Anda di halaman 1dari 44

DALIL MENELAUS

Dalil Menelaus berkaitan dengan sebuah garis yang memotong dua sisi segitiga dan
perpanjangan sisi ketiganya. Jika sebuah garis berpotongan dengan ketiga sisi ∆ABC atau
pelrpanjangannya masing masing di P, Q, dan R, maka berlaku dalil Menelaus.
AE BD CF
× × =1
BE DC FA

Bukti:

Buat garis ⊥GD , beri nama h1.

Buat garis CH ⊥ GD , beri nama h2.


Karena
m∠GDB=m∠ HDC (berimpit)
m∠ DGB=m∠ DHC (90o)
m∠GBD=m∠ HCD (sehadap)
Maka ∆ GBD ∆ HCD
Sehingga berlaku
BD BG h1
= = …(1)
CD CH h2

Buat garis AI ⊥GD , beri nama h3.


Karena
m∠ AFI=m∠CFH (bertolak belakang)
m∠ AIF=m ∠CHF (90o)
m∠ IAF=m ∠ HCF (dalam berseberangan)
Maka ∆ AFI ∆ CFH
Sehingga berlaku
CF CH h2
= = …(2)
AF AI h3
Karena
m∠ BEG=m∠ AEI (bertolak belakang)
m∠ BGE=m∠ AIE (90o)
m∠GBE=m ∠ IEA (dalam berseberangan)
Maka ∆ BEG ∆ AEI
Sehingga berlaku
AE AI h3
= = … (3)
BE BG h1

BD CF AE h1 h2 h3
∴ × × = × × =1
CD AF BE h2 h3 h1
(Q.E.D)

DALIL CEVA

Dalil Ceva berkaitan dengan tiga garis yang memotong ketiga sisi segitiga dan ketiga garis
ini berpotongan pada satu titik, yaitu titik O. Jika garis yang ditarik dari tiap titik sudut
segitiga (titik A, B, dan C) berpotongan pada satu titik (titik O) dan memotong sisi-sisi
yang berhadapan (sisi BC, CA, dan AB) di titik D, E, dan F maka berlaku dalil Ceva.
AF BD CE
× × =1
FB DC EA

Bukti:

Luas ∆ AOF AF ∙ t AF AF
= = → Luas ∆ AOF= (Luas ∆ BOF)
Luas ∆ BOF BF ∙ t BF BF
Luas ∆ ACF AF ∙t AF AF
= = → Luas ∆ ACF = (Luas ∆ BCF )
Luas ∆ BCF BF ∙ t BF BF
AF AF
Luas ∆ ACF−Luas ∆ AOF= ( Luas ∆ BCF ) − ( Luas ∆ BOF )
BF BF
AF
Luas ∆ ACF−Luas ∆ AOF= (Luas ∆ BCF−Luas ∆ BOF )
BF
Luas ∆ ACF −Luas ∆ AOF AF
=
Luas ∆ BCF −Luas ∆ BOF BF
Luas ∆ ACO AF
= …(1)
Luas ∆ BC O BF
Luas ∆ ABO AF
= …(2)
Luas ∆ ACO BF
Luas ∆ BOC CE
= …(3)
Luas ∆ ABO AE
AF BD CE
× × =1
BF DC EA
(Q.E.D)

DALIL TITIK TENGAH SEGITIGA

Segmen garis penghubung titik-titik tengah dari kedua sisi segitiga adalah sejajar dengan
sisi ketiga dan panjangnya adalah setengah kali panjang sisi ketiga tersebut.

Bukti
∠ ACB=∠ DCE
CA :CD=CB:CE=2:1
Jadi, ∆ ACB ∆ DCE
Karena ∆ ACB ∆ DCE maka ∠ CAB=∠CDE
Jadi, ∠ CAB=∠CDE adalah pasangan sudut sehadap dan menurut postulat
haruslah DE sejajar AB (Q.E.D)

Karena ∆ ACB ∆ DCE maka berlaku perbandingan


AB : DE= AC : DC
1
AB : DE=2 :1 ⟺ DE ∙2=AB ∙ 1⟺ DE= AB
2
(Q.E.D)

MACAM-MACAM GARIS PADA SEGITIGA

 Garis SUMBU
Garis Sumbu Segitiga adalah garis yang membagi sisi segitiga menjadi dua bagian yang sama
panjang dan tegak lurus pada sisi tersebut. (membaginya tidak dari titik sudut)

- Membuat garis sumbu


Diketahui segitiga KLM. Jika ingin membuat garis sumbu sisi KM, maka:

lihat.

 Garis Berat

Garis Berat suatu segitiga adalah garis yang ditarik dari titik sudut suatu segitiga sehingga
membagi sisi di depannya menjadi dua bagian sama panjang. (membaginya dari titik sudut)

-membuat garis berat


Diketahui segitiga XYZ. Untuk membuat garis berat dari titik X, maka:

lihat.

