Anda di halaman 1dari 24

Revisi

GEOMETRI
KONGRUENSI DAN KESEBANGUNAN BANGUN DATAR

Disusun Oleh :
Kelompok I
 Fadriati Ningsih
 Farida
 Novita Sari
 Nur Atika

Dosen Pengampu : Dr. Sehatta Saragih, M.Pd

Program Studi Pendidikan Matematika


Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Pekanbaru
Maret, 2017
KONGRUENSI DAN KESEBANGUNAN BANGUN DATAR

3.1 Garis dan Sudut


Garis merupakan himpunan dari semua titik-titik. Jika ada dua garis yang
berpotongan, maka potongannya tersebut adalah sebuah titik yang disebut titik
perpotongan, dan perpotongan dua garis dapat membentuk sudut.

Definisi 3.1.1 Untuk setiap dua titik A dan B, segmen garis AB adalah himpunan
titik A dan titik B, bersama dengan semua titik yang terletak diantara A dan B.

A B
Gambar 3.1.1
Definisi 3.1.2 Misalkan dua segmen garis berarah mempunyai titik akhir yang
sama tapi tidak berada pada garis yang sama, maka gabungan kedua garis tersebut
disebut sudut.

A B
Gambar 3.1.2
Perhatikan gambar 3.1.2 garis berarah AB dan AC sama-sama mempunyai titik
akhir di A, maka gabungannya membentuk sudut, yaitu ∠ BAC atau ∠ CAB.
Definisi 3.1.3 Dua buah sudut dengan ukuran yang sama disebut kongruen.

D
A C

B E F

Gambar 3.1.3

1
Definisi 3.1.4 Dua buah sudut dikatakan sudut bertolak belakang apabila sisi-
sisinya dibentuk dari dua pasang garis berarah yang berpotongan.

3
2 1
4

Gambar 3.1.4
Perhatikan gambar 3.1.4, ∠ ABCdan ∠≝¿ dikatakan kongruen jika ukuran
m∠ ABC =m∠≝¿, dan ditulis ∠ ABC=∠≝¿. Salah satu contoh sudut yang
kongruen adalah sudut yang bertolak belakang, yaitu sudut yang dibentuk oleh
perpotongan dua buah segmen garis dan mempunyai besar sudut yang sama atau
kongruen.

Teorema 3.1.1 Sudut yang bertolak belakang adalah kongruen.


Bukti:
Perhatikan gambar 3.1.5, akan dibuktikan ∠ 1 ≅ ∠2. Karena ∠ 1 dan ∠ 3 serta ∠ 2
dan ∠ 3 adalah sudut berpelurus, maka
m∠1+ m∠ 3=180......................... (3.1.1)
m∠2+ m∠3=180.......................... (3.1.2)
dari persamaan (3.1.1) dan (3.1.2) diperoleh
m∠1+ m∠3=m∠2+m∠ 3
m∠1+ m∠ 2=m ˂3−m˂ 3
m∠1=m∠ 2
Jadi terbukti∠ 1 ≅ ∠2

3. 2 Segitiga
Segitiga merupakan suatu bangun datar yang mempunyai tiga buah sisi
dan tiga buah sudut. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian dari
segitiga, luas segitiga, dan aturan sinus.

2
Definisi 3.2.1 Misalkan A , B , dan C adalah titik-titik yang tak segaris, sehingga
gabungan dari segmen AB , AC , dan BC disebut segitiga, dan dikonotasikan
ΔABC .
A A
A

B C B C B C
Gambar 3.2.1
Perhatikan gambar 3.2.1, titik-titik A , B , dan C , disebut puncak dan
segmen garis AB , AC , dan BCdisebut sisi. Setiap ΔABC mempunyai tiga sudut,
yaitu ∠ BAC ,∠ ABC, dan ∠ ACB, atau bisa ditulis dengan ∠ A , ∠B , dan ∠ C.
Pada setiap segitiga mempunyai sudut luar dan sudut jauh yang masing-
masing disebut dengan sudut exterior dan sudut remote interior.

