Oleh:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur seraya kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas yang dibebankan
oleh dosen pengampu kami. Di samping itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisi materi tentang Pengukuran Jarak Serta Pemilihan Penggaris
Tak Hingga Dalam Geometri. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Geometri. Di samping itu juga dapat bermanfaat untuk para pembaca guna
mendapatkan wawasan dan pengetahuan.
Dari hati yang terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan
makalah ini, karena kami tahu makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami berharap kritik, saran dan masukan yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaannya ke depan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
sesuai dengan fungsinya. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
3. TUJUAN ......................................................................................................................... 1
a. Titik ............................................................................................................................. 2
b. Garis ............................................................................................................................ 2
c. Bidang ......................................................................................................................... 3
A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 16
B. SARAN ........................................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Geometri (dari bahasa yunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secara harfiah berarti
pengukuran tentang bumi, adalah cabang dari matematika yang mempelajari hubungan di
dalam ruang. Dari pengalaman, atau mungkin secara intuitif, orang dapat mengetahui ruang
dari ciri dasarnya, yang diistilahkan sebagai aksiom dalam geometri.
Catatan paling awal mengenai geometri dapat ditelusuri hingga ke zaman Mesir kuno,
peradaban Lembah Sungai Indus dan Babilonia. Peradaban-peradaban ini diketahui memiliki
keahlian dalam drainase rawa, irigasi , pengendalian banjir dan pendirian bangunan-bagunan
besar. Kebanyakan geometri Mesir kuno dan Babilonia terbatas hanya pada perhitungan
panjang segmen-segmen garis, luas, dan volume.
Geometri terbagi atas beberapa macam antara lain : segitiga, persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran.
2. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud geometri dan bagaimana memecahkan masalahnya?
b) Bagaimana cara mengukur Jarak ?
c) Bagaimana menciptakan sistem koordinat pada garis dengan memilih penggaris tak
hingga
3. TUJUAN
a) Mendeskripsikan geometri dan cara memecahkan masalahnya
b) Mendeskripsikan cara mengukur Jarak
c) Mendeskripsikan cara pemilihan penggaris tak hingga
1
BAB II
Pembahasan
Berdasarkan penjabaran di atas, maka untuk menandai sebuah titik dapat disimbolkan
dalam wujud noktah atau silang.
2
➢ Garis Patah
➢ Garis Lengkung
c. Bidang
Suatu bidang adalah permukaan datar yang diperpanjang tak terhingga ke
segala arah, memiliki panjang dan lebar tetapi tidak memiliki ketebalan.
Bidang termasuk dimensi dua.
➢ Bidang datar
➢ Bidang Lengkung
Contoh bidang lengkung adalah selimut tabung dan permukaan
bola.
3
Berpangkal dari tiga unsur primitif (yang tak didefinisikan) titik, garis dan bidang, akan
dimulai untuk menggunakan definisi, postulat (aksioma) dan teorema.
1. Definisi adalah pernyataan yang mendeskripsikan bangun-bangun dan sifat-sifat
tertentu. Contoh segmen (ruas garis) adalah himpunan titik-titik yang memuat dua
titik dan semua titik-titik lainnya berada diantara dua titik itu.
2. Aksioma (Postulat) adalah pernyataan yang diasumsikan benar tanpa bukti.
Contoh: Ada tepat satu garis yang memuat 2 titik yang berbeda.
Kebenaran bahwa hanya ada garis c yang memuat titik A dan B dan tidak ada
garis yang lain sehingga tidak perlu diragukan lagi.
3. Teorema adalah pernyataan yang kebenarannya dibuktikan berdasarkan definisi,
postulat atau teorema yang telah dibuktikan terlebih dahulu. Contoh: 2 sudut yang
bertolak belakang adalah kongruen. Pernyataan ini perlu dibuktikan
kebenarannya. Untuk bukti teorema tersebut, kita memerlukan definisi sudut,
definisi bertolak belakang dan sifat-sifat (teorema) hubungan 2 sudut. Langkah-
langkah pembuktian teorema harus logis dan setiap langkah harus disertai alasan.