 Garis Tinggi

Garis Tinggi Segitiga adalah garis yang melalui salah satu titik sudut segitiga dan tegak lurus
dengan sisi di depannya. (biasanya ada tanda sudut 90derajat)
-membuat garis tinggi
DIketahui segitiga ABC. Jika ingin membuat garis tinggi di titik B, maka:

lihat.

 Garis Bagi

Garis Bagi Segitiga adalah garis yang ditarik dari salah satu sudut pada segitiga sehingga
membagi sudut tersebut menjadi dua sama besar.(biasanya dibagian sudut yang terbelah ada
tanda titik atau sebagainya)

-membuat garis bagi (mudah)


Diketahui segitiga ABC. Jika ingin membuat garis bagi pada sudut A, maka:

lihat.

Membuktikan Kesebangunan dan Kekongruenan pada Segitiga: Teorema dan Contohnya

Pada artikel sebelumnya telah dibahas tentang konsep, definisi dan contoh kesebangunan dan
kekongruenan bangun datar. Pada prinsipnya untuk membuktikan bahwa dua bangun datar
dikatakan sebangun jika kita mampu menunjukkan dua hal yaitu 1) Sudut-sudut yang
bersesuaian besarnya sama dan 2) perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah
sama. Jika perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian sama dengan 1 maka dua bangun
datar tersebut dikatakan kongruen. Namun, untuk membuktikan kesebangunan dan
kekongruenan pada segitiga, kita tidak perlu membuktikan satu per satu setiap sisi dan sudut
yang bersesuaian. Ada teorema yang bisa digunakan untuk membuktikan kesebangunan dan
kekongruenan segitiga dengan lebih efisien. Bagaimana caranya? Mari kta pelajari!

Awalnya untuk membuktikan bahwa dua segitiga tersebut sebangun maka harus dibuktikan
bahwa:

Ternyata untuk membuktikan bahwa kedua segitiga tersebut sebangun tidak perlu dibandingkan
semua panjang sisi dan besar sudut yang bersesuaian. Bagaimana caranya?

1. Teorema Sisi, Sisi, Sisi ( S – S – S )


Jika perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian dari dua segitiga adalah sama, maka dua
segitiga tersebut sebangun. Kenapa bisa begitu? Karena jika panjang tiga sisi suatu segitiga
diketahui maka hanya ada satu jenis segitiga yang sesuai dengan apa yang diketahui. Untuk
melihat bukti teorema ini silahkan klik disini.

Contoh Soal 1: Apakah dua segitiga di bawah ini sebangun?

Jawab:
Perhatikan sisi-sisi yang bersesuaian pada segitiga PRQ dan ABC. Perbandingan panjang sisi yang
bersesuaian adalah:
Karena perbandingan panjang sisi yang bersesuaian pada dua segitiga adalah sama maka
menurut teorema S – S – S, segitiga PQR dan ABC sebangun dengan 3/5.

2. Teorema Sudut, Sudut, Sudut, ( Sd – Sd – Sd )


Jika sudut-sudut yang bersesuaian pada dua segitiga besarnya sama maka dua segitiga tersebut
sebangun. Untuk melihat bukti teorema kesebanguna segitiga Sd – Sd – Sd silahkan klik disini.

Contoh Soal 2: Diketahui dua segitiga berikut. Buktikan bahwa dua segitiga tersebut sebangun!

Jawab:
Perhatikan sisi dan sudut yanng bersesuaian pada segitiga ABC dan segitiga PRQ:

Karena sudut-sudut yang bersesuaian besarnya sama maka berdasarkan teorema Sd- Sd – Sd,
segitiga ABC dan PRQ sebangun.

3. Teorema Sisi, Sudut, Sisi ( S – Sd – S )


Jika dua segitiga memiliki dua pasang sisi bersesuaian yang sebanding dan satu pasang sudut
bersesuaian yang sama besar terletak pada masing-masing segitiga dalam urutan Sisi – Sudut –
Sisi maka dua segitiga tersebut adalah sebangun. Kenapa bisa begitu? Bukti teorema tersebut
dapat dilihat pada link berikut.

Contoh Soal 3: Diketahui bangun datar sebagai berikut. Panjang CA = 4 cm, AF = 6 cm, EA = 3
cm, dan BA = 8 cm. Buktikan bahwa segitiga ABC dan segitiga AFE sebangun!
Jawab:
Perhatikan sisi dan sudut yang bersesuaian pada segitiga ABC dan segitiga AFE!

Karena dua segitiga di atas memiliki dua pasang sisi yang bersesuaian dengan rasio sama dan
satu pasang sudut bersesuaian sama besar dengan urutan S – Sd – S maka segitiga ABC dan AFE
sebangun dengan rasio panjang sisi 4/3.

4. Teorema Sudut, Sisi, Sudut ( Sd – S – Sd )


Jika dua segitiga memiliki dua pasang sudut bersesuaian yang sama besar dan satu pasang sisi
bersesuaian yang diketahui perbandingannya, terletak pada segitiga tersebut dengan urutan
Sudut – Sisi – Sudut maka dua segitiga tersebut sebangun. Untuk bukti teorema ini silahkan klik
link berikut.

