Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Organisasi Sekolah
1. Pengertian Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni
dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan
maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-
hak dan tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi
dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal
horizontal antara kesatuan-kestuan tersebut.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari
organisasi negara. Untuk organisasi ini Mulyani A. Nurhadi mmbedakan menjadi dua
yaitu organisasi makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi
pendidikan dilihat dari segi organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi
pendidikan pada tingkat makro dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan
dan Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi
pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau
lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar mengajar. Struktur disetiap
sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu sekolah terdapat sesuatu
unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena disebabkan kekurangan tenaga
atau sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam
merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara
menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa
menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi masalah kita
dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran kita didalam suatu
lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli :
 Organization is the form of every human association for the attainment of
comon purpose (James D. Oony)

1
 An organization as a system of cooperative activities of two or more persons
(Chester I. Barnard)
Dari definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah
bentuk atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi
karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang
pendidikan.

2. Struktur Organisasi Sekolah

KETUA
YAYASAN

KOMITE KEPALA
SEKOLAH MADRASAH

PERPUSTAKAAN KEPALA
TATA USAHA

WAKASEK WAKASEK WAKASEK WAKASEK


KURIKULUM KESISWAAN SARPRAS HUMAS

KOORDINATOR WALI KELAS


BK GURU MAPEL

SISWA

3. Wewenang dan Tanggung Jawab Organisasi Sekolah


Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak
dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan
kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada
kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang dapat

2
diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu
kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima
wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas
pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk
diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung
jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-
keputusan yang akan diambil.
Wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah
untuk memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban
dari organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai. Berikut
ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi sekolah:
1. Kepala sekolah
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain :
a) Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja sekolah.
b) Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan Pembelajaran
Kurikulum/Program.
c) Mengembangkan SDM.
d) Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan kependidikan.
e) Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar.
f) Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan.
g) Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi.
h) Menetapkan Program Kerja Sekolah.
i) Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi.
j) Melegalisasi dokumen organisasi.
k) Memutuskan mutasi siswa.
l) Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan.
m) Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah.
n) Memberi pembinaan warga sekolah.
o) Memberi penghargaan dan sanksi.
p) Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Komite sekolah
Wewenang dan tangung jawab, antara lain:
3
a) Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan.
b) Mengawasi kebijakan sekolah.
3. Kepala Tata usaha
Wewenang dan tanggung jawab tata usaha, antara lain :
a) Menyusun dan melaksanakan program tata usaha sekolah.
b) Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan sekolah.
c) Mengurus administrasi kepegawaian.
d) Mengurus administrasi kesiswaan.
e) Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
f) Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
g) Menyusun administrasi lainnya.
h) Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah secara
berkala.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a) Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program.
b) Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan Kurikulum/Program.
c) Memantau pelaksanaan Pembelajaran.
d) Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum.
e) Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan.
f) Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
g) Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran.
h) Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran.
i) Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru.
j) Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru.
k) Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan.
l) Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program Pembelajaran.
m) Memverifikasi Kurikulum.
n) Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try out kelas 3.
5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a) Mengkoordinasikan PSB ( Penerimaan Siswa Baru ).
b) Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik (MOS).
c) Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS.
4
d) Mengkoordinasikan penjaringan dan pendistribusian semua bentuk beasiswa.
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan, keamanan, dan
kekeluargaan).
f) Membina program kegiatan OSIS.
g) Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus OSIS.
h) Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata tertib siswa.
i) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba.
j) Mengkoordinasikan ekstrakurikuler.
k) Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana.
b) Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasrana.
c) Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala.
d) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana.
e) Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasrana.
f) Menyusun laporan pelaksanaan bidang sarana dan prasarana secara berkala.
7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
a) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali
siswa.
b) Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.
c) Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembagalembaga
pemerintah, dunia usaha - dunia industri, dan lembaga sosial lainnya.
d) Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.
e) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua / wali
siswa.
f) Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah.
g) Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga pemerintah
dan lembaga sosial lainnya serta dunia usaha - dunia industry.
h) Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala
8. Koordinator BK
Peran Guru Pembimbing menurut PP No. 74 Tahun 2008 Guru bimbingan
dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru
5
bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik
yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik
di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu
membantu peserta didik dalam:

a) Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu


peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
b) Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan
bermartabat.
c) Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah secara mandiri.
d) Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
9. Guru
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a) Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan
bidang studi
b) Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
c) Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.
d) Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan memeriksa hasil
tugas itu untuk dinilai.
e) Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan laporan kepada
kepala sekolah, wali kelas, dan guru BP.
f) Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa untuk
memberikan bimbingan pelajaran kepada siswa yang cerdas, siswa yang kurang
cerdas, dan siswa yang membandel.
g) Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS, dan mengisi daftar nilai
siswa.
h) Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.
10. Siswa

