Anda di halaman 1dari 61

Nama : Lowis Fernando Sitorus

Kelas : PSM B 2018


NIM : 4182230006

BAB 1

HOMOMORFISMA GRUP

1.1 HOMOMORFISMA

Definisi 1.1.1
'
Diberikan dua grup, G dan G' . Pemetaan θ : G→G disebut homomorfisma
grup jika untuk setiap a, b∈G berlaku
θ(ab )=θ (a)θ(b ) .

Contoh 1.1.2
'
1. Untuk sebarang dua grup G dan G , pemetaan
'
θ : G→G dengan aturan

a→θ( a)=e'
'
dan pemetaan I : G→G dengan aturan

a→ I (a )=a
Merupakan homomorfisma.

Homomorfisma θ diatas sering disebut homomorfisma nol, yaitu homomorfisma


yang mengawankan setiap elemen dalam domain ke elemen identitas dalam
kodomain

Homomorfisma I disebut homomorfisma identitas

1
2. Z adalah suatu grup aditif.

Pemetaan θ : Z→ Z dengan aturan θ(a )=a+1 , untuk setiap a ∈ Z bukanlah

homomorfisma. Hal ini dapat, dilihat, untuk elemen a=1 dan b=2

θ(a+b)=θ(1+2)
=θ(3 )
=4
Sedangkan

θ(a )+θ(b )=θ(1 )+θ(2)


=2 +3
=5
Jadi θ(a+b)≠θ(a )+θ(b ) .

3. Misalkan ¿ Z , +> dan ¿ E ,+> masing-masing grup atas bilangan bulat dan

bilangan genap. Didefinisikan pemetaan f : Z → E , sedemikian hingga


f (x )=2 x , untuk setiap x ∈ Z .

Maka jelas f well defined, karena x= y ⇒ 2 x=2 y ⇒ f ( x )=f ( y ) .

Untuk setiap x, y ∈ Z , maka diperoleh :

f (x+ y )=2( x+ y )
=2 x+2 y
=f (x )+f ( y )

Jadi jelas f adalah suatu homomorfisma.

4. Misalkan ¿ Z , +> adalah grup atas bilangan bulat dan grup G= {1,−1 } dibawah

operasi perkalian. Pemetaan f : Z →G didefinisikan sebagai berikut :

f (x )= 1 , jika x genap
{−1, jika x ganjil

Akan kita periksa apakah f suatu homorfisma.

Ambil sebarang x, y ∈ Z .

2
Kasus (i) : Jika x , y keduanya genap, maka ( x+ y ) juga genap dan karena

f (x + y )=1 , f ( x )=1 , f ( y )=1

Perhatikan bahwa f (x + y )=1=1 .1=f ( x ). f ( y ) .

Kasus (ii) : Jika x , y keduanya ganjil, maka ( x+ y ) adalah genap, sehingga

f (x + y )=+ 1=(−1 )(−1 )=f (x ). f ( y ) .

Kasus (iii) : Jika x ganjil dan y genap, maka ( x+ y ) ganjil, sehingga

f (x + y )=−1=(−1 ).(1 )=f ( x ). f ( y) .

Dalam setiap kasus diperoleh bahwa f (x + y )=f (x ). f ( y ) .

Jadi f adalah suatu homomorfisma.

Pandang G dan G' keduanya grup dengan elemen identitasnya berturut-


' '
turut e dan e . Pemetaan θ dari G dan G merupakan homomorfisma.
' '
Jika a ∈G mempunyai kawan maka kemungkinan kawannya tidak tunggal, sehingga
' '
dapat dibentuk himpunan yang merupakan prapeta elemen a ∈G , yaitu :

θ−1 ( a' )={a ∈G : θ (a)=a' } .

Prapeta elemen identitas e ' ∈ G' ternyata mempunyai sifat khusus dan akan diberi
nama khusus pula.
Definisi 1.1.3
'
Diberikan homomorfisma θ : G→G .

Himpunan θ−1 ( e' )={ a∈ G : θ(a )=e ' } disebut dengan kernel pemetaan θ , dan
ditulis dengan Ker (θ ) .
'
Himpunan semua elemen G yang mempunyai kawan di G , yaitu

Im(θ )= {g ∈ G ' : g=θ( a), untuk suatu a ∈G } ⊆ G'

disebut image dari θ , dan ditulis dengan Im(θ) .


Berikut ini diberikan suatu teorema yang merupakan akibat homomorfisma grup.

3
Teorema 1.1.4
'
Diberikan θ : G→G homomorfisma grup, maka :

i. Jika e elemen identitas di G , maka θ(e )=e' elemen identitas di G' .


−1 −1
ii. Jika a ∈G maka θ(a )=(θ(a ))
n n
iii. θ(a )=(θ( a)) , n bilangan bulat .
'
iv. Jika H subgrup G , maka θ( H ) subgrup G .
' ' −1 '
v. Jika K subgrup G , maka θ ( K ) subgrup G .
Teorema 1.1.5
'
Jika θ : G→G homomorfisma grup, maka Ker (θ ) adalah subgrup normal dalam
G . Bukti :

Karena θ(e )=e' , e∈ Ker (θ) , dengan demikian Ker (θ )≠∅ .

Selanjutnya ambil x, y ∈ Ker (θ) .

x, y ∈ Ker (θ)⇒θ (x )=e '


θ( y )=e '
'
Karena θ : G→G homomorfisma, maka berlaku :

θ( xy−1 )=θ ( x)θ ( y−1 )


=θ( x)(θ( y ))−1
=e ' (e ' )−1
=e '
⇒ xy −1 ∈ Ker (θ ).

Karena itu Ker (θ ) adalah subgrup dalam G .

Untuk sebarang g ∈G , dan x ∈ Ker(θ ) , maka

4
θ( g−1 xg)=θ (g−1 )θ( x)θ( g )
=((θ(g))−1 θ( x)θ (g )
=((θ(g))−1 e' θ( g)
=((θ(g))−1 θ( g)
=e '
−1
⇒ g xg∈ Ker(θ )

Jadi terbukti bahwa Ker(θ ) adalah subgrup normal dalam G .


'
Teorema 1.1.6 Homomorfisma θ : G→G adalah satu-satu (injektif) jika dan hannya
jika Ker (θ )= { e } .
Bukti :
'
⇒ Andaikan θ : G→G satu-satu, akan diperlihatkan bahwa Ker (θ )= { e } .

Ambil sebarang elemen x∈ Ker (θ ) , berarti

θ( x)=e' , tetapi
θ(e)=e'

Akibatnya diperoleh θ( x )=θ (e )⇒ x=e , sebab θ satu-satu.

Karena itu Ker (θ )= { e } .

⇐ Andaikan Ker (θ )= { e } , akan diperlihatkan bahwa θ : G→G' satu-satu.

Ambil sebarang elemen x, y ∈G dengan sifat θ( x )=θ ( y ) .Maka diperoleh :

θ (x )(θ ( y))−1 =e '


⇒θ (xy −1 )=e '
⇒ xy −1 ∈ Ker (θ )= { e }
⇒ xy −1 =e
⇒ x= y
'
Jadi terbukti θ : G→G satu-satu.
Teorema 1.2.2

5
Setiap grup siklik tak berhingga G isomorfik dengan grup aditif Z .
Bukti :

Karena G siklik maka ada a ∈G dengan G=< a>¿ ¿ . Jadi

G= { an : n∈ N } .

Lebih dahulu akan diperlihatkan bila G tak berhingga maka an ≠am jika n≠m
.

Andaikan ada n>m dengan an =am . Maka an a−m=e . Ambil s bilangan


s r
positif terkecil sehingga a =e . Ambil a ∈G , kemudian dicari h dan k dalam
Z dengan

r=hs+k untuk 0≤k < s .

Maka ar =ahs+k =a hs . ak =(as )h ak =ea k=ak untuk 0≤k < s .


2 s−1
Berarti elemen-elemen e,a,a ,⋯,a adalah s elemen yang berbeda dan jika
r
a ∈G dengan r>s akan sama dengan salah diantara s elemen tadi. Jadi G
berhingga, kontradiksi dengan disyaratkannya G tak berhingga.

1. Dibuat pemetaan θ : G→Z dengan aturan θ(a n )=n untuk setiap


an ∈ G .
2. Jika θ(a n )=θ(a m ) berarti n=m dan berakibat an =am .
Jadi θ pemetaan injektif.

3. Untuk setiap n ∈ Z , ada elemen dalam G berbentuk an dengan


n
θ(a )=n .
Jadi θ pemetaan surjetif.

4. θ(a n am )=θ(a n+m )=n+m=θ(a n )+θ (am ) .

Jadi terbukti bahwa Setiap grup siklik tak berhingga G isomorfik dengan grup
aditif Z .

6
Untuk menunjukkan bahwa dua grup G dan G' tidak isomorfik haruslah
'
diperlihatkan tidak mungkin dibuat pemetaan bijektif θ : G→G yang
mempunyai sifat θ(ab )=θ (a).θ (b ) , untuk setiap a,b∈G . Jika G
'
maupun G berhingga, akan mudah di-

lihat apakah keduanya isomorfik atau bukan. Tetapi jika G maupun G' tak
'
berhingga, menunjukkan ada atau tidaknya isomorfisma dari G ke G tidaklah
mudah.

Teorema 1.2.4 ( Teorema Dasar Homomorfima grup )


'
Jika f : G →G adalah suatu homomorfisma surjektif (onto) dengan K=Ker ( f ) ,
maka

G
≃G '
K .
Bukti :
G
ϕ: →G '
Definisikan pemetaan K dengan aturan ϕ( Ka)=f (a), a ∈G .

Akan kita perlihatkan bahwa ϕ adalah suatu isomorfisma.

Jelas ϕ well defined, sebab jika

Ka=Kb
⇒ ab ∈ K =Ker (f )
−1

⇒ f (ab−1 )=e '


⇒ f (a ).( f (b ))−1 =e '
⇒ f (a )=f (b )
⇒ ϕ( Ka)=ϕ( Kb)
G
ϕ: →G '
Selanjutnay akan diperlihatkan bahwa pemetaan K bersifat:
1. mengawetkan operasi (homomorfisma).
2. satu-satu
3. surjektif (onto )

7
G
Ka, Kb ∈
1. Ambil K , menurut definisi

ϕ( KaKb)=ϕ( Kab)
=f (ab)
=f (a).f (b)
=ϕ( Ka). ϕ( Kb)
Jadi ϕ adalah homomorfisma.

G
Ka, Kb ∈
2. Ambil sebarang K dengan sifat ϕ( Ka)=ϕ( Kb ) .

ϕ( Ka)=ϕ( Kb)
⇒ f (a )=f (b )
⇒ f (a ).( f (b ))−1 =e '
⇒ f (ab−1 )=e '
⇒ ab−1 ∈ Ker ( f )=K
⇒ ab−1 ∈ K
⇒ Ka=Kb
Jadi terbukti ϕ satu-satu.
' ' '
3. Ambil sebarang g ∈G . Karena f : G →G onto , maka ada g ∈G
sedemikian

hingga f (g )=g' . Tetapi f (g )=g'


'
ϕ( Kg )=g .

Jadi ϕ pemetaan surjektif.


G
≃G'
Oleh karena itu terbuktilah bahwa K .
Teorema 4.2.2 diatas disebut juga dengan teorema isomorfisma pertama.

Teorema 1.2.5

Misalkan H dan K masing-masing subgrup dari grup G dengan K normal di


G , maka

8
HK H

K H ∩K .

Bukti :
Ada beberapa hal yang musti kita buktikan yaitu :

1. Harus di buktikan HK subgrup dari grup G .


2. K subgrup normal dalam HK
3. H∩K subgrup normal dalam H .

1. HK={ hk : h ∈ H , k ∈ K } .

Jelas HK ⊆G . Ambil sebarang x, y ∈ HK maka :


x=h1 k 1 untuk suatu h1 ∈ H dan k 1 ∈ K

y=h 2 k 2 untuk suatu h2 ∈ H dan k 2 ∈ K


Perhatikan bahwa

xy−1 =h1 k 1 (h2 k 2 )−1


=h1 k 1 k −1 h −1
2 2
=h1 ek 1 k −1 h −1
2 2
=h1 h −1 h2 k 1 k −1 h −1
2 2 2
=h1 h −1 (h 2 (k 1 k −1 )h −1 )
2 2 2

h2 ∈ H , H ≤G, maka h ∈H ⇒h1 h ∈H


2−1 2−1 . Karena K normal di G maka
h2 ( k 1 k −1 )h −1 ∈ K
2 2 .
h1 h −1 (h 2 (k 1 k −1 )h −1 ∈ HK
−1
xy =h1 h−1 ( h 2 ( k 1 k −1 ) h −1 ∈ HK
Akibatnya 2 2 2 . Jadi 2 2 2

2. H ⊆ HK dan K ⊆ HK .

Karena K normal di G , HK≤G dan K ⊆ HK , maka K subgrup dari


HK dan j

juga merupakan subgrup normal dari HK .

