Anda di halaman 1dari 70

TUGAS

RANGKUMAN
TEORI BILANGAN

Disusun oleh
Nurjanah

13030051

Septia Nurvitaloka

12030071

Surya Ari Afrian

10030113

Rani Retnoningsih

10030114

Feni Novalia Anggraeni Sari

09030139

Tri Susanti

09030086

Dwi Purwaningsih

09030235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2014

INDUKSI MATEMATIK
DAN TEOREMA BINOMIAL

A. INDUKSI MATEMATIK
Merupakan salah satu metode pembuktian dari banyak teorema dalam teori bilangan.
Merupakan salah satu argumentasi pembuktian suatu teorema atau pernyataan matematika
yang semesta pembicaraannya. Himpunan bilangan bulat atau lebih khusus bilangan bulat
asli.
1+2+3+.+n =

1
2

n (n+1)

Untuk setiap bilangan asli n


Example :
Misal kita ambil n = 1
1
1= 2

(1+1)

1=1
Example :
Sn =

1
2

n (a + un)

1
2

. 1 (1 + n)

1
2

n ( n+1)

Pembuktian dengan menggunakan induksi matematika langkah :


1. Ditunjukan bahwa P(1) benar
2. Di asumsikan bahwa P(k) benar
Untuk suatu bilangan asli k dan ditunjukan bahwa P (k+1) benar

Diasumsikan bahwa P (k) benar untuk suatu bilangan asli k, 1+2+3+.+k=


1) benar, selanjutnya harus ditunjukkan bahwa P (k + 1) benar yaitu :
1
1+2+3+.+k + (k+1) = 2 (k + 1) (k + 2)
Bukti :
1+2+3+..+k+(k + 1) = (1+2+3+..+k) + (k+1)
1
= 2 k (k+1) + (k + 1)

1
2

k (k +

1
2

=(
=
1+2+3+..+k+(k + 1) =

1
2

1
2

k + 1) (k + 1)
(k+ 1) (k + 2)

(k+1) (k +2)

Jadi P (k +1) benar


Hitunglah 1+3+5+.+(2n-1)
Bukti :
Misalkan P (n) menyatakan 1 +3+5+.+(2n-1) = n2
1. P (1) benar
Maka :
2n-1 = n2
2 (1) 1 = 12
1=1
Terbukti
2. Dimisalkan P (k) benar untuk srtiap bilangan asli k yaitu 1+3+5++(2k-1) = k 2 dan
ditunjukkan bahwa P (k+1) benar yaitu
1+3+5++(2k-1) + (2k+1) = (k + 1)2
Hal ini ditunjukkan sebagai berikut :
1+3+5++(2k-1) + (2k+1) =k2 +2k+1
Sehingga P (K+1) benar
Catatan :
P (n) benar untuk setiap bilangan asli n =1 atau tidak lebih dari 1
Akan ditunjukkan
Latihan !
Buktikan bahwa untuk setiap bilangan asli dan berlaku
12+22 + 32+..+n2 = n (n+1) (2n+1)
6
Jawab :
1. P (1) benar
12+22 + 32+..+n2 = n (n+1) (2n+1)
6
1+4+9+.+12 = 1 (1+1) (2.1+1)
6
1 = 2.3
6
1=1
2. 12+22 + 32 +k2 + (k+1)2 =

1
6

n (n+1) (2n+1)

1 +2 + 3 +k + (k+1) =

1
6

n (n+1) (2n+1) + (k+1)2

= (k+1) ((

1
6

n (n+1) (2k+1) + (k+1))

= (k + 1) (

1
6

2k2 + k + 6k + 6))

1
6

(k+1) (2k+7k+6)

1
6

(k+1) (k+2+(2k+3))

Jadi terbukti bahwa P (k+1) benar


B. TEOREMA BINOMIAL
Kombinasi C (n.r) = n!
(n-r)!r!
-

Teorema 1 (sifat simetrik)


n
Jika r n, maka( r )=(

Teorema 2
Jika k dan r bilangan asli dengan k < r
Maka :
k
k
k +1
( k1 )+( r )=
r

Bukti :
k
( k1

)+(

k
r )=

n
nr )

k!
(k ( r1 ) ! ( r1 ) !)

k!
( kr ) ! r !

( k + 1r ) ! r !

k ! (r + kr +1)

= (k+1)!
(k+1-r)!r!
Teorema 3 binomial
n
n
n
n
(1+a)n =( o ) + ( 1 )a + ( 1 )a2 + ( 3 )a3+.
n
n
ak
( k ) ..+( n )an
Untuk setiap bilangan asli n
Bukti 1 (dengan induksi matematik)

P (1) benar untuk n = 1


Maka :
1
1
1
(1+a) = 0 ) + ( 1 )a

=1+a
P (1) benar
Diasumsikan bahwa pernyataan benar untuk n = k+1
k
k
k
k
k
Yaitu (1+a)k = 0 ) + 1 )a + 2 )a2 +. r )a2 +. K )a2

Selanjutnya alah benar untuk n = k+1


(1+a)k+1 = (1+a)k (1+a)
k
k
k
k
k
= (( 0 ) + 1 )a + 2 )a2 +. r )a2 +. K )ak ) (1+a)

k
0 ) +(

k
0 )a +

k
k
k
k
1 )a2 +. 1 ) +. 2 )) a2 + .(( 21 ) +

k
k
K )ak + K )ak+1

Teorema 4
Jika n suatu asli maka

Selanjutnya

n
k )

n
0 )+

k
m ) = n!

n
1 )a +

n
n
2 ) + 3 )a2 +.

n!

(n-k)!k! (n-k)!m!
=(
-

n
nm
)
(
m
km )

Teorema 5
Jika n,m dan k bilangan asli dengan n>k>m maka (

Teorema 6
Jika n dan k bilangan asli dengan n k
n
n1
Maka k ( k ) = ( k1 )
KETERBAGIAN

n
nm
)
(
m
km )

A. Relasi Keterbagian
Merupakan bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b (a/b)
Jika dan hanya jika ada bilangan bulat k sedemikian sehingga b = ka
Jika a.b dan k adalah bilangan bulat dengan a0 dan b = ka maka k disebut
- Teorema 1
Jika a/b dan b/c maka a/c (sifat transitif)
Adalah bilangan bulat k sehingga b =ka, dan jika diketahui pula bahwa b/c karna b=ka

maka :
B+ c= ka + mb
C = mka
Teorema 2
Jika a/b maka a/mb, untuk setiap bilangan bulat m apabila a/b dan a/c menurut
teorema 1 maka diperoleh b=ka dan c = ma untuk bilangan-bilangan bulat k dan m
Maka :
B + c = (k +m) a aI (b+c)
B c = (k - m) a aI (b-c)
Teorema 3
Jika aIb dan aIc maka AI (b+c) AI (b-c), aI(b.c)
Teorema 4
Jika aIb dan aIc maka Ai (MB + NC)
Teorema 5
Jika a dan b bilangan bulat dengan a>o maka ada dengan hingga 1 pasangan a dan r
yang memenuhi b=qa + r dengan o r < a
Teorema 6 untuk mencari FBB
Jika b = aq + r maka (b.a = (ca, r))
Ex :
(5>6>, 4453)
5767 = 1. 4453 + 1314
4453 = 3. 1314 + 511
1314 = 2. 511 + 292 + 219
511 = 1. 292 + 219
292 = 1. 219 + 73
291 = 3. 73 + 0
Jadi FPBnya adalah 73
Teorema 7
Jika a dan b bilangan bulat tidak nol, maka a dan b saling prima jika dan hanya jika
bilangan bulat x dan y yang memenuhi ax + by = 1
Example :
Hitunglah FPB dari (247, 299) dan tentukan bilangan-bilangan m dan m yang
memenuhi 247x + 299y = (247,299)
Jawab :
299 = 1. 247 + 52
247 = 4.52 + 39
52 = 1. 39 + 13
39 = 3. 13 + 0

Jadi FPB dari (249, 299) adalah 13


Selanjutnya :
13 = 52 39.1
= 52 (247-52.4)
= 52.5 247
= (299-247). 5 247
13 = 299. 5 + 247 (-6)
Jadi x = 5 dan y = -6

BASIS BILANGAN BULAT


A. Teorema
Misalkan b bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1, maka setiap bilangan
bulat positif n dapat ditulis secara tunggal dalam bentuk :
n : akbk + ak-1bk-1 + ak-2bk-2 + . . . + a1b + a0; dengan k suatu bilangan bulat positif aj suatu
bilangan bulat dengan 0 aj b-1 untuk j : 0, 1, 2, 3 . . . , k dengan
contoh :
konversi basis 10 kebasis 2
1.) 11810 = 1110112
118 = 2 . 59 + 0
59 = 2 . 29 + 1
29 = 2 . 14 + 1
14 = 2 . 7 + 0
7=2.3+1
3=2.1+1
1=2.0+1

2.) 31510 = 1001100012


315 = 2 . 152 + 1
152 = 2 . 76 + 0
76 = 2 . 38 + 1
38 = 2 . 19 + 0
19 = 2 . 9 + 1
9=2.4+1
4=2.2+0
2=2.1+0
1=2.0+1
Jika dibalik :
110012 = . . . 10
= 1 . 24 + 1 . 2 3 + 0 . 22 + 0 . 2 1 + 1 . 00
= 16 + 8 + 0 + 0 + 1
= 25 terbukti
TABEL BASIS
10

16

1
2
3
4
5
6
7

1
10
11
100
101
110
111

1
2
3
10
11
12
13

1
2
3
4
5
6
7

1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15
16

1000
1001
1010
1011
1100
1101
1110
1111
10000

20
21
22
23
30
31
32
33
100

10
11
12
13
14
15
16
17
20

8
9
A
B
C
D
E
F
10

Operasi hitung dalam basis


Sistem bilangan : suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik
Macam macam sistem bilangan
1. Biner
Bilangan berbasis 2 (dua), menggunakan 2 macam simbol 0 dan 1
2. Oktal
Sistem bilangan berbasis 8 (delapan), menggunakan sistem 8 macam simbol, bilangan 8
digit angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
3. Desimal
Sistem bilangan bersasis 10 (sepuluh), menggunakan 10 macam simbol bilangan
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
4. Hexasecimal
Sistem bilangan berbasis 16 (enambelas), menggunakan simbol 8 digit angka
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F
Penjumlahan
Dalam biner
Menggunakan 0 dan 1
Dasar penjumlahan biner :
0+0=0
0+1=1
1+0=1
1+1=0
1 + 1 = 0, karena digit terbesar biner 1, maka harus dikurangi dengan 2 (basis). Jadi,
carry of 1, yaitu 1 + 1 = 2 kemudian 2 2 = 0 dengan carry of 1
Contoh :
1011
1010 +
1 0101
1

Sebagai carry of

Pengurangan
Dalam biner

Dasar pengurangan biner :


00=0
10=1
11=0
0 1 = 1 ( dengan borrow of 1, pinjam 1 dari sisi sebelah kiri )
Contoh :
1101
1010
10110110 0010
0100

Perkalian
Biner
Dasarnya :
0x0=0
0x1=0
1x0=0
1x1=1
Contoh :
111
101 x
111
000
111 +
1 00011
Carry
Pembagian
Biner
Dalam pembagian biner 0 tidak memiliki arti dasarnya
0:1=0
1:1=1

FAKTORISASI BILANGAN BULAT


A. Bilangan Prima
Definisi 1
Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan tidak mempunyai faktor bulat positif
kecuali 1 dan bilangan bulat itu sendiri disebut bilangan prima.
Contoh : 2,3,5,7,..
Definisi 2
Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan bukan bilangan prima disebut bilangan
komposit contoh : 4,6,8,9,10,..
Bilangan positif saling prima
Jika (a,b) = 1
a1,

Jika
a1

a2

a2

,
,

a3

a3

,
,

an

an

= 1 maka

juga saling prima.Tapi jika (a,b) = 1 untuk i,j = 1,2,3,.n.

i j maka dikatakan bahwa bilangan bilangan bulat positif

a1

a2

a3

..

an

saling prima dua atau sepasang demi sepasang.


