Anda di halaman 1dari 15

2

PERSAMAAN DIFERENSIAL
(METODE NUMERIK)

A. NURANNISA F.A
517022
SEMESTER 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH BONE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Metode
Numerik yang berjudul Persamaan Diferensial ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa apa yang diperoleh tidak hanya merupakan hasil
dari jerih payah sendiri, tetapi hasil dari keterlibatan beberapa pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu A. Sri
Rahayu, S.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Numerik yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis.
Tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman serta
semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga
bantuan dan motivasi yang diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Sekian
dan terima kasih.

Kahu, 17 April 2020

A. Nurannisa F.A

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Euler ..................................................................................... 4
B. Metode Euler yang Dimodifikasi ...................................................... 6
C. Metode Runge Kutta ......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi perhatian


utama, serta memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia (Nuraini, 2018:3).
Pembelajaran matematika dapat melatih siswa memahami suatu konsep melalui
berpikir dan bernalar untuk menarik suatu kesimpulan, mengembangkan kreativitas
siswa, membuat prediksi atau dugaan, mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah serta menyampaikan informasi dan mengomunikasikan gagasan (Hidayat,
2017:15; Sholihat, Hidayat & Rohaeti, 2018:299; Nurkhaeriyyah et al., 2018:828).
Salah satu mata kuliah matematika yang memiliki peranan cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari adalah metode numerik.
Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan cara operasi hitung
dalam jumlah sangat banyak dan berulang-ulang (Putra, Subhan & Rizal, 2019:29).
Persamaan yang diselesaikan dengan metode numerik adalah persamaan matematis
yang penyelesaiannya sulit atau didapatkan dengan menggunakan metode analitik
(Herlina, 2019:107). Metode numerik diharapkan mampu menangani sistem
persamaan besar, ketaklinearan dan geometri rumit dalam masalah rekayasa,
menyediakan sarana memperkuat pengertian matematika dan berguna dalam
penyederhanaan matematika yang lebih tinggi/rumit menjadi operasi-operasi
matematika sederhana dan mendasar (Budiman, 2019:60; Ritonga & Suryana,
2019:53). Metode ini digunakan sebagai alternatif dalam menyelesaikan persoalan
persamaan diferensial (Susanti & Erviana, 2019:28).
Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat atau melibatkan
turunan (derivative) dari fungsi yang tidak diketahui (Hadi et al., 2019:29).
Menyelesaikan persamaan diferensial yaitu mencari fungsi yang tidak diketahui
(Marliani, 2015:137). Kajian tentang persamaan diferensial dimulai pada tahun
1975. Persamaan diferensial dalam kehidupan sehari-hari muncul pada model
matematika rekayasa dan terapan, contoh yang paling sederhana dan dapat

1
2

dipecahkan melalui kalkulus elementer yaitu laju pertumbuhan populasi (manusia,


bakteri) dan percepatan gerak suatu benda (Ningsih & Jayanti, 2016:2).
Tujuan pembelajaran persamaan diferensial adalah agar mahasiswa
mempunyai rasa percaya diri mengenai kompetensi matematis, diantaranya
pemecahan masalah, berkomunikasi, bernalar secara matematis, mengembangkan
kemampuan berpikir logis dan mengembangkan intuisi (Johansyah et al., 2019:13).
Oleh karena itu, materi persamaan diferensial sangat penting untuk dipelajari dan
dikaitkan dengan konsep kehidupan sehari-hari.
Persamaan diferensial yang memuat turunan fungsi tertinggi berorde n disebut
persamaan diferensial berorde n. Adapun persamaan diferensial yang turunan
tertingginya berorde 1 dinamakan persamaan diferensial berorde 1 (first order) dan
persamaan diferensial berode 2 yaitu persamaan diferensial dengan turunan fungsi
tertinggi berorde 2 (second order). Berdasarkan jumlah variabel bebasnya,
persamaan diferensial terbagi atas Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dan
Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Sebuah PDB disebut stabil jika dalam arah
integrasi penyelesaiannya bersifat konvergen dan tidak stabil jika dalam arah
integrasi penyelesaiannya bersifat divergen (Sulistyorini, 2017:91). Persamaan
diferensial dapat diselesaikan dengan dua metode, yaitu metode satu langkah (one-
step methods) dan metode banyak langkah (multi-steps methods). Makalah ini akan
membahas metode penyelesaian persamaan diferensial dengan satu langkah (one-
step methods) melalui metode Euler (eksplisit), metode Euler yang dimodifikasi
(metode Heun dan titik tengah) serta metode Runge Kutta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penyelesaian persamaan diferensial melalui metode Euler?
2. Bagaimanakah penyelesaian persamaan diferensial melalui metode Euler yang
dimodifikasi?
3. Bagaimanakah penyelesaian persamaan diferensial melalui metode Runge
Kutta?
3