6
Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a) Menuntut ilmu sebaik-baiknya
b) Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya
c) Mematuhi peraturan yang sudah di tetapkan oleh pihak sekolah
4. Peran Organisasi Sekolah
Peranan dari masing-masing struktur organisasi sekolah antara lain adalah sebagai
berikut:
I. Kepala Sekolah
Berperan dalam dan bertugas sebagai :
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah memiliki strategi
yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya.
Fungsi kepala sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada
tenaga kependidikan serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti
team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik
yang cerdas di atas normal.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan
prestasi belajar anak didik dapat dideskripsikan sebagai berikut :
 Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah
wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
 Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat
bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di
papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik
agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
 Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara memotivasi
guru dan siswa.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber
daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya.

7
Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara
analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam
memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang memuaskan
stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara persuasif dan
dari hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer,
kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation),
memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan berbagai
aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan
pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu
memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan,
dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien
agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu
menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas operasional.
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa supervisi
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan
supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada
orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai
komunitas belajar yang lebih efektif.
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta
pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan kepala sekolah sebagai
8
pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan
kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin
akan tercermin dalam sifatnya yang: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani
mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala
sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis
dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,
memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya melakukan pekerjaan
secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving
class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap
menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang
dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan
dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga
oleh beberapa guru yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam
belajar.
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai
tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan
fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).
h. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk,
yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal terjadi
apabila jabatan atau otoritas formal dalam organisasi diisi oleh orang yang ditunjuk atau
dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi ketika
kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang yang muncul dan
9
berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus yang dimiliki atau sumber
daya yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta
memenuhi kebutuhan anggota organisasi.
Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah harus
didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan tersebut
dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber
daya manusia. Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah. Peranan kepala sekolah sebagai pejabat
formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat
keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai
dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan tanggung jawab yang
jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki mempunyai
atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai hak
kepangkatan, gaji dan karier.
Secara umum, dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan
mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur
wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat
resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
II. Komite Sekolah
Berperan dalam membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam
rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
III. Kepala Urusan Tata Usaha
Berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi
ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah,
menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistik
sekolah, membuat laporan kegiatan tata usaha.
IV. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Berperan dalam menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan
jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria kenaikan/ketidaknaikan/kelulusan,
mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba akademis, dan MGMP.
V. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Berperan dalam menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan
pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa teladan/penerima

10
beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan kesiswaan
secara berkala.
VI. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
Berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana,
mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-
alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara
berkala.
VII. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Berperan dalam mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan
orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga dan
instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara
berkala.
VIII. Koordinator BK
Berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/ siswi, mengatasi kebiasaan-
kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan siswa/ siswi padaasaat proses belajar
mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan : kesehatan
jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka
tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
yang lebih luas.
IX. Guru
Berperan dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan siswi
melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan
kepribadian setiap siswa dan siswi.

Berdasarkan apa yang telah menjadi tugas dan peran dari masing-masing
anggota organisasi sekolah di atas, sebagian dari peran dan tugas tersebut telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun, pada kenyataanya masih juga terdapat
penyimpangan – penyimpangan yang tidak sesuai dengan tugas dan peran masing-
masing anggota organisasi sekolah. Penyimpangan tersebut kemungkinan disebabkan
oleh kurangnya kesadaran akan kewajiban masing-masing dan juga rendahnya rasa
tanggung jwab akan pekerjaannya. Beberapa praktek yang tidak sesuai dengan peran
dan tanggung jawab masingmasing antara lain sebagai berikut;

