Anda di halaman 1dari 25

BAB 0

PENDAHULUAN

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka

sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan

sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain)

berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang

dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu.” (Q.S. an Nur : 65)

Himpunan merupakan dasar dari matematika dan semua objek

matematika serta konstruksinya akan kembali pada teori himpunan.

Di dalam bab ini, kita akan membahas pengertian himpunan, notasi

dan sifat-sifatnya, tetapi karena tujuan dari buku ini akan menyajikan

dasar-dasar dari analisis real, maka topik tentang himpunan tidak

akan dibahas secara mendetail.

0.1. ALJABAR HIMPUNAN

Jika A melambangkan himpunan dan x elemen di dalam A,

maka sering dituliskan dengan x  A sebagai singkatan dari

Pengantar Analisis Real| 1


pernyataan x elemen himpunan A atau x anggota himpunan A atau

himpunan A memuat elemen x. Jika x bukan elemen di dalam A, maka

akan dinotasikan dengan x  A. Dari sebuah elemen x dan himpunan

A, hanya tepat satu kemungkinan dari dua pernyataan berikut

berlaku:

x  A atau x  A.

Jika A dan B merupakan dua himpunan dan x sebuah elemen,

maka terdapat empat kemungkinan yaitu:

(1) x  A dan x  B (2) x  A dan x  B

(3) x  A dan x  B (4) x  A dan x  B

Jika setiap elemen dari A juga termuat di dalam B atau A merupakan

himpunan bagian dari B, akan dituliskan dengan

AB atau B  A.

Jika A  B dan terdapat elemen di dalam B yang tidak di dalam A,

dikatakan A himpunan bagian (subset) sejati dari B, dan

dinotasikan dengan A  B.

Definisi 0.1.1 Dua himpunan dikatakan sama jika mereka memuat

elemen-elemen yang sama. Jika himpunan A dan B

sama, maka dinotasikan dengan A = B.

Pengantar Analisis Real| 2


Dengan kata lain, dua himpunan A dan B dikatakan sama jika

syarat (2) dan (3) di atas tidak berlaku. Secara ekuivalen, kita harus

menunjukkan bahwa A  B dan A  B.

Penulisan himpunan selain disajikan dengan cara mendaftar

dapat juga disajikan dengan menyebutkan sifat-sifatnya, sehingga

suatu himpunan sering dituliskan sebagai

{xP(x)}

sebagai lambang untuk himpunan semua elemen x yang mempunyai

sifat P, sering juga dibaca dengan himpunan semua x sedemikian

hingga P(x). Untuk memberi kejelasan terhadap semesta pembicaraan,

notasi di atas sering juga ditulis dengan

{x  S : P(x)}

untuk menuliskan himpunan bagian dari S yang mempunyai sifat P.

Contoh 0.1 (a) Himpunan semua bilangan asli dilambangkan dengan

ℕ, yakni

ℕ ∶= {1, 2, 3, . . . }.

(b) Himpunan semua bilangan bulatdi lambangkan

dengan ℤ, yakni

ℤ ∶= {. . . , −1, −2, −3, 0, 1,2,3, . . . }.

Pengantar Analisis Real| 3


(c) Himpunan semua bilangan asli genap dapat

dinotasikan dengan {2x : x  ℕ} atau {y  ℕ : y = 2x, x

 ℕ}.

(d) Himpunan semua bilangan rasional dilambangkan

dengan ℚ, yakni

𝑝
ℚ ≔ { ∶ 𝑝, 𝑞 ∈ ℤ, 𝑞 ≠ 0}
𝑞

Himpunan semua bilangan rasional dan bilangan irasional

disebut sebagai himpunan bilangan real, yang dilambangkan

dengan ℝ. Dalam hal ini, kita mempunyai

ℕ⊂ℤ⊂ℚ⊂ℝ

Catatan: Kita akan sering menggunakan simbol := dengan pengertian

bahwa simbol di sebelah kiri didefinisikan dengan ekspresi

pada sisi kanan.

Sekarang kita akan mengenalkan beberapa operasi pada

himpunan yaitu suatu cara untuk mengkonstruksi himpunan baru

berdasarkan pada himpunan-himpunan yang telah diketahui.

