STRUKTUR ALJABAR
Puji syukur kehadirat Allah SW. karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah tentang “Teori Grup Hingga dan Sifat Dasar Grup” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Serta shalawat dan taslim selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis peroleh
tidak semata-mata hasil dari jerih payah penulis sendiri tetapi hasil dari keterlibatan
semua pihak.
Oleh sebab itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Susi Susanti, S. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Struktur Aljabar
yang telah mengarahkan dan membimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik dari tata
bahasa dan kalimatnya. Oleh karena itu, penulis senang tiasa menerima kritik dan
saran dari pembaca dan memberikan ilmu yang lebih luas.
Sekian dan Terima Kasih…
.
Kelompok 1
PEMBAHASAN
A. Teori Grup
Misalkan H suatu subgrup dari grup G dan a suatu elemen dari G, maka
(i) 𝐻𝑎 = { ℎ𝑎 | ℎ ∈ 𝐻 } disebut koset kanan dari H dalam G
(ii) 𝑎𝐻 = {𝑎ℎ | ℎ ∈ 𝐻 } disebut koset kiri dari H dalam G.
Karena H subgrup dari G, maka 𝑒 ∈ 𝐻 (𝑒 element identitas), sehingga 𝐻𝑒 =
{ ℎ𝑒 | h ∈ H } = H dan 𝑒𝐻 = { 𝑒ℎ | h ∈ H } = H. Ini berarti H merupakan suatu
koset kanan dan koset kiri dari H. Demikian pula, karena 𝑒 ∈ 𝐻, maka 𝑒𝑎 ∈ 𝐻𝑎,
yaitu 𝑎 ∈ 𝐻𝑎 dan 𝑎𝑒 ∈ 𝑎𝐻, yaitu 𝑎 ∈ 𝑎𝐻. Ini berarti 𝑎𝐻 maupun 𝐻𝑎 memuat
sekurang-kurangnya satu elemen.
Dengan kata lain, tak ada koset kiri atau koset kanan yang merupakan
himpunan kosong. Apabila G suatu grup Abelian, maka mudah dimengerti bahwa
setiap koset kiri dari suatu subgrup merupakan koset kanan dari subgrup itu.
Contoh
1. 𝐺 = {[1], [2], [3], [4], [5], [6]} dengan perkalian module 7 adalah suatu
grup dan 𝐻 = {[1], [6]} merupakan subgrup dari G. Koset kanan-koset kanan
dari H dalam G adalah
𝐻[1] = 𝐻[6] = 𝐻
𝐻[2] = {[1] × [2], [6] × [2] = {[2], [5]} = 𝐻[5], dan
𝐻[3] = {[1] × [3], [6] × [3] = {[3], [4]} = 𝐻[4].
Jadi, koset kanan-koset kanan dari H adalah 𝐻, 𝐻[2], dan 𝐻[3]. Tampak bahwa
𝐻, 𝐻[2], dan H[3] membentuk suatu partisi pada G, yaitu 𝐻 ∪ 𝐻[2] ∪
𝐻[3] = 𝐺 dan irisan setiap dua koset kanan itu adalah suatu himpunan
kososng. Perhatikan pula bahwa [6] ∈ 𝐻 dan 𝐻[6] = 𝐻, [5] ∈ 𝐻[2] dan
𝐻[5] = 𝐻[2], [4] ∈ 𝐻[3] dan 𝐻[4] = 𝐻[3].
2. 𝑆3 = {(1), (1 2), (1 3), (2 3), (1 2 3), (1 3 2)}, yaitu grup simetri tingkat 3
dan 𝐻 = {(1), (2 3)} adalah subgrup dari 𝑆3 . Koset kanan – koset kanan dari
H dalam 𝑆3 adalah:
𝐻(1) = 𝐻(2 3) = 𝐻
𝐻(1 2) = {(1) 𝜊 (1 2), (2 3) 𝜊 (1 2)} = {(1 2), (1 3 2)} = 𝐻(1 3 2)
𝐻(1 3) = {(1) 𝜊(1 3), (2 3) 𝜊 (1 3) = {(1 3), (1 2 3)} = 𝐻(1 2 3)
Jadi koset kanan-koset kanan dari H dalam 𝑆3 adalah 𝐻, 𝐻(1 2) dan 𝐻(1 3).
Perhatikan bahwa koset kanan – koset kanan dari H ini membentuk suatu
partisi pada 𝑆3 . Perhatikan pula bahwa (2 3) ∈ 𝐻 dan 𝐻(2 3) = 𝐻(1 2 3) ∈
𝐻(1 3) dan 𝐻(1 2 3) = 𝐻(1 3), (1 3 2) ∈ 𝐻(1 2) dan 𝐻(1 3 2) =
𝐻(1 2).