11
Guru seharusnya berperan sebagai pendidik, yaitu selain tugas guru untuk
mentransfer ilmu, guru juga berperan dalam pembentukan karakter siswanya. Namun,
pada kenyataannya, masih terdapat guru yang hanya sekedar mengajar, mengetahui
tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran sesuai dengan bidang studi, tanpa
memperhatikan sejauh mana kepahaman siswa terhadap materi yang diajarkan,
sehingga guru tersebut kurang dapat memahami karakter setiap anak didiknya. Sebagai
contoh, guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada siswanya. Tetapi pada
pertemuan selanjutnya, guru tidak membahas PR tersebut. Tentu saja hal ini akan
menanamkan pola pikir pada siswa bahwa PR itu hanya sebagai latihan dan guru tidak
menghargai siswa mana yang selalu mengerjakan PR. Dan pada akhirnya, kebiasaan
untuk tidak mengerjakan PR akan tertanam pada diri siswa. Contoh lainnya adalah ada
guru yang melakukan hukuman fisik apabila siswanya tidak mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini tentunya melanggar dari apa yang termasuk
tugas dan wewenang guru. Guru harusnya mendidik siswanya dengan cara yang
sepantasnya bukan melakukan hukuman fisik yang memberatkan siswa.
Coordinator BK berperan dalam membantu mengatasi kesulitan peserta didik.
Sehingga diharapkan guru BK dekat dengan siswanya. Akan tetapi pada kenyataannya,
BK kurang populer di kalangan siswa. Sehingga banyak diantara siswa yang lebih suka
memendam masalahnya daripada membaginya dengan guru BK. BK pun selalu
dikaitkan dengan siswa yang suka melanggar peraturan sekolah. Hal inilah yang
seharusnya menjadi masukan bagi koordinator BK di setiap sekolah untuk lebih
memberikan gambaran kepada siswa bahwa mereka itu butuh BK untuk memecahkan
masalah mereka ketimbang memendamnya sendiri.
Kepala Bagian Tata Usaha berperan untuk mengatur urusan administrasi
siswanya. Dalam mengatur hal tersebut, tentunya diperlukan sistem yang dapat
mengatur urusan itu dengan rapi. Sehingga ketika ada salah seorang siswa yang
memerlukan data dirinya untuk suatu keperluan, pihak TU tidak memerlukan waktu
yang lama untuk mencarinya. Akan tetapi masih terdapat juga suatu sekolah dimana
koord. TU belum mampu mengurusi urusan administrasi siswanya dengan cepat.
Di dalam suatu organisasi sekolah, terdapat laboran dan pustakawan. Yang
mana laboran bertugas untuk menjaga laboratorium sekolah. Sedangkan pustakawan
adalah orang yang bertugas di perpustakaan. Sebagai seorang laboran, harus mampu
menjaga dan mengatur kondisi laboratorium. Mengecek apakah alat-alat untuk
praktikum sudah lengkap atau belum sehingga ketika siswa melakukan praktikum di
12
laboratorium, masalah ketidaktersediaan alat tidak akan muncul. Namun, pada
kenyataannya, masih ada laboran yang lalai akan tugasnya. Akibatnya kegiatan
praktikum siswa menjadi terhambat. Begitu pula dengan pustakawan. Dia bertugas
untuk menjaga perpustakaan dan mengurusi bagian peminjaman dan pengembalian
buku. Selain itu, tugas pustakawan juga untuk mengelompokkan buku menurut isinya
untuk memudahkan siswa dalam mencari buku yang ia inginkan. Pustakawan juga
harus mampu menarik minat siswanya agar mau mengunjungi perpustakaan. Hal ini
tentunya memerlukan kerja sama dengan guru mata pelajaran. Akan tetapi, pada
kenyataannya kerja sama tersebut tidak berjalan dengan lancar. Misalnya saja, seorang
guru menyuruh siswanya untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari materi mengenai
subbab yang sedang di bahas. Ketika sampai perpustakaan, siswa tidak mampu
menemukan buku yang dimaksud. Artinya, tidak ada koordinasi yang baik antara guru
dengan petugas perpustakaan.
B. Sarana dan Prasarana Sekolah
PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikn, pasal 42
a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
1) Standar Sarana dan Prasarana
Peraturan Mendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
1) Lahan
a) Lahan untuk SD/MI memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap
peserta didik
b) Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang dapat digunakan secara
efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa bangunan gedung dan
tempat bermain/berolahraga.
13
c) Lahan terhindar potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan
jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
d) Lahan terhindar dari gangguan-gangguan pencemaran air, pencemaran udara,
dan kebisingan.
2) Bangunan Gedung
a) Bangunan gedung memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap
peserta didik.
b) Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan.
c) Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan keamanan.
d) Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksebilitas yng mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
e) Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan.
f) bangunan gedung dilengkapi intalasi listrik dengan daya minimum 900 watt.
g) Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.
19 tahun 2005 pasal 45, dan mengacu pada standar PU.
h) Bangunan gedung baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
2) Kelengkapan Sarana dan Prasarana
I. Kelengkapan Sarana dan Prasarana SD/MI
1) Ruang kelas
2) Ruang Perpustakaan
3) Laboratorium IPA
4) Ruang pimpinan
5) Ruang guru
6) Ruang beribadah
7) Ruang UKS
8) Jamban
9) Gudang
10) Ruang sirkulasi
11) Tempat bermain/berolahraga
II. Kelengkapan Sarana dan Prasarana SMP/MTs
1) Ruang kelas
2) Ruang perpustakaan
3) ruang laboratorium IPA
14
4) Ruang pimpinan
5) Ruang guru
6) Ruang tata usaha
7) Tempat beibadah
8) Ruang konseling
9) Ruang UKS
10) Ruang organisasi kesiswaan
11) jamban
12) Gudang
13) Ruang sirkulasi
14) Tempat bermain/ berolahraga
III. Kelengkapan sarana dan prasarana SMA/MA
1) Ruang kelas
2) Ruang perpustakaan
3) Ruang laboratorium biologi
4) Ruang laboratorium fisika
5) Ruang laboratorium kimia
6) Ruang laboratorium komputer
7) Ruang laboratorium bahasa
8) Ruang pimpinan
9) Ruang guru
10) Ruang tata usaha
11) Tempat beribadah
12) Ruang konseling
13) Ruang UKS
14) Ruang organisasi kesiswaan
15) jamban
16) gudang
17) ruang sirkulasi
18) Tempat bermain/berolahraga