Contoh Soal 4: Diketahui bangun segitiga seperti gambar dibawah ini:

Buktikan bahwa segitiga ABC dan segitiga DBA sebangun!

Jawab:
Perhatikan sisi dan sudut yang bersesuaian pada segitiga ABC dan DBA:
Karena dua segitiga di atas memiliki dua pasang sudut bersesuaian yang sama besar dan satu
pasang sisi bersesuaian dengan perbandingan 17/15, terletak pada segitiga dengan urutan
Sudut – Sisi – Sudut, maka segitiga ABC dan DBA sebangun dengan rasio 17/15.

Teorema-teorema diatas juga berlaku untuk membuktikan kekongruenan pada dua segitiga.
Perbedaannya adalah pada perbandingan sisi yang bersesuaian nilainya harus 1 atau sisinya
sama panjang. Namun, teorema Sudut-Sudut-Sudut tidak dapat digunakan karena kita tidak
dapat mengecek rasio panjang sisi dua segitiga yang dibuktikan.

Sebenarnya teorema yang dapat digunakan untuk membuktikan kesebangunan dan


kekongruenan pada segitiga masih ada dua yaitu Sudut – Sisi – Sisi dan Sisi- Sudut – Sudut.
Namun, dalam penggunaannya ada syarat tambahan yang berbeda dengan teorema-teorema di
atas.

Pengertian dan jenis segitiga

A. Pengertian segitiga

Perhatikan sisi-sisinya, ada berapa sisi-sisi yang membentuk segitiga ABC? Sisi-sisi yang
membentuk segitiga ABC berturut-turut
adalah AB, BC, dan AC. Sudut-sudut yang terdapat pada segitiga ABC sebagai berikut.

a. sudut A atau sudut BAC atau sudut CAB.

b. sudut B atau sudut ABC atau sudut CBA.

c. sudut C atau sudut ACB atau sudut BCA.

Jadi, ada tiga sudut yang terdapat pada Δ ABC.


Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik
sudut.
B. Jenis-jenis Segitiga

Jenis-jenis suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan :

a. Panjang sisi-sisinya

1. Segitiga sebarang Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang.
Pada gambar dibawah ini merupakan

segitiga sembarang dimana AB tidak sama dengan BC Tidak sama dengan AC

2. Segitiga sama kaki


Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua buah sisi sama panjang. Pada
gambar dibawah ini merupakan segitiga

sama kaki ABC dengan AB = BC.

3. Segitiga sama sisi

Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama panjang dan tiga
buah sudut sama besar. Segitiga pada

Gambar dibawah ini merupakan segitiga sama sisi.


b. Besar sudut-sudutnya

1. Segitiga lancip

Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip, sehingga
sudut-sudut yang terdapat pada segitiga tersebut besarnya antara 0 derajat dan 90 derajat .

2. Segitiga tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul. Pada
Δ ABC di samping, sudut ABC adalah
sudut tumpul.

3. Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku
(besarnya 90o). Pada Gambar di bawah
ini, Δ ABC siku-siku di titik C.

c. Panjang sisi dan besar sudutnya.


1. Segitiga siku-siku sama kaki
Segitiga siku-siku sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah
satu sudutnya merupakan sudut siku-
siku (90 derajat).
Pada Gambar di bawah ini, Δ abc siku-siku di titik b, dengan ab = ac.
2. Segitiga tumpul sama kaki

Segitiga tumpul sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah
satu sudutnya merupakan sudut
tumpul.
Sudut tumpul Δ PQR pada Gambar di bawah ini adalah sudut P, dengan PR = PQ.

Garis

Garis sejajar

Dua buah garis dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut terletak pada satu bidang datar
yang tidak akan berpotongan meskipun diperpanjang tanpa batas.

Dua buah garis l dan m adalah sejajar atau ditulis l // m (l sejajar m).
Garis berpotongan

Dua buah garis dikatakan berpotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang
datar dan kedua garis tersebut berpotongan disalah satu titiknya.

Garis Berimpit

Dua buah garis yang terletak pada satu bidang datar dikatakan berimpit jika dan hanya jika
kedua garis itu memiliki paling sedikit dua titik potong (dua titik persekutuan).

Dua buah garis m dan m saling berimpit. Untuk mempermudah pemahaman tentang garis
berimpit, cobalah kalian perhatikan jam ketika tepat pukul 12.00. Jarum panjang tepat berimpit
dengan jarum pendek atau berada pada satu garis lurus.
Garis tegak lurus

Dua buah garis dikatakan salin tegak lurus jika saling berpotongan membentuk sudut 90°.

Sudut

Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh dua buah sinar garis yang bertemu kedua pangkalnya.
Sudut dapat bernilai positif dan dapat bernilai negatif. Sudut bernilai positif apabila sudut
berputar berlawanan arah jarum jam. Sudut bernilai negatif apabila sudut berputar searah
jarum jam.

Penamaan Sudut
Untuk memberikan penamaan terhadap sebuah sudut ada beberapa cara yaitu:
a. Menggunakan simbol ∠ disertai dengan tiga huruf dimana huruf pertama dan ketiga
menunjukkan titik pada dua garis sedangkan huruf yang di tengah merupakan nama titik
sudutnya. Misalnya ∠ABC atau ∠CBA, ∠KLM atau ∠MLK.

