Anda di halaman 1dari 15

GRUP DAN SUBGRUP

A. GRUP

1. Pengertian grup
Suatu himpunan G yang tidak kosong dan suatu operasi biner * yang
didefinisikan pada G, maka (G, *) suatu grup bila dan hanya jika memenuhi sifat-
sifat berikut ini:
1) Himpunan G bersifat tertutup terhadap operasi *. Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺
berlaku 𝑎 ∗ 𝑏 ∈ 𝐺.
2) Operasi * pada G bersifat asosiatif, yaitu untuk setiap 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈
𝐺 𝑚𝑎𝑘𝑎 (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ 𝑐 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐).
3) G terhadap operasi biner mempunyai elemen identitas, yaitu ada 𝑢 ∈ 𝐺
sedemikian hingga 𝑎 ∗ 𝑢 = 𝑢 ∗ 𝑎 = 𝑎, untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺.
4) Setiap elemen dari G mempunyai invers terhadap operasi biner *
dalam G, yaitu untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, ada 𝑎−1 ∈ 𝐺, sedemikian hingga
𝑎 ∗ 𝑎−1 = 𝑎−1 ∗ 𝑎 = 𝑢, 𝑢 adalah elemen identitas G.
Perlu dikeahui juga bahwa jika (G, *) maka suatu grup yang memenuhi sifat
komutatif yaitu untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑏 ∗ 𝑎 maka grup (G, *)
disebut grup abelian (grup komutatif).
Contoh:
1) Diketahui himpunan bilangan bulat 𝑍 = {… , −3, −2, −1,0,1,2,3, … } terhadap
operasi penjumlahan.
a. Apakah Z dengan operasi penjumlahan merupakan grup?
b. Apakah Z dengan operasi penjumlahan grup abelian?
Penyelesaian:
a. Agar (Z, +) suatu grup harus memenuhi 4 sifat yaitu:
1) Tertutup terhadap operasi “+”
Ambil 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍
Akan ditunjukkan 𝑥 + 𝑦 ∈ 𝑍
Karena 𝑥 ∈ 𝑍 dan 𝑦 ∈ 𝑍 maka 𝑥 + 𝑦 ∈ 𝑍
Sehingga terbukti bahwa Z tertutup terhadap operasi +
2) Operasi “+” bersifat asosiatif
Ambil 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑍
Akan ditunjukkan: (𝑥 + 𝑦) + 𝑧 = 𝑥 + (𝑦 + 𝑧)
Perhatikan:
(𝑥 + 𝑦) + 𝑧 = 𝑥 + 𝑦 + 𝑧 … (∗)
𝑥 + (𝑦 + 𝑧) = 𝑥 + 𝑦 + 𝑧 … (∗∗)
Dari (*) dan (**) di peroleh bahwa (𝑥 + 𝑦) + 𝑧 = 𝑥 + (𝑦 + 𝑧)
Sehingga terbukti bahwa Z bersifat asosiatif
3) Ada elemen identitas 𝑒 ∈ 𝑍 sehingga ∀ 𝑥 ∈ 𝑍 berlaku 𝑒 ∗ 𝑥 = 𝑥 ∗ 𝑒 ∶
∀ 𝑥 ∈ 𝑍.
Ambil 𝑥 ∈ 𝑍. Pilih 𝑒 = 0 ∈ 𝑍. Akan ditunjukkan 𝑥 + 0 = 0 + 𝑥
Perhatikan:
𝑥 + 0 = 𝑥 … (∗)
0 + 𝑥 = 𝑥 … (∗∗)
Dari (*) dan (**) diperoleh bahwa 𝑥 + 0 = 0 + 𝑥 = 𝑥
Sehingga terbukti bahwa ada 0 elemen identitas dari Z terhadap
operasi penjumlahan sehingga berlaku 𝑥 + 0 = 0 + 𝑥 = 𝑥
4) Untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑍 dan 𝑥 −1 ∈ 𝑍 sehingga berlaku 𝑥 + 𝑥 −1 = 𝑥 −1 +
𝑥=𝑒=0
Ambil𝑎 ∈ 𝑍. Pilih −𝑎 ∈ 𝑍
Akan ditunjukkan 𝑎 + (−𝑎) = (−𝑎) + 𝑎 = 𝑒 = 0
Perhatikan:
𝑎 + (−𝑎) = 0 … (∗)
(−𝑎) + 𝑎 = 0 … (∗∗)
Dari (*) dan (**) diperoleh bahwa 𝑎 + (−𝑎) = (−𝑎) + 𝑎 = 0
Dengan demikian terbukti bahwa ada −𝑎 ∈ 𝑍 adalah invers dari A
sehingga berlaku 𝑎 + (−𝑎) = (−𝑎) + 𝑎 = 𝑒 = 0
Sehingga dari (1-4) diperoleh bahwa terbukti (Z, +) suatu grup.
b. Dari bagian (a) diperoleh bahwa (Z, +) suatu grup. Agar (Z, +) merupakan
grup abelian maka seharusnya (Z, +) suatu grup yang memenuhi sifat
komutatif.
Ambil 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑧
Akan ditunjukkan 𝑥 + 𝑦 = 𝑦 + 𝑥
Perhatikan:
𝑥 + 𝑦 = 𝑥 + 𝑦 … (∗)
𝑦 + 𝑥 = 𝑦 + 𝑥 … (∗∗)
Dari (*) dan (**) diperoleh bahwa 𝑥 + 𝑦 = 𝑦 + 𝑥
Sehingga terbukti bahwa (Z, +) memenuhi sifat komutatif
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa (Z, +) suatu grup yang
memenuhi sifat komutatif sehingga (Z, +) merupakan grup abelin.

