Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI BILANGAN

“FAKTORISASI TUNGGAL”

OLEH KELOMPOK 2:

1. FITRI ELFRA
2. FADHILAH HASWENOVA
3. HAMIDAH
4. HANA ZAFIRAH

DOSEN PEMBIMBING:

Drs. Hendra Syarifuddin, M.Si, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Segalapujisyukur kami ucapkankehadiratTuhan YME,


karenaataslimpahanrahmatdankarunia-Nyalahmakalahinidapat kami selesaikan.
Ucapanterimakasihjuga kami ucapkankepadaBapakDrs. Hendra Syarifuddin,
M.Si, Ph.DselakuDosenpengampumatakuliahTeoriBilangan, semoga Allah SWT
senantiasamembalassemuaamaldankebaikanbapak, denganbalasankebaikan yang
dilipatgandakan.

MakalahinidiajukanuntukmemenuhitugaskelompokdansebagaibahanPrese
ntasidiskusipadamatakuliahTeoriBilangandenganmateri “Faktorisasi
Tunggal”.Jikadalampenyusunan,
pembuatanataupundalampenulisanmakalahiniterdapatkesalahanataukekeliruan,
makapenulis memohonmaaf yang sebesar-besarnya, untukitukritikdan saran yang
membangundarisemuapihaksangat kami perlukan demi kesempurnaanmakalahini. 

Padang, Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I . PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB II. PEMBAHASAN  .............................................................................. 2


A. Teorema 4.5 ..................................................................................... 2
B. Teorema 4. 5.1 ……........................................................................... 2
C. Teorema 4 5.2 ………………………………………………………. 3
D. Teorema 4.5. 3................................................................................. 4
E. Teorema 4.6..................................................................................... 4
F. Teorema 4.7..................................................................................... 7
G. Teorema 4.8..................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Faktorisasi adalah pecahan bilangan komposit yang terdiri dari
bilanganbilangan pembagi yang lebih kecil, dan hasil perkalian dari bilangan
– bilangan tersebut dengan bilangan komposit yang disebutkan.
Suatu bilangan bulat, n > 1 disebut bilangan prima bila n hanya
mempunyai pembagi 1 dan n sendiri. Bilangan prima memiliki keunikan
karena sifat – sifatnya yang khas dalam teori bilangan, yaitu faktorisasi
tunggal yang menunjukkan bahwa bilangan – bilangan prima adalah faktor
penyusun bilangan – bilangan bulat positif. Setiap bilangan bulat positif dapat
dinyatakan secara tunggal sebagai bilangan prima atau hasil perkalian dari
bilangan – bilangan prima tanpa memperhatikan urutannya. Oleh karena itu,
dalam makalah ini akan membahas lebih dalam tentang “Faktorisasi
Tunggal”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini berdasarkan latar belakang
di atas adalah :
1. Bagaimana faktorisasi tunggal dalam bilangan prima ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktorisasi tunggal dalam bilangan prima.

3
BAB II
FAKTORISASI TUNGGAL

Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif atas faktor-faktor prima adalah tunggal,
sehingga kita mengenalnya sebagai faktorisasi tunggal. Sebelum membicarakan
faktorisasi tunggal, kita akan mempelajari beberapa teorema pengantar untuk
mempelajari faktorisasi tunggal.

Teorema 4.5
Jika p suatu bilangan prima dan p|ab maka p|a atau p|b

Bukti:
Ambil a, b, p ∈Z dengan p bilangan prima dan p│ab.
Maka akan ditunjukkan bahwa p│aatau p│b.
Karena p bilangan prima, maka untuk sembarang bilangan bulat a berlaku
(a, p) = 1 atau (a, p) = p.
Kasus 1 : (a, p) = 1
Karena (a, p) = 1 dan p│ab ,menurut teorema 2.11 (Lemma Euclid)
(jika a │bc dan (a,b) = 1 maka a│c).
Maka terbukti bahwa p│b ...*)
Kasus 2 : (a, p) = p
Karena (a, p) = p ,menurut defenisi FPB (definisi 2.3)
(jika (a,b) = d maka berlaku d│a dan d│b)
Maka terbukti bahwa p│a ...**)
Dari *) dan **) terbukti bahwa p│a atau p│b.