Geometri sebagai sistem deduktif, nampak bahwa obyek geometri merupakan
benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak. Jadi gambar dianggap sebagai peraga
dari obyek geometri.
4
B. Pengukuran Jarak
Kita telah mempelajari betapa pentingnya berpikir logis bagi geometri, dengan
definisi-definisi yang telah ditetapkan dan sifat-sifat yang telah dibuktikan dibuat definisi dan
sifat baru. Kita tahu bahwa bukti sifat baru, atau teorema, didasarkan pada sifat-sifat atau
teorema yang telah dibuktikan. Dalam geometri beberapa pernyataan yang disebut postulat,
diterima tanpa bukti. Dari postulat-postulat diturunkan teorema-teorema dan diturunkan
teorema yang lebih banyak.
Postulat 1 Di berikan dua titik yang berbeda, maka tepat satu garis yang memuat
kedua titik tersebut.
Jadi, dalam geometri postulat 1 menyatakan bahwa jika garis 1 memuat titik A dan
titik B tidak ada garis lain yang memuat kedua titik itu. Cara lain untuk menyatakan ini
adalah bahwa dua titik yang diketahui menentukan tepat satu garis, yang bermakna bahwa
dua titik itu membangun tepat satu dan hanya satu garis.
5
Bila kita membuat garis bilangan dengan mengaitkan bilangan-bilangan real dengan
titik pada sebuah garis, kita mempunyai beberapa kebebasan dalam melakukannya. Seseorang
bisa melakukannya seperti ini:
Misalkan kita diminta menentukan jarak (menghitung banyaknya satuan) antara dua
titik A dan B. Jika kita menggunakan penomoran skala orang pertama, akan tampak jarak A
dan B adalah 3 satuan.
Jika kita menggunakan penomoran skala pada orang kedua, jaraknya adalah 6 satuan.
Jelaslah bahwa jarak itu tidak berubah, namun skalanya yang berubah. Untuk
menghindari kebingungan setiap kali berurusan dengan jarak, kesepakatan berikut harus
diperhatikan: dalam masalah tertentu, skala pada garis bilangan harus tetap konstan.
Postulat 2 (Postulat Jarak) Setiap pasang titik berbeda berkesesuaian dengan tepat
satu bilangan real positif.
1. setiap titik pada garis itu berkesesuaian dengan tepat satu bilangan real;
2. setiap bilangan real berkesesuaian dengan tepat satu titik pada garis; dan
6
3. jarak antara dua titik adalah nilai mutlak selisih bilangan-bilangan yang
bersesuaian.
Misalkan penggaris yang kita gunakan rusak di salah satu ujungnya, sehingga kita
tidak dapat menempatkan dengan benar pada objek. Haruskah kita gunakan penggaris lain?
Tidak, masih bisa dilakukan pengukuran dengan penggaris rusak itu seperti ditunjukkan pada
gambar kedua.
Setiap titik pada garis bilangan mempunyai nama dan koordinat sekaligus. Kita tahu
sebelumya bahwa nama-nama titik ditulis dalam huruf kapital. Koordinat-koordinatnya tentu
bilangan-bilangan real.
Simbol AB akan digunakan untuk menyatakan jarak antara titik A dan titik B. Jadi
dalam gambar di atas, FJ = |5 − 1| = 4 dan EH = |3 − 0| = 3. Pandang beberapa titik dengan
koordinat negatif CG = |2 − (−2)| = 4. Ada satu pertanyaan lagi yang harus dijawab.
Kadang-kadang koordinatnya berupa peubah yang dapat bernilai positif dan negatif. Pandang
A dan B berturut-turut dengan koordinat x dan y. Jika kita mengatakan jarak antara A dan B
selalu bermakna y-x, kadang-kadang kita dapatkan bilangan negatif. Sebagai contoh,
misalnya koordinat titik A adalah x = 9 dan koordinat titik B adalah y = 2. Maka y – x = 2 - 9
7
= -7. Tetapi menurut Postulat 2, jarak selalu bilangan positif. Sederhananya kita dapat
mengambil nilai mutlak y – x.
