Anda di halaman 1dari 17

MODIFIKASI MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN TIME

TOKEN

A. SRI RAHAYU
517026
Pendidikan Matematika

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH BONE
2020
A. Model Pembelajaran Opend Ended
Menurut Rahayu et al (2019:413) dan Wulansari, (2019:72) bahwa model
pembelajaran Open Ended merupakan model pembelajaran yang menyajikan suatu
permasalahan yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar. Open ended
merupakan pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan
berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam. Pembelajaran ini melatih
dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-
interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi (Jati, Ikawati & Kurniawati, 2019:64).
Model pembelajaran open ended dimulai dengan memberikan suatu masalah terbuka
kepada siswa untuk dianalisis dengan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
mengundang potensi intelektual dan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang
baru. Dalam proses memecahkan masalah tersebut tentu setiap siswa memiliki
pendapat yang berbeda. Dari berbagai alternatif tersebut siswa melakukan diskusi
sehingga diperoleh penyelesaian yang benar atau beberapa jawaban yang benar
Mulyati, Suryani, & Setiawan, 2019:125; Sapta, Pakpahan, & Sirait, 2019:14 dan
Sulianto, et al., 2020:379).
1. Teori Belajar Model Pembelajaran Open Ended
Teori belajar yang digunakan dalam model pembelajaran open ended
adalah teori belajar konstruktivistik yang menyatakan bahwa permasalahan
dimunculkan dari pancingan secara internal dan muncul karena terbangun
berdasarkan pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh para peserta didik
sedikit demi sedikit, dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak datang secara tiba-tiba. Teori belajar konstruktivistik adalah orang yang
secara individual harus menemukan dan menstranformasi informasi secara
kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi
yang lama, dan merevisi aturan-aturan informasi yang lama bila sudah tidak
terpakai lagi ( Fahmi, et al., 2019:73).
2. Rumpun Model Pembelajaran Open Ended
Rumpun model pembelajaran open ended adalah interaksi sosial.
Interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial
kemasyarakatan diantara peserta didik. Karakteristik rumpun model interaksi
sosial tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk
berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis
dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori
belajar Gestalt (field-theory). Tujuannya yaitu untuk menyampaikan ide atau
gagasan dengan proses menemukan, dalam proses ini peserta didik berusaha
menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru.
Rangkaian kegitan dalam proses pembelajaran penemuan merupakan aktivitas
dalam berpikir kritis (Setiawan et al., 2018:1741). Dengan adanya rumpun
model pembelajaran ini, diharapkan peserta didik lebih termotivasi untuk
berkembang dan aktif dalam kegiatan pembelajaran baik secara individu
maupun kelompok (Wahyuningrum, Zulaeha & Syaifuddin, 2018:210).
3. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran Open Ended
Adapun keunggulan dari model pembelajaran open ended menurut
Suciawati (2020:157) antara lain sebagai berikut:
a) Membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir peserta
didik melalui problem solfing secara simultan;
b) Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan;
c) Meningkatkan kerja sama peserta didik dalam menjawab suatu
permasalahan;
d) Peserta didik mampu membangun kemampuan berpikir kreatif serta
merangsang mereka untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai minat
dan kemampuan masing-masing; dan
e) Mengasah kemampuan peserta didik untuk mencari bukti atau
argumen dari jawaban yang diperoleh dengan cara-cara sendiri.
Berikut kelemahan dari model pembelajaran open ended menurut antara
lain sebagai berikut:
a) Peserta didik yang berkemampuan rendah bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawabannya sendiri; dan
b) Kesulitan melibatkan semua peserta didik aktif dalam kerja kelompok.
4. Sintaks Model Pembelajaran Open Ended
Adapun sintak model pembelajaran open ended menurut Utomo & Putra
(2019:485) dan Angkasa, Rusyana & Erlin (2018:2) adalah sebagai berikut:
 Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang;
 Menghadapkan peserta didik pada sebuah masalah (problem)
terbuka dengan menekankan peserta didik pada sebuah solusi;
 Membimbing serta mengarahkan peserta didik untuk menemukan
sebuah pola dalam mencermati permasalahannya sendiri;
 Membebaskan peserta didik untuk memecahkan masalahnya dengan
berbagai penyelesaian beserta jawaban yang bermacam-macam; dan
 Mengintruksikan peserta didik untuk menyajikan temuannya.
B. Model Pembelajaran Time Token
Menurut Siregar (2019:36), Hidayati et al (2019:12), Nuzalifa (2019:54),
Ranabumi, Rohmadi & Subiyantoro, (2017:44)) dan Ernawati, Kurniawan &
