Anda di halaman 1dari 124

MODUL GEOMETRI

KESEJAJARAN, LUAS & TEOREMA


PHITAGORAS, DAN KESEBANGUNAN

Oleh:
Andik Ika Puspita
KATA PENGANTAR

Segala bentuk pujian dan rasa syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, atas
limp ahan nikmat dan rahmat-Nya buku ajar ini dapat terwujud.

Modul ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan program studi S-1 Pendidikan
Matematika di IKIP PGRI Bojonegoro. Penyusunan modul ini diambil dari berbagai
sumber online. Selanjutnya secara berurutan dilakukan kegiatan penulisan, editing,
harmonisasi, dan layouting modul.

Kami sangat mengharapkan masukan dari para pembaca untuk penyempurnaan buku
ajar ini demi peningkatan mutu pendidikan matematika di Indonesia.

Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca dan menggunakan modul ini dalam
mengelola pembelajaran matematika.

Bojonegoro, Januari 2018


Penyusun,

Andik Ika Puspita


DAFTAR MODUL

I. KESEJAJARAN
II. LUAS DAN TEOREMA PHITAGORAS
III. KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN
I
KESEJAJARAN
KESEJAJARAN

A. Kompetensi dan Indikator


A.1 Kompetensi
1. Memahami definisi dasar dan teorema tentang kesejajaran garis
2. Memahami penyelesaian masalah kesejajarn garis
A.2 Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan Definisi Dasar Kesejajaran Garis
2. Menjelaskan Teorema Kesejajaran Garis
3. Menjelaskan penyelesaian masalah kesejajaran
B. Materi Pokok dan Uraian Materi
Materi Pokok
Kesejajaran Garis
Sub Materi Pokok
1. Definisi Dasar Kesejajaran Garis
2. Teorema Kesejajaran Garis
3. Masalah Kesejajaran Garis

Uraian Materi
A. Definisi Dasar
Definisi 1
Garis yang bersilangan adalah dua garis yang tidak berpotongan dan tidak terletak pada bidang yang
sama.
Definisi 2
Sebuah garis dan bidang adalah sejajar, jika tidak mempunyai titikpersekutuan.
Definisi 3
Bidang yang sejajar adalah bidang yang tidak mempunyai titik persekutuan.
Definisi 4
Sebuah garis melintang adalah garis yang memotong dua garis yang sebidang di dua titik yang
berbeda..
Sudut dalam bersebrangan adalah dua sudut dalam dengan puncak yang yang berbeda di sisi yang
berlawanan pada garis melintang.
Sudut luar bersebrangan adalah dua sudut luar dengan puncak yang yang berbeda di sisi yang
berlawanan pada garis melintang.
Sudut yang sehadap adalah sudut yang terletak pada sisi yang sama pada garis melintang. Salah satu
sudutnya adalah sudut luar, dan sudut yang lain adalah sudut dalam.

B. Teorema tentang Garis Sejajar


Sepasang sudut terbentuk dari sepasang garis dan sebuah garis melintang penting dalam membentuk
garis sejajar.
Teorema
Jika dua garis dipotong oleh garis melintang dan sepasang sudut sehadap yang kongruen, maka garis
itu sejajar.

p q
p q q
2 q q
2 q p 2 1
p 2
1 p 1 2 1
1
Diketahui 1 2 Diketahui 1 2 Diketahui 1 2
Perhatikan bahwa p q Perhatikan bahwa p q Perhatikan bahwa p q
Diketahui : Garis p, q, dan r dengan 1 2.
Buktikan p q
Anggap p q. (catatan : artinya tidak sejajar). Kemudian anggap segitiga akan terbentuk
dan menemukan sebuah kontradiksi.

pp AA 22

qq BB 11

r A

A
2

B 1 C

Pernyataan Alasan
1. Jika p q. 1. Asumsi bukti tak langsung.
2. Maka p dan q berpotongan pada 2. Uraian dengan cara I.
satu titik, sebut saja C dan ABC
terbentuk.
3. 2 adalah sudut luar dari ABC. 3. Definisi sudut luar.
4. 1 adalah sudut dalam yang 4. Definisi sudut dalam yang jauh.
jauh dari 2. 5. Teori sudut luar.
5. m2 > m1. 6. Diketahui.
6. m1 = m2 (kontradiksi dari 7. Bukti tak langsung logika.
m2 > m1).
7. Oleh karena itu, p q.

Teorema 2
Jika dua garis yang dipotong oleh sebuah garis melintang dan sudut dalam bersebrangannya sama
besar (kongruen), maka garis itu sejajar.

Teorema 3
Jika dua garis yang dipotong oleh sebuah garis melintang dan sudut luar bersebrangannya sama besar
(kongruen), maka garis itu sejajar.

Teorema 4
Jika dua garis yang dipotong oleh sebuah garis melintang dan sudut dalam sepihaknya saling
bersuplemen (jumlah besar sudutnya 180), maka garis itu sejajar

3
II
LUAS &
TEOREMA PHITAGORAS
LUAS BIDANG
SEGITIGA
Segitiga adalah poligon yang memiliki tiga sisi.

A1

A2
A3

Gambar 9.1.21

Alas segitiga merupakan sisi dari segitiga tersebut.


Tinggi harus tegak lurus dengan alas sekawan dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan alas. Dan
harus Anda ketahui bahwa jumlah sudut-sudut suatu segitiga adalah 1800.

JENIS-JENIS SEGITIGA
a. Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-sisinya
1) Segitiga Sebarang, adalah segitiga yang semua sisinya tidak sama panjang.
2) Segitiga Sama Kaki, adalah segitiga yang memiliki dua buah sisi yang sama panjang.
3) Segitiga Sama Sisi, adalah segitiga yanng semua sisinya sama panjang.
b. Jenis Segitiga Ditinjau dari Besar Sudut-sudutnya
1) Segitiga Lancip, adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip.
2) Segitiga Siku-siku, adalah segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku.
3) Segitiga Tumpul, adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul.

KELILING SEGITIGA
Keliling suatu segitiga adalah jumlah keseluruhan panjang sisi yang membentuk segitiga.
Jika panjang sisi-sisi segitiga masing-masing adalah a, b, dan c, maka keliling segitiga
tersebut adalah:
Keliling Segitiga, K = a + b + c

LUAS SEGITIGA
1
Luas segitiga = 2 × alas × tinggi
1
= 2 ×a×t
Hal penting yang harus Anda ingat baik-baik, adalah:
 Alas segitiga merupakan sisi dari segitiga tersebut.
 Tinggi harus tegak lurus dengan alas yang sekawan dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan
alas.

MENENTUKAN LUAS BANGUN DARI LUAS SEGITIGA


Sangat banyak ragam bangun datar. Persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang, trapesium,
laying-layang, maupun bangun segi-n lainnya baik yang beraturan maupun tak beraturan. Salah satu cara
untuk menentukan luas berbagai bangun datar tersebut adalah dengan membuat sekat-sekat sehingga di
dalam bangun tersebut terbentuk beberapa bangun segitiga. Dengan demikian, luas suatu bangun dapat
ditentukan berdasarkan luas segitiga. Misalnya pada Gambar 9.1.22 berikut:

a b c

Gambar 9.1.22
Perhatikan bagun datar pada Gambar 9.1.22.c. Bangun datar tersebut merupakan bangun datar segi enam tak
beraturan, namun bisa dibuat sekat-sekat sehingga luas bangun tersebut merupakan jumlah dari semua luas
segitiga yang membentuknya.

A B

t2
C
L1 a1 L2 t4
D t1 a2 = a3 a4
L3 L4
t3

E
F

Contoh 9.1.2:
Untuk menghitung luas segi enam tak beraturan di atas, adalah dengan menjumlahkan luas segitiga-segitiga
pembentuknya:

Luas segi enam ABCDEF


=L1 +L2 + L3 + L4
=L Δ ADE+ LΔ AEF +L Δ ABF +L Δ BCF
1 1 1 1
¿ a 1 t 1 + a 2 t 2 + a3 t 3 + a 4 t 4
2 2 2 2
1
¿ ( a1 t 1 + a2 t 2 +a3 t 3 +a 4 t 4 )
2

Untuk segi banyak lainnya, yang dibuat sekat-sekat menjadi n buah segitiga, maka luasnya adalah:

Luas segi banyak


=L Δ1 + LΔ 2 + L Δ3 +.. .+L Δn
1 1 1 1
= a 1 t 1 + a2 t 2 + a3 t 3 +. . .+ an t n
2 2 2 2
1
¿ ( a1 t 1 +a2 t 2 +a3 t 3 +.. .+an t n )
2
PERBANDINGAN LUAS SEGITIGA
Perhatikan Gambar 9.1.24 berikut ini!

A B

t1 t2

F D C E

Gambar 9.1.24
Ada dua buah segitiga, yaitu segitiga ADC dan segitiga BCD. Sedangkan ABEF merupakan persegi panjang,
sehingga AF = BE atau t1 = t2, di mana t1 merupakan tinggi segitiga ADC, dan t2 merupakan tinggi segitiga
BCD, dan alas kedua segitiga tersebut adalah sisi CD.
Apakah luas segitiga ACD sama dengan luas segitiga BCD? Mari kita periksa!
1 1 1
Luas Δ ADC 2 ×a1 ×t 1 2 ×CD×t 1 2 ×CD×t 1
= = = =
Luas Δ BCD 1 ×a2 ×t 2 1 ×CD×t 2 1 ×CD×t 1
2 2 2

Berarti, Luas Δ ADC=Luas Δ BCD

Contoh 9.1.3:
Cara pengerjaan di atas dapat menjadi “jurus” jitu untuk menghitung luas segitiga ataupun menentukan
perbandingan luas segitiga. Contohnya dapat Anda simak sebagai berikut.
A A

B D C B E D C

Gambar 9.1.25
Diberikan segitiga ABC yang memiliki luas 100 cm2. Titik D terletak pada BC sehingga BD : DC = 3 : 1.
Hitunglah luas segitiga ABD dan luas segitiga ADC.
Jawaban:
Misalkan AE merupakan tinggi segitiga ABC.
BD : DC = 3 : 1 berarti BD = 3DC,
3
BD : BC = 3 : 4 berarti BD = 4 BC
sehingga:
1 1
Luas Δ ABD ×BD× AE 2 ×3 DC ×AE 3
= 12 = 1 =
Luas Δ ADC ×DC× AE ×DC × AE 1
2 2

Jadi, Luas Δ ABD :Luas Δ ADC=3 :1


Dan,
1 1 3
Luas Δ ABD 2 ×BD× AE 2 × 4 BC × AE 3
= = 1 =
Luas Δ ABC 1 ×BC × AE ×BC× AE 4
2 2

Jadi, Luas Δ ABD :Luas Δ ABC=3 : 4 .


Karena luas Δ ABC=100 cm2,
3 3
Maka Luas Δ ABD= 4 ×Luas Δ ABC = 4 ×100=75 cm2.
Karena Luas Δ ABD :Luas Δ ADC=3 :1 ,
1 1
Maka Luas Δ ADC= 3 ×Luas Δ ABD= 3 ×75=25 cm2.
Dengan demikian, Luas Δ ABD=75 cm2 dan Luas Δ ADC=25 cm2.

SEGIEMPAT
Segiempat adalah poligon yang memiliki empat sisi.
A1 A2

A3

A4
Gambar 9.1.26
Terdapat pula beberapa segiempat yang memiliki sifat-sifat istimewa, seperti halnya: persegi,
persegipanjang, jajargenjang, belahketupat, layang-layang, dan trapesium.

Coba Anda perhatikan, bagaimana bentuk pintu atau jendela rumah Anda? Atau bagaimana pula dengan
bentuk ubin pada lantai rumah Anda? Pada umumnya, bentuk yang biasa kita jumpai adalah persegi atau
persegi panjang. Mengapa?

PERSEGI PANJANG
Beberapa sifat persegi panjang adalah:
1. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang
2. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar
3. Setiap sudutnya sama besar, yaitu 900
Besar keempat sudutnya adalah 900 (siku-siku). Dua pasang sisi persegi panjang sering kita namakan
panjang dan lebar.
4. Diagonal-diagonalnya sama panjang
5. Diagonal-diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama panjang.

Gambar 9.1.27

PERSEGI
Persegi merupakan bagian persegi panjang yang istimewa, dengan beberapa sifat berikut ini:
1. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2. Diagonalnya sama panjang
3. Diagonalnya saling berpotongan dan membagi dua sama panjang.
Sifat-sifat lainnya yang khusus adalah:
1. Sisi-sisi dalam setiap persegi adalah sama panjang
2. Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
3. Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.
4. Diagonal-diagonalnya berpotongan tegak lurus.

KELILING
Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi yang membatasi bidang datar tersebut.
Keliling persegi panjang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua panjang sisi pada persegi panjang
tersebut, sedangkan keliling persegi diperoleh dengan cara menjumlahkan semua panjang sisi pada persegi
tersebut.

KELILING PERSEGI PANJANG


Rumus keliling persegi panjang adalah:

K=2 p+2 l atau K=2( p+l )

KELILING PERSEGI
Rumus keliling persegi adalah:
K=4×sisi=4 s
LUAS
Luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun datar tersebut.
Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi persegi panjang tersebut. Sedangkan luas
persegi adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi persegi tersebut.
Satuan luas cm2 dibaca sebagai “sentimeter kuadrat” atau “sentimeter persegi”, yang berarti perkalian cm
dengan cm pada persegi satuan.

LUAS PERSEGI PANJANG


Rumus luas persegi panjang adalah:
L= panjang×lebar
atau,
L= p×l

LUAS PERSEGI
Karena persegi memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama yang disebut sisi, maka rumus luas persegi
adalah:
L=sisi×sisi
atau,
2
L=s×s=s

Contoh 9.1.4:
Diketahui persegi dengan sisi (a + b). Tentukan luasnya!
Jawaban:
Perhatikan gambar dibawah ini!
Persegi tersebut dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yang berarti luas persegi dengan sisi (a + b) adalah
penjumlahan dari seluruh luas 4 bagian tersebut.
a b

a a2 ab

b ab b2

a b

Luas=Luas I +Luas II +Luas III +Luas IV


(a+b )(a+ b)=a2 + ab+ ab+b2
2 2 2
( a+b ) =a +2 ab+b
Dari sini, kita memperoleh suatu hubungan yang sangat penting dan sering digunakan , yaitu:
2 2 2
(a+b ) =a +2 ab+b

Pernahkah Anda bermain layang-layang? Bagaimana bentuknya? Ya, umumnya layang-layang berbentuk
segiempat yang khas. Namun kini, layang-layang berkembang tidak hanya berupa segiempat, layang-layang
juga sudah dimodifikasi sedemikian rupa menjadi bentuk-bentuk yang lebih beragam.

Kemudian, saat lebaran tiba, makanan khas negeri ini adalah ketupat. Dapatkah Anda cermati bagaimana
bentuk ketupat lebaran?

JAJARGENJANG

Jajargenjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, serta sudut-sudut
yang berhadapan sama besar. Jajargenjang dapat dibentuk dari gabungan suatu segitiga dan bayangannya
setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya.
Gambar 9.1.28

SIFAT-SIFAT JAJARGENJANG
1. Pada setiap jajargenjang, sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
2. Pada setiap jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
3. Jumlah dua sudut yang berdekatan dalam jajargenjang adalah 1800.

LUAS JAJARGENJANG
Dalam menentukan luas jajargenjang dapat menggunakan konsep luas segitiga.

Ljajargenjang = 2×L Δ
=2×12 ×a×t
¿ a×t

Dengan menggunakan konsep luas persegi panjang, maka luas jajargenjang juga dapat ditentukan sebagai:
Ljajargenjang = a × t.

Jadi, untuk setiap jajargenjang, dengan alas a, tinggi t, serta luas L, maka berlaku:
L=a×t

BELAH KETUPAT
Belah ketupat didefinisikan sebagai segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar, keempat sisinya sama
panjang, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Belah ketupat juga merupakan jajargenjang yang
semua sisinya sama panjang. Oleh karena itu, semua sifat yang berlaku pada jajargenjang berlaku pula pada
belah ketupat. Keistimewaan belah ketupat adalah dapat dibentuk dari gabungan segitiga sama kaki dan
bayangannya setelah dicerminkan terhadap alasnya.
Gambar 9.1.29
SIFAT-SIFAT BELAH KETUPAT
Berikut ini adalah sifat-sifat khusus belah ketupat:
 Semua sisinya sama panjang
 Diagonal-diagonal belah ketupat menjadi sumbu simetri
 Kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus dan saling membagi dua sama
panjang.
 Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-
diagonalnya.