Contoh 1 :

Contoh 2 :

(5,8,9) = 1

(3,9,4,8) = 1

(5,8) = 1

(3,9) = 3

(5,9) = 1

(3,4) = 1

(8,9) = 1

(3,8) = 1
(9,4) = 1
(9,8) = 1
(4,8) = 2

Teorema 1
Misal a dan b bilangan bulat positif maka menurut algoritma pembagian ada bilangan
bulat q dan r sedemikian hingga b = aq + r dengan 0 r < a. Ambil sembarang bilangan
bulat c sedemikian hingga c a dan c r.Jika (a,r) = 1 yaitu prima terhadap r,maka c harus

membagi habis 1 sebab c faktor persekutuan dari a,r. c 1 c = 1 atau c = -1 b = aq + r


dengan c a dan c r c b
Teorema 1
Jika sisa hasil bagi b oleh a prima terhadap a maka b prima terhadap a
Contoh :
63 dan 152
152 = 2 . 63 + 26
26 63
63 26
Teorema 2
Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan
prima.
Bukti :
Ambil n > 1,misal n = 2,prima 3 maka 2 3
Teorema 3
Setiap bilangan bulat positif yang > 1 adalah suatu bilangan prima bilangan itu dapat
dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima.
Contoh : 120 = 2.2.2.2.3.5
4

.3.5

Bentuk disebut bentuk kanonik


Contoh (aplikasi teorema 3)
Tentukan FPB dari
2
198 : 2 . 3 . 11
3
3
216 : 2 . 3

252 : 2

. 3

.7

Teorema 4
Jika n suatu bilangan komposit,jika n memiliki faktor k dengan 1 < k n
Teorema 5

Jika bilangan bulat positif n tidak memiliki faktor prima P dengan 1 < p n , maka n
suatu bilangan prima.

ALGORITMA EUCLID
Algoritma Euclid dirumuskan sebagai berikut: Misalkan akan dicari pembagi persekutuan
terbesar dari bilangan bulat a dan b. Karena ppt (a, b) = ppt (a,b) dan misalkan a b > 0.
Langkah pertama menerapkan algoritma pembagian terhadap a dan b diperoleh
a = q1b + r1 0 r1 < b
Jika terjadi r1= 0. maka ba dan ppt(a,b) = b. Jika r1 0, bagilah b oleh r1 dan diperoleh q2 dan
r2 yang memenuhi
b = q2r1 + r2 0 r2 < r1
Jika r2 = 0, maka berhenti, sebaliknya jika r2 0 dengan cara yang sama diperoleh
r1 = q3r2 + r3 0 r3 < r2
Proses pembagian ini dilanjutkan sampai sisa pembagian nol, katakanlah pada langkah ke
(n+1) yang mana r n-1 dibagi r n dengan b > r1 > r2 > 0.
Proses di atas menghasilkan sistem persamaan berikut:
a = q1b + r1 0 r1 < b
b = q2r1 + r2 0 r2 < r1
r1 = q3r2 + r3 0 r3 < r2
.
.
.
rn-2 = qnrn-1 + r3 0 rn < rn-1
rn-1 = qn+1rn + 0
Sisa pembagian yang terakhir yang bukan nol rn = ppt(a,b).
Lemma.
Jika a = qb + r, maka ppt(a,b) = ppt(b,r)
Bukti:

Jika d = ppt(a,b) maka da dan db mengakibatkan d(a-qb) atau dr. Jadi d pembegi persekutuan
dari b dan r. Di lain pihak jika c sebarang pembagi persekutuan dari b dan r, maka c(qb+r)
atau ca. Ini mengakibatkan c merupakan pembagi persekutuan dari a dan b dengan c d.
Berdasarkan definisi pembagi persekutuan terbesar d = ppt(a, b) = ppt(b,r).
Berdasarkan lemma ini, dari sistem persamaan di atas diperoleh
ppt(a,b) = ppt(b, r1) = ppt(r1, r2) = = ppt(rn-1, rn) = ppt(rn, 0) = rn
Pada teorema sebelumnya menyatakan bahwa ppt (a,b) dapat dinyatakan sebagai ax + by.
Untuk menentukan x dan y yang memenuhi ppt (a,b) = ax + by adalah dengan subsitusi balik
algoritma Euclid ini.
rn = rn-2 qnr n-1
rn = rn-2 qn (r n-3 qn-1rn-2)
= (1 +qnq n-1)rn-2 + (-qn)rn-3
Representasi rn sebagai kombinasi linear dari rn-2 dan rn-3. Dengan meneruskan subsitusi
balik dari sistem persamaan tersebut, kita akan berhasil mengeliminasi rn-1, rn-2, , r2, r1
sehingga rn= ppt(a,b) dinyatakan sebagai kombinasi linear dari a dan b.
Contoh
Algoritma Euclid dapat digunakan untuk menentukan ppt(12378,3054). Berdasarkan
algoritma pembagian diperoleh:
12378 = 4. 3054 + 162
3054 = 18. 162 + 138
162 =1. 138 + 24
138 = 5. 24 + 18
24 = 1. 18 + 6
18 = 3.6 + 0
Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa sisa terakhir yang bukan nol dari persamaan
tersebut yaitu 6 merupakan pembagi persekutuan terbesar dari 12378 dan 3054, jadi 6 =
ppt(12378, 3054).
Untuk menyatakan 6 sebagai kombinasi linear dari 12378 dan 3054, kita mulai dari
persamaan sebelum persamaan terakhir dan selanjutnya mengeliminasi sisa-sisa 18, 24, 138,
dan 162.
6 = 24 18
= 24 (138 5.24)
= 6. 24 138

= 6(162 138) 138


= 6. 162 7. 138
= 6. 162 7(3054 18.162)
= 132.162 7. 3054
= 132 (12378 4. 3054) 7. 3054
= 132. 12378 + (-535)3054
Jadi 6 = ppt(12378,3054) = 12378x + 3054y dengan x = 132 dan y = -535. Perlu dicatat
bahwa nilai x dan y yang memenuhi 6 = 12378 x + 3054 y tidaklah tunggal, misalnya 6 =
(132 + 3054) 12378 + (-535 12378)3054
= 3186. 12378 + (-12913)3054.

KEKONGRUENAN
Definisi 5.1
Jika m suatu bilangan bulat positif,maka a kongruen dengan b modulo m (ditulis a b
(mod m)).bila m membagi (a b ).Jika m tidak membagi (a b ) maka dikatakan bahwa a
tidak kongruen dengan b modulo m (ditulis a b (mod m)).
Contoh 1 :
1. 25 1 ( mod 4 )
Sebab ( a - b ) terbagi oleh m.( 25-1 ) = 24 terbagi oleh 4.
2. 30 2 ( mod 7 )
Sebab ( a - b ) terbagi oleh m.( 30-2 ) = 28 terbagi oleh 7.
3. 30 4 ( mod 5 )
Sebab ( a b ) tidak terbagi oleh m.( 30 4 ) = 26 tidak terbagi oleh 5.
Teorema 5.1
a b (mod m) bila dan hanya bila ada bilangan bulat k sehingga a = mk + b.
Bukti :
a b (mod m)
Akan ditunjukkan bahwa = mk + b.Dari definisi 1 diatas didapat bahwa : a b (mod m), jika
dan hanya jika m (a b).Karena m (a b),maka m > 0 dan m (a b),maka ada bilangan
bulat k,sehingga (a b) = mk.
Contoh :
1. Jika 25 4 (mod 7) maka ada bilangan bulat k = 3.
yaitu 25 4 = 7k
21 = 7.3
Jadi a b (mod m),jika dan hanya jika a b = mk,untuk setiap bilangan bulat k.
Karena a b = mk sama artinya dengan a = mk + b.Atau dengan kata lain :
a b (mod m) bila dan hanya bila a = mk + b.
2. 20 2 (mod 9),sama artinya dengan 20 = 9.2 + 2,dimana k = 2.
Teorema 5.2
Setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan tepat satu diantara 0,1,2,3,.,(m 1).

Bukti :
Jika a dan m bilangan bilangan bulat,dan m > 0,menurut algoritma pembagian,maka a dapat
dinyatakan sebagai :
a = mq + r,dengan 0 r < m
Ini berarti bahwa a r = mq.yaitu a r (mod m).Karena 0 r < m,maka ada m buah pilihan
untuk r,yaitu : 0,1,2,3..(m 1).Jadi setiap bilangan bulat akan kongruen dengan m dengan
tepat satu diantara 0,1,2,3,.(m 1).
Contoh :
27 r (mod 6),tentukan r,jika 0 r < 6
Jawab :
Karena 0 r < 6,maka m pilihan untuk r tepat satu diantara 0,1,2,3,4,5, yaitu r = 3.
Definisi 5.2
Jika a r (mod m) dengan 0 r < m,maka r disebut residu terkecil dari a modulo m. Untuk
kekongruenan residu terkecil ini, { 0,1,2,3,.(m 1) } disebut himpunan residu terkecil
modulo m.
Contoh :
1. Residu terkecil dari 71 modulo 2 adalah 1,sebab sisa dari 71 : 2 adalah 1.
2. Residu terkecil dari 71 modulo 3 adalah 2,sebab sisa dari 71 : 3 adalah 2.
3. Residu terkecil dari (-53) modulo 10 adalah 7,sebab sisa dari (-53) : 10 adalah 7 (ingat
residu terkecil dari suatu bilangan adalah bilangan bulat positif).
4. Residu terkecil dari 34 modulo 5 adalah 4,sebab sisa dari 34 : 5 adalah 4. Walaupun
34 9 (mod 5),tetapi 9 bukan residu terkecil dari 34 (mod 5),sebab 9 bukan sisa dari
34 : 5.
5. Himpunan residu terkecil dari modulo 5 adalah { 0,1,2,3,4 }.
6. Himpunan residu terkecil dari modulo 9 adalah { 0,1,2,3,4,5,6,7,8 }.
7. Himpunan residu terkecil dari modulo 24 adalah { 0,1,2,3,23 }.
Teorema 5.3
a b (mod m),maka akan ditunjukkan bahwa a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m.
Akan ditunjukkan dari dua sisi.
Pertama
Jika a b (mod m),maka akan ditunjukkan bahwa a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi
m.
Karena a b (mod m),maka a r (mod m) dan b r (mod m),dengan r adalah residu terkecil
modulo m atau 0 r < m. Selanjutnya.

a r (mod m),berarti a = mq + r ,dan


b r (mod m),berarti b = mt + r,untuk suatu bilangan bulat q dan t,sehingga dapat
disimpulkan bahwa a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m.( Terbukti ! )
Kedua
Jika a dan b memiliki sisa yang sama ,maka akan ditunjukkan a b (mod m).
Misalkan :
a memiliki sisa r jika dibagi m,berarti a = mq + r,dan
b memiliki sisa r jika dibagi m.berarti b = mt + r,untuk suatu bilangan bulat q dan t. dari
kedua persamaan ini diperoleh :
(a b) = (mq mt) + (r r)
(a b) = m(q t)
Karena q dan t adalah suatu bilangan bulat,maka (q t) adalah suatu bilangan bulat,berarti
bahwa : m(a b) atau a b (mod m).(Terbukti !)
Menurut teorema teorema terdahulu,ungkapan ungkapan berikut mempunyai arti yang
sama,yaitu :
1. n 7(mod 8)
2. n 7 + 8k
3. n dibagi 8 bersisa 7.
Definisi 5.3
Himpunan bilangan bulat {r1 ,r2 ,r3,..rm} disebut sistim residu lengkap modulo m,bila
setiap elemennya kongruen modulo m,dengan satu dan hanya satu dari 0,1,2,.(m 1).
Contoh :
1. Himpunan {45,-9,12,-22,24} adalah sistim residu lengkap dari modulo 5,dapat
diperiksa bahwa :
45 0 (mod 5)
-9 1 (mod 5)
12 2 (mod 5)
23 3 (mod 5)
24 4 (mod 5)
2. Himpunan {0,1,2,3,4} merupakan sistim residu lengkap modulo 5,sekaligus sebagai
himpunan residu terkecil modulo 5.
3. Himpunan {4,3,2,1,0} merupakan suatu sistim residu lengkap modulo 5.
4. Himpunan {5,11,6,1,8,15} bukan merupakan sistim residu lengkap modulo 6,sebab 5
11 (mod 6) yang dua duanya berada dalam himpunan tersebut
Teorema 5.4

Jika a b (mod m),dan c d (mod m),maka ( a + c ) ( b + d ) (mod m).


