Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

TOPIK:
D. METODE ILMIAH
E. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN
F. HUBUNGAN ILMU DAN PENGETAHUAN

OLEH:

FARIDA (1610247894)
DOSEN PENGAMPU:

Dr. NAHOR MURANI HUTAPEA, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
TAHUN 2017
BAB III
DIMENSI EPISTIMOLOGI ILMU

Istilah epistimologi ilmu pertama kali digunakan oleh J.F Ferier pada
tahun 1854. Epistimologi disebut juga teori pengetahuan (theory of knowledge).
Secara etimologi epistimologi berasal dari bahasa Yunani “episteme” yang artinya
pengetahuan dan logos berarti teori. Epistimologi dapat di definisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan
syahnya (validitas) pengetahuan.1
Pembahasan yang akan disampaikan dalam makalah ini adalah tentang
metode ilmiah, hakikat pengetahuan dan hubungan antara ilmu dan pengetahuan.
Adapun pembahasannya akan di uraikan sebagai berikut.

D. METODE ILMIAH
1. Pengertian
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu, yang merupakan gabungan antara penalaran deduktif dan penalaran
induktif2. Metode ilmiah adalah metode penelitian yakni prosedur atau cara
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis 3. Metode ilmiah berupaya
menggabungkan pengalaman empiris (observasi) dan akal dalam memperoleh
pengetahuan atau menyelesaikan persoalan-persoalan yang tengah dihadapi oleh
ilmuan (saintis)4. (Rusidi, 1985) Metode ilmiah merupakan langkah-langkah
sistematik dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah (ilmu)5.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
ilmiah atau proses ilmiah (scientific method) merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Metode ilmiah

1
http://suseno_tesis_bab2/2013.pdf
2
http://eprints.walisongo.ac.id/3988/4/103311043/2007_bab3.pdf
3
http://02-penelitian-dan-metode-ilmiah/09/2013.pdf
4
Zaprulkhan, filsafat ilmu, Bandung, Rajagrafindo Persada,2015 hlm
5
http://02-penelitian-dan-metode-ilmiah/09/2013.pdf
merupakan proses berfikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris,
dan terkontrol.
Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang artinya cara
atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Sedangkan Penelitian atau juga bisa disebut
research yang berasal dari kata re dan to search adalah mencari kembali karena
sebelumnya sudah ada (meneliti kembali atau menyimpulkan kembali) yang
sebelumnya ada prosenya yang tujuan untuk mendapatkan data dengan tujuan
serta kegunaan tertentu6, Sehingga metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan tertentu
(Sugiyono, 2004 : 1).

2. Langkah-langkah Metode Ilmiah


Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka
terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya.
Adapun langkah-langkah metode ilmiah menurut (Suriasumantri tahun 1991)
adalah sebagai berikut7:
a. Merumuskan Masalah
Berfikir ilmiah melalui metode ilmiah di dahului dengan kesadaran akan
adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya. Kalimat tanya akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, menganalisis kemudian
menyimpulkan.
b. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih
memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam

6
http://afidburhanudin.files.wordpress.com/2012/05/pengertian-dan-hakikat-metode-
ilmiah_widiati-fadila_sudah-ok.pdf
7
Suryana, metodologi penelitian, universitas pendidikan indonesia,pdf 2010 hlm 1
metode ilmiah. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan
memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dan
dibutuhkannya.
c. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang dilakukan di lapangan.
Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan
dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan
bergantung pada data yang telah dikumpulkan.
d. Menguji Hipotesis
Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak
membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti
harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf
signifikansi yang ditetapkan maka akan semakin tinggi puladerjat kepercayaan
terhadap hasil suatu penelitian.
e. Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling ahir dalam berfikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah
adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian
dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan ditulis dalam
bentuk kalimat deklaratif secara singkat dan jelas.
Langkah-langkah dalam metode ilmiah sebenarnya menunjukkan cara
berfikir ilmiah yang mencakup penalaran deduksi dan induksi sehingga metode
ilmiah dikatakan sebagai langkah deducto-hipotetiko-verifikatif atau logico-
hypothetico-verifikasi. Tahap-tahap metode ilmiah sampai ke penyusunan
hipotesis merupakan proses deducto hipotetiko, yaitu bagaimana kita menyusun
hipotesis secara deduktif dari teori-teori sebelumnya, yang disusun dalam
kerangka pemikiran. Teori-teori tersebut adalah sebagai premis (alasan) kita
membuat pernyataan khusus dalam bentuk hipotesis. Proses hipotetiko-verifikatif
menunjukkan langkah-langkah pembuktian hipotesis (verifikasi) dengan
mengumpulkan fakta-fakta dan menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta-
fakta empiris tersebut. Jadi proses kedua ini merupakan proses berfikir induktif8.
3. Tujuan Metode Ilmiah
Metode ilmiah memiliki beberapa tujuan yaitu :
a. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
b. Merupakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis.
c. Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah,
pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diahiri
dengan penarikan kesimpulan.

E. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN


Ilmu berasal dari bahasa arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti
tahu atau mengetahui. Adapun secara istilah, ilmu diartikan sebagai idraku syai bi
haqiqatih (mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa inggris, ilmu
dipadankan dengan kata science, sedangkan pengetahuan dengan kata knowledge.
Dalam bahasa indonesia, kata science (berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
scio, scire yang berarti tahu)9. Sehingga dapat diartikan bahwa ilmu pengetahuan
adalah segala sesuatu yang manusia ketahui sebagai hasil dari proses mencari
tahu. Rasa ingin tahu yang ada pada manusia menjadikan manusia memiliki
pengetahuan.
Jujun S. Suriasumantri (1993: 104), mengatakan dalam bukunya
“pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu objek termasuk ke dalamnya adalah ilmu”. Lebih lanjut Jujun S.
Suriasumantri (1993: 50) mengungkapkan terdapat dua cara yang pokok bagi
manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah
berdasarkan dari pada rasio dan yang kedua berdasrkan dari pada

8
http://04_bab_02_penelitian/2012.pdf
9
Hamdani, filsafat sains, bandung, pustaka setia, 2011, hlm 100
pengalaman.Secara sederhana pengetahuan pada dasarnya adalah keseluruhan
keterangan dan ide yang terkandung dalam pertanyaan-pertanyaan yang dibuat
mengenai suatu gejala atau peristiwa yang bersifat ilmiah, sosial maupun
perseorangan (The Liang Gie, 1987: 66)10.
Soedjono Soekamto (1987: 16) juga mengatakan di dalam bukunya bahwa
pengertian pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs),
takhayul (superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru
(misinformation) yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta
menghilangkan prasangka-prasangka sebagai akibat ketidakpastian11. Pengetahuan
menjadi sebuah hal yang luar biasa dalam peradaban manusia, karena melalui
pengetahuanlah aspek-aspek dalam peradaban manusia berkembang yang
kemudian seluruhnya dapat dibedakan berdasarkan antologi, epistemologi dan
aksiologinya.
Pengetahuan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan
bahwa seseorang mengenal sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya
selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai
hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut
adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui suatu objek dan
objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin
diketahuinya. Jadi, bisa dikatakan pengetahuan merupakan hasil tahu manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek.
Adapun alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John
Horpers ada enam yaitu12:
1. Pengalaman indra;
2. Nalar;
3. Otoritas;
4. Intuisi;
5. Wahyu;
10
http://bab 2-08601244166/2009.pdf
11
http://bab 2-08601244166/2009.pdf
12
Hamdani, filsafat sains, Bandung, Pustaka Setia, 2011, hlm 26-27
6. Keyakinan.
Jenis-jenis pengetahuan menurut Soejono Soemargono (1983), dapat
dibagi atas :
1. Pengetahuan non-ilmiah
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Dalam hal ini termasuk juga pengetahuan yang meskipun dalam babak terakhir
direncanakan untuk diolah lebih lanjut menjadi pengetahuan ilmiah, yang
biasanya disebut pengetahuan pra ilmiah. Secara umum yang dimaksud dengan
pengetahuan non ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia atas atau
mengenai barang sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan dengan mata, hasil
pendengaran telinga, hasil pembauan hidung, hasil pengecapan lidah, dan hasil
perabaan kulit. Di samping itu, sering kali di dalamnya juga termasuk hasil-hasil
pemahaman yang merupakan campuran dari hasil penyerapan secara indrawi
dengan hasil pemikiran secara akali. Juga yang termasuk dalam kategori
pengetahuan non ilmiah ini ialah segenap hasil pemahaman manusia yang berupa
tangkapan-tangkapan terhadap hal-hal yang biasanya disebut gaib. Yang demikian
ini biasanya diperoleh dengan menggunakan intuisi, disebut juga “pengetahuan
intiutif”. Pengetahuan yang demikian ini karena diperoleh dengan menggunakan
adi-indra atau adiakal, dapat juga disebut dengan istilah “pengetahuan adi-
indrawi” atau“pengetahuan adi-akali”13.
2. Pengetahuan Ilmiah.
Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi
syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.
Pengetahuan ragam ini pada umumnya disebut ilmu pengetahuan.