Postulat penggaris memungkinkan kita menciptakan sistem koordinat pada garis. Ini
dapat dilakukan dalam banyak cara. Salah satunya adalah memilih sebarang titik P
berkoordinat “0”. Kemudian labeli koordinat positif di salah satu arahnya.
atau
Postulat 4 (Postulat Penempatan Penggaris) Diberikan dua titik P dan Q pada satu garis,
sistem koordinat dapat dipilih sedemikian hingga koordinat titik P adalah nol dan koordinat
titik Q adalah positif.
Kita telah mempunyai beberapa konsep antara, tetapi definisi formal diperlukan:
Definisi 1.1 (Keantaraan titik-titik) Diberikan tiga titik A, B dan C, B dikatakan diantara A
dan C jika dan hanya jika
1. A, B dan C pada garis yang sama
2. AB + BC = AC
Gambar di atas menunjukkan bahwa titik Y tidak di antara titik X dan titik Z, sedangkan
titik B berada di antara titik A dan titik C. Sehingga jika suatu titik berada di antara dua titik
yang lain maka ketiga titik tersebut pasti berada pada satu garis, dan dikatakan bahwa jarak
AC sama dengan jarak AB ditambah jarak BC atau AB + BC = AC.
8
Teorema 1.1 Misal A, B dan C tiga titik pada sebuah garis dengan koordinat berturut-turut
x, y dan z. Jika x < y < z, maka B diantara A dan C
Diketahui: A, B dan C pada garis yang sama dan mempunyai koordinat x, y, z dengan x < y <
z.
Bukti: Dari yang diketahui yaitu A, B dan C segaris, dan x < y < z.
Teorema 1.2 Dari tiga titik berbeda pada garis yang sama ada tepat satu titik diantara dua
yang lainnya.
Buktikan: Salah satu di antara A, B, atau C terletak di antara dua titik yang lain.
Bukti: Dari definisi keantaran, paling sedikit satu dari yang berikut adalah benar: AB + BC =
AC, AC + CB = AB, atau BA + AC = BC. Jika pernyataan pertama benar, maka AC adalah
jarak terpanjang di antara AB, AC dan BC; jika pernyataan kedua benar, maka AB jarak
terpanjang. Demikian pula, jika pernyataan ketiga benar, maka BC jarak terpanjang.
Menurut sifat trikotomi, hanya satu di antara tiga bilangan yang bisa terbesar. Oleh
karena itu hanya ada satu pernyataan yang benar. Jadi, hanya satu titik yang berada di antara
dua titik lainnya.
9
Definisi 1.2 (Ruas Garis/Segmen) Himpunan titik-titik disebut ruas garis/segmen jika
dan hanya jika himpunan itu memuat dua titik dan semua titik-titik lainnya berada diantara
dua titik itu.
Ruas garis ditandai dengan huruf besar pada masing-masing titik akhirnya dan dilambangkan
̅̅̅̅ atau 𝐵𝐴
dengan dua huruf besar yang diberi strip diatasnya, misalnya: 𝐴𝐵 ̅̅̅̅.
Definisi 1.3 (Segmen Kongruen) Dua atau lebih ruas garis (segmen) dikatakan kongruen
jika dan hanya jika ruas-ruas garis tersebut mempunyai panjang yang sama.