2) Misalkan G himpunan semua matrik di 𝑀3 (𝑅) yang memenuhi bentuk


1 𝑎 𝑏
[0 1 𝑐 ]
0 0 1

Untuk sebarang bilangan real 𝑎, 𝑏, 𝑐, apakah terbukti atau tidak terbukti bahwa
G grup terhadap operasi perkalian!
Penyelesaian:
1 𝑎 𝑏
Diketahui G = {[0 1 𝑐 ] ; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅} terhadap operasi perkalian
0 0 1
 Tertutup
1 𝑎1 𝑏1
Ambil 𝐴 = [0 1 𝑐1 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∀ , , ∈𝑅
0 0 1

1 𝑎2 𝑏2
𝐵 = [0 1 𝑐2 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∀ 𝑎2 , 𝑏2 , 𝑐2 ∈ 𝑅
0 0 1

Akan ditunjukkan: 𝐴 𝑋 𝐵 ∈ 𝐺
Perhatikan:
1 𝑎1 𝑏1 1 𝑎2 𝑏2
𝐴 𝑋 𝐵 = [0 1 𝑐1 ] × [0 1 𝑐2 ]
0 0 1 0 0 1

1.1 + 𝑎1 . 0 + 𝑏1 . 0 1. 𝑎2 + 𝑎1 . 1 + 𝑏1 . 0 1. 𝑏2 + 𝑎1 . 𝑐2 + 𝑏1 . 1
= [ 0.1 + 1.0 + 𝑐1 . 0 0. 𝑎2 + 1.1 + 𝑐1 . 0 0. 𝑏2 + 1. 𝑐2 + 𝑐1 . 1 ]
0.1 + 0.0 + 1.0 0. 𝑎2 + 0.1 + 1.0 0. 𝑏2 + 0. 𝑐2 + 1.1

1 𝑎2 + 𝑎1 𝑏2 + 𝑎1 𝑐2 + 𝑏1
= [0 1 𝑐2 + 𝑐1 ]
0 0 1

𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑎1 , 𝑎2 ∈ 𝑅 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎2 + 𝑎1 ∈ 𝑅

𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑐1 , 𝑐2 ∈ 𝑅 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑐2 + 𝑐1 ∈ 𝑅

𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑎1 , 𝑐2 ∈ 𝑅 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎1 𝑐2 ∈ 𝑅

𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑏1 , 𝑏2 , 𝑎1 , 𝑐2 ∈ 𝑅 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑏2 + 𝑎1 𝑐2 + 𝑏1 ∈ 𝑅

𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝐴 𝑋 𝐵 ∈ 𝐺
Jadi, terbukti bahwa operasi perkalian pada G bersifat tertutup.
 Asosiatif
1 𝑎1 𝑏1
Ambil 𝐴 = [𝑂 1 𝑐1 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎∀ 𝑎1 , 𝑏1 , 𝑐1 ∈ 𝑅
𝑂 0 1
1 𝑎2 𝑏2
𝐵 = [0 1 𝑐2 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎∀ 𝑎2 , 𝑏2 , 𝑐2 ∈ 𝑅
0 0 1

1 𝑎3 𝑏3
𝐶 = [0 1 𝑐3 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎∀ 𝑎3 , 𝑏3 , 𝑐3 ∈ 𝑅
0 0 1
Akan ditunjukkan 𝐴 × (𝐵 × 𝐶) = (𝐴 × 𝐵) × 𝐶
Perhatikan:
1 𝑎1 𝑏1 1 𝑎2 𝑏2 1 𝑎2 𝑏3
𝐴 × (𝐵 × 𝐶) = [𝑂 1 𝑐1 ] × ([0 1 𝑐2 ] × [0 1 𝑐3 ])
𝑂 0 1 0 0 1 0 0 1

1 𝑎1 𝑏1 1.1 + 𝑎2 . 0 + 𝑏2 . 0 1. 𝑎3+𝑎2 .1+𝑏2 ,0 1. 𝑏3+𝑎2 .𝑐3 +𝑏2 .1


= [𝑂 1 𝑐1 ] × [ 𝑂. 1 + 1.0 + 𝑐2 . 0 0. 𝑎3 + 1.1 + 𝑐2 . 0 0. 𝑏3 + 1. 𝑐3 + 𝑐2 . 1]
𝑂 0 1 𝑂. 1 + 0.0 + 1.0 0. 𝑎3 + 0.1 + 1.0 0. 𝑏3 + 0. 𝑐3 + 1.1

1 𝑎1 𝑏1 1 𝑎3 + 𝑎2 𝑏3 + 𝑎2 . 𝑐3 + 𝑏2
= [𝑂 1 𝑐1 ] × [𝑂 1 𝑐3 + 𝑐2 ]
𝑂 0 1 𝑂 0 1

1.1 + 𝑎1 . 0 + 𝑏1 . 0 1. (𝑎3 + 𝑎2 ) + 𝑎1 . 1 + 𝑏1 . 0 1. (𝑏3 + 𝑎2 . 𝑐3 + 𝑏2 ) + 𝑎1 . (𝑐3 + 𝑐2 ) + 𝑏1 . 1