4 3
B

5 A C 1
6 2

Gambar 3.2.2

Perhatikan gambar 3.2.2, terdapat 6 buah sudut exterior dari ΔABC, yaitu
∠ BCD ,∠ ACE ,∠ CBG , ∠ ABF ,∠ BAH , dan ∠ CAI. Selain itu pada ΔABC juga
mempunyai remote interior yaitu ∠ A dan ∠ B yang merupakan sudut remote
interior dari ∠ BCD dan ∠ ACE, ∠ A dan ∠ C yang merupakan sudut remote
interior dari ∠ CBG dan ∠ ABF, dan ∠ B dan ∠ C yang merupakan sudut remote
interior dari ∠ BAH dan ∠ CAI . Pada teorema berikut akan dinyatakan bahwa
besar sudut exterior lebih besar dari pada sudut remote interiornya.

3
Teorema 3.2.1 Besar sudut exterior dari sebuah segitiga adalah lebih besar dari
pada tiap-tiap sudut remote interiornya.
Bukti:
Perhatikan gambar 3.2.2, akan dibuktikan ∠ BCD>∠ A. Karena ∠ ACB dan
∠ BCD membentuk pasangan linier, maka diperoleh bahwa ∠ ACB dan ∠ BCD
adalah sudut pelurus, sehingga
m∠ ACB+ m∠ BCD=180........................ (3.2.1)
Jumlah sudut dalam dari ΔABC adalah
m∠ A+ m∠ B+m∠ ACB=180.................. (3.2.2)
dari persamaan (3.2.1) dan (3.2.2) diperoleh
m∠ ACB+ m∠ BCD=m∠ A+m ∠ B+ m∠ ACB
m∠ BCD=m∠ A+ m∠ B+m∠ ACB−m∠ ACB
m∠ BCD−m∠ A=m∠ B............................. (3.2.3)
Dari persamaan (3.2.3), karena m ∠ B˃ 0 sehingga diperoleh bahwa
m∠ BCD−m∠ A> 0
m∠ BCD> m∠ A

Teorema 3.2.2 Luas segitiga siku-siku adalah setengah dari perkalian dua sisi
yang mengapit sudut siku-sikunya.
Bukti:
A D

B C
b
Gambar 3.2.3

4
Perhatikan gambar 3.2.3 bagian yang diarsir pada ΔABC adalah luas dari segitiga

1
siku-siku ABC. Akan dibuktikan luas ΔABC= a .b
2
Misalkan titik D merupakan titik luar dari ΔABC, sehingga membentuk persegi
panjang ABCD dimana ∠ D juga merupakan sudut siku-siku, dan misalkan a dan
b adalah sisi-sisi dari persegi panjang ABCD dan dinotasikan dengan □ ABCD
maka
L □ ABCD=ab ............. (3.2.4)
L □ ABCD= LΔABC+ LΔADC ............. (3.2.5)
dari persamaan (3.2.4) dan (3.2.5) diperoleh
LΔABC + LΔADC =ab
1
2. LΔABC=ab( x )
2
1
Jadi, Luas ΔABC= a . b
2

Teorema 3.2.3 Luas suatu segitiga adalah setengah dari perkalian panjang satu
sisi alas dengan garis tinggi terhadap sisi tersebut.
Bukti:
A

B a1 a2 C
D
Gambar 3.2.4
Perhatikan gambar 3.2.4.Misalkan diberikan suatu ΔABC dengan garis tinggi h
dari A ke BC dengan D adalah titik potongnya. Akan dibuktikan LΔABC =h . BC
Misalkan BD=a1 dan CD=a 2, sehingga BC=a1+ a2 adalah sisi alasnya.
Perhatikan ΔADB dan ΔADC. Karena ΔADB dan ΔADC adalah segitiga siku-
siku, sehingga
LΔABC =LΔADB+ LΔADC ..................... (3.2.6)

5
Dari Teorema 3.2.2, maka persamaan (3.2.6) menjadi
1 1
LΔABC = . a1 . h+ . a1 .h
2 2
1
LΔABC = h(a1 + a2)
2
1
LΔABC = h . BC
2

Sebuah segitiga yang mempunyai bentuk yang berbeda memungkinkan


saja mempunyai luas yang sama asalkan alas dan tingginya sama. Hal itu di
ungkapkan dalam bentuk teorema berikut ini.
Teorema 3.2.4 Jika dua buah segitiga mempunyai sisi alas yang sama dan garis
tinggi yang sama, maka dua segitiga tersebut mempunyai luas yang sama.
Bukti: A

B Gambar 3.2.5 C C

Perhatikan gambar 3.2.5.