Catatan: huruf pertama dan ketiga dapat ditukar karena mengukur sudut yang sama.

b. Menggunakan simbol ∠ disertai dengan nama titik-titiknya saja. Misalnya ∠A, ∠B, ∠C

Catatan: cara penamaan ini tidak dapat kita gunakan semua sudut karena apabila tiga buah garis
berpotongan pada titik yang sama maka akan membentuk dua buah sudut sehingga
penamaannya harus menggunakan cara pertama.

c. Menggunakan simbol ∠ disertai dengan simbol yang ditunjukkan antara sudut. Misalnya ∠ α

Sudut atas dapat disebut ∠ ABC, ∠ CBA, ∠ B, atau ∠ α

Pengukuran sudut

Mengukur sebuah sudut dapat menggunakan derajat atau radian. Simbol untuk satuan derajat
adalah (…0). Sudut data di dapat ditentukan mulai dari 00 sampai dengan 3600. Satu putaran
penuh besar sudutnya adalah 3600. Satu derajat diartikan sebagai putaran mengelilingi satu
titik tertentu
Jenis Sudut

1. Sudut Siku-Siku

Sebuah sudut siku-siku adalah sudut yang tepat memiliki ukuran 90 °.


2. Sudut Lancip

Sudut lancip adalah sudut yang memiliki ukuran kurang dari 90 °.


3. Sudut Tumpul

Sudut tumpul adalah sudut yang memiliki ukuran lebih besar dari 90 ° tetapi kurang dari 180 °.
4. Sudut Lurus

Sudut lurus adalah sudut yang memiliki ukuran sudut tepat 180 °. Sudut lurus hanya berupa
garis dengan tiga titik yang membentuknya.

5. Sudut refleks

Sudut refleks adalah sudut yang memiliki ukuran lebih besar dari 1800 tetapi tidak lebih dari

3600.
6. Sudut Putaran Penuh

Sudut putaran penuh adalah sudut yang memiliki ukuran tepat 3600.

Hubungan Antar Sudut

1. Sudut saling berpelurus (suplemen) a0 + b0 = 1800

Jika dua buah sudut membentuk sudut lurus, maka sudut yang satu merupakan pelurus sudut
yang lain dan kedua sudut itu dikatakan saling berpelurus
2. Sudut saling berpenyiku (komplemen) a0 + b0 = 900

Jika dua buah sudut membentuk sudut siku-siku (900 ), maka sudut yang satu
merupakan penyiku sudut yang lain dan kedua sudut itu dikatakan saling berpenyiku

3. Sudut Saling bertolak belakang

Jika dua buah sudut yang saling bertolak belakang maka memiliki besar sudut yang sama
Jarak Titik, Garis, dan Bidang

Definisi : Jarak antara dua buah bangun adalah panjang ruas garis penghubung terpendek yang
menghubungkan dua titik pada bangun-bangun tersebut.

Jarak Titik ke Titik


Jarak antara dua titik adalah dengan menarik garis hubung terpendek antara kedua titik
tersebut, jadi jarak antara titik A dan B adalah panjang garis AB.
Jika titik dalam koordinat cartesius maka jarak kedua titik adalah

Jarak titik ke Garis


Jarak titik ke garis adalah jarak terdekat sebuah titik ke garis, jarak terdekat diperoleh dengan
menarik garis yang tegak lurus dengan garis yang dimaksud. Jarak titik B dengan garis g adalah
panjang garis BB’

Jarak Titik dengan bidang

Untuk menentukan jarak sebuah titik pada suatu bidang, maka terlebih dahulu ditarik garis
lurus yang terdekat dari titik ke bidang, sehingga memotong bidang dan garis tersebut harus
tegak lurus dengan bidang.
Misalkan titik B terletak di luar bidang a maka jarak titik B ke bidang a dapat ditentukan sebagai
berikut :

Jarak titik B ke bidang a adalah panjang garis BB’


Jarak Dua Garis Sejajar
Jika ada dua garis yang sejajar, maka jarak kedua garis dengan menarik garis yang tegak lurus
dengan kedua garis tersebut. Seperti tampak pada gambar di samping, dimana garis g dan h
adalah dua garis yang sejajar, maka jarak kedua garis tersebut adalah garis PR.

Jarak Antara Dua Garis yang Bersilang


Dua garis dikatakan saling bersilang jika kedua garis tersebut tidak sejajar dan terletak pada dua
bidang yang berbeda, seperti tampak pada gambar di bawah :
garis AH bersilangan dengan garis FC.
Untuk menentukan jarak kedua garis tersebut di atas lakukan langkah berikut :
a. Buatlah bidang a dan β yang sejajar, dengan ketentuan garis AH pada bidang a dan garis FC
pada bidang β seperti pada gambar di bawah

b. Carilah jarak antara dua bidang ADHE dan bidang BCGF. Sehingga jarak antara garis AH dan FC
adalah garis PQ.

