Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG PENGUKURAN JARAK SERTA PEMILIHAN PENGGARIS

TAK HINGGA DALAM GEOMETRI


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Geometri
Dosen pengampu : Ciptianingsari Ayu Vitant S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Umi Rahma Wahidah (2420001)

Miftakhul Khoiroh (2420002)

Fenti Ismatu Rizki (2420003)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur seraya kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas yang dibebankan
oleh dosen pengampu kami. Di samping itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisi materi tentang Pengukuran Jarak Serta Pemilihan Penggaris
Tak Hingga Dalam Geometri. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Geometri. Di samping itu juga dapat bermanfaat untuk para pembaca guna
mendapatkan wawasan dan pengetahuan.
Dari hati yang terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan
makalah ini, karena kami tahu makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami berharap kritik, saran dan masukan yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaannya ke depan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
sesuai dengan fungsinya. Amin.

Jombang, 23 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1

2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 1

3. TUJUAN ......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

A. Geometri Dan Pemecahan Masalah ............................................................................ 2

a. Titik ............................................................................................................................. 2

b. Garis ............................................................................................................................ 2

c. Bidang ......................................................................................................................... 3

B. Pengukuran Jarak ......................................................................................................... 5

C. Pemilihan Penggaris Tak Hingga ................................................................................ 8

D. Contoh Soal .................................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16

A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 16

B. SARAN ........................................................................................................................ 16

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Geometri (dari bahasa yunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secara harfiah berarti
pengukuran tentang bumi, adalah cabang dari matematika yang mempelajari hubungan di
dalam ruang. Dari pengalaman, atau mungkin secara intuitif, orang dapat mengetahui ruang
dari ciri dasarnya, yang diistilahkan sebagai aksiom dalam geometri.

Catatan paling awal mengenai geometri dapat ditelusuri hingga ke zaman Mesir kuno,
peradaban Lembah Sungai Indus dan Babilonia. Peradaban-peradaban ini diketahui memiliki
keahlian dalam drainase rawa, irigasi , pengendalian banjir dan pendirian bangunan-bagunan
besar. Kebanyakan geometri Mesir kuno dan Babilonia terbatas hanya pada perhitungan
panjang segmen-segmen garis, luas, dan volume.
Geometri terbagi atas beberapa macam antara lain : segitiga, persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran.

2. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud geometri dan bagaimana memecahkan masalahnya?
b) Bagaimana cara mengukur Jarak ?
c) Bagaimana menciptakan sistem koordinat pada garis dengan memilih penggaris tak
hingga

3. TUJUAN
a) Mendeskripsikan geometri dan cara memecahkan masalahnya
b) Mendeskripsikan cara mengukur Jarak
c) Mendeskripsikan cara pemilihan penggaris tak hingga

1
BAB II
Pembahasan

A. Geometri Dan Pemecahan Masalah


Geometri merupakan cabang matematika yang tidak mengutamakan hubungan antar
bilangan, meskipun ia menggunakan bilangan. Tetapi geometri mempelajari hubungan antara
titik-titik, garis-garis, sudut-sudut, bidang-bidang serta bangun datar dan bangun ruang
(solid). Banyak fakta dalam aritmatika atau aljabar dibuktikan dalam geometri. Sebagai
contoh dalam geometri dibuktikan bahwa kuadrat hipotenusa segitiga siku-siku sama dengan
jumlah dua sisi yang lain.

Geometri merupakan sistem matematika yang menggunakan penalaran deduktif


berdasarkan fakta yang dikenal dan dapat diterima untuk menemukan sifat-sifat baru.
Disamping itu, pelajaran geometri sangat berharga karena luasnya aplikasi subyek-subyek
lain dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh : bagaimana seorang Astronot menggunakan
geometri mengukur jarak dari bumi ke bulan.
Geometri sebagai sistem deduktif dimulai dengan unsur-unsur yang tidak didefinisikan
yang disebut unsur primitif. Ada 3 unsur yang tidak didefinisikan yaitu :
a. Titik
Yaitu suatu tempat (posisi) dalam ruang (space), tidak mempunyai panjang dan tidak
mempunyai tebal. Dikarenakan titik tidak bisa dijelaskan dengan cara biasa, titik
termasuk sesuatu yang tak terdefinisi.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka untuk menandai sebuah titik dapat disimbolkan
dalam wujud noktah atau silang.