Definisi 0.1.2 Jika A dan B adalah himpunan-himpunan, maka

irisan (interseksi) mereka adalah himpunan semua

Pengantar Analisis Real| 4


elemen yang termuat pada himpunan A dan B. Kita

akan menotasikan irisan A dan B dengan AB.

Gambar 0.1. Irisan dua himpunan

Dengan kata lain, irisan dari A dan B didefinisikan dengan

AB := {x : xA dan x B}

Definisi 0.1.3 Jika A dan B adalah himpunan-himpunan, maka

gabungan (union) mereka adalah himpunan semua

elemen yang termuat pada himpunan A atau B atau

pada A dan B. Kita akan menotasikan gabungan A

dan B dengan AB.

Gambar 0.2 Gabungan dua himpunan

Dengan kata lain, gabungan dari A dan B didefinisikan dengan

AB := {x : xA atau x B}

Pengantar Analisis Real| 5


Definisi 0.1.4 Himpunan yang tidak mempunyai elemen dikatakan

himpunan kosong (empty or void set) dan

dinotasikan dengan simbol  atau { }. Jika A dan B

tidak mempunyai elemen bersama (berarti, AB = { }),

maka A dan B dikatakan saling asing (disjoint) atau

tidak beririsan.

Berikut ini akan diberikan beberapa sifat aljabar dari operasi-

operasi yang didefinisikan di atas.

Teorema 0.1.5 JikaA, B, C adalah sebarang himpunan, maka

(a) AA = A dan AA = A.

(b) AB = BA dan AB = BA.

(c) (AB) C = A (BC) dan

(AB) C = A (BC)

(d) A (BC) = (AB)  (AC) dan

A (BC) = (AB)  (AC).

Bukti: Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan. 

Definisi 0.1.6 Jika A dan B merupakan himpunan-himpunan, maka

komplemen dari B relatif terhadap A adalah

himpunan semua elemen A yang tidak termuat di

Pengantar Analisis Real| 6


dalam B. Kita akan menotasikan himpunan ini dengan

A \ B atau A – B (dibaca A minus B).

Gambar 0.3. Komplemen dari B relatif terhadap A

Dengan kata lain,komplemen dari B relatif terhadap A

didefinisikan dengan

A \ B := {xA : xB}.

Sekarang akan disajikan Hukum De Morgan untuk tiga

himpunan, formula yang lebih umum disajikan di dalam latihan.

Teorema 0.1.7 Jika A, B, C adalah sebarang himpunan, maka

(i) A \ (BC) = (A \ B)  (A \ C)

(ii) A \ (BC) = (A \ B)  (A \ C)

Pengantar Analisis Real| 7


Bukti:

(i) Jika x di dalam A \ (B  C) maka x di dalam A tetapi x tidak

di BC. Akibatnya x di A tetapi x tidak di B dan tidak di C.

Berarti xA\B dan x  A\C. Jadi x  (A \ B)  (A \ C).

Sebaliknya, jika x  (A \B)  (A \C), maka x  A\B dan x 

A\C. Jadi x  A dan x  A dan x  B. Ini berarti x  A dan x

 AB, sehingga x  A\(BC).

Karena himpunan A\ (BC) dan (A \B)  (A \ C) memuat

elemen yang sama maka dapat disimpulkan bahwa A \

(BC) = (A \ B)  (A \ C).

(ii) Diserhakan pada pembaca sebagai latihan 

Sekarang kita definisikan hasil kali Cartesius dari dua

himpunan.

Definisi 1.1.8 Jika A dan B dua himpunan tidak kosong, maka hasil

kali Cartesius dari A dan B, dinotasikan dengan A 

B, adalah himpunan semua pasangan terurut (a, b)

dengan a  A dan b  B.