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui penyelesaian persamaan diferensial melalui metode Euler;
2. Untuk mengetahui penyelesaian persamaan diferensial melalui metode Euler
yang dimodifikasi; dan
3. Untuk mengetahui penyelesaian persamaan diferensial melalui metode Runge
Kutta.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Euler

Metode Euler adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan persamaan diferensial dengan cara iterasi, yaitu
penggunaan hasil sebelumnya sebagai nilai masukan awal untuk penentuan nilai
berikutnya (Rahman, 2017:41). Metode Euler adalah metode yang paling sederhana
untuk mengintegrasikan PDB orde satu secara numerik. Kondisi/syarat atau nilai
awal (𝑥0 , 𝑦0 ) digunakan untuk menghitung besarnya slope (tangen arah) y(x) pada
𝑑𝑦
𝑥 = 𝑥0 adalah 𝑑𝑥 = 𝑓(𝑥0 , 𝑦0 ).
𝑥=𝑥0
𝑑𝑦
Jika slope (𝑑𝑥 ) pada interval ∆𝑥 bernilai tetap, maka nilai 𝑦(𝑥0 + ∆𝑥) dapat

diperkirakan sebesar:
𝑦(𝑥0 + ∆𝑥) = 𝑦(𝑥0 ) + ∆𝑥𝑓(𝑥0 , 𝑦0 )
Selanjutnya, nilai x dan y ini (𝑥 = 𝑥0 + ∆𝑥 dan 𝑦 = 𝑦(𝑥0 + ∆𝑥)) digunakan
untuk memperkirakan besarnya slope pada titik yang baru. Nilai 𝑦(𝑥0 + 2∆𝑥) dapat
dihitung dengan:
𝑦(𝑥0 + 2∆𝑥) = 𝑦(𝑥0 + ∆𝑥) + ∆𝑥𝑓(𝑥0 + ∆𝑥, 𝑦0 (𝑥0 + ∆𝑥))
Pola perhitungan yang beruntun ini digambarkan sebagai metode Euler:
𝑦(𝑥𝑖 + ∆𝑥) = 𝑦(𝑥𝑖 ) + ∆𝑥. 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦(𝑥𝑖 ))
Atau 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ∆𝑥. 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
Atau 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ℎ. 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
Lebar langkah (step size) dapat dinyatakan dengan ∆𝑥 = ℎ
𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) merupakan bentuk persamaan diferensial, sehingga:
𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ∆𝑥 𝑑𝑥 atau 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ℎ 𝑑𝑥
𝑥𝑖 ,𝑦𝑖 𝑥𝑖 ,𝑦𝑖

Persamaan di atas merupakan formula metode Euler. Perhatikan bahwa


metode ini dapat dijabarkan dari ekspansi deret Taylor untuk 𝑦𝑖+1 di sekitar 𝑦𝑖
(suku-suku berorde ∆𝑥 2 = ℎ2 dan yang lebih tinggi):

4
5

𝑑𝑦 1 𝑑2 𝑦 2
1 𝑑3𝑦
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + | ∆𝑥 + | ∆𝑥 + | ∆𝑥 3 + ⋯
𝑑𝑥 𝑥𝑖 2 𝑑𝑥 2 𝑥 6 𝑑𝑥 3 𝑥
𝑖 𝑖

Metode Euler mempunyai tingkat ketelitian yang dinyatakan dengan local


truncation error sebesar:
𝑒𝑖 = 𝑂(∆𝑥 2 ) atau 𝑒𝑖 = 𝑂(ℎ2 )
Metode ini mempunyai global truncation error sebesar:
𝐸𝑖 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 𝑦𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑛𝑢𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑖
Contoh Soal
𝑑𝑦
Gunakan metode Euler untuk menghitung nilai y pada x = 1 jika 𝑑𝑥 = 𝑥 2 𝑦 dengan

nilai awal y = 1 pada x = 0!


