Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG PENGUKURAN JARAK SERTA PEMILIHAN PENGGARIS

TAK HINGGA DALAM GEOMETRI


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Geometri
Dosen pengampu : Ciptianingsari Ayu Vitant S.Pd., M.Pd.

Oleh:
1. Umi Rahma Wahidah (2420001)
2. Miftakhul Khoiroh (2420002)
3. Fenti Ismatu Rizki (2420003)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur seraya kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas yang dibebankan
oleh dosen pengampu kami. Di samping itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisi materi tentang Pengukuran Jarak Serta Pemilihan Penggaris
Tak Hingga Dalam Geometri. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Geometri. Di samping itu juga dapat bermanfaat untuk para pembaca guna
mendapatkan wawasan dan pengetahuan.
Dari hati yang terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan
makalah ini, karena kami tahu makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami berharap kritik, saran dan masukan yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaannya ke depan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
sesuai dengan fungsinya. Amin.

Jombang, 23 Februari 2021


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Geometri (dari bahasa yunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secara
harfiah berarti pengukuran tentang bumi, adalah cabang dari matematika yang
mempelajari hubungan di dalam ruang. Dari pengalaman, atau mungkin secara
intuitif, orang dapat mengetahui ruang dari ciri dasarnya, yang diistilahkan sebagai
aksiom dalam geometri.
Catatan paling awal mengenai geometri dapat ditelusuri hingga ke zaman Mesir kuno,
peradaban Lembah Sungai Indus dan Babilonia. Peradaban-peradaban ini diketahui
memiliki keahlian dalam drainase rawa, irigasi , pengendalian banjir dan pendirian
bangunan-bagunan besar. Kebanyakan geometri Mesir kuno dan Babilonia terbatas
hanya pada perhitungan panjang segmen-segmen garis, luas, dan volume.
Geometri terbagi atas beberapa macam antara lain : segitiga, persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran.

2. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimana
b)
3. TUJUAN
a) Mendeskripsikan
BAB II

ISI

A. Geometri Dan Pemecahan Masalah


Geometri merupakan cabang matematika yang tidak mengutamakan hubungan antar
bilangan, meskipun ia menggunakan bilangan. Tetapi geometri mempelajari hubungan
antara titik-titik, garis-garis, sudut-sudut, bidang-bidang serta bangun datar dan bangun
ruang (solid). Banyak fakta dalam aritmatika atau aljabar dibuktikan dalam geometri.
Sebagai contoh dalam geometri dibuktikan bahwa kuadrat hipotenusa segitiga siku-siku
sama dengan jumlah dua sisi yang lain.
Geometri merupakan sistem matematika yang menggunakan penalaran deduktif
berdasarkan fakta yang dikenal dan dapat diterima untuk menemukan sifat-sifat baru.
Disamping itu, pelajaran geometri sangat berharga karena luasnya aplikasi subyek-subyek
lain dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh : bagaimana seorang Astronot
menggunakan geometri mengukur jarak dari bumi ke bulan.
Geometri sebagai sistem deduktif dimulai dengan unsur-unsur yang tidak
didefinisikan yang disebut unsur primitif. Ada 3 unsur yang tidak didefinisikan yaitu :
a. Titik
Yaitu suatu tempat (posisi) dalam ruang (space), tidak mempunyai panjang
dan tidak mempunyai tebal. Dikarenakan titik tidak bisa dijelaskan dengan
cara biasa, titik termasuk sesuatu yang tak terdefinisi.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka untuk menandai sebuah titik
dapat disimbolkan dalam wujud noktah atau silang.
1. “.” Noktah untuk mewujudkan titik
2. “x” Silang untuk mewujudkan titik
b. Garis
Yaitu himpunan titik-titik yang mempunyai panjang tetapi tidak mempunyai
lebar. Macam-macam garis yaitu:
 Garis Lurus

 Garis Patah
 Garis Lengkung

c. Bidang
Suatu bidang adalah permukaan datar yang diperpanjang tak terhingga ke
segala arah, memiliki panjang dan lebar tetapi tidak memiliki ketebalan.
Bidang termasuk dimensi dua.
 Bidang datar