= [ 0.1 + 1.0 + 𝑐1 . 0 0. (𝑎3 + 𝑎2 ) + 1.1 + 𝑐1 . 0 0. (𝑏3 + 𝑎2 . 𝑐3 + 𝑏2 ) + 1. (𝑐3 + 𝑐2 ) + 𝑐1 . 1 ]
0.1 + 0.0 + 1.0 0. (𝑎3 + 𝑎2 ) + 0.1 + 1.0 0. (𝑏3 + 𝑎2 . 𝑐3 + 𝑏2 ) + 0. (𝑐3 + 𝑐2 ) + 1.1

1 𝑎3 + 𝑎2 + 𝑎1 𝑏3+ 𝑎2. 𝑐3 + 𝑏2 + 𝑎1 . (𝑐3+ 𝑐2 ) + 𝑏1


= [𝑂 1 𝑐3 + 𝑐2 + 𝑐1 ]
𝑂 0 1

Perhatikan juga:

1 𝑎1 𝑏1 1 𝑎2 𝑏2 1 𝑎2 𝑏3
(𝐴 × 𝐵) × 𝐶 = ([0 1 𝑐1 ] [0 1 𝑐2 ]) × [0 1 𝑐3 ]
0 0 1 0 0 1 0 0 1

Dengan cara yang sama maka, diperoleh hasil:

1 𝑎3 + 𝑎2 + 𝑎1 𝑏3+ 𝑎2. 𝑐3 + 𝑏2 + 𝑎1 . (𝑐3+ 𝑐2 ) + 𝑏1


(𝐴 × 𝐵) × 𝐶 = [𝑂 1 𝑐3 + 𝑐2 + 𝑐1 ]
𝑂 0 1

Karena 𝐴 × (𝐵 × 𝐶) = (𝐴 × 𝐵) × 𝐶 maka terbukti bahwa operasi perkalian pada G


bersifat asosiatif.
 Ada 𝐼 ∈ 𝐺 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ∀𝐴 ∈ 𝐺 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝐴 × 𝐼 = 𝐼 × 𝐴 = 𝐴
1 𝑎 𝑏
Ambil 𝐴 = [0 1 𝑐 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅
0 0 1

1 0 0
Pilih 𝐼 = [0 1 0] ∈ 𝐺
0 0 1
Akan ditunjukkan: 𝐴 × 𝐼 = 𝐼 × 𝐴 = 𝐴
Perhatikan:
1 𝑎 𝑏 1 0 0 1 𝑎 𝑏
𝐴 × 𝐼 = [0 1 𝑐 ] × [0 1 0] = [0 1 𝑐] ...(*)
0 0 1 0 0 1 0 0 1
1 0 0 1 𝑎 𝑏 1 𝑎 𝑏
𝐼 × 𝐴 = [0 1 0 ] × [0 1 𝑐 ] = [0 1 𝑐 ] ...(**)
0 0 1 0 0 1 0 0 1
1 0 0
Dari (*) dan (**) diperoleh banhwa 𝐼 = [0 1 0] merupakan elemen
0 0 1
identitas pada G.
Jadi, terbukti bahwa ada
1 0 0
𝐼 = [0 1 0] ∈ 𝐺, ∀𝐴 ∈ 𝐺 berlaku 𝐴 × 𝐼 = 𝐼 × 𝐴 = 𝐴
0 0 1
 Ada 𝐴−1 ∈ 𝐺 sehingga ∀𝐴 ∈ 𝐺 berlaku 𝐴 × 𝐴−1 = 𝐴−1 × 𝐴 = 1
1 𝑎 𝑏
Ambil 𝐴 = [0 1 𝑐 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅
0 0 1
1 −𝑎 −𝑏 + 𝑎𝑐
Pilih 𝐵 = [0 1 −𝑐 ] ∈ 𝐺 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅
0 0 1
Akan ditunjukkan 𝐴 × 𝐵 = 𝐵 × 𝐴 = 𝐼
Perhatikan:
1 𝑎 𝑏 1 −𝑎 −𝑏 + 𝑎𝑐 1 0 0
𝐴 × 𝐵 = [0 1 𝑐 ] × [0 1 −𝑐 ] = [0 1 0] ...(*)
0 0 1 0 0 1 0 0 1

1 −𝑎 −𝑏 + 𝑎𝑐 1 𝑎 𝑏 1 0 0
𝐵 × 𝐴 = [0 1 −𝑐 ] × [0 1 𝑐 ] = [0 1 0] ...(**)
0 0 1 0 0 1 0 0 1

1 −𝑎 −𝑏 + 𝑎𝑐
Dari (*) dan (**) diperoleh bahwa 𝐵 = [0 1 −𝑐 ]
0 0 1

1 −𝑎 −𝑏 + 𝑎𝑐
Dapat dikatakan bahwa 𝐵 = [0 1 −𝑐 ]merupakan invers
0 0 1
dari A.
1 −𝑎 −𝑏 + 𝑎𝑐
Jadi, terbukti bahwa ada 𝐵 = [0 1 −𝑐 ] = 𝐴−1 ∈
0 0 1
𝐺 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ∀𝐴 ∈ 𝐺 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝐴 × 𝐴 = 𝐴−1 × 𝐴 = 𝐼
−1