LUAS BELAH KETUPAT


Karena belah ketupat merupakan jajargenjang, maka tentu saja luas belah ketupat pun memiliki rumus yang
sama dengan rumus luas jajargenjang, yaitu:
Luas=alas×tinggi
1
= ×diagonal 1 ×diagonal 2
2 x2

LAYANG-LAYANG
Layang-layang didefinisikan sebagai segiempat yang setiap pasang sisinya sama panjang dan sepasang
sudut yang berhadapan sama besar. Layang-layang juga merupakan segiempat yang terdiri dari dua segitiga
sama kaki yang alasnya sama panjang dan saling berimpit.
A

B D
C
Gambar 9.1.30

SIFAT-SIFAT LAYANG-LAYANG

1. Pada setiap layang-layang sepasang sisinya sama panjang.


2. Pada setiap layang-layang terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar.
3. Salah satu diagonal layang-layang merupakan sumbu simetri.
4. Salah satu diagonal layang-layang membagi dua sama panjang dan tegak lurus terhadap diagonal
lainnya.

LUAS LAYANG-LAYANG
Luas layang-layang dapat dihitung sebagai jumlah luas dua segitiga, yaitu:
L ABCD=L ACD + L ABC
L ABCD=12 × AC ×DP+ 12 × AC×BP
L ABCD=12 × AC ×( DP +BP )
1
L ABCD=2 × AC ×BD
1
L ABCD= ×diagonal 1×diagonal 2
2
Jadi, luas layang-layang adalah setengah dari perkalian panjang diagonal-diagonalnya.

TRAPESIUM
Trapesium adalah segiempat yang sepasang sisi berhadapannya sejajar. Pada Gambar 9.1.31, diperlihatkan
beberapa jenis trapesium, (1) trapesium sembarang, yaitu yang keempat sisinya tidak sama panjang, (2)
trapesium sama kaki, yang memiliki sepasang sisi berhadapan sama panjang, dan (3) trapesium siku-siku,
yang salah satu kakinya membentuk sudut siku-siku.

(1) (2) (3)


Gambar 9.1.31
Pada suatu trapesium, jumlah sudut yang berdekatan pada suatu trapesium adalah 1800.

LUAS TRAPESIUM
Untuk menghitung luas trapesium, kita tarik garis diagonal sehingga membagi daerah trapesium menjadi dua
buah segitiga. Perhatikan Gambar 9.1.32. Trapesium ABCD terbagi manjadi dua bagian yaitu Δ ABD dan
Δ BCD.
A D

B C

Ltrapesium ABCD=L Δ ABD +L ΔBCD


1 1
=2 ×a×t + 2 ×b×t
1
¿ 2 ×( a+ b)×t
1
¿ × jumlah sisi sejajar ×tinggi
2

LATIHAN 9.1
1. Diketahui persegi panjang ABCD. Hitunglah luas daerah yang diarsir!

A 20 cm B

7 cm
E 12 cm
5 cm

D 9 cm F 11 cm C

2. Riana membuat sebuah layang-layang KLMN seluas 125 cm2. Jika kemudian Riana membuat dua buah
layang-layang baru yang ukuran setiap diagonalnya adalah dua kali ukuran diagonal layang-layang
KLMN, hitunglah luas layang-layang baru tersebut!
3. Suatu persegi yang bersisi 6 cm berputar pada titik O yang merupakan titik pusat peregi lain yang bersisi
4 cm. Tentukan luas bidang yang berada pada kedua persegi tersebut!
4. Dalam segitiga ABC, diketahui sudut BAC = 800. Jika titik-titik D, E, dan F berturut-turut terletak pada
sisi BC, AC, dan AB, dengan CE = CD, dan BF = BD, tentukan besar sudut EDF!

JAWABAN LATIHAN 9.1


1. Diketahui persegipanjang ABCD dengan:
A 20 cm B

7 cm
E 12 cm
5 cm

D 9 cm F 11 cm C

Luas persegipanjang ABCD = AB×BC=240 cm2.


1
×DE ×DF=22 , 5
Luas segitiga DEF = 2 cm2.
1
×BC×FC=66
Luas segitiga BCF = 2 cm2.
Jadi, luas daerah yang diarsir adalah: L = (240 – 22,5 – 66) cm2 = 151,5 cm2.

2. Riana membuat sebuah layang-layang KLMN seluas 125 cm2. Jika kemudian Riana membuat dua buah
layang-layang baru yang ukuran setiap diagonalnya adalah dua kali ukuran diagonal layang-layang
KLMN, hitunglah luas layang-layang baru tersebut
1
Llayang−layang( A )= ×diagonal1 ×diagonal 2 =125
2 cm2

Sedangkan
1
Llayang−layang ( B )= ×2×diagonal1 ×2×diagonal 2
2
1
Llayang−layang( B )=4× ×diagonal1 ×diagonal 2
2
Llayang−layang(B )=4×Llayang−layan( A )
Llayang−layang( B )=4×125=500
cm2.

3. Perhatikan gambar berikut ini:

Ubah ke bentuk persegipanjang:


LOABC=LOABQ +L ΔOQC
LOABC=LOABQ +L ΔOPA
LOABC=LOPBQ
LOABC=2×2=4 cm2
4. Misalkan C = x0, maka:

x0

1
∠CDE =∠ CED=900 − x 0
(1) 2
0 0
(2) ∠ DBF=100 −x sehingga didapat:
1
∠BDF =∠ BFD=400 + x 0
2
∠CDE +∠ EDF +∠ BDF=1800
1 1
900 − x 0 +∠ EDF +40 0 + x 0 =1800
2 2
0
Maka ∠ EDF=50 .
Teorema Pythagoras
Pengertian Teorema Pythagoras

Siapakah Pythagoras itu? Pythagoras adalah seorang ahli matematika dan filsafat berkebangsaan
Yunani yang hidup pada tahun 569–475 sebelum Masehi. Sebagai ahli metematika, ia
mengungkapkan bahwa kuadrat panjang sisi miring suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan
jumlah kuadrat panjang sisi-sisi yang lain.
Kegiatan 2.1
1. Sediakan kertas karton, pensil, penggaris, lem, dan gunting.
2. Buatlah empat buah segitiga yang sama dengan panjang sisi alas a = 3
cm, sisi tegak b = 4 cm, dan sisi miring c = 5 cm. Lalu guntinglah segitiga-segitiga itu.
3. Buatlah sebuah persegi dengan panjang sisi yang sama dengan sisi miring
segitiga, yaitu c = 5 cm. Warnailah daerah persegi tersebut, lalu guntinglah.
4. Tempelkan persegi di karton dan atur posisi keempat segitiga sehingga sisi
c segitiga berimpit dengan setiap sisi persegi dan terbentuk sebuah persegi besar dengan sisi (a +
b). Lihat gambar berikut.

a b

c a
a b c
c
b

c
c b
5. Isilah titik-titik untukamencari hubungan antara a, b, dan c. Luas persegi
besar = luas persegi kecil + (4 × Luas segitiga)
b a
(a + …)2 = (...)2 + [ 4x
…xb
…. ]
a2 + 2ab + b2 = (...)2 + ….
(...)2 + 2 · 3 · 4 + (...)2 = (...)2 + ….
(...)2 + …. + (...)2 = (...)2 + ….
(...)2 + (...)2 = (...)2
…. = ….
6. Ulangi langkah-langkah diatas untuk nilai a = 6, b = 8, dan c = 10. Setelah
melakukan kegiatan tersebut, apa yang dapat kamu ketahui tentang hubungan nilai a, b, dan c?
Jika kamu perhatikan dengan cermat akan diperoleh hubungan c2 = a2 + b2, dimana c adalah
panjang sisi miring, a adalah panjang alas, dan b adalah tinggi. Dari hubungan tersebut dapat
dikatakan bahwa kuadrat panjang sisi miring segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi-
sisi lainya. Inilah yang disebut teorema Pythagoras.
Rumus Teorema Pythagoras berbunyi: “Pada segitiga siku-siku, kuadrat sisi terpanjang sama
dengan jumlah kuadrat sisi-sisi penyikunya”.
Contoh:
Pengetahu
Nyatakan Teorema Pythagoras yang berlaku pada segitiga berikut: S an
A r
Dalil
T Pythagoras
P pertama kali
5 cm r t ditemukan
3 cm q
oleh
Q p R s
Pythagoras
yaitu seorang
B C
4 cm R ahli
matematika
bangsa Yunani
Penyelesaian : yang hidup
pada abad ke-6
Tabel berikut memperhatikan hubungan setiap segitiga dan Teorema Pythagoras
Masehi (kira-
yang berlaku. kira pada
Nama Segitiga Teorema Pythagoras tahun 525
sebelum
∆ABC 52 = 32 + 42 Masehi)
∆PQR r2 = p2 + q2
∆RST t2 = r2 + s2
Penulisan Teorema Pythagoras

Pada materi sebelumnya, kamu telah mempelajari teorema Pythagoras pada segitiga siku-
siku. Coba perhatikan Gambar 2.2.1. Gambar tersebut menunjukkan sebuah segitiga siku-siku
ABC dengan panjang sisi miring b, panjang sisi alas c, dan tinggi a. Berdasarkan, teorema
Pythagoras, dalam segitiga siku-siku tersebut berlaku:
C
b2= c2+ a2 b
atau a
b = √ c2 +a2

A c B

Gambar 2.2.1. Segitiga


siku-siku ABC.

Kegiatan 2.2
1. Sediakan kertas karton, pensil, penggaris, dan gunting.
2. Buatlah segitiga siku-siku dari kertas karton tersebut.
3. Beri nama segitiga siku-siku tersebut ∆ABC seperti pada gambar di bawah ini:
A

b c

C B
a
4. Diperoleh rumus teorema Pythagoras:
( ... )2 = ( ... )2 + ( ... )2
5. Berdasarkan teorema Pythagoras kita dapat menentukan sisi penyikunya.
6. Isilah titik-titik di bawah ini sesuai dengan teorema Pythagoras sehingga didapat panjang sisi-sisi
penyikunya.

 c2 = …. + ….  c = √ a2+b2 , atau
 a2 = .... - b2  a = √ c2−b2 , atau
 b2 = …. - a2  b = √ c 2−a2 .
7. Ulangi langkah-langkah diatas untk nilai a = 6, b = 8, dan c = 10. Setelah melakukan kegiatan
tersebut, apa yang dapat kamu ketahui tentang hubungan nilai a, b, dan c?
Jika kamu perhatikan dengan cermat akan di peroleh a2 = c2 – b2  a =

√ c 2−b2 , atau b2 = c2 – a2  b = √ c 2−a2 . a dan b merupakan sisi penyiku.


Berbagai hubungan yang ekuivalen tersebut sangat bermanfaat untuk
mencari panjang salah satu sisi suatu segitiga siku-siku apabila panjang sisi yang
lainnya telah diketahui.
Contoh A
Hitunglah Panjang setiap ruas garis pada gambar di samping
Penyelesaian:
1. ∆AOB siku-siku di O sehingga Ab2 = OA2 + OB2 = 42 + 12 = 17

Dengan demikian AB=√ 17 satuan panjang


O B C D E F
2. ∆AOB siku-siku di O sehingga AC- = OA2 + OC2 = 42 + 33 + 32 = 25 Dengan

demikian. AC=√ 25= 5 satuan panjang


3. ∆AOD siku-siku di O sehingga AD- = OA2 + OD2 = 42 + 52 = 41 dengan

demikian. AD=√ 41 satuan panjang


4. ∆AOE siku-siku di O sehingga AE2 = OA2 + OE2 = 42 + 72 = 65 dengan

demikian. AE=√ 65 satuan panjang


Latihan 2:
1. Misalnya sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku adalah a, b dan c dengan c adalah sisi
miringnya. Tentukanlah panjang sisi yang belum diketahui pada soal-soal berikut.
a. a = 12 satuan panjang dan b = 20 satuan panjang
b. b = 5 satuan panjang dan c = 6 satuan panjang
c. b = 18 satuan panjang dan c = 27 satuan panjang

Gambarlah letak pasangan titik berikut datum koordinat Cartesius, kemudian, hitulah
jarak kedua

B
E
C
D
C. Penggunaan Teorema

1.
Pythagoras
Penggunaan Teorema Pythagoras pada Sisi-Sisi Segitiga
Teorema pythagoras dapat juga kamu gunakan untuk menentukan apakah
sebuah segitiga merupakan segitiga siku-siku, segitiga lancip, atau segitiga tumpul.
Bagaimanakah caranya?
Kegiatan 3.1  Segitiga siku-siku
adalah segitiga yang
1. Sediakan kertas kuarto, pensil, penghapus, dan penggaris. besar salah satu
2. Gambarlah tiga buah segitiga dengan panjang sisi masing-masing: sudutnya 900
 Segitiga lancip
 Gambar I ( 14 cm, 16 cm, dan 20 cm ), adalah segitiga yang
besarnya ketiga
 Gambar II( 12 cm, 16 cm, dan 26 cm ), dan sudutnya kurang dari
 Gambar III( 15 cm, 20 cm, dan 25 cm ). 900
 Segitiga tumpul
3. Berilah nama pada segitiga-segitiga tersebut dengan segitiga I adalah segitiga yang
besar salahs atu
adalah ∆ABC, segitiga II adalah ∆KLM, dan segitiga III adalah sudutnya lebih dari
∆PQR seperti pada gambar di bawah ini: 900

R
C
20 K 25 cm
26 cm
cm B 20 cm Q
14 12 M
cm 16 cm cm
16 cm 15
L cm
A ( II ) P
(I) ( III )
4. Bandingkan antara kuadrat sisi terpanjang dan jumlah kuadrat dua
sisi lainnya.
5. Isilah titik-titik untuk menentukan segitiga tersebut.
I. AC2+ AB2 ... BC2 II. KL2 + LM2 … KM2
 142 + 162 … 202  122 + 162 … 262
 …. + 256 … 400  ... + 256 … ….
 …. … 400  …. … ….
6. Ulangi langkah-langkah di atas untuk gambar III. Setelah melakukan kegiatan
tersebut, apa yang dapat kamu ketahui tentang hubungan antara kuadrat sisi
terpanjang dan jumlah kuadrat dua sisi lainnya?
Jika kamu perhatikan dengan cermat, pada gambar I diperoleh 452 > 400
atau AC2 + AB2 > BC2 maka ΔABC merupakan segitiga lancip. Pada gambar II
diperoleh 400 < 676 atau KL2 + LM2 < KM2 maka ∆KLM merupakan segitiga
tumpul. Pada gambar III diperoleh 625 = 625 atau PR2 + PQ2 = QR2 maka ∆PQR
merupakan segitiga siku-siku. Maka dengan cara membandingkan kuadrat sisi
terpanjang dengan jumlah kuadrat dua sisi yang lain kita dapat menentukan apakah
sebuah segitiga tersebut merupakan segitiga lancip, segitiga tumpul, atau segitiga
siku-siku.
Misalnya, sisi c adalah sisi terpanjang pada ΔABC.
a B
 Jika a2 + b2 = c2 maka, ΔABC merupakan C
segitiga siku-siku. c
 Jika a2 + b2 > c2 maka, ΔABC merupakan segitiga lancip. b

 Jika a2 + b2 < c2 maka, ΔABC merupakan segitiga tumpul.


