Misalkan dua Himpunan S dan T yang kedua himpunan ini
tidak merupakan himpunan kosong. Pemetaan f dari S ke dalam T kita bisa tuliskan f : S → T adalah suatu cara yang mengaitkan setiap unsur 𝗑 ∈ S dengan satu unsur y ∈ T. Pengaitan ini kita bisa tandai dengan f : x → y. Pada hakekatnya setiap unsur di S dapat dikaitkan dengan paling sedikit satu unsur di Y. Misalkan unsur x ∈ S dikaitkan dengan unsur y1 dan y2 yang ada di T. Hal ini tidak dapat terjadi pemetaan f : S → T. Dengan demikian pengaitan f : x → y untuk semua unsur x ∈ S akan mendefinisikan pemetaan f : S → T jika dan hanya jika setiap x ∈ S dikaitkan dengan satu y ∈ T. Dua pemetaan f : S → T dan g : S → T kita katakan sama jika memetakan setiap unsur x ∈ S sama. Dengan kata lain f = g jika f (x) = g (x) untuk semua x ∈ S. Untuk selanjutnya kita pandang pemetaan f : S → T. Unsur y ∈ T dalam pengaitan f : x → y kita tandai dengan f (x) jadi y = f (x) dan kita sebut bayangan atau peta dari x ∈ S oleh f. Bayangan atau pemetaan f : S → T adalah himpunan semua unsur y ∈ T yang merupakan peta pada unsur x ∈ S. Bayangan (peta) pemetaan f : S → T kita tandai dengan Peta (f). Jadi Peta (f) = { y │y ∈ T, y = f(x) untuk suatu x ∈ S }. Unsur x ∈ S yang dipetakan oleh f menjadi unsur y ∈ T kita sebut prapeta atau prabayangan dari y. Adapun himpunan S dan T dalam pemetaan f : S→ T secara berturut - turut kita sebut dengan daerah definisi dan daerah bayangan (prapeta). Dua pemetaan seperti f : S → T dan g : T → U dengan S, T dan U ketiga nya bukan himpunan kosong dapat kita lakukan secara berturut – turut ; pertama f kemudian g dan kita peroleh pemetaan dari S ke dalam U. Pemetaan baru ini bisa kita tandai dengan gf : S → U dan kita sebut sebagai komposisi pemetaan g dan f. Ketiga pemetaan ini kita bisa gambarkan sebagai berikut
S T
g gf
Setiap unsur x ∈ S dipetakan oleh gf menjadi unsur di U,
hubungannya (gf) (x) = g (f (x)).
Perlu diperhatikan sebagai catatan bahwa komposisi gf
didefinisikan jika daerah definisi pemetaan g sama dengan daerah peta pemetaan f. Sifat 1. Diketahui tiga pemetaan f : S → T, g : T → U dan h : U → V. Maka komposisinya ini memenuhi sifat asosiatif : h (gf) = (hg) f. Bukti. Ambil sebarang unsur x ∈ S Maka berlaku (h(gf)) (x) = h ((gf)(x)) = h (g(f(x))) = (hg) f(x)) = ((hg) f(x). Jadi h (gf) = (hg) f. Definisi 1. Pemetaan f : S → T dikatakan satu – satu atau injektif jika untuk setiap unsur x1 dan x2 di S yang dipetakan sama oleh fungsi f yaitu f (x1) = f (x2) berlaku x1 = x2 Definis 2. Pemetaan f : S → T dikatakan pada atau surjektif jika untuk setiap unsur y ∈ T terdapat unsur x ∈ S yang memenuhi f (x) = y. Menurut definisi di atas pemetaan bersifat ids : S → S satu – satu dan pada disebut bijektif. Sifat 2. Pemetaan f : S → T bersifat satu – satu jika dan hanya jika terdapat pemetaan g : T → S yang memenuhi gf = ids. Diilustrasikan dalam gambar berikut : f S T 1-1
g ids
Bukti (⟹) Misalkan f : S → T bersifat satu - satu. Untuk
setiap y ∈ T. Kita bisa definisikan
g: { y →y →x 0x, ,jikajikayy∈T∈ Peta ( f ) dengan f ( x ) = y
Peta f untuk suatu x 0 ∈ S
Karena f : S → T bersifat satu – satu untuk setiap y ∈ Peta (f)
hanya ada satu x ∈ S yang memenuhi f (x) = y. Dengan demikian setiap unsur y ∈ Peta (f) yang memenuhi f (x) = y. Dengan demikian untuk setiap unsur y ∈ Peta (f) dikaitkan dengan satu unsur x ∈ S. Selanjutnya dalam hal T yang dikaitkan dengan Peta (f)≠ ∅ ,setiap unsur y ∈T yang ada kiatannya dengan Peta (f) dikaitkan dengan satu unsur x0 ∈ S. Pengaaitan di atas mendefinisikan pemetaan g : T → S. Setiap unsur x ∈ S memenuhi hubungan (gf) (x) = g (f(x)) = g(y) = x. Disini y = f (x). Kita peroleh gf = ids. (⟸) Misalkan terdapat pemetaan g : T → S yang memenuhi gf = ids. Untuk setiap unsur x1 dan x2 di S yang memenuhi f (x1) = f (x2) berlaku g (f(x1)) = g (f )x2)) (gf) (x1) = (gf) (x2) Ids (x1) = ids (x2) x 1 = x2 Menurut Definisi 1 pemetaan f : S → T bersifat satu – satu.∎ Type equation here .