Jadi, dari 1-4 diperoleh bahwa G adalah grup terhadap operasi


perkalian
3) Dengan menggunakan tabel Cayley, tunjukkan bahwa himpunan bilangan
bulat 𝑍 = {0,1,2,3,4} dengan operasi penjumlahan bermodule 5 merupakan
suatu grup.
Penyelesaian:

+ 0 1 2 3 4
0 0 1 2 3 4
1 1 2 3 4 0
2 2 3 4 0 1
3 3 4 0 1 2
4 4 0 1 2 3

 Tertutup, karena pada tabel Cayley tidak ada bilangan lain selain
himpunan diatas

 Asosiatif
Misalkan diambil nilai 𝑎 = 2, 𝑏 = 1, 𝑐 = 3
(𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐)
(2 + 1) + 3 = 2 + (1 + 3)
3+3=2+4
6=6
 Identitas
Misalkan 𝑎 = 2
0∈𝐺→𝑒=0
𝑎+𝑒 =𝑒+𝑎 =𝑎 ∈𝐺
2+0=0+2=2∈𝑍
 Invers
0=0
1=4
2=3
3=2
4=1

2. Teorema- teorema pada grup


Teorema 1: “unsur identitas suatu grup adalah tungggal”
Bukti:
Misalkan G adalah grup
Misalkan 𝑒1 dan 𝑒2 adalah unsur identitas di G
Akan dibuktikan 𝑒1 = 𝑒2
Perhatikan bahwa:
𝑒1 adalah unsur identitas di G dan 𝑒2 ∈ 𝐺 → 𝑒1 𝑒2 = 𝑒2 𝑒1 = 𝑒2 ...(i)
𝑒2 adalah unsur identitas di G dan 𝑒1 ∈ 𝐺 → 𝑒2 𝑒1 = 𝑒1 𝑒2 = 𝑒1 ...(ii)
Dari (i) dan (ii) diperoleh 𝑒1= 𝑒2 𝑒1 = 𝑒1 𝑒2 = 𝑒2
∴ 𝑒1 = 𝑒2 dengan demikian unsur identitas suatu grup adalah tunggal
Teorema 2: “unsur invers suatu grup adalah tunggal”
Bukti:
Misalkan G adalah grup, dan 𝑒 ∈ 𝐺 [e=identitas]
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐺
Misalkan 𝑏1 dan 𝑏2 invers dari a
Akan dibuktikan 𝑏1 = 𝑏2
Perhatikan bahwa:
𝑏1 adalah invers dari 𝑎 → 𝑏1 𝑎 = 𝑎𝑏1 = 𝑒 [e=identitas] ...(i)
𝑏2 adalah invers dari 𝑎 → 𝑏2 𝑎 = 𝑎𝑏2 = 𝑒 [e=identitas] ...(ii)
Dari (ii) diperoleh 𝑎𝑏2 = 𝑒 → 𝑏1 (𝑎𝑏2 ) = 𝑏1 ...(iii)
Dari (i) diperoleh 𝑏1 𝑎 = 𝑒 → (𝑏1 𝑎)𝑏2 = 𝑏2 ...(iv)
Karena diketahui G adalah grup maka jelas G memenuhi sifat asosiatif shingga
dari (iii) dan (iv) diperoleh bahwa:
𝑏1 = 𝑏1 (𝑎𝑏2 ) = (𝑏1 𝑎)𝑏2 = 𝑏2
∴ 𝑏1 = 𝑏2 , dengan demikian unsur invers suatu grup adalah tunggal.
Teorema 3: “setiap grup memenuhi hukum kanselasi (pelenyapan, penghapusan)”
Bukti:
Misalkan G grup
Ambil sebarang Ambil sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺
Akan dibuktikan
(i) 𝑎𝑏 = 𝑎𝑐 → 𝑏 = 𝑐 [kanselasi kiri]
(ii) 𝑏𝑎 = 𝑐𝑎 → 𝑏 = 𝑐 [kanselasi kanan]
Akan ditunjukkan bagian (i) pandang 𝑎𝑏 = 𝑎𝑐
𝑎 ∈ 𝐺˄ 𝐺𝑔𝑟𝑢𝑝 → ∃𝑎−1 ∈ 𝐺
𝑎𝑏 = 𝑎𝑐
𝑎−1 (𝑎𝑏) = 𝑎−1 (𝑎𝑐) [kedua ruas dikalikan 𝑎−1 ]
(𝑎−1 𝑎)𝑏 = (𝑎−1 𝑎)𝑐 [hukum asosiatif]
𝑒𝑏 = 𝑒𝑐 [𝑎−1 𝑎 = 𝑒]
𝑏=𝑐 [e= identitas]
Akan ditunjukkan bagian (ii) pandang 𝑏𝑎 = 𝑐𝑎
𝑎 ∈ 𝐺˄ 𝐺𝑔𝑟𝑢𝑝 → ∃𝑎−1 ∈ 𝐺
𝑏𝑎 = 𝑐𝑎
(𝑏𝑎)𝑎−1 = (𝑐𝑎)𝑎−1 [kedua ruas dikalikan 𝑎−1 ]
𝑏(𝑎𝑎−1 ) = 𝑐(𝑎𝑎−1 ) [hukum asosiatif]
𝑏𝑒 = 𝑐𝑒 [𝑎−1 𝑎 = 𝑒]
𝑏=𝑐 [e= identitas]
∴ karena (i) dan (ii) terbukti jadi, G memenuhi kanselasi.
Teorema 4: “∀(𝐺, 𝑜) 𝑔𝑟𝑢𝑝. ∀𝑎 ∈ 𝐺 ∈ 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 (𝑎−1 )−1 = 𝑎”
Bukti:
Misalkan G adalah grup
Ambil sebarang 𝑎 ∈ 𝐺 dan ∃ 𝑒 ∈ 𝐺 [e= identitas]
Misalkan 𝑎−1 adalah invers dari 𝑎 → akan dibuktikan (𝑎−1 )−1
Perhatikan bahwa:
𝑎−1 adalah invers dari 𝑎 → 𝑎−1 𝑎 = 𝑎𝑎−1 = 𝑒
Pandang 𝑎 −1 𝑎 = 𝑒