Bukti
Jika a b (mod m),dan c d (mod m), akan dibuktikan bahwa ( a + c ) ( b + d ) (mod m).
Karena a b (mod m) ,berarti a = sm + b , untuk suatu bilangan bulat s.
Karena c d (mod m), berarti c = tm + d , untuk suatu bilangan bulat t.
Jika kedua persamaan tersebut dijumlahkan,maka diperoeleh bahwa :
( a + c ) = ( sm + tm ) + ( b + d )
( a + c ) = m(s + t ) + ( b + d )
( a + c ) ( b + d ) = m.( s + t )
Hal ini berarti bahwa :
( a + c ) ( b + d ) (mod m)
( Terbukti ! )
Contoh :
Jika 20 2 (mod 6), dan 25 1 (mod 6),maka 45 3 (mod 6),sebab 20 + 25 = 45 ,dan 2 + 1 =
3.
Teorema 5.5
Jika a b (mod m) ,dan c d (mod m) ,maka ax + cy = bx + dy (mod m),untuk setiap
bilangan bulat x dan y.
Bukti :
a b (mod m) ,berarti a = ms + b,untuk setiap bilangan bulat s.
c d (mod m) ,berarti c = mt + d,untuk setiap bilangan bulat t.
Jika kedua ruas persamaan pertama dikalikan dengan x,dan kedua ruas persamaan kedua
dikalikan dengan y,maka diperoleh :
cy = mty + dy
dengan menjumlahkan kedua persamaan ini,maka diperoleh bahwa :
ax + cy = (msx + mty) + (bx + dy)
ax + cy = m (sx + ty) + (bx + dy)
(ax + cy) (bx + dy) = m(sx +ty)
Persamaan terakhir ini berarti bahwa :
m (ax + cy) (bx + dy)
sehingga :
(ax + cy) (bx + dy) (mod m).

( Terbukti ! )
Contoh :
Jika 21 1 (mod 4), dan 16 2 (mod 7),maka
(21.3 + 16.4) (1.3 + 2.4) (mod 7)
(63 + 63) (3 + 8) (mod 7)
126 11 (mod 7).
Teorema 5.6
Jika ac bc (mod m),dengan (c,m) = 1,maka a b (mod m).
Bukti :
Jika ac bc (mod m),dengan (c,m) = 1,akan dibuktikan bahwa a b (mod m).
Jika ac bc (mod m),berarti m (ac bc),atau m c(a b).
Karena m c(a b),dengan (c,m) = 1,maka m (a b)
Hal ini berarti bahwa a b (mod m).
( Terbukti ! ).
Contoh :
1. Jika 28.1 4.1 (mod 1),maka 28 4 (mod 1)
2. Tentukan bilangan bilangan bulat y yang memenuhi perkongruenan 3y 1 (mod 7)?
Jawab :
Karena 1 15 (mod 7),maka kita dapat mengganti 1 pada perkongruenan tersebut
dengan 15,sehingga diperoleh :
3y 15 (mod 7)
Selanjutnya karena (3,7) = 1,maka kita dapat membagi 3 pada ruas ruas
perkongruenan tersebut dengan 15,sehingga diperoleh : y 5 (mod 7) berarti :
y 5 + 7k untuk setiap bilangan bulat k.
atau dapat dikatakan bahwa himpunan penyelesaian dari perkongruenan tersebut
adalah { 5 + 7k k bilangan bulat k }.
Kita dapat menghapus (melenyapkan) suatu faktor dari suatu kekongruenan,jika faktor
tersebut dan bilangan modulonya saling prima,sebaliknya jika faktor dan bilangan
modulonya tidak saling prima,maka kita harus mengganti bilangan modulonya seperti
tampak dalam teorema berikut :
Teorema 5.7
Jika ac bc (mod m) dengan (c,m) = d ,maka a b (mod m/d).
Bukti :
ac bc (mod m) berarti m (ac bc) atau m c (a b),maka m/d c/d (a b)

Karena d FPB dari c dan m,maka m/d dan c/d adalah bilangan bilangan bulat.
Karena (c,m) = d,maka (c/d , m/d) = 1.
Karena (c/d , m/d) = 1,dan m/d c/d (a b).
Maka : m/d (a b)
Berarti a b (mod m/d)
( Terbukti ! )
Contoh :
Tentukan x yang memenuhi 2x 4 (mod 6)
Jawab :
2x 2.2 (mod 6),karena (2,6) = 2,maka :
x 2 (mod 3)
atau
x = 3k + 2,untuk setiap bilangan bulat k.
jadi nilai nilai x adalah {3k + 2},atau dapat dikatakan bahwa himpunan penyelesaian dari
perkongruenan itu adalah {3k + 2 k bilangan bulat}.

APLIKASI KEKONGRUENAN

Kekongruenan bilangan modulo 9 dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran


perkalian dan penjumlahan bilangan bilangan bulat.kita ketahui bahwa :
10000 1 = 9999 = 9k1 sehingga 10000 = 1 (mod 9)
1000 1 = 999 = 9k2 sehingga 1000 = 1 (mod 9)
100 1 = 99 = 9k3 sehingga 100 = 1 (mod 9)
10 1 = 9 = 9k4 sehingga 10 = 1 (mod 9)
Selanjutnya,akan ditunjukkan bahwa setiap bilangan bulat kongruen dengan jumlah
angka angkanya.
Contoh :
8234 = 8000 + 200 + 30 + 4 (mod 9)
= 8 (1000) + 2 (100) + 3 (10) + 4 (mod 9)
= 8 (1) + 2 (1) + 3 (1) + 4 (mod 9)
8324 = 17 (mod 9)
Selanjutnya dengan cara yang sama :
17 = 10 + 7 (mod 9)
= 1 + 7 (mod 9)
= 8 (mod 9)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa 8324 = 8 (mod 9)
Uraian contoh soal diatas secara umum dinyatakan sebagai teorema teorema berikut :
Teorema 5.8
10 n = 1 (mod 9) untuk n = 0,1,2,3,.
Teorema 5.9
Setiap bilangan bulat kongruen modulo 9 dengan jumlah angka angkanya.
Contoh :
Periksalah kebenaran penjumlahan berikut ini dengan prinsip diatas,
248 + 324 + 627 = 1244
Jawab :
248 2 + 4 + 8 (mod 9)
14 (mod 9)
5 (mod 9)
324 3 + 2 + 4 (mod 9)
9 (mod 9)
0 (mod 9)

627 6 + 2 + 7 (mod 9)
15 (mod 9)
6 (mod 9)
Jadi , 248 + 324 + 627 5 + 6 (mod 9)
11 (mod 9)
2 (mod 9)( i )
Sedangkan 1244 1 + 2 + 4 + 4 (mod 9
11 (mod 9)
2 (mod 9)( ii )
Dari kekongruenan (i) dan (ii) berarti : 248 + 324 + 627 = 1244 ( benar )
Teorema 5.10
Jika a b (mod m) dan c d (mod m) maka ac bd (mod m)
Contoh :
Untuk yang terbagi 9,
10 + 11 = 30
Kita mengetahui bahwa 10 + 11 3 (mod 9) dan 30 3 (mod 9)
Menurut cara pemeriksaan diatas 10 + 11 = 30 benar.
Tetapi kita mengetahui bahwa 10 + 11 = 30 salah.
Selain itu kekongruenan modulo 9 digunakan untuk menguji keterbagian suatu bilangan
bulat oleh 9.Suatu bilangan terbagi oleh 9 apabila dan hanya bila sisa pembagian itu nol. n a
(mod 9) jika dan hanya jika n dan a masing masing mempunyai sisa yang sama jika dibagi
9.Jadi,jika n a (mod 9) maka n terbagi oleh 9,apabila dan hanya apabila terbagi oleh
9.Padahal n kongruen modulo 9 dengan jumlah angka angkanya.
Jadi,suatu bilangan terbagi oleh 9 apabila dan hanya bila jumlah angka angkanya
terbagi oleh 9.
Contoh :
( i ) 7585 7 + 5 + 8 + 5 25 7(mod 9)
( ii ) 47623 4 + 7 + 6 + 2 + 3 22 4 (mod 9)
Karena 9 4 maka 9 47623
Suatu bilangan terbagi oleh 3 jika dan hanya jika jumlah angka angkanya terbagi oleh 3.
Contoh :

5134216 terbagi oleh 4,sebab 16 (2 angka terakhir) terbagi oleh 4.


Dengan cara yang mirip dengan keterbagian oleh 4,turunkanlah suatu aturan keterbagian
suatu bilangan pada 8.
Suatu bilangan terbagi oleh 8 apabila dan hanya bila bilangan yang dinyatakan oleh 3 angka
terakhir dari bilangan itu terbagi oleh 8.
Contoh :
17256 terbagi oleh 8,sebab 256 ( 3 angka terakhir ) terbagi oleh 8.
Berikut ini dipelajari keterbagian suatu bilangan oleh 11.
Jika n = ak, ak-1, ak -2, a1 a0 maka n terbagi oleh 11 bila dan hanya bila ( ( a0 + a2 + a4 + ...)
( a1 + a3 + a5 + ) ) terbagi oleh 11.
Perkongruenan linier
Kalimat terbuka yang menggunakan relasi kekongruenan disebut perkongruenan
Bentuk umum : ax b (mod m)
Dengan a 0 (mod m)
Contoh :
3x 4 (mod 5)
Jika x diganti dengan 3 maka :
3.3 = 4 (mod 5)
9

= 4 (mod 5)

yang menghasilkan pernyataan benar


ax b (mod m)
artinya ax b = km
atau ax = b + km
jadi perkongruenan linier ax b (mod m)
akan mempunyai solusi sehingga ada bilangan bulat x dan k yang memenuhi persamaan
ax b = km,misal r memenuhi perkongruenan linier ax b (mod m) artinya ar b (mod
m) maka setiap bilangan bulat ( r + m ),(r + 2m),(r + 3m),.,(r m) , (r - 2m) , (r 3m),
memenuhi perkongruenan sebab a ( r + km ) ar b (mod m)
untuk setiap bilangan bulat k diantara bilangan bulat (r + km) dengan k = 1,2,3,.. -1,-2,
-3,. Terdapat satu dan hanya satu misal 5,dengan 0 s m,sebab suatu bilangan bulat
harus terletak diantara dua kelipatan m yang berurutan jadi jika r memenuhi

perkongruenan ax b (mod m) dan k r (k +1) m untuk suatu bilangan bulat k,maka 0


( r km ) < m. S = r km untuk suatu bilangan bulat k.
contoh :
selesaikan 2x 8 (mod 12)
x 4 (mod 6)
x 4 = 6k
x = 6k + 4
Teorema 5.10
Jika (a,m) b maka perkongruenan linier ax b (mod m) tidak mempunyai solusi bukti
(dengan kontraposisi) ax b (mod m),akan mempunyai solusi jika (a,m) b
Akan ditanya : (a,m) b
Karena ax b (mod m) dengan r solusi
Maka : ar b (mod m)
ar b = mk
b = ar mk
missal (a,m) = d
maka d a dan d m
d a d ar
d m d mk
d ar mk
db
contoh :
6x 7 (mod 8)
(6,8) = 2
Dan 2 7 maka perkongruenan linier 6x 7 (mod 8)
Tidak mempunyai solusi
Teorema 5.11
Jika (a,m) = 1 maka perkongruenan linier ax b (mod m) mempunyai tepat satu solusi

Bukti :
Karena (a,m) = 1 ada bilangan bulat r dan s
Sehingga (ar + ms = 1)
(ar) b + (ms) b = b

ke 2 ruas kali dengan b

a (rb) + m (sb) = b
a (rb) b = -m (sb)
karena m a (rb) b
maka a (rb) b (mod m)
a (rb) b = m sb
memperlihatkan a (rb) b adalah kelipatan dari m a (rb) b (mod m) merupakan residu
terkecil dari rb (mod m) adalah solusi dari perkongruenan linier tersebut.
Contoh :
Selesaikan 4x 1 (mod 15)
4x 16 (mod 15) (4,15) = 1
x 4 (mod 15)
solusinya adalah 4
Teorema 5.12
Jika (a,m) = d dan d b maka perkongruenan linier ax b (mod m) mempunyai d solusi
Bukti :
(a,m) = d berarti ada a dan m
Sehingga a = da dan m = dm
d b berarti ada b
b = db
ax b (mod m)
= (da) x db (mod dm)
= ax b (mod m)
(a,m) = d
(a,m) = d
(da , dm) = d
(a , m) = 1