15
C. Administrasi Sekolah
a. Definisi Administrasi Sekolah
Administrasi Sekolah yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan
sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna
menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.
b. Prinsip Umum Administrasi Sekolah
Administrasi Sekolah bersifat praktis dan fleksibel, dapat dilaksanakan
sesuai dengan kondisi dan situasi nyata di sekolah.Administrasi Sekolah berfungsi
sebagai sumber informasi bagi peningkatan pengelolaan pendidikan dan kegiatan
belajar-mengajar.
1. Administrasi Kesiswaan
Administrasi kesiswaan dilakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan
yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat berlangsung
secara efektif dan efisien
Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang
berkaitan dengan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan
siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif
terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.
a. Fungsi Administrasi Kesiswaan
1) Mengetahui secara umum kondisi siswa yang sedang mengikuti
pembelajaran pada setiap tahun pembelajran,
2) Merencanakan jumlah siswa yang dapat direkrut untuk tahun pembelajaran
berikutnya
3) Sebagai masukan dalam merencanakan rencana anggaran pendapatan dan
belanja sekolah (RAPBS).
b. Kegiatan dalam Administrasi Kesiswaan
1) Penerimaan Siswa adalah proses pencatatan dan layanan kepada siswa yang
baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan-persyaratan
yang ditentukan oleh sekolah itu
2) Pembinaan Siswa adalah pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga
pendidikan baik di dalam maupun di luar jam belajarnya di kelas.
3) Tamat belajar untuk sekolah menengah, pada dasarnya merupakan
pencapaian salah satu tangga untuk pendidikan lebih lajut, atau pencapaian

