 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(9a + 4, 2a + 1) = 1 (terbukti)
(b). (7a + 3) = (5a + 2).1 + (2a + 1)
(5a + 2) =(2a + 1).2 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(7a + 3, 5a + 2) = 1 (terbukti)

5. Diketahui a bilangan bulat ganjil, tunjukkan bahwa a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 habis


dibagi 12!
Jawab:
Diketahui a bilangan bulat ganjil, maka a = 2k + 1
Sehingga a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 = (2k + 1)2 + (2k + 3)2 + (2k + 5)2 + 1
= 4k2 + 4k + 1 + 4k2 + 12k + 9 + 4k2 + 20k + 25 + 1
= 12k2 + 36k + 36
= 12(k2 + 3k + 3)
Karena a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 = 12(k2 + 3k + 3), maka terbukti bahwa
12| a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1, dengan a bilangan bulat ganjil

6. Untuk sembarang bilangan bulat a, tunjukkan bahwa :


(a). (2a + 1, 9a +4) = 1
(b). (5a + 2, 7a + 3) = 1

Jawab:
(a). (9a + 4) = (2a + 1).4 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(9a + 4, 2a + 1) = 1 (terbukti)
(b). (7a + 3) = (5a + 2).1 + (2a + 1)
(5a + 2) =(2a + 1).2 + a
(2a + 1) = a.2 + 1
a = 1.a + 0
(7a + 3, 5a + 2) = 1 (terbukti)
7. Diketahui a bilangan bulat ganjil, tunjukkan bahwa a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 habis
dibagi 12!
Jawab:
Diketahui a bilangan bulat ganjil, maka a = 2k + 1
Sehingga a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 = (2k + 1)2 + (2k + 3)2 + (2k + 5)2 + 1
= 4k2 + 4k + 1 + 4k2 + 12k + 9 + 4k2 + 20k + 25 + 1
= 12k2 + 36k + 36
= 12(k2 + 3k + 3)
Karena a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1 = 12(k2 + 3k + 3), maka terbukti bahwa
12| a2 + (a+2)2 + (a+4)2 + 1, dengan a bilangan bulat ganjil

Anda mungkin juga menyukai