Misalkan pada ΔABC dan ΔHIJ mempunyai sisi alas dan garis tinggi yang sama
yaitu a dan h. Akan dibuktikan LΔABC=LΔHIJ . Dari Teorema 3.2.3 diperoleh
1
LΔABC = . a. h . ............................... (3.2.7)
2
1
LΔHIJ = . a .h . ............................... (3.2.8)
2
Maka dari persamaan (3.2.7) dan (3.2.8) diperoleh
LΔABC =LΔHIJ.

Teorema 3.2.5 Jika dua buah segitiga mempunyai garis tinggi yang sama maka
perbandingan luas dua segitiga tersebut sama dengan perbandingan sisi alasnya.

6
Bukti:
A G

h h

B a1 C E a2 F

Gambar 3.2.7
Perhatikan gambar 3.2.7
Pada ∆ ABC dan ∆≝¿, misalkan sisi alas BC=a1 dan BC=a2, dan garis tinggi
dari kedua segitiga adalah h, akan ditunjukkan
Luas ∆ ABC
a1
Luas ∆≝¿= ¿
a2
dari Teorema 3.2.3 diperoleh
1
Luas ∆ ABC= . a1 . h . . . (3.2.9)
2
1
Luas ∆ ABC= . a2 . h . . . (3.2.10)
2
Maka dari persamaan (3.2.9) dan (3.2.10) diperoleh
Luas ∆ ABC
1
.a .h
2 1
Luas ∆≝¿= ¿
1
.a .h
2 2
Luas ∆ ABC
a1
Luas ∆≝¿= ¿
a2

Teorema 3.2.6 Aturan Sinus


Diberikan ∆ ABC, misalkan a=BC , b= AC ,dan c= AB, maka
a b c
= =
sin A sin B sin C

7
Bukti:
A
D
c b
h
B E a C
Gambar 3.2.8
Perhatikan gambar 3.2.8
Pada ∆ ABC ditarik garis yang tegak lurus dari titik B ke AC di titik D dinamakan
h, karena m∠ ADB=m∠ CDB=90 0 , maka ∆ ADB dan ∆ CDB adalah segitiga
siku-siku. Perhatikan ∆ ADB dan ∆ CDB
h h
sin A= dan sin C=
c a
atau
c sin A=h dan a sin C=h . . . (3.2.11)
karena h merupakan garis tinggi yang sama, maka dari persamaan (3.2.11)
diperoleh,
c sin A=asin C . . . (3.2.12)
1
Kalikan kedua ruas dari persamaan (3.2.12) dengan sehingga
sin A .sin C
diperoleh
c sin A a sinC
=
sin A .sin C sin A . sin C
c a
= . . . (3.2.13)
sin C sin A
Dengan cara yang sama, misalkan h adalah garis tinggi dari A ke BC maka
diperoleh
h h
sin B= dan sin C=
c b
atau
c sin B=h dan b sin C=h . . . (3.2.14)
1
Kalikan kedua ruas dari persamaan (3.2.14) dengan sehingga
sin B . sin C
diperoleh

8
c sin B b sinC
=
sin B . sin C sin B . sin C
c b
= . . . (3.2.15)
sin C sin B
Maka berdasarkan persamaan (3.2.13) dan (3.2.15) diperoleh bahwa,
a b c
= =
sin A sin B sin C

3.3 Kongruensi Antara Dua Segitiga


Korespondensi antara dua segitiga adalah pemasangan satu-satu antara sisi
dan sudut yang bersesuaian dari segitiga satu ke segitiga yang lainnya. Contoh,
misalkan diberikan korespondensi antara titik sudut ∆ ABC dengan ∆≝¿ yang
ditulis ABC ↔≝.
Perhatikan gambar 3.3.1, ∆ ABCdan ∆≝¿ adalah pemasangan satu-satu
dari titik-titik sudut kedua segitiga tersebut, yaitu
∠ A ↔∠ D , ∠ B ↔ ∠ E ,∠ C ↔∠ F dan AB ↔ DE , AC ↔ DF , BC ↔ EF ,
sehingga dikatakan ∆ ABC berkorespondensi dengan ∆≝¿.
A D

B C E F
Gambar 3.3.1.
Definisi 3.3.1. Diberikan korespondensi antara dua segitiga. Apabila setiap
pasang sisi yang berkorespondensi sama panjang, dan setiap pasangg sudut yang
berkorespondensi sama besar sehingga korespndensi kedua segitiga tersebut
disebut kongruen.