Ubaedillah (2019:56) bahwa model pembelajaran time token merupakan model
pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi
mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi dalam menyampaikan
pendapat mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Model
ini menjadikan aktivitas peserta didik menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain
mereka selalu dilibatkan secara aktif, guru dapat berperan untuk mengajak peserta
didik mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui (Junedi &
Anggiani, 2018:11; Suryantari, Suadnyana & Wulandari, 2019:66; Oktaviani,
Hariyani, Ika & Pranyata, 2019:55; Daulay, Salmiah, & Ulfa, 2019:388; Nurhayati, et
al., 2019:4 dan Perawati, 2019:5). Model ini memiliki struktur pengajaran yang
sangat cocok digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, serta untuk
menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik yang diam
sama sekali (Sari & Syafruddin, 2018; Pramana & Suarjana, 2018:139 dan Tamara,
2019:133).
Dengan adanya penggunaan model time token sepanjang proses belajar,
aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu
dilibatkan secara aktif. Guru berperan mengajak siswa mencari solusi bersama
terhadap permasalahan yang ditemui. Teknik ini sangat efisien untuk pembelajaran
karena dapat meningkatkan kemampuan siswa secara merata dalam membaca,
menjawab pertanyaan dengan tepat dan cepat dan tidak membuat salah seorang siswa
atau salah satu kelompok mendominasi pembelajaran karena dibatasi oleh waktu
tertentu dan mampu berinteraksi dengan lingkungan belajarnya dengan berorientasi
seperti sebuah permainan Theana, Nugroho & Setianingsih 2017:68; Junedi 2018:10
dan Hidayati, Setiawan & Santoso 2019:12).
1. Teori Belajar Model Pembelajaran Time Token
Teori belajar yang digunakan dalam model pembelajaran time token
adalah teori belajar behavioristik merupakan teori dengan pandangan
tetang belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon Dliyauddin, Abidin & Wedi, 2019:167;
Salo, Lolotandung, & Tulak, 2019:5 dan Ismail & Mudjiran, 2019:77. Atau
dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon Sulistiawati, 2019:43; Shahbana,
Farizqi & Satria, 2020:25 dan Hartati, Sarlita & Kartiani, 2018:528).
2. Rumpun Model Pembelajaran Time Token
Rumpun model pembelajaran time token adalah sistem perilaku. Sistem
perilaku adalah perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik sehingga
konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon.
Karakteristik rumpun model sistem perilaku menekankan bahwa tugas-tugas
harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung
perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu
bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-
tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi
penguatan (reinforcement). Tujuannya yaitu peserta didik mampu
mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka secara lebih terbuka disertai
keyakinan, bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang
terbuka itu (Sari, Yusmansyah & Utaminingsih, 2018:3).
3. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran Time Token
Adapun keunggulan dai model pembelajaran time token menurut
Tirabidah (2016:247), Sahara (2019:3799) dan Aini, Ismail & Zubair
(2019:20) antara lain sebagai berikut:
a) Peserta didik menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran;
b) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi;
c) Melibatkan aktifitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan
status;
d) Peserta didik tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali; dan
e) Menumbuhkan kebiasaan peserta didik untuk saling mendengarkan,
berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik.
Berikut kelemahan model pembelajaran time token menurut Aynun,
Rahman & Asdar (2019:13) antara lain sebagai berikut:
a) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran; dan
b) Peserta didik yang aktif tidak mampu mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Sintaks Model Pembelajaran Time Token
Adapun langkah-langkah model time token menurut Pratama, Asrofah &
Arifin, 2019:133 dan Siregar, 2019:36) antara lain sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru mengondisikan kelas
untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL);
2. Guru memberi tugas kepada peserta didik, guru memberi sejumlah
kupon berbicara dengan waktu ±30 detik per kupon pada tiap peserta
didik, guru meminta peserta didik menyerahkan kupon terlebih
dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar;
3. Setiap tampil berbicara satu kupon. Peserta didik dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan peserta didik lainnya. Peserta didik yang
telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi; dan
4. Peserta didik yang masih memegang kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak
menyampaikan pendapatnya, guru memberi sejumlah nilai sesuai
waktu yang digunakan tiap peserta didik.