𝑎−1 𝑎 = 𝑒
(𝑎−1 )−1 (𝑎−1 𝑎) = (𝑎−1 )−1 𝑒 [kedua ruas dikalikan dengan (𝑎−1 )−1 ]
[(𝑎−1 )−1 (𝑎−1 )]𝑎 = (𝑎−1 )−1 𝑒 [hukum asosiatif]
𝑎𝑒 = (𝑎−1 )−1 𝑒 [(𝑎−1 )−1 (𝑎−1 )] = 𝑎
𝑎 = (𝑎−1 )−1
−1
Pandang 𝑎𝑎 = 𝑒

𝑎𝑎−1 = 𝑒
(𝑎𝑎−1 )(𝑎−1 )−1 = 𝑒(𝑎−1 )−1 [kedua ruas dikalikan dengan (𝑎−1 )−1 ]
𝑎[𝑎−1 (𝑎−1 )−1 ] = 𝑒(𝑎−1 )−1 [hukum asosiatif]
−1 −1
𝑎𝑒 = (𝑎 ) 𝑒 [(𝑎−1 )−1 (𝑎−1 )] = 𝑎
𝑎 = (𝑎−1 )−1
∴ jadi, terbukti bahwa (𝑎−1 )−1 = 𝑎

Teorema 5: “misal G suatu grup, dan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku (𝑎 ο 𝑏)−1 = 𝑏 −1 𝑜 𝑎−1”