Contoh 0.2 Jika A = {1, 2,3} dan B = {a,b} maka himpunan A  B

adalah

A  B = {(1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b)}

Pengantar Analisis Real| 8


Latihan 0.1

1. Buktikan Teorema 0.1.5.

2. Buktikan bahwa A  B jika dan hanya jika A  B = A.

3. Buktikan Teorema 0.1.7. b.

4. Jika A  B, tunjukkan bahwa A = B\(B\A).

5. Tunjukkan bahwa   A, untuk sebarang himpunan A.

6. Diberikan sebarang himpunan A dan B, tunjukkan bahwa

himpunan AB dan A\B adalah saling asing dan tunjukkan A =

(A  B)  (A\B)

7. Jika A dan B sebarang himpunan, tunjukkan bahwa A  B =

A\(A\B).

8. Jika {A1, A2, …, An} merupakan koleksi himpunan dan E sebarang

himpunan, tunjukkan bahwa

n n n n
E   Ai =  ( E  Ai ) E   Ai =  ( E  Ai )
i =1 i =1 dan i =1 i =1

9. Jika {A1, A2, …, An} merupakan koleksi himpunan dan E sebarang

himpunan, tunjukkan bahwa

n n n n
E   Ai =  ( E  Ai ) E   Ai =  ( E  Ai )
i =1 i =1 dan i =1 i =1

10. Jika A sebarang himpunan, B1 dan B2 subset dari B dengan B =

B1B2, maka tunjukkan bahwa

Pengantar Analisis Real| 9


AB = (AB1)  (AB2).

0.2. FUNGSI

Sekarang akan didiskusikan notasi fundamental dari fungsi atau

pemetaan. Dalam hal ini fungsi akan dipandang sebagai suatu jenis

khusus dari suatu himpunan.

Definisi 0.2.1 Misalkan A dan B adalah himpunan-himpunan. Fungsi

dari A ke B adalah himpunan f dari pasangan terurut

di dalam A  B dengan sifat jika (a, b) dan (a, c)

elemen-elemen dari f, maka b = c.

Himpunan semua elemen dari A yang merupakan komponen

pertama dari anggota f dikatakan domain dari f dan dinotasikan

dengan D(f). Himpunan semua elemen dari B yang merupakan

komponen kedua dari elemen f dikatakan range dari f atau

himpunan nilai dari f dan dinotasikan dengan R(f)

Jika (a, b) elemen dari fungsi f, maka sering dituliskan

b =f(a) atau (a, b) f.

Pengantar Analisis Real| 10


Definisi 0.2.2 Misalkan adalah fungsi dengan domain D(f) di dalam A

dan range R(f) di dalam B dan g adalah fungsi dengan

domain D(g) di dalam B dan range R(g) di dalam C.

Komposisi g o f adalah fungsi dari A ke C yang

didefinisikan dengan

g o f := {(a, c) AC : terdapat bB sehingga (a, b) f

dan (b, c) g}

Perhatikan bahwa jika f dan g merupakan fungsi dan jika

xD(f), dengan f(x) merupakan elemen dari D(g), maka domain dari

fungsi komposisi gof adalah himpunan

D(gof) := {xD(f) : f(x) D(g)}.

Untuk elemen x di dalam D(gof), nilai gof di x diberikan dengan

(gof)(x) := g(f(x)). Ini berarti range dari gof adalah himpunan

R(gof) := {g(f(x)) : xD(gof)}.

Contoh 0.3 (a). Misalkan f dan g adalah fungsi-fungsi yang nilainya di

bilangan real x didefinisikan sebagai

f(x) := 2x dan g(x) := 3x2 – 1.

Karena D(g) adalah himpunan ℝ dari semua

bilangan real dan R(f)  D(g), domain D(gof) juga ℝ

Pengantar Analisis Real| 11


dan gof(x) = 3(2x)2 – 1 = 12x2 – 1. Sebaliknya, D(fog)

= ℝ, tetapi fog(x) = 2(3x2 – 1) = 6x2 – 2.

(b). Misalkan F dan G adalah fungsi-fungsi dengan

domain D(F) := {xℝ : x 0} dan D(G) := ℝ,

sedemikian hingga nilai dari F dan G di titik x dalam

domainnya adalah

F(x) := √𝑥 dan G(x) := –x2 – 1.

Maka D(GoF) = {x  ℝ : x  0} dan GoF(x) = –x – 1.