Penyelesaian:
Formula metode Euler untuk kasus ini dapat dituliskan sebagai:
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ∆𝑥(𝑥𝑖 2 𝑦𝑖 )
Jika diambil step size ∆𝑥 = 0,1, maka 𝑥0 = 0 dan 𝑦0 = 1 dapat dihitung:
𝑦1 = 1 + (0,1)(0)2 (1) = 1
Selanjutnya, pada 𝑥1 = 𝑥0 + ∆𝑥 = 0 + 0,1 = 0,1 dan 𝑦1 = 1 dapat dihitung:
𝑦2 = 1 + (0,1)(0,1)2 (1) = 1,001
Selanjutnya, pada 𝑥2 = 𝑥1 + ∆𝑥 = 0,1 + 0,1 = 0,2 dan 𝑦1 = 1,001 dapat
dihitung:
𝑦3 = 1,001 + (0,1)(0,2)2 (1,001) = 1,005
Demikian seterusnya hingga diperoleh y pada x = 1.
Sebagai perbandingan, dapat diambil nilai step size yang lain, misalnya ∆𝑥 = 0,05,
∆𝑥 = 0,02 dan ∆𝑥 = 0,2 dengan cara yang sama, maka diperoleh hasil-hasil
perhitungan sebagai berikut:
6

B. Metode Euler yang Dimodifikasi

Sumber mendasar (pokok) terjadinya penyimpangan yang relatif besar pada


penerapan metode Euler adalah karena turunan fungsi pada awal interval yang
diasumsikan tetap di sepanjang interval ∆𝑥. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi
terhadap metode Euler, antara lain metode Heun dan metode titik tengah (midpoint
method) (Sunoto, 2018:106).
1. Metode Heun
Metode Heun merupakan sebuah metode yang menyempurnakan metode
Euler melalui penentuan dua nilai turunan fungsi sepanjang interval ∆𝑥, yaitu di
awal interval ∆𝑥 dan di akhir interval ∆𝑥. Kedua nilai turunan ini selanjutnya dirata-
ratakan untuk menghasilkan perkiraan nilai slope pada keseluruhan interval ∆𝑥.
Tinjauan kembali metode Euler di atas, nilai slope pada awal interval ∆𝑥:
𝑑𝑦
| = 𝑦𝑖′ = 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
𝑑𝑥 𝑥𝑖 ,𝑦𝑖
Digunakan untuk mengektrapolasi linear nilai 𝑦𝑖+1 :
𝑦 0 𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ∆𝑥. 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) atau 𝑦 0 𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ℎ. 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
Berbeda dengan metode Euler yang menjadikan bentuk persamaan di atas
sebagai jawaban akhir, metode Heun menjadikannya sebagai prediksi antara
(intermediate prediction), sehingga persamaan di atas disebut sebagai persamaan
prediksi (predictor equation). Persamaan ini selanjutnya digunakan untuk
memperkirakan besarnya slope pada akhir interval ∆𝑥 yang ditinjau, yakni:
𝑑𝑦 ′
| = 𝑦𝑖+1 = 𝑓(𝑥𝑖+1 , 𝑦 0 𝑖+1 )
𝑑𝑥 𝑥𝑖+1 ,𝑦 0𝑖+1
Slope rata-rata yang dihitung berdasarkan persamaan di awal dan di akhir interval
∆𝑥 adalah:
̅̅̅̅
𝑑𝑦 ̅ 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) + 𝑓(𝑥𝑖+1 , 𝑦 0 𝑖+1 )
= 𝑦′ =
𝑑𝑥 2
Slope rata-rata pada persamaan di atas selanjutnya digunakan untuk
mengekstrapolasi linear dari 𝑦𝑖 ke 𝑦𝑖+1 menggunakan metode Euler:
𝑓(𝑥𝑖 ,𝑦𝑖 )+𝑓(𝑥𝑖+1 ,𝑦 0 𝑖+1 ) 𝑓(𝑥𝑖 ,𝑦𝑖 )+𝑓(𝑥𝑖+1 ,𝑦 0 𝑖+1 )
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ℎ atau 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ∆𝑥
2 2

Persamaan ini disebut sebagai persamaan koreksi (corrector equation).