Bukti:
Karena 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 dan G suatu grup, maka 𝑎 ο b ∈ 𝐺, dan karena 𝑎 ο b ∈ 𝐺 maka
(𝑎 ο 𝑏)−1 ∈ 𝐺, sehingga:
(𝑎 ο b) ο (𝑎 ο 𝑏)−1 = u
Kemudian kita operasikan 𝑎 ο b dengan 𝑏 −1 𝑜 𝑎−1
(𝑎 ο b) ο (𝑏 −1 𝑜 𝑎−1 ) = 𝑎 𝜊[𝑏 −1 𝜊 𝑎 −1 ] Type equation here.
= 𝑎 𝜊[(𝑏 𝑜 𝑏 −1 ) 𝑜 𝑎−1 ]
= 𝑎 𝜊[𝑢 𝑜 𝑎−1 ]
= 𝑎 𝜊 𝑎−1
=𝑢
Dengan demikian (𝑎 𝑜 𝑏) 𝑜 ( 𝑏 −1 𝑜 𝑎−1 ) = 𝑢
Karena (𝑎 𝑜 𝑏) 𝑜 (𝑎 𝑜 𝑏)−1 = 𝑢 dan
(𝑎 𝑜 𝑏) 𝑜 ( 𝑏 −1 𝑜 𝑎−1 ) = 𝑢 maka
(𝑎 𝑜 𝑏) 𝑜 (𝑎 𝑜 𝑏)−1 = (𝑎 𝑜 𝑏) 𝑜 (𝑏 −1 𝑜 𝑎−1 )
(𝑎 𝑜 𝑏)−1 = ( 𝑏 −1 o 𝑎−1 )
Jadi terbukti (𝑎 𝑜 𝑏)−1 = ( 𝑏 −1 𝑜 𝑎 −1 )
Teorema 6: “misal G suatu grup, dan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 maka persamaan- persamaan 𝑎 𝑜 𝑥 =
𝑏 dan 𝑦 𝑜 𝑎 = 𝑏 mempunyai penyelesaian tunggal”
Bukti 𝑎 𝑜 𝑥 = 𝑏 mempunyai penyelesaian tunggal:
Karena 𝑎 ∈ 𝐺 maka 𝑎−1 ∈ 𝐺
𝑎𝑜𝑥=𝑏 (diketahui)
𝑎 −1 𝑜 (𝑎 𝑜 𝑥) = 𝑎−1 𝑜 𝑏 (operasikan 𝑎 −1 ∈ 𝐺 masing- masing dari sebelah kiri)
(𝑎−1 𝑜 𝑎) 𝑜 𝑥 = 𝑎−1 𝑜 𝑏 (karena operasi o dalam G berlaku asosiatif )
𝑢 𝑜 𝑥 = 𝑎 −1 𝑜 𝑏 (karena 𝑎−1 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠 𝑎 ∈ 𝐺
𝑥 = 𝑎−1 𝑜 𝑏 (karena u merupakan identitas operasi o dalam G)
Jadi, terbukti bahwa 𝑎 𝑜 𝑥 = 𝑏 mempunyai penyelesaian tunggal
Bukti 𝑦 𝑜 𝑎 = 𝑏 mempunyai penyelesaian tungga:
Karena 𝑎 ∈ 𝐺 maka 𝑎−1 ∈ 𝐺
𝑦𝑜𝑎=𝑏 (diketahui)
(𝑦 𝑜 𝑎) 𝑜 𝑎−1 = 𝑏 𝑜 𝑎−1 (operasikan 𝑎 −1 ∈ 𝐺 masing- masing dari sebelah
kanan)
𝑦 𝑜 (𝑎 𝑜 𝑎−1 ) = 𝑎 −1 𝑜 𝑏 (karena operasi o dalam G berlaku asosiatif )
𝑦 𝑜 𝑢 = 𝑎−1 𝑜 𝑏 (karena 𝑎−1 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠 𝑎 ∈ 𝐺
𝑦 = 𝑎−1 𝑜 𝑏 (karena u merupakan identitas operasi o dalam G)
Jadi, terbukti bahwa 𝑦 𝑜 𝑎 = 𝑏 mempunyai penyelesaian tunggal
Teorema 7: “jika G suatu grup dengan operasi 𝑜, 𝑎 ∈ 𝐺 dan 𝑚, 𝑛 bilangan- bilangan
bulat positif, maka berlaku 𝑎𝑚 𝑜 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛 ”
Bukti:
𝑎𝑚 𝑜 𝑎𝑛 = (𝑎 𝑜 𝑎 𝑜 𝑎𝑜 … 𝑜𝑎) 𝑜 (𝑎 𝑜 𝑎 𝑜 𝑎𝑜 … 𝑜𝑎)
= 𝑎 𝑜 𝑎 𝑜 𝑎𝑜 … 𝑜𝑎 𝑜 𝑎 𝑜 𝑎𝑜 … 𝑜𝑎
= 𝑎𝑚+𝑛
Jadi, terbukti 𝑎𝑚 𝑜 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛
Teorema 8: “jika G suatu grup dengan operasi 𝑜, 𝑎 ∈ 𝐺 dan 𝑚, 𝑛 bilangan- bilangan
bulat positif, maka berlaku (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚𝑛 ”
Bukti:
(𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚 𝑜 𝑎𝑚 𝑜 𝑎𝑚 𝑜 … 𝑜𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑛 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
= (𝑎 𝑜 𝑎 𝑜 𝑜𝑎 … 𝑜𝑎) 𝑜 (𝑎 𝑜 𝑎 𝑜 𝑜𝑎 … 𝑜𝑎) 𝑜 … (
= (𝑎 𝑜 𝑎 𝑜 𝑜𝑎 … 𝑜𝑎)
= 𝑎𝑚𝑛
Jadi, terbukti (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚𝑛
B. SUBGRUP
1. Pengertian subgrup
Misalkan (G,*) adalah grup. Himpunan bagian tak kosong H dari G disebut
subgrup dari G, jika ( H,*) merupakan grup.
Contoh:
1) Himpunan bilangan real dengan operasi penjumlahan biasa, ditulis (R,+),
merupakan grup. Himpunan bilangna bulat (Z) merupakan himpunan bagian
dari R, dan (Z,+) juga membentuk grup. Jadi, (Z,+) merupakan subgrup dari
(R,+).
2) Himpunan bilangan bulat dengan operasi penjumlahan, (Z,+), merupakan
grup. Himpunan 𝑆 = {−1,1} merupakan himpunan bagian dari Z, dan
membentuk grup terhadap operasi perkalian. Namun, kita dapat mengatakan
bahwa (𝑆,×) subgrup dari (𝑍, +), karena operasi yang belaku pada keduanya
berbeda.
Jadi kesimpulannya operasi yang didefinisikan pada subgrup harus sama
dengan operasi pada grup.
3) Tentukan subgrup dari Z6= {0,1,2,3,4,5} dan gambar diagram cayley dan
selidiki himpinan-himpunan bagian H1 = {0,3} dan H2= {0,2,4} dari operasi
dengan operasi penjumlahan modulo 6!
Penyelesaian :
Pada Z6 = {0,1,2,3,4,5}

+ 0 1 2 3 4 5
0 0 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5 0
2 2 3 4 5 0 1
3 3 4 5 0 3 2
4 4 5 0 1 2 3
5 5 0 1 2 1 4

Perhatikan himpunan bagian dari Z6 yaitu H1 = {0,3} dan H2 = {0,2,4}. Akan


dibentuk tabel cayle dari H1 dan H2 terhadap operasi yang sama pada Z6 yaitu
dengan penjumlahan modulo 6, lihat tabel berikut :

Tabel Cayle dari grup H1


+ 0 3

0 0 3
3 3 0
Tabel cayle dari grup H2
+ 0 2 4

0 0 2 4

2 2 4 0

4 4 2 0

Untuk memperlihatkan bahwa H1 dan H2 dengan operasi penjumlahan modulo 6 suatu


grup.