Definisi 3.3.2. Sebuah sisi segitiga dikatakan included dengan sudut-sudutnya


adalah jika puncak-puncaknya adalah titik akhir dari segmen garis tersebut.

Sebuah sudut segitiga dikatakan included dengan sisi-sisinya adalah jika


sudut tersebut berada pada sisi-sisi yang mengapitnya. Contoh:

9
Perhatikan gambar 3.3.2, pada ∆ GHI , GIincluded dengan ∠ G dan ∠ I, dan ∠ G
included dengan GH dan GI.
H

G I

Gambar 3.3.2.
Dalam kongruensi terdapat beberapa kondisi yang menyatakan bahwa dua
segitiga dikatakan kongruen berdasarkan korespondensi sisi dan sudut, yang
dinyatakan dalam postulat dan teorema berikut.

Postulat 3.3.1 Setiap korespondensi S-Sd-S (Sisi-Sudut-Sisi) adalah kongruen.


B E

A C D F

Gambar 3.3.3
Perhatikan gambar 3.3.3, dua sisi dan satu sudut dari kedua segitiga tersebut
adalah kongruen yaitu, AB ≅ DE , ∠ A ≅ ∠ D ,dan AC ≅ DF , sehingga ∆ ABC ≅ ∆≝.

Postulat 3.3.2 Setiap korespondensi Sd-S-Sd (sudut-sisi-sudut) adalah kongruen.


Perhatikan gambar 3.3.4, dua sisi dan satu sudut dari kedua segitiga
tersebut adalah kongruen yaitu, ∠ A ≅ ∠ D , AC ≅ DF ,dan ∠ C ≅∠ F, sehingga
∆ ABC ≅ ∆≝.

B E

A C D F

Gambar 3.3.4

10
Teorema 3.3.1 Setiap korespondensi S-Sd-Sd (sisi-sudut-sudut) adalah kongruen.
Bukti:

B E

A C D F

Gambar 3.3.5.
Perhatikan ∆ ABC dan ∆≝¿ pada gambar 3.3.5.
∠ A ≅ ∠ D , ∠B ≅ ∠ E dan AC ≅ DF maka ∆ ABC ≅ ∆≝. Akan dibuktikan
∆ ABC ≅ ∆≝. Untuk membuktikannya ada tiga kemungkinan untuk AB dan DE,
yaitu:
1. AB=DE
Maka diperoleh AB ≅ DE , ∠ A ≅ ∠ D , dan AC ≅ DF, sehingga dari postulat
2.3.1 kongruensi S-Sd-S diperoleh ∆ ABC ≅ ∆≝¿.
2. AB< DE

B’ E
B

A C D F

Gambar 3.3.6.
Perhatikan ∆ ABC dan ∆≝¿ pada gambar 3.3.6.
Pada ∆ ABC , misalkan B' adalah titik pada AB sehingga AB ' =DE , maka dari
postulat S-Sd-S diperoleh ∆ A B' C ≅≝¿. Oleh sebab itu, ∠ A B ' C ≅∠≝. karena
diketahui bahwa ∠ ABC ≅ ∠≝¿, maka ∠ ABC ≅ A B' C , namun hal tersebut
tidak mumgkin, karena dari ∠ ABC adalah merupakan sudut exterior dari
∆ B B ' C , sehingga dari teorema 3.2.1 diperoleh ∠ ABC ≅ ∠ A B' C .
Jadi kemungkinan 2 tidak terpenuhi.
3. AB> DE

A
E
B’