3. Karena H dan K masing-masing subgrup dari grup G , maka H∩K


subgrup.

9
Ambil sebarang h ∈ H dan x ∈ H ∩K . Akan diperlihatkan hxh−1 ∈ H∩K .

x ∈ H ∩K , maka x∈ H dan x∈ K . Juga karena h ∈ H , maka h−1 ∈ H


sehingga

hx ∈ H , sebab H subgrup G . Hal ini berakibat hxh−1 ∈ H .

Lebih lanjut, karena x∈ K dan K subgrup normal di G


−1
maka hxh ∈ K .

Akibatnya diperoleh hxh−1 ∈ H dan hxh ∈ K


−1 −1
atau hxh ∈ H∩K .

Jadi untuk setiap h ∈ H , x ∈ H ∩K ⇒ hxh−1 ∈ H∩K , maka H∩K subgrup

HK
θ: H→
normal dalam H .Kemudian didefinisikan pemetaan K dengan aturan

θ(h )=Kh .Jelas θ adalah suatu pemetaan (well defined), sebab jika h1 , h2 ∈ H
de-

ngan sifat h1 =h2 , maka Kh1=Kh 2 ⇒θ (h1 )=θ(h 2 ) .

Kemudian akan ditunjukkan bahwa θ suatu homomorfisma.

Ambil h1 , h2 ∈ H , maka

θ(h1 h 2 )=Kh1 h2
=( Kh1 )( Kh2 )
=θ(h1 ).θ (h2 )

Akan dicari Ker (θ ) sebagai berikut :

HK
Ker (θ )= { h ∈ H : θ(h )=K } , elemen identitas di K adalah K .

= {h ∈ H : Kh=K }
= {h ∈ H : h∈ K }
=H ∩K

HK
H θ K
μ

10
ϕ

H
Ker (θ )
H
≃θ( H )=Im(θ )
Menurut Teorema isomorfisma pertama diperoleh : Ker (θ ) .

H HK H HK
≃ ≃
Akibatnya : Ker (θ ) K atau H ∩K K .
Contoh 1.2.6
Z
≃Z
Buktikan bahwa 5Z 5 .

Bukti :

5Z= {⋯,−10,−5,0,5, 10,⋯} .

Koset-koset kiri dari 5Z adalah :

0+5 Z={⋯−15,−10 ,−5,0,5,10,15⋯}


1+5Z= {⋯−14,−9,−4,1,6,11 ,16 ,⋯}
2+5Z= {⋯,−13,−8,−3,2,7,12, 17,⋯}
3+5Z ={⋯,−12,−7,−2,3,8,13, 18,⋯}
4+5Z= {⋯,−11,−6 ,−1,4,9,14 ,19,⋯}
Lemma 1.2.7

Jika H dan K masing-masing subgrup normal dalam grup G sedemikian hingga


K G
H ⊆ K , maka H merupakan subgrup normal dalam H dan sebaliknya.
Bukti :

K K G K
⊆ Hk 1 , Hk 2 ∈
Jelas H ¿∅ , H H . Untuk sebarang H , maka berlaku

( Hk1 )( Hk 2 )−1 =( Hk 1 )(Hk −1 )


2
K
=Hk 1 k −1 ∈
2 H

11
K
yaitu H merupakn subgrup.
K G
Kemudian akan diperliahatkan H normal dalam H .
K G
Hk ∈ Hg∈
Ambil sebarang H dan H , maka diperoleh :

( Hg)−1 ( Hk )( Hg)=Hg−1 HkHg


K
=Hg−1 kg ∈
H

Karena g ∈G , k ∈ K , K normal di G maka


−1
g kg∈ K .
K G
Jadi terbukti bahwa H normal dalam H .
Teorema 1.2.8

Jika H dan K masing-masing subgrup normal dalam grup G sedemikian hingga


G
G H

K K
H ⊆ K , maka H .
Bukti :

K G
Lemma 4.2.4 menjamin bahwa H normal dalam H .

G G
f: →
Kemudian didefinisikan pemetaan H K dengan aturan

f (Ha)=Ka, a∈ G .

Akan diperlihatkan bahwa pemetaan f well defined, artinya jika

Ha=Hb⇒ f ( Ha)=f ( Hb).

12
Ha=Hb
⇒ ab−1 ∈ H ⊆ K
⇒ Ka=Kb
⇒ f ( Ha)=f ( Hb)

Akan diperlihatkan f homomorfisma.


G
Ha, Hb∈ , a,g∈G
Ambil sebarang H , maka diperoleh

f (HaHb )=f ( Hab)


=Kab
=KaKb
=f (Ha ). f ( Hb)
G G
Ka∈ , a ∈G Ha∈ , a∈ G
Selanjutya untuk setiap K terdapat H sedemikian hingga
berlaku f (Ha)=Ka, a∈ G . Jadi f merupakan homomorfisma yang surjektif.
G G
Sehingga K adalah Image dari H .
K
Ker (f )=
Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa H . Dengan definisi :

{ GH : f ( Ha)=K (identitas dari GK )}


Ker (f )= Ha ∈

G
={Ha ∈ : Ka=K }
H
G K
={Ha ∈ : a ∈ K }=
H H
G
G H

K K
Menurut Teorema isomorfisma pertama diperoleh bahwa H .
Homomorfisma-homomorfisma yang mempunyai sifat khusus, seperti injektif
atau surjektif, juga akan diberi nama khusus seperti pada definisi berikut.
Definisi 1.1.7
i. Homomorfisma grup yang injektif disebut dengan monomorfisma.
ii. Homomorfisma grup yang surjektif disebut dengan efimorfisma.
13
iii. Homomorfisma grup yang injektif dan surjektif , yang berarti bijektif disebut
dengan isomorfisma.

iv. Isomorfisma dari grup G ke dirinya sendiri disebut dengan automorfisma

1.2 ISOMORFISMA

Seperti telah dalam Definisi 4.1.3 bahwa isomorfisma adalah suatu


homomorfisma yang bijektif. Jika ada suatu isomorfisma dari grup G ke grup G'
'
atau sebaliknya, dikatakan G isomorfik dengan G dan ditulis dengan G≃G '

Untuk memperlihatkan dua grup G dan G' isomorfik, dilakukan langkah-


langkah sebagai berikut :
'
1. Dibuat (dikontruksi) suatu pemetaan θ : G→G yang diperkirakan dapat
menjadi suatu isomorfisma.
2. Dibuktikan θ homomorfisma.
3. Dibuktikan θ injektif.
4. Dibuktikan θ surjektif.
Bab 2
GRUP
Definisi Grup
Suatu himpunan tidak kosong G yang dilengkapi dengan operasi biner ¿ disebut grup,
ditulis dengan notasi ¿ G ,⋅¿ bila operasi biner ¿ memenuhi aksioma-aksioma
berikut :

i. Untuk setiap a, b∈G , terdapat dengan tunggal c ∈ G dengan c=a⋅b ;


yaitu

(∀ a , b ∈G )(∃! c∈G ), c=a⋅b .

ii. Untuk setiap a,b,c∈ G berlaku


( a⋅b )⋅c=a⋅( b⋅c ) , yaitu sifat asosiatif.

iii. Ada elemen netral (identitas) yang dinotasikan dengan e, yaitu

(∃e ∈G )∋(∀ a ∈ G) berlaku e⋅a=a⋅e=a .

14
iv. Setiap elemen a∈G mempunyai invers yang berada di dalam G, yaitu

(∀ a ∈G )(∃b∈ G)∋a⋅b=b⋅a=e . b∈G ini sering ditulis dengan a−1 .

Apabila selain keempat aksioma diatas , ¿ G ,⋅¿ masih juga memenuhi :

v. Untuk setiap a, b∈G berlaku a⋅b=b⋅a , yaitu sifat komutatif,

maka ¿ G ,⋅¿ disebut grup abelian atau grup komutatif.


2.2 Sifat-Sifat Grup
Sifat-sifat dasar dari suatu grup dinyatakan dalam beberapa teorema berikut ini.
Teorema 2.2.1

Misalkan G ax=bx , maka a=b, dan jika ya= yb,


adalah suatu grup. Bila
maka a=b untuk semua a,b, x, y ∈G . Sifat tersebut dinamakan hukum kanselasi
kiri dan kanan.
Bukti:

Karena G adalah suatu grup serta x dan y adalah dua unsur di G , maka x−1
−1
dan y adalah unsur dari G . Karena ax=bx , diperoleh

(ax) x−1=(bx)x −1

a( xx−1 )=b( xx−1 )


ae=be
a=b

dengan cara yang sama, karena ya= yb diperoleh

y−1 ( ya)= y −1 ( yb)


−1 −1
( y y)a=( y y)b
ea=eb , maka a=b

Teorema 2.2.2

Bila G adalah suatu grup, maka unsur identitas dari G adalah tunggal
Bukti:

15
Untuk memperlihatkan suatu unsur identitas adalah tunggal, misalkan terdapat dua unsur,
kemudian akan diperlihatkan keduanya adalah sama.

Misalkan e dan f adalah unsur identitas di G , maka

ef =f , sebab e adalah elemen identitas, juga berlaku

ef =e , sebab f adalah elemen identitas.

Jadi diperoleh e=f .


Teorema 2.2.3

Bila G adalah suatu grup, maka elemen invers dari G adalah tunggal
Bukti :

Misalkan a1 dan a2 masing-masing adalah elemen invers dari a . Karena a1


adalah elemen invers dari a maka,

a1 a=aa 1=e

dan karena a2 adalah elemen invers dari a maka,

a2 a=aa 2 =e .

Jadi a2 a=a 1 a=e dan Teorema 1.3.2 menjamin bahwa a2 =a 1

Teorema 2.2.4

Bila G adalah suatu grup, maka untuk setiap a, b∈G berlaku


−1 −1 −1
(1). (ab) =b a

(2) (a−1 )−1 =a

Bukti :
−1
(1). Karena (ab) adalah unsur dari kebalikan dari ab, sehingga

(ab)(ab )−1=e. Tetapi diketahui bahwa


−1 −1 −1 −1
(ab )(b a ) = (abb )a
−1
= (ae)a

16
−1
= aa
= e.

−1 −1 −1
Sehingga diperoleh bahwa (ab )(ab ) =(ab)(b a ). Teorema 1.3.2
−1 −1 −1
menjamin bahwa (ab) =b a
−1
(2) Karena (a−1 )−1 adalah unsur kebalikan dari a , sehingga
−1 −1 −1
(a ) a =e.

tetapi juga a−1 adalah unsur kebalikan dari a, sehingga


(a−1 )−1 a−1=aa−1.

Teorema 1.3.2 menjamin bahwa (a−1 )−1 =a.

Teorema 2.2.5

Bila G adalah suatu grup, maka persamaan ax=b dan ya=b mempunyai
penyelesaian tunggal, untuk setiap a,b∈G .
Bukti :

1. Untuk adanya ketunggalan penyelesaian persamaan ax=b dibuktikan demikian.

Misalkan x 1 dan x2 penyelesaian persamaan ax=b , yang berarti ax 1 =b


dan

ax 2 =b . Untuk a−1 ∈ G , maka a−1 ax 1=a−1 b dan a−1 ax 2 =a−1 b

yang berakibat x 1=a−1 b dan x 2=a−1 b . Berarti x 1=x 2 .

Dengan kata lain penyelesaian persamaan ax=b adlah tunggal.

2. Adanya dan ketunggalan penyelesaian persamaan ya=b dibuktikan dengan cara


yang sama .
Definisi 2.2.6

Orde dari suatu grup berhingga G di tulis dengan O(G) , adalah banyaknya elemen
dalam G .
Contoh.