Dengan melihat tabel di atas di peroleh :


1. Aksioma pertama (sifat tertutup) dipenuhi karena seluruh hasil operasi ada pada
himpunan H1 dan H2
2. Aksioma kedua (sifat assosiatif) penjumlahan modulo 6 dipenuhi pada Z6, karena
pada H1 dan H2 juga dipenuhi.
3. Aksioma ketiga (unsur identitas) dipenuhi :
∃ 0 ∈ H1 dan H2 sebagai unsur identitas karena ∀ 𝑎 ∈ H1 dan H2 dipenuhi a +6 0
= 0 +6 a = a
4. Aksioma keempat (unsur invers) dipenuhi yaitu :
H1  0 inversnya 0,3 inversnya 3.
H2  inversnya 0,2 inversnya 4 dan 4 inversnya 4.
2. Teorema dan Aksioma
Teorema 1:” Suati subset H yang tidak kosong dari grup <G,*> merupakan
subgrup dari G jika dan hanya jika:
 ∀ 𝑎, 𝑏 ∈ H (aksioma pertama dari definisi grup)
 ∀𝑎 ∈ H maka 𝑎 −1 ∈ 𝐻 (aksioma keempat dari definisi grup)
Bukti teorema di atas dapat diperjelas sebagai berikut:
𝐻 ≠∅⊆𝐺
Akan di tunjukkan :
a. Jika H subgrup dari G maka diepuhi 1 dan 2
b. Jika dipenuhi 1 dan 2 maka H subgrup dari G
Bukti a :
Karena H merupakan subgrup dari G maka menurut definisi subgrup H
memenuhi keempat aksioma grup. Dengan demikian maka H memenuhi sifat 1
dan 2
Bukti b :
Unrtuk memenuhi bahwa H subgrup dari G, berikut akan dibuktikan aksioma ke
2 dan ke 3
Aksioma ke 2 :
G merupakan grup berarti setiap unsur di G memenuhi sifat assosiatif , sedangkan
H ⊆ G , maka setiap unsur di H juga unsur di G, sehingga setip unsur H juga
memenuhi sifat assosiatif.
Aksioma ke 3 :
Ambil sembarang a ∈ H, a-1 ∈ H karen sifat 1 dipebuhi pada H maka a*a-1 ∈ H
atau e ∈ H (Terbukti aksioma ketiga dipenuhi).
∴ Dengan demikian keempat aksioma grup di penuhi dan H ⊆ G maka H
merupakan subgrup dari G.
Teorema 2: “Suatu subset H yang tidak kosong dari grup <G,*> merupakan
subgrup dari G jika dan hanya jika : ∀ a,b ∈ H maka a * b-1 ∈ H”.
Bukti teorema di atas juga terdiri dari dua bagian :
H≠∅⊆G
a. Jika H subgrup dari G maka berlaku a*b-1 ∈ H ∀ a, b ∈ H
b. Jika ∀ a, b ∈ H berlaku a * b-1 ∈ H maka H subgrup dari G
Bukti a :
Jika H subgrup dari G maka H grup berarti memenuhi keempat aksioma grup.
Ambil sembarang a, b ∈ H menurut aksioma keempat b-1 ∈ H, selanjutnya dengan
aksioma pertama dipenuhi a * b-1 ∈ H.
Bukti b :
Ambil sembarang a ∈ H diperoleh a * a-1 ∈ H atau e ∈ H memenuhi aksioma
ketiga.
Ambil sembarang e, a ∈ H diperoleh e * a-1 ∈ H atau a-1 ∈ H memenuhi aksioma
keempat.
Ambil sembarang a, b-1 ∈ H diperoleh a * (b-1) -1 ∈ H atau a * b ∈ H memenuhi
aksioma pertama
∴ Dengan di penuhi aksioma pertama dan keempat menurut teorema 2.1.1 maka
H merupakan subgrup dari G.
Teorema 3: Suatu himpunan bagian H tidak kosong dari G di katakan subgrup
dari <G,*> jika dan hanya jika :
a. H tertutup terhadap operasi biner *
b. Unsur identitas e ∈ g ada dalam H (e ∈ G maka e ∈ H)
c. ∀ a ∈ maka a-1 ∈ H
Bukti teorema di atas juga terdiri dari dua bagian :
H≠∅⊆G
1. Jika H subgrup dari <G,*> maka berlaku a, b, dan c
2. Jika a, b, dan c berlaku maka H subgrup dari <G,*>
Bukti 1 :
Jika H subgrup dari <G,*> maka berlaku a,b, dan c
Jika H subgrup dari <G,*> berarti memenuhi keempat aksioma dari grup
H tertutup terhadap operasi binner * (aksioma pertama grup)
Unsur identitas e ∈ g ada dalam H ( e ∈ H ) (Aksioma ketiga identitas dari grup)
∀ a ∈ maka a-1 ∈ H (aksioma keempat dari grup).
Dari pernyataan di atas dimana terdapat aksioma 1, aksioma 3, dan aksioma 4
dapat kita simpulkan bahwa terbukti jika H subgrup dari <G,*> maka berlaku a,b,
dan c.
Bukti 2 :
Jika a, b, dan c berlaku maka H subgrup dari <G,*>

 Ambil sembarang a,b ∈ G


a*b=a+b ∈ G ( sifat tertutup terpenuhi atau aksioma pertama di penuhi)
 Unsur identitas e ∈ G ada dalam H (e ∈ G maka e ∈ H)
Pilih e = 0 e ∈ G, ambil sembarang a ∈ G mka a*e = a + 0 = a dan e*a = 0 + a = a
Sehingga dipenuhi a*e = e*a = a, Artinya e = 0 elemen identitas (aksioma ketiga
dipenuhi)
 ∀ a ∈ H maka a-1 ∈ H
Ambil sembarang a ∈ H pilih a-1 = -a ∈ H sehingga a*a = a + (-a) = 0 = e dan a-1
* a = a + a 0 = e. Berarti ∀ a ∈ H maka a-1 ∈ H=-a ∈ H = -a ∈ H ∋ a*a = e
(aksioma keempat dipenuhi)

Dengan dipenuhi aksioma pertama, ketiga dan keempat dari grup maka menurut
definisi A -1 H merupakan subgrup dari <G,*>.