F 11
A C D
Gambar 3.3.9
Perhatikan gambar 3.3.9.
Berdasarkan Postulat S-Sd-S diperoleh ∆ A B' C ≅ ∆≝¿. Oleh sebab itu,
∠ A B ' C ≅∠≝¿ , maka karena diketahui ∠ ABC ≅ ∠≝¿ maka ∠ ABC ≅ ∠ A B' C
. Hal ini juga tidak mungkin, karena ∠ A B ' C adalah sudut exterior dari B' BC
sehingga ∠ A B ' C> ∠ ABC . Jadi kemungkinan 3 juga tidak terpenuhi.
Karena hanya kemungkinan 1 yang terpenuhi, jadi haruslah AB=DE sehingga
diperoleh bahwa ∆ ABC ≅ ∆≝¿.
Jadi terbukti bahwa korespondensi S-Sd-S adalah kongruen.

3.4 Kesebangunan Antara Dua Segitiga


Pada bagian ini dibahas mengenai pengertian dari proporsional sisi,
kesebangunan antara dua segitiga, dan beberapa teorema kesebangunan.
Definisi 3.4.1 Diberikan dua buah barisan a , b , c , … . dan p , q , r , …. dari anggota
bilangan positif, kedua barisan tersebut dikatakan proporsional dapat ditulis
dalam bentuk
a b c
= =
p q r
Jika dua barisan tersebut merupakan suatu nilai dari sisi-sisi dua buah segitiga
yang berkorespondensi maka dapat dikatakan bahwa kedua segitiga mempunyai
sifat-sifat yang proporsional. Syarat dua segitiga dikatakan sebangun akan
dijelaskan pada pembahasan berikut.

Definisi 3.4.2 Diberikan sebuah korespondensi antara dua segitiga, jika sudut-
sudut yang berkorespodensi kongruen, dan sisi-sisi yang berkorespondensi
proporsional, maka korespondensinya dikatakan kesebangunan, dan kedua
segitiga tersebut dikatakan sebangun.

12
B'
B
c’ a’
c a

A b C A’ b’ C’

Gambar 3.4.1
Perhatikan gambar 3.4.1, diberikan korespondensi antara ∆ ABCdan ∆ A ' B ' C '.

a b c
Jika ∠ A ≅ ∠ A' ,∠ B ≅ ∠ B' ,∠ C ≅ ∠C ' ,dan = = , maka korespondensi
a' b' c '
ABC ↔ A ' B ' C ' adalah sebangun dan ditulis ∆ ABC ∆ A ' B ' C ' .
Untuk membuktikan teorema kesebangunan digunakan beberapa teorema
mengenai proporsional sisi dan kesejajaran berikut.

Teorema 3.4.1 Diberikan ∆ ABC, misalkan titik D di AB dan titik E di AC


sehingga DE sejajar BC ,maka
AB AC
=
AD AE

A A A

h1 h2
D E D E D E

B C (i) (ii)
B C
Gambar 3.4.2 Gambar 3.4.3
Bukti:
Perhatikan gambar 3.4.2, dari gambar diperoleh seperti gambar 3.4.3
1. Akan ditentukan perbandingan BDdan AD.
Perhatikan gambar 3.4.3 (i), pada ∆ ADE dan ∆ BDE .
Misalkan ADdan BD sebagai sisi alas segitiga ∆ ADE dan ∆ BDE, dan
mempunyai garis tinggi yang sama yaitu h1.
Berdasarkan Teorema 3.2.5 diperoleh

13
1
. AD . h1
L ∆ ADE 2
=
L ∆ BDE 1
. BD . h1
2
L ∆ ADE AD
=
L ∆ BDE BD
BD . L ∆ ADE
L ∆ BDE=
AD
Selanjutnya perhatikan gambar 3.4.3 (ii).
Misalkan AEdan CE sebagai sisi alas segitiga ∆ ADE dan ∆ CDE, dan
mempunyai garis tinggi yang sama yaitu h2 .
Berdasarkan Teorema 3.2.5 diperoleh
1
. CE . h2
L ∆ CDE 2
=
L ∆ ADE 1
. AE . h2
2
L ∆ CDE CE
=
L ∆ ADE AE
CE . L ∆ ADE
L ∆ CDE=
AE