Contoh : 2│12 = 2│3.4 maka 2│4


3│54 = 3│6.9 maka 3│6 atau 3│9

Teorema 4.5.1 (perluasan teorema 4.5)

Jika p suatu bilangan prima dan p│


makap│a 1atau p│a 2 ... atau p│a n

4
Bukti:
Ambil p, a 1 , a2 , … , an ∈Z dengan p adalah bilangan prima dan p│a 1 . a2 .… . a n.
Maka akan ditunjukkan p│a 1atau p│a 2 ... atau p│a n

Karena p│a 1 . a2 .… . a nmaka p│a 1 (a 2 . a3 . … … an ¿


Karena p│a 1 (a 2 . a3 . … … an ¿ maka menurut teorema 4.5
p│a 1 atau p│a 2 . a3 . … … an
kasus 1 : p│a 1 (terbukti)
kasus 2 : p│a 2 . a3 . … … an
karena p│a 2 . a3 . … … .a n maka p│a 2( a3 .a 4 . … … an )
karena p│a 2( a3 .a 4 . … … .a n) maka menurut teorema 4.5
p│a 2 atau p│a 3 . a4 . … … . an .
kasus 2.1: p│a 2 (terbukti)
kasus 2.2 : p│a 3 . a4 . … … . an
Jika proses dilanjutkan maka diperoleh:
p│a 1 atau p│a 2 atau p│a 3 ...... atau p│a n
Ini berarti terbukti p│a 1atau p│a 2 ... atau p│a n.

Contoh : 2│3.4.7 maka 2│4


3│4.6.12 maka 3│6 atau 3│12

Teorema 4.5.2 (akibat teorema 4.5)


Jika p, q, dan r bilangan prima dan p│qr maka p = q atau p = r

Bukti:

Misalkan p, q, dan r bilangan prima dan p│qr

Akan ditunjukkan p = q atau p = r.


karenap│qr maka menurut teorema 4.5 p│q atau p│r
Kasus 1 : p│q

karena q bilangan prima maka pembagi dari q adalah 1 dan q sendiri,


sehingga p = 1 , p = q

5
karena p bilangan prima maka p≠1 sehingga p = q
Kasus 2 : p│r

karena r bilangan prima maka pembagi dari r adalah 1 dan r itu sendiri,
sehingga p = 1, p = r
karena p bilangan prima maka p ≠ 1 sehingga p = r.
Dari kasus 1 dan 2, terbukti bawha p = q atau p = r .

Contoh : 2│2.3 maka 2 = 2


3│3.5 maka 3 = 3

Teorema 4.5.3 (perluasan teorema 4.5.2)

Jika p, semuanya bilangan prima dan p│

Bukti :
Ambil p,q 1 , q 2 , … . , qn ∈bilangan prima dan p│q 1 . q 2 . … ..q n.
Akan ditunjukkan p =q 1atau p =q 2...... atau p =q n
Karena p│q 1 . q 2 . … ..q n, menurut teorema 4.5.1 maka p|q1 atau p|q2 ...atau p|qn
Karena p,q 1 , q 2 , … . , qn ∈bilangan prima, menurut teorema 4.5.2 maka
p =q 1atau p =q 2...... atau p =q n

Selanjutnya akan dibuktikan ketunggalan dari faktorisasi prima dari suatu


bilangan bulat positif.

Teorema 4.6
Jikan ∈ Z +¿, n>1 ¿ maka pemfaktoran atas faktor-faktor prima adalah
tunggal kecuali urutan dari faktor-faktornya

Bukti :

Pada teorema 4.2 kita telah membuktikan bahwa setiap bilangan bulat positif
yang lebih besar dari 1 adalah suatu bilangan prima atau bilangan itu dapat

6
dinyatakan sebagai perkalian dari bilangan-bilangan prima tertentu. Sekarang,
kita akan membuktikan bahwa faktor-faktor prima tersebut adalah tunggal.

Ambil sebarangn ∈ Z +¿, n>1 ¿

Akan ditunjukkan bahwa pemfaktoran dari n adalah tunggal atas faktor-faktor


primanya

Kasus 1 :Jika n suatu bilangan prima, maka n adalah faktornya sendiri.

Kasus 2: Jika n suatu bilangan komposit, menurut teorema 4.2 (Bab bilangan
prima) makan dapat dinyatakan dengan perkalian bilangan bilangan-prima.