Jarak Garis ke bidang yang sejajar


Untuk mengukur jarak garis ke bidang yang sejajar, maka terlebih dahulu kita tentukan titik
sembarang pada garis kemudian kita tarik garis lurus dari titik tersebut ke bidang sehingga garis
yang terbentuk tegak lurus terhadapa bidang. Seperti tampak pada gambar di bawah.

Jarak garis g ke bidang a adalah garik PP’.


Jarak Bidang ke Bidang
Untuk mengukur jarak dua bidang, pilihlah sembarang titik pada salah satu bidang kemudian
ditarik garik luruh dari titik yang telah ditentukan ke bidang lainya, sehingga garis yang
terbentuk tegak lurus terhadap kedua bidang. Seperti tampak pada gambar berikut :
Jarak antara bidang β dan a adalah garis AB.
Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang
KEDUDUKAN TITIK TERHADAP GARIS DAN BIDANG
1. Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah garis g, mungkin:
a. Titik T terletak pada garis g, atau garis g melalui titik T (Gb. 1 (i))
b. Titik T berada di luar g, atau garis g tidak melalui titik T. (Gb. 1 (ii))

Jika T pada g dan P pada g, maka dapat dinyatakan bahwa garis g melalui T dan P
Aksioma 1: Melalui dua buah titik dapat dibuat tepat satu garis.

2. Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah bidang H, mungkin:


a. Titik T terletak pada bidang H, atau bidang H melalui titik T (Gb. 2 (i)).
Untuk menunjukkannya dibantu dengan menggambar sebuah garis pada bidang H.
b. Titik T tidak terletak pada bidang H, atau bidang H tidak melalui titik T(Gb. 2 (ii)).
KEDUDUKAN GARIS TERHADAP BIDANG DAN GARIS
1. Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah bidang H, mungkin:
a. Garis g terletak pada bidang H, atau bidang H melalui garis g
Sebuah garis g dikatakan terletak pada bidang H jika setiap titik pada garis g terletak pada
bidang H.
Untuk menunjukkannya, ujung ruas garis wakil g harus terletak pada sisi jajar genjang wakil
bidang H.
Jika ada titik T di luar g juga terletak pada bidang H, maka dapat dinyatakan pula bahwa bidang
H melalui sebuah garis dan sebuah titik di luar garis itu.

Aksioma 2: Melalui sebuah garis dan sebuah titik di luar garis tersebut dapat dibuat tepat
sebuah bidang datar.
Karena garis g tertentu jika dua ada dua titik tertentu (misal A dan b) yang dilaluinya, maka:
Aksioma 3: Melalui tiga buah titik tak segaris dapat dibuat tepat sebuah bidang datar.

b. Garis g memotong bidang H, atau garis g dan H berpotongan.


Garis g dikatakan memotong bidang H jika garis g dan bidang H mempu-nyai hanya sebuah titik
persekutuan.
Titik itu disebut titik potong atau titik tembus garis g terhadap bidang H. Pada Gb. 3 (ii), T adalah
titik tembus g terhadap H.
c. Garis g sejajar bidang H (g // H), atau bidang H sejajar garis g.
Sebuah garis g dikatakan sejajar bidang H jika garis g dan bidang H tidak mempunyai titik
persekutuan.
Untuk menunjukkannya dapat dilakukan dengan menggambar sebuah garis pada H (misal h)
sejajar garis g. Lihat Gb. 3 (iii).

2. Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah garis H, mungkin:


Garis g dan garis H terletak pada sebuah bidang (misal H). Jika demikian maka yang dapat terjadi
adalah:
a. g dan H berimpit. Dikatakan g = H.
b. g dan H berpotongan (pada sebuah titik). (Gb. 4 (i))

Aksioma 4: Melalui dua garis berpotongan dapat dibuat tepat sebuah bidang datar.

c. g ║h, yaitu jika keduanya tidak mempunyai titik persekutuan. (Gb. 4 (ii))

Aksioma 5: Melalui dua garis sejajar dapat dibuat tepat sebuah bidang datar.
d. garis g dan garis H tidak sebidang. Dikatakan bahwa garis g dan H bersilangan (silang
menyilang). Jadi keduanya tidak sejajar dan juga tidak mempunyai titik persekutuan.

HUBUNGAN ANTARA BIDANG-BIDANG


Dua bidang berimpit (semua titik pada bidang yang satu terletak pada bidang kedua, dan
sebaliknya) dipandang sebagai sebuah bidang saja.
1. Hubungan antara Dua Bidang
Jika diketahui bidang H dan V, maka mungkin:
a Bidang H dan V sejajar
Keduanya sama sekali tidak mempunyai titik persekutuan. (Gb. 5 (i))

b Bidang H dan V berpotongan pada sebuah garis. Garis potong ini biasa dilambangkan dengan
(H, V). (Gb. 5 (ii))
2. Hubungan antara Tiga Bidang (α, β, γ)
a. Ketiganya sejajar: → Bidang α║β║γ (Gb. 6 (i))
b. Dua bidang sejajar, dipotong bidang ketiga: Bidang α║β dan γ ╫ α, γ ╫β ⇒(α,γ)║(β, γ) (Gb. 6
(ii))
c. Ketiga bidang berpotongan pada satu garis. ⇒ (α, β), (α, γ), dan (β, γ) berimpit. (Gb. 6 (iii))
d. Ketiga bidang berpotongan pada tiga garis potong yang sejajar. (α, β)║(α, γ) ║(β, γ) (Gb. 6
(iV))
e. Ketiga bidang berpotongan pada sebuah titik ⇒ ketiga garis potong (α, β), (α, γ), dan
(β, γ) melalui sebuah titik. (Gb. 6 (V))