17
1. Z 5 = {0,1,2,3,4 } merupakan grup aditif.

O(G) = 5.

2. Z n = {0,1,2,3 ,⋯, n−1 } merupakan grup aditif.

O(G) = n .

BAB 3

GRUP SIKLIK

3.1 Orde Dari Suatu Unsur

Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan a∈G . Untuk sebarang unsur
m
a ∈G perhatikan bahwa bila terdapat m∈ Z sehingga a =e , maka terdapat
bilangan bulat positif n∈Z sehingga an =e . Tentu saja bila m>0 , maka kita
dapat mengambil m=n , sebaliknya jika m<0 kita dapat mengambil n=−m ,
sehingga

18
an =a−m=(am )−1 =e .

Selanjutnya kita definisikan orde dari suatu unsure sepertipada definisi berikut.

Definisi 3.1.1

Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan a∈G . Bila terdapat m∈ Z


sehingga am =e , maka orde unsur a didefinisikan sebagai bilangan bulat positif
n
terkecil n sehingga berlaku a =e , dan dinotasikan dengan ord (a) . Bila tidak
m
terdapat bilangan m sehingga a =e , maka dikatakan a berorde tak hingga.
Contoh 3.1.2

1. Misalkan grup G= {e ,a,b,c,r ,s ,t ,u } di sajikan seperti pada Tabel 3.1 (Tabel


Cayley).
1 2 3 4
Pandang unsur a∈G , diperoleh bahwa a =a , a =b , a =c dan a =e .
Karena
4
4 adalah bilangan bulat positif terkecil sehingga a =e , maka ord (a)=4 .

Dengan cara yang sama diperoleh ord (c)=4 . Perhatikan bahwa

b 4 =r 4 =s 4 =t 4 =u4 =e , tetapi juga b2 =r 2 =s2 =t 2=u 2=e dan karena

2<4 , maka menurut definisi ord (b)=ord(r )=ord( s)=ord (t )=ord (u )=2.
Apakah yang dapat Anda simpulkan tentang orde dari suatu grup hingga G dan orde
dari setiap unsur didalamnya?

e a b c r s t u
e e a b c r s t u
a a b c e u t r s
b b c e a s r u t
c c e a b t u s t
r r t s u e b a c
s s u r t b e c a

19
t t s u r c a e b
u u r t s a c b e

Tabel 3.1

2. Pandang grup bilangan bulat Z dengan operasi penjumlahan biasa. Untuk setiap

a ∈ Z , dengan a≠0 , tidak terdapat bilangan m∈ Z sehingga


m buah


ma=a+ a+⋯+a =0 .

Jadi setiap a ∈ Z berorde tak hingga.


Teorema 3.1.3

Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan a∈G . Jika a berorde n, maka
terdapat tepat
0 1 2 n−1
n perpangkatan dari a , yakni a =e, a , a ,⋯, a .
Teorema 3.1.4

Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan a ∈G berorde n . Maka a k=e jika
dan hannya jika k adalah kelipatan dari n .
Teorema 3.1.5

Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan a ∈G berorde tak hingga. Bila m
m n
dan n adalah dua bilangan bulat yang berbeda, maka a ≠a .
Bukti. Kita akan membuktikan teorema ini dengan menggunakan kontra positifnya.
Perhatikan bahwa pernyataan pada teorema di atas ekivalen dengan pernyataan “ bila
am =an , maka m=n ”. Bila am =an , maka

am a−n=an a−n a
m−n n n −1
a =a (a )
am−n =e
m−n
Tetapi a berorde tak hingga, sehingga a =e dipenuhi hanya bila m−n=0 ,
yakni m=n

20
3.2 Grup Siklik

Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan a∈G . Teorema 2.4.8 meperlihatkan
m
bahwa himpunan H= {a : m ∈ Z } adalah subgrup siklik dari G yang dibangun oleh
m
a . Bila terdapat suatu unsur a∈G sehingga G= {a : m ∈ Z } , maka grup G
kita sebut sebagai grup siklik yang dibangun oleh unsur a . Unsur a disebut sebagai
unsur pembangun dari G dan grup siklik G kita notasikan dengan G=⟨a⟩ . Tentu
saja bila operasi biner pada grup G adalah operasi penjumlahan, notasi am
berubah menjadi
m buah


ma=a+ a+. ..+a.
Teorema 3.2.3 Setiap grup siklik adalah grup komutatif.

Bukti. Adaikan G adalah grup siklik yang dibangun oleh unsur a . Maka setiap
unsur di G adalah merupakan perpangkatan dari unsur a . Untuk setiap
m n
a , a ∈ G , diperoleh

am an =am+. n

=a n+m

=a n a m

Sehingga G adalah suatu grup komutatif.


Konvers dari Teorema 3.2.3 adalah tidak benar, yakni suatu grup komutatif belum tentu
merupakan suatu grup siklik. Sebagai contoh penyangkal, grup U (8)={1, 3, 5, 7} adalah
grup komutatif. Karena untuk setiap a∈U ( 8) dengan a≠1 , a adalah suatu unsur
yang berorde 2, maka U (8) tidak mempunyai unsur pembangun. Sehingga U (8)
bukan suatu grup siklik.
Teorema 3.2.4

Bila G adalah suatu grup siklik, maka setiap subgrup dari G adalah siklik.
Teorema 3.2.6

Andaikan G adalah grup siklik berorde n , maka orde dari setiap subgrup G
adalah pembagi dari n .

21
Bukti :

Andaikan H adalah subgrup dari G=<a>¿ ¿ . Teorema 5.2.4 menyatakan bahwa


r
H =< a r >¿ ¿ . Misalkan ord (a )=m . Karena
r n n r r
(a ) =( a ) =e =e ,

Maka Teorema 3.1.4 menjamin bahwa n adalah kelipatan dari r , atau r adalah
pembagi dari n .Ini berarti orde dari sunbgrup H adalah pembagi dari n .
Teorema 3.2.7

Andaikan G=<a>¿ ¿ adalah suatu grup siklik berorde n . Bila k adalah pembagi
n

dari n , maka terdapat tepat satu subgrup berorde k , yakni ¿ a k >¿ ¿ .


Teorema 3.2.8

Andaikan G adalah suatu grup siklik berorde n dengan unsur pembangun a.

ar adalah unsure pembangun dari grup G jika dan hanya jika r dan n adalah
dua bilangan yang prima relative.
Akibat 3.2.9

Suatu bilangan
k ∈ Zn adalah unsur pembangun dari
Z n , jika dan hanya jika
k dan n adalah prima relatif..
Bukti:
k buah

Untuk setiap
k ∈ Zn maka ⏞
k =1+ 1+⋯+ 1 dimana
1∈ Z n adalah unsur
Z
pembangun dari n .Salah satu keunggulan dari Teorema 3.2.8 adalah dengan
mengetahui satu unsur pembangun dari suatu grup siklik kita dapat mengetahui semua
unsur pembangun dari grup siklik tersebut. Sebagai contoh, perhatikan grup
U (26 )={ 1,3,5,7,9,11,15,17 ,19,21 ,23,25 } dengan operasi perkalian modulo 26. Maka
grup U (26 ) adalah grup siklik berorde 12, dimana 7 ∈U (26 ) adalah unsur
pembangunnya. Karena 5,7 dan 11 adalah prima relatif terhadap 12, maka
75 mod26=11
77 mod26=19
711 mod 26=15

masing-masing adalah unsur pembangun dari U (26) . Perhatikan bahwa

22
111 mod 26=11 117 mod 26=15
2 8
11 mod26=17 11 mod 26=9
113 mod26=5 119 mod 26=21
114 mod 26=3 1110 mod 26=23

115 mod26=7 1111 mod 26=19


116 mod26=25 1112 mod 26=1

BAB 4
ISOMORFISMA
Definisi 4.1.1

23
'
Andaikan G dan G' adalah dua grup. Suatu pemetaan θ : G→G dikatakan
'
suatu isomorfisma dari G ke G bila θ adalah pemetaan bijektif, dan untuk setiap
a, b∈G dipenuhi sifat
θ(ab )=θ (a)θ(b ) .

Bila terdapat suatu isomorfisma dari G' , maka kita katakan


G ke G adalah
' '
isomorfik dengan G , dan dinotasikan dengan G≃G .
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan pada Definisi 4.1.1.

Pertama, karena θ adalah pemetaan yang bijektif (satu-satu dan pada) , maka setiap
'
unsure dari G dapat dinyatakan sebagai bayangan dari unsure-unsur di G olaeh
'
pemetaan θ , yakni setiap unsure di G dapat dinyatakan dalam bentuk θ(a)
dengan a∈G .

Kedua, kembali kita perhatikan pernyataan θ(ab )=θ (a)θ(b ) . Karena a,b∈G
maka notasi penggandaan ab dilakukan dengan menggunakan operasi biner pada G
. Selanjutnya karena θ(a ) dan θ(b ) G' , maka penggandaan
keduanya berada di
θ(a)θ (b) dilakukan dengan menggunakan operasi biner pada G' , seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.1 berikut ini.

F
G


a  (a)
b
 (b)

ab  (a) (b)
Gambar 4.1
`

Untuk memperlihat dua grup G dan G' saling isomorfik, dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut ini :

24
'
(1). Definisikan pemetaan θ : G→G .

(2). Periksa apakah θ pemetaan satu-satu, yakni bila θ(a )=θ( b) , maka
a=b

atau bila a≠b , maka θ(a )≠θ( b) .


'
(3). Periksalah apakah θ pemetaan pada, yakni untuk setiap y∈ G dapat
ditemukan

unsure x∈ G sehingga berlaku θ( x )= y .

(4). Periksa apakah θ mempertahankan operasi, yakni apakah

θ(ab )=θ (a)θ(b ) untuk semua a,b∈G .

Berikut ini diberikan beberapa contoh cara memperlihatkan dua grup yang saling
isomorfik.
Definisi 4.1.2

Suatu isomorfisma θ : G→G disebut sebagai suatu automorfisma . Automorfisma


θ : G→G yang didefinisikan pada Contoh 4.1.6 disebut sebagai suatu automorfisma
inner.
4.2 Sifat-Sifat Isomorfisma
Rangkaian dari teorema-teorema berikut ini membahas sifat-sifat dari suatu
isomorfisma. Yakni, suatu isomorfisma memtakan unsure identitas ke unsure identitas,
unsure kebalikan ke unsure kebalikan dan subgrup ke subgrup.
Teorema 4.2.1

Andaikan G dan F adalah dua buah grup. Bila θ : G→F adalah suatu
isomorfisma, maka

(1). Bila e adalah unsure identitas dari G , maka θ(e) , yakni bayangan dari e

oleh isomorfisma θ , adalah unsure identitas dari F .


−1 −1
(2). Untuk setiap a ∈G , θ(a )=(θ( a)) .
Bukti :
'
(1). Andaikan e ∈ F adalah unsure identitas dari F . Kita akan memperlihatkan

25
'
Bahwa θ(e )=e . Ingat bahwa bila e adalah unsure identitas dari G , maka
untuk

setiap a ∈G berlaku a=ae . Karena θ adalah suatu isomorfisma, maka

θ(a)=θ( ae)
=θ(a )θ (e)
'
Karena e ∈ F adalah unsure identitas dari F , maka untuk setiap θ(a )∈ F
' '
berlaku θ(a )e =θ(a ) . Karena itu θ(a )e =θ(a )θ (e) .Hukum kanselasi
menjamin
'
bahwa θ(e )=e , yakni θ(e) adalah unsure identitas dari.

(2). Dari bagian (1) telah kita peroleh bahwa θ(e) adalah unsure identitas dari F ,
−1
sehingga untuk setiap θ(a )∈ F diperoleh θ(a )(θ(a )) =θ(e) .