13
http://suseno_tesis_bab2/2013.pdf
Plato (dalam Hamdani tahun 2011 halaman 27) membagi pengetahuan
menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya14.
Pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan Eikasia (hayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah
pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini
isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta
kenikmatan manusia yang berpengetahuan. Pengetahuan dalam tingkatan ini
misalnya seseorang yang mengkhayal bahwa dirinya pada saat tertentu
mempunyai rumah yang mewah, besar dan indah, serta dilengkapi kendaraan dan
lain-lain sehingga khayalannya ini terbawa mimpi. Di dalam mimpinya, ia betul-
betul merasa mempunyai dan menempati rumah itu. Apabila seseorang dalam
keadaan sadar dan menganggap bahwa khayal dan mimpinya betul-betul berupa
fakta yang ada dalam dunia kenyataan.
2. Pengetahuan Fistis
Satu tingkat di atas eikasia adalah tingkatan fistis atau pengetahuan
substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak
dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung. Objek
pengetahuan pistis biasa disebut zooya karena isi pengetahuan semacam ini
mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat pribadi atau kepastian
subjektif) dan pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran apabila mempunyai
syarat-syarat yang cukup bagi suatu tindakan mengetahui; misalnya mempunyai
pendengaran yang baik, penglihatan normal, serta indra yang normal.
3. Pengetahuan Dianoya (matematik)
Pengetahuan dalam tingkatan ketiga adalah pengetahuan dianoya. Plato
menerangkan tingkat pengetahuan ini ialah tingkatan yang ada di dalamnya
sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga
terletak pada bagaimana cara berpikirnya. Contoh yang dituturkan oleh Plato
tentang pengetahuan ini ialah para ahli matematika atau geometri, dimana
objeknya adalah matematik yakni suatu yang harus diselidiki dengan akal budi

14
Hamdani, filsafat sains, Bandung, Pustaka Setia, 2011, hlm 26-27
dengan melalui gambar-gambar, diagram kemudian ditarik suatu hipotesis.
Hipotesis ini diolah terus hingga sampai pada kepastian. Dengan demikian dapat
dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan
yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas, luas, isi,
jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah
oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir.
4. Pengetahuan Neosis (filsafat).
Pengetahuan tingkat tertinggi disebut noesis, pengetahuan yang objeknya
adalah arche ialah prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan
metafisik. Prinsip utama ini biasa disebut “IDE”. Plato menerangkan tentang
pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir, tetapi tidak lagi
menggunakan pertolongan gambar, diagram melainkan dengan pikiran yang
sungguh-sungguh abstrak. Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip-prinsip
utama yang isinya hal-hal yang berupa kebaikan, kebenaran, dan keadilan.
Menurut Plato cara berpikir untuk mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu
adalah dengan menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan
yang sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut Episteme. (Abbas Hamami
M., 1980 : 7-8)
Berbeda dengan pendapat lainnya bahwa menurut aristoteles, pengetahuan
harus merupakan kenyataan yang dapat dihindari dan kenyataan adalah sesuatu
yang merangsang budi kita untuk mengolahnya. Pengetahuan yang umumnya
merupakan kumpulan yang dinamakan rational knowledge dipisahkan dalam tiga
jenis kumpulan, yaitu :
1. Pengetahuan produksi (seni);
2. Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik);
3. Pengetahuan teoretis (fisika, matematika, dan metafisika)

F. HUBUNGAN ILMU DENGAN PENGETAHUAN


Ilmu merupakan padanan kata dari bahasa inggris science, atau scientia
dari bahasa latin.kata kerja dari bahasa latin adalah scire, yang artinya tahu atau
mengetahui15, sedangkan pengetahuan menurut para ahli di atas adalah segenap
apa yang kita ketahui tentang suatu objek termasuk ke dalamnya adalah ilmu.
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul
(superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) yang
bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka-
prasangka sebagai akibat ketidakpastian.
Sebagaimana analogi yang telah dipaparkan, bahwa ilmu pengetahuan
adalah tahapan atau bagian dari pengetahuan sehingga dapat dipahami bahwa
pengetahuan berbeda dengan ilmu. Lebih tepatnya ilmu adalah bagian dari
pengetahuan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, ilmu merupakan pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu.
Pendapat lain menerangkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh
tanggung jawab dan kesungguhannya.
Afanasyef (dalam Hamdani tahun 2011) seorang ahli fikir marxist
berkebangsaan rusia mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan mengenai suatu hal tertentu, yang merupakan kesatuan yang
sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat di pertanggung
jawabkan dengan menunjukkan sebab sebab dan hal atau kejadian.
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka ilmu menunjukkan
perkembangan pengetahuan manusia yang telah tersusun secara lebih terstruktur
dan dapat di uji kebenarannya oleh semua orang. Tidak semua pengetahuan
merupakan suatu ilmu sebab hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis
yang merupakan ilmu pengetahuan. Menurut rinjin, ilmu merupakan keseluruhan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis. Ilmu bukanlah sekedar
kumpulan fakta, melainkan pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metode,
teori, hukum, atau prinsip. Ilmu, yang dalam bahasa inggris juga dinyatakan
dengan science, bukan sekedar kumpulan fakta, meskipun didalamnya juga
terdapat berbagai fakta. Selain fakta, dalam ilmu juga terdapat teori, hukum,