 Bidang Lengkung
Contoh bidang lengkung adalah selimut tabung dan permukaan
bola.
Berpangkal dari tiga unsur primitif (yang tak didefinisikan) titik, garis dan
bidang, akan dimulai untuk menggunakan definisi, postulat (aksioma) dan
teorema.
1. Definisi adalah pernyataan yang mendeskripsikan bangun-bangun dan
sifat-sifat tertentu. Contoh segmen (ruas garis) adalah himpunan titik-
titik yang memuat dua titik dan semua titik-titik lainnya berada
diantara dua titik itu.
2. Aksioma (Postulat) adalah pernyataan yang diasumsikan benar tanpa
bukti. Contoh: Ada tepat satu garis yang memuat 2 titik yang berbeda.

Kebenaran bahwa hanya ada garis c yang memuat titik A dan B dan
tidak ada garis yang lain sehingga tidak perlu diragukan lagi.
3. Teorema adalah pernyataan yang kebenarannya dibuktikan
berdasarkan definisi, postulat atau teorema yang telah dibuktikan
terlebih dahulu. Contoh: 2 sudut yang bertolak belakang adalah
kongruen. Pernyataan ini perlu dibuktikan kebenarannya. Untuk bukti
teorema tersebut, kita memerlukan definisi sudut, definisi bertolak
belakang dan sifat-sifat (teorema) hubungan 2 sudut. Langkah-langkah
pembuktian teorema harus logis dan setiap langkah harus disertai
alasan. Geometri sebagai sistem deduktif, nampak bahwa obyek
geometri merupakan benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak. Jadi
gambar dianggap sebagai peraga dari obyek geometri.
B. Pengukuran Jarak
Kita telah mempelajari betapa pentingnya berpikir logis bagi geometri, dengan
definisi-definisi yang telah ditetapkan dan sifat-sifat yang telah dibuktikan dibuat
definisi dan sifat baru. Kita tahu bahwa bukti sifat baru, atau teorema, didasarkan
pada sifat-sifat atau teorema yang telah dibuktikan. Dalam geometri beberapa
pernyataan yang disebut postulat, diterima tanpa bukti. Dari postulat-postulat
diturunkan teorema-teorema dan diturunkan teorema yang lebih banyak.
Penting dipahami bahwa postulat-postulat bertindak sebagai pondasi geometri.
Dalam geometri setiap orang harus menerima himpunan postulat yang sama atau jika
tidak mereka akan mendapatkan kesimpulan-kesimpulan berbeda.
Pernahkah kita menyaksikan seorang tukang kayu “membuat sebuah garis
dengan pensil” pada lantai atau dinding? Untuk membuat garis lurus yang
menghubungkan 2 titik berjauhan, tukang kayu itu membentangkan meteran dengan
kencang antara 2 titik itu, menandai jarak antara 2 titik tersebut, kemudian menarik
pensilnya pada permukaan dinding sehingga terbentuk sebuah garis. (Membuat garis
dari pensil diatas memberi ide postulat pertama untuk geometri).

Postulat 1 Di berikan dua titik yang berbeda, maka tepat satu garis yang memuat
kedua titik tersebut.
Jadi, dalam geometri postulat 1 menyatakan bahwa jika garis 1 memuat titik A
dan titik B tidak ada garis lain yang memuat kedua titik itu. Cara lain untuk
menyatakan ini adalah bahwa dua titik yang diketahui menentukan tepat satu garis,
yang bermakna bahwa dua titik itu membangun tepat satu dan hanya satu garis.
Bila kita membuat garis bilangan dengan mengaitkan bilangan-bilangan real
dengan titik pada sebuah garis, kita mempunyai beberapa kebebasan dalam
melakukannya. Seseorang bisa melakukannya seperti ini:
Orang lain dapat melakukan seperti ini:

Misalkan kita diminta menentukan jarak (menghitung banyaknya satuan)


antara dua titik A dan B. Jika kita menggunakan penomoran skala orang pertama,
akan tampak jarak A dan B adalah 3 satuan.

Jika kita menggunakan penomoran skala pada orang kedua, jaraknya adalah 6 satuan.