Sebaliknya, karena e adalah unsure identitas dari G , maka e=aa


−1
.
Sehingga

θ(e)=θ(aa−1 )=θ (a )θ( a−1 )


−1 −1
Jadi diperoleh bahwa θ(a)(θ(a)) =θ(a)θ(a ) . Hukum kanselasi menjamin
−1 −1
bahwa θ(a )=(θ(a)) .
Teorema berikut ini memperlihatkan bahwa suatu isomorfisma akan memetakan
suatu subgrup ke subgrup.
Teorema 4.2.2

Andaikan θ : G→F adalah sebuah isomorfisma dari grup G ke grup F . Bila

H subgrup dari G , maka bayangan H oleh θ( H )={ θ(h ): h∈ H } adalah


subgrup dari F .
Bukti :

Karena H adalah subgrup dari G , maka H≠∅ . Karena θ adalah suatu


isomorfisma, maka θ( H )≠∅ . Andaikan θ(h1 ) dan θ(h 2 ) adalah sebarang dua unsur
di θ( H ) . Untuk memperlihatkan θ( H ) adalah suatu subgrup, maka kita cukup

26
−1
θ(h1 )(θ ( h 2 ) ) ∈θ( H )
memperlihatkan bahwa unsur . Karena θ adalah suatu
−1
( θ( h2 )) =θ( h −1 )
isomorfisma, Teorema 4.2.1 menjamin bahwa 2 . Sehingga

θ(h1 )(θ(h 2 ))−1=θ (h1 )θ (h −1 )


2
=θ(h1 h −1 )
2

h1 , h2 ∈ H ,h 1 h
Karena H subgrup dari G , untuk setiap 2−1 juga berada di H .
θ(h1 h −1 )∈ θ( H ) θ(h1 )(θ(h 2 ))
−1
θ( H ) .
Hal ini berakibat 2 yang berarti berada di
Jadi θ( H ) adalah subgrup dari F .
Teorema 4.2.3

Andaikan G dan F adalah dua buah grup yang isomorfik.

(1) Bila G adalah grup komutatif, maka F juga grup komutatif.


(2) Jika G adalah grup siklik, maka F adalah grup siklik.
Bukti :

Andaikan θ : G→F adalah suatu isomorfisma. Maka setiap unsur dari F dapat
dinyatakan sebagai bayangan dari unsur di G , yakni setiap f ∈ F dapat dinyatakan
sebagai f =θ(a ) dimana a ∈G .

(1) Ambil sebarang dua θ(a ) dan θ(b ) di grup F . Kita akan
unsur
memperlihatkan bahwa θ(a )θ (b )=θ(b )θ (a) . Karena θ adalah suatu
isomorfisma, maka θ(a )θ (b )=θ(ab ) . Karena G adalah grup komutatif,
maka ab=ba . Sehingga θ(a )θ (b )=θ(ab )=θ (ba)=θ(b )θ( a) yang
berakibat F adalah suatu grup komutatif.
(2) Andaikan G grup siklik dengan unsur pembangun a. Maka untuk setiap
b∈G , b dapat ditulis sebagai perpangkatan dari a, yakni b=ar dengan
r ∈ Z . Akan diperlihatkan bahwa untuk setiap θ(b )∈ F , θ(b ) adalah
perpangkatan dari θ(a) . Perhatikan bahwa untuk setiap θ(b )∈ F , maka
r buah

θ(b )=θ( ar )=θ⏞


(aa⋯a)
r buah


=θ(a )θ(a )⋯θ(a )
=(θ( a))r

27
Karena setiap unsur di F dapat dinyatakan sebagai perpangkatan dari unsur θ(a) ,
maka F adalah suatu grup siklik dengan unsur pembangun θ(a) .

BAB 5

Grup Permutasi Dan Teorema Cayley

5.1 Teorema Cayley

Untuk menjawab pertanyaan di atas, pertama sekali marilah kita selidiki himpunan semua
permutasi pada himpunan A dengan dua atau tida unsur. Kemudaian kita akan
menyelidiki kasus ini secara umum.

Andaikan A= {1,2 } adalah suatu himpunan dengan dua unsur. Berapa


banyakkah permutasi yang mungkin pada himpunan A dengan dua unsur ?

i α
1 → 1 1 → 2
2 → 2 2 → 1
Gambar 5. 1

Perhatikan Gambar 5.1, dari gambar ini kita ketahui bahwa terdapat dua buah permutasi

atas dua unsur, yakni permutasi identitas i (iota) dan permutasi α . Semua

komposisi dari i dan α kita perlihatkan pada diagram berikut ini

i i i α
1 → 1 → 1 1 → 1 → 2
2 → 2 → 2 2 → 2 → 1
i ∘i i∘ α

28
α i α α
1 → 2 → 2 1 → 2 → 1
2 → 1 → 1 2 → 1 → 2
α ∘i α∘ α

Perhatikan bahwa (1) (i∘i)=1 dan (2) (i∘i)=2 , sehingga (i∘i)=1 . Dengan cara

yang sama dapat diperlihatkan i∘α=a , α ∘i=α dan α ∘α =i . Sehingga tabel

Cayley dari himpunan semua permutasi pada himpunan A= {1,2 } dengan operasi
komposisi pemetaan adalah

i i
i i i
i i i

Tabel 5.2

Himpunan semua permutasi atas dua unsur kita notasikan dengan S 2 . Dari Tabel 5.2

kita ketahui bahwa unsur identitas dari S2 adalah i , dan setiap unsur mempunyai

unsur kebalikan dirinya sendiri. Sekarang timbul pertanyaan “Apakah operasi komposisi
permutasi adalah asosiatif ?”. Tentu saja jawabannya “ya”. Sehingga himpunan semua

permutasi atas himpunan A= {1,2 } dengan operasi komposisi pemetaan adalah suatu
grup.

Untuk mempermudah penulisan permutasi seperti pada Gambar 5.1, kita gunakan
notasi yang serupa dengan notasi matriks. Misalnya pemetaan identitas i dan pemetaan

α masing-masing dinotasikan sebagai

i= 1 2
( ) dan α= 1 2( )
1 2 2 1

Perhatikan penotasian α dengan menggunakan notasi matriks di atas. Baris pertama


pada notasi matriks tersebut menyatakan domain dari permutasi α , dan baris kedua
menyatakan jangkauan dari permutasi α . Penotasian ini dibaca dari baris pertama ke
baris kedua di setiap kolom yang sama. Perhatikan kolom pertama, pada kolom ini unsur

29
1 terletak pada baris pertama dan unsur 2 terletak pada baris kedua. Hal ini mempunyai

makna α (1 )=2 . Demikian juga pada kolom kedua, unsur 2 terletak pada baris pertama

dan unsur 1 terletak pada baris kedua, sehingga α (2)=1 .

Sekarang kita perhatikan himpuanan A= {1,2,3 } dengan tiga unsur. Berapa


banyakkah semua permutasi yang mungkin pada himpunan A ? Untuk menjawab
pertanyaan ini, misalkan α adalah suatu permutasi atas himpunan A . Perhatikan

bahwa ada tiga kemungkinan untuk α (1) , yakni α (1 )=1 , α(1)=2 atau α (1)=3 .

Semetara itu ada dua kemungkinan untuk α (2) , karena satu unsur sudah merupakan
bayangan dari unsur 1. Terakahir, terdapat tepat satu bayangan dari unsur 3 dibawa
pemetaan α . Sehingga total keseluruhan ada enam permutasi yang mungkin pada satu
himpunan A dengan tiga unsur. Secara umum, dapat diperlihatkan dengan cara yang
sama bahwa akan terdapat n ! Permutasi atas n unsur. Keenam unsur dari himpunan
semua permutasi atas tiga unsur adalah

α 0= 1
( 2 3 ;α=1
) 1 ( 2 3 ;α=1
) (2
2 3
)
1 2 3 2 3 1 3 1 2
β 1= 1
( 2 3 ;β=1
) 2 ( 2 3 ;β=1
) (3
2 3
)
1 3 2 3 2 1 2 1 3

Sekarang timbul suatu pertanyaan “Bagaimanakah cara mengkomposisikan dua


permutasi dengan menggunakan notasi matriks ini ?” Sebagi contoh bagaimanakah
mengkomposisikan

α 1 ∘ β1 = 1 2 3 ) (11 2 3 =?
(2 3 1 3 2 )
Untuk itu, kita akan perhatikan diagram berikut ini

β1 α1
1→ 1→2
2→3→1
3→2→3
Dari diagram kita peroleh bahwa

30
(α 1 ∘ β 1 )(1)=α 1 ( β 1 (1 )=α 1 (1)=2

(α 1 ∘ β 1 )(2)=α 1 ( β 1 (2 ))=α 1 (3)=1

(α 1 ∘ β 1 )(3)=α 1 ( β1 (3))=α 1 (2)=3

Sekarang kita peroleh

1 2 3 1 2 3 1 2 3
α 1 ∘ β1 = ( 2 3 1 )( = )(
1 3 2 2 1 3
=β 3
.
)
Perhatikan bahwa oleh notasi matriks ini, unsur 1 dipetakan ke unsur 1 oleh β 1 dan

unsure 1 dipetakan ke unsur 2 oleh α 1 . Sehingga oleh (α 1 ∘ β 1 ) , unsur 1 dipetakan

ke 2. Oleh pemetaan β 1 unsur 2 di petakan ke unsur 3 dan unsur 3 dipetakan ke unsur

1 oleh pemetaan α 1 , sehingga oleh (α 1 ∘ β 1 ) , unsur 2 di petakan ke unsur 1, dan

oleh pemetaan β 1 unsur 3 di petakan ke unsur 2 dan unsur 2 di petakan ke unsur 3 oleh

pemetaan α 1 . Sehingga oleh (α 1 ∘ β 1 ) , unsur 3 di petakan ke unsur 3. Sehingga

( α 1 ∘ β 1 )= β 3 . Dengan cara yang sama

α 2 ∘ β 1 = 1 2 3 1 2 3 = 1 2 3 =α 2
( )( )( )
3 2 1 1 3 2 3 1 2

Sehingga tabel Cayley dari himpunan permutasi atas tiga unsur


S 3 dengan operasi

komposisi pemetaan adalah seperti yang diperlihatkan oleh Tabel 5.3


0 α0 α1 α2 β1 β2 β3
α0 α0 α1 α2 β1 β2 `
α1 α1 α2 α0 β2 β3 β3
α2 α2 α0 α1 β3 β1 β1
β1 β1 β3 β2 α0 α2 β2

31
β3 α1
β1 α2
β2 β2 β1 α0 α1
β3 β3 β2 α1 α2

32
Tabel 5.3

S
Perhatikan Tabel 5.3 unsur identitas dari 3 adalah
α 0= (11 2 3
2 3 ) . Unsur kebalikan

dari setiap unsur di


S 3 adalah sebagai berikut

α =α 0 ; α =α 2 ; α =α 1 ; β −1 =β1 ; β =β 2 dan β =β 3
0−1 1−1 2−1 1 2−1 3−1 . Karena komposisi

pemetaan adalah asosiatif (yang dijamin oleh Teorema 1.2.9), maka


S 3 dengan operasi

komposisi pemetaan adalah suatu grup. Dari Tabel 5.3 kita ketahui bahwa
S 3 adalah grup
non-komutatif berorde 6. Sebagai contoh,

α 1 ∘ β 1=β 2 tetapi β1 ∘ α 1 =β 3

Sehingga α 1 ∘ β1 ≠ β 1 ∘ α 1 .

Sekarang marilah kita bahas persoalan ini secara umum, baik untuk himpunan
hingga mau

Pun himpunan tak hingga. Andaikan S A adalah himpunan semua permutasi atas unsur di
A . Perhatikan bahwa untuk sebarang himpunan A , terdapat satu pemetaan identitas

i : A → A yang didefinisikan oleh (a )i=a untuk semua a ∈ A . Tidaklah sulit


untuk memperlihatkan bahwa i adalah suatu permutasi. Untuk sebarang permutasi

α : A → A dan untuk setiap a ∈ A berlaku

(a )(i ∘α )=((a )i)α=( a)α

dan

(a )(α ∘i)=((a )α )i=( a)α

Jadi (i∘α )=(α ∘i)=α , yakni i bertindak sebagai unsur identitas dari S A .

33
Andaikan α : A → A adalah suatu permutasi. Misalkan bahwa untuk setiap a∈ A ,

(a )a=a ∈ A . Pandang suatu pemetaan α −1 : A → A yang didefinisikan oleh

(a )α −1 =a jika dan hanya jika ( a)α=a

Karena α adalah suatu pemutasi, maka α adalah suatu pemetaan yang sekaligus satu-satu
−1 −1
dan pada. Jadi α adalah suatu pemetaan. Kita akan memperlihatkan bahwa α adalah
suatu pemutasi, yakni pemetaan satu-satu dan pada.

