Anda di halaman 1dari 28

METODE ILMIAH DAN

PROSES PENALARAN

Ellyn Patadungan
METODE ILMIAH

 Metode ilmiah adalah cara atau jalan untuk


mendapatkan pengetahuan ilmiah. Metode inilah
yang membedakan pengetahuan ilmiah dengan
pengetahuan lainnya seperti pengetahuan lainnya.
 Cony Semiawan berpendapat, metode ilmiah adalah
“cara paling dapat dipertanggungjawabkan untuk
memperolah pengetahuan dan kemampuan yang
bertumpuh pada indera dan rasio intelektualitas
manusi.
 Yang akan dibahas ada dua hal yaitu 1). Dasar-dasar
metode ilmiah yang paling umum ilmuan gunakan
dalam penelitian dan 2). Metode proses
penalarannya.
MACAM-MACAM METODE ILMU

 The Liang Gie membagi metode ilmiah  Bung Hatta mengklasifikasikan metode
dalam 4 tahap sebagai proses ilmiah kedalam dua metode yaitu :
keseluruhan kegiatan penelitian untuk 1) Observasi
memperoleh pengetahuan :
2) Empirisme
1) Pola prosedural (mencakup
pengamatan, percobaan,dll) 3) Penggabungan antara observasi dan
empirisme.
2) Tata langkah (penentuan masalah;
perumusan masalah; perumusan
hipotesis; pengumpulan data,dll)
3) Berbagai teknik ( daftar pertanyaan,
wawancara, dll) dan
4) Aneka alat (timbangan, meteran,dll)
MACAM-MACAM METODE

METODE OBSERVASI
 Metode Observasi (memperhatikan atau
pengamatan) “lebih banyak digunakan METODE EKSPERIMEN
oleh ilmuwan yang bekerja dengan
 Popper menyebut metode eksperimen
metode abstraksi.
sebagai “metode naturalistik”.
 Tujuan penyelidikan adalah
mendapatkan hukum yang mengatur  Disebut pula sebagai “inductive theory of
keasaan yang tetap dan berulang-ulang science”.
itu. (misalnya bagimana hukum
peredaran bintang,bulan,bumi, dan METODE GABUNGAN
matahari)
 Proses memperoleh pengetahuan
 Metode observasi tampak pula pada seringkali metode observasi dan
ilmu-ilmu pratikal, yaitu ilmu yang
eksperimen digunakan bersamaan untuk
memberikan beberapa alternatif
penyelesaian masalah. mendapat kesimpulan lebih valid.
PROSES PENALARAN

 Proses penalaran untuk mengembangkan


dan membangun pengetahuan ilmiah
digunakan metode ilmiah. Metode ini dapat
dibagi kedalam 3 metode, yaitu a) Metode
Induktif; b) Metode Deduktif, dan c) Metode
Abduksi (Abduction).
Metode Induktif
 Proses penalaran dari serangkaian fakta-fakta yang terobservasi berupa
pernyataan dijadikan kesimpulan umum.
 Latar belakang metode ini berasal dari tidak dapat dipastikannya mengenai
masa depan.
 Penalaran secara induktif membuktikan kebenaran dari adanya fakta atau
bukti.
 Contoh penalaran induktif dengan dua premis misalnya :
Premis 1 : Belum ada pelari elit dunia yang dapat berlari 100 meter di
bawah 9,5 detik.
Premis 2 : Usain Bolt, pelari elit dunia dari jamaika akan berlomba di
olimpiade tokyo.
Kesimpulan : karena itu, Usian Bolt tidak akan lari 100 meter dalam wktu
kurang dari 9,5d detik.
Metode Deduktif
 Penalaran berangkat dari sesuatu yang umum kepada kesimpulan yang
khusus.
 Metode deduktif dibangun atas dua premis (pernyataan kebenaran
sementara) yang mendasari argumen yang dipakai disusun sedemikian
rupa sehingga premisnya benar, kesimpulannya pun harus benar.
 Contoh :
Premis 1 : Semua orang indonesia suka makan nasi
Premis 2 : Ucok adalah orang indonesia
Kesumpukan : Ucok suka makan nasi
 Sebab adanya kesimpulan yang tidak valid itu terjadi. Suatu premis
biasanya diturunkan dari pengalaman.
Metode Abduksi

 Abduction adalah istilah yang Baggini dan South perkenalkan.