Jelaslah bahwa jarak itu tidak berubah, namun skalanya yang berubah. Untuk
menghindari kebingungan setiap kali berurusan dengan jarak, kesepakatan berikut
harus diperhatikan: dalam masalah tertentu, skala pada garis bilangan harus tetap
konstan.

Postulat 2 (Postulat Jarak) Setiap pasang titik berbeda berkesesuaian dengan tepat
satu bilangan real positif.

Postulat 3 (Postulat Penggaris) Titik-titik pada garis berkesesuaian dengan bilangan-


bilangan real sedemikian hingga:

1. setiap titik pada garis itu berkesesuaian dengan tepat satu bilangan real;
2. setiap bilangan real berkesesuaian dengan tepat satu titik pada garis; dan
3. jarak antara dua titik adalah nilai mutlak selisih bilangan-bilangan yang
bersesuaian.

Bagian 1 dan 2 postulat penggaris menjelaskan bagaimana membuat garis bilangan.


Bagian 3 menjelaskan bagaimana menggunakan garis bilangan sebagai alat ukur. Bila kita
mengukur panjang sebuah obyek, kita biasanya meletakkan satu ujung penggaris pada satu
ujung obyek yang kita ukur seperti pada gambar pertama di bawah ini. Kemudian kita
melihat ujung lain obyek itu untuk melihat ukuran yang bersesuaian pada penggaris.

Misalkan penggaris yang kita gunakan rusak di salah satu ujungnya, sehingga kita
tidak dapat menempatkan dengan benar pada objek. Haruskah kita gunakan penggaris lain?
Tidak, masih bisa dilakukan pengukuran dengan penggaris rusak itu seperti ditunjukkan pada
gambar kedua.

Setiap titik pada garis bilangan mempunyai nama dan koordinat sekaligus. Kita tahu
sebelumya bahwa nama-nama titik ditulis dalam huruf kapital. Koordinat-koordinatnya tentu
bilangan-bilangan real.

Simbol AB akan digunakan untuk menyatakan jarak antara titik A dan titik B. Jadi
dalam gambar di atas, FJ = |5−1| = 4 dan EH = |3−0| = 3. Pandang beberapa titik dengan
koordinat negatif CG = |2−(−2)| = 4. Ada satu pertanyaan lagi yang harus dijawab. Kadang-
kadang koordinatnya berupa peubah yang dapat bernilai positif dan negatif. Pandang A dan B
berturut-turut dengan koordinat x dan y. Jika kita mengatakan jarak antara A dan B selalu
bermakna y-x, kadang-kadang kita dapatkan bilangan negatif. Sebagai contoh, misalnya
koordinat titik A adalah x = 9 dan koordinat titik B adalah y = 2. Maka y – x = 2 - 9 = -7.
Tetapi menurut Postulat 2, jarak selalu bilangan positif. Sederhananya kita dapat mengambil
nilai mutlak y – x.

C. Pemilihan Penggaris Tak Hingga


Postulat penggaris memungkinkan kita menciptakan sistem koordinat pada garis. Ini
dapat dilakukan dalam banyak cara. Salah satunya adalah memilih sebarang titik P
berkoordinat “0”. Kemudian labeli koordinat positif di salah satu arahnya.
atau
Postulat 4 (Postulat Penempatan Penggaris) Diberikan dua titik P dan Q pada satu garis,
sistem koordinat dapat dipilih sedemikian hingga koordinat titik P adalah nol dan
koordinat titik Q adalah positif.

Kita telah mempunyai beberapa konsep antara, tetapi definisi formal diperlukan:
Definisi 1.1 (Keantaraan titik-titik) Diberikan tiga titik A, B dan C, B dikatakan
diantara A dan C jika dan hanya jika
1. A, B dan C pada garis yang sama
2. AB + BC = AC

Gambar di atas menunjukkan bahwa titik Y tidak di antara titik X dan titik Z,
sedangkan titik B berada di antara titik A dan titik C. Sehingga jika suatu titik berada di
antara dua titik yang lain maka ketiga titik tersebut pasti berada pada satu garis, dan
dikatakan bahwa jarak AC sama dengan jarak AB ditambah jarak BC atau AB + BC =
AC.