2. Akan ditentukan luas ∆ BDE dan ∆ CDE.


Perhatikan ∆ BDE dan ∆ CDE .
Karena DE ∥ BC ,segitiga tersebut mempunyai sisi alas yang sama yaitu DE
dan garis tinggi yang sama yaitu h.
Berdasarkan Teorema 3.2.4 diperoleh
L ∆ BDE=L ∆ CDE
BD . L ∆ ADE CE . L ∆ ADE
=
AD AE
BD CE
=
AD AE
BD CE
+ 1= +1
AD AE
BD + AD CE+ AE
=
AD AE

14
AB AC
=
AD AE

Teorema 3.4.2 Jika sebuah garis memotong dua buah sisi dari segitiga dan
perpotongannya adalah proporsional, maka garis tersebut sejajar dengan sisi
yang ketiga dan panjangnya setengah dari sisi ketiga.
Bukti:
Perhatikan gambar 3.4.4.
A A

D E D E F
C’

B (i) C B (ii) C

Gambar 3.4.4
Diberikan ∆ ABC .Misalkan D adalah titik diantara A dan B, Eadalah titik

AB AC
diantara A dan C. Jika = maka DE /¿ BC.
AD AE
Andaikan ada titik C ' yang berada diantara AC, C ' ≠ C, dan BC ' adalah garis
yang melalui B yang sejajar dengan DE dan memotong AC di C ' .
Berdasarkan Teorema 3.4.1 diperoleh
AB AC '
=
AD AE
AB AC
Karena = maka diperoleh
AD AE
AC AC '
=
AE AE
Sehingga diperoleh A C' = AC maka C ' =C .
Hal ini menyebabkan kontradiksi dengan C ' ≠ C. Berarti pengandaian salah.
Jadi artinya hanya terdapat satu garis yang sejajar dengan DE yaitu BC .

15
Selanjutnya perhatikan gambar (ii). Perpanjang ruas garis DE hingga titik F,
sehingga DE=EF. Tarik garis dari C ke F. Karena DE ∥ BC, dan DE=EF,
maka BC=DF.
Karena DF ∥BC maka:
BC=DE + EF
Diketahui EF=DE, sehingga
BC=DE + DE
BC=2 DE
1
DE= BC
2

Seperti pada kongruensi, dalam kesebangunan juga terdapat beberapa bentuk


kesebangunan segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya, yaitu kesebangunan Sd-
Sd-Sd, Sd-Sd, dan S-Sd-S yang berturut-turut dijelaskan pada teorema
berikut.

Teorema 3.4.3 Kesebangunan Sd-Sd-Sd (sudut-sudut-sudut)


Diberikan sebuah korespondensi antara dua segitiga. Jika sudut-sudut yang
berkorespondensi kongruen, maka korespondensinya adalah kesebangunan.
Bukti:
Perhatikan gambar 3.4.5, diberikan korespondensi ABC ↔≝¿ antara dua
buah segitiga. Jika ∠ A ≅ ∠ D , ∠B ≅ ∠ E ,dan ∠ C ≅∠ F maka ∆ ABC ∆≝¿.

Gambar 3.4.5
Jika ∆≝¿ dihimpitkan pada ∆ ABC dimana titik A berhimpit dengan titik D
sehingga gambar diatas menjadi

16
Gambar 3.4.6
Perhatikan gambar 3.4.6.
Berdasarkan Teorema 3.4.1 maka E' F ' /¿ BC , sehingga
AB AB AC AC
= dan =
A E DE A F ' DF
'

Sehingga A E' =DE dan A F' =DF


Karena A E' =DE , ∠ A ≅ ∠ D dan A F' =DF maka berdasarkan Postulat S-
Sd-S diperoleh ∆ A E' F' ≅ ∆≝.
Karena ∆ A E' F' ≅ ∆≝¿ maka ∠ A E' F ' ≅ ∠ E .
AB AC
Sehingga EF /¿ BC maka =
DE DF
Karena ∠ E ≅ ∠ B maka ∠ A E' F ' ≅ ∠ B .
Karena ∠ A ≅ ∠ A, ∠ E ' ≅ ∠ B maka ∠ F ' ≅∠ C
Oleh karena itu, ∆ A E' F' ∆ ABC dan ∆ A E' F' ∆≝¿ maka ∆ ABC ∆≝¿

Akibat Teorema 3.4.3 Kesebangunan Sd-Sd (Sudut-Sudut)


Diberikan korespondensi antara dua segitiga. Jika dua pasang sudut yang
berkorespondensi kongruen maka korespondensinya adalah kesebangunan.