7

Metode Heun menggunakan pendekatan predictor-corrector yang secara


iterasi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Predictor: 𝑦 0 𝑖+1 = 𝑦𝑖 𝑚 + ∆𝑥. 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) atau 𝑦 0 𝑖+1 = 𝑦𝑖 𝑚 + ℎ. 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
𝑗−1
𝑓(𝑥𝑖 ,𝑦𝑖 𝑚 )+𝑓(𝑥𝑖+1 ,𝑦𝑖+1 )
Corrector: 𝑦 𝑗 𝑖+1 = 𝑦𝑖 𝑚 + ℎ atau
2
𝑗−1
𝑗 𝑚
𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 𝑚 ) + 𝑓(𝑥𝑖+1 , 𝑦𝑖+1 )
𝑦 𝑖+1
= 𝑦𝑖 + ∆𝑥
2
(untuk j = 1, 2, …, m) (j menyatakan nomor langkah iterasi)
2. Metode Titik Tengah (Midpoint)
Metode titik tengah menggunakan metode Euler untuk memperkirakan
sebuah nilai y pada titik tengah interval ∆𝑥 yang ditinjau, yakni sebesar:
ℎ ∆𝑥
𝑦𝑖+1⁄ = 𝑦𝑖 + 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) 2 atau 𝑦𝑖+1⁄ = 𝑦𝑖 + 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
2 2 2

Persamaan di atas digunakan untuk memperkirakan nilai slope pada titik tengah
interval:
𝑑𝑦 ′
| = 𝑦𝑖+ 1⁄ = 𝑓(𝑥𝑖+1⁄ , 𝑦𝑖+1⁄ )
𝑑𝑥 𝑥𝑖+1⁄ 𝑦 1 2 2 2
2, 𝑖+ ⁄2

yang dianggap dapat mewakili slope rata-rata pada keseluruhan interval ∆𝑥. Nilai
slope pada persamaan di atas selanjutnya digunakan untuk mengekstapolasi linear
dari 𝑦𝑖 ke 𝑦𝑖+1 :

𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + 𝑓 (𝑥𝑖+1⁄ , 𝑦𝑖+1⁄ ) ℎ atau 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + 𝑓 (𝑥𝑖+1⁄ , 𝑦𝑖+1⁄ ) ∆𝑥


2 2 2 2

C. Metode Runge Kutta

Metode Runge Kutta merupakan metode yang paling banyak diterapkan untuk
integrasi numerik persamaan diferensial biasa dengan initial value pronlem, karena
menghasilkan pendekatan yang cukup baik (Puspitasari, Kamiran & Asiyah,
2019:60). Metode ini menggunakan pendekatan deret Taylor yang cukup akurat,
tanpa membutuhkan perhitungan turunan yang lebih tinggi (Sihombing & Dahlia,
2018:53). Bentuk umum metode-metode Runge Kutta adalah:
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ϕ ℎ
Φ disebut fungsi inkremen yang dianggap sebagai nilai slope pada keseluruhan
interval h atau ∆𝑥 yang ditinjau. Fungsi inkremen (ϕ) mempunyai bentuk umum:
ϕ = 𝑎1 𝑘1 + 𝑎2 𝑘2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑘𝑛
8

a merupakan konstanta dan k dapat dinyatakan sebagai:


𝑘1 = 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
𝑘2 = 𝑓(𝑥𝑖 + 𝑝1 ℎ, 𝑦𝑖 + 𝑞11 𝑘1 ℎ)
𝑘3 = 𝑓(𝑥𝑖 + 𝑝2 ℎ, 𝑦𝑖 + 𝑞21 𝑘1 ℎ + 𝑞22 𝑘2 ℎ)
𝑘𝑛 = 𝑓(𝑥𝑖 + 𝑝𝑛−1 ℎ, 𝑦𝑖 + 𝑞𝑛−1,1 𝑘1 ℎ + 𝑞𝑛−1,2 𝑘2 ℎ + ⋯ + 𝑞𝑛−1,𝑛−1 𝑘𝑛−1 ℎ)
p dan q merupakan konstanta. Parameter-parameter a, p dan q dipilih sedemikian,
sehingga perumusannya sesuai dengan ekspansi deret Taylor sampai dengan suku
yang melibatkan factor ℎ2 atau ∆𝑥 2 . Metode Euler merupakan salah satu jenis
metode Runge Kutta yang berorde satu (n = 1).
Metode Runge Kutta Orde 4 Klasik
Metode Runge Kutta yang paling umum digunakan adalah metode Runge
Kutta berorde 4, dengan bentuk:
1
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + (𝑘1 + 2𝑘2 + 2𝑘3 + 𝑘4 )ℎ
6
Dimana: 𝑘1 = 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )
1 1
𝑘2 = 𝑓 (𝑥𝑖 + ℎ, 𝑦𝑖 + 𝑘1 ℎ)
2 2
1 1
𝑘3 = 𝑓 (𝑥𝑖 + ℎ, 𝑦𝑖 + 𝑘2 ℎ)
2 2
𝑘𝑛 = 𝑓(𝑥𝑖 + ℎ, 𝑦𝑖 + 𝑘3 ℎ)
𝑑𝑦
Jika 𝑑𝑥 atau f hanya merupakan fungsi x saja, maka metode Runge Kutta orde