Teorema 1.1 Misal A, B dan C tiga titik pada sebuah garis dengan koordinat berturut-
turut x, y dan z. Jika x < y < z, maka B diantara A dan C
Diketahui: A, B dan C pada garis yang sama dan mempunyai koordinat x, y, z dengan x
< y < z.

Buktikan: B diantara A dan C

Bukti: Dari yang diketahui yaitu A, B dan C segaris, dan x < y < z.

Berdasarkan Postulat Penggaris AB = | y −x| dan BC = |z− y|, sehingga AB + BC =


| y −x| + |z− y|. Karena nilai mutlak bilangan didefinisikan sebagai jarak dari nol,
pernyataan itu menjadi AB + BC = y -x + z – y = -x + z, sebab y + (-y) = 0. Atau, AB +
BC = |z−x|.

Berdasarkan postulat Penggaris, |z−x| adalah jarak antara A dan C, sehingga AB + BC


= AC. Jadi, terbukti bahwa B terletak di antara A dan C.

Teorema 1.2 Dari tiga titik berbeda pada garis yang sama ada tepat satu titik diantara
dua yang lainnya.

Diketahui A, B dan C adalah tiga titik pada garis yang sama.

Buktikan: Salah satu di antara A, B, atau C terletak di antara dua titik yang lain.

Bukti: Dari definisi keantaran, paling sedikit satu dari yang berikut adalah benar: AB +
BC = AC, AC + CB = AB, atau BA + AC = BC. Jika pernyataan pertama benar, maka
AC adalah jarak terpanjang di antara AB, AC dan BC; jika pernyataan kedua benar,
maka AB jarak terpanjang. Demikian pula, jika pernyataan ketiga benar, maka BC jarak
terpanjang. Menurut sifat trikotomi, hanya satu di antara tiga bilangan yang bisa
terbesar. Oleh karena itu hanya ada satu pernyataan yang benar. Jadi, hanya satu titik
yang berada di antara dua titik lainnya.

Definisi 1.2 (Ruas Garis/Segmen) Himpunan titik-titik disebut ruas garis/segmen


jika dan hanya jika himpunan itu memuat dua titik dan semua titik-titik lainnya berada
diantara dua titik itu.
Ruas garis ditandai dengan huruf besar pada masing-masing titik akhirnya dan
´ atau BA
dilambangkan dengan dua huruf besar yang diberi strip diatasnya, misalnya: AB ´ .

Definisi 1.3 (Segmen Kongruen) Dua atau lebih ruas garis (segmen) dikatakan
kongruen jika dan hanya jika ruas-ruas garis tersebut mempunyai panjang yang sama.

Segmen-segmen yang kongruen dikatakan mempunyai kongruensi. Simbol “ ≅”


bermakna “kongruen dengan” dan sebaliknya.

Teorema 1.3 Kongruensi antar segmen adalah hubungan equvalensi

´ , CD
Diketahui: AB ´ dan EF ´ ≅ CD
´ . AB ´ , CD
´ ≅ EF
´

´ ≅ AB
Buktikan: AB ´ (refleksif), CD
´ ≅ AB
´ (simetris), AB
´ ≅ EF
´ (transitif)

´ ≅ CD
Bukti: Jika AB ´ dan CD
´ ≅ EF ´ ≅ AB
´ maka AB ´ , CD ´ dan AB
´ ≅ AB ´ ≅ EF
´ . Dengan
´ bersesuaian dengan suatu jarak AB
Postulat Penggaris, Anda tahu sebuah segmen, AB
´ ≅ AB
yang merupakan bilangan real, sehingga berdasarkan sifat refleksif AB ´ .
´ ≅ AB
Berdasarkan definisi kongruen, jika AB = AB maka AB ´ . Demikian juga, diketahui

AB ´ maka AB = CD dan dengan simetris CD =AB, yang mengakibatkan CD


´ ≅ CD ´
´ ≅ AB
´ ≅ EF
dan CD ´ maka AB = CD dan CD = EF. Dengan sifat transitif AB = EF yang
´ ≅ EF
mengakibatkan kongruensi AB ´ . Karena kongruensi antara AB, CD, dan EF adalah
refleksif, simetris dan transitif, kongruen antara segmen-segmen memenuhi definisi
relasi ekuvalensi.

AB) adalah bagian garis yang memuat titik


Definisi 1.4 (Sinar Garis) Sinar garis AB (⃗
´ pada sisi yang sama seperti B dari A. Sinar garis disebut
A dan setiap titik pada AB
dengan nama sinar.

Sinar dilambangkan oleh dua huruf besar, huruf pertama sebagai pangkal sinar dan huruf
kedua sebagai arah sinar. Simbol Sinar (→) selalu kearah kanan tanpa memperhatikan
AB.
arah sebenarnya. Sinar dibawah ini dinamai ⃗
AB dan ⃗
Definisi 1.5 (Sinar Berlawanan) ⃗ AC disebut dua sinar yang berlawanan jika
dan hanya jika A diantara B dan C.

CB dan ⃗
Contoh: Pada gambar berikut sinar ⃗ CA adalah sinar yang berlawanan.

AB adalah sinar dan x adalah bilangan


Teorema 1.4 (Penempatan Titik) Misal ⃗
AB sedemikian hingga AP = x .
positif. Maka tepat ada satu titik P pada ⃗

ABdan bilangan positif x


Diketahui: ⃗

AB sedemikian hingga AP = x
Buktikan: Ada tepat satu titik P harus pada ⃗

´ sedemikian hingga
Bukti: Dengan Postulat Penggaris, pilih sistem koordinat pada AB
A mempunyai koordinat 0 dan B positif. Misal P adalah titik berkoodirnat x. Misal x > 0 dan
AB, dan misal hanya satu titik yang mempunyai koordinat x, dan
P pada ⃗

AP = |x−0| = x, maka hanya P yang berjarak x dari A.

´ jika dan hanya jika (1) B diantara A


Definisi 1.6 Titik B disebut titik tengah pada AC
dan C dan (2) AB = BC .
Teorema 1.5 Setiap ruas garis mempunyai tepat satu titik tengah

´ dan P titik tengah AB


Diketahui: AB ´ . Buktikan: Ada tepat satu titik P pada AB
´
sedemikian hingga (1) P di antara A dan B (2) AP = PB

Bukti:
Misal AP + PB = AB, dan AP = PB dengan substitusi AP pada PB maka diperoleh AP

1 ´ yang
= AB. Berdasarkan teorema penempatan titik maka ada tepat satu titik P pada AB
2

1 ´ mempunyai tepat satu titik tengah.


berjarak AB dari A. Jadi AB
2

Definisi 1.7 (Pembagian dua, Bisektor) Suatu titik, garis, sinar, atau bidang membagi dua
sebuah segmen bila dan hanya bila persekutuannya dengan segmen hanya pada titik tengah
´ disebut bisektor AC
segmen. Bangun yang membagi dua sama panjang AC ´ .

Definisi 1.8 (Garis Sumbu) Garis Sumbu Segmen adalah garis yang tegak lurus segmen itu
di titik tengahnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Daftar Pustaka

Dr. Susanah, M.Pd, Drs. Hartono. 2014.Geometri. Surabaya: Unesa University Press-2004

Modul pengayaan matematika untuk SMA/MA kelas XII Semester 1.

Gambar-gambar

https://subhandepok.wordpress.com/bahan-ajar/materi-ajar/kelas-vii/gambar-ragam-hias-
garis/

http://geo-metris.blogspot.co.id/2015/08/bangun-datar-2-dimensi.html

https://www.slideshare.net/grizkif/geometri-bidang-kelompok-9

http://0903347.blogspot.co.id/2011/12/geometri.html

https://www.slideshare.net/agusloveridha/aksioma-insidensi-dalam-geometri-euclid-final

http://www.gibsonsothebysrealty.com/blog/2013/01/07/construction-industry-jobs-up-in-
boston-by-12/

http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/08/rumus-mencari-luas-selimut-pada-
tabung.html

http://www.mikirbae.com/2017/02/hubungan-antara-titik-garis-dan-bidang.html

http://mmujari.blogspot.co.id/2014/11/garis-dan-sudut.html

Anda mungkin juga menyukai