Teorema 3.4.4 Kesebangunan S-Sd-S (Sisi-Sudut-Sisi)


Diberikan korespondensi antara dua segitiga. Jika dua pasang sisi yang
berkorespondensi proporsional dan sepasang sudut yang diapitnya kongruen maka
korespondensinya adalah kesebangunan.
Bukti:

17
Gambar 3.4.7
Jika ∆≝¿ dihimpitkan pada ∆ ABC dimana titik A berhimpit dengan titik D
sehingga gambar diatas menjadi

Gambar 3.4.8
Berdasarkan Teorema 3.4.1 maka E' F ' /¿ BC , sehingga
AB AB AC AC
= dan =
A E DE A F ' DF
'

Sehingga A E' =DE dan A F' =DF


Karena A E' =DE , ∠ A ≅ ∠ D dan A F' =DF maka berdasarkan Postulat S-Sd-S
diperoleh ∆ A E' F' ≅ ∆≝.
Karena ∆ A E' F' ≅ ∆≝¿ maka ∠ A E' F ' ≅ ∠ E .
Karena ∠ E ≅ ∠ B maka ∠ A E' F ' ≅ ∠ B .
Karena ∠ A ≅ ∠ D, ∠ E ' ≅ ∠ B maka ∠ F ' ≅∠ C

Karena ∠ A ≅ ∠ D dan ∠ B ≅ ∠ AE ' F ' maka dari Akibat Teorema 3.4.3 diperoleh
∆ ABC ∆≝¿
Karena ∆ A E' F' ≅ ∆≝¿ dan ∆ ABC ∆≝¿ maka diperoleh ∆ ABC ∆ A E' F ' .

Pada teorema berikut akan dijelaskan mengenai perbandingan luas antara


dua segitiga yang mempunyai sepasang sudut yang kongruen.

18
Teorema 3.4.5 Jika dua buah segitiga mempunyai sepasang sudut yang sama
besar, maka dua segitiga tersebut mempunyai perbandingan luas yang sama
dengan perbandingan dari perkalian sisi-sisi yang mengapitnya.
Bukti:
C R

t1 t2

A D B P S Q

Gambar 3.4.7
Perhatikan gambar 3.4.7, diberikan ∆ ABC dan ∆ PQR dengan ∠ A ≅ ∠ P. Akan
dibuktikan
L ∆ ABC AB . AC
=
L ∆ PQR PQ . PR
Tarik garis CD ⊥ AB dan RS ⊥ PQ, sehingga
m∠ ADC=m∠ PSR=90
...(3.4.9)
Sehingga dari persamaan (3.4.9) diperoleh
∠ ADC ≅ ∠ PSR
Karena ∠ A ≅ ∠ P dan ∠ ADC ≅ ∠ PSR maka dari Akibat Teorema 3.4.3 diperoleh
∆ ADC ∆ PSR ...(3.4.10)
Sehingga dari Definisi 3.4.2 terdapat perbandingan sisi-sisi yang proporsional,
yaitu
AC CD t 1
= = ...(3.4.11)
PR RS t 2
Dan dari Teorema 3.2.3 diperoleh,
1
L ∆ ABC = AB . t 1
2
1 ...(3.4.12)
L ∆ PQR= PQ .t 2
2
Perbandingan luas segitiga pada persamaan (3.4.11) dan (3.4.12) diperoleh