Berikut adalah modifikasi dari model pembelajaran Open Ended dengan model
pembelajaran Time Token menjadi model pembelajaran Open Time:

Sintaks Model Open Ended Sintaks Model Time Token

Pembentukan kelompok Pembentukan kelompok

Pemberian masalah terbuka Pemberian masalah

Penyelesaian masalah dengan


Pemberian kupon bicara
berbagai jawaban yang bervariasi

Presentasi hasil kerja kelompok

Sintaks Modifikasi Model


Pembelajaran Open Time

Pembentukan kelompok

Memecahkan masalah degan jawaban


yang bervariasi kemudian presentasi
hasil kerja kelompok

Pemberian kupon bicara


Model pembelajaran Open Time merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada pengembangan kemampuan siswa dalam melihat suatu masalah,
mencari alternatif/arah yang berbeda-beda untuk menyelesaikan persoalan dan
menyimpulkan solusi permasalahan. Selain itu dengan adanya model pembelajaran
Open Time mampu meningkatkan kemampuan berfikir luwes siswa khususnya pada
mata pelajaran matematika.

Berikut penjelasan sintaks dari model pembelajaran Open Time:

No Fase Keterangan
1 Kelompok Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
guru mengondisikan kelas untuk
melaksanakan diskusi (cooperative
learning/CL)
2 Masalah Menghadapkan peserta didik pada sebuah
masalah (problem) terbuka dengan
menekankan peserta didik pada sebuah
solusi, Membimbing atau mengarahkan
serta membebaskan peserta didik untuk
memecahkan masalahnya dengan berbagai
penyelesaian beserta jawaban yang
bermacam-macam.
3 Kupon bicara Guru memberi sejumlah kupon berbicara
dengan waktu ±30 detik per kupon pada tiap
peserta didik. Kemudian guru meminta
peserta didik menyerahkan kupon terlebih
dahulu sebelum berbicara atau memberi
komentar. Setiap tampil berbicara satu
kupon. Peserta didik dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan peserta didik
lainnya.
C. Keunggulan Model Pembelajaran Open Time
Proses terbentuknya keunggulan model pembelajaran Open Time dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:

Keunggulan Model Pembelajaran Open


Time

Keunggulan Open Ended Keunggulan Time Token

Membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir


Peserta didik menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
peserta didik melalui problem solfing secara simultan

Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan


Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
sesuatu dalam menjawab permasalahan

Meningkatkan kerja sama peserta didik dalam menjawab suatu Melibatkan aktifitas seluruh peserta didik tanpa harus ada
permasalahan perbedaan status

Peserta didik mampu membangun kemampuan berpikir kreatif Peserta didik tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
serta merangsanguntuk mengembangkan pola pikirnya sesuai sekali
kemampuan masing-masing
Menumbuhkan kebiasaan peserta didik untuk saling
mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan
Mengasah kemampuan peserta didik untuk mencari bukti keterbukaan terhadap kritik
atau argumen dari jawaban yang diperoleh dengan cara-
cara sendiri

Kelemahan Open Ended Kelemahan Time Token

Peserta didik yang berkemampuan rendah bisa merasa ragu atau Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
mencemaskan jawabannya sendiri pembelajaran

Kesulitan melibatkan semua peserta didik aktif dalam kerja Peserta didik yang aktif tidak mampu mendominasi dalam
kelompok kegiatan pembelajaran

Keunggulan Open Time

Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif serta merangsang


peserta didik untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai minat
dan kemampuan masing-masing.