Diketahui: ̅̅̅̅
𝐴𝐵 , ̅̅̅̅
𝐶𝐷 dan ̅̅̅̅
𝐸𝐹 . ̅̅̅̅
𝐴𝐵 ≅ ̅̅̅̅
𝐶𝐷, ̅̅̅̅
𝐶𝐷 ≅ ̅̅̅̅
𝐸𝐹
̅̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
Buktikan: 𝐴𝐵 ̅̅̅̅ (refleksif), 𝐶𝐷
̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
̅̅̅̅ (simetris), 𝐴𝐵
̅̅̅̅ ≅ 𝐸𝐹
̅̅̅̅ (transitif)
̅̅̅̅ ≅ 𝐶𝐷
Bukti: Jika 𝐴𝐵 ̅̅̅̅ dan 𝐶𝐷
̅̅̅̅ ≅ 𝐸𝐹
̅̅̅̅ maka 𝐴𝐵
̅̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
̅̅̅̅, 𝐶𝐷
̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
̅̅̅̅ dan 𝐴𝐵
̅̅̅̅ ≅ 𝐸𝐹
̅̅̅̅ . Dengan
Postulat Penggaris, Anda tahu sebuah segmen, ̅̅̅̅̅
𝐴𝐵 bersesuaian dengan suatu jarak AB yang
merupakan bilangan real, sehingga berdasarkan sifat refleksif ̅̅̅̅̅
𝐴𝐵 ≅ ̅̅̅̅
𝐴𝐵 . Berdasarkan
̅̅̅̅̅ ≅ 𝐴𝐵
definisi kongruen, jika AB = AB maka 𝐴𝐵 ̅̅̅̅. Demikian juga, diketahui 𝐴𝐵
̅̅̅̅ ≅ 𝐶𝐷
̅̅̅̅ maka
AB = CD dan dengan simetris CD =AB, yang mengakibatkan ̅̅̅̅
𝐶𝐷 ≅ ̅̅̅̅
𝐴𝐵 dan ̅̅̅̅
𝐶𝐷 ≅ ̅̅̅̅
𝐸𝐹 maka
̅̅̅̅
AB = CD dan CD = EF. Dengan sifat transitif AB = EF yang mengakibatkan kongruensi 𝐴𝐵
̅̅̅̅ . Karena kongruensi antara AB, CD, dan EF adalah refleksif, simetris dan transitif,
≅ 𝐸𝐹
kongruen antara segmen-segmen memenuhi definisi relasi ekuvalensi.
10
⃗⃗⃗⃗⃗ ) adalah bagian garis yang memuat titik A dan
Definisi 1.4 (Sinar Garis) Sinar garis AB (𝐴𝐵
setiap titik pada ⃡⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 pada sisi yang sama seperti B dari A. Sinar garis disebut dengan nama
sinar.
Sinar dilambangkan oleh dua huruf besar, huruf pertama sebagai pangkal sinar dan huruf
kedua sebagai arah sinar. Simbol Sinar (→) selalu kearah kanan tanpa memperhatikan arah
sebenarnya. Sinar dibawah ini dinamai ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 .
⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝐶𝐴
Contoh: Pada gambar berikut sinar 𝐶𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ adalah sinar yang berlawanan.
11
AP = |𝑥 − 0| = x, maka hanya P yang berjarak x dari A.
Bukti:
1
Misal AP + PB = AB, dan AP = PB dengan substitusi AP pada PB maka diperoleh AP = 2
AB. Berdasarkan teorema penempatan titik maka ada tepat satu titik P pada ̅̅̅̅
𝐴𝐵 yang berjarak
1
AB dari A. Jadi ̅̅̅̅
𝐴𝐵 mempunyai tepat satu titik tengah.
2
Definisi 1.7 (Pembagian dua, Bisektor) Suatu titik, garis, sinar, atau bidang membagi dua
sebuah segmen bila dan hanya bila persekutuannya dengan segmen hanya pada titik tengah
̅̅̅̅ disebut bisektor 𝐴𝐶
segmen. Bangun yang membagi dua sama panjang 𝐴𝐶 ̅̅̅̅ .
Definisi 1.8 (Garis Sumbu) Garis Sumbu Segmen adalah garis yang tegak lurus segmen itu
di titik tengahnya.
D. Contoh Soal
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 2a cm. Panjang ruas
garis HB adalah ⋯⋅
A. (2a√3 − a√2) cm D. 2a√2 cm
B. a√2 cm E. 2a√3 cm
C. a√3 cm
12
Pembahasan
Pertama, perhatikan segitiga ABD (siku-siku di A). Panjang BD dapat ditentukan dengan rumus
Pythagoras, yaitu
BD = √𝐴𝐵 2 + 𝐴𝐷2
= √(2𝑎)2 + (2𝑎)2
= √82
= 2𝑎√2 cm
Sekarang, perhatikan segitiga BDH (siku-siku di D). Panjang HB juga dapat ditentukan dengan rumus
Pythagoras, yaitu
HB = √𝐵𝐷2 + 𝐷𝐻 2
2
= √(2𝑎√2) + (2𝑎)2
= √8𝑎2 + 4𝑎2
= √12𝑎2
= 2𝑎√3 cm
2. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 8 cm. M adalah titik tengah EH. Jarak titik M ke
garis AG sama dengan ⋯⋅⋯⋅
A. 4√6 cm D. 4√2 cm
B. 4√5 cm E. 4 cm
C. 4√3 cm
Pembahasan
13
Misalkan titik O merupakan proyeksi titik M pada garis AG. Titik O tepat di tengah
AG karena panjang MA dan MG sama.