4 ini sama dengan integrasi numerik dengan metode Simpson 1/3.


Contoh Soal
𝑑𝑦
Gunakan metode Runge Kutta orde 4 untuk menghitung nilai y pada x = 1 jika 𝑑𝑥 =

𝑥 2 𝑦 dengan nilai awal y = 1 pada x = 0. Bandingkan hasilnya dengan perhitungan


menggunakan metode Euler!
Penyelesaian:
Formula metode Runge Kutta untuk kasus ini:
∆𝑥
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + (𝑘 + 2𝑘2 + 2𝑘3 + 𝑘4 )
6 1
dengan: 𝑘1,𝑖 = 𝑥𝑖 2 , 𝑦𝑖
∆𝑥 2 ∆𝑥
𝑘2,𝑖 = (𝑥𝑖 + ) (𝑦𝑖 + 𝑘 )
2 2 1,𝑖
9

∆𝑥 2 ∆𝑥
𝑘3,1 = (𝑥𝑖 + ) (𝑦𝑖 + 𝑘 )
2 2 2,𝑖
𝑘4,𝑖 = (𝑥𝑖 + ∆𝑥)2 (𝑦𝑖 + ∆𝑥 𝑘3,𝑖 )
Jika diambil step size ∆𝑥 = 0,1, maka pada 𝑥0 = 0 dan 𝑦0 = 1 dapat dihitung:
𝑘1,0 = 𝑥0 2 𝑦0 = 02 . 1 = 0
0,1 2 0,1
𝑘2,0 = (𝑥0 + ) (𝑦0 + 𝑘 ) = 0,052 . 1 = 0,0025
2 2 1,0
0,1 2 0,1
𝑘3,0 = (𝑥0 + ) (𝑦0 + 𝑘 ) = 0,052 . 1,000125 = 0,0025
2 2 2,0
𝑘4,0 = (𝑥0 + 0,1)2 (𝑦0 + 0,1 𝑘3,0 ) = 0,12 . 1,000250 = 0,01000
0,1
Sehingga: 𝑦1 = 𝑦(0,1) = 1 + (0 + 2 . 0,0025 + 2 . 0,0025 + 0,01)
6

𝑦1 = 𝑦(0,1) = 1,000333
Demikian seterusnya hingga diperoleh y pada x = 1. Sebagai perbandingan, dapat
diambil nilai step size yang lain, misalnya ∆𝑥 = 0,2 dan ∆𝑥 = 0,05, sehingga
diperoleh hasil-hasil perhitungan sebagai berikut:
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat atau melibatkan


turunan (derivative) dari fungsi yang tidak diketahui. Menyelesaikan persamaan
diferensial yaitu mencari fungsi yang tidak diketahui. Berdasarkan jumlah variabel
bebasnya, persamaan diferensial terbagi atas Persamaan Diferensial Biasa (PDB)
dan Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Sebuah PDB disebut stabil jika dalam
arah integrasi penyelesaiannya bersifat konvergen dan tidak stabil jika dalam arah
integrasi penyelesaiannya bersifat divergen. Persamaan diferensial dapat
diselesaikan dengan dua metode, yaitu metode satu langkah (one-step methods) dan
metode banyak langkah (multi-steps methods). Metode penyelesaian persamaan
diferensial dengan satu langkah (one-step methods) dapat diperoleh melalui metode
Euler (eksplisit), metode Euler yang dimodifikasi (metode Heun dan titik tengah)
serta metode Runge Kutta.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis senantiasa menerima saran dan kritik dari pembaca
untuk perbaikan makalah selanjutnya. Namun, penulis berharap dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca terkait dengan
metode numerik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, H. (2019). Mengukur Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis


Mahasiswa pada Materi Diferensiasi dan Integrasi Numerik. PRISMA,
VIII(1), 58–67.
Hadi, A. N., Djauhari, E., Supriatna, A. K., & Johansyah, M. D. (2019). Teknik
Penentuan Solusi Sistem Persamaan Diferensial Linear Non-Homogen Orde
Satu. Jurnal Matematika, 18(1), 29–40.
Herlina. (2019). Menentukan Solusi Sistem Persamaan Linear dengan
Menggunakan Metode Dekomposisi Cholesky. Jurnal Ilmiah Matematika
dan Pembelajarannya, 6(1), 106–111.
Hidayat, W. (2017). Adversity Quotient dan Penalaran Kreatif Matematis Siswa
SMA dalam Pembelajaran Argument Driven Inquiry pada Materi Turunan
Fungsi. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 15–28.
https://doi.org/10.22236/kalamatika.vol2no1.2017pp15-28
Johansyah, M. D., Napitupulu, H., Harahap, E., Sumiati, I., & Supriatna, A. K.
(2019). Solusi Persamaan Diferensial Fraksional Riccati Menggunakan
Adomian Decomposition Method dan Variational Iteration Method. Jurnal
Matematika, 18(1), 9–20.
Marliani, N. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Mata
Kuliah Persamaan Diferensial Dilihat dari Pembelajaran Konflik Kognitif
yang Terintegrasi dengan Soft Skill. Jurnal Formatif, 5(2), 134–144.
Ningsih, Y. L., & Jayanti. (2016). Hasil Belajar Mahasiswa melalui Penerapan
Model Blended Learning pada Mata Kuliah Persamaan Diferensial. Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(1), 1–11.
Nuraini, L. (2018). Integrasi Nilai Kearifan Lokal dalam Pembelajara Matematika
SD/MI Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 1–17.
Retrieved from http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/jmtk
Nurkhaeriyyah, T. S., Rohaeti, E. E., & Yuliani, A. (2018). Analisis Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa MTS di Kabupaten Cianjur pada Materi Teorema
Pythagoras. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 1(5), 827–836.
Puspitasari, A., Kamiran, & Asiyah, N. (2019). Analisis Kestabilan dan Kontrol
Optimal Model Penyebaran Tuberkulosis (TB) dengan Terapi dan Vaksinasi
Menggunakan Metode Runge Kutta. Jurnal Sains dan Seni ITS, 8(2), 58–64.
Putra, E. M., Subhan, M., & Rizal, Y. (2019). Metode Tipe Newton Bebas Turunan
untuk Menentukan Akar Persamaan Tak Linier. UNP Journal of
Mathematics, 2(2), 29–34.
Rahman. (2017). Simulasi Numerik Pengaruh Rapat Udara pada Gerak Parabola.
Jurnal Sains, 17(1), 39–44.
Ritonga, J., & Suryana, D. (2019). Perbandingan Kecepatan Konvergensi Akar

11
12

Persamaan Non Linier Metode Titik Tetap dengan Metode Newton Raphson
Menggunakan Matlab. Jurnal Informatika dan Sistem Informasi, 11(2), 51–
64.
Sholihat, N. A., Hidayat, W., & Rohaeti, E. E. (2018). Penghargaan Diri dan
Penalaran Matematis Siswa MTS. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif,
1(3), 299–304. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.299-304
Sihombing, S. C., & Dahlia, A. (2018). Penyelesaian Persamaan Diferensial Linier
Orde Satu dan Dua disertai Nilai Awal dengan menggunakan Metode Runge
Kutta Orde Lima Butcher dan Felhberg (RKF45). Jurnal Matematika
Integratif, 14(1), 51–60. https://doi.org/10.24198/jmi.v14.n1.15953.51-60
Sulistyorini, Y. (2017). Analisis Kesalahan dan Scaffolding dalam Penyelesaian
Persamaan Diferensial. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 91–104.
Sunoto, T. D. (2018). Kontrol Stepsize pada Integrasi Numerik Ekivalen dengan
Prinsip Aksi Kontroler PID pada Sistem Kontrol. Jurnal Tesla, 20(2), 102–
108.
Susanti, N., & Erviana, R. (2019). Pengembangan Modul Metode Numerik
Mahasiswa Matematika STKIP Muhammadiyah Pagaralam. Jurnal MathEdu,
7(November), 27–33.

Anda mungkin juga menyukai