Sesuai teorema 5.11 ,jika (a , m) = 1 maka a x b (mod m) mempunyai satu solusi


,missal solusi itu r maka d buah bilangan yaitu : r ,r + m , r + 2m , ., r + (d 1)m.
Contoh :
Selesaikan 6x 15 (mod 33)
Jawab :
(a,m) = d
(6,33) = 3
6x 15 (mod 33)
2x 5 (mod 11)
2x 16 (mod 11)
x 8 (mod 11)
kesimpulan :
1. ax ay (mod m)
maka dapat diselesaikan dengan
x y (mod m)
2. ax ay (mod m) dengan
(a,m) = 1 maka dapat diselesaikan dengan x y (mod m)
3. ax b (mod m) dengan nilai a,b,m yang besar dapat dengan menyederhanakan
kongruensi yaitu dengan mengganti kongruensi semula dengan kongruensi lain, yang
mempunyai bilangan modulo lebih kecil jika a > m maka a dapat diperkecil dengan
mencari residu positif terkecil dari a mod m, jika a < m maka m dapat diperkecil
dengan mencari residu positif terkecil dari a mod m ,jika a < m maka m dapat
diperkecil dengan mencari residu positif terkecil dari m mod a ax b (mod m).
menjadi my -b (mod a)
Persamaan linier Diophantine ( diophantus)
Bentuk umum ax + by = c
Syarat :
1. persamaan linier diophantine ax + by = c tidak mempunyai solusi jika (a,b) c.
2. mempunyai solusi jika (a,b) c
contoh :
selesaikan persamaan Diophantine berikut
a. 2x + 5y = 11
Jawab :
2x + 5y = 11
5y = 11 (mod 2)

y = 1 (mod 2)
y = 1 + 2t
2x + 5y = 11
2x + 5 (1 + 2t) = 11
2x + 5 + 10t = 11
2x = 6 10t
x = 3 5t
Hp = { (x,y) x = 3 5t , y = 1 + 2t , t adalah bilangan bulat }
Teorema 5.13
Persamaan linier diophantus ax + by = c yang diperoleh dari ax + by = c dengan
a = a : (a,b)
b = b : (a,b)
c = c : (a,b)
mempunyai suatu solusi x = r dan y = s maka himpunan penyelesaian dari ax + by = c
adalah { (x,y) x = r dan untuk setiap r disistem perkongruenan linier
Definisi 5
Misalkan A = (aij) dan B = (bij)
Masing masing matriks berukuran n x k
yang elemen elemennya bilangan bulat.
Matriks A matriks B (mod m)
Atau A B (mod m)
Untuk setiap pasangan (i,j)
Teorema 5.13
Jika A = (aij) dan B = (bij) adalah matriks matrikas berukuran n x k dengan a b
(mod m), C = (cij) adalah matriks berukuran k x p dan d = (dij) adalah matriks
berukuran t x n maka
AB BC (mod m)
DA DB (mod m)

Contoh :
3x + 4y 5 (mod 13)
2x + 5y 7 (mod 13)
Dapat ditulis sebagai
3

x = 5

y = 7

Definisi 5

(mod 13)

Jika A adalah matriks matriks berukuran n x n yang elemen elemennya bilangan bulat
sedemikian hingga AA-1 = A-1 A = I dengan I adalah matriks identitas berukuran n,maka A-1
disebut invers dari A modulo m.
Contoh :
1

3 4

= 6

10 = 1 0

(mod 5)

2 4

= 10 6 = 0 1

(mod 5)

3 4

3 = 11 25 = 1 0 (mod 5)

1 2

4 = 25

11 = 0 1 (mod 5)

4 adalah invers dari 1

1 2

3
4

KONGRUENSI LINIER SIMULTAN


Definisi
Suatu sistem yang terdiri dari beberapa kongruensi linier satu variable dan dengan nilai
modulo yang berbeda untuk mencari suatu selesaian dari beberapa kongruensi yang
memenuhi masing masing kongruensi pembentuknya.
Bentuk umum

x a1 (mod n1)
x a2 (mod n2)
x an (mod n)
syarat kongruensi mempunyai solusi
d a2 a1 , d = (n1,n2)
Bukti :
Missal
x a1 (mod n1)
x a2 (mod n2)
mempunyai solusi x0
x0 a1 (mod n1)
x0 a2 (mod n2)
d = (n1,n2)
n1 xo a1
n2 xo a2
d xo a1
d xo a2
= d xo a1 (xo a2)
= d a1 a2
d a2 a1
d xo a1 (xo a2)
sehingga
d a2 a1
d xo a1 (xo a2)
sehingga
d xo a2
d xo a1
n2 xo a2
n1 xo a1
d (n1,n2)

xo a2 (mod n2)
xo a1 (mod n1)
mempunyai solusi xo
x a2 (mod n2)
x a1 (mod n1)
contoh :
x 3 (mod 8)
x 7 (mod 10)
syarat :
d a2 a1, d (n1,n2)
d(8,10) = 2
=273
= 2 4 maka persamaan tersebut mempunyai solusi
2 . x 3 (mod 8)
x 6 (mod 10)
d (n1,n2) d (8,10) = 2
d 6 3 2 3 maka persamaan tersebut tidak mempunyai solusi.
3 . selesaikan persamaan kongruensi berikut :
x 1 (mod 3)
x 2 (mod 4)
d = (n1,n2)
d = (3,4)
d a2 a1 jadi mempunyai solusi
x 1 (mod 3) x 4
x 2 (mod 4) x 3
4x 4 (mod 12)
3x 6 (mod 12)
7x 10 (mod 12)
7x 10 (mod 12)
7x 70 (mod 12)
x 10 (mod 12)

x 1 (mod 3) 10 1(mod 3)
x 2 (mod 4) 10 2(mod 4)
Soal latihan !
1. Tentukan x yang memenuhi 4x 8 (mod 10)
Jawab :
4x 8 (mod 12),karena (4,12) = 4 , maka :
x 2 (mod 3)
atau
x = 3k + 2 ,untuk setiap bilangan bulat k.Jadi nilai nilai x adalah { 3k + 2 }.atau dapat
dikatakan bahwa himpunan penyelesaian dari perkongruenan itu adalah {3k + 2 k
bilangan bulat}.
2. Periksalah kebenaran penjumlahan berikut ini dengan koreksi 9 !
135 + 532 + 347 = 321
Jawab :
135 1 + 3 + 5 (mod 9)
9 (mod 9)
0 (mod 9)
532 5 + 3 + 2 (mod 9)
10 (mod 9 )
1 (mod 9)
347 3 + 4 + 7 (mod 9)
14 (mod 9)
5 (mod 9)
Jadi, 135 + 532 + 347 5 + 1 (mod 9)
6 (mod 9)
Sedangkan 321 3 + 2 + 1 (mod 9) 6 (mod 9)
Dari kekongruenan (i) dan (ii) berarti : 135 + 532 + 347 = 321 (benar).
PERKONGRUENAN LINEAR
A. Perkongruenan Linear
Perkongruenan Linear merupakan :
1

Kalimat terbuka yang menggunakan relasi kekongruenan

Pangkat tertinggi satu

Bentuk Umum :

ax b mod m

Contoh :
1.

3 x 4(mod 5) , merupakan perkongruenan linear

2.

x 5 x +7 5(mod 7) ), bukan merupakan pengkoreanan linear.

Untuk perkongruenan linear 3 x 4(mod 5) ,


Jika

x=3 maka :

3.3 4 (mod 5)
9 4( mod5) ,

merupakan suatu kalimat pengkongruenan linear yang benar.


Jika

x=7 maka :

3.(7) 4 (mod 5)
(21) 4(mod 5) ,

merupakan suatu kalimat pengkongruenan linear yang benar.


Dan untuk nilai nilai
4

x yang lainnya, seperti : ... ,12,7,2,3, 8,. ..

Karena ax b mod m , berarti ax b=mk , untuk k Z

atau ax=b +mk

Jadi perkongruenan linier

ax b(mod m) akan mempunyai solusi atau penyelesaian

jika dan hanya jika ada

dan

anggota

yang memenuhi persamaan

ax b=k .
Misalkan

memenuhi perkongruenan linier

ax b(mod m) ,berarti

ar

memenuhi perkongruenan linier ar b ( mod m) , maka setiap bilangan bulat :

( ( r +m ) , ( r+ 2m ) , ( r+ 3 m) , ... , ( r m) , ( r 2 m ) , ... ) , memenuhi

perkongruenan

itu

sebab :
a( r+ mk) ar b (mod m) untuk k Z .

Diantara bilangan-bilangan bulat

(r +mk ) dengan

,ada tepat satu dan hanya satu katakan

dengan

k =0,1, 2, 3,... ,1,2,3,


0 s< m

bulat meski terletak diantara dua kelipatan m yang berurutan.

sebab suatu bilangan

Jadi jika

r memenuhi perkongruenan ax b(mod m)

untuk suatu bilangan bulat

0 (r km)<m

maka

km r <(k +1)m

dan

s=r km

, jadi

untuk

suatu bilangan bulat k .


Ini berarti s

merupakan solusi ( penyelesaian ) dari perkongruenan

ax b(mod m).
Contoh :
Misalkan 2 x 4(mod 2)
x

Nilai-nilai

yang memenuhi perkongruenan

... ,19,12,5,2, 9, 16,...

2 x 4(mod 2)

dengan solusi perkongruenan adalah

ini adalah

2 . Yaitu residu

terkecil modulo 7 yang memenuhi perkongruenan linier 2 x 4(mod 2) .


Pada persamaan

ax=b denga n a 0

hanya mempunyai satu solusi, banyak solusi,

bahkan ada yang tidak mempunyai solusi.


Contoh :
1

2 x 1(mod 4)

Jika

2 x 1(mod 4) maka

ada

suatu

bilangan

bulat

4 (2 x 1)
x

tidak mempunyai solusi karena tidak

yang

memenuhi

4 (2 x 1) berarti

4 (2 x 1)
2

3 x 5 (mod 11)

Jika 3 x 5 (mod 11) maka


yaitu 9

2 x 4(mod 6)

11 (3 x 5)

hanya mempunyai tepat satu solusi

2 x 4(mod 6)

Jika

maka

6 (2 x 4)

mempunyai beberapa solusi yaitu

yaitu 2 dan5

TEOREMA 5. 10
(a , m) b

Jika

maka perkongruenan linier

ax b( mod m)

tidak mempunyai

solusi.
BUKTI : (Pembuktian dengan kontraposisi)
Ambil a , b , m Z

dengan m>0 dan ax b(mod m) mempunyai solusi

Akan ditunjukkan : (a , m) b
Karena ax b( mod m)
ar b (mod m)

mempunyai solusi misalkan r

maka

atau

ar b=mk

untuk suatu bilangan bulat k

b=ar mk

Misalkan (a , m)=d

maka d a dan d m

Karena d a maka menurut teorema 2.2 maka d ar


Karena d m maka menurut teorema 2.2 maka d mk
Karena d ar dan d mk

untuk suatu r Z
untuk suatu k Z

maka menurut teorema 2.3.3

d ar mk atau d b
Karena kontraposisi di atas benar maka teorema di atas juga benar.
Contoh :
6 x 7(mod 8) karena (6,8)=2 dan 2 7

maka 6 x 7(mod 8) tidak

mempunyai solusi .
TEOREMA 5.11
Jika ( a , m )=1 maka perkongruenan linier memiliki tepat satu solusi :

ax b(mod m)

Bukti :
Ambil a , m Z

dengan m>0 dan(a ,m)=1

Akan ditunjukkan : ax b(mod m) memiliki tepat satu solusi


Akan ditunjukkan ax b(mod m) Mempunyai solusi
Karena (a , m)=1 maka menurut teorema 2.10 ada bilangan bulat r
s

dan

sehingga;
ar +ms=1

Jika kedua ruas dikalikan dengan b maka

(ar )b+( ms)b=b

a( rb) b=m(sb)
karena m a(rb ) b maka dapat ditulis
a( rb) b(mod m)
Maka residu terkecil dari

rb

modulo

adalah solusi dari perkongruenan

itu.
Akan ditunjukkan ax b(mod m) mempunyai tepat satu solusi (kontradiksi)
Misalkan solusi perkongruenan itu tidak tunggal, misalkan r

dan s

masing-

masing solusi dari ax b(mod m) maka ;


ar b (mod m)

dan as b(mod m) atau

ar as (mod m)

karena (a , m)=1 maka menurut teorema 5.6 maka r s(mod m)


berarti m r s

.... *)

Tetapi karena r

dan s

adalah solusi dari perkongruenan itu maka r

masing-masing residu terkecil modulo m sehingga


0 r< m

dan

dan

0 s< m

atau

m<r s< m

... **)

Dari *) dan **) yaitu m r s dan -m < r s < m maka menurut teorema
r s=0

2.5 haruslah

atau r=s

Ini berarti bahwa solusi dari perkongruenan linier tunggal untuk

(a , m)=1.