MENENTUKAN TITIK POTONG GARIS DAN BIDANG DAN GARIS POTONG ANTARA
BIDANGBIDANG

Garis g dan H berpotongan di titik T. Garis H menembus α di A dan β di B. Garis g memebus β di


C. Tentukan titik tembus g terhadap α.

Jawab: Garis g dan H berpotongan. Jadi dapat dibuat sebuah bidang misal γ melalui g dan H.
(β, γ) memotong (α, β) di titik K. Maka garis potong ketigayaitu (α, γ) juga melalui K (*).
Karena A pada H, maka pada γ. Titik A titik tembus H terhadap bidang α, maka A pada α. Jadi A
pada (α, γ). (**)

Dari (*) dan (**) maka (α, γ) = garis KA


KA dan g pada bidang γ, keduanya berpotongan.di titik D = titik tembus g terhadap bidang α

GEOMETRI BIDANG DATAR

• Bangun Datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis garis lurus atau
lengkung

• Bangun Datar merupakan bangun Dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar
yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung

Macam Macam Bangun Datar


Simetri Lipat

• Secara informal, simetri dapat dijelaskan sebagai suatu garis pada bangun datar yang jika
dilipat menjadi dua bagian, maka setengah bangun datar akan menutup setengah
bangun yang lain

• Banyaknya simetri lipat, sama dengan banyaknya sumbu simetri pada bangun itu.

Jumlah Simetri Lipat Bangun Datar

N NAMA BANGUN DATAR JUMLAH SIMETRI LIPAT


O

1. PERSEGI 4

2. PERSEGI PANJANG 2

3. BELAH KETUPAT 2

4. JAJAR GENJANG -
5. SEGITIGA SAMA KAKI 1

6. SEGITIGA SAMA SISI 3

7. SEGITIGA SEMBARANG -

8. SEGITIGA SIKU SIKU 1

9. TRAPESIUM SAMA KAKI 1

10. TRAPESIUM SIKU SIKU -

11. TRAPESIUM SEMBARANG -

12. LAYANG LAYANG 1

13. LINGKARAN ∞

Simetri putar

• Suatu bangun datar disebut memiliki simetri putar jika bangun itu diputar kurang dari
360 derajat menempat tempatnya semula

• Sudut putar adalah ukuran sudut yang digunakan untuk memutar bangun sehingga
menempati tempatnya semula (0<a<=360)

Jumlah Simetri Putar Bidang Datar

No NAMA BANGUN DATAR JUMLAH SIMETRI PUTAR

1. PERSEGI 4

2. PERSEGI PANJANG 2

3. BELAH KETUPAT 2

4. JAJAR GENJANG 2
5. SEGITIGA SAMA KAKI -

6. SEGITIGA SAMA SISI 3

7. SEGITIGA SEMBARANG -

8. SEGITIGA SIKU SIKU -

9. TRAPESIUM SAMA KAKI -

10. TRAPESIUM SIKU SIKU -

11. TRAPESIUM SEMBARANG -

12. LAYANG LAYANG -

13. LINGKARAN ∞

B. Sifat-Sifat Sudut
(1) Dalil Sudut Bersesuaian (sehadap)

Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka pasangan sudut yang bersesuaian adalah
kongruen.
< K1 = < L1
< K2 = < L2
< K3 = < L3
< K4 = < L4

(2) Dalil Sudut bertolak belakang


Jika dua buah sudut bertolak belakang, maka kedua sudut tersebut sama besar.
< L1 = < L3
< L2 = < L4

(3) Dalil sudut berpelurus

Jika dua buah sudut saling berpelurus, maka jumlah kedua sudut tersebut 1800
< L1 + < L2 = 1800
< L3 + < L4 = 1800
BEBERAPA SIFAT SIFAT SUDUT
(1) Sifat Sudut-Sudut dalam Berseberangan
Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka sudut-sudut dalam berseberangan
saling kongruen.
< K3 = < L1
< K4 = < L2

(2) Sifat Sudut-Sudut Luar Berseberangan


Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka sudut-sudut luar berseberangan saling
kongruen.
< K1 = < L3
< K2 = < L4

(3) Sifat Sudut-Sudut luar sepihak


Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain, maka sudut luar sepihak berjumlah 1800.
< K1 + < L4 = 1800
< K2 + < L3 = 1800
PENGERTIAN SUDUT DALAM GEOMETRI BIDANG DATAR