A

Gambar 3.1. Segitiga


siku-siku ABC

Contoh Soal 3.1:


Tentukanlah jenis-jenis segitiga berikut:
K
C R 55 cm
10 cm 13 cm
Q
B
44
7 cm 6 cm
M cm
8 cm 8 cm 33 cm
L
A P
Penyelesaian:
1. Urutkanlah panjang sisi segitiga tersebut mulai dari sisi yang terpendek. Kamu
peroleh AC = 7 cm, AB = 8 cm, dan BC = 10 cm. kemudian bandingkan antara
kuadrat sisi terpanjang dan jumlah kuadrat dua sisi lainnya.
AC2+ AB2 ... BC2
 72 + 82 . . . 102
 49 + 64 ... 100
 113 > 100
Oleh karena kuadrat sisi terpanjang lebih kecil daripada jumlah kuadrat dua sisi
lainnya maka. ΔABC merupakan segitiga lancip.
2. Urutkanlah panjang sisi segitiga tersebut mulai dari sisi yang terpendek. Kamu
peroleh KL = 6 cm, LM = 8 cm, dan KM = 13 cm. Kemudian, bandingkan antara
kuadrat sisi terpanjang dan jumlah kuadrat dua sisi lainnya.
KL2 + LM2 . . . KM2
 62 + 82 . . . 132
 36 + 64 . . . 169
 100 < 169
Oleh karena kuadrat sisi terpanjang lebih besar dari pada jumlah dua sisi lainnya
maka KLM merupakan segitiga tumpul.
3. Urutkanlah panjang sisi segitiga tersebut mulai dari terpendek. Kamu peroleh PQ
= 33 cm, PR = 44 cm, dan QR = 55 cm. Kemudian bandingkan antara kuadrat sisi
terpanjang dan jumlah kuadrat dua sisi lainnya.
PQ2 + PR2 . . . QR2
 332 + 442 . . . 552
 1.089 + 1.936 . . . 3.023
 3.025 = 3.025
Oleh karena kuadrat sisi terpanjang sama dengan jumlah kuadrat dua sisi lainnya
maka ∆PQR merupakan segitiga siku-siku.
2. Penggunaan Teorema Pythagoras pada Bangun Datar
Pada kondisi tertentu, teorema pythagoras digunakan dalam perhitungan
bangun datar. Misalnya, menghitung panjang diagonal, menghitung sisi miring
trapesium, dan lain sebagainya.
Kegiatan 3.2
1. Sediakan kertas kuarto, pensil, penghapus, dan penggaris.
2. Gambarlah sebuah persegi ABCD dengan panjang sisi a satuan panjang.
3. Gambarlah diagonal AC dan BD seperti pada gambar berikut.
a C
D

a a

A a B
4. Berdasarkan teorema pythagoras tentukan panjang diagonal AC dan BD.
5. Isilah titik-titik untuk menentukan pajang diagonal AC.
AC2 = AB2 + …. AC2 = AD2 + ….
AC2 = a2 + … atau AC2 = a2 + ….

AC = AC =
AC = ….
AC = ….
Dan
BD2 = AB2 + …. BD2 = AD2 + ….
BD2 = a2 + …. atau BD2 = a2 + ….

BD = BD =
BD = …. BD = ….
6. Ulangi langkah-langkah di atas pada persegi yang mempunya sisi 8 cm. setelah
melakukan kegiatan tersebut, bagaimana cara menghitung panjang diagonal
pada persegi dan persegi panjang?
Jika kamu perhatikan dengan seksama AC2 = AB2 + AC dan BD2 = AB2 +
AD2 dimana AC dan BD merupakan diagonal persegi ABCD sedangkan rumus di
atas merupakan teorema pythagoras. Maka teorema pythagoras dapat digunakan
untuk menentukan panjang diagonal persegi dan persegi panjang.
Perhatikan contoh-contoh soal berikut ini.
Contoh Soal 3.2:
1. Perhatikan gambar persegi ABCD pada gambar di D C

samping. Jika sisi persegi tersebut adalah 7 cm,


tentukan:
7 cm
a. panjang diagonal AC, E
b. panjang diagonal BD,
c. panjang AE, dan B
A
d. luas persegi ABCD
Penyelesaian:
a. Dengan menggunakan teorema Pythagoras, berlaku hubungan:
AC2 = AB2 + BC2
AC2 = 72 + 72
= 49 +49
= 98
AC =
=
=7
Jadi panjang diagonal AC = 7 cm.
b. Dalam sebuah persegi, panjang diagonal memiliki ukuran yang sama dengan
diagonal lain. Jadi dapat dituliskan:
Panjang diagonal BD = panjang diagonal AC

=7
c. Perhatikan gambar pada soal. Panjang garis AE adalah setengah dari panjang
garis AC. Sehingga:
……………………………………………
……………………………………………………………
Contoh Soal 3.3:
1. Perhatikan gambar persegi panjang ABCD, di
samping. Diketahui ukuran panjang dan lebar
persegi panjang tersebut berturut-turut adalah 15 cm
D C
dan 8 cm. Tentukan:
a. luas persegipanjang ABCD, E
8 cm
b. panjang diagonal BD, dan
c. panjang BE. 15
A cm B

Penyelesaian:
a. Luas persegi panjang ABCD dapat dihitung sebagai berikut:
Luas persegi panjang = panjang · lebar
= 15 · 8
= 120
Jadi luas ABCD = 120 cm2
b. Dengan menggunakan teorema Pythagoras, berlaku hubungan:
BD2 = AB2 + AD2
BD2 = 152 + 82
= 225 + 64
= 289

BD =
Jadi panjang diagonal BD = 17 cm.

c. Perhatikan gambar! Panjang garis BE adalah kali panjang diagonal BD,


sehingga:

Panjang BE = panjang diagonal BD

= x 17 =

Jadi panjang BE = cm.


Contoh Soal 3.4:
1. Perhatikan trapesium ABCD pada gambar di samping. Diketahui panjang alas
trapesium 7 cm, panjang sisi atas 4 cm, dan tinggi trapesium 4 cm. Tentukan:
a. panjang sisi miring AD,
D 4 cm C
b. keliling trapesim ABCD, dan
c. luas trapesim ABCD.
4 cm

A E B
Penyelesaian:
a. Perhatikan segitiga ADE pada gambar. Diketahui panjang DE adalah 4 cm dan panjang AE adalah 3 cm.
Dengan menggunakan teorema Pythagoras, berlaku hubungan:
AD2 = AE2 + DE2
AD2 = 32 + 42
= 9 + 16 = 25

AD =
Jadi panjang AD = 5 cm.
b. Untuk mencari keliling trapesium, dapat dihitung sebagai berikut: Keliling trapesium ABCD = panjang
AB + panjang BC + panjang CD + panjang DA
= 7 + 4 + 4 + 5 = 20
Jadi keliling trapesium ABCD = 20 cm.
c. Untuk mencari luas trapesium, digunakan rumus sebagai berikut:
……………………………………………………………………..
………………………………………………..
Jadi luas trapesium ABCD = 22 cm2.
Latihan
1. Tentukan jenis-jenis segitiga pada gambar berikut.

(d
(a ( )
(c
) b )
)
2. Tentukanlah jenis-jenis segitiga berikut berdasarkan ukuran yang diberikan.
a. ΔABC dengan AB = 10 cm. BC - 24 cm, dan CA - 2 7 cm
b. ΔKLM dengan KL = 31,5 cm, LM = 3,5 cm, dan KM = 42.5 cm

c. ΔSTU dengan ST = 3 √3 cm, TU = 5 √ 3 cm , dan SU = 4 √ 3 cm


d. ΔXYZ dengan XY = (1 + √ 2 ) cm , YZ = (2 + √ 2 cm , dan XZ = (3 + √ 2 ) cm
3. Sebuah persegi memiliki panjang diagonal 6 cm. Tentukan:
a. panjang sisi persegi,
b. luas persegi tersebut.
D. Perbandingan Sisi-sisi Segitiga
Siku-siku Istimewa
Segitiga siku-siku istimewa terdiri atas dua jenis, yaitu segitiga siku-siku yang salah satu sudutnya 45 0
dan segitiga siku-siku yang salah satu sudutnya 600.
1. Segitiga Siku-siku yang salah satu sudutnya 450 A
Kegiatan 4.1 450
Perhatikanlah gambar disamping c
b
Panjang sisi BC adalah a satuan panjang. Adapun ACB adalah 90 0

dengan demikian, kamu peroleh:


BCA = 1800 – (ACB + ABC) B
C C
B
a
0 0 0 0 0
= 180 – (90 + 45 ) = 180 – 135 Gambar 4.1 Segitiga siku-siku yang
salah satu sudutnya 450
= 450
Oleh karena BCA = ACB – 450 maka ABC merupakan segitiga siku-siku sama kaki. Akibatnya,
panjang BC = AC = a satuan panjang. Menurut Teorema Pythagoras, c2 = a2 + b2. oleh karena a = b maka
c2 = a2 + b2
= a2 + a2 = 2a 2

 c= √ 2 a2=a √2
Dengan demikian, a : b : c = a : a : a √ 2 = 1 : 1 : √2
Perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku sama kaki ABC dengan c

sebagai hipotenusanya adalah 1 : 1 : √2


2. Segitiga Siku-siku yang Salah satu sudutnya 600
Perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku ABC yang salah satu
sudutnya 600 dengan c sebagai hipotenusanya adalah a : b : c : = 1 : 3 : 2
Contoh :
Tentukan panjang sisi-sisi yang belum diketahui pada segitiga berikut.
R
L
12 300
M
cm
450
P Q
(1) 5 cm
(2)
Penyelesai K
1. ΔPQR siku-siku di R dan ΔRPQ = 45 2, sehingga ΔPQR merupakan segitiga siku-siku sama kaki dan

berlaku perbandingan PR : QR : PQ = 1 : 1 : √ 2Oleh karena PR = 12 cm, maka PR : QR = 1 : 1  PR

= QR = 12 cm. Selain itu, PR : PQ = 1: √2⇔ PQ =√ 2 x PR = √ 2 x 12 = 12 √2 cm


2. ΔKLM siku-siku di K dan KLM = 30 Dengan demikian berlaku perhandingan KM : KL : LM =

1: √3 : 2, Oleh karena KM = 5 cm maka KM : LM = 1 : 2  LM = 2 x KM = 2 x 5 = 10 cm. Selain itu,

KM : KL = 1 : √ 3 ⇔ KL = √ 3 X KM = √3 X 5 √3 cm
Latihan 4.
1. Misalnya, ΔABC adalah segitiga siku-siku sama kaki. Tentukan panjang dua sisi segitiga
yang belum diketahui apabila panjang sisi miringnya adalah 4 cm.
Tembok
600

Senter 6m

2. Perhatikan gambar di atas! Cahaya sebuah lampu senter diarahkan pada sebuah tembok
seperti tampak pada gambar di samping. Tentukanlah jarak antara lampu senter dan tembok
pada gambar tersebut.
3. Hitunglah panjang sisi-sisi yang belum diketahui pada gambar berikut.

E. Teorema Pythagoras dalam Buat sketesa gambar


segitiga siku-sikunya.

Kehidupan
Perumusan masalah

Soal Terapan Perhatika


Teorema pythagoras sering kamu temukan dalamkesehatianmu.
n Langkah-langkah untuk menyelesaikan
soal-soal terapan yang berhubungan dengan Teorema pythagoras dapat kamu lihat pada diagram di bawah ini!
Lakukan
Periksa kembali
hasil
perhitungan
Memperolej Perhitungan

Hasil perhitungan
Gambar Diagram langkah-langkah
menyelesaikan soal-soal terapan yang
berhubungan dengan teorema pythagoras.
Contoh.
Perhatikan gambar di samping sebuah tangga bersandar pada
tembok dengan posisi seperti pada gambar. Jarak antara kaki
tangga dengan tembok 2 meter dan jarak antara tanah dan ujung
atas tangga 8 meter. Hitunglah panjang tangga tersebut!
Jawab.
 Langkah pertama adalah menggambarkan apa yang diceritakan dalam soal.
C
Gambar di samping menunjukkan sebuah segitiga siku-siku ABC yang memiliki
panjang AC (jarak tanah ke ujung atas tangga) 8 meter, panjang AB (jarak kaki
tangga ke tembok) 2 meter, dan BC dimisalkan tangga yang hendak dicari
8m panjangnya.
 Langkah kedua, gunakan teorema Pythagoras sehingga berlaku hubungan:
BC2 = AB2 + AC2
A B
2m BC2 = 22 + 82
BC2 = 4 + 64
BC2 = 68 m2
BC =

Jadi panjang tangga adalah .

Latihan 5.
1. Jarak aman ketika menonton televisi adalah 6 kali panjang diagonal televisi
tersebut. Tentukan jarak aman menonton sebuah televisi yang berukuran 20
inci (1 inci = 2,54 cm).
2. Amron dan Cathy bermain layang-layang. Pantai tali layang-layang 50 m. Cathy berdiri tepat di bawh
layang-layang, tersebut. Adapun jarak antara Cathy dan Amron 30 m. Tentukan tinggi layang-layang saat
itu.
3. Joni berenang menyeberangi sebuah sungai dengan lebar 12 meter, sesampainya di seberang, ternyata Joni
telah terbawa arus sejauh 5 meter. Tentukan jarak yang ditempuh Joni saat menyeberangi sungai tersebut.
4. Sebuah batang besi sepanjang 4 meter disandarkan membentuk sudut 600 pada sebuah tembok.
a. Tentukan jarak antara A dan C
B
b. Tentukan jarak antara B dan C
5. Sebuah segitiga dibuat dengan menggunakan tiga besi. Panjang dua batang
besi di antaranya adalah 20 cm dan 48 cm.
a. Tentukan panjang besi ketiga agar diperoleh segitiga siku-siku!
b. Apabila panjang besi ketiga kurang dari 48 cm, segitiga apa yang akan 6
A 0 C
diperoleh? o
c. Apabila panjang besi ketiga lebih dari 55 cm, segitiga apa yang akan
diperoleh?

EVALUASI
A. Pilihlah jawaban yang tepat pada soal-soal berikut!
1. Jika sisi-sisi siku-siku suatu segitiga siku-siku adalah 6 cm dan 8 cm, maka panjang sisi miringnya
adalah ……
a. 8 cm c. 10 cm
b. 9 cm d. 11 cm
2. Jika sisi-sisi siku-siku suatu segitiga siku-siku adalah 5 cm dan 7 cm, maka panjang sisi miringnya
adalah …....
a. 5,6 cm c. 7,6 cm
b. 6,6 cm d. 8,6 cm
3. Jika panjang dan lebar suatu persegi panjang adalah 12 cm dan 9 cm maka panjang diagonalnya adalah
……
a. 15 cm c. 17 cm
b. 16 cm d. 18 cm
4. Sisi miring suatu segitiga siku-siku adalah 8 cm. Adapun panjang salah satu sisi siku-sikunya 5 cm.
Dengan demikian, panjang sisi siku-siku yang lainnya adalah ……
a. 6,25 cm c. 8,25 cm
b. 7,25 cm d. 9,25 cm
5. Seorang tukang kayu membuat segitiga siku-siku dengan salah satu sudutnya 30°. Panjang sisi didepan
sudut 30° tersebut adalah 40 cm. Panjang hipotenusanya adalah ……
a. 70 cm c. 90 cm
b. 80 cm d. 100 cm
6. Sebuah kapal berlayar ke arah utara sejauh 11 km. Kemudian kapal tersebut berbelok ke arah barat dan
berlayar sejauh 9 km. Jarak dari titik awal ke berangkatan ke titik akhir adalah ....
a. ………… c. ……
b. ………… d. ……
7. Diantara segitiga berikut yang merupakan segitiga siku-siku adalah ……
a.

3 cm √59
7 cm cm

b.
√105 cm
5 cm
9 cm

c.