16
suatu ketrampilan yang dapat dipergunakan untuk menopang kehidupan di
masyarakat.
2. Administrasi Prasana Dan Sarana
Prasarana dan Sarana adalah semua benda bergerak maupun yang tidak
bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar
mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
a. Kegiatan dalam Administrasi Prasarana & Sarana
1. Perencanaan Kebutuhan
Penyusunan daftar kebutuhan prasarana dan sarana didasarkan atas
pertimbangan bahwa:
• Karena berkembangnya kebutuhan sekolah
• Untuk penggantian barang-barang yang rusak, dihapuskan, atau hilang
• Untuk persediaan barang
2. Pengadaan Prasarana dan Sarana Pendidikan
Pengadaan adalah kegiatan untuk meghadirkan prasarana dan sarana
pendidikan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas-tugas sekolah.
Pengadaan tersebut dapat dilaksanaka dengan cara:
(1) Pembelian (2) Buatan sendiri (3) Penerimaan hibah atau bantuan (4)
Penyewaan (5) Pinjaman (6) Pendaurulangan.
3. Penyimpanan Prasarana dan sarana Pendidikan
Penyimpanan adalah kegiatan pengurusan, penyelenggaraan dan
pengaturan persediaan prasarana dan sarana di dalam ruang
penyimpanan/gudang.
4. Inventarisasi Prasarana dan Sarana Pendidikan
Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan barang-barang yang menjadi
milik sekolah menengah yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris
barang.
5. Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pendidikan
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut dalam kondisi baik dan
siap pakai. Pemeliharaan berbeda dengan rehabilitasi. Rehabilitasi adalah
perbaikan berskala besar dan dilakukan pada waktu tertentu saja.
6. Penghapusan Prasarana dan Sarana Pendidikan
17
Penghapusan adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik
negara/daerah dari daftar inventaris karena barang itu dianggap sudah tidak
mempunyai nilai guna atau sudah tidak berfungsi sebagaimana diharapkan,
atau biaya pemeliharaannya sudah terlalu mahal.
7. Pengawasan Prasarana dan Sarana
Pengawasan Prasarana dan Sarana merupakan kegiatan pengamatan,
pemerikasaan dan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah untuk menghindari penyimpangan,
penggelapan atau penyalahgunaan.
3. Administrasi Personal
Personel Pendidikan adalah golongan petugas yang membidangi edukatif
dan yang membidangi kegiatan nonedukatif (ketatausahaan). Personel bidang
edukatif ialah mereka yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar,
yaitu guru dan konselor dan konseling (BK), sedangkan yang termasuk di dalam
kelompok personal bidang nonedukatif, adalah petugas tata usaha dan penjaga atau
pesuruh sekolah.
Tenaga pendidik, berdasarkan UU 20/2003 adalahtenaga yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya dan ditugaskan untuk
mengajar/sebagai guru. Sedangkan tenaga kependidikan adalah tenaga yang
memiliki komptensi sesuai dengan bidang keahliannya yang ditugaskan untuk
mendukung pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Tenaga kependidikan meliputi:
(1) pustakawan, (2) tenaga administrasi, (3) laboran, dan (4) penjaga sekolah.
Tenaga pendidik dan kependidikan bertugas : menyelenggarakan kegiatan
mengajar, melatih, meneliti,mengembangkan,mengelola, dan/atau memberikan
pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Administrasi Kepegawaian antara lain meliputi: (1) Inventarisasi pegawai; (2)
Pengusulan formasi pegawai; (3)Pengusulan pengangkatan, kenaikan tingkat,
kenaikan berkala, dan mutasi; (4)Mengatur usaha kesejahteraan; (5)Mengatur
pembagian tugas.
Adminsitrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi kegiatan pencatatan
tentang:
a. Ketersedian tenaga dan tenega kependidikan, yang meliputi:(a) jumlah
keseluruhan tenaga pendidik, dan (b)jumlah tenaga pendidikan pada
setiap tahun, dan (c)distribusi bidang keahliannnya.
18
b. Identitas pendidik dan tenaga kependidikan, yangmeliputi: (a) jenis
kelamin, (b) umur (tempat tanggallahir), (c)latar belakang pendidikan
tenaga pendidik dantenaga kependidikan, (d) ekepangkatan/golongan
ruangtenaga pendidik dan tenaga kependidikan, (5) masakerja tenaga
pendidik dan kependidikan terhitung mulaiTMT (tanggal mulai terbit)
berdasarkan Surat Keputusan.
c. Status tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yang meliputi: (a)
status pegawai (tetap/honorer/diperbantukan).
• Tujuan administrasi personel
(a) untuk menghitung ketersedian jmlah tenaga berdasarkan jumlah rombongan
belajar pda tiap-tiap kelas, sehingga tidak terjadi overload ja pembelajaran,
(b) untuk digunakan sebagai dasar perencanaan penambahan dan
pengembangan tenaga.
Khusus untuk tenaga pendidik, administrasi juga mencatat: (1) distribusi tugas
mengajar, dan (2) beban jam pembelajaran pada tiap semester.
4. Administrasi Keuangan
Komponen keuangan sekolah merupakan ketatausahaan dan tindakan
keuangan meliputi pencatatan data, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggung jawaban keuangan. Keuangan merupakan faktor penting untuk
melakukan kegiatan hal
ini sukar sekali dibayangkan pelaksanaan kegiatan tersebut tanpa uang. Namun
dibalik itu, mengadakan uang untuk melaksanakan kegiatan itupun tidak mudah.
Oleh karena itu pengadministrasian keuangan sangat perlu demi tercapainya
efektifitas dan efesiensi.
Adapun tugas keuangan yaitu antara lain :
• Perencanaan RAPBS
• Pelaksanaan anggaran dan Pertanggung jawaban Keuangan.
– Bantuan operasional sekolah (BOS) – Bantuan operasional Pendidikan (BOP)
– Komite Sekolah – Zakat, Infaq dan Shadaqah.
5. Administrasi Kurikulum
• Ketersediaan kurikulum yang digunakan sebagai pegangan mengajar pada tiap
angkatan,
• Ketersediaan jabaran kurikulum dari tiap-tiap mata pelajaran , yang meliputi: sk
(standar kompetensi), kd (kompetensi dasar), dan indikator,
19
• Ketersediaan satuan acara pembelajaran /rencana pelaksanaan pembelajaran
pda tiap mata pelajaran pada setiap tingkatan kelas,
• Deskripsi sajian pokok bahasan dari tiap mata pelajaran untuk tiap-tiap semester
pembelajaran.
• Disamping mencatat pelaksanaan kurikulum nasional, administrasi kurikulum
juga mencatat kurikulum lokal/muatan lokal serta pengalokasian waktu
pembelajaran kurikulum muatan lokal.
6. Administrasi Humas
Sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan bagian integral dari system
social yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya sumber daya manusia
(SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang
dilakukan sekolah, namun sangat bergantung kepada tingkat partisipasi masyarakat
terhadap pendidikan. • Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan di suatu daerah, akan semakin maju pula sumber daya manusia pada
daerah tersebut, dan sebaliknya.
Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam
pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya ditumbuhkan “rasa
ikut memiliki” sekolah di daerah sekitarnya. Maju-mundurnya sekolah di
lingkungannya juga merupakan tanggungjawab bersama masyarakat setempat.