1. “.” Noktah untuk mewujudkan titik


2. “x” Silang untuk mewujudkan titik
b. Garis
Yaitu himpunan titik-titik yang mempunyai panjang tetapi tidak mempunyai lebar.
Macam-macam garis yaitu:
➢ Garis Lurus

2
➢ Garis Patah

➢ Garis Lengkung

c. Bidang
Suatu bidang adalah permukaan datar yang diperpanjang tak terhingga ke
segala arah, memiliki panjang dan lebar tetapi tidak memiliki ketebalan.
Bidang termasuk dimensi dua.
➢ Bidang datar

➢ Bidang Lengkung
Contoh bidang lengkung adalah selimut tabung dan permukaan
bola.

3
Berpangkal dari tiga unsur primitif (yang tak didefinisikan) titik, garis dan bidang, akan
dimulai untuk menggunakan definisi, postulat (aksioma) dan teorema.
1. Definisi adalah pernyataan yang mendeskripsikan bangun-bangun dan sifat-sifat
tertentu. Contoh segmen (ruas garis) adalah himpunan titik-titik yang memuat dua
titik dan semua titik-titik lainnya berada diantara dua titik itu.
2. Aksioma (Postulat) adalah pernyataan yang diasumsikan benar tanpa bukti.
Contoh: Ada tepat satu garis yang memuat 2 titik yang berbeda.

Kebenaran bahwa hanya ada garis c yang memuat titik A dan B dan tidak ada
garis yang lain sehingga tidak perlu diragukan lagi.
3. Teorema adalah pernyataan yang kebenarannya dibuktikan berdasarkan definisi,
postulat atau teorema yang telah dibuktikan terlebih dahulu. Contoh: 2 sudut yang
bertolak belakang adalah kongruen. Pernyataan ini perlu dibuktikan
kebenarannya. Untuk bukti teorema tersebut, kita memerlukan definisi sudut,
definisi bertolak belakang dan sifat-sifat (teorema) hubungan 2 sudut. Langkah-
langkah pembuktian teorema harus logis dan setiap langkah harus disertai alasan.
Geometri sebagai sistem deduktif, nampak bahwa obyek geometri merupakan
benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak. Jadi gambar dianggap sebagai peraga
dari obyek geometri.

4
B. Pengukuran Jarak

Kita telah mempelajari betapa pentingnya berpikir logis bagi geometri, dengan
definisi-definisi yang telah ditetapkan dan sifat-sifat yang telah dibuktikan dibuat definisi dan
sifat baru. Kita tahu bahwa bukti sifat baru, atau teorema, didasarkan pada sifat-sifat atau
teorema yang telah dibuktikan. Dalam geometri beberapa pernyataan yang disebut postulat,
diterima tanpa bukti. Dari postulat-postulat diturunkan teorema-teorema dan diturunkan
teorema yang lebih banyak.

Penting dipahami bahwa postulat-postulat bertindak sebagai pondasi geometri. Dalam


geometri setiap orang harus menerima himpunan postulat yang sama atau jika tidak mereka
akan mendapatkan kesimpulan-kesimpulan berbeda.
Pernahkah kita menyaksikan seorang tukang kayu “membuat sebuah garis dengan
pensil” pada lantai atau dinding? Untuk membuat garis lurus yang menghubungkan 2 titik
berjauhan, tukang kayu itu membentangkan meteran dengan kencang antara 2 titik itu,
menandai jarak antara 2 titik tersebut, kemudian menarik pensilnya pada permukaan dinding
sehingga terbentuk sebuah garis. (Membuat garis dari pensil diatas memberi ide postulat
pertama untuk geometri).