15
http://bab4_apa_itu_ilmu/2010.pdf
prinsip, dan seterusnya, yang diperoleh melalui prosedur tertentu, yaitu metode
ilmiah. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah.
Adapun pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengalaman,
intuisi, pendapat otoritas, penemuan secara kebetulan, dan coba-coba (trial and
error) ataupun penalaran.
Ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki karakteristik tertentu sehingga
dapat dibedakan dengan pengetahuan lain16. Adapun ciri-ciri pokok ilmu adalah
sebagai berikut:
1. Sistematisasi, artinya pengetahuan ilmiah tersusun sebagai suatu sistem yang
didalamnya terdapat pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara
fungsional.
2. Keumuman (generality), artinya ciri keumuman menunjuk pada kualitas
pengetahuan ilmiah untuk merangkum berbagai fenomena yang senantiasa
semakin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum dalam
pembahasannya.
3. Rasionalitas, artinya ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada
pemikiran rasional yang mematuhi kaedah-kaedah logika.
4. Objektivitas, artinya ilmu menunjuk pada keharusan untuk bersikap objektif
dalam mengkaji kebenaran ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan
kesukaan atau kepentingan pribadi.
5. Ferifiabilitas, artinya pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya,
diteliti kembali, atau diuji ulang oleh masyarakat ilmuwan.
6. Komunalitas, artinya ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik
umum.

Secara umum, dari pengertian ilmu dapat diketahui ciri-ciri ilmu, meskipun
setiap definisi memberikan titik berat yang berlainan. The Liang Gie secara lebih
khusus menyebutkan ciri-ciri ilmu17, yaitu:
1. Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan);

16
Hamdani, filsafat sains, Bandung, Pustaka Setia, 2011, hlm 35
17
Hamdani, filsafat sains, Bandung, Pustaka Setia, 2011, hlm 102
2. Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling
bergantung dan teratur).
3. Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi)
4. Analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terperinci)
5. Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya).

Ilmu (science) berhubungan dengan pengetahuan (knowledge). Setiap ilmu


merupakan pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Hal ini
disebabkan karna adanya pengetahuan-pengatahuan yang tidak ilmiah, misalnya
mitos. Menambah ilmu, pasti menambah pengetahuan, tapi kalau menambah
pengetahuan belum tentu menambah ilmu. Ilmu akan bertambah apabila
pengetahuan bertambah, dan pengetahuan akan menjadi tidak berguna saat anda
tidak mempunyai ilmu. Ilmu adalah hal yang didapat setelah
mengimplementasikan pengetahuan yang diterima. Ilmu adalah praktek dari
pengetahuan. Apa yang kamu ketahui adalah pengetahuan, jika kamu
mempraktekkannya maka kamu berilmu. Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan/
fakta yang tersusun secara logis dan sistematis dan dapat diukur serta diuji
kebenarannya. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan pengetahuan, demikian juga
didalam memperoleh pengetahuan dibutuhkan juga ilmu. Jadi hubungan ilmu dan
pengetahuan sangat erat, karena antara ilmu dan pengetahuan sulit dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.walisongo.ac.id/3988/4/103311043_bab3/2007.pdf
2. http://02-penelitian-dan-metode-ilmiah/2013.pdf
3. Zaprulkhan, filsafat ilmu, Bandung, Rajagrafindo Persada,2015
4. http://afidburhanudin.files.wordpress.com/2012/05/pengertian-dan-hakikat-
metode-ilmiah_widiati-fadila_sudah-ok.pdf
5. Suryana, Metodologi Penelitian, Universitas Pendidikan Indonesia. pdf 2010
6. http://04_bab_02_penelitian/2012.pdf
7. http://bab 2-08601244166/2009.pdf
8. http://suseno_tesis_bab2/2013.pdf
9. http://bab4_apa_itu_ilmu/2010.pdf
PERTANYAAN-PERTANYAAN