Diketahui HG=8 cm dan MH=4 cm (setengah dari panjang rusuk kubus). Dengan
Teorema Pythagoras, diperoleh
MG = √𝐻𝐺 2 + 𝑀𝐻 2
= √82 + 42
= √64 + 16
= √80
= 4√5 cm
MO = √𝑀𝐺 2 − 𝑂𝐺 2
2 2
= √(4√5) + (4√3)
= √80 − 48
= √32
= 4√2 cm
3. Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah 12 cm. Jika P titik tengah CG, maka jarak titik P ke
garis HB adalah ⋯⋅⋯⋅
A. 8√5 cm D. 6√2 cm
B. 6√5 cm E. 6 cm
C. 6√3 cm
14
Pembahasan
Misalkan O merupakan proyeksi P ke garis HB. Titik O berada di tengah garis HB karena PB
= PH. Pertama-tama, perhatikan dulu segitiga siku-siku BCP. Diketahui bahwa BC = 12 cm
dan CP = 6 cm sehingga dengan menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh
BP = √𝐵𝐶 2 + 𝐶𝑃2
= √122 + 62
= √144 − 36
= √180
= 6√5 cm
HB merupakan diagonal ruang kubus, dan karena panjang rusuknya s = 12 cm maka HB
= s√3 = 12√3 cm. Ini berarti PH = ½ (12√3) = 6√3 = √108 cm.
Selanutnya, perhatikan segitiga siku-siku BOP. Panang OP merupakan arak jtitik P ke
garis HB. Dengan menggunakan Teorema Pythagoras kembali, diperoleh
OP = √𝐵𝑃2 + 𝑂𝐵 2
= √180 − 108
= √72
= 6√2 cm
Jadi, jarak titik P dengan garis HB adalah 6√2 cm (Jawaban D)
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, dalam geometri postulat 1 menyatakan bahwa jika garis 1 memuat titik A dan
titik B tidak ada garis lain yang memuat kedua titik itu. Cara lain untuk menyatakan ini
adalah bahwa dua titik yang diketahui menentukan tepat satu garis, yang bermakna bahwa
dua titik itu membangun tepat satu dan hanya satu garis.
Postulat penggaris memungkinkan kita menciptakan sistem koordinat pada garis. Ini
dapat dilakukan dalam banyak cara. Salah satunya adalah memilih sebarang titik P
berkoordinat “0”. Kemudian labeli koordinat positif di salah satu arahnya.
B. SARAN
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
rahmatnya dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan untuk kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Dan dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada
penulisan makalah, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyusunan
makalahmakalah selanjutnya.
16
Daftar Pustaka
Dr. Susanah, M.Pd, Drs. Hartono. 2014.Geometri. Surabaya: Unesa University Press-2004
Gambar-gambar
https://subhandepok.wordpress.com/bahan-ajar/materi-ajar/kelas-vii/gambar-ragam-hias-
garis/
http://geo-metris.blogspot.co.id/2015/08/bangun-datar-2-dimensi.html
https://www.slideshare.net/grizkif/geometri-bidang-kelompok-9
http://0903347.blogspot.co.id/2011/12/geometri.html
https://www.slideshare.net/agusloveridha/aksioma-insidensi-dalam-geometri-euclid-final
http://www.gibsonsothebysrealty.com/blog/2013/01/07/construction-industry-jobs-up-in-
boston-by-12/
http://www.rumusmatematikadasar.com/2015/08/rumus-mencari-luas-selimut-pada-
tabung.html
http://www.mikirbae.com/2017/02/hubungan-antara-titik-garis-dan-bidang.html
http://mmujari.blogspot.co.id/2014/11/garis-dan-sudut.html
17