 Abduction digunakan untuk menjelaskan fenomena berdasarkan
“alasan yang paling tepat”(argument to the best explanation).
 Abduksi hanya jawaban sementara. Kebenarannya akan bergantung
pada ditemukannya bukti-bukti yang dapat menjelaskan fenomena.
FILSAFAT ILMU

ELLYN PATADUNGAN
Beberapa sarjana memberi batasan dan gambarang mengenai
Filsafat ilmu :

 Joseph Agassi menggambarkan filsafat ilmu sebagai


yang mempelajari 3 kajian utama : 1)Teori-teori
pengetahuan (epistimologi); 2)cara-cara mendapatkan
pengetahuan (metode), dan 3)studi mengenai prinsip-
prinsip pengetahuan.
 Beerling memberi batasan filsafat ilmu sebagai
“penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan
cara-cara untuk memperolehnya.
 Cony semiawan, filsafat ilmu sebagai filsafat yang
menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas mungkin
segala sesuati mengenai semua ilmu, tanpa melupakan
metodenya.
Ruang Lingkup Dan Manfaat
Kajian Filsafat Ilmu
1. Objek Material Filsafat Ilmu, Objek  Manfaat Belajar Filsafat Ilmu
Material Filsafat ilmu adalah 1. Sebagai sarana pengujian penalaran
pengetahuan itu sendiri, yaitu ilmiah, sehingga menjadi kritis
pengetahuan yang telah di susun terhadap kegiatan ilmiah.
secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat 2. Merupakan metode untuk merefleksi,
dipertanggungjawabkan menguji, mengkritisi, memberikan
kebenarannya secara umum. asumsi keilmuan.

2. Objek Formal Filsafat Ilmu, Objek 3. Memberikan pandasaran logis


formal filsafat ilmu adalah Hakikat terhadap metode keilmuan.
Ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan
apa landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan
Ontologi, Epistimologi dan aksiologi.
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

1. Ontologi
Ontologi menyelidiki objek apa yang menjadi penyelidikan ilmu . Dalam
hal ini filsafat memberikan latar belakang yang mendorong seseorang
atau ilmuan mempertanyakan segala sesuatu.

2. Epistimologi
Epistimologi mengkaji bagimana proses yang memungkinkan
diperolehnya pengetahuan ilmiah. Epistimologi mengkaji cara atau
bagimana manusia melakukan sesuatu kegiatan berfikir yang logis dan
sistematis, guna memperoleh ilmu pengetahuan.

3. Aksiologi
Aksiologi mengkaji untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan. Dalam bagian ini, ilmu menunjukkan adanya nilai teoritis
dan nilai praktis.
4. Etika
 Landasan Etika sangat penting perannya dalam filsafat , Etika
berfungsi sebagai landasan bagaimana melaksanakan ketiga
landasan diatas.
 Etika adalah cabang filsafat yang menyelidiki bagaimana manusia
seharusnya hidup, hakikat baik dan buruk, salah dan benar,
seharusnya dan tidak seharusnya.
 Etika juga mengkaji bagimana pengetahuan sebagai proses dan
produk membawa dampak yang baik atau buruk kepada
masyarakat.
Filsafat Ilmu Sebagai Metode

 Filsafat ilmu merupakan metode atau tata cara


penuliasan karya ilmiah atau penelitian.

 Filsafat ilmu merupakan refleksi yang tidak pernah


mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah
untuk mencapai kebenaran atau kenyataan.