∴ Dari bukti 1 dan 2 maka dapat di simpulkan bahwa suatu himpunan bagian H
tidak kosong dari G dikatakan subgrup dari <G,*> jika dan hanya jika :

a. H tertutup terhadap operasi biner *


b. Unsur identitas e ∈ g ada dalam H (e ∈ 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑒 ∈ H)
c. ∀ a ∈ H maka a-1 ∈ H
Teorema 4: “H himpunan bagian yang berhingga dan tak kosong dari grup G. H
subgrup dari G jika H memenuhi sifat tertutup”.
Bukti:
Dengan menggunakan Teorema A-1. yaitu:
Suatu subset H yang tdak kosong dari grup (G, *) merupakan subgrup dari G, jika
dan hanya jika:
1. ∀a,b e ∈ H maka a*b ∈ H (Aksioma pertama dari defenisi grup)
2. ∀a, ∈ H maka a-1 H (Aksioma keempat dari defenisi grup)

Maka tinggal dibuktikan bahwa a-1 ∈ H jika a ∈ H.


Jika a = e maka a-1 = a. Lalu jika a ≠ 𝑒 maka ada beberapa kemungkinan yaitu, a,
a2, a3 . . . .

karena H terbatas dan tertutup di bawah operasi terhadap G untuk setiap a


bilangan positip dalam H, tidak semua anggotanya berbeda. Kemudan, a1 = aj dan
i >j maka ai.j = e, dan karena a ≠ e, i,-j > 1.

Ai.j = a.ai.j.1 = e
Ai.j.1 = a-1. Tetapi i-j-1 ≥ 1 mengakibatkan ai.j.1 ∈ H. (Terbukti)
Teorema 5: “Jika S dan T masing-masing subgrup dari G maka S ∩ T subgrup
dari G”
Bukti:
S ∩ T ≠ ∅ karena ada e ∈ S dan e ∈ T jadi e ∈ S ∩ T
Ambil sembarang x ∈ S ∩ T maka x ∈ S dan x ∈ T sehingga x ∈ G jadi S ∩ T ⊆
G
Ambil sembarang x,y ∈ S ∩ T maka x,y ∈ S dan x,y ∈ T karena S dan T subgrup
dari G maka xy-1 ∈ S dan xy-1 ∈ T Jadi xy-1 ∈ S ∩ T.
Menurut teorema 2.1.2 S ∩ T subgrup dan G (terbukti).
∴ Jadi Jika S dan T masing-masing subgrup dari G maka S ∩ T subgrup dari
G.(Tertbukti)
Teorema 6: “Jika (Sa) suatu koleksi subgrup dari G maka S = ∩a Sa merupakan
subgrup dari G”
Bukti:
Diketahui (Sa) suatu koleksi subgrup dari G berarti S1 , S2 , S3 , S4...Sa merupaan
subgrup-subgrup dari G.
Dengan menggunakan Teorema A-5, jika dua buah subgrup diriskan maka
irisannya adalah subgrup, dengan demikian untuk S= ∩a Sa
= S1 ∩ S2 ∩ S3 ∩ S4. . . ∩ Sa
Karena S1 ∩ S2 merupakan subgrup, demikian juga S3 ∩ S4 merupakan subgrup,
hingga
Sa.1 ∩ Sa juga merupakan grup, maka jika diteruskan irisannya adalah subgrup
dari G.
Contoh :
Z = himpunan semua bilangan bulat. operasi * didefenisikan sebagal penjumlahan
biasa. Dari contoh 1 diketahui bahwa (Z, *) merupakan gup. H adalah himpunan
semua bilangan genap. Tunjukkan bahwa H merupakan subgrup dari Z
Penyelesaian:
Dari soal di atas H ⊆ Z dan H ≠ ∅ karena 4 adalah bilangan genap maka 4 ∈ H.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa (H,*) merupakan grup.
Untuk membuktikan s0al di atas dapat digunakan defenisi subgrup dari teorema
yang berkaitan yaitu Teorema A-1 ataupun A-2.
Dengan defenisi grup dapat dilakukan seperti contoh sebelumnya.
Dengan Teorema A-1:
Ambil sebarang a, b ∈ H dari defenisi dapat ditulis a = 2m dan b= 2n; m,n ∈ Z
a+b = 2m + 2n
= 2(m+n); k = (m+n) ∈ Z
= 2k ∈ H (sifat pertama dari Teorema A-I dipenuhi)
Ambil sebarang a ∈ H dari defenisi dapat ditulis a = 2m dengan m ∈ Z.
a-1 = -a = -2m
= 2 (-m), karena m ∈ Z maka k =-m∈ Z
= 2k∈ H (sifat kedua dari Teorema A-1 dipenuhi)
Maka terbukti H merupakan subgrup dari Z.

Anda mungkin juga menyukai