−1
Pertama kita perlihakan bahwa α adalah pemetaan satu-satu. Andaikan

( a1 )=α−1 =a1 dan ( a2 )α −1=a2 . Bila (a1 ) α −1 =( a2 )α −1 , maka a1 =a 2 . Tetapi

(a1 )=α−1 =a1 dan (a2 )α −1 =a 2 jika dan hanya jika (a1 )=α=a1 dan

(a2 )α=a2 . Karena a1 =a 2 , maka (a1 )α=(a2 )α , yang berakibat a1 =a 2 . Jadi

α −1 adalah pemetaan satu-satu.

Ingat bahwa untuk setiap a∈ A , (a )α=a . Karena (a )α=a jika dan


−1 −1
hanya jika (a )α =a , maka untuk setiap a∈ A terdapat a∈ A sehingga (a )α =a
−1
, yakni α
−1
adalah suatu pemetaan pada. Jadi α : A → A adalah suatu permutasi.

dan a ∈ A
¿
Sekarang perhatikan bahwa untuk setiap a ∈ A

(a )(α ∘α −1 )=((a )α )α−1 =(a ¿ )α −1=a

dan

(a¿ (α −1 ∘α )=((a ¿ )α −1 )α=(a)α=a ¿

Jadi (α ∘α
−1
)=(α −1 ∘α )=i yang berarti bahwa untuk setiap α ∈ S A unsur kebalikan dari
−1
α adalah α ∈ S A .

34
Teorema 1.2.9 menjamin bila α : A → A dan β : A → A

adalah permutasi atas A , maka (α ∘ β ) adalah juga suatu permutasi atas A . Sehingga
operasi komposisi pemetaan adalah operasi biner pada himpunan semua permutasi atas A ,
S A . Teorema 1.2.9 juga menjamin bahwa opersi komposisi pemetaan adalah asosiatif.

Kita rangkum hasil diskusi kita di atas pada teorema berikut ini.

Teorema 7.1.1 Andaikan A adalah suatu himpunan. Maka himpunan semua permutasi

atas A , yang dinotasikan dengan S A , dengan operasi komposisi pemetaan adalah suatu
grup.

Definisi 7.1.2 Grup S A dan Teorema 7.1.1 disebut grup simetri atas A . Bila himpunan

A terdiri dari n unsur, maka SA dinotasikan dengan


S n . Yang dimaksud sebagai

S
grup permutasi adalah grup S A atau n
S
atau subgrup dari grup S A atau n .

Bukti Teorema 7.1.1 :

i. Tertutupnya S A terhadap komposisi permutasi telah diuraikan diatas.


ii. Karena komposisi pemetaan bersifat asosiatif, maka sifat asosiatif jelas dipenuhi
oleh komposisi permutasi.

iii. Permutasi identitas, yaitu i : A → A dengan i(a)=a untuk setiap


a ∈ A , merupakan elemen identitas.

iv. Untuk setiap   S A , didefinisikan permutasi α −1 yang membawa hasil


permutasi α ke elemen asalnya. Dengan definisi ini akan dipenuhi

α . α −1=α−1 . α=i .

35
BAB 6
PERKALIAN LANGSUNG LUAR
(EXTERNAL DIRECT PRODUCT)
5.1 Definisi Dan Contoh
Kita mulai diskusi kita pada bagian ini dengan memperkenalkan istilah perkalian
langsung luar (external direct product) dari beberapa grup.
Definisi 5.1.1

Misalkan
G1 ,G2 ,⋯,Gn . adalah n buah grup. Perkalian langsung luar G1 , G2 ,⋯,Gn ,

adalah himpunan

G 1 xG2 x⋯xG n= {( g1 , g2 ,⋯, g n ): g i ∈ G i, i=1,2,⋯, n }

Satu hal yang perlu dicatat, bila kita mempunayai dua grup G 1 dan G2 secara umum
berlaku bahwa G 1 xG 2 ≠G2 xG 1 .
Teorema 5.1.3

Andaikan
G ,G ,⋯,G .
1 2 n masing-masing adalah grup . Himpunan
G1 xG2 x⋯G n dengan
operasi yang didefinisikan oleh

(g 1 , g 2 ,⋯, gn )(h1 ,h 2 ,⋯, hn )=( g1 h1 , g2 h 2 ,⋯, gn h n )

36
untuk semua (g 1 , g 2 ,⋯, gn ),(h1 , h2 ,⋯, hn )∈
G1 xG2 x⋯G n adalah suatu grup.

Bukti :

Ambil sebarang dua unsur (g 1 , g 2 ,⋯, gn ),(h1 , h2 ,⋯, hn )∈


G1 xG2 x⋯G n ,maka

(g 1 , g 2 ,⋯, gn )(h1 ,h 2 ,⋯, hn )=( g1 h1 , g2 h 2 ,⋯, gn h n )

Ingat bahwa untuk setiap


i=1,2,. .., n , gi , hi ∈ Gi . Karena Gi adalah sebuah grup, maka
gi hi ∈Gi , Jadi

(g i hi , g2 h2 , . . ., g n hn )∈G1 x G2 x .. . x G n ,

yakni operasi yang didefinisikan oleh Teorema 5.1.3 merupakan suatu operasi biner pada
G1 x G2 x . . . x Gn .

Perhatikan bahwa operasi biner pada G1 x G2 x . . . x Gn didefinisikan dengan menggunakan

operasi biner di setiap


Gi , i=1, 2, ... , n.

Sehingga untuk sebarang a=( f 1 , f 2 , . . . ,f n ), b=( g1 , g2 , . . . , g n ) dan c=(h1 ,h2 , . . ., h n )


yang berada di G1 x G2 x . . . x Gn diperoleh

a(bc )=( f 1 , f 2 ,⋯, f n )[( g1 , g2 ,⋯, g n )(h1 , h2 ,⋯, hn )]


=( f 1 , f 2 ,⋯, f n )((g 1 h1 , g2 h 2 ,⋯, gn h n ))
=( f 1 ( g1 h 1 ), f 2 (g 2 h2 ),⋯, f n ( gn hn ))
=((f 1 g1 )h1 ,( f 2 g 2 )h 2 ,⋯,( f n gn )hn )

=( f 1 g1 , f 2 g 2 ,⋯, f n gn )(h1 , h2 ,⋯, hn )


=[( f 1 , f 2 ,⋯, f n )( g1 , g2 ,⋯, g n )](h1 , h2 ,⋯, hn )
=(ab )c

Jadi operasi biner pada G1 x G2 x . . . x Gn adalah asosiatif.

Andaikan
e 1 ,e2 ,⋯,e n masing-masing adlah unsure identitas dari G1 , G2 ,⋯,Gn . Karena

untuk (g 1 , g 2 ,⋯, gn )∈ G1 x G2 x . . . x Gn dan

37
(g 1 , g 2 ,⋯, gn )(e 1 , e 2 ,⋯, e n )=( g1 e1 , g2 e 2 ,⋯g n e n )
=( g1 , g2 ,⋯, g n )
=( e1 g1 , e 2 g2 ,⋯, en g n )
=( e1 , e 2 ,⋯,e n )( g1 , g2 ,⋯, gn )

Maka (e 1 , e2 ,⋯, en ) adalah unsure identitas dari G1 x G2 x . . . x Gn .

Untuk sebarang (g 1 , g 2 ,⋯, gn )∈ G1 x G2 x . . . x Gn , unsur kebalikan dari


(g 1 , g 2 ,⋯, gn ) adalah (g 1−1 , g2−1 ,⋯, gn−1 ) , sebab

(g 1 , g 2 ,⋯, gn ) (g −1 , g −1 ,⋯, g −1 ) =(g 1 g −1 , g2 g −1 ,⋯, gn g −1 )


1 2 n 1 2 n

= (e 1 , e2 ,⋯, en ) .
dan juga
(g −1 , g −1 ,⋯, g −1 ) (g 1 , g 2 ,⋯, gn ) =(g −1 g1 , g −1 g 2 ,⋯, g −1 g n )
1 2 n 1 2 n

= (e 1 , e2 ,⋯, en ) .

Karena aksioma dari suatu grup dipenuhi, maka G1 x G2 x . . . x Gn adalah grup.

5.2 Sifat-sifat Perkalian Langsung Luar


Perhatikan kembali contoh 5.1.4 dan 5.1.5. Kedua contoh tersebut menggambarkan
bahwa perkalian langsung luar dari dua grup yang komutatif adalh komutatif. Teorema berikut
ini lebih lanjut menyatakan bahwa keadaan yang sebaliknya juga berlaku.
Teorema 5.2.1

Andaikan
G1 ,G2 ,⋯, Gn masing-masing adalah suatu grup. G1 x G2 x . . . x Gn adalah grup

komutatif jika dan hannya jika


G1 , G2 ,⋯,Gn masing-masing adalah grup komutatif.

Bukti :

Andaikan
Gi i=1,2 ,⋯, n adalah grup komutatif. Untuk setiap
gi , hi ∈Gi , diperoleh
gi hi =hi gi . Hal ini berakibat bahwa untuk setiap

(g 1 , g 2 ,⋯, gn ),(h1 , h2 ,⋯, hn )∈G1 xG 2 x⋯ xGn , diperoleh

38
(g 1 , g 2 ,⋯, gn )(h1 ,h 2 ,⋯, hn )=( g1 h1 , g2 h 2 ,⋯, gn h n )
=( h1 g 1 , h2 g2 ,⋯, hn gn )
=( h1 , h2 ,⋯,h n )(g 1 , g 2 ,⋯, gn )

Jadi G1 x G2 x . . . x Gn adalah grup komutatif.

Sebaliknya jika G1 x G2 x . . . x Gn adalah grup komutatif, maka untuk setiap


(g 1 , g 2 ,⋯, gn ),(h1 , h2 ,⋯, hn )∈G1 xG 2 x⋯ xGn diperoleh

(g 1 , g 2 ,⋯, gn )(h1 ,h 2 ,⋯, hn )=(h1 , h2 ,⋯, hn )( g1 , g2 ,⋯, g n )


( g1 h1 , g2 h 2 ,⋯, gn h n )=( h1 g 1 , h2 g2 ,⋯, hn gn )

yang berakibat bahwa


gi hi =hi gi untuk setiap gi , hi ∈Gi , i=1,2 ,⋯, n yakni setiap Gi
adalah grup komutatif.
Teorema berikut ini memperlihatkan hubungan antara orde dari suatu unsur di
G1 x G2 x . . . x Gn dengan orde dari komponen-komponen unsur tersebut.

Teorema 5.2.2

Andaikan (g 1 , g 2 ,⋯, gn ), ∈G1 xG2 x⋯ xG n .Bila ord (g 1 )=m 1 , ord( g2 )=m 2 , . . . , dan
ord (g n )=mn , maka orde dari (g 1 , g 2 ,⋯, gn ) adalah kelipatan persekutuan terkecil dari
m1 , m2 , . . . , mn .

Bukti :

Andaikan s adalah kelipatan persekutuan terkecil dari bilangan-bilangan


m1 , m2 , . . . , mn

dan misalkan orde dari unsur (g 1 , g 2 ,⋯, gn ) adalah t . Akan kita perlihatkan s=t .
Karena s adalah kelipatan persekutuan terkecil dari
m1 , m2 , . . . , mn , maka s adalah
kelipatan dari
mi , untuk semua i= 1, 2, ... , n . Sehingga

(g 1 , g2 , . . . , gn ) s=(g s1 , gs2 , . . . , gns )


= (e 1 , e2 , . . . , e n )

Karena orde dari (g 1 , g 2 ,⋯, gn ) adalah t dan


s
(g 1 , g2 , . . . , gn ) =(e1 , e2 , . . . , e n ) ,

39
Maka Teorema 3.1.5 mengakibatkan s adalah kelipatan dari t , sehingga t ≤s .

Sebaliknya karena t adalah orde dari unsur (g 1 , g 2 ,⋯, gn ) , maka

(g 1 , g2 , . . . , gn )t =(g t1 , gt2 , . . . , gtn )


= (e 1 , e2 , . . . , e n )
t
Tetapi untuk setiap i= 1, 2, ... , n orde dari (g 1 ) adalah mi . Karena gi =e i , maka
t adalah kelipatan dari setiap
mi , i= 1, 2, ... , n karena s adalah kelipatan persekutuan
terkecil dari
m1 , m2 , . . . , mn maka s≤t . Jadi kita peroleh s=t .