Sudut dalam geometri adalah besaran rotasi suatu ruas garis dari satu titik pangkal ke posisi
yang lain

Pengertian dari ruas garis, sinar garis dan permukaan

- ruas garis= garis yg menghubungkan antara dua titik


- sinar garis= garis yg berpangkal di satu titik dan tak berujung

Pengertian garis sejajar dan tegak lurus pada bidang koordinat

Garis sejajar Dua buah garis dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut terletak pada satu
bidang datar yang tidak akan berpotongan meskipun diperpanjang tanpa batas.
Garis tegak lurus adalah dua garis yang membentuk sudut 90 derajat

Garis sejajar
Dua buah garis dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut terletak pada satu bidang datar
yang tidak akan berpotongan meskipun diperpanjang tanpa batas.

Garis Sejajar
Dua buah garis l dan m adalah sejajar atau ditulis l // m (l sejajar m).

2. Garis berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar
dan kedua garis tersebut berpotongan disalah satu titiknya.

Garis Berpotongan
3. Garis Berimpit
Dua buah garis yang terletak pada satu bidang datar dikatakan berimpit jika dan hanya jika
kedua garis itu memiliki paling sedikit dua titik potong (dua titik persekutuan).

Garis Berimpit

Dua buah garis m dan m saling berimpit. Untuk mempermudah pemahaman tentang garis
berimpit, cobalah kalian perhatikan jam ketika tepat pukul 12.00. Jarum panjang tepat berimpit
dengan jarum pendek atau berada pada satu garis lurus.

4. Garis tegak lurus


Dua buah garis dikatakan salin tegak lurus jika saling berpotongan membentuk sudut 90°.

Garis Tegak Lurus


KEDUDUKAN DUA GARIS

Dua garis sejajar


Pernahkah Anda memerhatikan rel atau lintasan kereta api? Apabila kita perhatikan lintasan
kereta api tersebut, jarak antara dua rel akan selalu tetap (sama) dan tidak pernah saling
berpotongan antara satu dengan lainnya. Apa yang akan terjadi jika jaraknya berubah? Apakah
kedua rel itu akan berpotongan?

Berdasarkan gambaran tersebut, selanjutnya apabila dua buah rel kereta api kita anggap
sebagai dua buah garis, maka dapat kita gambarkan seperti gambar di bawah ini.

Garis m dan garis n di atas, jika diperpanjang sampai tak berhingga maka kedua garis tidak akan
pernah berpotongan. Keadaan seperti ini dikatakan kedua garis sejajar. Dua garis sejajar
dinotasikan dengan “//”.
Dua garis atau lebih dikatakan sejajar apabila garis-garis tersebut terletak pada satu bidang
datar dan tidak akan pernah bertemu atau berpotongan jika garis tersebut diperpanjang sampai
tak berhingga.

Dua garis berpotongan


Agar Anda memahami pengertian garis berpotongan, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar di atas tersebut menunjukkan gambar kubus ABCD.EFGH. Amatilah garis AB dan garis
BC. Tampak bahwa garis AB dan BC berpotongan di titik B dimana keduanya terletak pada
bidang ABCD. Dalam hal ini garis AB dan BC dikatakan saling berpotongan.

Dua garis dikatakan saling berpotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar
dan mempunyai satu titik potong.

Dua garis berimpit


Agar Anda memahami pengertian garis berimpit, perhatikan gambar di bawah ini.

Pada Gambar di atas menunjukkan garis AB dan garis CD yang saling menutupi, sehingga hanya
terlihat sebagai satu garis lurus saja. Dalam hal ini dikatakan kedudukan masing-masing garis AB
dan CD terletak pada satu garis lurus. Kedudukan garis yang demikian dinamakan pasangan
garis yang berimpit.
Dua garis dikatakan saling berimpit apabila garis tersebut terletak pada satu garis lurus,
sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja.

Dua garis bersilangan


Agar Anda memahami pengertian garis bersilangan, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar di atas menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH. Perhatikan garis AC dan garis HF.
Tampak bahwa kedua garis tersebut tidak terletak pada satu bidang datar. Garis AC terletak
pada bidang ABCD, sedangkan garis HF terletak pada bidang EFGH. Selanjutnya apabila kedua
garis tersebut, masing-masing diperpanjang, maka kedua garis tidak akan pernah bertemu.
Dengan kata lain, kedua garis itu tidak mempunyai titik potong. Kedudukan garis yang demikian
dinamakan pasangan garis yang saling bersilangan.

Dua garis dikatakan bersilangan apabila garis-garis tersebut tidak terletak pada satu bidang
datar dan tidak akan berpotongan apabila diperpanjang.

Garis Horizontal dan Garis Vertikal


Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar tersebut menunjukkan sebuah neraca dengan bagian-bagiannya. Perhatikan bagian
tiang penyangga dan bagian lengan yang berada di atasnya. Kedudukan bagian tiang dan lengan
tersebut menggambarkan garis horizontal dan vertikal. Bagian lengan menunjukkan kedudukan
garis horizontal, sedangkan tiang penyangga menunjukkan kedudukan garis vertikal. Arah garis
horizontal mendatar, sedangkan garis vertikal tegak lurus dengan garis horizontal.