D. Sistem Kurikulum Sekolah


1. Peran Pengembang Kurikulum Sekolah
Otonomi pendidikan memberikan peluang kepada pihak – pihak yang
terkait dengan dunia persekolahan untuk dapat berinteraksi dan berkontribusi secara
lebih intensif. Interaksi intensif ini menjadi sangat wajar karena keberadaan sekolah
memang tidak dapat dilepaskan dari dunia luar (masyarakat). Masyarakat adalah
pengguna jasa pendidikan. Mereka memiliki dan menaruh harapan pada sekolah
untuk dapat memberikan bekal pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.
Kurikulum sesungguhnya ialah apa yang terjadi di kelas dalam interaksi
siswa dengan guru dan siswa dengan lainnya dan dengan lingkungan. Di dalam
kelas, kurikulum adalah benda hidup yang dinamis. Bukan sekedar kumpulan
dokumen cetak belaka. Guru harus menerjemahkan kurikulum itu dalam bentuk
interaksi hidup antara guru dan siswa. Untuk melaksanakan kurikulum itu dan juga
dalam usaha untuk mengubahnya agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

20
anak dalam masyarakat tertentu diperlukan peserta lain. Mereka adalah berbagai
unsur yang setiap hari terlibat dalam kurikulum yakni guru, murid, kepala sekolah,
dan pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan.
Pemeran utama dalam pengembangan KTSP adalah kepala sekolah, guru,
dan komite sekolah. Pemerintah, perguruan tinggi, ahli kurikulum dan berbagai
lapisan masyarakat merupakan orang orang yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum sekolah dapat dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok Intern (dari dalam) sekolah dan kelompok
ekster (dari luar) sekolah.
2. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah. Secara
umum, peran dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut.
a) Pertama, peran sebagai manajer. Sebagai manajer mengkepala sekolah
bertanggung jawab atas manajemen sekolah. Kepala sekolah
mengkordinasikan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan segenap usaha pencapaian
tujuan pendidikan.
Dalam aspek perencanaan, kepala sekolah merupakan pelaku yang selalu
terlibat bahkan sering menjadi tumpuan dalam kegiatan perencanaan dan
pengembangan kurikulum. Dalam aspek pengorganisasian, kepala sekolah
mengorganisasikan unsure – unsure, baik unsur manusia maupun unsure
nonmanusia.
Dalam aspek pelaksanaan, kepala sekolah juga sebagai pelaksana lapangan.
Ia adalah orang yang mengkordinasikan pengembangan kurikulum, dan
sekaligus menerjadikan atau menerapkan kurikulum. Kepala sekolah
bertugas sebagai pemimpin dan berperan sebagai penanggung jawab atas
pengembangan kurikulum.
b) Kedua, Peran sebagai Inovator, Sebagai tokoh penting di sekolah, kepala
sekolah harus mampu melahirkan ide – ide baru yang kreatif.
Pengembangan kurikulum sering kali bermula dari gagasan kepala sekolah.
Kepala sekolah harus mampu menghadirkan insiparsi dan ide pembaharuan,
sehingga program sekolah (kurikulum) yang dijalankan senantiasa actual/
mutakhir.