Postulat 1 Di berikan dua titik yang berbeda, maka tepat satu garis yang memuat
kedua titik tersebut.
Jadi, dalam geometri postulat 1 menyatakan bahwa jika garis 1 memuat titik A dan
titik B tidak ada garis lain yang memuat kedua titik itu. Cara lain untuk menyatakan ini
adalah bahwa dua titik yang diketahui menentukan tepat satu garis, yang bermakna bahwa
dua titik itu membangun tepat satu dan hanya satu garis.

5
Bila kita membuat garis bilangan dengan mengaitkan bilangan-bilangan real dengan
titik pada sebuah garis, kita mempunyai beberapa kebebasan dalam melakukannya. Seseorang
bisa melakukannya seperti ini:

Orang lain dapat melakukan seperti ini:

Misalkan kita diminta menentukan jarak (menghitung banyaknya satuan) antara dua
titik A dan B. Jika kita menggunakan penomoran skala orang pertama, akan tampak jarak A
dan B adalah 3 satuan.

Jika kita menggunakan penomoran skala pada orang kedua, jaraknya adalah 6 satuan.

Jelaslah bahwa jarak itu tidak berubah, namun skalanya yang berubah. Untuk
menghindari kebingungan setiap kali berurusan dengan jarak, kesepakatan berikut harus
diperhatikan: dalam masalah tertentu, skala pada garis bilangan harus tetap konstan.

Postulat 2 (Postulat Jarak) Setiap pasang titik berbeda berkesesuaian dengan tepat
satu bilangan real positif.

Postulat 3 (Postulat Penggaris) Titik-titik pada garis berkesesuaian dengan bilangan-


bilangan real sedemikian hingga:

1. setiap titik pada garis itu berkesesuaian dengan tepat satu bilangan real;
2. setiap bilangan real berkesesuaian dengan tepat satu titik pada garis; dan

6
3. jarak antara dua titik adalah nilai mutlak selisih bilangan-bilangan yang
bersesuaian.

Bagian 1 dan 2 postulat penggaris menjelaskan bagaimana membuat garis bilangan.


Bagian 3 menjelaskan bagaimana menggunakan garis bilangan sebagai alat ukur. Bila kita
mengukur panjang sebuah obyek, kita biasanya meletakkan satu ujung penggaris pada satu
ujung obyek yang kita ukur seperti pada gambar pertama di bawah ini. Kemudian kita melihat
ujung lain obyek itu untuk melihat ukuran yang bersesuaian pada penggaris.

Misalkan penggaris yang kita gunakan rusak di salah satu ujungnya, sehingga kita
tidak dapat menempatkan dengan benar pada objek. Haruskah kita gunakan penggaris lain?
Tidak, masih bisa dilakukan pengukuran dengan penggaris rusak itu seperti ditunjukkan pada
gambar kedua.

Setiap titik pada garis bilangan mempunyai nama dan koordinat sekaligus. Kita tahu
sebelumya bahwa nama-nama titik ditulis dalam huruf kapital. Koordinat-koordinatnya tentu
bilangan-bilangan real.

Simbol AB akan digunakan untuk menyatakan jarak antara titik A dan titik B. Jadi
dalam gambar di atas, FJ = |5 − 1| = 4 dan EH = |3 − 0| = 3. Pandang beberapa titik dengan
koordinat negatif CG = |2 − (−2)| = 4. Ada satu pertanyaan lagi yang harus dijawab.
Kadang-kadang koordinatnya berupa peubah yang dapat bernilai positif dan negatif. Pandang
A dan B berturut-turut dengan koordinat x dan y. Jika kita mengatakan jarak antara A dan B
selalu bermakna y-x, kadang-kadang kita dapatkan bilangan negatif. Sebagai contoh,
misalnya koordinat titik A adalah x = 9 dan koordinat titik B adalah y = 2. Maka y – x = 2 - 9

7
= -7. Tetapi menurut Postulat 2, jarak selalu bilangan positif. Sederhananya kita dapat
mengambil nilai mutlak y – x.

