Anda di halaman 1dari 20

Teorema Dasar

Aritmatika
• Teorema 1
Setiap bilangan bulat yang > 1 adalah hasil kali
bilangan-bilangan prima.
Bukti
Diambil sebarang bilangan bulat n > 1. Jika n prima,
bukti selesai. Jika n komposit, maka n mempunyai
pembagi sejati terkecil , yang tentunya berada di
antara n dan 1, namakan q1. Dengan demikian
terdapat bilangan bulat k1 sehingga berlaku n = q1k1.
Andaikan q1 tidak prima, maka terdapat faktor dari
q1 selain dirinya sendiri dan 1. Akan tetapi hal ini
kontradiksi dengan pernyataan q1 faktor terkecil dari
n. Oleh karena itu q1 bilangan prima. Jika k1
bilangan prima, maka bukti selesai.
Jika k1 bilangan komposit, maka k1 mempunyai
faktor terkecil selain 1, namakan q2 . Seperti
sebelumnya, tentunya q2 merupakan bilangan
prima. Oleh karena itu terdapat bilangan bulat k2,
sehingga n = q1q2k2 dengan 1 < k2 < k1 < n . Jika
k2 prima, bukti selesai. Jika k2 komposit, maka k2
mempunyai faktor prima terkecil, demikian
seterusnya. Karena n suatu bilangan bulat positif
tertentu, maka sebelum n langkah terdapat s < n,
sehingga n = q1q2... qs-1qs, dengan q1 , q2 ,... , qs
bilangan-bilangan prima.
Berdasarkan Teorema 1, maka n dapat dinyatakan
dalam faktorisasi prima sebagai berikut
n  p1 p2 ... pm ,
a1 a2 am

p1  p2  ...  pm ; a1  0, a2  0,..., am  0
Dengan pj bilangan prima dan aj bilangan bulat
positif, j = 1, 2, 3, ..., m.
Faktorisasi dari n semacam ini dinamakan faktorisasi
kanonik dari n.
Teorema Dasar Aritmetika
Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar
dari 1 dapat dinyatakan sebagai hasil kali faktor-
faktor prima tepat dengan satu cara (urutan
faktor-faktornya bisa berbeda)
Bukti
Diambil sebarang bilangan bulat positif n > 1. Akan
ditunjukkan n mempunyai faktorisasi kanonik
tunggal. Andaikan faktorisasi kanonik dari n tidak
tunggal. Dengan demikian
(i) n  p1a1 p2 a2 ... pm am  q1b1 q2 b2 ...qn bn
dengan
a1 , a2 ,...am , b1 , b2 ,..., bn  0
p1 , p2 ,... pm , q1 , q2 ,..., qn bilangan2 prima
b1 b2 bn
Karena p1 faktor dari n, maka p1 q1 q2 ...qn
p1 habis membagi salah satu dari qj . Tanpa
mengurangi keberlakuan secara umum misalkan
p1 habis membagi q1 . Karena p1 dan q1 prima,
maka p1 = q1 . Dengan cara yang sama diperoleh
p2 = q2. Demikian seterusnya, diperoleh n = m
Selanjutnya, andaikan aj < bj untuk suatu j, maka
aj
apabila kedua ruas persamaan (i) dibagi p j
Diperoleh
b j a j
p1 ... p j 1 p j 1 ... pm  p1 ... p j
a1 a j 1 a j 1 am b1 bn
qn
Terjadi kontradiksi. Demikian juga bila aj > bj
, terjadi hal yang sama. Oleh karena itu,
seharusnya dan aj = bj untuk setiap j. Hal ini
berarti faktorisasi kanonik dari n tunggal
adanya. 
Berdasarkan Teorema Dasar Aritmatika, apabila
a dan b secara berturut-turut mempunyai
faktorisasi prima a  p1 p2 ... pm dan
a1 a2 am