21
c) Ketiga, peran sebagai fasilitator, dalam pengembangan kurikulum,
pelaksana teknis pengembangan biasanya tidak langsung oleh kepala
sekolah, melainkan oleh tim khusus yang ditunjuk. Namun demikian, kepala
sekolah terus melakukan komunikasi dengan tim itu dan memfasilitasinya
untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul.
Kepala sekolah mempunyai kedudukan strategis dalam pengembangan
kurikulum. Sebagai pemimpin professional, ia menerjemahkan perubahan
masyarakat dan kebudayaan, termasuk generasi muda, ke dalam kurikulum. Dialah
tokoh utama yang mendorong guru agar senantiasa melakukan upaya – upaya
pengembangan, baik bagi diri guru maupun tugas keguruannya. masih banyak pihak
lain selain kepala sekolah yang dapat membantu pengembangan kurikulum. Namun
demikian, kepala sekolah dan guru merupakan pemeran utama yang perlu
menerima, mempertimbangkan, dan memutuskan apa yang akan dimasukkan dalam
kurikulum sekolah.
3. Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah
Apabila kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah,
maka guru merupakan tokoh sentral dalam penyelenggaraan layanan pendidikan
sekolah. Gurulah pemeran uatama aktivitas sekolah. Karena itu tugas gur
merupakan profesi yang menuntut keahlian, bukan sekadar “tukang mengajar”.
Karena tugas guru sehari – hari terkait dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah,
maka peran guru dalam pengembangan kurikulum sekolah diantaranya adalah
sebagai berikut.
a) Pertama, guru sebagai pemberi pertimbangan. Keputusan mengenai kurikulum
sekolah secara institusional terletak pada tangan kepala sekolah. Dalam konteks
ini guru adalah pemberi pertimbangan dalam pengembangan kurikulum
sekolah.
b) Kedua, guru sebagai pelaksana pengembangan kurikulum sekolah. Konsep ini
dapat ditarik kedalam dua konteks. Kesatu, guru sebagai pelaksana proses
pengembangan kurikulum sekolah terlibat sebagai tim yang ditunjuk untuk
membuat kurikulum sekolah.
Selanjutnya, guru sebagai pelaksana kurikulum yang dikembangkan
sekolah. Peran ini berkaitan dengan tugas pokok guru sebagai pengampu proses
pembelajaran mata pelajaran tertentu. Disini guru menjabarkan kurikulum sekolah

22
menjadi bentuk – bentuk program yang lebih rinci (silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran).
Dalam melakukan perubahan kurikulum, hendaknya diselidiki dan
dipertimbangkan sikap dan reaksi guru terhadap perubahan itu. Keberhasilan
perubahan yang terjadi bergantung pada kesusaiannya dengan nilai – nilai guru dan
taraf pertisipasinya dalam perubahan itu.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa yang memegang peranan penting
dalam proses pengembangan kurikulum ialah guru karena dialah yang paling
bertanggung jawab atas mutu pendidikan anak – didiknya. Terkadang guru
terkendala karena masalah profesionalitasmya, karena pembelajaran yang
dilakukannya tidak berbeda dari waktu kewaktu, hanya mengulang – ulang.
Profesinalisme guru akan dapat berkembang, apabila ia membiasakan diri untuk :
1. berunding dan bertukar pikiran dengan siswa, dan terbuka terhadap pendapat
mereka
2. belajar terus dengan membaca literatur yang terkait dengan profesinya
3. bertukar pikiran dan penglaman dengan teman guru – guru lainnya atau dengan
kepala sekolah.
Perkembangan profesionalisme akan terbantu bila sekolah secara berkala
mengadakan rapat atau diskusi khusus untuk membicarakan hal – hal yang terkait
dengan kurikulum serta perbaikannya.
4. Peran Komite Sekolah Dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah
Keberadaan komite sekolah kian bergulir dengan diberlakukannya otonomi
sekolah. Ini ditetapkan pada keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor
044/U/2002. Dalam keputusan ini, komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah
badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik
pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan
luar sekolah.
Pembentukan komite sekolah bertujuan :
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan sekolah
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan

23
3. Menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan sekolah yang
berkualitas
Bertolak dari tujuan tersebut, komite sekolah memiliki peran sebagai berikut:
 Advisory agency, yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah.
 Suporting agency, yaitu pendukung baik yang berwujud financial,
pemikiran, maupun tenaga, dalam penyelengaraan pendidikan sekolah.
 Controlling agency, yaitu pengontrol dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan sekolah; serta
 Mediate agency, yaitu mediator antara pemerintah dan masyarakat
Peran komite sekolah dalam pengembangan kurikulum tidak terlepas dari
keempat peran tersebut. Keempat peran tersebut saling terkait satu sama lain dan
berlangsung secara simultan. Sebagai advisory agence, komite sekolah dapat
memberikan/menyampaikan gagasan, usulan–usulan, atau pertimbangan–
pertimbangan untuk penyempurnaan kurikulum yang ada menuju kurikulum
sekolah yang lebih baik.
Walaupun secara pokok sudah tersedia kurikulum tingkat nasional, namun
masih terbuka bagi pihak sekolah untuk melaksanakan eksplorasi, pengembangan,
dan penajaman-penajaman, serta dikemas dalam program inti atau program
tambahan, kegiatan intrakulikuler ataupun ekstrakulikuler. Dalam peran Advisory
agence ini pula komite sekolah terlibat dalam pengesahan kurikulum sekolah.
Terkait dengan peran sebagai advisory agence, maka komite sekolah berada
dalam komitmen lanjutan. Muncullah peran berikutnya, yaitu supporting agence.
Pengembangan kurikulum berkait dengan banyak persoalan baik yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung, yang bersifat manusia dan non manusia. Dalam
hal ini, dukungan komite sekolah dapat berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga.
Komite sekolah adalah sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.