Teorema 5.2.4

Z m x Zn ≃Z mn jika dan hanya m dan n adalah prima relatif.


Bukti :

Andaikan m dan n adalah dua bilangan bulat yang prima relatif. Karena
Z m x Zn

mempunyai mn , maka untuk memperlihatkan


Z m x Zn ≃Z mn kita cukup memperlihatkan

bahwa
Z m x Zn adalah suatu grup siklik. Pandang unsur
1∈ Z m , maka orde dari unsur 1

adalah m . Demikian juga untuk unsur 1∈ Z n , orde dari unsur 1 adalah n . Sehingga

menurut Teorema 5.2.2 orde dari unsur (1, 1) adalah kelipatan persekutuan terkecil dari m
dan n . Karena m dan n adalah bilangan bulat yang prima relatif, kelipatan persekutuan
terkecil dari m dan n adalah mn . Sehingga orde

dari unsur (1, 1) sama dengan orde grup (Z m x Zn ) . Jadi Z m x Zn adalah suatu grup
siklik dengan unsur pembangun adalah unsur (1, 1) .

Sebaliknya asumsikan bahwa m n Z x Z ≃Z


mn , kita akan memperlihatkan bahwa m dan
n adalah prima relative. Kita buktikan hal ini dengan memperhatikan kontrapositipnya,
dengan harapan kita akan memperoleh suatu kontradiksi. Misalkan pembagi persekutuan
terbesar dari m dan n adalah d≠1 . Kita akan memperlihatkan bahwa Z m x Zn
bukan suatu grup siklik. Karena d adalah pembagi persekutuan terbesar dari m dan n ,
mn
maka d habis dibagi oleh m dan juga habis dibagi oleh n . Perhatikan bahwa untuk

40
sebarang (a . b)∈ Z m x Zn , maka orde dari a ∈ Z m adalah factor dari m dan orde dari
b ∈ Z m adalah faktor dari n . Hal ini berakibat untuk sebarang (a . b)∈ Z m x Zn
mn
buah
d


(mn/d )( a , b )=(a , b)+(a , b)+. ..+(a , b )

=((mn/d)(a),(mn/d )(b))
=((n/d )(ma),(m/d)(na))=(0,0).

Karena (mn/d )<mn , tidak terdapat unsure pembangun dari Z m xZ n . Jadi Z m xZ n


bukan

Grup siklik, bertentangan dengan asumsi kita bahwa


Z m xZ n adalah grup siklik. Ini berarti

bahwa bila
Z m xZ n adalah siklik, maka pembagi persekutuan terbesar dari m dan n adalah 1.

Dengan menggunakan penalaran secara induktif, sebagai akibat langsung dari Teorema
5.2.4 kita peroleh fakta berikut ini. Akibat 5.2.5 menyatakan bahwa agar perkalian langsung
luar dari beberapa grup siklik adalah siklik, maka syarat perlu dan cukupnya adalah orde dari
setiap grup adalah saling prima.
Akibat 6.2.5

m=m1 m2 ⋯mk . Z m≃Z m xZ m 2 xZ m3 x⋯Z mk mi


Andaikan 1 jika dan hannya jika dan
m j adalah relative prima, untuk i≠ j .

BAB 7
KOSET DAN SUBGRUP NORMAL
7.1 Koset
Dalam bagian ini di bahas pengertian subgrup normal dalam suatu grup, disertai dengan
contoh-contohnya. Namun sebelum kita sampai pada pembahasan tersebut, kita harus
memahami pengertian koset terlebih dahulu seperti dinyatakan dalam definisi berikut ini.
Definisi 7.1.1
Diberikan H subgrup dalam grup G . Himpunan bagian :
gH={ gh : h ∈ H } disebut koset kiri H yang memuat g ,
Hg={ hg : h∈ H } disebut koset kanan H yang memuat g ,

41
7.2. TEOREMA LAGRANGE

Dalam bagian ini akan diperlihatkan bahwa setiap koset kiri dan setiap koset kanan
subgrup H dan grup G mempunyai elemen yang sama banyak.
Teorema 7.2.1
Jika H subgrup G g ∈G , maka :
dan
i. Hg=H jika dan hannya jika g ∈ H
ii. gH=H jika dan hannya jika g ∈ H
iii. gH=kH jika dan hannya jika g−1 k ∈ H
iv. k ∈ gH jika dan hannya jika gH=kH
v. Koset-koset kiri H , terkecuali H sendiri, bukan subgrup
vi. Koset-koset kiri H ekuivalen.
Bukti :
i. Misalkan Hg=H .
Karena e∈ H , maka eg ∈ Hg dan diperoleh eg=g ∈ Hg=H . Jadi g ∈ H .
Sebaliknya, misalkan g ∈ H , akan diperlihatkan Hg=H .
Ambil x ∈ Hg ⇒ x=hg untuk suatu h ∈ H . Sekarang diperoleh h ∈ H dan
g ∈ H , maka hg∈ H , yang berarti x∈ H . Jadi jelas diperoleh
Hg⊆ H ……………(a).
Sekali lagi, misalkan y∈ H , karena g ∈ H maka yg−1 ∈ H (kenapa ?).
−1 −1
Karena yg ∈ H , maka yg =h untuk suatu h ∈ H . Hal ini berakibat bahwa
y=hg ∈ Hg .
Berarti H ⊆ Hg ………………(b).
Dari (a) dan (b) disimpulkan bahwa Hg=H .
ii. Seperti i, (coba buktikan ).
−1 −1
iii. Diketahui gH=kH ⇔ g (gH )=g (kH )
⇔ g−1 gH=g−1 kH
⇔ eH=g−1 kH
⇔ H =g−1 kH
⇔ g−1 k ∈ H
iv. Jika k ∈ gH maka g k ∈ g gH =H .
−1 −1

42
Menurut iii, gH=kH .
Sebaliknya jika kH gH=kH , maka untuk setiap h ∈ H berlakulah
kh ∈ kH=gH . Karena e∈ H , maka ke=k ∈ kH=gH .
v. H subgrup menurut pengambilan dalam teorema ini. Karena e∈ H dan setiap
subgrup harus memuat elemen e , maka koset kiri yang lain bukanlah subgrup.
gH dan kH ekuivalen dibuat aturan perka-
vi. Untuk membuktikan dua koset kiri
wanan dari gH ke kH dengan setiap gh∈ gH dikawankan dengan kh ∈ kH .
Aturan perkawanan ini pemetaan, sebab jika gh1 =gh 2 maka dengna kanselasi di-

peroleh h1 =h2 . Akibatnya kh 1=kh2 . Pemetaan injektif, sebab jika kh 1=kh2


maka h1 =h2 sehingga berakibat gh1 =gh 2 . Pemetaan surjektif, sebab setiap kh 1
menentukan h1 dan dengan demikian menentukan juga gh1 yang mejadi kawan
kh 1 .
Teorema 7.2.2 (Teorema Lagrange)
Jika H subgrup dalam suatu grup berhingga G , maka O ( H ) pembagi O(G) .
Bukti :
Diberikan O (G)=n , sedangkan O ( H )=m .
Menurut teorema sebelumnya, setiap koset kiri H mempunyai elemen yang sama banyak
dengan H . Jika r adalah banyaknya koset kiri H , maka n=r m . Jadi m adalah
pembagi n .
Akibat 7.2.3 :
Setiap grup berorder prima pasti siklik.
Bukti :
Diberikan grup G dengan O (G)=p dan p bilangan prima.

Ambil elemen a∈G dan a≠e . Hal ini mungkin sebab G paling sedikit memuat 2
elemen. Subgrup H =<a>¿ ¿ merupakan subgrup siklik yang dibangun oleh unsur a .
Menurut teorema diatas , O( H ) pasti pembagi p . Tetapi karena p prima, maka
O( H )= p . Jadi G=<a>¿ ¿ .

Definisi 7.2.4
Indeks subgrup H G , ditulis dengan
dalam grup (G: H ) atau iG (H ) adalah
banyaknya koset-koset kiri (kanan) H dalam grup G .
Teorema 7.2.5

43
Jika K dan H masing-masing subgrup dalam G dengan indeks-indeks berhingga
berturut-turut n dan j, sedangkan K ⊂ H , maka berlaku :
i. ( H : K ) berhingga
ii. (G: K )=(G : H )( H : K )
Bukti :
Karena K dan H masing-masing subgrup dalam G sedangkan K ⊂ H , maka
K subgrup H . Setiap koset kiri K dalam H juga merupakan koset kiri K dalam
G .
Akan diperlihatkan tidak ada koset kiri K dalam G yang memotong H .
Misalkan gK koset kiri yang memotong H . Maka ada s ∈ gK dan s ∈ H . Akibatnya
gK=sK . Karena H tertutup terhadap operasi biner, maka setiap elemen sK (=gK )
berada dalam H . Sebaliknya persamaan sx=h mempunyai penyelesaian dalam H .
JadigK=H . Dari sini disimpulkan, jika gK dan H berserikat satu elemen, maka
gK=H . Dengan kontraposisi, jika gK≠H maka gK dan H tak mempunyai
elemen berserikat.
Himpunan koset-koset kiri K dalam H merupakan himpunan bagian dalam himpunan
koset-koset kiri K dalam G . Karena (G: K ) berhingga , maka pastilah ( H : K ) juga
berhingga. Namakan ( H : K )=h .
Pandang dekomposisi H relative terhadap K ,
H=s1 K + s 2 K +⋯+ s h K dengan
s i ∈ H , i=1,2 ,⋯, h
Akan diperlihatkan :
as 1 K +as 2 K +⋯+ ash K
Merupakan dekomposisi relatif aH terhadap K , yaitu as i K diatas saling asing dan
setiap anggota aH berada dalam salah satu
as i K .

Untuk i≠ j maka ias K ≠as K


j . Sebab andaikan
as i K =as j K , maka s i K=s j K ,
kontradiksi dengan dekomposisi H diatas.
Kemudian, jika s ∈ H maka
s ∈s i K untuk suatu i. Jadi
as∈ asi K , yaitu berarti setiap
as∈ aH berad dalam salah satu
as i K .
Karena banyaknya koset-koset kiri H dalam G sama dengan j , sedangakan setiap
koset kiri aH terpecah atas h koset kiri K , maka banyaknya koset-koset kiri K

dalam G adalah jh . Jadi n= jh , atau (G: K )=(G : H )( H : K ) .

44
7.3 SUBGRUP NORMAL

Jika H subgrup G , maka ternyata tidak setiap koset kiri juga merupakan koset
kanan. Dalam bagian ini dibahas subgrup yang mempunyai sifat khusus dan ternyata berakibat
bahwa setiap koset kiri juga merupakan koset kanan.

Definisi 7.3.1
Subgrup H dalam grup G disebut subgrup normal jika koset kiri dari H sama dengan
koset kanan dari H , yakni untuk setiap g ∈G berlaku gH=Hg .
Subgrup H normal dalam G di tulis dengan notasi H ⊲ G .
Subgrup normal disebut juga subgrup invariant atau self conjugate.
Jelas bahwa G dan { e } adalah subgrup normal dalam G dan di anggap sebagai
subgrup normal trivial. Grup yang tidak mempunyai subgrup normal yang non-trivial disebut
dengan grup sederhana atau simple group.
Mudah dilihat bahwa jika H adalah subgrup normal dari G dan K subgrup dalam
G sedemikian hingga berlaku H ⊆ K ⊆G , maka H normal di K . Lebih lanjut,
jika G abelian, maka semua subgrupnya akan normal.
Dua teorema berikut memberikan syarat yang ekuivalen untuk menyatakan subgrup normal
dari suatu grup. Salah satu teorema tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan subgrup
normal.

Teorema 7.3.2
−1
Subgrup H dari grup G adalah normal di G jika dan hannya jika g Hg=H untuk
setiap g ∈G .
Bukti :
Andaikan H normal di G , maka
Hg=gH untuk setiap g ∈G
⇒ g−1 Hg=g−1 ( gH )=( g−1 g )H=H .
g Hg=H untuk setiap g ∈G , maka
−1
Sebaliknya, andaikan
g( g−1 Hg )=gH
⇒ (gg -1 )Hg=gH
⇒ Hg=gH .
Karena itu H adalah normal.