19
...(3.4.13)
1
AB. t 1
L ∆ ABC 2
=
L ∆ PQR 1
PQ . t 2
2
L ∆ ABC AB .t 1
=
L ∆ PQR PQ . t 2
Substitusi persamaan (3.4.13) ke persamaan (3.4.10) untuk t 1dant 2 diperoleh
L ∆ ABC AB .t 1
=
L ∆ PQR PQ . t 2
Didapatkan:
L ∆ ABC L ∆ PQR
t 1= ; dan t 2=
AB PQ
Sehingga:
AC t 1
=
PR t 2
L ∆ ABC
AC AB
=
PR L ∆ PQR
PQ
AC L ∆ ABC PQ
= ×
PR AB L ∆ PQR
AC L ∆ ABC . PQ
=
PR L ∆ PQR . AB
AC . AB L ∆ ABC
=
PR . PQ L ∆ PQR
L ∆ ABC AB . AC
=
L ∆ PQR PQ . PR

Teorema 3.4.6 Perbandingan dua buah segitiga yang sebangun adalah sama
dengan kuadrat dari sepasang sisi yang seletak.
Bukti:
A P

B C Q R

20
Gambar 3.4.8a Gambar 3.4.8b
Misalkan seperti pada gambar 2.3.8a dan 2.3.8b bahwa ∆ ABC ∆ PQR
Akan dibuktikan bahwa
2 2 2
L ∆ ABC (AB ) (BC) ( AC )
= = =
L ∆ PQR ( PQ )2 (QR )2 (PR)2

Berdasarkan Teorema 3.4.5 sehingga diperoleh


L ∆ ABC AB . AC
=
L ∆ PQR PQ . PR
AB AC
Berdasarkan Definisi 3.4.2 maka =
PQ PR
2
L ∆ ABC AB . AB ( AB)
= =
L ∆ PQR PQ . PQ ( PQ )2
2
L ∆ ABC (BC )
Selanjutnya akan dibuktikan =
L ∆ PQR (QR)2
Berdasarkan Teorema 3.4.5 sehingga diperoleh
L ∆ ABC AB . BC
=
L ∆ PQR PQ . QR
AB BC
Berdasarkan Definisi 3.4.2 maka =
PQ QR
2
L ∆ ABC BC . BC (BC )
= =
L ∆ PQR QR . QR (QR )2
2
L ∆ ABC ( AC )
Selanjutnya akan dibuktikan =
L ∆ PQR (PR )2
Berdasarkan Teorema 3.4.5 sehingga diperoleh
L ∆ ABC BC . AC
=
L ∆ PQR QR . PR
BC AC
Berdasarkan Definisi 3.4.2 maka =
QR PR
2
L ∆ ABC AC . AC ( AC )
= =
L ∆ PQR PR. PR ( PR)2

21
Berikut ini akan diberikan penerapan kesebangunan pada trapesium, yaitu bila
pada sisi yang tidak sejajar kita buat titik tengahnya kemudian dihubungkan, maka
akan ditunjukkan bahwa garis tadi tidak lain adalah sejajar dengan dua sisi sejajar
pada trapesium tersebut yang dikontruksi dalam bentuk teorema berikut ini.

Teorema 3.4.7 Garis yang menghubungkan pertengahan kaki-kaki suatu


trapesium, sejajar dengan sisi-sisi sejajarnya dan panjangnya setengah dari jumlah
sisi yang sejajar.

Bukti:
Perhatikan gambar 3.4.9 di bawah ini.
D C

E F

A B G

Gambar 3.4.9
Misalkan trapesium ABCDdengan AB ∥ DC kemudian AE=ED dan BF=FC,

1
akan ditunjukkan bahwa EF= ( AB + DC ).
2
Untuk itu hubungkan titik DF sehingga memotong perpanjangan AB di titik G.
Karena ∠ CFD ≅ ∠ BFG, panjang BF ≅ CF, dan ∠ FCD ≅ FBG maka berdasarkan
Postulat 3.3.2 diperoleh ∆ BGF ≅ ∆ CDF.
Sehingga DC=BG dan DF =FG.
Perhatikan ∆ ADG
Diketahui DF =FG, DE=EA sehingga berdasarkan teorema 3.4.2 EF sejajar
dengan AG. AB bagian dari AG, sehingga berdasarkan definisi AB∥ CD maka
EF ∥ AB.
1
Berdasarkan teorema 3.4.2 EF= AG .
2

22
1
Diketahui AG=AB+ BG sehingga EF= ( AB+ BG ) .
2
1
Akibat kongruensi, BG=CD maka EF= ( AB +CD).
2

23

Anda mungkin juga menyukai