Karena G(x) < 0 untuk semua x  D(G) dan D(F) = {x

 ℝ: x  0}, maka fungsi FoG tidak terdefinisi di

sebarang titik.

Definisi 0.2.3 Misalkan f adalah fungsi dengan domain D(f) di dalam

A dan range R(f) di dalam B. Fungsi f dikatakan satu-

satu atau injektif jika (a, b) dan (c,b) adalah elemen

di dalam f, maka a = c.

Dengan kata lain, f injektif jika dan hanya jika dua relasi f(a) =

b dan f(c) = b mengakibatkan a = c. Juga dapat dikatakan, f injektif

jika dan hanya jika a, c di dalam D(f) dengan a  c, maka f(a)  f(c).

Pengantar Analisis Real| 12


Definisi 0.2.4 Misalkan f adalah fungsi satu-satu dengan domain D(f)

di dalam A dan range R(f) di dalam B. Jika g := {(b, a)

 B  A : (a, b) f} maka g adalah fungsi satu-satu

dengan domain D(g) = R(f) di dalam B dan range R(g)

= D(f) di dalam A. Fungsi g dikatakan fungsi invers

dari f dan dinotasikan dengan f-1.

Jika f injektif, maka f akan memetakan elemen-elemen yang

berbeda di dalam D(f) ke elemen-elemen yang berbeda di dalam R(f).

Jadi, setiap elemen b di dalam R(f) merupakan peta dari elemen

tunggal a di dalam D(f). Fungsi invers f-1 memetakan elemen b ke

elemen tunggal a.

Contoh 0.3 Misalkan f adalah fungsi dengan domain D(F) := ℝ,

dengan F(x) := x2. Jelas bahwa F bukan merupakan

fungsi satu-satu, karena pasangan (2,4) dan (−2,4)

keduanya termuat di dalam F, dengan F(2) = 4 = F(−2)

tetapi −2  2. Karena F tidak satu-satu, maka F tidak

mempunyai invers.

Pengantar Analisis Real| 13


Definisi 0.2.5 Fungsi f adalah fungsi dengan domain D(f)  A dan

range R(f)  B. Fungsi f dikatakan pada (surjective

atau onto) jika R(f) = B.

Di dalam mendefinisikan fungsi, perlu memperhatikan domain

dari fungsi, karena terdapat suatu fungsi yang surjektif dalam suatu

domain tertentu, tetapi tidak surjektif pada domain yang lain. Sebagi

contoh, fungsi f(x) := x2 surjektif dari ℝ pada himpunan {xℝ : x 0},

tetapi bukan fungsi surjektif dari ℝ pada ℝ.

Definisi 0.2.6 Fungsi f adalah fungsi dengan domain D(f)  A dan

range R(f)  B. Fungsi f dikatakan bijektif jika

(i) f satu-satu (injective) dan

(ii) f pada (surjective).

Fungsi yang mempunyai domain himpunan bilangan asli

mempunyai peranan khusus di dalam analisis real. Untuk fungsi

demikian, kita mempunyai istilah khusus, yang dikenalkan sebagai

berikut:

Pengantar Analisis Real| 14


Definisi 0.2.7 Barisan pada himpunan S adalah fungsi yang

domainnya adalah himpunan bilangan asli dan yang

rangenya termuat pada himpunan S.

Pembahasan secara detail untuk barisan akan disampaikan di

dalam Bab 3.

Latihan 0.2

1. Misalkan A := B := ℝ dan perhatikan subset C := {(x, y) : x2 + y2 =

1} dari A  B.

Apakah C merupakan fungsi dengan domain ℝ dan range ℝ?

2. Berikan contoh dua fungsi f dan g pada ℝ ke ℝ sedemikian hingga

f  g tetapi f o g = g o f.

3. Buktikan bahwa jika f merupakan fungsi injektif dari A ke B,

maka f-1 := {(b,a) : (a,b)  f} juga merupakan fungsi injektif.

4. Misalkan f fungsi injektif. Tunjukkan bahwa f-1of(x) = x untuk

semua x di D(f) dan fof-1(y) = y untuk semua y di R(f).

5. Misalkan f dan g fungsi-fungsi sedemikian hingga

gof(x) = x untuk semua x di D(f)

dan

Pengantar Analisis Real| 15


fog(y) = y untuk semua y di D(g).