Sedangkan koset kiri-koset kiri dari H dalam 𝑆3 adalah
(1)𝐻 = (2 3)𝐻 = 𝐻
(1 2)𝐻 = {(1 2) 𝜊 (1), (1 2) 𝜊 (2 3)} = {(1 2), (1 2 3)} = (1 2 3)𝐻.
(1 3)𝐻 = {(1 3) 𝜊 (1), (1 3) 𝜊 (2 3)} = {(1 3), (1 3 2)} = (1 3 2 )𝐻
Jadi koset kiri-koset kiri dari H dalam 𝑆3 adalah 𝐻, (1 2)𝐻, dan (1 3)𝐻
Koset kiri-koset kiri dari H inipun membentuk suatu partisi pada 𝑆3 .
Perhatikan bahwa (2 3) 𝜖 𝐻 dan (2 3)𝐻 = 𝐻, (1 2 3) 𝜖 (1 2)𝐻 dan
(1 2 3)𝐻 = (1 2)𝐻, (1 3 2 ) 𝜖 (1 3)𝐻 dan (1 3 2)𝐻 = (1 3)𝐻.
Perhatikan pula bahwa 𝐻(1 2) ≢ (1 2)𝐻 dan 𝐻(1 3) ≢ (1 3)𝐻. Hal ini
terjadi karena 𝑆3 bukan grup abelian.
3. Misalkan ((𝐵, +) adalah grup bilangan bulat dengan penjumlahan dan 𝑀 =
{ 4𝑛 | n ϵ B } = { … , −8, −4, 0, 4, 8, … } adalah subgrup dari B, maka koset
kanan – koset kanan dari M dalam B adalah
M + 0 = 4n + 0 | n ∈ B } = M = M + 4 = M + 8 = M + (−4) = ⋯
M + 1 = 4n + 1 | n ∈ B } = { … , −7, −3, 1, 5, 9, … } = M + (−3) = M + 5
=⋯
M + 2 = 4n + 2 | n ∈ B } = { … , −6, −2, 2, 6, 10, … } = M + (−2)
=M+ 6=⋯
M + 3 = 4n + 3 | n ∈ B } = { … , −5, −1, 3, 7, 11, … } = M + (−1)
=M+ 7=⋯
Jadi koset kanan-kosset kanan dari M dalam B adalah 𝑀, 𝑀 + 1, 𝑀 + 2, 𝑑an
𝑀 + 3. Koset kanan – koset kanan dalam B inipun membentuk suatu partisi
dalam B.
Perhatikan bahwa 4 , 8 ∈ 𝑀, dan 𝑀 + 4 = 𝑀 + 8 = 𝑀
(−3), 5 ∈ 𝑀 + 1 dan 𝑀 + (−3) = 𝑀 + 5 = 𝑀 + 1,
(−2), 6 ∈ 𝑀 + 2 dan 𝑀 + (−2) = 𝑀 + 6 = 𝑀 + 2,
(−1), 7 ∈ 𝑀 + 3 dan 𝑀 + (−1) = 𝑀 + 7 = 𝑀 + 3,
B. Sifat Dasar Grup
Teorema 7.1
Jika H subgrup dari G, maka ∀ a ∈ G berlaku a ∈ H jika dan hanya jika Ha=H.
Bukti:
Diketahui H subgrup dari G dan a ∈ G, akan dibuktikan dua hal, yaitu:
(1) Jika a ∈ H, maka Ha = H dan
(2) Jika Ha = H, Maka a ∈ H
(1) Ambil sebarang x ∈ Ha, maka x = ha untuk suatu h ∈ H. Karena a ∈ H dan
h ∈ H serta H subgrup dari G, maka ha ∈ H. Sehingga x ∈ H. Hal tersebut
menunjukan Ha ⊂ H.....................................(i)
Ambil sebarang y ∈ H. Karena a ∈ H dan H subgrup, maka a-1 ∈ H sehingga
ya-1 ∈ H. Akibatnya (ya-1) a = y ∈ Ha.
Jadi H ⊂ Ha.......................................(ii)
Dari (i) dan (ii) terbukti bahwa Ha = H.
(2) Sebaliknya, karena H suatu grup, maka e ∈ H, sehingga ea = a ∈ Ha.
Selanjutnya, karena Ha = H, maka a ∈ H.
Teorema 7.2:
Jika H subgrup dari G, maka ∀a,b ∈ G berlaku
b ∈ Ha ⇔ Hb = Ha ⇔ ab-1 ∈ H.
Bukti:
Untuk membuktikan teorema ini ditempuh 3 tahap pembuktian, yaitu:
(1) b ∈ Ha ⇒ Hb = Ha
(2) Hb = Ha ⇒ ab-1 ∈ H dan
(3) ab-1 ∈ H ⇒ b ∈ Ha