C. Pemilihan Penggaris Tak Hingga

Postulat penggaris memungkinkan kita menciptakan sistem koordinat pada garis. Ini
dapat dilakukan dalam banyak cara. Salah satunya adalah memilih sebarang titik P
berkoordinat “0”. Kemudian labeli koordinat positif di salah satu arahnya.

atau
Postulat 4 (Postulat Penempatan Penggaris) Diberikan dua titik P dan Q pada satu garis,
sistem koordinat dapat dipilih sedemikian hingga koordinat titik P adalah nol dan koordinat
titik Q adalah positif.

Kita telah mempunyai beberapa konsep antara, tetapi definisi formal diperlukan:
Definisi 1.1 (Keantaraan titik-titik) Diberikan tiga titik A, B dan C, B dikatakan diantara A
dan C jika dan hanya jika
1. A, B dan C pada garis yang sama
2. AB + BC = AC

Gambar di atas menunjukkan bahwa titik Y tidak di antara titik X dan titik Z, sedangkan
titik B berada di antara titik A dan titik C. Sehingga jika suatu titik berada di antara dua titik
yang lain maka ketiga titik tersebut pasti berada pada satu garis, dan dikatakan bahwa jarak
AC sama dengan jarak AB ditambah jarak BC atau AB + BC = AC.

8
Teorema 1.1 Misal A, B dan C tiga titik pada sebuah garis dengan koordinat berturut-turut
x, y dan z. Jika x < y < z, maka B diantara A dan C

Diketahui: A, B dan C pada garis yang sama dan mempunyai koordinat x, y, z dengan x < y <
z.

Buktikan: B diantara A dan C

Bukti: Dari yang diketahui yaitu A, B dan C segaris, dan x < y < z.

Berdasarkan Postulat Penggaris AB = |𝑦 − 𝑥| dan BC = |𝑧 − 𝑦|, sehingga AB + BC = |𝑦 − 𝑥|


+ |𝑧 − 𝑦|. Karena nilai mutlak bilangan didefinisikan sebagai jarak dari nol, pernyataan itu
menjadi AB + BC = y -x + z – y = -x + z, sebab y + (-y) = 0. Atau, AB + BC = |𝑧 − 𝑥|.

Berdasarkan postulat Penggaris, |𝑧 − 𝑥| adalah jarak antara A dan C, sehingga AB + BC =


AC. Jadi, terbukti bahwa B terletak di antara A dan C.

Teorema 1.2 Dari tiga titik berbeda pada garis yang sama ada tepat satu titik diantara dua
yang lainnya.

Diketahui A, B dan C adalah tiga titik pada garis yang sama.

Buktikan: Salah satu di antara A, B, atau C terletak di antara dua titik yang lain.

Bukti: Dari definisi keantaran, paling sedikit satu dari yang berikut adalah benar: AB + BC =
AC, AC + CB = AB, atau BA + AC = BC. Jika pernyataan pertama benar, maka AC adalah
jarak terpanjang di antara AB, AC dan BC; jika pernyataan kedua benar, maka AB jarak
terpanjang. Demikian pula, jika pernyataan ketiga benar, maka BC jarak terpanjang.
Menurut sifat trikotomi, hanya satu di antara tiga bilangan yang bisa terbesar. Oleh
karena itu hanya ada satu pernyataan yang benar. Jadi, hanya satu titik yang berada di antara
dua titik lainnya.

9
Definisi 1.2 (Ruas Garis/Segmen) Himpunan titik-titik disebut ruas garis/segmen jika
dan hanya jika himpunan itu memuat dua titik dan semua titik-titik lainnya berada diantara
dua titik itu.

Ruas garis ditandai dengan huruf besar pada masing-masing titik akhirnya dan dilambangkan
̅̅̅̅ atau 𝐵𝐴
dengan dua huruf besar yang diberi strip diatasnya, misalnya: 𝐴𝐵 ̅̅̅̅.

Definisi 1.3 (Segmen Kongruen) Dua atau lebih ruas garis (segmen) dikatakan kongruen
jika dan hanya jika ruas-ruas garis tersebut mempunyai panjang yang sama.

Segmen-segmen yang kongruen dikatakan mempunyai kongruensi. Simbol “ ≅” bermakna


“kongruen dengan” dan sebaliknya.