PENGERTIAN TITIK GARIS DAN BIDANG

Titik
Kita tidak asing dengan istilah titik. Bahkan setiap kita menulis kita selalu menggunakannya.
Apakah sama titik dalam “dunia menulis” dengan titik dalam “dunia matematika”?

Bintang dapat dianggap sebagai titik


Dalam “dunia menulis” titik merupakan tanda yang digunakan untuk mengakhiri sebuah
kalimat, sedangkan dalam “dunia matematika” titik merupakan sesuatu yang punya kedudukan,
tetapi titik tidak punya ukuran. Sama seperti dalam dunia menulis, dalam dunia matematika titik
direpresentasikan dengan sebuah noktah “.”. Hanya saja dalam dunia matematika titik diberi
nama dengan menggunakan huruf kapital seperti A, B, atau C, dan seterusnya. Pada gambar di
bawah ini diperlihatkan dua buah titik, yaitu titik B dan titik Q.
Garis
Oke, sekarang kita akan bahas mengenai garis. Garis adalah himpunan titik-titik yang
anggotanya terdiri dari lebih dari satu buah titik. Titik-titik tersebut berderet ke kedua arah yang
berlawanan sampai jauh tak terhingga. Model atau representasi suatu garis misalnya seperti
seutas benang atau tali lurus yang dapat diperpanjang kedua arah yang berlawanan sampai jauh
tak terhingga. Garis hanya mempunyai ukuran panjang. Berbeda dengan titik yang diberi nama
menggunakan satu buah huruf kapital, sedangkan garis diberi nama dengan menggunakan
huruf kecil seperti g, h, k, dan seterusnya, atau dua buah huruf kapital seperti AB, AC, BC, dan
seterusnya. Pada gambar di bawah ini diperlihatkan dua buah garis, yaitu garis h dan garis AB.

Bidang
Bidang adalah himpunan garis-garis yang anggotanya terdiri dari lebih dari satu buah
garis. Jadi, pada sebuah bidang, terdiri dari banyak sekali garis. Model sebuah bidang adalah
permukaan sebuah kertas yang dapat diperlebar ke semua arah. Bidang mempunyai ukuran
panjang dan lebar serta diberi nama dengan menyebutkan titik-titik sudut dari bidang tersebut
atau memakai huruf α, β, γ , dan seterusnya. Pada gambar di bawah ini diperlihatkan dua buah
bidang, yaitu bidang α dan bidang ABCD.
Demikian konsep titik, garis dan bidang. Dari pengertian titik, garis, dan bidang akan
memunculkan aksioma atau postulat tentang titik, garis dan bidang yaitu:
=>Melalui dua buah titik sembarang yang tidak berimpit hanya dapat dibuat satu garis lurus
=>Melalui tiga titik sembarang, hanya dapat dibuat satu buah bidang.
=>Melalui satu titik dan garis yang tidak melewati titik tersebut dapat dibuat sebuah bidang
=>Melalui dua buah garis sejajar atau garis yang saling berpotongan dapat dibuat sebuah
bidang.
=>Jika suatu garis dan suatu bidang mempunyai dua titik persekutuan, maka garis itu seluruhnya
terletak pada bidang.

Dua Bidang Berimpit


Dua bidang dikatakan berimpit, jika setiap titik terletak pada kedua bidang, seperti gambar di
bawah ini.

Dua Bidang Sejajar


Dua bidang dikatakan sejajar, jika kedua bidang tersebut tidak mempunyai satu pun titik
persekutuan, seperti gambar di bawah ini.
Dua Bidang Berpotongan
Dua bidang dikatakan berpotongan, jika kedua bidang tersebut mempunyai sebuah garis
persekutuan, seperti gambar di bawah ini.

Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang kedudukan bidang dengan bidang lainnya,
silahkan perhatikan contoh soal berikut ini.

Contoh Soal 1
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada gambar di bawah ini.
a) Sebutkan tiga pasang bidang yang sejajar.
b) Sebutkan dua pasang bidang yang berpotongan.

Penyelesaian:
a) Bidang ABCD sejajar dengan bidang EFGH, bidang ABFE sejajar dengan bidang CDHG, dan
BCGF sejajar dengan bidang ADHE.
b) Bidang ABGH berpotongan dengan bidang CDEF dan bidang BCHE berpotongan dengan
bidang ADGF.

Contoh Soal 2
Perhatikan kubus di bawah ini.

Bidang sisi CDHG sebagai wakil bidang u. Tentukan bidang sisi kubus yang:
a. berimpit dengan bidang u
b. sejajar dengan bidang u
c. berpotongan dengan bidang u
Penyelesaian:
Bidang sisi kubus yang:
a. berimpit dengan bidang u adalah sisi CDHG
b. sejajar dengan bidang u adalah ABFE
c. berpotongan dengan bidang u adalah ABCD.

Anda mungkin juga menyukai