Buktikan g = f-1.

6. Tunjukkan bahwa jika f : A → B dan E, F subset-subset dari A,

maka

f(EF) = f(E)  f(F) dan f(EF)  f(E)  f(F).

7. Tunjukkan bahwa jika f : A → B dan G, H subset-subset dari B,

maka

f-1(GH) = f-1(G)f-1(H) dan f-1(GH) = f-1(G)f-1(H).

8. Untuk a, b  ℝ dengan a < b, tentukan fungsi bijektif dari A := {x :

a < x < b} pada B := {y : 0 < y < 1}.

9. Tunjukkan bahwa jika f : A → B dan g : B → C dan H subset dari

C, maka

(gof)-1(H) = f-1(g-1(H)).

10. Misalkan f dan g adalah fungsi dan misalkan (gof)(x) = x untuk

semua x di dalam D(f). Tunjukkan bahwa f injektif dan bahwa R(f)

 D(g) dan D(f)  R(g).

0.3. INDUKSI MATEMATIKA

Induksi matematika merupakan metode pembuktian yang

penting dan akan sering digunakan di dalam buku ini. Metode ini

Pengantar Analisis Real| 16


digunakan untuk membuktikan kevalidan suatu pernyataan yang

berlaku untuk semua bilangan asli ℕ.

Teorema 0.3.1 (Sifat Terurut Baik dari ℕ) Setiap subset tak kosong

dari ℕ mempunyai elemen terkecil.

Pernyataan yang lebih detail dari sifat ini adalah sebagai

berikut:

Jika S adalah subset dari ℕ dan S  , maka terdapat elemen m

 S sedemikian hingga m  k untuk semua k  S.

Teorema 0.3.2 (Prinsip Induksi Matematika) Jika S adalah subset

dari ℕ yang memiliki sifat-sifat:

(1). 1  S

(2). Jika k  S, maka k + 1  S

maka S = ℕ.

Bukti:

Jika diandaikan S  ℕ, maka himpunan ℕ\S tidak kosong, dan

selanjutnya dengan Teorema 0.3.1, ℕ\S memuat elemen

terkecil. Misalkan m adalah elemen terkecil dari ℕ\S.

Berdasarkan hipotesis (1), 1  S, maka m  1. Selanjutnya m >

1, sehingga m – 1 juga bilangan asli. Karena m – 1 < m dan

Pengantar Analisis Real| 17


karena m elemen terkecil dari ℕ sedemikian hingga m  S,

maka m – 1 di dalam S.

Sekarang, berdasarkan hipotesis (2) untuk elemen k = m –

1 di dalam S, disimpulkan k + 1 = (m – 1) + 1 = m di dalam S.

Kesimpulan ini kontradiksi dengan m bukan elemen di S. Ini

berarti pengandaian salah. Yang benar S = ℕ. 

Prinsip induksi matematika juga sering dinyatakan dengan

rumusan sebagai berikut:

Untuk setiap nℕ, misalkan P(n) pernyataan yang bergantung

pada n. Jika

(1’) P(1) benar

(2’) Jika P(k) benar, maka P(k + 1) benar,

maka P(n) benar untuk semua n  ℕ.

Hubungan dengan versi sebelumnya dibuat dengan memisalkan S :=

{n  ℕ : P(n) benar}.

Contoh-contoh berikut memberikan gambaran bagaimana

Prinsip Induksi Matematika digunakan untuk membuktikan

pernyataan-pernyataan yang bergantung pada bilangan asli.

Contoh 0.4 (a) Untuk setiap n  ℕ, jumlah n bilangan asli pertama

diberikan dengan

Pengantar Analisis Real| 18


1
1 + 2 + 3 + ... + n = n(n + 1) .
2

Untuk membuktikan ini misalkan S adalah

himpunan semua n  ℕ sehingga formula di atas

berlaku. Kita harus membuktikan syarat (1) dan (2)

di dalam Teorema 0.3.2 dipenuhi. Jika n = 1, maka

diperoleh 1 = ½ . 1. (1 + 1), sehingga 1  S. Jadi

syarat (1) di dalam Teorema 0.3.2 dipenuhi.

Selanjutnya diasumsikan bahwa k  S dan

ditunjukkan (k + 1)  S. Jika k  S, maka berlaku

1
1 + 2 + 3 + ... + k = k ( k + 1)
2

Jika kedua sisi ditambah dengan (k + 1), maka

diperoleh

1
1 + 2 + 3 + ... + k + (k + 1) = k (k + 1) + (k + 1) =
2

1
(k + 1)( k + 2) .
2

Ini berarti (k + 1)  S. Akibatnya syarat (2) di dalam

Teorema 0.3.2 dipenuhi. Selanjutnya dengan Prinsip

Induksi Matematika, disimpulkan S = ℕ dan formula

benar untuk semua n  ℕ.

(b) Untuk setiap n  ℕ, jumlah kuadrat n bilangan asli

pertama diberikan dengan

Pengantar Analisis Real| 19


1
12 + 22 + 32 + ... + n2 = n(n + 1)( 2n + 1) .
6

Untuk membuktikan ini misalkan S adalah

himpunan semua n  ℕ sehingga formula di atas

berlaku. Kita harus membuktikan syarat (1) dan (2)

di dalam Teorema 0.3.2 dipenuhi. Jika n = 1, maka

diperoleh 12 = 1/6.1.(1 + 1)(2 + 1), sehingga 1  S.

Jadi syarat (1) di dalam Teorema 0.3.2 dipenuhi.

Selanjutnya diasumsikan bahwa k  S dan

ditunjukkan (k + 1)  S. Jika k  S, maka berlaku

1
12 + 22 + 32 + ... + k2 = k (k + 1)( 2k + 1) .
6

Jika kedua sisi ditambah dengan (k + 1), maka

diperoleh

12 + 22 + 32 + ... + k2 + (k + 1)2

1
= k (k + 1)( 2k + 1) + (k + 1)2
6

1
= (k + 1)( k + 2)( 2k + 3)
6

Ini berarti (k + 1)  S. Akibatnya syarat (2) di dalam

Teorema 0.3.2 dipenuhi. Selanjutnya dengan Prinsip

Induksi Matematika, disimpulkan S = ℕ dan formula

benar untuk semua n  ℕ.

Pengantar Analisis Real| 20


(c). Ketaksamaan 2n (n + 1)! dapat dibuktikan dengan

Prinsip Induksi Matematika sebagai berikut.

Untuk n = 1, diperoleh 21 = 2  2!. Jadi pernyataan

benar untuk n = 1.

Selanjutnya diasumsikan pernyataan benar untuk n

= k, berarti berlaku

2k  (k + 1)

dan ditunjukkan pernyataan benar untuk n = k + 1

2k+1 = 2. 2k 2(k + 1)!  (k + 2)(k + 1)! = (k + 2)!

Ini berarti pernyatan benar untuk n = k + 1. Dengan

menggunakan Prinsip Induksi Matematika

pertidaksamaan di atas benar untuk semua n  ℕ.

(d). Perhatikan pernyataan “n + 5 = n” untuk n  ℕ.

Jika S merupakan himpunan semua bilangan asli

yang pernyataan bernilai benar, maka assumsi k 

S menyebabkan (k + 1)  S. Ini berarti syarat (2)

dari Teorema 0.3.2 dipenuhi. Tetapi karena

pernyataan bernilai salah untuk n = 1, maka syarat

(1) tidak dipenuhi. Jadi pernyataan di atas tidak

benar.

(e). Jika r  ℕ, r  1, dan n  ℕ, maka

Pengantar Analisis Real| 21


1 − r n +1
1+ r + r2 ++ rn =
1− r

Bentuk ini merupakan formula untuk jumlah suku-

suku dari deret geometri. Ini dapat dibuktikan

dengan Prinsip Induksi Matematika.

Untuk n = 1, diperoleh 1 + r = (1 – r2)/(1 – r),

sehingga formula benar untuk n = 1.

Diasumsikan pernyataan benar untuk n = k

sehingga berlaku

1 − r k +1
1+ r + r2 ++ rk =
1− r

Selanjutnya ditunjukkan pernyataan benar untuk n

= k+1, jika kedua ruas ditambah dengan suku rk+1

diperoleh

1 − r k +1 1 − r k +2
1 + r + r 2 +  + r k + r k +1 = + r k +1 = .
1− r 1− r

Jadi pernyataan benar untuk n = k + 1. Ini berrati

berdasarkan Prinsip Induksi Matematika dapat

disimpulkan bahwa pernyataan benar untuk semua

n  ℕ.

Sebetulnya pernyataan di atas dapat dibuktikan

secara langsung tanpa harus menggunakan Prinsip

Pengantar Analisis Real| 22


Induksi Matematika. Jika dimisalkan sn := 1 + r + r2

+ ... + rn, maka rsn = r + r2 + ... + rn+1, sehingga

(1 – r)sn = sn – rsn = 1 – rn+1.

Jadi

1 − r n +1
sn = 1 + r + r 2 +  + r n = .
1− r

Terdapat versi lain dari Prinsip Induksi Matematika yang juga

sering digunakan untuk membuktikan pernyataan yang berlaku untuk

setiap n  ℕ.

Teorema 0.3.4 (Prinsip Induksi Kuat) Misalkan S adalah subset

dari ℕ sedemikian hingga 1  S dan jika {1, 2, 3, ..., k}

 S maka k + 1  S. Maka S = ℕ.

Contoh 0.5. Misalkan barisan (xn) didefinisikan sebagai berikut:

x1 := 1, x2 := 2, dan xn+2 := ½ (xn+1 + xn) untuk n  ℕ.

Dengan menggunakan Prinsip Induksi kuat akan

ditunjukkan bahwa 1  xn  2 untuk semua n  ℕ.

Untuk n = 1, berlaku 1  x1  2. Diasumsikan pernyataan

benar untuk n  {1, 2, ..., k}, selanjutnya ditunjukkan

pernyataan benar untuk n = k + 1. Perhatikan bahwa

1  xk-1  2

Pengantar Analisis Real| 23


dan

1  xk  2.

Akibatnya

2  (xk + xk-1)  4 atau 1  ½ (xk + xk-1)  2.

atau

1  xk+1  2.

Dengan menggunakan Prinsip Induksi Kuat dapat

disimpulkan bahwa pernyataan

1  xn  2 benar untuk semua n  ℕ.

Latihan 0.3

1 1 1 n
1. Buktikan bahwa + ++ = , untuk semua n  ℕ.
1.2 2.3 n(n + 1) n + 1

2
1 
2. Buktikan bahwa 13 + 23 + 33 + ... + n3 =  n(n + 1) , untuk semua
2 

n  ℕ.

3. Buktikan bahwa 12 – 22 + 32 - ... + (-1)n+1n2 = (-1)n+1 n(n+1)/2,

untuk semua n  ℕ.

4. Buktikan bahwa n < 2n untuk semua n  ℕ.

5. Buktikan bahwa 52n −1 terbagi oleh 8 untuk semua n  ℕ.

6. Buktikan bahwa n3 + (n+1)3 + (n+2)3 terbagi habis oleh 9, untuk

semua n  ℕ.

Pengantar Analisis Real| 24


7. Misalkan S adalah subset tak kosong dari himpunan ℕ sedemikian

hingga untuk suatu no ℕ berlaku

(i) no S dan

(ii) jika k  no dan k  S maka (k + 1)  S.

Buktikan bahwa S memuat himpunan {n  ℕ : n  no}.

8. Buktikan bahwa 2n < n! Untuk semua n  4, n  ℕ.

1 1 1 1
9. Buktikan bahwa + + ++  n , untuk semua n  2, n
1 2 3 n

 ℕ.

10. Misalkan barisan (xn) didefinisikan sebagai berikut:

x1 := 1, x2 := 2, dan xn+2 := ½ (xn+1 + xn) untuk n  ℕ.

Dengan Prinsip Induksi Matematika, tunjukkan bahwa

1
|xn – xn+1| = , untuk semua n  ℕ.
2 n −1

Pengantar Analisis Real| 25

Anda mungkin juga menyukai