45
Teorema 7.3.3
−1
Subgrup H dari grup G adalah normal di G jika dan hannya jika g hg ∈ H untuk
setiap h ∈ H dan g ∈G .
Bukti :
Andaikan H normal di G , maka
Hg=gH untuk setiap g ∈G
Ambil sebarang elemen h ∈ H dan g ∈G , maka
hg ∈ Hg=gH
⇒hg=gh1 untuk suatu h1 ∈ H
⇒ g−1 hg=h1 ∈ H
−1
Jadi terbukti g hg ∈ H .
Sebaliknya, ambil sebarang elemen g ∈G , maka
−1
g hg ∈ H untuk setiap h ∈ H
⇒ g( g−1 hg)∈ gH , untuk setiap h ∈ H
⇒hg ∈ gH , untuk setiap h ∈ H
⇒ Hg ⊆gH .
−1
Ambil b=g , perhatikan, karena b ∈G , maka
b−1 hb∈ H , h∈H
−1
⇒ ghg ∈ H , untuk setiap h ∈ H
⇒(ghg−1 )g ∈ Hg , untuk setiap h ∈ H
⇒ gh ∈ Hg , untuk setiap h ∈ H
⇒ gH ⊆ Hg
Diperoleh Hg=gH , yang berarti H adalah normal.
Teorema berikut juga masih berkaitan dengan sifat subgrup normal.
Teorema 7.3.4
Suatu subgrup H dari grup G adalah subgrup normal dari grup G jika dan hannya
−1
jika g Hg⊆ H , untuk semua g ∈G .
Bukti :
Andaikan H Hg=gH untuk setiap
adalah subgrup normal dari grup G , maka berlaku
g ∈G . Tetapi hal ini berakibat g−1 Hg=H , sehingga g−1 Hg⊆ H .

46
g Hg⊆ H , untuk semua g ∈G . Kita perlihatkan
−1
Sebaliknya andaikan
gH=Hg , untuk semua g ∈G . Untuk itu cukup diperlihatkan bahwa H ⊆ g−1 Hg .
Karena untuk semua unsure g ∈G berlaku g Hg⊆ H , maka (g ) Hg ⊆H . Jadi
−1 −1 −1 −1

untuk setiap h ∈ H terdapat h1 ∈ H sehingga


−1 −1 −1
(g ) hg =h1 . Tetapi hal ini berarti
−1 −1 −1
h=g h1 g , yakni untuk setiap h ∈ H berlaku h=g h1 g ∈ g Hg . Sehingga

H ⊆ g Hg . Sekarang untuk semua g ∈G kita peroleh hubungan g Hg=H , yang


−1 −1

berarti Hg=gH untuk semua g ∈G . Jadi H adalah subgrup normal dari G .

7.4 Grup Faktor


Rangkaian teorema berikut ini memperlihatkan pentingnya subgrup normal. Kita
perlihatkan bila H G , maka himpunan koset kiri
adalah subgrup normal dari grup
(kanan) dari H dengan menggunakan operasi biner yang disebabkan pada G adalah
suatu grup.

Teorema 7.4.1
Andaikan H adalah subgrup normal dari grup G dan misalkan G/ H= {aH : a∈ G } .
Untuk setiap aH , bH ∈ G/ H didefinisikan (aH )(bH )=abH , maka operasi ini adalah
operasi biner atas G/ H .
Bukti :
Kaarena untuk setiap a, b∈G berlaku ab ∈G , maka jelas bahwa abH merupakan
koset kiri dari H . Sehingga abH ∈G/ H . Sekarang tinggal kitsperlihstksn bahwa operasi
' '
well-defined (terdefinisi dengan baik). Artinya bila a H=aH dan b H=bH
' ' ' '
Harus kita perlihatkan a b H=(a H )(b H )=abH .
Untuk memperlihatkan hal ini, misalkan a' H=aH dan b' H=bH . Akibatnya terdapat
h1 , h2 ∈ H sehingga a' =ah1 dan b' =bh 2 . Karena itu a' b' H=ah1 bh 2 H . Karena
h2 ∈ H maka h2 H =H dan berakibat a' b' H=ah1 bH . Karena H adalah subgrup
normal dari grup G , maka bH=Hb . Karena itu
a' b' H=ah1 bH
=ah1 Hb
= aHb
= abH

47
Jadi (aH )(bH )=abH untuk semua aH , bH ∈ G/ H adalah suatu operasi biner atas
G/ H .

Teorema 7.4.2 :
Andaikan H adalah subgrup normal dari grup G . Himpunan koset kiri dari H , yakni
G/ H= {aH : a∈ G }
dengan operasi (aH )(bH )=abH untuk setiap aH , bH ∈ G/ H adalah suatu grup.

Definisi 7.4.3
Grup koset G/ H pada Teorema 7.4.2 diatas disebut sebagai grup factor dari G modulo
H atau biasa disebut dengan grup faktor dari G .

BAB 8
HOMOMORFISMA
Definisi 8.1.1
'
Diberikan dua grup, G dan G' . Pemetaan θ : G→G disebut homomorfisma grup
jika untuk setiap a,b∈G berlaku
θ(ab )=θ (a)θ(b ) .

Definisi 8.1.3
'
Diberikan homomorfisma θ : G→G .

Himpunan θ−1 ( e' )={ a∈ G : θ(a )=e ' } disebut dengan kernel pemetaan θ , dan ditulis
dengan Ker (θ ) .
'
Himpunan semua elemen G yang mempunyai kawan di G , yaitu

Im(θ )= {g ∈ G ' : g=θ( a), untuk suatu a ∈G } ⊆ G'

disebut image dari θ , dan ditulis dengan Im(θ ) .


Berikut ini diberikan suatu teorema yang merupakan akibat homomorfisma grup.

48
Teorema 8.1.4
'
Diberikan θ : G→G homomorfisma grup, maka :
' '
i. Jika e elemen identitas di G , maka θ(e )=e elemen identitas di G .
−1 −1
ii. Jika a∈G maka θ(a )=(θ(a ))
n n
iii. θ(a )=(θ( a)) , n bilangan bulat .
'
iv. Jika H subgrup G , maka θ( H ) subgrup G .
' ' −1 '
v. Jika K subgrup G , maka θ ( K ) subgrup G .
Bukti :
i. Kita tahu bahwa

e .e=e
⇒θ (e . e )=θ( e )
⇒θ (e ). θ(e )=θ(e )e' , karena θ homomorfisma
⇒θ (e )=e ' ( dengan kanselasi)
ii. Sekali lagi berlaku bahwa :

aa−1 =e=a−1 a
⇒θ (aa−1 )=θ( e)=θ(a−1 a)
−1 ' −1
⇒θ (a)θ(a )=e =θ(a )θ(a)
⇒(θ(a))−1 θ(a)θ(a−1 )=(θ(a)−1 )e '
' −1 −1 '
⇒ e θ(a )=(θ(a)) e
−1 −1
⇒θ (a )=(θ (a))
iii. Karena n bilangan bulat, maka :

θ(a n)=θ(a.a.a.⋯a)
=θ(a).θ( a).θ (a)⋯θ(a) (sebanyak n kali )
n
=(θ( a))

49
iv. Diberikan H subgrup G .Ambil θ(a) dan θ(b) elemen θ( H ) . Karena
'
θ : G→G
homomorfisma grup, maka :

θ(a )θ (b )=θ(ab ) .

Dan karena H subgrup dan untuk setiap a,b∈ H , maka ab ∈ H .

Jadi θ(ab )=θ (a)θ(b )∈θ( H ) .


−1 −1
Ambil θ(a)∈ θ( H ) . Menurut ii, θ(a )=(θ(a )) .

Karena H subgrup, maka untuk setiap a ∈ H berakibat a ∈ H .


−1

Jadi θ(a−1 )=(θ(a ))−1 ∈ θ( H ) .

Dari uraian ini disimpulkan bahwa θ( H ) subgrup G' .


' '
vi. Diberikan K subgrup G .

θ−1 ( K ' ) pasti tidak kosong, sebab e ∈ θ−1 ( K ' ).

Ambil a,b dalam θ−1 ( K ' ) . Maka θ(a) dan θ(b) keduanya anggota K ' .
' '
Karena K subgrup, maka θ(a)θ (b)∈ K . Sedangkan θ(a )θ (b )=θ(ab ) .
−1 '
Jadi ab ∈θ ( K ) .
−1 ' '
Ambil a ∈θ ( K ) , maka θ(a )∈ K .
−1 −1 −1 '
Menurut ii, θ(a )=(θ(a )) subgrup, maka (θ(a )) ∈ K
'
dan karena K .
−1 ' −1 −1 '
Jadi θ(a )∈ K , yang berarti a ∈ θ ( K ) .
−1 '
Dari uraian ini disimpulkan θ ( K ) subgrup G .
Teorema 8.1.5
'
Jika θ : G→G homomorfisma grup, maka Ker(θ ) adalah subgrup normal dalam G .
Bukti :

50
'
Karena θ(e )=e , e∈ Ker (θ) , dengan demikian Ker (θ )≠∅ .

Selanjutnya ambil x, y ∈ Ker (θ) .

x, y ∈ Ker (θ)⇒θ (x )=e '


θ( y )=e '
'
Karena θ : G→G homomorfisma, maka berlaku :

θ( xy−1 )=θ ( x)θ ( y−1 )


=θ( x)(θ( y ))−1
=e ' (e ' )−1
=e '
⇒ xy −1 ∈ Ker (θ ).

Karena itu Ker(θ ) adalah subgrup dalam G .

Untuk sebarang g∈G , dan x ∈ Ker(θ ) , maka

θ( g−1 xg)=θ (g−1 )θ( x)θ( g )


=((θ(g))−1 θ( x)θ (g )
=((θ(g))−1 e' θ( g)
=((θ(g))−1 θ( g)
=e '
−1
⇒ g xg∈ Ker (θ )

Jadi terbukti bahwa Ker(θ ) adalah subgrup normal dalam G .

Teorema 8.1.5
'
Homomorfisma θ : G→G adalah satu-satu (injektif) jika dan hannya jika Ker (θ )= { e } .

Bukti :
'
⇒ Andaikan θ : G→G satu-satu, akan diperlihatkan bahwa Ker (θ )= { e } .

Ambil sebarang elemen x∈ Ker (θ ) , berarti

51
θ( x)=e' , tetapi
θ(e)=e'

Akibatnya diperoleh θ( x )=θ (e )⇒ x=e , sebab θ satu-satu.

Karena itu Ker (θ )= { e } .

⇐ Andaikan Ker (θ )= { e } , akan diperlihatkan bahwa θ : G→G' satu-satu.

Ambil sebarang elemen x, y ∈G dengan sifat θ( x)=θ ( y ) .Maka diperoleh :

θ (x )(θ ( y))−1 =e '


⇒θ (xy −1 )=e '
⇒ xy −1 ∈ Ker (θ )= { e }
⇒ xy −1 =e
⇒ x= y
'
Jadi terbukti θ : G→G satu-satu.

Homomorfisma-homomorfisma yang mempunyai sifat khusus, seperti injektif atau


surjektif, juga akan diberi nama khusus seperti pada definisi berikut.
Definisi 8.1.6
i. Homomorfisma grup yang injektif disebut dengan monomorfisma.
ii. Homomorfisma grup yang surjektif disebut dengan efimorfisma.
iii. Homomorfisma grup yang injektif dan surjektif , yang berarti bijektif disebut
dengan isomorfisma.

iv. Isomorfisma dari grup G ke dirinya sendiri disebut dengan automorfisma

8.2 ISOMORFISMA
Seperti telah dalam Definisi 4.1.3 bahwa isomorfisma adalah suatu homomorfisma
yang bijektif. Jika ada suatu isomorfisma dari grup G ke grup G' atau sebaliknya,
' '
dikatakan G isomorfik dengan G dan ditulis dengan G≃G

52
'
Untuk memperlihatkan dua grup G dan G isomorfik, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
'
5. Dibuat (dikontruksi) suatu pemetaan θ : G→G yang diperkirakan dapat menjadi
suatu isomorfisma.
6. Dibuktikan θ homomorfisma.
7. Dibuktikan θ injektif.
8. Dibuktikan θ surjektif.