Teorema 1.3 Kongruensi antar segmen adalah hubungan equvalensi

Diketahui: ̅̅̅̅
𝐴𝐵 , ̅̅̅̅
𝐶𝐷 dan ̅̅̅̅
𝐸𝐹 . ̅̅̅̅
𝐴𝐵 ≅ ̅̅̅̅
𝐶𝐷, ̅̅̅̅
𝐶𝐷 ≅ ̅̅̅̅
𝐸𝐹

̅̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
Buktikan: 𝐴𝐵 ̅̅̅̅ (refleksif), 𝐶𝐷
̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
̅̅̅̅ (simetris), 𝐴𝐵
̅̅̅̅ ≅ 𝐸𝐹
̅̅̅̅ (transitif)

̅̅̅̅ ≅ 𝐶𝐷
Bukti: Jika 𝐴𝐵 ̅̅̅̅ dan 𝐶𝐷
̅̅̅̅ ≅ 𝐸𝐹
̅̅̅̅ maka 𝐴𝐵
̅̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
̅̅̅̅, 𝐶𝐷
̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
̅̅̅̅ dan 𝐴𝐵
̅̅̅̅ ≅ 𝐸𝐹
̅̅̅̅ . Dengan
Postulat Penggaris, Anda tahu sebuah segmen, ̅̅̅̅̅
𝐴𝐵 bersesuaian dengan suatu jarak AB yang
merupakan bilangan real, sehingga berdasarkan sifat refleksif ̅̅̅̅̅
𝐴𝐵 ≅ ̅̅̅̅
𝐴𝐵 . Berdasarkan
̅̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
definisi kongruen, jika AB = AB maka 𝐴𝐵 ̅̅̅̅. Demikian juga, diketahui 𝐴𝐵
̅̅̅̅ ≅ 𝐶𝐷
̅̅̅̅ maka
AB = CD dan dengan simetris CD =AB, yang mengakibatkan ̅̅̅̅
𝐶𝐷 ≅ ̅̅̅̅
𝐴𝐵 dan ̅̅̅̅
𝐶𝐷 ≅ ̅̅̅̅
𝐸𝐹 maka
̅̅̅̅
AB = CD dan CD = EF. Dengan sifat transitif AB = EF yang mengakibatkan kongruensi 𝐴𝐵
̅̅̅̅ . Karena kongruensi antara AB, CD, dan EF adalah refleksif, simetris dan transitif,
≅ 𝐸𝐹
kongruen antara segmen-segmen memenuhi definisi relasi ekuvalensi.

10
⃗⃗⃗⃗⃗ ) adalah bagian garis yang memuat titik A dan
Definisi 1.4 (Sinar Garis) Sinar garis AB (𝐴𝐵
setiap titik pada ⃡⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 pada sisi yang sama seperti B dari A. Sinar garis disebut dengan nama
sinar.

Sinar dilambangkan oleh dua huruf besar, huruf pertama sebagai pangkal sinar dan huruf
kedua sebagai arah sinar. Simbol Sinar (→) selalu kearah kanan tanpa memperhatikan arah
sebenarnya. Sinar dibawah ini dinamai ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 .

Definisi 1.5 (Sinar Berlawanan) ⃗⃗⃗⃗⃗


𝐴𝐵 dan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 disebut dua sinar yang berlawanan jika dan
hanya jika A diantara B dan C.

⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝐶𝐴
Contoh: Pada gambar berikut sinar 𝐶𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ adalah sinar yang berlawanan.

Teorema 1.4 (Penempatan Titik) Misal ⃗⃗⃗⃗⃗


𝐴𝐵 adalah sinar dan x adalah bilangan positif.
Maka tepat ada satu titik P pada ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 sedemikian hingga AP = x .

⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan bilangan positif x


Diketahui: 𝐴𝐵

Buktikan: Ada tepat satu titik P harus pada ⃗⃗⃗⃗⃗


𝐴𝐵 sedemikian hingga AP = x

⃡⃗⃗⃗⃗ sedemikian hingga


Bukti: Dengan Postulat Penggaris, pilih sistem koordinat pada 𝐴𝐵
A mempunyai koordinat 0 dan B positif. Misal P adalah titik berkoodirnat x. Misal x > 0 dan
⃗⃗⃗⃗⃗ , dan misal hanya satu titik yang mempunyai koordinat x, dan
P pada 𝐴𝐵

11
AP = |𝑥 − 0| = x, maka hanya P yang berjarak x dari A.

̅̅̅̅ jika dan hanya jika (1) B diantara A dan C


Definisi 1.6 Titik B disebut titik tengah pada 𝐴𝐶
dan (2) AB = BC .
Teorema 1.5 Setiap ruas garis mempunyai tepat satu titik tengah

̅̅̅̅ dan P titik tengah 𝐴𝐵


Diketahui: 𝐴𝐵 ̅̅̅̅ .

̅̅̅̅ sedemikian hingga (1) P di antara A dan B (2) AP =


Buktikan: Ada tepat satu titik P pada 𝐴𝐵
PB

Bukti:

1
Misal AP + PB = AB, dan AP = PB dengan substitusi AP pada PB maka diperoleh AP = 2

AB. Berdasarkan teorema penempatan titik maka ada tepat satu titik P pada ̅̅̅̅
𝐴𝐵 yang berjarak
1
AB dari A. Jadi ̅̅̅̅
𝐴𝐵 mempunyai tepat satu titik tengah.
2

Definisi 1.7 (Pembagian dua, Bisektor) Suatu titik, garis, sinar, atau bidang membagi dua
sebuah segmen bila dan hanya bila persekutuannya dengan segmen hanya pada titik tengah
̅̅̅̅ disebut bisektor 𝐴𝐶
segmen. Bangun yang membagi dua sama panjang 𝐴𝐶 ̅̅̅̅ .

Definisi 1.8 (Garis Sumbu) Garis Sumbu Segmen adalah garis yang tegak lurus segmen itu
di titik tengahnya.

D. Contoh Soal
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 2a cm. Panjang ruas
garis HB adalah ⋯⋅
A. (2a√3 − a√2) cm D. 2a√2 cm
B. a√2 cm E. 2a√3 cm
C. a√3 cm

12
Pembahasan

Pertama, perhatikan segitiga ABD (siku-siku di A). Panjang BD dapat ditentukan dengan rumus
Pythagoras, yaitu
BD = √𝐴𝐵 2 + 𝐴𝐷2
= √(2𝑎)2 + (2𝑎)2
= √82
= 2𝑎√2 cm
Sekarang, perhatikan segitiga BDH (siku-siku di D). Panjang HB juga dapat ditentukan dengan rumus
Pythagoras, yaitu
HB = √𝐵𝐷2 + 𝐷𝐻 2
2
= √(2𝑎√2) + (2𝑎)2
= √8𝑎2 + 4𝑎2
= √12𝑎2
= 2𝑎√3 cm

Jadi, panjang ruas garis HB adalah = 2𝑎√3 cm (Jawaban E)

2. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 8 cm. M adalah titik tengah EH. Jarak titik M ke
garis AG sama dengan ⋯⋅⋯⋅
A. 4√6 cm D. 4√2 cm
B. 4√5 cm E. 4 cm
C. 4√3 cm

Pembahasan

13
Misalkan titik O merupakan proyeksi titik M pada garis AG. Titik O tepat di tengah
AG karena panjang MA dan MG sama.

Pertama, perhatikan segitiga siku-siku MHG.