Meningkatkan kerja sama peserta didik dalam menjawab suatu


permasalahan

Menciptakan aktifitas belajar yang menyenangkan serta


meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan adanya
bantuan kupon berbicara
1. Teori Belajar Model Pembelajaran Open Time
Model Pembelajaran Open Time merupakan hasil modifikasi dari model
pembelajaran Open Ended dengan teori belajarnya kontruktivisme-
interaksi sosial dan model pembelajaran Time Token dengan teori
belajarnya adalah behavioristik-sistem perilaku, teori belajar yang paling
mendominasi model ini adalah teori belajar kontruktivisme-interaksi
sosial. Berikut penjelasan teori belajar kontruktivisme-interaksi sosial
adalah sebagai berikut:
a) Teori belajar konstruktivistik adalah orang yang secara individual
harus menemukan dan menstranformasi informasi secara
kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan
informasi yang lama, dan merevisi aturan-aturan informasi yang
lama bila sudah tidak terpakai lagi (Fahmi, et al., 2019:73). Pada
model pembelajaran Open Time menekankan pada peserta didik
menemukan informasi yang baru pada penggunaan aplikasi
GeoGebra.
b) Interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial
kemasyarakatan diantara peserta didik. Karakteristik rumpun
model interaksi sosial tersebut berfokus pada peningkatan
kemampuan peserta didik untuk berhubungan dengan orang lain,
terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara
produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar
Gestalt (field-theory). Tujuannya yaitu untuk menyampaikan ide
atau gagasan dengan proses menemukan, dalam proses ini peserta
didik berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya
dengan bimbingan guru. Rangkaian kegitan dalam proses
pembelajaran penemuan merupakan aktivitas dalam berpikir kritis
(Setiawan, et al., 2018:1741). Model Open Time merupakan
model pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk menemukan serta menyelesaikan suatu masalah
dengan jawaban yang bervariasi sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
2. Sistem Sosial Model Pembelajaran Open Time
Sebelum menerapkan model pembelajaran Open Time terlebih dahulu
guru harus mempersiapkan materi pembelajaran yang terstruktur dan
terarah. Karena dalam model pembelajaran ini peserta didik dituntuk
untuk menemukan serta menyelesaikan suatu masalah dengan jawaban
yang bervariasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Open Time
berpusat pada peserta didik (student centered) artinya, proses
pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas peserta didik dalam
belajar. Pola hubungan interaksi antara guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran yaitu terjadi interaksi dua arah, dimana guru
berinteraksi dengan peserta didik dan peserta didik berinteraksi dengan
peserta didik lainnya.
3. Sistem Reaksi Model Pembelajaran Open Time
Berikut ini adalah tabel yang menyajikan tentang kegiatan guru dan
kegiatan peserta didik atau system reaksi antara guru dan peserta didik
dalam model pembelajaran Open Time:
Fase Open Kegiatan Guru Kegitan Peserta Didik
Time
Kelompok Guru mengondisikan kelas Peserta didik menunggu
untuk melaksanakan diskusi intruksi dari guru.
(cooperative learning/CL). Peserta didik terbagi ke
Guru membagi peserta didik dalam 4-5 kelompok.
kedalam 4-5 kelompok.
Masalah Guru memberikan suatu Masing-masing
masalah kepada masing- kelompok megerjakan
masing kelompok untuk suatu masalah yang
diselesaikan dengan diberikan oleh guru
menggunakan aplikasi dengan menggunakan
GeoGebra. aplikasi GeoGebra.
Guru mengintruksikan Setiap anggota
kepada masing-masing kelompok
kelompok bahwa suatu mempelajarai suatu
masalah yang sudah masalah yang sudah
diselesaikan akan dikerjakan guna
dipresentasikan oleh anggota mempersiapkan diri
kelompok. untuk
mempresentasikan
hasil kerja kelompok.
Kupon Guru memberi sejumlah Masing-masing
kupon berbicara dengan kelompok menerima
Berbicara
waktu ±30 detik per kupon kupon berbicara yang
pada tiap Peserta didik. telah diberikan oleh
Guru meminta Peserta didik guru.
menyerahkan kupon terlebih Bagi peserta didik yang
dahulu sebelum berbicara sudah tampil berbicara
atau memberi komentar. akan mendapatkan 1
Setiap peserta didik yang kupon berbicara dan
telah mengemukakan kemudian tidak
pendapat mendapatkan bsatu diperkenankan kembali
kupon. untuk mengemukakan
Peserta didik diberikan pendapatnya kembali.
kesempatan untuk berbicara Peserta didik yang
setelah bergiliran dengan masih memegang kupon
peserta didik lainnya. harus bicara sampai
Peserta didik yang telah
semua kuponnya habis.
habis kuponnya tak boleh
bicara lagi. Peserta didik
yang masih memegang
kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis.
Demikian seterusnya hingga
semua anak menyampaikan
pendapatnya, guru memberi
sejumlah nilai sesuai waktu
yang digunakan tiap Peserta
didik.