Contoh :
1)

4 x 1(mod 15)

4 x 16 (mod 15)
x 4 (mod 15)
x=4 +15 k

untuk suatu k =0, 1, 2, 3,...

Residu terkecil dari 4x 1 ( mod 15 ) adalah 4.


2)

14 x 27(mod 31)

14 x 58(mod 31)
7 x 29(mod 31)

7 x 91(mod 31)
x 13 (mod 31)

x=13+31 k

untuk suatu k =0, 1, 2, 3,...

Residu terkecil dari 14 x 27(mod 31) adalah 13 .

Jika

(a , m)=1

berdasarkan

teorema

5.11

maka

perkongruenan

ax 1(mod m) juga mempunyai tepat satu solusi. Solusi itu disebut invers
1
dari a modulo m yang disebut a .

a1 (mod m) dapat ditulis dengan ax 1(mod m)


Contoh :

1) Tentukan 2 (mod 13)


Jawab :
2 x 1(mod 13)
2 x 14 ( mod 13 )
x 7 (mod 13)
x=7+13 k

untuk k =0, 1, 2, 3,...

Residu terkecil dari 2 x 1(mod 13) adalah 7 .

TEOREMA 5.12
Jika

(a , m)=d

tepat d

dan

d b

ax b( mod m) memiliki

maka perkongruenan linier

solusi.

Bukti :
Ambil a , b , d ,m Z

dengan m>0 dan (a , m)=d dan d b .

Akan ditunjukkan : ax b(mod m) memiliki tepat d


Akan ditunjukkan d
Ambil a , b , d ,m Z

solusi

buah solusi.
dengan m>0 dan (a , m)=d dan d b

Akan ditujukkan : ax b(mod m) memiliki tepat d


Karena (a , m)=d

solusi

berarti akan ada bilangan (a , m )=1 sehingga berlaku

a=d a dan m=d m Karena d b

Perhatikan bahwa :
ax b(mod m)

( da x db (mod m d)

maka ada b sehingga b=b d

Karena (a , m)=d

dan

(a , m )=1 maka

(da ) x db ( mod dm )

jika kedua ruas dibagi dengan d maka a x db (mod dm ) .


Karena

(a , m )=1

a x=b (mod m)

maka

misalkan solusi itu adalah r . Maka d

akan memiliki satu solusi,

buah bilangan yaitu :

r , r+ m ,r +2 m , ..., r +(d 1)m atau


r +km

untuk k =0,1, 2, ...,( d 1) memenuhi perkongruenan

ax b(mod m) akan berlaku : ax=a(r +km)=da (r +km )


da r + da km

Karena

a r b (mad m)

dan m d=m maka

ax a rd +a km d (mod m)

ax b d + a km d (mod m)
ax b d (mod m)

ax b(mod m)
Jadi r +km

untuk k =0,1, 2, ...,( d 1) memenuhi perkongruenan

ax b( mod m).
Setiap

r +km

dengan k =0,1, 2, ...,( d 1) memenuhi

ax b(mod m) akan berlaku :

ax=a(r +km)=da (r +km )


da r + da km

Karena a r b (mod m) dan m=m maka


ax a rd +a km d (mod m)

b d+ a km d (mod m)

perkongruenan

mod m
b d )
ax b(mod m)

Jadi

r +km untuk k = 0,

1,

2, ....... ,(d 1) memenuhi perkongruenan

ax b(mod m)
Setiap r + km dengan k = 0, 1, 2, 3,..., (d 1) adalah residu terkecil dari modulo
m.
Karena r adalah solusi dari ax b ( mod m) berarti r 0 sehingga

0r+

km.
Perhatikan bahwa :
r +km r +(d 1)m ; untuk setiap k =0,1, 2, ........,(d 1)
r +( d 1)m <m +( d 1)m

r +(d1)m < m+ dm m
r +(d 1)m <dm

r +(d 1)m <m


ini berarti 0 r+ km <m
hal ini menunjukkan bahwa

(r +km ) untuk

residu residu terkecil modulo

k =0,1, 2, ......,( d 1)

m atau mempunyai

adalah

d buah solusi yang

berbeda.
Artinya tidak ada bilangan dari

(r +km )

untuk

k =0,1, 2, ......,( d 1)

yang

kongruen modulo m sebab (r +km ) untuk k =0,1, 2,. ......,( d1) adalah
residu residu terkecil modulo m yang berbeda.
Tidak ada solusi lain kecuali d buah solusi itu.

Karena r

adalah solusi dari perkongruenan linear

ax b( mod m) , misalkan

ada solusi lain yaitu s , berarti ;


as b(mod m) dan

ar b (mod m) . sehingga

as ar (mod m)
Karena (a , m)=d dan as ar (mod m) maka diperoleh
s r (mod m/d )
s r (mod m)

Ini berarti

s r=tm

atau

s=r + tm

Karena s residu terkecil modulo

untuk suatu bilangan bulat

t .

m , sedangkan semua residu terkecil

modulo m berbentuk (r +km ) dengan k =0,1, 2,. .......,(d 1) .


Maka

s=r + tm

adalah salah satu solusi di antara

(r +km ) . Jadi tidak ada

solusi lain kecuali d buah solusi yaitu (r +km ) dengan


Contoh :
1) Selesaikanlah

6 x 15(mod 33)

Jawab :
6 x 15(mod 33)

karena (6 , 33)=3 maka

2 x 5(mod 11)

karena (2 ,11)=1 maka

2 x 16( mod 11)


x 8(mod 11)

ini berarti

x=8+11 k , untuk setiap k Z

untuk k =0 maka x=8


untuk k =1 maka

x=19

k =0,1, 2, ...,( d 1)

untuk k =2 maka

x=30

Jadi 6 x 15(mod 33) mempunyai 3 buah solusi yang berbeda yaitu 8, 19,
dan 30.
B. Persamaan Linear DIOPHANTUS
Bentuk umum persamaan linear Diophantus adalah
ax +by=c dengan a , b 0 dan a , b , c , x , y Z
Dari persamaan ax +by=c dapat dibentuk
ax c (mod b) atau by c (mod a)
Untuk menyelesaikan persamaan linear Diophantus kita dapat menyelesaikan salah satu
perkongruenan linear tersebut.
Contoh :
1) Tentukan himpunan penyelesaian dari 9 x+ 16 y=35

Jawab :
16 y 35(mod 9)

karena (16 , 9)=1 maka

16 y 44 (mod 9)
4 y 11(mod 9)

karena (4 , 9)=1 maka

4 y 20(mod 9)
y 5(mod 9)

ini berarti

y=5+ 9t

Subsitusikan

untuk setiap t Z

y=5+ 9t

ke persamaan 9 x+ 16=35

9 x+ 16(5+9 t)=35
9 x+ 80+144 t =35
x=5 16 t

untuk setiap t Z

Jadi himpunan penyelesaian dari 9 x+ 16 y=35 adalah

{ ( x , y ) x=516 t dan y=5+ 9t ,untuk setiap t Z }

TEOREMA 5.13
Persamaan linear diophantus a x +b y =c yang diperoleh dari ax +by=c
dengan a =a :(a , b), b =b :(a , b) , c =c :(a , b)
mempunyai suatu penyelesaian (solusi)

x=r dan y=s , maka himpunan semua

penyelesaian dari ax +by=c adalah

TEOREMA WILSON
Teorema Wilson adalah salah satu teorema yang menggambarkan sifat dari bilangan
prima. Menurut teorema wilson, adalah bilangan prima jika membagi
Begitu pula sebaliknya suatu bilngan

yang membagi

maka bilangan

tersebut adalah prima. Secara formal teorema wilson ditulis sebagai berikut
Teorema

wilson:

Bilangan

bulat

adalah

prima

jika

hanya

jika

Bukti: Karena teorema ini berbentuk bi-implikasi, kita harus membuktikannya secara
dua arah
Diberikan

bilangan

prima

bilangan

maka

dapat

dibentuk

himpunan

yang merupakan grup atas perkalian modulo . Karena

grup maka setiap elemen


hingga

mempunyai elemen invers

. Jika

sedemikian

maka
.
atau

Diperoleh nilai

atau

. Dengan kata laian hanya 1 dan

yang

merupakan invers terhadap dirinya sendiri sedangkan elemen lainnya pada


mempunyai invers yang berbeda. Itu berati setiap elemen di
dengan

KECUALI untuk 1 dan

berbentuk pasangan

. Jika semua elemen

dikalikan, diperoleh

Dengan kata lain hasil dari

pada

adalah

dengan

Dapat disimpulkan
Diketahui

andaikan

mempunyai faktor prima


dan juga membagi

dengan

komposite tidak prima maka


. Itu berarti

membagi

, Jelas itu suatu mustahil. Dengan kata lain


adalah hal yang mustahil jika tidak prima.

Teorema 6.1:
Jika(a,m)=1 makaresidu-residuterkecilmodulo m daribarisan: a, 2a,3a, ,(m-1)a
adalahsuatupermutasidari1, 2, 3, , (m-1).
Bukti :
Perhatikan barisan bilangan: a, 2a, 3a, , (m-1)a ..(1) bilangan-bilangan pada
barisan ini tidak ada satupun yang kongruen modulo m dengan 0. Selanjutnya kita
harus membuktikan bahwa bilangan-bilangan suku-suku pada barisan (1) masing-maing
kongruen modulo m dengan tepat satu dari 1, 2, 3, , (m-1). Andaikan ada dua suku dari

barisan (1) yang kongruen modulo m ,misalnya : rasa (mod m) dengan 1 r < s < m
.karena (a,m) = 1 maka kita dapat melenyapkan a dari kekongruenan itu, sehingga
diperoleh r s (mod m) tetapi karena r a dan s a adalah suku-suku dari barisan (1) maka r
dan s adalah residu residu terkecil modulo m, sehingga r = s.
Hal ini bertentangan (kontradiksi) dengan pengandaian bahwa 1 r<s<m,

maka

pengandaian tersebut tidak benar. Jadi tidak ada dua suku dari barisan (1) yang kongruen
modulo m. ini berarti bahwa suku-suku dalam barisan (1) masing-masing kongruen modulo m
dengan tepat satu dari 1, 2, 3, .., (m-1), terbukti. Perhatikan barisan bilangan:
4,8,12,16,20,24. Residu-residu terkecil mod 7 dari masing-masing suku dari barisan ini
adalah: 4 4 (mod7) 8 1 (mod7) 12 5 (mod7) 16 2 (mod7) 20 6 (mod7) 24 3

(mod7) Tampak pada enam kekongruenan tersebut bahwa residu-residu terkecil modulo
7 darI suku-suku pada barisan: 4,8,12,16,20,24 adalah suatu permutasi dari 1,2,3,4,5,6.

TEOREMA FERMAT
Jika p adalah bilangan prima dan a adalah bilangan bulat yang tidak habis dibagi
dengan p, yaitu PBB(a, p) = 1, maka ap1 1 (mod p)
Contoh .
Kita akan menguji apakah 17 dan 21 bilangan prima atau bukan.
Kita mengambil nilai a = 2 karena PBB(17, 2) = 1 dan PBB(21, 2) = 1. Untuk 17
2171 = 65536 1 (mod 17)

karena 17 tidak membagi 65536 1 = 65535 (65535:17 = 3855).