 Filsafat ilmu melakukan kajian kritis konsep/teori ilmu


dan memeriksa asumsinya untuk memperoleh kearifan
dan keakuratan, sehingga diperoleh landasan kebenaran
yang kuar.
Metode Ilmiah dan Penelitian
Hubungan Filsafat Ilmu dan
Ilmu
 Terdapat hubungan erat antara filsafat ilmu dan ilmu. Filsafat adalah
Ibu dari Ilmu Pengetahuan. Dari Ibu lahir berbagai cabang ilmu
khusus.
 Ilmu khusus yang mengkaji obyek-obyek kajian tertentu, yang lebih
spesifik, menyebabkan terpisahnya ilmu dari filsafat.
 Moritz Schlick berpendapat, meski ilmu menjadi terpisah dari filsafat
namun filsafat tetap terkait dengan ilmu karena filsafat masih
memiliki identitas dengan ilmu.
 Ali Mudhofir berpendapat pula terdapat hubungan timbal balik
antara filsafat dan ilmu.
 ilmu dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang
beruoa fakta-fakta yang penting bagi perkembangan ide-ide filsafat
yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
 Filsafat juga berperan didalam memperkaya berbagai
kemungkinan jawaban terhadap berbagai persoalan yang
menajdi penyelidikan ilmu.

 Cabang filsafat ontologi, epistimologi, aksiologi, dan etika


memperkaya penyelidikan ilmu dalam memperoleh kebenaran.

 The Liang Gie melihat adanya hubungan interaktif diantara ilmu


dan filsafat , beliau mengungkapkan “Filsafat dewasa initidak
dapat berkembang subur secara terpisah dari ilmu, dan ilmu tidak
dapat tumbuh kokoh tanpa kritik dari filsafat”.
TEORI KEBENARAN
 Arti Kebenaran mengacu kepada pendapat Langeveld : Kebenaran
suatu pernyataan atau pengetahuan diartikan sebagai tepatnya
pemikiran secara formal. Kebenaran bukanlah diperoleh karena
adanya “kekhilafan atau khayalan”.

 Kebenaran memiliki beberapa sifat yaitu :


1) Kebenaran bersifat deskriptif, kebenaran dalam pernyataan
proposisi atau keyakinan bersifat pasti. Contoh : Bumi itu Bulat
2) Kebenaran bersifat instrumental, yang terdapat dalam suatu
keyakinan yang mejadi pembimbing bagi pemikiran dan tindakan,
untuk meraih kesuksesan.
3) Kebenaran dapat bersifat substantif atau ontologis, didasarkan
pada kenyataan.
4) Kebenaran bersifat eksistensial, artinya kebenaran berdasarkan
pada salah satu jalan hidup atau komitmen puncak.
TEORI KEBENARAN
2. Teori Koherasi (Teori
1. Teori Korespondensi Konsistensi)
 Teori ini berpendapat, kebenaran itu  Teori ini menegaskan bahwa suatu
apabila (1) ada kesesuaian antara pernyataan diakui benar jika
suatu pernyataan dengan fakta- pernyataan ini bersifat koheren atau
fakta, atau (2) ada kesesuaian antara konsisten dengan pernyataan-
penyataan dengan realita. pernyataan sebelumnya yang
 Betrand Russel, Alfred Tarski, Ernest dianggap benar.
Nagel, Karl Popper adalah filsuf-filsuf  Teori ini menyatakan apa yang benar
yang mengembangakan Teori adalah apa yang sesuai dengan
Korespondensi. segala sesuatu yang kita yakini.
 Yang dapat dibuktikan secara logik
sesuai dengan keterangan,
ketentuan logika.
3. Teori Pragmatisme
(Kemanfaatan atau
Fungsional)
 Teori ini menekankan akal budi
manusia sebagai sarana pemecahan
masalah dalam menghadapi
persoalan praktis dan teoritis dalam
kehidupan manusia.
 Teori ini berpendapat, suatu
kebenaran dan suatu pernyataan
diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut berfungsi
kepada kehidupan sosial manusia.
HUBUNGAN AGAMA
DAN ILMU
Posisi Kaum Agama dan Ilmuan