Andaikan bahwa pemfaktoran n atas faktor-faktor prima adalah tidak tunggal,


misalnya:

n = p1 p2 ... pt dan n = q1 q2 ... qr

Misalkan p1, p2, p3 , …, pt adalah bilangan prima dengan n= p1 . p2 . p3 . … . pt

p1 ≥ p2 ≥ p3 ≥ … ≥ pt

Misalkan q 1,q 2,q 3 , …,q r adalah bilangan prima dengann=q1 ,q 2,q 3 , …,q r

q 1 ≥ q2 ≥ q3 ≥ …≥ q r

Dengant ≤ r

Akan ditunjukkan : p1=q 1 , p2=q2, ……, pt =q r, dan t=r

Karenan= p1 . p2 . p3 . … . pt maka p1∨n , sehingga p1∨q 1,q 2,q 3 , …,q r ,

Selanjutnya menurut teorema 4.5.3 maka p1 =q 1atau p1 =q 2 ... atau p1 =q r


Karenaq 1 ≥ q2 ≥ q3 ≥ …≥ q r, maka p1 ≤ q 1

Karenan=q1 ,q 2,q 3 , …,q r maka q 1∨n , sehingga q 1∨ p1, p, p , …, pt ,

7
Selanjutnya menurut teorema 4.5.3 makaq 1= p1 atau q 1=p 2 … atau q1 =p t Karena
p1 ≥ p2 ≥ p3 ≥ … ≥ pt , maka q 1 ≤ p 1

Karena p1 ≤ q 1dan q 1 ≤ p 1artinya p1=q 1

Sehingga dari permisalan n di atas diperoleh bahwa p2 . p3 … . p t=q2 .q 3 … qr

Tulisn1 =p 2 . p 3 …. pt

n1 =q1 . q2 … .q r

Karena n1 =p 2 . p 3 …. pt maka p2∨n 1, sehingga p2∨q 2 . q 3 …. q r ,

Selanjutnya menurut teorema 4.5.3 maka p2=q2 atau p2=q 3 … atau p2=q r Karena
q 1 ≥ q2 ≥ q3 ≥ …≥ q r maka p2 ≤q 2

Karenan1 =q1 . q2 … .q r maka q 2∨n1 , sehingga q 2∨ p2 . p3 … . pt ,

Selanjutnyamenurutteorema4.5.3makaq 2= p2 atau q 2= p3 … atau q 2= pt Karena


p1 ≥ p2 ≥ p3 ≥ … ≥ pt maka q 2 ≤ p 2

Karena p2 ≤q 2 dan q 2 ≤ p 2artinya p2=q2

Jika proses inidilanjutkan, makadperoleh:

p3=q3 ,… … , p t=qr

Akan ditunjukkant=r

Andaikant <r

Maka

n= p1 . p2 . p3 … .. pt

n=q1 . q2 . q3 … ..q t . qt +1 … qr

Perhatikanbahwa

8
p1 . p2 . p3 … .. p t=q1 . q 2 . q 3 … .. qt . q t +1 … q r

Karena p1=q 1 , p2=q2 , … .. , p t=qt

Maka1=qt +1 . q t +2 … . qr

Inikontradiksidenganq t +1 . qt +2 . … qr adalah bilangan prima

makaharuslaht=r

Iniberartibahwapemfaktorandaribilanganbulatpositif yang
lebihbesardari1atasfaktor-faktor prima adalahtunggal.

Contoh :

150=2.3.5 .5

¿ 3.5 .2.5

¿ 5.5 .3.2

Teorema 4.7 (Teorema Euclides)


Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga

Bukti :

Misalkann ∈ Z +¿, n>1 ¿

Adt : Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga.

Andaikan bilangan prima itu berhingga banyaknya, sehingga dapat dibuat barisan
bilangan yaitu:

p1=2 , p 2=3 , p 3=5 ,…., pn adalah urutan bilangan prima.

pnadalah bilangan prima terbesar.

9
Pada pembuktian Teorema Euclides ini yang menarik adalah pembentukan
bilangan bulat positif N sebagai hasil kali semua bilangan prima ditambah 1.

Apakah N tersebut suatu bilangan prima ?

N = p1 . p2 . p3 … .. p n + 1

N >1menurut teorema 4.1 (Bab bilangan prima) makaN dapat dibagi oleh suatu
bilangan prima.

Misalkan pembagiNadalah pk ,maka pk ∨N , 1 ≤ k ≤ n

Karena pk ∨N dan pk ∨ p 1 . p 2 . p2 …. pn

Maka, pk ∨( N− p1 . p2 . p3 … .. p n ) atau pk ∨1

Hal ini tidak mungkinatau kontradiksi karena pk bilangan prima.