Untuk 21,
2211 =1048576 \ 1 (mod 21)
karena 21 tidak habis membagi 1048576 1 = 1048575.
- Kelemahan Teorema Fermat: terdapat bilangan komposit n sedemikian
sehingga 2n1 1 (mod n). Bilangan bulat seperti itu disebut bilangan
prima semu (pseudoprimes).
Perhatikan barisan bilangan : 4,8,12,16,20,24.
Bilangan-bilangan dalam barisan ini kongruen modulo 7 berturut-turut dengan
4,1,5,2,6,3.
Tampak pada barisan bilangan terakhir ini, suku-sukunya adalah bilangan-bilangan asli
kurang dari 7, yaitu unsur-unsur dari himpunan residu terkecil modulo 7.
Coba, tentukan residu-residu terkecil modulo 8 dari bilangan-bilangan dalam barisan :
3,6,9,12,15,18,21.
residu-residu terkecil modulo 8 dari bilangan-bilangan dalam barisan itu berturut-turut
adalah 3,6,1,4,7,2,5.
Tampak pula bahwa residu-residu terkecil dari bilangan-bilangan dalam barisan tadi
adalah semua bilangan asli kurang dari 8.
Residu-residu

terkecil

mod

dari

bilangan-bilangan

dalam

barisan

3,6,9,12,15,18,21,24.
Berturut-turut adalah
3,6,0,3,6,0,3,6
Tampak disni bahwa residu-residu terkecilnya ternyata tidak memuat semua bilangan
asli yang kurang dari 9.
Contoh-contoh tersebut merupakan suatu ilustrasi dari teorema berikut ini :
Teorema 6.1:
Jika (a, m)= 1, maka residu-residu terkecil modulo m dari barisan a, 2a, 3a,....(m-1)a
adalah suatu permutasi dari 1,2,3,...(m-1).
Dengan perkataan lain, Teorema 6.1 dapat dikatakan bahwa jika (a, m)=1, maka setiap
bilangan bulat kongruen modulo m dengan tepat satu dari 0, a, 2a, 3a,....(m-1)a.

Ingat bahwa setiap bilangan bulat akan kongruen modulo m dengan tepat satu dari o, 1,
2, 3, 4,....(m-1).
Bukti:
Perhatikan barisan bilangan : a, 2a, 3a,....(m-1)a,....(1)
Bilangan-bilangan pada barisan ini tidak ada satupun yang kongruen modulo m dengan
0 (nol). Mengapa? Selanjutnya, kita harus membuktikan bahwa bilangan-b ilangan
(suku-suku) dalam barisan (1) masing-masing kongruen modulo m dengan tepat satu
dari 1,2,3,...,(m-1).
Andaikan ada dua suku dari barisan (1) yang kongruen modulo m,
misalnya:
Rasa(mod m)dengan 1 r < s < m
Karena (a ,m ) = 1, maka kita dapat melenyap kan a dari kengkorueanan itu , sehingga
diperoleh
r s (mod m).
Tetapi, karena ra dan sa adalah suku-suku dari barisan (1), maka r dan s adalah residuresidu terkecil modulo m, sehingga r = s. Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa
1 r < s < m, maka pengandaian tersebut tidak benar
Jika tidak ada dua suku dari barisan (1) yang kongruen modulo m,
Ini berarti bahwa suku-suku dalam barisan (1) masing-masing Kongruen modulo m
dengan tepat satu dari 1,2,3. . . (m-1).
Perhatikan barisan bilangan : 4,8,12,16,20,24.
Residu-residu terkecil mod 7 dari masing-masing suku dari barisan ini adalah :
4 4 (mod 7)
8 1 (mod 7)
12 5 (mod 7)
16 2 (mod 7)
20 6 (mod 7)
24 3 (mod 7)
Tampak pada enam kekongruenan tersebut bahwa residu-residu terkeci modulo 7 dari
suku-suku pada barisan : 1,2,3,4,5,6.
Jika semua bilangan pada ruas kiri dari 6 kekongruenan imi di kalikan, maka hasil nya
akan kongruen mod 7 dengan hasil kali semua bilangan pada ruas kanan nya,yaitu:

4.8.12.16.20.24 4.1.5.2.6.3 (mod 7)


(1.2.3.4.5.6) 1. 2. 3. 4. 5. 6. (mod 7)
.6! 6! (mod 7)
1 (mod 7)
Teorema 6.2 :
Jika p suatu bilangan prima dan (a,p) = 1, maka

1 (mod p)

Bukti:
Ambil sembarang bilangan prima p dan bilangan bulat a sedemikian (a, p) =1, maka
menurut teorema 6.1. residu-residu terkecil mod p dari a,2a,3a, ......, (p-1)a adalah suatu
permulasi dari 1, 2, 3, ...... (p-1) sehingga hasil kalinya akan kongruen mod p juga
yaitu :
a, 2a, 3a, .. .(p-1)a 1.2.3.... (p-1) (mod p)
(1.2.3....(p-1) ) (p-1)! (mod p)
(p-1)! (p-1)! (mod p)
Karena p dan (p-1)! Saling prima (mengapa.?), maka kita dapat melenyapkan (P-1)!
Dari kekongruenan terakhir ini , sehingga diperoleh

1 (mod p)

Teorema tersebut dapat dinyatakan lebih umum dengan meniadakan ketentuan (a,p) =1
sebagai berikut :
Teorema 6.3:
Jika p adalah suatu bilang prima maka = a (mod p),untuk setiap bilangan bulat a.
Bukti :
Ambil sembarang bilangan prima p dan sembarang bilangan bulat a, maka (a,p) = 1,
atau
(a, p) =p, apakah ada kemungkinan lain antara FPB dari a dan p? Jika (a p) = 1, maka
menurut Teorema 6.2 diperoleh bahwa

1(mod p).

Jika (a, p) = p, maka pa, sehingga a 0 (mod p) dan


Jadi

a (mod p) pula.

a (mod p).

Bukti lain dari teorema 6.3 dengan menggunakan induksi matematik pada a.
Jika a = 1, maka pernyataan

1 (mod p) jelas benar. Demikian pula, jika diambil a = 0.

Selajutnya di asumsikan

a (mod p) benar untuk suatu bilangan bulat positif a, dan

harus ditunjukkan benar untuk (a+1). Yaitu

a + 1 (mod p) hal ini ditunjukkan sebagai

berikut:
Menurut teorema binomial, maka :
= + + +... +...+ a+1
Ingat bahwa = , karena p suatu bilangan prima, maka
p 0 (mod p) untuk 1kp-1.
Jadi kita memperoleh bahwa :
= +0 + 0...+0+1(mod p)
= +1 (mod p)
Karena

a(mod p) maka a+1 (mod p).

Dengan induksi matematik pada a kita telah membuktikan bahwa

a (mod p) untuk

setiap bilangan asli a. Selanjutnya jika a bilangan bulat negatif, bukan lagi menjadi
persoalan, sebab untuk setiap bilangan bulat negatif a berlaku bahwa a r (mod p)
dengan 0 r < p-1. Jadi

r a (mod p).

Teorema fermat mempunyai banyak kegunaan, khususnya dalam mengembangkan teori


bilangan
.Teorema 6.4:
Jika p dan q adalah bilanga-bilangan prima yang berlainan sedemikian hingga (mod q)
dan

a (mod p).

Bukti :
Menurut Teorema 6.3, karena p suatu bilangan prima maka (

( mod p). Selanjutnya,

karena diketahui bahwa maka kekongruenan tersebut menjadi ini brarti bahwa
p ..............(1)
Menurut Teorema 6.3 lagi. Karena q suatu bilangan prima maka ( ) (mod q).
Selanjutnya, karena diketahui bahwa ap

a (mod q).maka kekongruenan tersebut

menjadi apq a(mod q).ini beari bahwa q (apq a).........................(2)


Dari (1) dan (2) disimpulkan bahwa pq (apq-a)dan dapatdinyatakan sebagai apq a
(mod pq).
Contoh:

Tunjukan bahwa 2340 1(mod 341)


Jawaban :
341 =11.3
210 =1024 =31.33+1,
sehingga
210 1 (mod 31)
211 2 (mod 31)
210 =1024 =31.33 + 1,
Sehingga,
210 1 (mod 11),jika kedua ruas dipangkatkan 3,
maka:
(210)3 13 (mod 11)
230 1 (mod 11)
231 2 (mod 11)
Menurut teorema 6.4 ,dari 211 2 (mod 31) dan 231 2 (mod 11), maka 211.31 2(mod 11)
dan karena 211.31 2 (mod 31) maka 211. 31 (mod 11.31) yaitu:
234 2 (mod 341)
Jika kedua ruas dibagi dua,maka diperoleh 2340 1(mod 341) dan tidak dapat disimpulkan
bahwa 341 suatu bilangan prima.

ALGORITMA EUCLID
Sekarang akan diperiksa suatu prosedur yang menghindari pemfaktoran dua bilangan
bulat positif untuk memperoleh faktor persekutuan terbesar. Ini dinamakan Algoritma
Euclid dan digambarkan seperti berikut ini. Diambil a, b adalah bilangan-bilangan bulat tak nol. Setelah Algoritma Pembagian diaplikasikan secara berulang-ulang, diper-

oleh barisan kesamaan, dengan

r 0=a

dan

r 1=b

r 0=q1 r 1+ r 2 ; 0< r 2< r 1 ;


r 1=q 2 r 2+r 3 ; 0< r 3< r 2 ;
r 2=q 3 r 3+ r 4 ; 0<r 4 <r 3 ;
...
...
r n3=q n2 r n2+r n1 ; 0<r n1< r n2 ;
r n2=q n1 r n1+r n ; 0<r n <r n1 ;
r n1=q n r n :

Dicatat bahwa:
n

0 r n 1< r 3 <r 2 <b ;


karena itu pada akhirnya dicapai

r n +1

yang sama dengan nol. Selain itu, diperhatikan

bahwa barisan kesamaan memperbolehkan setiap


suku-suku dari

r k 2

dan

r k 1

r k , k=2 ; :::; n

dinyatakan dalam

. Sebagai contoh, dipunyai

r n1=r n2q n1 r n1 :
Digunakan pernyataan tersebut secara berulang, maka dapat dituliskan
r n=u r 0 + v r 1=ua+ vb:
Jadi

rn

dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi linier dari a dan b. Berdasarkan

Teorema Bachet-Bezout, disimpulkan bahwa

rn

adalah FPB dari a dan b. Jadi, suku

sisa tak nol terakhir rn yang dihasilkan oleh algoritma Euclid adalah (a; b).
Selanjutnya, FPB dari dua bilangan bulat boleh dinyatakan sebagai suatu kombinasi
linier dari dua bilangan bulat tersebut dengan menggunakan metode substitusi balik.
Contoh 6.1

Tentukan (84; 60), dan selanjutnya nyatakan sebagai suatu kombinasi linier dari kedua
bilangan bulat tersebut.
Penyelesaian:
Diambil a=84 dan b=60 , maka
84=1.60+ 24 ; 24=84+(1). 60 ;
60=2.24+ 12; 12=60+(2). 24 ;

24=1.12 ; 12=(84 ; 60)

Selanjutnya dikerjakan secara mundur untuk mendapatkan


12=60+(2) . 24

60+(2).( 84+60 .(1))


(2). 84+ 3. 60.

Jadi,
(84 ; 60)=12=(2). 84+ 3. 60.

Contoh 6.2
Tentukan (190;- 72), dan selanjutnya nyatakan sebagai suatu kombinasi linier dari kedua
bilangan bulat tersebut.
Penyelesaian:
Diambil a=190 dan b=72 , maka
190=(2).(72)+ 46 ; 46=190+2 .(72);
72=(2 ) .46+20 ; 20=72+2 . 46 ;
46=2 .20+ 6 ; 6=46+(2)20 ;
20=3 . 6+2 ; 2=20+(3). 6 ;

6=3 .2 ; 2=(190 ;72)

Selanjutnya dikerjakan secara mundur untuk mendapatkan :


2=20+(3)6
20+(3).(46+(2). 20)
(3). 46 +7 .20

(3). 4 +7.(72+2. 46)


7 .(72)+11 . 46

7 .(72)+11 .(190+2 .(72))


11 .190+ 29. (72 )
Jadi, (190;-72) = 2 = 11 . 190 + 29 . (-72). _
Ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan kenyataan bahwa (190;-72) = (190; 72)
dan dikerjakan seperti berikut ini.:
Contoh 6.3
Tentukan (190; 72), dan selanjutnya nyatakan sebagai suatu kombinasi linier dari kedua
bilangan bulat tersebut.
Penyelesaian:
Diambil a=190 dan b=72 , maka
190=2 . 72+ 46 ; 46=190+(2).72;

72=1 . 46+26 ; 26=72+(1). 46 ;


46=1 .26+ 20 ; 20=46+(1). 26 ;

26=1. 20+6 ; 6=26+(1).20


20=3 . 6+2 ; 2=20+(3). 6 ;

6=3 .2 ; 2=(190 ;72)

Selanjutnya dikerjakan secara mundur untuk mendapatkan

2=20+(3).6

20+(3).(26+(1) .20)
(3). 26+ 4 . 20

(3). 26+ 4 .(46+(1). 26)


4 . 46+(7).26

4 .46+(7).(72+(1) . 46)
(7).72+11 . 46

(7) .72+11 .(190+(2).72)


11 .190+29 .(72)

Jadi, (190; 72) = 2 = 11 .190 + 29 . (-72). _


Dicatat bahwa jika (a ; b)=ua+ vb , maka nilai-nilai u ; v

tidak tunggal. Sebagai contoh,

83 .190 + 219 .(-72) = 2


Secara umum, bilangan-bilangan u ; v

dapat dimodi.kasi menjadi u+tb dan v ta

karena
(u+tb )a+( vta)b=(ua+ vb)+(tbatab)=ua+ vb :

Jadi, pendekatan-pendekatan berbeda untuk menentukan kombinasi linier dari (a ; b)


dapat menghasilkan jawaban-jawaban berbeda.Suatu persamaan yang meminta penyelesaianpenyelesaian bilangan bulat dinamakan persamaan diophantine. Berdasarkan Teorema
Bachet-Bezout, diperhatikan bahwa persamaan diophantine linier
ax +by=c

(6.1)

mempunyai suatu penyelesaian bilangan bulat jika dan hanya jika (a ; b)c . Algoritma
Euclid merupakan suatu cara yang e.sien untuk mencari suatu penyelesaian bagi persamaan
(6.1). Sebagai contoh, dari masalah sebelumnya, penyelesaian bilangan bulat

untuk persamaan diophantine


190 x+72 y=2

adalah x=11, y=29.

Contoh 6.4
Tunjukkan bahwa persamaan diophantine
penyelesaian bulat. Cari penyelesaian

206 x+ 446 y=40

(x ; y )

mempunyai penyelesaian-

sedemikian sehingga

x+ y

mengambil

nilai positif terkecil.


Penyelesaian:
Diaplikasikan Algoritma Euclid:
446=2.206+34 206 6.34+2 34=2.17
Karena (206 ; 446)=2 dan 240 , maka terdapat penyelesaian-penyelesaian bilangan
bulat.
Selanjutnya disubstitusi balik untuk memperoleh
2=2066 .34=2066 .(446 2.206)=13.2066. 446

Sekarang, karena 40=20 .2 , maka dapat dituliskan


40=20 . ( 13 .2066 .446 )=260 . 206120 . 446

Jadi, penyelesaiannya adalah


x=260

x=260 dan

446
t=260223 t ;
2

y=120+

206
t=120+103 t ;
2

y=120 . Penyelesaian umumnya adalah

untuk suatu t Z . Karena itu,

x+ y=140120 t , dan t Z , sehingga

x+ y

bernilai

positif terkecil untuk t=1 , bernilai negatif untuk t 2 , dan x+ y> 140 untuk t 0.
Jadi, penyelesaian yang diminta yaitu

x=37

dan

y=17

Contoh 6.5
Cari semua penyelesaian bulat

x dimana 0 x <9

dari kongruensi linear

6 x=15(mod 9) , atau, jika tidak ada penyelesaian, berikan alasan kenapa tidak

ada penyelesaian.
Penyelesaian:
Kita harus menyelesaikan persamaan diophantine 6 x+ 9 y=15 atau ekivalen dengan
2 x +3 y=5. Karena 2 .(1)+3 .(1)=1 , maka 2 .(5)+3(5)=5 . Oleh karena itu,
suatu penyelesaiannya adalah

x=5 . Karena (6 ; 9)=3, semua penyelesaiannya

mempunyai bentuk
9
x=5 t=53 t
3
untuk suatu t Z . Terdapat tiga penyelesaian mod 9, yaitu
53(2)=1,53(3)=4 , dan 53(4 )=7.

Contoh 6.6
Vian ingin membeli beberapa prangko klas kedua dengan harga $ 20 per prangko, dan
beberapa prangko klas pertama dengan harga $ 26 per prangko. Uang yang saya miliki
264. Berapa banyak prangko yang dapat dibeli oleh Vian?
Penyelesaian:
Dimisalkan

adalah banyaknya prangko klas kedua, dan

banyaknya prangko klas pertama. Selanjutnya

adalah

x , y Z , dengan 20 x+26 y =264 , dan

x , y 0.

Sekarang dicari suatu penyelesaian bilangan bulat dari persamaan (menggunakan Algoritma Euclid)
26=1. 20+6 6=3. 2+0 :
Selanjutnya disubstitusi balik untuk memperoleh
2=203 .6=203 . ( 2620 )=4 .203 .26
Jadi, 2=4 . 203 . 6 Sekarang 264=132.2 , sehingga
264=132.( 4 . 203. 26)=528 . 20396 . 26

Dari sini, penyelesaian umumnya adalah


x=528+
untuk suatu t Z

Dengan kata lain,

26
t
2

dan

y=396

x=528+13 t

dan

20
t
2
y=39610t

untuk suatu

tZ

Diminta juga bahwa

x dan

adalah tak negatif.

x 0 ekivalen dengan

528+13 t .0 ,

yaitu

528
8
=(40+ )
tZ
13
3 . Untuk

,harus dipunyai t 40. y 0 ekivalen

396
6
t
=(39+ )
39610
t
0
t Z , harus dipunyai
dengan , yaitu
10
10 . Untuk
t 40 . Penyelesaian persekutuannya yaitu t=40 . Ini memberikan hasil:
x=528+ (40.13 ) =8 ; dan y=396(40).10=4 :

Dengan kata lain, Vian membeli 8 prangko klas kedua dan 4 prangko klas pertama.
Contoh 6.7
Tentukan suatu penyelesaian bulat untuk persamaan 91 x+126 y +294 z =21:

Penyelesaian:
Dimulai dengan mencari (126 ; 294) . Diaplikasikan Algoritma Euclid:
294=2.126+ 42 126=3.42+0

Jadi, (126 ; 294)=42 . Selanjutnya disubstitusi balik untuk memperoleh


42=1.294 2.126(6.2)
Ini berarti bahwa (91, 126,294)=( 91,(126,294))=(91, 42). Diaplikasikan Algoritma
Euclid:
91=2.42+7 42=6.7+0

dan disubstitusi balik untuk memperoleh


7=1.91 2.42.(6.3)

Sekarang dicari suatu penyelesaian bulat dari persamaan


91 X +42 W =21

Karena (91, 42)=721 , maka terdapat penyelesaian-penyelesaian bulat. Karena


21=3.7 , maka dengan penggunaan (6.3) dan (6.2) dipunyai :
21=3 . 7

3 .(1. 912.42)=3 . 916 . 42


3 .916 .(1 .294 2. 126)

3 .916 . 294+12 .126 :

Jadi, dipunyai penyelesaian bulat


x=3 ; y=12 ; z=6 :

Contoh 6.8 (HMMT 2002)


Hitung

x=( 2002+2, 20022 +2, 20023 +2,. ..)

Penyelesaian:
Dicatat bahwa
2

2002 + 2=2002(2000+2)+2=2000(2002+ 2)+6


Jadi, berdasarkan Algoritma Euclid dipunyai
2002+2; 20022 +2=(2004, 6)=6

Karena itu

2002+2; 20022 +2=(2004, 6)=6


x

dalam barisan

atau

x6 . Di sisi lain, setiap bilangan

(2002+2, 20022 +2, 20023 +2,...) dapat dibagi oleh 2. Lebih lanjut, karena

2002=2001+1=667 .3+1 , untuk semua bilangan bulat positif k , 2002k =3 ak +1


k
untuk suatu bilangan bulat ak. Jadi, 2002 +2 dapat dibagi oleh 3. Karena 2 dan

3 adalah prima relatif, setiap bilangan dalam barisan tersebut dapat dibagi 6. Oleh
karena itu x = 6.

KONGRUENSI LINEAR SIMULTAN


Kongruensi linier simultan didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa
kongruensi linier satu variabel dan dengan nilai modulo yang berbeda untuk mencari suatu
selesaian dari beberapa kongruensi linier yang memenuhi masing-masing kongruensi linier
pembentuknya. Adapun bentuk umum dari kongruensi linier simultan adalah sebagai
berikut:

x a1 ( mod n1 )
x a2 ( mod n2 )

x an ( mod nn )

Berikut penulis memberikan beberapa contoh dari kongruensi linier simultan satu variabel
adalah sebagai berikut:
Contoh:
a.

x 4 ( mod 11 )
x 3 ( mod17 )

b.

x 1 ( mod 2 )
x 2 ( mod 3 )
x 3 ( mod5 )

c.

x 6 ( mod 7 )
x 4 ( mod 9 )

d.

x 0 ( mod 2 )
x 0 ( mod 3 )
x 1 ( mod 5 )
x 6 ( mod 7 )

Untuk mengetahui apakah kongruensi linier simultan satu variabel mempunyai selesaian
dan tidak mempunyai selesaian maka akan diselidiki terlebih dahulu dengan
menggunakan kemungkinan sebagai berikut:
x a1 ( mod n1 )
x a2 ( mod n2 )
mempunyai selesaian jika dan hanya jika
Bukti:

da2a1 ; d=(n1 , n2)

Misalkan:
x a1 ( mod n1 )
x a2 ( mod n2 )
mempunyai penyelesaiaan , sebut
x 0 a1 ( mod n1 )
x 0 a2 ( mod n2 )
Diketahui

d=( n1 ,n 2)

n1x 0a1
n2x 0a2
Selanjutnya
dx 0a1
dx 0a2
Sehingga :
xa 2
dx 0a1 )
da2a1
xa 2
dx 0a1 )
Sehingga:
dx 0a2
dx 0a1
Selanjutnya:
n1x 0a2
n2x 0a1

x0

maka

Diketahui

d=( n1 ,n 2)

x 0 a1 ( mod n1 )
x 0 a2 ( mod n2 )
mempunyai penyelesaiaan , sebut

x0

maka

x a2 ( mod n2 )
x a1 ( mod n1 )
Contoh:
x 3 ( mod 8 )

1.

x 7 ( mod 10 )
Jawab:
Diketahui d=( 8,10 )=2
Karena
2( 73 ) . makadua kongruensi linier simultan tersebut mempunyai penyelesaian .
Sehingga:
x a1 ( mod n1 )
x a2 ( mod n2 )
tidak mempunyai selesaian jika dan hanya jika d a 2a1 : d=(n1 , n2)

Cara Menyelesaikan Kongruensi Linier Simultan Satu Variabel secara Rekursif


Diberikan bentuk umum dari kongruensi linier simultan satu variabel adalah sebagai
berikut
x a1 ( mod n1 )
x a2 ( mod n2 )

x ar ( mod n r )
Dimana

a1 , a2, a3 ar

adalah sebarang r

bilangan bulat.