1. Fadriati Ningsih :
Saran : Sebaiknya dalam kesimpulan tentang metode ilmiah
ditambahkan sifat rasional karna dalam metode ilmiah menurut para ahli ada
yang mengatakan bahwa metode ilmiah bersifat rasionalisme.
Pertanyaan : Apakah bisa dikatakan pengetahuan ilmiah jika salah satu
unsur-unsur pengetahuan ilmiah tidak terpenuhi...?
Jawab : Tidak, karna jika salah satu unsur-unsur dan yang menjadi
syarat pengetahuan ilmiah tidak terpenuhi maka dia tidak bisa dikatakan
pengetahuan ilmiah, tetapi pengetahuan non ilmiah.
2. Frengki Silalahi :
Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan penalaran deduksi dan induksi
berikan contoh dalam pendidikan matetatika...?
Jawab : Penalaran deduktif adalah cara berfikir dengan menarik
kesimpulan khusus dari pernyataan-pernyaatan yang besifat umum; atau dari
umum kekhusus. Pernyataan umum tersebut merupakan alasan atau premis
yang dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan khusus. Alasan atau premis
tersebut merupakan ilmu atau terori sebelumnya yang sudah diakui
kebenarannya. Dalam metode ilmiah. Berfikir deduktif ini digunakan pada
saat penyusunan hipotesis. Hipotesis disusun secara deduktif dari teori-teori
yang disusun secara jelas, logis, dan sistematis sehingga menjadi kerangka
pemikiran. Salah satu cara berfikir deduktif adalah silogisme, yaitu dengan
contoh berikut:
Pernyataan umum : Bangun ruang sisi lengkung adalah pelajaran
matematika kelas tiga.
Pernyataan khusus : Tabung adalah bangun ruang sisi lengkung.
Penalaran deduksi : Tabung adalah pelajaran matematika kelas tiga.
Penalaran Induksi merupakan cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual; atau dari
khusus ke umum. Penalaran induktif terkait dengan empirisme, yaitu faham
bahwa pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran. Dalam metode
ilmiah berfikir induktif ini digunakan dalam pembuktian hipotesis.
Berdasarkan satu atau lebih fakta atau kejadian yang ditemukan, kita menarik
kesimpulan bahwa fakta atau kejadian tersebut juga berlaku umum. Sebagai
ilustrasi, jika kita menemukan satu atau beberapa barang yang dijual sebuah
toko ternyata rusak maka kita menyimpulkan bahwa seluruh barang di toko
tersebut yang diproduksi sebuah perusahaan sudah kadaluarsa. Proses
penarikan secara induktif ini dalam prakteknya menggunakan analisis statitik
melalui berbagai teknik analisis yang termasuk statistika inferensial.

3. Delfa Nora :
Pertanyaan :Bagaimana hubungan antara pengetahuan eikasia, fistis,
dianoya dan neosis dengan sumber pengetahuan...?
Jawab : Hubungannya dengan sumber ilmu pengetahuan adalah
tingkatannya, menurut plato bahwa tingkatan-tingkatan dalam ilmu
pengetahuan juga memiliki karakteristik, yaitu pengetahuan eikasia dimana
tingkatan paling dasar yang berupa angan atau hayalan. Dan pengetahuan
fistis naik satu tingkat diatas eikasia, sampailah pada pengetahuan yang
paling sempurna yaitu pengetahuan Neosis yaitu pengetahuan filsafat yang
sudah ada pembuktian menurut para ahli..
4. Putri Aulia :
Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan unsur yang mengetahui dan
diketahui dalam kesimpulan...?
Jawab : Yang dimaksud unsur yang mengetahui adalah bahwa
pengetahuan itu sudah ada teorinya dan sudah dibuktikan oleh hayalak ramai
dan unsur yang diketahui adalah bahwa ilmu pengetahuan itu sudah diketahui
oleh sumua orang yang ingin mengetahuinya.
5. Melva :
Pertanyaan : apa yang dimaksud dengan pengetahuan dianoya dan
neosis dan dimana letak perbedaannya...?
Jawab : yang dimaksud pengetahuan dianoya adalah pengetahuan yang
didalamnya tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi
juga terletak pada bagaimana cara berfikirnya. Sedangkan pengetahuan neosis
adalah pengetahuan yang prinsip utamanya adalah ide. Hampir sama dengan
pengatahuan dianoya sama-sama berfikir, perbedaannya adalah bahwa
pengetahuan neosis tidak lagi menggunakan pertolongan objek atau gambar-
gambar, melainkan dengan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak. Yang
tujuannya adalah untuk mencapai prinsip-prinsip utama yang isinya kebaikan
dan kebenaran serta keadilan.

Anda mungkin juga menyukai