Contoh 8.2.1
+
Buktikan bahwa grup aditif ℜ isomorfik dengan grup multiplikatif ℜ .
Bukti :
x
1. Untuk setiap x∈ ℜ , didefinisikan θ( x)=e .
Maka θ
+
adalah suatu pemetaan atau fungsi dari ℜ ke ℜ , sebab jika x 1=x 2
x x2
maka e 1=e .

2. Pemetaan θ adalah homomorfisma , sebab :


x 1+ x2
θ( x 1 +x 2 )=e
x x
=e 1 . e 2
=θ( x 1 ). θ( x 2 )

3. θ adalah injektif , sebab jika θ( x 1 )=θ( x 2 ) yang berarti e e1=ee 2 maka

x 1=x 2 .

+ ln y
4. θ adalah surjektif, sebab untuk setiap y∈ ℜ , θ(ln y )=e =y .

Jadi kawan y∈ ℜ
+
terhadap pemetaan θ adalah ln y ∈ ℜ .
+
Jadi terbukti bahwa grup aditif ℜ isomorfik dengan grup multiplikatif ℜ .
Teorema 8.2.2

Setiap grup siklik tak berhingga G isomorfik dengan grup aditif Z .


Bukti :

53
Karena G siklik maka ada a∈G dengan G=<a>¿ ¿ . Jadi

G= { an : n∈ N } .
n m
Lebih dahulu akan diperlihatkan bila G tak berhingga maka a ≠a jika n≠m .

Andaikan ada n>m dengan an =am . Maka an a−m=e . Ambil s bilangan positif
s r
terkecil sehingga a =e . Ambil a ∈G , kemudian dicari h dan k dalam Z dengan

r=hs+k untuk 0≤k < s .

Maka ar =ahs+k =a hs . ak =(as )h ak =ea k=ak untuk 0≤k < s .


2 s−1
Berarti elemen-elemen e,a,a ,⋯,a adalah s elemen yang berbeda dan jika ar ∈G
dengan r>s akan sama dengan salah diantara s elemen tadi. Jadi G berhingga,
kontradiksi dengan disyaratkannya G tak berhingga.

4. Dibuat pemetaan θ : G→Z dengan aturan θ(a n )=n untuk setiap an ∈ G .


5. Jika θ(a n )=θ(a m ) berarti n=m dan berakibat an =am .
Jadi θ pemetaan injektif.
n n
6. Untuk setiap n ∈ Z , ada elemen dalam G berbentuk a dengan θ(a )=n .
Jadi θ pemetaan surjetif.

4. θ(a n am )=θ(a n+m )=n+m=θ(a n )+θ (am ) .

Jadi terbukti bahwa Setiap grup siklik tak berhingga G isomorfik dengan grup aditif
Z .

Untuk menunjukkan bahwa dua grup G dan G' tidak isomorfik haruslah
'
diperlihatkan tidak mungkin dibuat pemetaan bijektif θ : G→G yang mempunyai
sifat θ(ab )=θ (a).θ (b ) , untuk setiap a, b∈G . Jika G maupun G'
berhingga, akan mudah di-

lihat apakah keduanya isomorfik atau bukan. Tetapi jika G maupun G' tak berhingga,
'
menunjukkan ada atau tidaknya isomorfisma dari G ke G tidaklah mudah.

54
Teorema 8.2.4 ( Teorema Dasar Homomorfima grup )
'
Jika f : G →G adalah suatu homomorfisma surjektif (onto) dengan K=Ker ( f ) , maka

G
≃G'
K .
Bukti :
G
ϕ: →G '
Definisikan pemetaan K dengan aturan ϕ( Ka)=f (a), a ∈G .

Akan kita perlihatkan bahwa ϕ adalah suatu isomorfisma.

Jelas ϕ well defined, sebab jika

Ka=Kb
⇒ ab ∈ K =Ker (f )
−1

⇒ f (ab−1 )=e '


⇒ f (a ).( f (b ))−1 =e '
⇒ f (a )=f (b )
⇒ ϕ( Ka)=ϕ( Kb)
G
ϕ: →G '
Selanjutnay akan diperlihatkan bahwa pemetaan K bersifat:
4. mengawetkan operasi (homomorfisma).
5. satu-satu
6. surjektif (onto )
G
Ka, Kb ∈
1. Ambil K , menurut definisi

ϕ( KaKb)=ϕ( Kab)
=f (ab)
=f (a).f (b)
=ϕ( Ka). ϕ( Kb)
Jadi ϕ adalah homomorfisma.

G
Ka, Kb ∈
2. Ambil sebarang K dengan sifat ϕ( Ka)=ϕ( Kb ) .

55
ϕ( Ka)=ϕ( Kb)
⇒ f (a )=f (b )
−1 '
⇒ f (a ).( f (b )) =e
−1 '
⇒ f (ab )=e
−1
⇒ ab ∈ Ker ( f )=K
−1
⇒ ab ∈ K
⇒ Ka=Kb
Jadi terbukti ϕ satu-satu.
' ' '
3. Ambil sebarang g ∈G . Karena f : G →G onto , maka ada g ∈G sedemikian

hingga f (g )=g' . Tetapi f (g )=g'

ϕ( Kg )=g' .

Jadi ϕ pemetaan surjektif.

G
≃G '
Oleh karena itu terbuktilah bahwa K .
Teorema 4.2.2 diatas disebut juga dengan teorema isomorfisma pertama.
Teorema 8.2.5

Misalkan H dan K masing-masing subgrup dari grup G dengan K normal di G ,


maka
HK H

K H ∩K .

Bukti :
Ada beberapa hal yang musti kita buktikan yaitu :

4. Harus di buktikan HK subgrup dari grup G .


5. K subgrup normal dalam HK
6. H∩K subgrup normal dalam H .

1. HK={ hk : h ∈ H , k ∈ K } .

Jelas HK ⊆G . Ambil sebarang x, y ∈ HK maka :

56
x=h1 k 1 untuk suatu h1 ∈ H dan k 1 ∈ K

y=h 2 k 2 untuk suatu h2 ∈ H dan k 2 ∈ K


Perhatikan bahwa

xy−1 =h1 k 1 (h2 k 2 )−1


=h1 k 1 k −1 h −1
2 2
=h1 ek 1 k −1 h −1
2 2
=h1 h −1 h2 k 1 k −1 h −1
2 2 2
=h1 h −1 (h 2 (k 1 k −1 )h −1 )
2 2 2

h2 ∈ H , H ≤G, maka h ∈H ⇒h1 h ∈H


2−1 2−1 . Karena K normal di G maka
h2 (k 1 k −1 )h −1 ∈ K
2 2 .
h1 h −1 (h 2 (k 1 k −1 )h −1 ∈ HK
−1
xy =h1 h −1 ( h 2 ( k 1 k −1 ) h −1 ∈ HK
Akibatnya 2 2 2 . Jadi 2 2 2 .

2. H ⊆ HK dan K ⊆ HK .

Karena K normal di G , HK≤G dan K ⊆ HK , maka K subgrup dari HK dan j

juga merupakan subgrup normal dari HK .

3. Karena H dan K masing-masing subgrup dari grup G , maka H∩K subgrup.

Ambil sebarang h ∈ H dan x ∈ H ∩K . Akan diperlihatkan hxh−1 ∈ H∩K .

x ∈ H ∩K , maka x∈ H dan x∈ K . Juga karena h ∈ H , maka h−1 ∈ H


sehingga

hx ∈ H , sebab H subgrup G . Hal ini berakibat hxh−1 ∈ H .

Lebih lanjut, karena x∈K dan K subgrup normal di G maka hxh ∈ K .


−1

Akibatnya diperoleh hxh−1 ∈ H dan hxh ∈ K


−1
atau hxh ∈ H∩K .
−1

Jadi untuk setiap h ∈ H , x ∈ H ∩K ⇒ hxh−1 ∈ H∩K , maka H∩K subgrup

HK
θ: H→
normal dalam H .Kemudian didefinisikan pemetaan K dengan aturan

57
θ(h )=Kh .Jelas θ adalah suatu pemetaan (well defined), sebab jika h1 , h2 ∈ H de-

ngan sifat h1 =h2 , maka Kh1=Kh 2 ⇒θ (h1 )=θ(h 2 ) .

Kemudian akan ditunjukkan bahwa θ suatu homomorfisma.

Ambil h1 , h2 ∈ H , maka

θ(h1 h 2 )=Kh1 h2
=( Kh1 )( Kh2 )
=θ(h1 ).θ (h2 )

Akan dicari Ker(θ ) sebagai berikut :


HK
Ker (θ )= { h ∈ H : θ(h )=K } , elemen identitas di K adalah K .

= {h ∈ H : Kh=K }
= {h ∈ H : h∈ K }
=H ∩K

HK
H θ K
μ

H
Ker (θ )
H
≃θ( H )=Im(θ )
Menurut Teorema isomorfisma pertama diperoleh : Ker (θ ) .

H HK H HK
≃ ≃
Akibatnya : Ker (θ ) K atau H ∩K K .
Contoh 8.2.6
Z
≃Z
Buktikan bahwa 5Z 5 .

58
Bukti :

5Z= {⋯,−10 ,−5,0,5,10,⋯} .

Koset-koset kiri dari 5Z adalah :

0+5 Z={⋯−15 ,−10 ,−5,0,5 ,10,15⋯}


1+5Z= {⋯−14 ,−9,−4,1,6,11 ,16 ,⋯}
2+5Z= {⋯,−13 ,−8,−3,2,7,12, 17,⋯}
3+5Z ={⋯,−12 ,−7,−2,3,8,13, 18,⋯}
4+5Z= {⋯,−11,−6 ,−1,4,9,14 ,19,⋯}
Lemma 8.2.7

Jika H dan K masing-masing subgrup normal dalam grup G sedemikian hingga


K G
H ⊆ K , maka H merupakan subgrup normal dalam H dan sebaliknya.
Bukti :
K K G K
⊆ Hk 1 , Hk 2 ∈
Jelas H ¿∅ , H H . Untuk sebarang H , maka berlaku

( Hk1 )( Hk 2 )−1 =( Hk 1 )(Hk −1 )


2
K
=Hk 1 k −1 ∈
2 H
K
yaitu H merupakn subgrup.

K G
Kemudian akan diperliahatkan H normal dalam H .

K G
Hk ∈ Hg∈
Ambil sebarang H dan H , maka diperoleh :

( Hg)−1 ( Hk )( Hg)=Hg−1 HkHg


K
=Hg−1 kg ∈
H

Karena g ∈G , k ∈ K , K normal di G maka


−1
g kg∈ K .

59
K G
Jadi terbukti bahwa H normal dalam H .
Teorema 8.2.8

Jika H dan K masing-masing subgrup normal dalam grup G sedemikian hingga


G
G H

K K
H ⊆ K , maka H .
Bukti :

K G
Lemma 4.2.4 menjamin bahwa H normal dalam H .

G G
f: →
Kemudian didefinisikan pemetaan H K dengan aturan

f (Ha)=Ka, a∈ G .

Akan diperlihatkan bahwa pemetaan f well defined, artinya jika

Ha=Hb⇒ f ( Ha)=f ( Hb).


Ha=Hb
⇒ ab−1 ∈ H ⊆ K
⇒ Ka=Kb
⇒ f ( Ha)=f ( Hb)

Akan diperlihatkan f homomorfisma.


G
Ha, Hb∈ , a,g∈G
Ambil sebarang H , maka diperoleh

f (HaHb )=f ( Hab)


=Kab
=KaKb
=f (Ha ). f ( Hb)

60
G G
Ka∈ , a ∈G Ha∈ , a∈ G
Selanjutya untuk setiap K terdapat H sedemikian hingga
berlaku f (Ha)=Ka, a∈ G . Jadi f merupakan homomorfisma yang surjektif. Sehingga
G G
K adalah Image dari H .
K
Ker (f )=
Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa H . Dengan definisi :

{ GH : f ( Ha)=K (identitas dari GK )}


Ker (f )= Ha ∈

G
={Ha ∈ : Ka=K }
H
G K
={Ha ∈ : a ∈ K }=
H H
G
G H

K K
Menurut Teorema isomorfisma pertama diperoleh bahwa H .

61

Anda mungkin juga menyukai