Oleh karena itu pengandaian salah. Dengan kata lain banyaknya bilangan prima
adalah tak berhingga.

Teorema 4.8
Jika pn menyatakan bilangan prima ke-n dalam suatu barisan
n−1

bilangan prima, maka : pn ≤22

Bukti :

Misalkan p1 , p2 , p3 , …. , pn ∈ bilangan prima

Yaitu p1=2 , p 2=3, p3=5 , … … adalah urutan bilangan prima


n−1

Akan ditunjukkan pn ≤22 berlaku untuk setiap n ∈ bilangan asli

Pembuktian dengan induksi matematika


n−1

Misalkan pn ≤22

10
 Untuk n=1
n−1

p1=22

2−1

¿ 22 =2
n−1

Karena 2 ≤2 maka pn ≤22 berlaku untuk n = 1

n−1 k−1

 Misalkan pn ≤22 berlaku untuk n = k yaitu pk ≤22


n−1

Akan ditunjukan pn ≤22 berlaku untukn=k +1


Yaitu dengan menunjukkan
k+1−1

pk +1 ≤ 22
k

pk +1 ≤ 22

Perhatikan bahwa:
pk +1 ≤ p 1 . p2 . p3 … .. pk +1
Sehingga
pk +1 ≤ p 1 . p2 . p3 … .. pk +1
1−1 2−1 3−1 k−1

pk +1 ≤ 22 .22 . 22 … 22 +1
0 1 2 k−1

pk +1 ≤ 22 . 22 . 22 … 22 +1
pk +1 ≤ ¿
2 3 k−1

Pk +1 ≤ ( 21+2 +2 +2 +. ..+2 ) + 1
Perhatikan bahwa
1 1 2 3 k−1
1 +2 + 2 +2 + …+2
a (r k −1)
Membentuk deret geometri dengan r =2 , maka Sk =
r −1
1(2k −1)
¿
2−1
¿ 2k −1
Maka
k

pk +1 ≤ 22 −1+1

11
k
Karena 22 −1 >1untuk setiap k ∈ bilangan asli, maka ketidaksamaannya
menjadi:
k k

pk +1 ≤ 22 −1+22 −1
k

pk +1 ≤ 2 ( 22 −1 )
k

pk +1 ≤ 21+2 −1
k

pk +1 ≤ 22
n−1

Jadi, pn ≤22 benar untukn=k +1


n−1

Maka berdasarkan proses induksi matematika pn ≤22 benar untuk setiap n


bilangan asli.

Memperhatikan teorema 4.8, maka bilangan prima ke (n+1), yaitu pn ≤22 .


n
Sehingga bayaknya bilangan prima yang lebih kecil dari 22 tidak kurang dari
(n+1) buah. Jadi, untukn ≥ 1, maka ada paling sedikit (n+1) buah bilangan prima
n
yang lebih kecil dari 22 .

Soal Latihan :
1. Buktikanlah bahwa jika p suatu bilangan prima, dan p∨an dengan n suatu
bilangan asli, maka p∨a.
2. Tentukan suatu bilangan prima p sedemikian hingga 17 p+1 adalah suatu
bilangan kuadrat
3. Untuk
4. Jika n ≥ 1, tunjukkan bahwa ada tak berhingga banyaknya bilangan prima
yang berbentuk ( 4 n+1 ) , demikian pula untuk bilangan prima yang
berbentuk ( 4 n+3 )

12
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jika p suatu bilangan prima dan p|ab maka p|a atau p|b

2. Jika p suatu bilangan prima dan p│ maka p│a 1


atau p│a 2 ... atau p│a n
3. Jika p, q, dan r bilangan prima dan p│qr maka p = q atau p = r

4. Jika p, semuanya bilangan prima dan p│

maka p =q 1 atau p =q 2...... atau p =q n


5. Jika n ∈ Z +¿, n>1 ¿ maka pemfaktoran n atas faktor-faktor prima adalah
tunggal kecuali urutan dari faktor-faktornya
6. Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga
7. Jika pn menyatakan bilangan prima ke-n dalam suatu barisan bilangan
n−1

prima, maka : pn ≤22

1
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman.2006. Pengantar Teori Bilangan. Hanggar Keraton : Yogyakarta.


Muchtar, G. 1992. Pengantar Teori Bilangan.FPMIPA IKIP :Padang.

Anda mungkin juga menyukai