√20 cm
Plus +
d. √2 cm
5 cm Tiga bilangan asli yang
√17 cm memenuhi teorema
√17 cm Pythagoras disebut
2√10 cm tripel Pythagoras.
Contoh tripel Pythagoras
adalah bilangan 6, 8, dan
10.
8. Rumah Mustofa berjarak 0.5 km di sebelah karat sekolah. Adapun rumah Anion berjarak l,2 Km di
sebelah utara sekolah. Jarak rumah kedua adalah …...
a. 1.3 km c. 1,7 km
b. 1,5 km d. 1,9 km
9. ∆PQR terletak pada diagram Cartesius. Koordinat P (l, 6), Q ( l, 2), dan R (7, 2). Panjang PQ, PR. dan
QR berturut-urut adalah ……

a. 8, 8, dan 8 √2 satuan panjang b. 8, 8 √ 13 , dan 8 satuan panjang

b. 6, 4, dan 2 √2 satuan panjang d. 4, 2 √ 13 , dan 6 satuan panjang


10. Perhatikan gambar di samping. Hubungan
a yang terdapat pada gambar tersebut adalah ....
a. e2 = a2 + b2 – c2
b
b. e2= a2 + b2 – d2 c
e
d
c. e2 = a2 + b2 + c2
d. e2= a2 + b2 + d2

11. Perhatikan tabel berikut:


Nama Panjan Sisi (cm)
Segitiga g
∆ABC 3 10 12
∆DEF 3 4 6
∆KLM 6 8 9
∆PQR 10 24 26
Pada tabel tersebut, segitiga yang merupakan segitiga siku-siku adalah …….
a. ∆ABC c. ∆KLM
b. ∆DEF d. ∆PQR
12. Seutas kawat baja dibentangkan dari permukaan tanah ke puncak sebuah menara seperti tampak pada
gambar di samping. Tinggi menara tersebut adalah ....
42
m
a. √3
b. 84 m
600
c. 42 √2 m 42 m

d. 42 √ 3m
A
13. Perhatikan gambar berikut.
Pada ruas garis dengan panjang 2a terdapat O
pada garis . . .
a
a. OB c. OD
B
b. OC d. OE
a
14. Sebuah kotak memiliki panjang 8 cm lebar
C 4 cm, a E
dan tinggi 3 cm seperti pada gambar berikut. a
H D G
Segitiga BDG merupakan segitiga ……. E F
a. Siku-siku 3 cm
D C
b. Tumpul 4 cm
A B
c. Lancip 8 cm
d. Sama kaki
15. Perhatikan gambar berikut luas ∆ABC adalah ……
a. 10 cm
C

b. 80 cm
15 cm
c. 90 cm
d. 100 cm
A 8 cm
B
16. Adi, Beni, dan Candra mencoba untuk mengukur lebar sebuah sungai.
Jika jarak .Adi dan Beni 40 meter maka lebar sungai tersebut adalah . . .
C
a. 20 m
b. 30 m
c. 40 m
d. 60 m A B
17. Perhatikan gambar di samping. Jika panjang AC = 15 cm EC 5
cm AD = 6 cm. dan BC = 3 cm. maka panjang AB adalah . . . Plus +
C B C
a. 5 6 √
cm Kelipatan dari
bilangan-
b. 6 √ 5 cm bilangan tripel
Pythagoras juga
c. 30 √2 cm A merupakan
A B
tripel
d. 18 √10 cm Pythagoras,
contohnya 12,
18. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang panjang ketiga sisinya berturut-turut ….. 16, dan 20 yang
a. 6 cm, 8 cm, dan 10 cm merupakan
kelipatan dari
b. 7 cm, 8 cm, dan 12 cm 6, 8, dan 10
c. 1 cm, 3 cm, dan 10 cm
d. 7 cm, 8 cm, dan 10 cm
19. Perhatikan gambar berikut. Bangun persegi hijau tersusun atas empat segitiga siku-siku dengan ukuran
a. b, dan c satuan panjang. Adapun sisi persegi kuning adalah c satuan panjang. Dengan demikian, luas
persegi hijau adalah ...
a. a2 + b2 c. c2 – b2
b. c2 + a2 d. c2 – a2
20. Suatu segitiga siku-siku sama kaki sisi miringnya 10 cm, panjang kaki-kakinya adalah ..... cm
a. 13 cm c. 15 cm
b. 14 cm d. 16 cm

20 cm
5 cm 28 cm
B. Kerjakan soal-soal berikut dengan benar!
8 cm 30 cm
1. Hitunglah panjang sisi segitiga yang belum diketahui pada gambar berikut.
48 cm
2. Sebuah segitiga sama kaki memiliki alas sepanjang 12 cm. Tentukanlah:
a. tinggi segitiga tersebut;
7 cm
b. luas segitiga tersebut; dan
c. keliling segitiga tersebut. 30 30
0
3. Sudut yang dibentuk oleh diagonal0 sebuah persegi panjang dan sisi terpendeknya adalah 600.
Tentukanlah luas persegi panjang tersebut jika panjang diagonalnya 8 cm.
4. Tinggi Andri 1,6 meter. Saat ini, dia sedang memandang sebuah bangunan seperti tampak pada gambar
di samping. Hitunglah tinggi gedung tersebut!
50 √ 2 m

450
1.6 m

5. Sebuah Helikopter terbang pada ketinggian 500 m di atas permukaan tanah. Helikopter tersebut melihat
tiga titik di atas permukaan tanah, yaitu titik A, titik B, dan titik C.
Tentukanlah:
a. jarak OA
b. jarak AB
c. jarak BC
500 m

60 45 30
O
0 A 0 B 0 C
III
KESEBANGUNAN DAN
KEKONGRUENAN
I. KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

Kompetensi Guru:

1. Menggunakan konsep-konsep geometri (20.5)


2. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik (22.2)

M odul 1 ini akan membahas konsep kesebangunan dan kekongruenan. Oleh karena
penjelasan secara detail dimulai dari istilah pangkal samp ai teorema lanjut telah
ditulis pada modul BERMUTU tahun 2009 dan 2010 (lihat daftar pustaka) maka
dalam modul ini akan dibahas sebatas konsep praktis. Konsep praktis yang dimaksud
adalah konsep sederhana yang akan digunakan sebagai pengertian dasar untuk modul
berikutnya. Tidak semua sifat-sifat kesebangunan dan kekongruenan dibuktikan
dalam modul ini. Sehingga bukti sifat atau teorema akan dipilih pada bagian yang
perlu untuk diketahui.

Setelah mempelajari modul 1 ini Anda diharapkan dapat mamahami konsep


kesebangunan dan kekongruenan. Dengan pemahaman tersebut, nantinya persoalan
mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen bukan menjadi
masalah.

Modul 1 ini terdiri dari 2 kegiatan belajar (KB) sebagai


berikut. KB 1: Bangun-Bangun Datar yang Sebangun dan
Kongruen KB 2: Sifat-Sifat Dua Segitiga yang Sebangun dan
Kongruen
Untuk KB 1, pembahasan mengenai kesebangunan dimulai dari definisi dengan
penekanan pada pentingnya korespondensi satu-satu. Sedangkan untuk KB 2 lebih
menekankan pada sifat-sifat kesebangunan dan kekongruenan dua segitiga yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan soal.

3
Kesebangunan Dan Kekongruenan

KEGIATAN BELAJAR 1

Bangun-Bangun Datar yang Sebangun dan Kongruen

Dengan empat sudutnya yang sama besar,


β γ apakah kedua jajargenjang ini sebangun?

α τ β γ
Apa syarat yan g diperlukan
untuk membuktikan dua bidang
α τ datar sebangun?

Perhatikan benda-benda atau bentuk-bentuk di sekitar kita. Pernahkah Anda


memikirkan bahwa benda tersebut terkait dengan suatu kosep dalam matematika?
Amati ketiga gambar di bawah ini.

Jika dicermati dua segitiga pada gambar paling kiri dan dua foto Einstein pada
gambar di tengah maka akan tamp ak adanya dua bentuk yang sama tetapi ukurannya
berbeda. Sedangkan untuk ubin-ubin segilima beraturan pada gambar paling kanan
menunjukkan adanya bentuk serta ukuran yang sama. Kesamaan bentuk berkaitan
dengan konsep kesebangunan sedangkan kesamaan bentuk dan ukuran berkaitan
dengan konsep kekongruenan.

Kesebangunan dan kekongruenan banyak diterapkan baik dalam kehidupan nyata


maupun dalam matematika. Ini yang menjadikan kedua konsep tersebut perlu
dipelajari. Terkait luasnya cakupan kesebangunan dan kekongruenan maka dalam
modul ini hanya akan dibahas kesebangunan dan kekongruenan pada bangun-bangun
datar sisi lurus. Selain itu, pengertian-pengertian dasar yang dipakai merujuk pada
modul BERMUTU sebelumnya (seperti yang sudah dijelaskan pada pengantar),
sehingga tidak lagi dibicarakan secara luas dan mendalam.

4
A. Kesebangunan

Dua segibanyak (polygon) dikatakan sebangun jika ada korespondensi satu-satu antar
titik-titik sudut kedua segibanyak tersebut sedemikian hingga berlaku:

1. sudut-sudut yang bersesuaian (berkorespondensi) sama besar, dan


2. semua perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian (berkorespondensi) sama.

Kesebangunan dilambangkan dengan simbol “~”.


Kata “ada” dalam pengertian sebangun di atas sangat penting karena justru di sini
kunci kemampuan dalam menentukan sisi-sisi atau sudut-sudut mana yang
bersesuaian. Jangan sampai terjadi dua bangun yang sebangun dikatakan tidak
sebangun hanya karena tidak bisa menemukan korespondensi titik-titik sudutnya.

Contoh 1.1:

Diberikan dua bangun segiempat seperti gambar di bawah.


E
7,5
115
A F
6 75
5
115 B
4 75
110
H 9
D 110
6
89 4,589
3
C G

Kita bentuk pengaitan satu-satu antar titik-titik sudut di kedua segiempat tersebut,
yaitu:
A ↔ E, B ↔ F, C ↔ G, dan D ↔ H.
Pengaitan seperti ini disebut dengan korespondensi satu-satu. Korespondensi satu-
satu ini menghasilkan:

1. sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, yaitu:

m∡DAB = m∡HEF, m∡ABC = m∡EFG, m∡BCD = m∡FGH, dan


m∡CDA = m∡GHF.

2. semua perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian sama, yakni:


Sesuai definisi dapat disimpulkan bahwa segiempat ABCD sebangun
dengan segiempat EFGH dan dapat ditulis dengan seg iempat ABCD
~ EFGH. Untuk lebih jelasnya, amatilah ilustrasi di bawah.

Perhatikan bahwa korespondensi yang menjadikan dua bangun datar sebangun tidak
terpengaruh oleh posisi kedua bangun. Sekali telah ditemukan korespondensi satu-
satu maka posisi apapun tetap sebangun. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Posisi I Posisi III

Posisi IV
Posisi II

Pada masing-masing posisi, amatilah semua pasangan titik yang dihubungkan dengan
garis terputus. Cocokkan ukuran sudut dan sisinya. Apakah ada di antara keempat
posisi yang menjadikan kedua bangun menjadi tidak sebangun lagi? Tentu saja tidak
ada.

Selanjutnya perhatikan gambar di bawah.


B
E

A C
D

Apakah ΔABC~ΔEDC? M ungkin saja banyak yang menduga ΔABC tidak


sebangun dengan ΔEDC. Oleh karena itu perlu suatu teorema sebagai jalan
pintas (shortcut)
untuk mengetahui kesebangunan. Sebelum membahas teorema kesebangunan perlu
membahas konsep kekongruenan terlebih dahulu.

B. Kekongruenan

Definisi kekongruenan tidak lepas dari kesebangunan karena kekongruenan


merupakan kasus khusus kesebangunan. Jadi definisinya sebagai berikut.
Dua segibanyak (polygon) dikatakan kongruen jika ada korespondensi satu-satu
antara titik-titik sudut kedua segibanyak tersebut sedemikian hingga berlaku:

1. sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan


2. semua perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah satu.

Syarat kedua ini dapat diringkas menjadi


2`. sisi-sisi yang bersesuaian sama
panjang.

Contoh 1.2:
A E
x o Bxo F
 y  y

D t 
H t 
// //

z z G
C
Pada gambar di atas telah dibuat korespondensi satu-satu antar titik-titik sudut pada
kedua bangun sehingga sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang
bersesuaian sama panjang. Berarti (sesuai definisi) dapat disimpulkan segiempat
ABCD kongruen dengan segiempat EFGH atau ditulis segiempat ABCD 
EFGH. Sekali lagi, perhatikan bahwa korespondensi yang menjadikan dua bangun
datar kongruen tidak terpengaruh oleh posisi kedua bangun. Jadi sekali telah
ditemukan korespondensi satu-satu antar kedua bangun maka posisi apapun tetap
kongruen.

Posisi I
Posisi III

Posisi II Posisi IV
Perhatikan gambar di atas. Kedua bangun pada posisi I, II, III, mupun IV tetap
kongruen walaupun posisi kedua bangun tersebut berubah-ubah. Jika dicermati lebih
lanjut, keempat posisi itu mewakili proses translasi, refleksi, rotasi, dan kombinasi
dari ketiganya. Secara bahasa sederhana, dua bangun dikatakan kongruen jika kedua
bangun tersebut sama dalam hal bentuk dan ukurannya.

Contoh 1.3:

Bangun sama ukuran sisi Sama bentuk hubungan

 × ×

×  sebangun

  kongruen

Selanjutnya perhatikan segiempat dan segilima berikut.

Berdasar gambar di atas, segiempat dapat disusun dari dua segitiga dan segilima
dapat disusun dari tiga segitiga. Secara umum segi-n dapat disusun dari n – 2 segitiga.
Hal tersebut merupakan gambaran bahwa setiap segibanyak dapat disusun dari
segitiga-segitiga. Oleh karena itu sifat-sifat kesebangunan dan kekongruenan pada
segitiga perlu untuk dibicarakan secara khusus.

KEGIATAN BELAJAR 2

Sifat-Sifat Dua Segitiga yang Sebangun dan Kongruen

Untuk menunjukkan dua segitiga sebangun haruskah kita membandingkan semua sudutnya?
Bagaimana jika hanya dua saja? Apakah cukup?

Setelah kita memahami pengertian kesebangunan dan kekongruenan secara umum,


sekarang kita akan mendalami sifat-sifat kesebangunan dan kekongruenan, khusus
mengenai segitiga. Namun sebelumnya perlu diingat bahwa dua bangun yang
kongruen pasti sebangun sementara dua bangun yang sebangun belum tentu
kongruen. Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan dimulai dari sifat kekongru-
enan.

A. Prinsip-Prinsip Kekongruenan Dua Segitiga

Secara sederhana sesuai dengan pengertian kekongruenan, dua segitiga dikatakan


kongruen jika sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang
bersesuaian sama panjang. Ada satu postulat dan tiga teorema yang terkait dengan
kekongruenan segitiga. Kita ingat bahwa postulat tidak dibuktikan sedangkan
teorema perlu dibuktikan. Tetapi pada modul ini kita tidak membahas bukti teorema
karena telah dibahas pada modul BERMUTU tahun sebelumnya.

1. Postulat kekongruenan s.sd.s (sisi-sudut-sisi):


Diberikan dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana m∡A = m∡D, AB = DE, dan
AC = DF maka ΔABC ΔDEF.
B E

A C D F

2. Teorema kekongruenan sd.s.sd (sudut-sisi-sudut):

Diberikan dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana m∡A = m∡D, AC = DF, dan
m∡C = m∡F maka ΔABC ΔDEF.

B E

A C D F

3. Teorema kekongruenan s.s.s (sisi-sisi-sisi):

Diberikan dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana AB = DE, AC = DF, dan BC = EF
maka ΔABC ΔDEF.

B E

A C D F

4. Teorema kekongruenan s.sd.sd (sisi-sudut-sudut):

Diberikan dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana AB = DE, m∡A = m∡D, dan
m∡C = m∡F maka AABC ADEF.

B E

A C D F
B. Prinsip-Prinsip Kesebangunan Dua Segitiga

Secara sederhana sesuai dengan pengertian kesebangunan, dua segitiga dikatakan


sebangun jika sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan semua perbandingan
panjang sisi-sisi yang bersesuaian sama. Perhatikan gambar dua segitiga di bawah ini.
E

A D
C F
ΔABC~ΔDEF  m∡A = m∡D, m∡B = m∡E, m∡C = m∡F dan AB
= AC
= BC
.
DE DF EF

Semua prinsip kekongruenan berlaku pada kesebangunan. Selain itu masih ditambah
prinsip yang hanya berlaku pada kesebangunan. Prinsip pertama dan dua prinsip
terakhir berikut tidak dibuktikan, karena cakupannya menjadi sangat meluas.

1. Teorema Dasar Kesebangunan / Basic


Similarity Theorm (BST) l3 C F
B E
l2
Jika tiga garis sejajar l1, l2, dan l3 mempunyai
dua garis transversal bersama t1 dan t2 se-
l1
hingga menghasilkan enam titik potong seca- A D

t t
ra berturut-turut A, B, C dan D, E, F maka 1 2

di- penuhi:
AB DE
AC = DF

2. Sifat Kesebangunan Dua Segitiga Siku-Siku:

Pandang dua segitiga siku-siku ΔABF dan ΔADE berikut. Tunjukkan bahwa
ΔABF~ΔADE.
E

A B D
Jawab:
T E
β
β α3
2 F 3 S
β α
1 2
α
1
A B D

Perhatikan bahwa luas daerah α1+ α2+α3 = β1+β2+β3. Karena α1 = β1 dan α3 = β3 maka
α2 = β2. Dari sini dihasilkan α1+ β1 + β2 = α1+ β1 + α2 sehingga

AB.BT = AD.DS  AB.DE = AD.BF


 AB
BF = ….. (*)
AD DE
AB AD
 = ….. (**)
BF DE

Dari (*), (**), BST, dan definisi kesebangunan maka disimpulkan ΔABF~ΔADE.