Diketahui HG=8 cm dan MH=4 cm (setengah dari panjang rusuk kubus). Dengan
Teorema Pythagoras, diperoleh

MG = √𝐻𝐺 2 + 𝑀𝐻 2
= √82 + 42
= √64 + 16
= √80
= 4√5 cm

Sekarang, tinjau segitiga siku-siku MOG. Diketahui OG=4√3cm (setengah dari


panjang diagonal ruang kubus) dan MG=4√5cm. Dengan Teorema Pythagoras,
diperoleh

MO = √𝑀𝐺 2 − 𝑂𝐺 2
2 2
= √(4√5) + (4√3)
= √80 − 48
= √32
= 4√2 cm

Jadi, jarak titik M ke garis AG sama dengan 4√2 cm (Jawaban D)

3. Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah 12 cm. Jika P titik tengah CG, maka jarak titik P ke
garis HB adalah ⋯⋅⋯⋅
A. 8√5 cm D. 6√2 cm
B. 6√5 cm E. 6 cm
C. 6√3 cm

14
Pembahasan

Misalkan O merupakan proyeksi P ke garis HB. Titik O berada di tengah garis HB karena PB
= PH. Pertama-tama, perhatikan dulu segitiga siku-siku BCP. Diketahui bahwa BC = 12 cm
dan CP = 6 cm sehingga dengan menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh

BP = √𝐵𝐶 2 + 𝐶𝑃2
= √122 + 62
= √144 − 36
= √180
= 6√5 cm
HB merupakan diagonal ruang kubus, dan karena panjang rusuknya s = 12 cm maka HB
= s√3 = 12√3 cm. Ini berarti PH = ½ (12√3) = 6√3 = √108 cm.
Selanutnya, perhatikan segitiga siku-siku BOP. Panang OP merupakan arak jtitik P ke
garis HB. Dengan menggunakan Teorema Pythagoras kembali, diperoleh

OP = √𝐵𝑃2 + 𝑂𝐵 2
= √180 − 108
= √72
= 6√2 cm
Jadi, jarak titik P dengan garis HB adalah 6√2 cm (Jawaban D)

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Geometri merupakan sistem matematika yang menggunakan penalaran deduktif


berdasarkan fakta yang dikenal dan dapat diterima untuk menemukan sifat-sifat baru.
Disamping itu, pelajaran geometri sangat berharga karena luasnya aplikasi subyek-subyek
lain dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh : bagaimana seorang Astronot menggunakan
geometri mengukur jarak dari bumi ke bulan.

Jadi, dalam geometri postulat 1 menyatakan bahwa jika garis 1 memuat titik A dan
titik B tidak ada garis lain yang memuat kedua titik itu. Cara lain untuk menyatakan ini
adalah bahwa dua titik yang diketahui menentukan tepat satu garis, yang bermakna bahwa
dua titik itu membangun tepat satu dan hanya satu garis.

Postulat penggaris memungkinkan kita menciptakan sistem koordinat pada garis. Ini
dapat dilakukan dalam banyak cara. Salah satunya adalah memilih sebarang titik P
berkoordinat “0”. Kemudian labeli koordinat positif di salah satu arahnya.

B. SARAN
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
rahmatnya dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan untuk kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Dan dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada
penulisan makalah, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyusunan
makalahmakalah selanjutnya.

16
Daftar Pustaka

Dr. Susanah, M.Pd, Drs. Hartono. 2014.Geometri. Surabaya: Unesa University Press-2004

Modul pengayaan matematika untuk SMA/MA kelas XII Semester 1.


https://mathcyber1997.com/soal-dan-pembahasan-dimensi-tiga-konsep-jarak-titik-garis-dan-
bidang/

Gambar-gambar

https://subhandepok.wordpress.com/bahan-ajar/materi-ajar/kelas-vii/gambar-ragam-hias-
garis/

http://geo-metris.blogspot.co.id/2015/08/bangun-datar-2-dimensi.html

https://www.slideshare.net/grizkif/geometri-bidang-kelompok-9

http://0903347.blogspot.co.id/2011/12/geometri.html

https://www.slideshare.net/agusloveridha/aksioma-insidensi-dalam-geometri-euclid-final

http://www.gibsonsothebysrealty.com/blog/2013/01/07/construction-industry-jobs-up-in-
boston-by-12/

http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/08/rumus-mencari-luas-selimut-pada-
tabung.html

http://www.mikirbae.com/2017/02/hubungan-antara-titik-garis-dan-bidang.html

http://mmujari.blogspot.co.id/2014/11/garis-dan-sudut.html

17

Anda mungkin juga menyukai