1. Posisi Kaum Agama 2. Posisi Kaum Ilmuan


 Ajaran agama dan kebenarannya  Decrates tidak menganggap akal
tidak dapat diganggu gugat. Setiap manusia dan agama bertentangan.
upaya mempersoalkan atau upaya  Ada ilmuan yang latar belakang
mengujinya merupakan perbuatan didikan agamanya kurang.
dosa.
 Ada pula ilmuan yang posisinya
 Ada pemuka agama yang melihat mendewakan ilmu pengetahuan.
hubungan harmonis antara agama
 Dengan posisi ilmuan yang
dan ilmu. Menyadari bahwa
keberadaan ilmu dan agama hidup mendewakan ilmu mengakibatkan
berdampingan . hidup manusia semakin
mengandalkan dan bergantung pada
 Kaum agama memiliki posisi bahwa teknologi, ilmu, daripada Tuhan.
setiap ilmu pengetahuan memiliki
batas-batasnya dan memiliki
metodenya masing-masing.
KAUM MONIS DAN DUALIS
1. ALIRAN MONIS 2) Monist dengan Primat Agama
 Aliran ini melihat agama dan ilmu • Agama sebagai yang utama
tidak dapat dipisahkan. • Menurut aliran ini (1) Agama
memiliki kedudukan lebih tinggi dari
1) Monis dengan Primat Ilmu ilmu.
• Melihat ilmu sebagai yang utama • Kebenaran agama bersifat absolut
untuk menentukan kebenaran dan tidak dapat diganggu gugat.
ilmiah. • Segala sesuatu yang termasuk hasil
• Ilmu memiliki kedudukan yang sama temuan ilmu yang hasilnya
dengan agama harus dapat bertentangan dengan kebenaran
dibuktikan atau diuji secara empiris. ajaran agama dianggap dosa atau
penistaan terhadap agama.
• Ilmuan penganut monist tidak begitu
saja menerima kebenaran. • Penganut aliran ini melihat akal
sehat atau rasio bertentangan
• Harari adalah seorang penganut dengan kebenaran agama.
monist ilmu.
3) Monis yang melihat hubungan Ilmu dan Agama sebagai
Hubungan Harmonis.

 Kedua bidang ini tidak boleh saling mendahului, keduanya memiliki ,


hubungan yang harmonis, saling menguatkan dan saling
mempengaruhi.

 Bung Hatta menyatalan masing masing kubu tidak perlu


dipertentangkan, keduanya memahami kebenaran masing-masing
ajaran yang dianutnya.

 Einstein memandang antara agama dan ilmu tidak perlu diangkat


menjadi dua hal yang dipertentangkan. Keinginan manusia untuk
mencari mengembangkan pengetahuan, mencari kebenaran dalam
pengetahuan, terjadi dan terdorong oleh adanya ajaran agama.
2. ALIRAN DUALIS
 Pandangan kaum dualis melihatt tidak ada pertentangan antara
ilmu dan agama.
 Kaum dualis menggangap bidang ini memiliki ranahnya masing-
masing.

1) Perbedaan Awal Pendekatan


 Pendekatan terhadap ilmu diawali dengan rasa ingin tahu,
penasaran, dan keraguan terhadap suatu fenomena yang
mendorong manusia untu mencari jawaban.
 Pendekatan agama diawali dengan keyakinan atau percaya terhadap
kebenaran atau ajaran agama yang berkaitan dengan keimanan.

2) Pendekatan Rasio dan Percaya


 Dalam ilmu dogunakan rasio dan eksperimen didalam
mendapatkannya
 Pendekatan kaum agama adalah percaya, menghindari rasio dan
eksperimen untuk menguji kebenaran agama.
3) Verifikasi atas “kebenaran”
 Kebenaran yang ilmu hasilkan selalu dapat diverifikasi untuk menguji
kebenarannya berupa hipotesa, kesimpulan, konsep, teori, dll.
 Dalam agama tidak semua pernyataan keagaaman bisa di verifikasi
seperti misalnya malaikat atau mujizat.

4) Sumber kebenaran
 Kebenaran ilmu berasal dari manusia yang terus menerus
mempertanyakan dan merenungkan dan mencari jawaban dengan
menggunakan metode, rasio, dan eksperimen.
 Menurut pemuka agama dan penganutnya kebenaraan ada dan berasal
dari Tuhan.

5) Objek Ilmu Pengetahuan


 Objek kajian ilmu pengetahuan berpangkal pada fakta apa yang ada.
 Objek pengetahuan Agama adalah apa yang Enstein sebut sebagai
pengetahuan berupa apa yang seharusnya.
 “Hal-hal yang sifatnya tidak dapat terjangkau oleh akal” (Jujuj S.
Suruasumantri)

Anda mungkin juga menyukai