Akibat:
Setiap garis yang memotong segitiga dan sejajar salah satu sisinya maka akan
menghasilkan dua segitiga sebangun.
A
E
D ΔABE ~ ΔACD

Bukti: (untuk latihan pembaca)

3. Teorema Kesebangunan sd.sd.sd (sudut-sudut-sudut):

Diberikan dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana m∡A = m∡D, m∡B = m∡E, dan
m∡C = m∡F maka ΔABC~ΔDEF.
E
B

A C D F
Bukti:
Perhatikan gambar berikut. Dengan teorema s.sd.s maka terdapat titik B’ dan C’
sehingga ΔABC ≅ ΔDB’C’. Karena EF//B’C’ maka menurut akibat ΔDB’C’
~ ΔDEF. Dari sini diperoleh ΔABC ~ ΔDEF.

E
B B’

A C D

F C’
4. Teorema Kesebangunan sd.sd (sudut-sudut):

Diberikan dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana m∡A = m∡D dan m∡B = m∡E
maka ΔABC~ΔDEF.
E
B

A C D F

Bukti:
m∡C = 180o – (m∡A+m∡B). Karena m∡A = m∡D dan m∡B = m∡E maka
m∡C = 180o – (m∡A+m∡B) = 180o – (m∡D+m∡E) = m∡F.
Jadi dipenuhi m∡A = m∡D, ∡B = ∡E, dan ∡C = ∡F. Sesuai teorema
kesebangun- an sd.sd.sd maka ΔABC~ΔDEF.

TIPS:
Untuk mengetahui kesebangunan dua segitiga cukup dicari dua
sudut bersesuaian yang sama besar.

5. Teorema Kesebangunan s.s.s (sisi-sisi-sisi):

Diberikan dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana AB = BC


= AC
maka ΔABC~ΔDEF.
DE EF DF
E
B

A C D F
6. Teorema Kesebangunan s.sd.s (sisi-sudut-sisi):
dan m∡A = m∡D maka
Diberikan
AC
dua segitiga ΔABC dan ΔDEF dimana AB
=

DE DF

ΔABC~ΔDEF.
E
B

A C D F

C. Contoh-Contoh untuk Prinsip Dasar Kesebangunan Dua Segitiga

1. Perhatikan gambar berikut!

Q
M
6 cm
8 cm 4 cm
6 cm

R P
3 cm
K 12 cm
L

Buktikan bahwa ∆KLM dan ∆PQR adalah sebangun, kemudian tulislah pasangan-
pasangan sudut yang sama besar!
Jawab:
KL = 12 = 2
PQ 6 1
LM 8 2
= =
QR 4 1
KM 6 2
= =
PR 3 1
Karena
2
KL
= LM
= KM
= maka ∆KLM dan ∆PQR adalah sebangun.
PQ QR PR 1

Sisi KL bersesuaian dengan sisi PQ, sudut di depan KL adalah ∡M dan sudut di depan
PQ adalah ∡R, artinya m∡M = m∡R.
Sisi LM bersesuaian dengan sisi QR, sudut di depan LM adalah ∡K dan sudut di
depan QR adalah ∡P, artinya m∡K = m∡P.
Sisi KM bersesuaian dengan sisi PR, sudut di depan KM adalah ∡L dan sudut di
depan PR adalah ∡Q, artinya m∡L = m∡Q.

2. Perhatikan gambar berikut.


C
65 F
0
65
0
70 45
0 0 E
70 45 D
A 0 0 B

Buktikan bahwa ∆ABC dan ∆DEF adalah sebangun, kemudian tulislah pasangan-
pasangan sisi yang mempunyai perbandingan sama!
Jawab:
Karena: m∡A = m∡D = 700
m∡B = m∡E = 450
m∡C = m∡F = 650
maka ∆ABC dan ∆DEF sebangun.
Kemudian m∡A = m∡D, sisi di depan ∡A bersesuaian dengan sisi di depan
∡D, artinya BC bersesuaian dengan EF.
Selanjutnya m∡B = m∡E , sisi di depan ∡B bersesuaian dengan sisi di depan
∡E, artinya AC bersesuaian dengan DF.
Kemudian m∡C = m∡F, sisi di depan ∡C bersesuaian dengan sisi di depan ∡F,
artinya AB bersesuaian dengan DE.
Jadi,
AB = BC = AC
DE EF DF

D. Contoh-Contoh untuk Sifat Kesebangunan Dua Segitiga

Dari prinsip dasar kesebangunan segitiga, dapat diturunkan beberapa sifat, yaitu
Perbandingan Sederhana dan Perbandingan terkait Teorema Pythagoras.
1. Perbandingan sederhana
Perhatikan gambar berikut!
P

a c

e
Q R
b d
f
S T

Dari gambar di atas, diketahui QR " ST sehingga


m∡PQR = m∡PST (sehadap)
m∡PRQ = m∡PTS (sehadap)
m∡QPR = m∡SPT (berhimp
it)
Diperoleh ∆PQR ~ ∆PST, akibatnya
PQ PR
PS = PT
a c
=
a+b c+ d

a(c + d) = c(a +

b) ac + ad= ca

+ cb

ad = cb
a c
b=d

Garis yang sejajar dengan salah satu sisi suatu segitiga dan memotong
kedua sisi lainnya, akan membentuk dua segitiga yang sebangun dan
membagi kedua sisi yang lain dengan perbandingan yang sama.

Akan tetapi perlu diingat, untuk kasus ini perbandingan sederhana bagi e dan ƒ tidak
berlaku, atau dengan kata lain:
e a c
G =
ƒ b d
Untuk perbandingan e dan ƒ, harus kembali mengacu prinsip dasar kesebangunan,
yaitu:
Kesebangunan Dan Kekongruenan

e a c
ƒ = a+ = c+ d
b
Contoh:

Perhatikan gambar berikut!


A

a
6
b
D E
4
3

B 15 C

Dari gambar di atas tentukan panjang a dan b.


Jawab:
Karena BC " DE maka ∆ABC~∆ADE
a 6 6
= ‹ a
= ×4 = 8
4 3 3

Untuk menghitung nilai b kita harus kembali menggunakan sifat dasarnya.


6 b 6 b 6 × = 10
15 = ‹ = ‹ b=

6+ 3 15 9 15 9

2. Perbandingan terkait Teorema Pythagoras

Perhatikan gambar berikut.


C
Buktikan bahwa:
a. AB 2
= BC × BD
b. AC 2 = CB × CD D

c. AD 2 = DB × DC
d. AB 2
+ AC 2 = BC2
A B
Jawab:
a. Perhatikan ∆ABC dan ∆DBA
m∡ABC = m∡ABD (berhimpit)
m∡A = m∡D (siku‐siku )
} ∆ABC ~
∆DBA
Akibatnya:
AB: BD = BC: AB ¤ AB2 = BC × BD (terbukti)
b. Perhatikan ∆ACB dan ∆DCA
m∡ACB = m∡ACD (berhimpit)
m∡CAB = m∡CDA (siku‐siku ) ~
} ∆ACB
∆DCA
Akibatnya:
AC: CD = CB: AC ¤ AC 2 = CB × CD (terbukti)
c. Perhatikan ∆ACD dan ∆BAD
m∡ADC = m∡ADB (siku‐siku)
m∡DCA = (90o — m∡DAC) = m∡DAB } ∆ACD ~ ∆BAD
m∡DAC = (90o — (90o — m∡DBA ) )=
m∡DBA
Akibatnya:
AD: DB = CD: AD ¤ AD 2 = DB × DC (terbukti)
d.
AB 2 = BC × BD
AC 2 = CB × CD
+
AB + AC 2 = BC(BD + CD)
2

AB 2 + AC 2 = BC (BC ) = BC 2

(terbukti)

Contoh:
Pada segitiga di samping ini, panjang BD = 4 cm dan C

BC = 20 cm. Hitunglah panjang AD. γ

Jawab:
m∡ADC = m∡ADB (siku-siku) D
m∡ACD=γ= (90 — α) = m∡BAD
0

α
m∡CAD = α = 900 — (900 — α) =þ = m∡ABD β
A B
Akibatnya ∆CAD~∆ABD
Selanjutnya
AD BD
CD = AD
(AD)2 = BD × CD = 4 × 16 ‹ AD = 8
Jadi panjang AD = 8 cm.
Hubungan antara kesebangunan dengan kekongruenan adalah: untuk dua segitiga
yang kongruen sudah pasti sebangun, akan tetapi untuk dua segitiga yang sebangun
Kesebangunan Dan Kekongruenan

belum tentu kongruen. Hal ini disebabkan karena kekongruenan itu berada di dalam
kesebangunan.

 Dua segitiga yang kongruen sudah pasti sebangun


 Dua segitiga yang sebangun belum tentu kongruen

Dengan menggunakan sifat-sifat kesebangunan segitiga yang diturunkan dari prinsip


dasar kesebangunan segitiga, kita dapat menyelesaian masalah kesebangunan atau
kekongruenan dengan lebih mudah, tetapi jika tidak menggunakan sifat-sifat tersebut,
kita tetap bisa menyelesaikannya dengan menggunakan prinsip dasar kesebangunan
segitiga.

Ringkasan

1. Hal terpenting dalam kesebangunan dan kekongruenan dua segitiga adalah


menemukan korespondensi satu-satu antar titik-titik sudut pada kedua segitiga
tersebut. Setelah itu baru bisa mencari sisi-sisi dan titik-titik sudut yang bersesuaian.

2. Untuk menyelesaikan masalah kesebangunan tidak selalu dikembalikan pada


definisi awal, tetapi boleh menggunakan jalan pintas shortcut berupa teorema. Salah
satu yang sangat berguna adalah “untuk memastikan dua segitiga sebangun, cukup
dicari dua pasang sudut bersesuaian yang sama besar”.

3. Salah satu prinsip kesebangunan dua segitiga adalah perbandingan panjang sisi-
sisi yang bersesuaian tetap sama. Apabila perbandingan panjang sisi-sisi yang
bersesuaian tersebut bernilai 1 maka kedua segitiga tersebut disebut kongruen.
Sedangkan sifat-sifat yang diturunkan dari prinsip dasar kesebangunan ada dua; yang
pertama adalah Perbandingan Sederhana dan yang kedua ad alah Perbandingan terkait
Teorema Pythagoras.
Latihan

1. Dalam ∆ABC dan ∆PQR, m∡A = 310, m∡B = 1120, m∡P = 370 dan
m∡Q = 310.
a. Gambarlah ∆ABC dan ∆PQR kemudian tentukan besar ∡C dan ∡R!
b. Buktikan bahwa ∆ABC dan ∆PQR sebangun!
c. Tulislah pasangan-pasangan sisi yang sebanding!

2. Pada ∆DEF dan ∆XYZ, DE = 12 cm, EF = 18 cm, FD = 28 cm, ZX =


24 cm, XY = 36 cm dan YZ = 56 cm.
a. Apakah kedua segitiga tersebut sebangun!
b. Jika kedua segitiga tersebut sebangun, jelaskan kesebangunannya secara lengkap!

3. Dalam ∆ABC dan ∆STU, diketahui m∡A = 700, m∡B = 450, m∡S =
700 dan m∡T = 450. Jelaskan mengapa kedua segitiga itu sebangun! Kemudian
sebutkan pasangan-pasangan sisi yang sebanding!

4. Perhatikan gambar di samp ing


berikut! Diberikan AC = BC dan CD T
AB. Buktikan bahwa ∆ACD ÷ ∆BCD.

A D B

5. Perhatikan gambar di samping ini, tentukan a


4
panjang a, b, c, dan d.
b 15
6
10
5
c d
6. Perhatikan gambar di samp ing ini, jika PR = 9 cm dan R
RS = 5 cm, tentukan panjang PQ.

P Q

Umpan Balik

Sudahkah Anda mengerjakan soal-soal latihan modul ini? Jika Anda sudah
mengerjakannya, di bawah ini adalah kunci jawaban dari soal-soal tersebut, cobalah
Anda periksa jawaban yang Anda hasilkan, sesuaikah? Jika ada yang belum sesuai
periksalah kembali jawaban Anda, bahkan jika perlu silahkan pelajari kembali
teorinya. Selamat bekerja, semoga sukses.

Jawaban latihan:

1. a) Gambarlah ∆ABC dan ∆PQR dengan berdasarkan sudut-sudut yang


diketahui, kemudian tentukan m∡C dan m∡R dengan menggunakan rumus
jumlah sudut dalam segitiga. Akan diperoleh ∡C = 370 dan ∡R = 1120
b) Untuk membuktikannya, pasangkan sudut-sudut yang sama, yaitu m∡A
= m∡Q, m∡B = m∡R dan m∡C = m∡P kemudian hubungkan dengan
prinsip- prinsip kesebangunan segitiga.
c)AB dengan QR, BC dengan RP dan CA dengan PQ

2. a) Ya
b) Dengan menggunakan prinsip dasar kesebangunan segitiga diperoleh DE =
ZX
EF FD 1
XF = FZ =2

3. Perhatikan prinsip-prinsip kesebangunan segitiga. Pasangan sisi yang sebanding


adalah AB dengan ST, BC dengan TU dan AC dengan SU.
4. Perhatikan prinsip-prinsip kekongruenan segitiga, tentukan sudut-sudut yang
sama dan sisi-sisi yang sebanding.

5. Gunakan prinsip dasar kesebangunan segitiga hingga diperoleh a = 10, b =


4, c = 2 dan d = 12.

6. Perhatikan sifat kesebangunan segitiga dalam hal perbandingan terkait Teorema


Pythagoras sehingga diperoleh PQ = 6 cm.

Daftar Pustaka

Al. Krismanto dan Agus DW. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah
Bangun Datar di SMP. M odul BERMUTU 2010. Yogyakarta: PPPPTK
M atematika .

Al. Krismanto dan Sumardyono. 2009. Kapita Selekta Pembelajaran Geometri Datar
Kelas VIII dan IX di SMP. M odul BERM UTU 2009. Yogyakarta: PPPPTK M
atematika.

Asyono. 2005. Matematika 3a. Jakarta: Bumi Aksara.


Moise, Edwin E. 1990. Elementary Geometry from an Advanced Standpoint. 3rd
Edition. New York: Addison-Wesley.

Marsigit. 2009. Matematika 3 SMP Kelas IX. Bogor: Yudhistira.

Serra, Michael. 2008. Discovering Geometry an Investigative Approach. California:


Key Curriculum Press.
Tim M atematika. 2000. Matematika untuk Kelas 3 SMP. Jakarta: Yudistira.

Ujian Nasional Matematika SMP. http://p4tkmatematika.org/2010/05/ujian-nasional-


matematika-smpmts/. Diakses tanggal 13 April 2011.

Untung TS dan Jakim W. 2009. Kapita Selekta Pembelajaran Geometri Datar Kelas
VII dan IX di SMP. M odul BERM UTU 2010. Yogyakarta: PPPPTK
M atematika.
II
KESEBANGUNAN DAN
KEKONGRUENAN DUA
SEGITIGA
II. KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN
DUA SEGITIGA

Kompetensi Guru:

1. Menggunakan konsep-konsep geometri (20.5)


2. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik (22.2)

M ateri kesebangunan dan kekongruenan bangun datar merupakan materi yang


diperlukan untuk dapat membuat replika suatu bidang datar dengan ukuran yang lebih
besar atau lebih kecil. Akan tetapi, kemampuan tersebut tidak akan mewujudkan hasil
yang tepat dengan ketelitian tinggi apabila tidak menggunakan rumus-rumus dalam
teori kesebangunan. Di dalam modul ini diuraikan contoh-contoh praktis untuk
masalah-masalah kesebangunan dan kekongruenan dua segitiga dengan disertai teknik-
teknik perhitungan dan strategi penyelesaiannya secara tepat.

Adapun tujuan pembelajaran dari modul ini adalah agar guru memahami konsep-
konsep kesebangunan dan kekongruenan dua segitiga dan menguasai teknik-teknik
perhitungan untuk pemecahan masalah terkait kesebangunan dan kekongruenan dua
segitiga sehingga akan memb antu guru dalam mengolah materi pelajaran serta
memilih strategi pembelajarannya.

M odul ini terdiri atas dua Kegiatan Belajar (KB), yaitu:


1. KB 1: Masalah Kesebangunan Dua Segitiga dan Teknik Penyelesaiannya
2. KB 2: Menggunakan Konsep Kesebangunan Dua Segitiga dalam Pemecahan
Masalah
KB 1 berisi pembahasan masalah kesebangunan dan kekongruenan sederhana dengan
menggunakan teknik perhitungan dasar kesebangunan secara langsung. Sedangkan
KB 2 berisi pembahasan tentang masalah kesebangunan dan kekongruenan yang
lebih kompleks dengan menggunakan teknik perhitungan pemecahan masalah dan
strategi penyelesaian.