b  p1 p2 ... pm (tentunya mungkin terdapat


b1 b2 bm

suatu ak = 0 atau bl = 0) maka


(a, b)  p1
min( a1 ,b1 ) min( a2 ,b2 ) min( a s ,bs )
p2 ... p1
[a, b]  p1
maks ( a1 ,b1 ) maks ( a2 ,b2 ) maks ( a s ,bs )
p2 ... p1
Ada tiga kemungkinan hubungan antara aj dan bj
untuk setiap j, yaitu aj > bj, aj < bj dan aj = bj
Jika aj > bj, maka
maks (aj , bj) + min (aj , bj) = aj + bj
Jika aj < bj , maka
maks (aj , bj) + min (aj , bj) = bj + aj =aj + bj
Jika aj = bj , maka
maks (aj , bj) + min (aj , bj) = aj + aj =aj + bj
Oleh karena itu
a1  b1 a2  b2 a s  bs
a.b  p1 p2 ... ps
maks ( a1 ,b1 )  min( a1 ,b1 ) maks ( a2 ,b2 )  min( a2 ,b2 )
 p1 p2 ...
maks ( a s ,bs )  min( a s ,bs )
ps
 p1
maks ( a1 ,b1 ) maks ( a2 ,b2 ) maks ( a s ,bs )
p2 ... ps .
min( a1 ,b1 ) min( a2 ,b2 ) min( a s ,bs )
, p1 p2 ... ps
 [a, b](a, b)  (a, b)[a, b]
Contoh 1
Diberikan polinom
n 1
P ( x)  a0 x  a1 x
n
 ...  an 1 x  an
dengan koefisien-koefisien bulat dan P(x)
bernilai 7 untuk 4 bilangan bulat x yang berbeda.
Buktikan bahwa tidak ada bilangan bulat x yang
mengakibatkan P(x) bernilai 14!
Penyelesaian
Diketahui p(ak ) = 7 dengan k = 1, 2, 3, 4 dan
ai  aj untuk setiap i  j, i, j {1, 2, 3, 4}. Oleh
karena itu,
p(ak ) - 7 = (x – a1)(x – a2)(x – a3) )(x – a4)q(x)
; q polinom dengan koefisien-koefisien bulat.
Sekarang, andaikan terdapat bilangan bulat m ,
yang mengakibatkan p(m) = 14. Hal ini berarti
p(m) – 7 = 7
Akibatnya
7 = p(m) – 7
= (m – a1)(m – a2)(m – a3) )(m – a4)q(x)
Padahal 7 hanya mungkin diuraikan dalam
perkalian 3 bilangan bulat yang berbeda, yaitu
7 = -1.1.(-7). Kontradiksi. 
Contoh 2
Buktikan bahwa hasil kali 3 bilangan bulat
berurutan yang tak nol tidak pernah berupa
bentuk pangkat sempurna ( maksudnya kuadrat
sempurna atau pangkat tiga sempurna)
Penyelesaian:
Misalkan bilangan tersebut (n-1)n(n+1)  0,
maka (n-1)n(n+1) = (n2 – 1)n. Jelas n tidak
habis membagi (n2 – 1).
Oleh karena itu, n2 – 1 dan n relatif prima.
Andaikan hasil kali tiga bilangan tersebut
merupakan bentuk pangkat k sempurna (k > 1).
Berdasarkan Teorema Dasar Aritmatika, n2 – 1
dan n berbentuk pangkat k sempurna. Akibatnya
n2 – 1 dan n2 merupakan 2 bentuk pangkat k
berurutan. Kontradiksi. 
Contoh 3
Buktikan bahwa bentuk (ii)
m  3m n  5m n  15m n  4mn  12n
5 4 3 2 2 3 4 5

Tidak pernah sama dengan 33.


Penyelesaian
Diperhatikan bahwa 3 2
m  3m n  5m n 15m n  4mn  12n
5 4 2 3 4 5

= m4 (m + 3n) – 5m2n2 (m + n) + 4n4 (m + 3n)


= (m4 – 5m2n2 + 4n4 )(m + 3n)
= (m2 – n2)(m2 –4n2)(m + 3n)
= (m – 2n)(m - n)(m + 3n) )(m + n) (m + 2n)
Lanjutan Contoh 3
Jika n = 0, maka bentuk (ii) menjadi m5 . Tidak
ada bilangan bulat m yang mengakibatkan m5
bernilai 33.
Jika n  0, maka bentuk (ii) merupakan hasil
kali 5 bilangan bulat yang berbeda. Bentuk (ii)
tidak mungkin bernilai 33, karena 33 hanya bisa
dinyatakan dengan hasil kali maksimal 4
bilangan bulat yang berbeda, yaitu (-11)3(1)(-1)

Anda mungkin juga menyukai