4. Sistem Pendukung Model Pembelajaran Open Time


Sistem pendukung yang dapat digunakan pada model pembelajaran Open
Time yaitu berupa GeoGebra, media visual, audiovisual dan media kartu.
Selain itu sarana dan prasarana yang mendukung berupa buku penunjang
yang relevan sebagai sumber belajar dan lingkungan belajar yang
kondusif.
5. Dampak Pengiring Model Pembelajaran Open Time
Dampak pengiring dari model pembelajaran Open Time yaitu
meningkatkan minat peserta didik dalam belajar karena proses belajar
yang aktif dan menyenangkan serta menciptakan sifat mandiri dalam
belajar bagi peserta didik karena adanya kupon atau kartu berbicara yang
digunakan untuk mempresentasikan masalah yang telah diberikan oleh
guru.
6. Dampak Instruksional Model Pembelajaran Open Time
Model pembelajaran Open Time memungkinkan peserta didik dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dengan jawaban yang bervariasi,
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif, menumbuhkan rasa tanggung
jawab dan aktif dalam belajar bersama kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, R., & Ismail, Z. (2019). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Time Token Arends Berbantuan Index Card Match Terhadap
Hasil Belajar PPKN Siswa Kelas XI SMKN 4 Matararm. Jurnal Pendidikan
Sosial Keberagaman, 6(1), 18–26.
Angkasa, A., Rusyana, A., & Erlin, E. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Open
Ended Problems Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal
Wahana Pendidikan, 5(2), 1–4.
Aynun, N., Rahman, A., & Asdar. (2019). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Time Token dengan Pendekatan Problem Posing dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Mathematics Education, 3(1), 12–21.
Daulay, S. H., Salmiah, M., & Ulfa, Z. (2019). Students ’ Speaking Skill through
Cooperative Learning Strategy : Time Token Arends. Journal Advances in
Social Science, Education and Humanities Research, 279(1), 388–393.
Dliyauddin, M. A., Abidin, Z., & Wedi, A. (2019). Penerapan Prinsip Belajar
Behavioristik dalam Kegiatan Muhadharah di Tarbiyatul Muallimien Al-
Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Jurnal Kajian Teknologi
Pendidikan, 2(3), 166–173.
Ernawati, D, S., Kurniawan, Y, P., & Ubaedilla. (2019). Keefektifan Metode Time
Token Arends dan Mind Mapping dalam Menulis Teks Eksposisi. Jurnal
SEMANTIKA, 1(01), 55–62.
Fahmi, M., Kurniawan, T., & L. R. (2019). Pengembangan Media Pembelajaran
Interaktif Berbasis Aplikasi Android untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Kewirausahaan. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 12(1), 72–77.
Hartati, A., Kartiani, S. B., &Kartini, M. C. (2018). Pengaruh Konseling
Behavioristik Terhadap Prilaku Agresif Belajar Siswa. Jurnal Realita, 3(3), 525-
535.
Hidayati, F. T., Setiawan, D., & Santoso. (2019). Penerapan Model Time Token
Berbantuan Media Tekimo untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa Kelas
V SD Unggulan Muslimat Nu Kudus. Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, 6(1),
11–17.
Ismail, N. R., & Mudjiran, N. (2019). Membangun Karakter Melalui Implementasi
Teori Belajar Behavioristik Pembelajaran Matematika Berbasis Kecakapan Abad
21. Jurnal MENARA Ilmu, 13(11), 76–88.
Jati, S. N. W. S., Ikawati, D. H., & Kurniawati, W. (2019). Efektivitas Penggunaan
Model Pembelajaran Open Ended Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII
Pada Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 4(1), 62–69.
Junedi, B., & Angriani, N. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Time Token
terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP. Journal of
Mathematics Education and Science, 4(1), 10–15.
Mulyati, S., Suryani, Y., & Setiawan, I. (2019). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan
Variabel Moderator Motivasi Belajar. Jurnal Penelitian Pendidikan dan
Ekonomi, 16(2), 123–132. https://doi.org/10.25134/equi.v16i02.Abstract
Nurhayati, Marhayani, A. D., Sumarli, Buyung, Yanti, L., Cinda, E., Zulfahita,
Mayasari, D., Istirahayu, I., Utama, G. E., Murdani, E., Rosdianto, H., Mursidi,
A., & C. S. L. (2019). Meta-Ethnography Modification of SFE Learning Model
and Time-Token Learning Model. Journal of Physics: Conference Series, 1–8.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1254/1/012009
Nuzalifa, Y. U. (2019). Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Time Token dan Snowball Throwing di SMA Istiqlal Delitua.
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Sains, 1(2), 53–58.
Oktaviani, S., Hariyani, S., Ika, Y., & Pranyata, P. (2019). Penerapan Strategi
Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas X SMKN 2 Singosari. Jurnal Terapan Sains & Teknologi, 1(2), 54–63.
Pratama, B. W., Asrofah., & Arifin, Z. (2019). Keefektifan Metode Time Token
dalam Pembelajaran Menganalisis Isi Teks Eksposisi pada Peserta Didik Kelas
X SMA Negeri 3 Pemalang Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Philosophica,
2(2), 131–136.
Pramana, I. P. Y., & Suarjana, I. M. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Time
Token Berbantuan Media Video Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD.
Journal of Education Technology, 2(4), 137–144.
Perawati, S. (2019). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Time Token untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di SMP
Negeri 1 Angkola Sangkunur. Jurnal MathEdu, 2(1), 50–54.

Ranabumi, R., Rohmadi, M., & Subiantoro, S. (2017). Improving Students ’ Writing
Short Story Skill through Time Token Learning and Video Media on grade VII
Junior High School. Journal of Education and Learning, 11(4), 439–445.
https://doi.org/10.11591/edulearn.v11i4.6808
Sari, Y. N., & Syafruddin, F. R. E. W. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Time
Token Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Sistem Gerak
Manusia. Jurnal Pendidikan Biologi, 3(2), 41–46.
Sahara, M. I. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Gugus IV Kec.Turi Kab.
Lamongan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(1), 3798–3807.
Salo, E. S., Lolotandung, R., & Tulak, H. (2019). Pengaruh Perhatian Orangtua dan
Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Di SDN 3 Toraja Utara
Kabupaten Toraja Utara. Journal ELEMENTARY, 1(2), 1–11.
Sari, R. I., Yusmansyah, & Utaminingsih, D. (2018). Penggunaan Konseling
Kelompok Teknik Asertive Training untuk Meningkatkan Keterampilan Equlity.
Universitas Lampung.
Sapta, A., Pakpahan, S. P., & Sirait, S. (2019). Using The Problem Posing Learning
Model Based on Open Ended to Improve Mathematical Critical Thinking
Ability. Journal of Research in Mathematics Trends and Technology, 1(1), 13–
17.
Shahbana, B. E., Farizqi, K. R., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar
Behavioristik dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan,
9(1), 24–34.
Setiawan, H., Setiany, P. E., Andiarani, M., & Heri, W. (2018). Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Model Pembelajaran Inquiry Guided.
Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(6), 1739–1745.
Siregar, R. M. R. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di SMK Negeri 2 binjai
Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Math Education Nusantara, 2(1), 35–38.
Suryantari, E. M. N., Suadnyana, N., & Wulandari, I. G. A. A.. (2019). Pengaruh
Model Time Token Berbasis Tri Hita Karana Terhadap Kompetensi Pengetahuan
IPA Siswa Kelas IV. Jurnal Pendidikan Multikultural Indonesia, 1(2), 62–72.
Suciawati, H. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Bilangan Pangkat Dua dengan Model Pembelajaran Open Ended. Jurnal
Mathematics Paedagogic, 4(2), 153 – 162.
https://doi.org/https://doi.org/10.36294/jmp.vxix.xxx
Sulianto, J., Sunardi., Gunardi., & Anita, S. Development of an Advanced Organizer
Model Based on Open-Ended to Increase Student Punishment in Elementary
Schools. Journal Conference on Progressive Education, 422, 379-385.
Sulistiawati. (2019). Pembelajaran Matematika Gasing Ditinjau dari Berbagai
Perspektif Teori Belajar. Jurnal Teorema: Teori dan Riset Matematika, 4(1),
41–54.
Tamara, N. T. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Berbantuan Media
Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS. Journal for Lesson and Learning
Studies, 2(1), 131–141.
Teana, C, H. O., Nugroho, S. A., & Setianingsih, E. S. P. (2017). Keefektifan Model
Pembelajaran Time Token Terhadap Hasil Belajar Subtema Keseimbangan
Ekosistem Siswa Kelas V SD. Jurnal Sekolah, 2(1), 67–71.
Tirabidah. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Siswa Kelas VIII-8 SMPN 6 Banda Aceh Melalui Model Pembelajaran Time
Token Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015-2016. Jurnal Pendidikan Serambi
Ilmu, 26(1), 246–255.
Wahyuningrum, T., Zulaeha, I., & Syaifuddin, A. (2018). Keefektifan Pembelajaran
Menyusun Teks Diskusi Bermuatan Multikultural Menggunakan Model Inkuiri
Sosial dan Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan
Bahasa Indonesia, 6(2), 208–216.
Wulansari, N. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Open Ended untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Maematis Peserta Didik Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 17(1), 70–77.

Anda mungkin juga menyukai