23
Kesebangunan Dan Kekongruenan

Cara menggunakan modul ini adalah dengan mempelajarinya secara berurut yaitu
menguasai masalah yang lebih mudah dulu di bagian awal terus beranjak kepada yang
lebih sulit. Latihan-latihan soal yang diberikan perlu dikerjakan untuk menjadi
indikator sejauh mana penguasaan materi yang telah diperoleh.

KEGIATAN BELAJAR 1

Masalah Kesebangunan Dua Segitiga beserta Teknik Penyelesaiannya

Lensa perbesaran

bayangan

benda

Jika tinggi bayangan 3 c m,


jarak bayangan ke lensa 8 cm,
dan jarak benda ke lensa 1,2 cm,
berapakah tinggi benda
tersebut ?

Setelah kita memahami pengertian dari kesebangunan dan kekongruenan, sekarang


kita mencoba melakukan perhitungan-perhitungan dengan menggunakan teori kese-
bangunan dan kekongruenan tersebut. Perhatikan contoh-contoh berikut!

1. Perhatikan gambar dua segitiga C F


kongruen di samping! Sebutkan pasangan- β α

pasangan sisi yang sama panjang!


α β
Jawab: A D E
B
Diketahui ∆ABC ÷ ∆FDE
sehingga m∡A = m∡F = α
‹ BC = DE m∡C =
m∡E = þ ‹ AB = FD
m∡B = m∡D = 180o — (α + þ) ‹ AC = FE
2. Gambar di bawah ini menunjukkan dua segitiga yang kongruen,
tentukan panjang sisi PQ, QR, dan RP.

C R

4 cm α
3 cm
β Q
β
B
α
A 5 cm
P

Jawab:
Diketahui ∆ABC ÷ ∆RQP sehingga
m∡A = m∡R = α ‹ BC = PQ
= 4 cm m∡B = m∡Q = þ ‹
AC = PR = 3 cm
m∡C = m∡P = 180o — ( α+ þ) ‹ AB = QR = 5 cm

3. BerdasarkanQgambar di samping ini,


R
tunjukkan bahwa
∆PQR ÷ ∆QPS .
Jawab:
P
QR = PS(diketahui) S
m∡RQP = m∡SPQ (siku‐siku)} ∆PQR ÷ ∆QPS (s.sd.s) (Terbukti)
PQ = QP(berimpit)

4. Perhatikan gambar di samp


ing. Diketahui CD = CE dan AE E D
M
= BD.
Buktikan bahwa ∆ACD ÷ ∆BCE dan ∆AEM ÷ ∆BDM
Jawab: A B
m∡ACD = m∡BCE (berhimpit)
AC = CE + EA = CD + DB = BC (diketahui)} ∆ACD ÷ ∆BCE (s.sd.sd)
m∡ADC = m∡BEC (siku‐
(Terbukti)
siku)
m∡AEM = m∡BDM (siku‐ } ∆AEM ÷ ∆BDM (s.sd.sd)
siku) AE = BD (Terbukti)
(diketahui)
m∡AME = m∡BMD (bertolak
belakang)

5. Perhatikan gambar berikut!


C
o R
24 cm
8 cm o
3 cm
9 cm
P * ×
A * 6 cm Q

×
B

Dari gambar di atas, hitunglah panjang AB.


Jawab:
Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, yaitu m∡B = m∡Q, m∡A =
m∡P, dan m∡C = m∡R, maka ∆ABC~∆PQR , sehingga sisi-sisi yang
bersesuaian
sebanding, yaitu AC = AB
= BC
. Dari sini diperoleh:
PR PQ QR

AB AC 24
= AB ‹ AB = × 6 = 18
24
‹ =
PQ PR 6 8 8
Jadi panjang AB = 18 cm.

6. Dari
gambar di
samping, D B
6 cm
tentukan E
panjang AE. 6 cm 4 cm

C
A
Jawab:
Pada ∆ADE dan ∆BCE berlaku AD " CB serta garis AB dan DC berpotongan di titik
E, sehingga:
m∡DAE = m∡CBE (dalam berseberangan)
m∡AED = m∡CEB (bertolak belakang)
m∡EDA = m∡ECB (dalam berseberangan).

Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, maka ∆AED dan ∆BEC sebangun.
Dengan mengambil perbandingan panjang sisi yang bersesuaian yang memuat AE
diperoleh:
6× 6
AD AE 6 ‹ AE = =9
= AE
‹ =
BC BE 4 6 4
Jadi panjang AE adalah 9 cm.

7. Perhatikan gambar berikut ini kemudian hitunglah a + b.

D C
4 b
E G
a F
6 4
8

15
A B

Jawab:
Pada segitiga ∆DEF dan ∆DAB diketahui EF " AB sehingga
m∡EDF = m∡ADB (berhimpit)
m²DEF = m²DAB (sehadap) } ∆DEF~∆DAB, sehingga berlaku:
EF DF a 4 1
= ‹ =
AB DB = ‹ 3a = 15 ‹ a = 5
15 4+ 8 3

Pada segitiga ∆BGF dan ∆BCD diketahui FG " DC akibatnya


m∡GBF = m∡CBD (berhimpit)
m²BGF = m²BCD } ∆BGF~∆BCD, sehingga berlaku:
(sehadap) ‹ 8 + 2b = 12 ‹ b = 2
BG BF 4
= ‹ 8
2
= =

BC BD 4+ 8+ 4 3
b
Jadi a + b = 5 + 2 = 7.
KEGIATAN BELAJAR 2

Menggunakan Konsep Kesebangunan Dua Segitiga dalam Pemecahan Masalah

20 cm

Meja makan berbentuk lingkaran berdiameter 2,1 m. 21 cm


Lampu kerucut berdiameter 21 cmdengan tinggi 20
cm. Jika tinggi meja = 0,7 m, berapa tinggi lampu su-
paya cahaya lampu tepat menutupi permukaan meja?

2,1 m

0,7 m

Beberapa soal berikut ini mempunyai variasi yang lebih kompleks dengan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi, sehingga bisa dimasukkan ke dalam soal-soal pemecahan
masalah. Perhatikan soal-soal pemecahan masalah berikut!

1. Segitiga ABC yang siku-siku di A kongruen dengan segitiga PQR yang siku-siku
di R. Jika panjang BC = 10 cm dan QR = 8 cm, tentukan sudut-sudut dan sisi-sisi
yang bersesuaian!

Jawab:
Kemungkinan 1:
B m∡A =
m∡R m∡B
P
10 cm = m∡P
m∡C =
8 cm m∡Q AB =
RP
A C R
BC = PQ
Q AC =
Kemungkinan 2:
RQ

C m∡A =
m∡R m∡B
P10 cm = m∡Q
m∡C =
8 cm
m∡P AB =
RQ
A B R Q BC = PQ
AC =
RP
2. Dari puncak suatu tiang bendera dibentangkan seutas tali yang dipatokkan pada
tanah. Jarak dari patok ke tiang bendera 20 meter. Pada jarak 5 meter dari patok
tersebut, dipancangkan tonggak sepanjang 2 meter. Tonggak tersebut berdiri tegak
lurus pada tanah, sejajar dengan tiang bendera, dan menyentuh tali. Berapakah tinggi
tiang bendera dan panjang tali tersebut?
Jawab: B

2m

A
5m D C
20 m

Perhatikan ∆ADE dan ∆ACB.


Karena DE " CB, maka ∆ADE~∆ACB, sehingga
AD DE 20 × 2
= 5 ‹ CB = =8
2
‹ =
AC CB 20 CB 5
Jadi tinggi tiangnya 8 m.
Selanjutnya, menurut teorema Pythagoras, dalam ∆ABC dimana m ∡C = 90o berlaku:
AB 2
= AC 2 + CB 2

= 202 + 82 = 464

AB = √464 = 21,54066.
Jadi panjang talinya sekitar 21,5 m.
Soal nomor 2 ini adalah soal pemecahan masalah yang berupa aplikasi di dalam
kehidupan
.
3. Gambar di samp ing merupakan C
E
sketsa sebuah kolam ikan. Garis DE
30 m
adalah garis bentangan tanaman di dalam
air dan garis DE sejajar dengan garis AC. B
A 20 m D 40 m
Berapakah panjang bentangan tanaman
air tersebut?
Jawab:

Garis DE " AC, maka ∆DBE~∆ABC, sehingga berlaku


Aplikasi Kesebangunan Dalam Pembelajaran Matematika
SMP

DE DB
AC = AB
DE 40
=
30 20 + 40
30 × 40
DE = = 20
60
Jadi panjang bentangan tanaman airnya adalah 20 m.

4. Sebuah slide film diproyeksikan pada sebuah layar dengan menggunakan


proyektor. Posisi slide film berada di antara proyektor dan layar. Panjang sinar titik
lampu proyektor ke tepi slide film adalah 6 cm, tinggi slide film adalah 2 cm, dan
tinggi layar adalah 2 m. Berapakah panjang sinar yang dari tepi titik lampu ke tepi
layar?
Jawab:
Ambil PF = 6 cm
t1 = 2 cm
t2 = 2 m = 200 cm
Lay ar
Perhatikan gambar di samp
ing!
Film
Proy
ektor t1=2 t2=2 m
P cm
6 cm
F
S
Karena film dan layar tegak sejajar maka terbentuk dua segitiga yang sebangun,
perbandingan yang memuat t1 adalah
PF 6
t1 t2 ‹ PS = × t = × 200 = 600 cm = 6 m.
=
2
PF PS t1 2
Jadi panjang sinar dari titik lampu ke tepi layar adalah 6 m.
Soal nomor 4 ini ad alah soal penyelesaian masalah yang berupa ap likasi di dalam
kehidupan.
P
5.Perhatikan gambar di samp ing! Dalam
∆PQR , titik K di PQ dan titik H di
PR
K H

Q R
30
Aplikasi Kesebangunan Dalam Pembelajaran Matematika
SMP

sedemikian sehingga PQ: PK = PR : PH = 5: 4. Buktikan bahwa QR4 = 5KH.

Jawab:
Perhatikan ∆QPR dan ∆KPH .
PQ: PK = 5: 4
m∡QPR = m∡KPH (berhimpit)} ∆QPR ~ ∆KPH (s.sd.s)
PR: PH = 5: 4
sehingga m∡PKH = m∡PQR , yang berakibat KH " QR dan berlaku
PQ: PK = QR:
KH 5: 4 = QR:
KH
QR = 5
KH (Terbukti)
4

6. Pada ∆ABC di samp ing ini, BE " CD dan A

diketahui BE: CD = 3: 5 dan AC — AB =


3 cm. Berapakah panjang AB dan AC?

B E
Jawab:
BE 3
= C D
CD 5
Diketahui AC = AB + 3, dan karena BE " CD, maka ∆ABE~∆ACD, sehingga
berlaku:
AB BE AB 3
= ‹
AC CD = ‹ 5(AB) = 3(AB) + 9 ‹ AB
AB + 3 5
= 4,5 AC = AB + 3 ‹ AC = 4,5 + 3 =
7,5
Jadi panjang AB adalah 4,5 cm dan panjang AC adalah 7,5 cm.

C
7. Diketahui ∆ABC ~ ∆PQC dan perbandingan
CP: CA = CQ: CB.
Jika CP: CA = 1: 2, buktikan bahwa
a. keliling ∆ABC = 2 × keliling ∆CPQ P Q
E
31
Kesebangunan Dan Kekongruenan

b. luas ∆ABC = 4 × luas ∆PQC.

A B
D

32
Jawab:
a. CP: CA = 1: 2 ¤ CA = 2CP
CP: CA = CQ: CB ¤ 1: 2 = CQ: CB ¤ CB =
2CQ CP: CA = PQ: AB ¤ 1:2 = PQ: AB ¤ AB
= 2PQ
Keliling ∆ABC = AB + BC + CA
= 2CP + 2CQ + 2PQ
= 2(CP + CQ + PQ)
= 2 × keliling ∆CPQ (Terbukti)
b. CP: CA = CE: CD ¤ 1: 2 = CE: CD ¤ CD =
2CE CP: CA = PQ: AB ¤ 1: 2 = PQ: AB ¤
AB = 2PQ
Luas ∆ABC = 1AB × CD
2
1
= × 2PQ × 2CE
2
= 4 (1PQ × CE)
2

= 4 × luas ∆CPQ (Terbukti)

D
12 cm C
8. Dari gambar di samp ing, P dan Q
berturut-turut adalah titik tengah diagonal
BD dan AC. Hitunglah panjang PQ. P Q

Jawab: A 6 cm B
Misalkan T adalah titik potong diagonal 12 cm C
D
A’ B’
AC dan BD.
P Q
P Q
Perhatikan ∆TPQ, ∆TAB, dan ∆TCD pada T
gambar di samp ing in i! A 6 cm B
Diketahui AB " DC maka
∆TAB~∆TCD, sehingga
AT AB AT 6 1
= ‹ =
TC CD = = 1: 2
TC 12 2
Ambil ∆TA'B' ÷ ∆TAB , maka garis A'B' memotong TC menjadi dua sama panjang
di titik B’. Diperoleh
AT: TBu: B'C = 1: 1:1
Q adalah titik tengah diagonal AC, maka TQ: QB' = 1
: 1
sehingga diperoleh:
2 2
PQ TQ PQ 1
1 6
= ‹ = 2
A uBu TB u
1 +1 = ¤ PQ = =3
6 2 2 2 2
Jadi panjang PQ adalah 3 cm.

9. Pada gambar di samping ini diketahui panjang PQ = 6 cm dan QR = 8 cm.


Hitunglah panjang PR, PS, dan QS.
R

Jawab:
PR2 = PQ2 + QR2 = 62 + 82 = 100. Jadi PR = 10
cm.
PQ2 = PS × S

PR 62 = PS
× 10
PS = 3,6. Jadi PS = 3,6 cm
P Q
QS2 = PS × RS = 3,6 × (10 — 3,6) = 23,04

QS = √23,04 = 4,8. Jadi QS = 4,8 cm.

Ringkasan

1. Guru perlu memberi pemahaman yang nyata kepada siswa tentang makna sisi-
sisi atau sudut-sudut yang bersesuaian pada dua segitiga serta menekankan kepada
siswa untuk berhati-hati dalam memilih pasangan sisi atau pasangan sudut yang
bersesuaian.

2. Langkah penting yang harus dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah-


masalah kesebangunan dan kekongruenan dua segitiga adalah menunjukkan pasangan
segitiga yang sebangun atau kongruen.

3. M ateri penting yang diperlukan dalam mempelajari masalah kesebangunan


adalah materi hubungan sudut-sudut yang terbentuk oleh dua garis sejajar yang
dipotong oleh suatu garis, luas segitiga, perbandingan, dan teorema Pythagoras.
A
Latihan/Tugas

1. Perhatikan gambar di samp ing ini! D


∆ABC siku-siku di titik B. BD T AC. Panjang AB = 40
cm dan panjang AC = 50 cm. Tentukan panjang garis
BD.
B C

A
2. Diberikan ∆ABC dengan PQ " BC,
x cm 5 cm
AB = 15 cm, AP = x cm,
P Q
CQ = 10 cm, dan AQ = 5 15 cm
10 cm
cm Hitunglah x.

B C

C F
3. Diberikan ∆ABC dan ∆DEF.
Jelaskan apakah pasangan segitiga di samping 6n
3n
6000
60
sebangun atau tidak sebangun! 600 2n E
A D
3n B

4. Karena sinar matahari, sebuah pohon cemara mempunyai bayangan


panjangnya 25 meter dan tiang jemuran yang tingginya 2,25 meter mempunyai
bayangan
panjangnya 3 meter. Hitunglah tinggi pohon tersebut!

5. Perhatikan gambar di samp


14 cm E
ing! Hitunglah panjang AB.
17 cm
C
28 cm
A D

C
6. Berapakah panjang BD pada gambar di samp ing in i?
F

D
12
A B
8 E 6
7. Pada ∆PQR diketahui PQ = 8 cm, PR = 12 cm, dan QR=16 cm. Titik S
terletak pada garis PQ dan titik T terletak pada PR dengan ST sejajar QR. PT: TR =
3: 1. Tentukan panjang ST dan PS.

8. Peta rumah, stadion, taman, dan Stadion Sekolah

sekolah digambarkan di samping ini.