Adapun cara menyelesaikan kongruensi linier simultan satu variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
Contoh :
1. Selesaikanlah kongruensi linier simultan berikut ini.
x 1 ( mod 3 )
x 2 ( mod 4 )
Jawab:
Dapat ditentukan bahwa ( 3,4 ) =1 sehingga kongruensi tersebut dapat diselesaikan.
Dari kongruensi (i) dan (ii)
x 1 ( mod 3 ) x 4 4 x 4 (mod 12)
x 2 ( mod 4 ) x 3

3 x 6 ( mod12 ) +

Sehingga diperoleh
( 4 +3 ) x 1.4 +2.3 ( mod 12 )
7 x 10 ( m od 12 )
x 7.10 ( mod 12 )
x 70 ( mod 12 )
x 10 ( mod 12 )
Jika dikerjakan secara keterbagian maka diperoleh sebagai berikut:
7 x 10 ( mod 12 )
12(7 x10)
12|(7 x 10 ) .7 )
12(x7.10)
x 7.10 ( mod 12 )
x 70 ( mod 12 )
x 10 ( mod 12 )
Untuk mengecek apakah jawaban tersebut benar, maka nilai
disubtitusikan pada kongruensi semula yaitu:

x yang telah diperoleh

x 1 ( mod 3 ) 10 1 ( mod 3 )
x 2 ( mod 4 ) 10 2( mod 4)

FUNGSI (tan ) Dan ( sigma)


Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki bilangan-bilangan bulat dapat didefinisikan fungsifungsi tertentu yang mempunyai peranan penting dalam Teori Bilangan. Fungsi-fungsi
khusus tersebut sering disebut fungsi aritmetik (fungsi teori bilangan). Pada umumnya
fungsi aritmetik didefinisikan/mempunyai daerah asal pada himpunan semua bilangan
bulat positif.
Apabila f suatu fungsi aritmetik,maka : f : B B dengan
B adalah himpunan semua bilangan bulat
B adalah himpunan semua bilangan bulat positif.
Berikut ini akan dibahas fungsi ( tan) dan fungsi ( sigma)
A. Fungsi (tan)

Definisi 4.2
Misalkan n suatu bilangan bulat positif (n) menyatakan banyaknya pembagi bulat
positif dari n.
Contoh :
1. Pembagi-pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6,dan 12,maka T (12) = 6
2. Pembagi-pembagi bulat positif dari 15 adalah 1,3,5,dan 15,maka T (15) = 4
3. Pembagi-pembagi bulat positif dari 13 adalah 1 dan 13,maka T (13) = 2
4. Periksalah bahwa ( 1 )=1, ( 2 )=2, ( 3 )=2, ( 4 )=3, ( 5 ) =2, ( 6 )=4, ( 8 )=4, Apabila
p suatu bilangan prima, maka (p) = 2.
( n) yaitu banyaknya pembagi bulat positif dari n sering dinyatakandengan rumus
yang menggunakan notasi ( sigma) . Berikut ini beberapa contoh definisi notasi
.
Contoh :
1.

n=a1 +a2 +a 3+ a4 + a5

2.

2+3+4 +5+6

3.

3+3+3+3+ 3

4.

1+ 2+ 3+4 +6+12, yaitu jumlah semua pembagi bulat positif dari 12

5.=1+1+1+1+1+1 , yaitu banyaknya pembagi bulat positif dari 12

6 =f (1)+f (2)+ f (3)+f (6)+ f ( 9)+ f (18)


Dari beberapa contoh pemakaian notasi tersebut, (n) dapat dirumuskan sebagai
berikut :
( n)=untuk n 1
Jadi (n) merupakan penjumlahan dari 1 sebanyak pembagi bulat positif dari n.
Contoh :
1.

Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16 dan 32,maka


1+ 1+ 1+ 1+1+1=6

2. Semua pembagi bulat positif dari 48 adalah 1,2,3,4,5,6,8,12,16,24,dan 48,maka


1+ 1+ 1+ 1+1+1+1+1+1+1=10
3. Periksalah bahwa

1,=1+1=2,=1+1+ 1=3, 1+ 1+1+1=4,

Jika p suatu bilangan prima,maka

1+ 1=2

Dari uraian dan contoh-contoh di atas dapat dipahami bahwa apabila p suatu bilangan
prima,maka pembagi-pembagi bulat positifnya hanyalah 1 dan p saja,sehingga
( p)=2
Pembagi-pembagi bulat positif dari

p2 adalah 1, p dan

p2 sehingga

( p )= 1+1+1=3
2
4
5
Periksalah bahwa ( p )=4, ( p )=5, ( p )=6. Nampak bahwa jika k suatu bilangan

k
bulat positif,maka ( p )=k +1 . Ingat bahwa p disini adalah suatu bilangan prima.

Contoh :
6

64=2

1.

6
, maka (64 )= ( 2 )=6+1=7

Periksalah dengan mencacah semua pembagi bulat positif dari 64


( 243 )= ( 35 )=5+ 1=6

2.

3. Periksalah bahwa (32)=6, ( 16)=5, (81)=5, (125)=4 dan


(2401)=5,
Sekarang,apabila p1 dan p2 keduanya adalah bilangan prima dan n = p1p2, maka
pembagi-pembagi bulat positif dari n adalah 1,p1p2 dan p1p2 = n sehingga (n) = 4.
Jika m = p1p2, maka pembagi-pembagi bulat positif m dapat disusun sebagai berikut :
1,
p2 ,
p22,
p23
P1,
p1p2, p1p22, p1p23
2
P1 ,
p12p2, p12p22, p12p23= m
Nampak pada daftar ini bahwa (p12p23) = 3 x 4 = 12
Contoh :
1.

(144 )= (2 4 .32 )=5 x 3=15

2.

(1323)= (33 .7 2)=4 x 3=12

3. Periksalah bahwa (675)=12, (784)=15


Dapatkah anda membuktikan bahwa apabila n = pkqt dengan p dan q bilangan-bilangan
prima yang berlainan dan k,t adalah bilangan-bilangan bulat positif, maka :
( n)= ( p k pt )=(k +1)(t + 1)
Bukti :
Semua pembagi bulat positif dari n = pkptdapat disusun daftar sebagai berikut :
1,
p,
p2,
p3,
.,
pk
q,
pq,
p2q,
p3q,
.,
pkq

q2,
pq2,
p2q2, p3q2, .., pkq2
.
q2,
pq2,
p2q2, p3q2, .., pkqt= n
Nampak pada daftar tersebut bahwa :
( n)= ( p k pt )=(k +1)(t +1)
Kita telah mengetahui teorema dasar aritmatika,yaitu bahwa setiap bilangan bulat positif
yang lebih besar dari 1 dapat difaktorkan secara tunggal atas factor-faktor prima.
3
2
2
2
Missal: 72=2 .3 , 300=2 . 3 .5
Setiap bilangan bulat positif n 1 untuk setiap i=1,2,3, k
Teorema 4.9
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat n adalah

p1a 3, p23 2, p3a 3, . pk k k ,maka:

( n)=(a1+1)(a 2+1)(a 3+1)(a k + 1)


Bukti :

Apabila d suatu pembagi bulat positif dari n ,maka :


d= p1 t 1 , p 2 t 2 , . pk t k dengan 0 t 1 a 1
maka banyaknya pembagi bulat positif dari n merupakan hasil kali banyaknya pilihan yang
ti

mungkin untuk

dari (ai +1) pilihan. Sehingga diperoleh

(n)=(a1 +1)(a2 +1)(a3 +1) (ak +1)


Rumus (n) tersebut sering dinyatakan dengan notasi (pi). Berikut ini diberikan
definisi contoh pemakaian notasi
Contoh :
1.

d i=d 1 . d 2 . d 3 . d 4 . d 5

2.

f (n)=f (1) . f (2). f (3). f (4 )

3.

(d i +1)=( d1 +1)(d 2 +1)(d 3+1)(d n +1)

Teorema 4.9 atas dituliskan dengan notasi sebagai berikut:


Apabila n = p1a1 p2a2 . Pkak = piai, maka
( n)=(ai+ 1)
Contoh :
1.

1260=2 . 3 . 5 .7 ,maka
(1260)=t(22 .3 2 . 5 .7)=(2+1)(2+1)(1+1)(1+1)=36

33.075=3 . 5 . 7

2.

, maka

(3 3 . 52 .7 2)=(3+1)(2+ 1)(2+1)=36
3. Periksalahbahwa (2310)=10, (210)=8, (1.156)=9
Sekarang kita akan memperhatikan hasilkali pembagi-pembagi bulat positif dari
suatu bilangan bulat positif n.
Contoh :
1. Pembagi-pembagi bulat positif dari 12 adalah 1,2,4,6 dan 12. (12) = 6
Hasilkan semua pembagi bulat positif dari 12 ditulis dengan notasi K (12) maka :
K (12)=1 .2 .3 . 4 . 6 .12
(1 .12)(2 .6)(3 . 4)
12. 12.12

(12)3
2. Semua pembagi bulat positif dari 28 adalah 1,2,4,7,14 dan 28. (28) = 6
Hasil kali semua pembagi bulat positif dari 28 adalah :
K (28)=1 . 2. 4 .7 . 14 . 28
(1 .12)(2 .14 )(4 . 7)
28 .28 . 28

(28)3
3. Periksalah bahwa
K (2)=2, K (5)=5, K (9)=27, K (18)=183 , K (24)=243 , K (32)=323
Jika p suatu bilangan prima,maka
dan

K ( p)= p , K ( p2)=p 3 , K ( p3 )= p6 , K ( p4 )= p10

1 /2 t (t +1)

K ( p )= p

Teorema 4.10
Apabila n suatu bilangan bulat positif,maka hsilkan semua pembagi bulat positif dari
n adalah
K (n)=n

Bukti :

1/ 2 (n)

Misalkan d adalah suatu pembagi bulat positif dari


bulat positif dari n pula)sedemikian hingga
1

d=d

n , maka ada

(yaitu pembagi

d d =n .hal ini mungkin saja terjadi bahwa

,yaitu jika n suatu kuadrat sempurna.

Karena banyaknya pembagi bulat positif dari n adalah


pembagi dari

(misalnya

( n) ,dengan mengalikan setiap

d ) dengan pembagi pasangannya (misalnya

sedemikian hingga d d =n .,maka akan diperoleh bahwa hasil kali semua pembagi bulat
positif dari n adalah :
K (n)=n1/ 2 (n)
Notasi lain dari K (n) adalah d
B.

Fungsi (sigma)
Apabila ( n) menyatakan banyaknya pembagi bulat positif dari

n , maka

(n)

menyatakan jumlah semua pembagi bulat positif dari n .


Definisi 4.3
Apabila n suatu bilangan bulat positif ,maka

(n)

menyatakan jumlah semua pembagi

bulat positif dari n . dengan menggunakan notasi ,


Contoh :
1. Semua pembagi bilangan bulat positif dari 12 adalah 1,2,3,4,6 dan 12 maka
(n)=1+2+3+ 4+5+6+ 12=28
2.

(27)=1+3+9+ 27=40

3. Periksalah bahwa (2)=3, (3)=4, (5)=6, ( 7)=8, (11)=12


Jika p suatu bilangan prima,maka (p) = p + 1,(p 2) = 1+ p + p2,(p3) = 1 + p + p2+ p3
dan
(pt) = 1 + p + p2+ + pt
Mengingat rumus jumlah deret geometri,maka: 1 + p + p2 + p3++ pt =
Jadi (pt) = ,jika p suatu bilangan prima dan t suatu bilangan bulat positif
Contoh :
1. Semua pembagi bulat positif dari 32 adalah 1,2,4,8,16 dan 32,maka
(32)=1+ 2+ 4+ 8+16+32=63

(32) = (25) = 20+ 21 + 22 + 23 + 24 + 25= 26 1 = 63

2. periksalah

bahwa

(27)=40, (49)=57, (125)=156, (64)=127, (42)=96, (6)=12


Apabila

dan q

adalah dua bilangan bilangan prima yang berbeda dan

n=pq ,maka semua pembagi bulat positif dari

adalah

1, p , q

dan

pq=n ,

sehingga :
(n)= ( pq)=1+ p+ q+ pq=(1+ p)(1+q)
Jika m = p2q3 dengan p dan q bilangan-bilangan prima yang berlainan,maka jumlah
semua pembagi bilat positif dari m dapat disusun sebagai berikut :
(m) = (1 + p + p2 + p3) + (1 + pq + pq2 + pq3) + (p2 + p2q + p2q2+ p2q2)
= (1 + p + p2) (1 + q + q2+ q3)
Kita dapat menyimpulkan bahwa apabila n = p kqt denganp dan q keduanya bilangan
prima yang berbeda dan k,t bilangan -bilangan bulat positif.maka :
(n) (pkqt) = . = (pk) . (qt)
Analog dengan contoh diatas,buktikanlah pernyataan tersebut :
Contoh :
1.

(15)=(3.5)=(3). ( 5)=4 . 6=24


(45)= (3 2.5)= (3 2). (5)=13 . 6=78

2. Periksalah bahwa (504)=1560, (784)=1764, (847)=1064


Teorema 4.11
Apabila bentuk kanonik dari bilangan bulat positif n = 1a1,maka (n) =
Bukti :
Perhatikan suku-suku dari perkalian (1 + p1 + p12 + p13 + + p1a1) (1 + p2 + p22 + p33 + +
p2a2) (1 + p3 + p32+ p33 + + p3a3) (1 + pk + pk2 + pk3 + + pkak)
Setiap suku dari hasil perkalian ini berbeda satu dengan lainnya dan masing-masing
merupakan pembagian dari n,sehingga :
(n) = i + pi2 + pi3+ + piai)

Anda mungkin juga menyukai