24
Kurikulum pada dasarnya adalah rencana program pendidikan. Karenanya
dalam pengembangan kurikulum harus dipikirkan dan direncanakan segenap aspek
kurikulum. Dengan maksud mewadahi dan memaksimalkan peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan, maka disinilah peran sebagai supporting
agence menjadi sangat menentukan.
Sebagai controlling agency, komite sekolah melakukan kontrol atas
penyelenggaraan program pendidikan. Transparansi dan akuntabelitas
penyelenggaraan dan hasil pendidikan sekolah harus diwujudkan. Dalam konteks
pengembangan kurikulum, peran kontrol komite sekolah ini bisa pula diarahkan
pada pengawasan, misalnya, apakah proses pengembangan yang ditempuh sudah
memenuhi norma/ketentuan sebagaimana harusnya, apakah pengembangan
kurikulum telah memperhatikan dan melibatkan pihak-pihak yang terkait, apakah
sudah terukur untuk kemajuan anak, dsb. Peran ini harus dapat diterapkan agar
pengembangan kurikulum benar-benar komprehensip.
Sebagai media agency, komite sekolah bertindak sebagai mediator antara
pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Dengan peran komite sekolah sebagai
mediator, maka pengembangan kurikulum sekolah menjadi lebih terbuka dalam
mengeksplorasi sumber daya yang ada disekitar sekolah. Program (kurikulum)
sekolah pun menjadi lebih dinamis.
Pada akhirnya, dengan bersinerginya kepala sekolah, guru, dan komite
sekolah dalam pengembangan kurikulum, hal itu akan menjadi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah lebih dinamis dan semakin besar peluangnya untuk mencapai
tujuan pendidikan.
4. Peran Siswa Dalam Pengembangan Kurikulum
Pada tingkat kegiatan kelas, bila guru bertanya, bagaimana pendapatnya
tentang pelajaran, apa yang ingin dipelajarinya tentang suatu topik, atau bila guru
mengajak siswa turut-serta dalam perencanaan suatu kegiatan belajar, pada
pokoknya mereka sudah dilibatkan dalam kurikulum. Di sekolah progresif kepada
murid diberikan peranan yang lebih besar lagi tentang apa yang mereka harapkan
dari pelajaran.
5. Langkah-langkah dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah
Agar usaha pengembangan kurikulum di sekolah dapat berhasil baik, maka
perlu diperhatikan langkah-langkah pengembangan kurikulum di sekolah.
Langkah-langkah itu mencakup :
25
 Selidiki berbagai kebutuhan sekolah, antara lain kebutuhan siswa,
kebutuhan guru, dan kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
 Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan
studi tentang berbagai kebutuhan yang disebut di atas, lalu memilih salah
satu yang dianggap paling mendesak diatasi.
 Mengajukan saran perbaikan, yang dapat didiskusikan bersama, apakah
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, menilai maknanya bagi
pengembangan sekolah, dan menjelaskan makna serta implikasinya.
 Menyiapkan desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi,
menentukan bahan pelajaran, metode penyampaian, percobaaan, penilaian,
balikan, perbaikan, pelaksanaan dan seterusnya.
 Memilih anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi
masing-masing.
 Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah.
 Melaksanakan hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas. Karena pekerjaan
ini tidak mudah, kepala sekolah hendaknya senantiasa menunjukkan
penghargaannya terhadap pekerjaan semua pihak yang terlibat dalam usaha
pengembangan kurikulum.
 Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapat
direalisasikan, karena apa yang indah di atas kertas belum tentu dapat
diwujudkan.
 Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha itu berhasil baik dan dijadikan
pedoman selanjutnya.
Pada taraf permulaan hendaknya diambil suatu proyek yang sederhana, yang
memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dengan baik. Ketidakberhasilan akan
menimbulkan kekecewaan dan keengganan untuk mengadakan pengembangan di
masa mendatang. Jadi, jangan didesak melakukannya dengan tergesa-gesa. Ada
pengembangan kurikulum yang fundamental yang memakan waktu puluhan tahun.
Perubahan kurikulum senantiasa melibatkan perubahan manusia yang
melaksanakannya. Agar kurikulum berubah, maka guru sendiri harus berubah dan
didorong untuk berubah.

26

Anda mungkin juga menyukai