Jarak dari rumah ke stadion 10 km, 3x
10km
jarak dari rumah ke taman adalah x km
Taman
dan jarak dari taman ke sekolah adalah x
Rum ah
3x
km. Hitunglah jarak dari rumah ke sekolah!

B A
10 6
9. Pada gambar di samping ini diketahui panjang D

AB = 10 cm, AD = 6 cm dan DF = 8 cm. 8

F
Hitunglah panjang DE dan BE.
E

10. Sebuah gedung mempunyai panjang bayangan 56 m di permukaan tanah


mendatar. Pada saat yang sama seorang siswa dengan tinggi 1,5 m mempunyai
bayangan 3,5 m. Hitunglah tinggi gedung sebenarnya!
Umpan Balik

Sudahkah Anda mengerjakan latihan soal yang diberikan di atas? Jika Anda sudah
mengerjakannya, silahkan bandingkan jawaban latihan Anda dengan jawaban latihan.
Bagaimana hasilnya? Mampukah Anda memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%
benar? Jika Anda belum memperolehnya, cobalah sekali lagi mengerjakannya bahkan
kalau perlu mengkaji kembali teorinya. Silahkan mencoba! Jika Anda masih belum
mendapatkan hasil yang memuaskan, janganlah putus asa, cobalah diskusikan
masalah Anda tersebut dengan teman sejawat. Semoga berhasil.

Jawaban:

1. Gunakan aturan Pythagoras untuk menentukan panjang BC, kemudian tentu-kan


dua segitiga yang memuat BC dan gunakan prinsip kesebangunan dua segitiga
sehingga diperoleh BD = 24 cm.

2. Gunakan prinsip dasar kesebangunan dua segitiga, yaitu s


15
= 5+10 sehingga
5

diperoleh x = 5 cm

3. Tunjukkan bahwa garis BC tidak mungkin panjangnya 4n, sehingga tidak akan
diperoleh sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama. Jadi
jawabannya adalah tidak sebangun.

4. Gunakan prinsip dasar kesebangunan dua segitiga sehingga diperoleh tinggi


pohon = 18,75 m.

5. Gunakan prinsip dasar kesebangunan segitiga, yaitu AB = 28


, sehingga diperoleh
17 14

AB = 34
cm.

6. Gunakan prinsip dasar kesebangunan segitiga, yaitu BD = 6


sehingga diperoleh
12 8

BD = 9
cm.
7. Gambarlah ∆PQR dan gunakan prinsip dasar kesebangunan segitiga, yaitu
ST 3
= sehingga diperoleh ST = 12 cm dan dengan cara yang sama dipero-leh
16 3+1

PS = 6 cm.

8. Tentukan dua segitiga yang sebangun yang memuat x kemudian gunakan prin-sip
dasar kesebangunan segitiga, yaitu s
10
= s+3 sehingga diperoleh jarak dari rumah
10
s
ke sekolah = 20 km.

9. Tentukan dua segitiga yang sebangun yang memuat garis DE yaitu ∆BED dan
∆DAF, kemudian gunakan prinsip dasar kesebangunan dua segitiga sehingga
diperoleh DE = 12 cm. Selanjutnya dengan teorema Pythagoras diperoleh BE = 4√7
cm.

10. Buatlah sketsa dan tentukan dua segitiga yang sebangun, kemudian gunakan
prinsip dasar kesebangunan dua segitiga sehingga diperoleh tinggi gedung adalah
24 m.
Daftar Pustaka

1. Husein Tampomas. 2002. Cermat Matematika. Jakarta: Yudistira.

2. Marsigit. 2009. Matematika SMP Kelas 9. Jakarta: Yudistira.

3. Samsul Junaidi dan Eko Siswono. 2004. Matematika SMP untuk Kelas IX.

4. Jakarta: Erlangga.

5. Sukino. 1997. Matematika untuk Kelas III Catur Wulan 1 SLTP. Klaten: Intan
Pariwara.

6. Ujian Nasional Matematika SMP 2009.


http://p4tkmatematika.org/2010/05/ujian- nasional-matematika-smpmts/. Diakses
tanggal 13 April 2011.

7. Ujian Nasional Matematika SMP 2010.


http://p4tkmatematika.org/2010/05/ujian- nasional-matematika-smpmts/. Diakses
tanggal 13 April 2011.
IV
APLIKASI DAN
PEMANFAATAN MEDIA
TERKAIT KESEBANGUNAN
III. APLIKASI DAN PEMANFAATAN
MEDIA TERKAIT KESEBANGUNAN

Kompetensi Guru:

1. Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan


dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara utuh (4.5)
2. Menggunakan konsep-konsep geometri (20.5)

Pada bagian ini Anda akan mempelajari beberapa contoh penerapan konsep
kesebangunan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Contoh-
contoh yang dimaksud diberikan pada bagian awal modul 2 ini sehingga diharapkan
dapat memotivasi pembaca dan sekaligus sebagai inspirasi dalam menyiapkan
pembelajaran (terkait kesebangunan). Tidak kalah penting dalam pembelajaran adalah
adanya media yang sesuai dan menarik. Karena pembelajaran yang menarik, sekali
lagi, akan membangkitkan motivasi belajar bagi guru maupun siswa. Ini yang akan
dibahas pada Kegiatan Belajar 2 dari modul ini yaitu mengenai penggunaan media.

Setelah mempelajari modul 3 ini Anda diharapkan dapat menggunakan konsep


kesebangunan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
Anda diharapkan dapat menggunakan dan mengembangkan berbagai media untuk
pembelajar an kesebangunan.
Pembahasan dalam modul ini disusun dalam 2 kegiatan belajar (KB) sebagai berikut.

KB 1: Aplikasi terkait Konsep Kesebangunan


KB 2: Media Pembelajaran untuk Materi Kesebangunan
Untuk KB 1, penjelasan mengenai penerapan kesebangunan langsung dituangkan
dalam penjelasan setiap contohnya. Sedangkan untuk KB 2, penjelasan mengenai
kesebangunan dituangkan dengan menggunakan media.

39
Aplikasi d an Pemanfaat aan Media Terkait
Kesebangunan

KEGIATAN BELAJAR 1

Aplikasi terkait Konsep Kesebangunan

Seorang tentara melihat sasaran yang berada di puncak gunung. Pertama ia membidik dari
A dan
memperoleh sudut elevasinya 250. Kemudian ia berjalan mundur ke titik B dan mencatat
sudut elevasi
230. Ternyata dengan data ini ia sudah tahu tinggi sasaran itu. Bagaimana bisa demikian?

2 2
3 5
B A O
o o

Di sekitar kita banyak peristiwa atau keadaan yang sebenarnya merupakan aplikasi
konsep dalam matematika. Apakah Anda pernah memperhatikan ukuran sandal,
ukuran sekerup, bentuk komponen mesin, ukuran pasfoto, ukuran dan bentuk maket
gedung pencakar langit, maupun ukuran dan bentuk peta? Pernahkah Anda
mengaitkan hal-hal tersebut dengan suatu konsep dalam matematika?

www static.howstuffworks.com

Secara sadar atau tidak, banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya
merupakan aplikasi dari konsep dalam geometri yaitu kesebangunan. Namun
kenyataannya, banyak orang yang tidak menyadarinya. Oleh karena itu, sebagai
pendidik, guru harus menyikapinya dengan banyak memberikan contoh permasalahan
yang nyata dihadapi oleh siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
Terkait dengan ini perlu dibahas secara khusus mengenai contoh-contoh aplikasi
terkait konsep kesebangunan.
Contoh 1:

Pada suatu saat di perairan pulau


Jawa ada kapal asing melintas. Para
petugas pantai dapat memantau posisi
kapal seperti pada gambar.
Jika jarak sebenarnya antara
Semarang dan Rembang 106 km, 65
o

berapa jarak kapal tersebut dari


Semarang?

Penyelesaian:

Perhatikan posisi kapal (K), kota Semarang (S), dan kota Rembang (R) pada peta.
Ukurlah jarak K ke S dan jarak S ke R pada peta tersebut dengan menggunakan
penggaris. Misalkan diperoleh jarak S ke R pada peta adalah 10 cm sedangkan jarak
K ke S adalah 23 cm. Diketahui jarak sebenarnya dari Semarang ke Rembang adalah
106 km. Selanjutnya dengan menggunakan kesebangunan antara segitiga KSP dalam
peta dan segitiga KSP yang sebenarnya dapat diperoleh:
Jarak sebenarnya dari kapal ke kota Semarang = 106
× 23 = 243,8 km.
10

Penjelasan lebih lanjut dari penyelesaian dia atas adalah sebagai berikut. Perhatikan
gambar dua segitiga di bawah. Berdasarkan peta diketahui besar sudut KSR adalah
65o yang berlaku baik pada peta maupun pada kondisi yang sebenarnya. Sedangkan
sudut SRK adalah sudut siku-siku yang juga berlaku baik pada peta maupun pada
kondisi yang sebenarnya. Selanjutnya, dengan menggunakan teorema kesebangunan
sd.sd, disimpulkan bahwa segitiga pada peta kongruen dengan segitiga sebenarnya.
K

? 23
cm

R
65
o Rembang 65
o
106k 10
Se marang S cm
m
Contoh 2:

Untuk mengetahui banyaknya buah apel pada suatu truk, Tika


mengambil 100 buah apel kemudian diberi tanda dan
dimasukkan lagi ke dalam truk. Setelah itu semua apel dalam
truk dipindahkan ke suatu keranjang besar. Menurut
keyakinan Tika, pada waktu pemindahan tersebut apel yang diberi tanda tadi sudah
tercampur secara acak. Kemudian ia mengambil 40 ap el dan ternyata didapatkan 5
ap el yang memiliki tanda. Berapa kira-kira buah ap el dalam keranjang itu?

Penyelesaian:

Walaupun permasalahan di atas tidak terkait langsung dengan kesebangunan, namun


konsep perbandingan (seperti dalam kesebangunan) dapat digunakan yaitu 5
40 = 100
T
dimana T ad alah jumlah ap el total.
5 100
= ¤ 5T = 4000 ¤ T = 800
40 T
Dari sini diperoleh T = 800 apel.

Contoh 3:

Seorang matematikawan dari Indonesia ingin mengetahui tinggi


gedung Menara Kembar (Twin Tower) di Kuala Lumpur. Ia
menggunakan cara yang sederhana yaitu menanyakan panjang
jembatan penghubung kedua menara tersebut. Setelah mendapatkan
jawaban dari pengelola gedung mengenai panjang jembatan
penghubung, ia keluar dan memotret gedung tersebut dari kejauhan.
Tak lama kemudian ia bersorak gembira karena bisa mengetahui
tinggi Menara Kembar tersebut. Mengapa demikian? Jelaskan!

Penyelesaian:

Sebenarnya matematikawan tersebut telah menerapkan konsep kesebangunan (lihat


definisi kesebangunan pada Modul 1 KB 1). Misalkan dia memperoleh hasil: panjang
jembatan dalam foto 2,3 cm, tinggi menara dalam foto 20,4 cm, dan panjang
jembatan penghubung sebenarnya 50,8 meter maka:

panjang jembatan sebenarnya panjang jembatan dalam ƒoto


tinggi menara sebenarnya =tinggi menara dalam ƒoto
50,8 2,3 20,4
= ‹ TM = × 50,8 = 450,573913
TM 20,4 2,3
Jadi tinggi menara kira-kira 451 meter.

Contoh 4:

Ada seorang matematikawan ingin membeli


rumah dari suatu perusahaan pengembang
18 m

perumahan. Ia bertemu dengan petugas


marketing dan terjad ilah percak ap an sebagai
berikut. 5m

M atematikawan : “Maaf, apakah ukuran maket 5m 5m


ini sudah sebanding dengan
5m
ukuran sebenarnya?” 3m
4m
Marketing : “Benar Pak, kami sudah 2,5 m

membuatnya sebanding. Kalau Bapak biasanya menyebut sebanding


dengan istilah sebangun kan?”
M atematikawan : “Ya, benar. Apakah mobil maupun garasinya juga sebangun? Setahu
saya lebar mobil sebenarnya sekitar 1,7 m.”
Marketing : “Betul Pak, pokoknya semua yang ada di maket sebangun dengan
aslinya.”
M atematikawan : “Terima kasih atas inform asinya.”
Namun setelah itu matematikawan tersebut memutuskan untuk tidak membeli rumah
pada pengembang itu karena ia meragukan kebenaran ukuran rumah tersebut.
Mengapa demikian? Coba jelaskan alasan matematikawan tersebut!

Penjelasan:

M atematikawan tadi sebenarnya mencermati ukuran garasi. Dia tahu


bahwa secara umum lebar mobil sedan seperti ini kira-kira 1,7 meter.
Sementara itu jika dipandang dari ukuran maket (yang oleh marketing
dikatakan sebanding dengan ukuran sebenarnya), tampaknya garasi
1,7 m
pada maket tersebut cukup sulit untuk memuat dua miniatur mobil.
5 m?
Artinya ukuran lebar garasi pada rumah yang sebenarnya kira-kira

hanya 2 × 1,7 meter = 3,4 meter. Padahal pada maket tertera ukuran 5 meter. Inilah
yang menjadikan matematikawan tadi ragu membeli rumah tersebut.
Contoh 5:

Seorang tentara melih at sasaran


yang berada di puncak bukit.
Pertama ia membid ik dari titik
A dan memperoleh sudut
elevasinya 300. Kemudian ia
berjalan mundur 10 meter ke
titik B dan mencatat sudut
elevasi 250. Ternyata dengan
data ini ia bisa mengetahui tinggi sasaran itu. Bagaimana bisa demikian?

Penjelasan:

Sesuai dengan proses membidik yang telah dilakukannya, tentara tersebut membuat
sketsa dengan langkah-langkah: (1) menentukan titik A pada garis mendatar, (2)
membuat garis dari titik A dengan sudut elevasi 30o, (3) menentukan titik B yang
berjarak 6 mm dari titik A, (4) membuat garis dari titik B dengan sudut elevasi 25o,
(5) memperpanjang kedua garis sehingga diperoleh titik potong T, (6) menentukan
titik O dimana OT tegak lurus OA, dan (7) mengukur panjang OT dan diperoleh
21cm. Sketsa yang dibuatnya adalah sebagai berikut.
T

21 cm

BA O
25
30
0
BA
6 mm

Selanjutnya dengan prinsip


21 kesebangunan sd.sd didapatkan
cm
6 mm 21
1 ( )× 10
100
= ‹ 0T = meter ‹ 0T = 350 m
1
10 meter 0T 6( )
1000
Jadi tinggi bukit 350 meter.
KEGIATAN BELAJAR 2

Media Pembelajaran untuk Materi Kesebangunan

Ada,
Begini Pak, Saya gunakan
mau
saja karet
tanya, adakah alat
gelang ini..
peraga yang
terkait
kesebangunan. Karet
gelang?
Kok aneh
Pak?

Untuk menjelaskan kesebangunan dapat digunakan berbagai media. Prinsip dari


penggunaan media ini di antaranya adalah keterjangkau an alat/media, interaktif,
sesuai konsep, dan menarik. Ada 2 jenis media yang akan dibahas dalam tulisan ini,
yaitu alat peraga dan komputer.

A. Media Alat Peraga

1. Pantograf

Pantograf digunakan untuk membuat gambar yang lebih besar atau lebih kecil.
Tingkat perbesaran atau perkecilannya tergantung dari bentuknya (rangkaiannya),
yang tidak lain adalah terapan dari kesebangunan.

Contoh:
Bentuk I

D E

A B C
A: Titik tetap
B: Temp at pensil untuk gambar asal/h
asil C: Temp at pensil untuk gambar
hasil/asal Catatan:
- AD = DF = DB = BE = FE = EC
- A, B, dan C segaris
- A, B, atau C dapat diregangkan (dijauhkan) atau didekatkan
- Bulatan pada B, D, F, dan E adalah engsel untuk gerakan pantograf

Perhatikan bahwa dengan rangkaian seperti di atas maka diperoleh

1. A, B, dan C selalu segaris


2. D tetap berada di tengah AF
3. E tetap berada di tengah CF
4. BD dan EF selalu sejajar
5. BE dan DF selalu sejajar

F
F F
diregangkan diregangkan
E
E E

A B C A B C A B C

Gerakan ujung A, B, atau C dapat diilustrasikan sebagai berikut.

F
F
F

E
E E
didekatkan didekatkan

A B C C A C
A B B

Perhatikan bahwa semua gerakan tersebut selalu memenuhi ∡E = ∡F, AE


= EB = 1.
AF FC 2

Sesuai prinsip s.sd.s pada kesebangunan maka ΔAEB~ΔAFC. Sehingga pantograf


dapat digunakan untuk menghasilkan dua bangun yang sebangun. Khusus untuk
pantograf bentuk I di atas akan menghasilk an perbesaran dua kali atau pengecilan
setengahnya, tergantung dimana meletakkan pencilnya.

Sebagai tambahan, prinsip yang digunakan dalam pantograf tidak hanya


kesebangunan s.sd.s namun dapat juga menggunakan prinsip kesebangunan s.s.s
(lihat pada bagian cara penggunaan).

Bentuk II
F

A B C

A: Titik tetap
B: Temp at pensil untuk gambar asal/h
asil C: Temp at pensil untuk gambar
hasil/asal Catatan:
- AD = DB = EF
- DF = BE = EC = 2AD
- A, B, dan C segaris
- A, B, atau C dapat diregangkan (dijauhkan) atau didekatkan
- Bulatan pada B, D, F, dan E adalah engsel untuk gerakan pantograf.
Secara prinsip bentuk II ini sama dengan
bentuk I sebelumnya. Perbedaannya
hanya tingkat perbesarannya, pada
bentuk II perbesarannya 3 kali. Perlu
diperhatikan bahwa bentuk I dan bentuk
II tersebut hanya sekedar contoh. Masih
ada lagi bentuk yang lain, misalnya
terlihat pada gamb ar di samp www.web.mat.bham.ac.uk

ing.
Cara penggunaan pantograf:

Berikut ini diberikan contoh penggunaan pantograf bentuk I, sedangkan penggunaan


pantograf bentuk lainnya identik.

Cara I:

titik tetap
gambar hasil (perbesaran 2 kali)

digerakkan mengikuti gambarnya

Cara II

Cara ini identik dengan cara pertama dengan memindah gambar awal. Sehingga
gambar hasil terletak di antara gambar awal dan titik tetap.

digerakkan mengikuti gambarnya

titik tetap

gambar hasil (pengecilan menjadi


setengahnya)
Perhatikan ukuran-ukuran ruas garis yang dihasilkan baik pada cara I maupun cara II
apabila dibuat ruas garis dari titik tetap T ke kedua gambar.
D

T
B E
C
F
D

T
B E
C
F

Karena A, B, dan C berturut-turut merupakan titik tengah TD, TE, dan TF maka
TA : TD = TB : TE = TC : TF. Perhatikan ∆TAB dan ∆TDE. Jelas bahwa
m∡ATB=m∡DTE dan m∡BAT=m∡EDT. Sesuai prinsip (sd.sd) maka ∆ABC ~∆DEF.
Akibatnya AB : DE = AC : DF = BC : EF.
Sesuai dengan prinsip kesebangunan s.s.s maka ∆ABC ~∆DEF .

2. Peraga Karet Gelang.

Karet gelang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran kesebangunan. Untuk


dapat menggunakannya perlu disediakan minimal 2 karet gelang. Akan lebih baik jika
warna kedua karet gelang berbeda.

Cara penggunaan:

Sediakan dua karet gelang (tidak harus sama panjang dan sama kekuatan/elastisitas),
kemudian disambung.

Setelah itu kaitkan salah satu ujungnya (A) pada papan tulis sebagai titik tetap,
sedangkan ujung lainya (C) ditarik dan dipasang alat tulis (spidol atau kapur) sebagai
berikut.
Titik tet ap sambungan tempat spidol

A B C

Ujung yang lain digunakan untuk menggambar sedangkan sambungan atau simpulnya
(B) digunakan untuk menjiplak gambar asal (fokuskan pandangan kita pada simpul).
Misalnya kita ingin menjip lak dengan cara memutar titik B mengelilingi benda dan
titik C menyesuaikan gerakannya.

A B

gambar asal gambar hasil

Dari sini diperoleh hasil gambar sebangun yang diperbesar. Mengapa demikian?
Coba ingat lagi hukum Hooke (Hooke’s Law) pada benda yang dapat meregang atau
elastis (per, karet, dll) yaitu F = -kx dimana F gaya yang bekerja, k konstanta dan x
perubahan panjang benda. Intinya jika hukum tersebut diterapkan pada kegiatan di
atas maka perbandingan AB:AC selalu tetap. Sesuai dengan prinsip s.s.s pada
kesebangunan maka kedua gambar sebangun. Alat peraga karet ini lebih cocok
digunakan hanya untuk perbesaran saja. Sebab jika digunakan untuk proses
pengecilan kita harus memasang spidol di titik B. Pemasangan seperti ini agak sulit
dilakukan tetapi jika dapat dipraktekkan boleh saja dan akan diperoleh gambar yang
diperkecil.

C
B

gambar hasil gambar asal


B. Media Komputer

Program komputer dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran kesebangunan. Beberapa


program yang dimaksud adalah MS Office, Geogebra, Maple, dan Autograph. Pada
modul ini hanya akan disajikan contoh penggunaan MS Office dan Geogebra.
Sedangkan penggunaan program yang lainnya dipersilahkan mempelajarinya sendiri.

1. Program MS Office

Umumnya setiap komputer sudah ada program ini. Program ini sebenarnya adalah
Commercial software yang berarti pengguna harus memiliki lisensi. Oleh karena itu
gunakan software yang asli. Terkait dengan kesebangunan, kita dapat menggunakan
MS Office Word, Excel, maupun Power Point. Karena ketiganya mempunyai prinsip
penggunaan yang identik maka dalam modul ini hanya disajikan MS Office Word.
Secara sederhana langkah kerjanya sebagai berikut.

Cara I:

a. Buka MS Word, klik Insert, pilih Shap e/picture/clipArt, kemudian buatlah


sembarang gambar. Misalnya tabung. Setelah itu buatlah duplikatnya di sebelah
gambar semu la dengan menggunakan copy-paste atau dengan CTRL+DRAG.

Untuk me mperoleh
gamba r
duplikatini dapa t
dilakuka n de ngan
CTRL+DRAG.
b. Setelah itu klik salah satu gamb ar kemudian lakukan perbesaran atau pengecilan
dengan cara menekan SHIFT+DRAG pada salah satu “titik” di pojok gambar dan
gerakkan maka ak an terbentuk gambar diperkecil atau diperbesar.

Salah satu “titik”


pada pojok
gambar.

Setelah itu coba lakukan DRAG tanpa disertai dengan menekan SHIFT. Apa yang
terjadi? Apakah masih sebangun?

Dengan menggunakan cara di atas kita tidak tahu seberapa perbesaran yang
dilakukan. Oleh karena itu apabila kita ingin mengetahui seberapa perbesarannya
maka perlu dilakukan cara lain.

Cara II:
Cara ini merupakan lanjutan langkah dari cara I yaitu, setelah mengkopi gambar
lakukan klik kanan kemudian pilih Format AutoShape maka akan muncul windows
seperti gambar berikut.
Tempat
mengeti
k 150%

Setelah itu pilih menu Size dan beri tanda cek pada Lock aspect ratio. Isikan skala
yang diinginkan 150%, 200%, dan sebagainya. Misalkan kita pilih 150% maka
diperoleh hasil:

Gambar hasil
perbesaran
Gamba 150%
r atau 1½ kali.
semula
.
Selain Cara I dan Cara II, untuk bisa melihat kesebangunan dengan memperhatikan
perbesaran atau pengecilan gunakan Zoom-in atau Zoom-out. Atau dengan
menggunakan shortcut CTRL+SCROLL.

2. Program Geogebra

Program Geogebra ini adalah Free Software. Sehingga pengguna dapat menginstal
secara bebas, asalkan tidak digunakan untuk kepentingan komersial. Software ini
dapat diunduh secara gratis pada alamat www.geogebra.org. Untuk menggunakan
Geogebra sebagai sarana belajar kesebangunan, kerjakan langkah berikut. (Asumsi:
Komputer sudah terinstal Geogebra).

a. Buka dokumen baru, klik (polygon button) kemudian buatlah gamb ar,
misalnya bangun segitiga.

b. Setelah itu klik (dilation button), kemudian klik pada segitiga dan pilih salah
satu titik sebagai pusat dilatasi (misalnya titik (1,2)) dan faktor dilatasi (misalnya 2)
maka akan diperoleh:
Setelah itu tekan OK maka diperoleh:

Selanjutnya coba dengan bentuk selain segitiga dan faktor dilatasi yang diubah-
uabah. Setelah itu lakukan pergeseran gambar asal. Apa yang terjadi? Sangat menarik
bukan?
Ringkasan

Peristiwa atau keadaan di sekitar kita sebenarnya banyak yang merupakan aplikasi
konsep kesebangunan. Secara khusus adalah kesebangunan segitiga. Untuk menandai
kesebangunan dua segitiga, temukan dua pasang sudut bersesuaian yang sama besar
sehingga dapat dipastikan kedua segitiga itu sebangun.

Latihan/tugas

1. Ada seorang pemuda bangga terhadap tanah airnya. Sehingga waktu ia melewati
tiang bendera terketuk hatinya untuk mengetahui tinggi tiang bendera tersebut. Secara
sederhana ia menggunakan cermin yang diletakkan di tanah. Jelaskan bagaimana ia
melakukannya?

2. Pak Made adalah guru matematika yang cerdas, santun, dan tidak sombong. Ia
hobi bermain bola voly, maklum tinggi badannya 174 cm. Dengan kecerdasannya ia
tahu tinggi tembok belakang sekolah hanya dengan lewat di sebelahnya dengan jarak
1½ meter. Sebenarnya dia hafal bahwa pada jam itu arah sinar matahari membentuk
sudut 45o dengan permukaan tanah. Berapa tinggi tembok sekolah yang dihitung oleh
Pak Made?

3. Untuk menentukan lebar sungai, siswa yang sedang mengadakan kegiatan


“BERSIH SUNGAI” melakukannya dengan cara membentangkan tali pada patok-
patok yang mereka buat seperti pada gambar. Dengan cara ini mereka tahu lebar
sungai. Berapa lebar sungai yang mereka maksud?

80 m
35 m

120 m
4. Buatlah suatu desain pantograf yang menghasilkan perbesaran 1½ kali.
5. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan media untuk
pembelajar an.

Umpan balik

Setelah mengerjakan latihan ini, cocokkan pekerjaan Anda dengan jawaban atau
petunjuk. Taksir sendiri prosentase kebenaran jawaban Anda. Jika lebih dari 75%,
bagus. Jika kurang, pelajari lagi bagian mana yang menyebabkan kurang. Apabila
masih belum mencapai 75%, diskusikan dengan teman sejawat.

Jawaban:

1. Buat sketsa seperti di bawah ini

2. Buat sketsa seperti di bawah ini


3. Gunakan garis bantu sehingga terbentuk dua segitiga siku-siku.

4. Salah satu bentuknya seperti gambar berikut

5. Jawaban ada pada bagian awal KB 1.

Daftar Pustaka

Moise, Edwin E. 1990. Elementary Geometry from an Advanced Standpoint. 3rd


Edition. New York: Addison-Wesley.
Marsigit. 2009. Matematika 3 SMP Kelas IX. Bogor: Yudhistira.

Serra, Michael. 2008. Discovering Geometry an Investigative Approach. California:


Key Curriculum Press.
Th. Widyantini dan Sigit TG. 2010. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika di SMP. M odul BERM UTU 2010. Yogyakarta: PPPPTK
M atematika.

58
PENUTUP
PENUTUP

A. Rangkuman

Hal terpenting dalam kesebangunan dan kekongruenan pada segi banyak adalah
menemukan korespondensi satu-satu antar titik sudut pada kedua segibanyak. Setelah
itu baru bisa mencari sisi-sisi dan titik-titik sudut yang bersesuaian.

Khusus untuk segitiga, untuk mengetahui dua segitiga sebangun, cukup temukan dua
pasang sudut bersesuaian yang sama besar maka dapat disimpulkan kedua segitiga itu
sebangun.

Prinsip dasar kesebangunan dua segitiga adalah berkenaan dengan perbandingan


panjang sisi-sisi yang bersesuaian. Untuk dua segitiga yang sebangun berlaku
panjang sisi-sisi yang bersesuaian sebanding. Sedangkan untuk dua segitiga yang
kongruen berlaku perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian bernilai 1. Sifat-
sifat yang diturunkan dari prinsip dasar kesebangunan ada dua. Yang pertama adalah
Perbandingan Sederhana dan yang kedua adalah Perbandingan terkait Teorema
Pythagoras.

B. Penilaian

1. Amati gambar di bawah.


B
E

A C
D

Apakah ΔABC~ΔEDC? Jika ya, tentukan sisi-sisi yang bersesuaian!

2. Pada pukul 10.00 WIB, seorang pemuda yang tingginya 174 cm mempunyai
bayangan sepanjang 60 cm. Berapa tinggi pohon yang panjang bayangannya 2½
meter?

57
Penutup

3. Berapa panjang x pada gambar berikut?

1
4
1
1
1
5

4. Buktikan akibat pada KB 2 modul 1.

5. Perbandingan dua sisi yang bersesuaian pada dua segitiga yang sebangun adalah
2:3. Jika selisih panjang kedua sisi tersebut 6 cm, hitunglah panjang masing-masing
sisinya!

6. Dua tiang bendera mempunyai bayangan yang panjangnya berturut-turut x m dan


(x+ 12) m. Jika panjang tiang yang pendek adalah 1
3 panjang tiang yang panjang,
hitunglah x.

7. Perhatikan gambar di samping, tentukan nilai x dan y.

4 cm
9 cm
y

5 cm

x
12 cm

Setelah Anda selesaikan mengerjakan ketujuh soal di atas, cocokkanlah dengan kunci
jawaban yang terlampir di bawah. Apabila penguasaan Anda belum mencapai 75%,
pelajari kembali modul ini terutama pada bagian yang belum Anda kuasai. Tetaplah
Aplikasi Kesebangunan Dalam Pembelajaran Matematika SMP

bersemangat dalam belajar. Bilamana kemampuan Anda tetap belum mencapai 75%,
cobalah berdiskusi dengan teman sejawab atau dengan guru pendamping.

Jawaban:

1. Amati ΔABC dan ΔEDC di bawah.


B
E

A C
D

Dari gambar diperoleh ∡BAC = ∡DEC dan ∡ABC = ∡DEC. Sesuai teorema
kesebangunan sd.sd disimpulkan bahwa ΔABC~ΔEDC.

2. Perhatikan bayangan orang dan bayangan pohon yang terbentuk.


P

174 cm
2,5
60 cm m
T

Dengan ilustrasi seperti ini didapatkan dua segitiga yang sebangun. Jadi dengan
menyamakan satuan diperoleh TP = 250
 TP = 725. Jadi tinggi pohon 725 cm =
174 60

7,25 meter.

3. Ingat kembali segiempat talibusur yang mempunyai sifat sudut yang


berhadapan berjumlah 180o.
Penutup

C
14
B
1
1
A
1
5

D
x

Karena ❑ABDE adalah segiempat talibusur maka m∡BAE + m∡BDE =180o. Berarti
m∡BAE = 180o – m∡BDE = m∡BDC.
Dari sini diperoleh dua pasang sudut yang sama pada ΔAEC dan ΔDBC yaitu
m∡BAE = m∡BDC dan m∡BCD = m∡ACE. Jadi sesuai teorema kesebangunan sd.sd
disimpulkan ΔAEC ~ΔDBC. Pasangan sisi yang bersesuaian dalam hal ini adalah
BC↔EC, AC↔DC dan BD↔AE. Dengan demikian dipenuhi EC = AC
 s+15 = 25

BC DC 14 15

 x = 81/3 .

4. Buatlah baris bantu sehingga terbentuk segitiga siku-siku. Kemudian selidiki


perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian.
A A
E E
D D

B B
C C = 2,

5. Misalkan panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah x dan y, maka


s
= s

y s+6 3

sehingga diperoleh x = 12 cm dan y = 18 cm.

6. La = 1, sehingga diperoleh x = 6 m.
s
ngkahnya sama seperti jawaban No. 5, 3
s+12

7. Gunakan prinsip dasar kesebangunan segitiga, yaitu 12–s = 9–4


dan y = 9
,
3 12 9

sehingga diperoleh x = 5 1
dan y =
9.
60
5 9–4
PPPPTK MATEMATIKA
Jl. Kaliurang Km. 6 Sambisari, Condongcatur, Depok, Sleman,
Yogyakarta Kotak Pos 31 YKBS Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 885752, 881717, 885725, Fax. (0274) 885752
Website: www.p4tkmatematika.org
E-mail: p4tkmatematika@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai