Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN KELOMPOK 9

FILSAFAT ILMU
“FILSAFAT ILMU SEBAGAI PENGEMBANG METODOLOGI ILMIAH”

DOSEN PENGAMPU :

MUHAMMAD MUSAFIR, S.Pd., M.Pd

OLEH :

NAMA : SASNAWATI
NPM : 032001221
KELAS :K

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BABUBAU
2023
FILSAFAT ILMU SEBAGAI PENGEMBANG METODOLOGI ILMIAH

1. Metodologi Penelitian dan Berpikir Ilmiah


a) Metodologi Penelitian

b) Metodologi penelitian
adalah
c) berarti ilmu tentang
metode. Sedang penelitian
adalah kegiatan mencari dan
d) mengumpulkan data
kemudian mengolah,
menganalisa dan mengkaji
data
e) yang dilakukan secara
sistematis dan objektif
Metodologi ilmu tentang metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari
danmengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif. Jadi metodologi penelitian ilmu yang
mempelajari, menelusuri, mencaridan mengumpulkan data kemudian mengolah,
menganalisa dan menyajikandata yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh
suatu kebenaranyang objektif.
Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologiriset (science
research atau method), metodologi berasal dari katamethodology, maknanya ilmu
yang menerangkan metode-metode atau cara-cara. Penelitian adalah terjemahan dari
bahasa Inggris “research” yangterdiri dari kata “re” (mengulang) dan search
(pencarian, pengejaran,penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research
berarti berulangmelakukan pencarian.
Metodologi penelitian merupakan bermakna seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya
dicarikan cara pemecahannya. Data-data tersebut digali, diolah, disintesiskan
menggunakan prinsip-prinsip berfikir filsafat. Berfikir filsafat selalu mengikuti
penalaran yang logicdan mendasar. Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran
yangsebenarnya, jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis,jadilah
ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atastiga cabang besar
filsafat, yaitu: (1) teori pengetahuan, (2) teori hakikat dan (3) teori nilai.
Itulah sebab sebuah penelitian perlu memerhatikan ketigacabang berfikir
filsafat itu untuk menemukan sebuah kebenaran. Isi filsafat ditentukan oleh objek apa
yang dipikirkan, objek yang dipikirkan oleh filsuf ialah segala yang ada dan yang
mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatuproses berfikir bebas, sistematis, radikal dan
mencapai dataran makna yangmempunyai cabang ontologi, epistimologi dan
aksiologi. Cabang-cabang ini apabila diikuti oleh langkah metodologi penelitian,
tentu akan menghasilkankebenaran sejati. Paling tidak dalam sebuah penelitian akan
memunculkan hasil yang mendekati realitas. Penelitian membutuhkan pemikiran
ontology, yaitu sebagai teori hakikat.Teori hakikat ini sangat luas, segala yang ada
mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan-pengetahuan dan nilai (yang
dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Setiap cabang penelitian, pasti
terkait dengan persoalan yang sedang diteliti. Di dalam ontology membahas dua
bidang yaitu: (1) kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat
berada, juga hakikat tujuan, kosmos. (2) Metafisik atau antropologi secara etimologis
berarti dibalik atau di belakang fisika artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa
yang ada dibalik dari ala mini atau suatuyang tidak Nampak. Jadi kosmologi adalah
cabang filsafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam besar, yang
dibicarakan di dalam cabang ini missal hakikat kosmos, bagaimana caranya ia
menjadi (how does it cometo being) dan lain-lain.
Dalam metode penelitian, secara tegas akan mengaitkan persoalan apa
fenomena yang diteliti, ada apa dibalik fenomenaitu, dan sejauhmana eksistensi
fenomena yang diteliti. Hal ini, dalam konteks filsafat ilmu sering dibahas dalam
epistemology. Menurut Bahtiar, tujuan filsafat adalah: (1) Mendalami unsur-unsur
pokokilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber hakikat dan
tujuan ilmu, (2) Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu
diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara historis.
Metodologi bisa juga diartikan ilmu yang membahas konsep berbagai metode,
tentang apa kelebihan dan kekurangan, dan bagaimana seseorang memilih suatu
metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang
kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atauilmu dan mungkin
pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut. Jadi
metode ilmiah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar diperlukan cara-cara
yang benar pula. Meurut para pakar, mencari kebenaran, cara-cara memperoleh
kebenaran ilmiah disebut metode ilmiah, yang terdiri dari proses mencari masalah,
menentukan hipotesis.

b) Berpikir Ilmiah

Berpikir Ilmiah adalah sebuah metode yang fokus untuk mencapai suatu
tujuan berfkir yang optimal. Tujuan berpikir ilmiah tentu saja untuk menghasilkan
suatu keputusan dan kesimpulan dari proses berpikir yang sah dan benar. Berpikir
ilmiah adalah sebuah proses panjang dan bersifat makro yang terjadi dalam diri
seorang manusia. Melewati serangkaian uji kebenaran mulai dari proses
pengamatan, perenungan, pembandingan, pengujian, penarikan keputusan hingga
menyimpulkan, semuanya ada dalam satu paket berpikir ilmiah yang dalam
interaksinya dengan masyarakat kemudian disebut dengan pengetahuan ilmiah.

Pengetahuan ilmiah memiliki ciri diantaranya; (1) sistematik, sebab ilmu


adalah suatu system yang utuh; (2) relatif, sebab tidak ada kebenaran ilmiah yang
sifatnya absolut; (3) koheren, bahwa ilmu itu pasti saling berkaitan atau runtut; (4)
heuristik, bahwa ilmu bersifat terbuka ; (5) kausal; (6) netral, sebab ilmu haruslah
bebas nilai dan tidak emosional[1]. Ini adalah beberapa ciri dari pengetahuan ilmiah
yang wajib diketahui oleh akademisi. Sebab seorang akademisi memiliki kewajiban
untuk menyajikan data yang valid, relevan, dan bebas nilai sehingga pemahaman
atas alur berpikir ilmiah dan karakter pengetahuan ilmiah haruslah dipahami.
Alur berpikir ilmiah sebenarnya berkaitan dengan pola berpikir yang secara
umum kita ketahui ada dua, yaitu pola berpikir deduktif dan pola berpikir induktif.
Kita mungkin sering tidak menyadari bahwa cara berpikir memiliki pola. Pola
tersebut merupakan kebiasaan atau memang sengaja dipilih. Pola berpikir deduktif
merupakan system berpikir yang melihat hal-hal secara umum terlebih dahulu
sebelum akhirnya mengerucut menjadi lebih spesifik atau khusus. Sebaliknya pola
berpikir induktif adalah sistematika berpikir yang melihat suatu hal secara khusus
kemudian dikaitkan dengan penjabaran yang bersifat umum.
Suriasumantri (1999) menyatakan bahwa berpikir adalah bekerjanya pikiran
untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Pemikiran ilmiah adalah operasi
pikiran yang menggabungkan induksi dan deduksi. Berpikir ilmiah adalah metode
berpikir yang didasarkan pada logika deduktif dan induktif. Pemikiran ilmiah adalah
upaya untuk menemukan fakta dan ide yang sebelumnya tidak diketahui. Sains
adalah proses mencari pengetahuan melalui observasi berdasarkan teori atau
generalisasi. Ilmu mencoba memahami alam sebagaimana adanya, dan kemudian
hasil kegiatan ilmiah menjadi alat untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena
alam.
Cara berpikir ilmiah tidak dapat dipisahkan dari fakta-fakta peristiwa alam,
yang kebenarannya selalu dikaitkan dengan hasil penelitian eksperimental. Jika
suatu teori tidak dapat dibuktikan dengan pengujian eksperimental dikatakan tidak
dapat dipercaya karena tidak memenuhi kriteria keilmuan.
Secara historis, ada empat cara orang bisa belajar, yaitu: 1) berpegang pada
sesuatu yang sudah ada (metode kemantapan); 2) mengacu pada pendapat ahli
(metode otoritas); 3) kepatuhan terhadap intuisi (metode intuisi); 4) metode ilmiah.
Cara pertama Sampai dengan cara ketiga ini disebut cara kebanyakan orang atau
orang awam cenderung tidak efektif, kurang produktif, bahkan kadang bias dan
irasional. Sedangkan metode keempat, yaitu metode ilmiah, merupakan metode
ilmiah yang diyakini lebih rasional, obyektif, efektif dan efisien. Cara keempat
adalah bagaimana ilmuwan memperoleh pengetahuan, yang dalam praktiknya
merupakan metode ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan
pengetahuan.

2. Sarana Berpikir Ilmiah

Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan
fungsinya secara baik. Jadi, fungsi sarana berpikir ilmiah adalah untuk membantu proses
metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau teori yang lain. Sarana berpikir ilmiah juga
menyandarkan diri, pada proses logika deduktif dan proses logika induktif, sebagaimana
ilmu yang merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Implikasi proses
deduktif dan induktif menggunakan logika ilmiah. Logika ilmiah merupakan sarana
berpikir ilmiah yang paling penting (Burhanuddin, 1997). Logika merupakan sarana
untuk berpikir secara sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena
itu, berpikir logis dapat diartikan sebagai cara berpikir sesuai dengan aturan-aturan
berpikir, seperti, setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.
Upaya yang tepat untuk melakukan kegiatan berpikir ilmiah membutuhkan
kemudahan bahasa, logika, matematika dan statistik. Salah satu langkah yang harus
dikuasai adalah memahami dengan benar peran dari setiap cara berpikir dalam
keseluruhan proses ilmiah.

1) Bahasa
Bahasa memainkan peran penting dalam kehidupan dan kehidupan manusia, dan itu
lumrah. Universalitas ini membuat orang kurang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai hal biasa seperti bernapas dan berjalan. Dalam fungsi
komunikatif, bahasa memiliki tiga unsur yang digunakan untuk menyampaikan isi
yaitu Perasaan (unsur emosi), Sikap (unsur emosi), dan Pikiran (unsur
penyimpulan).
2) Matematika
Matematika merupakan bahasa yang merepresentasikan sederet makna dalam suatu
pernyataan yang akan diungkapkan. Simbol matematika adalah “buatan manusia”
dan hanya memiliki makna setelah diberi makna. Bahasa lisan memiliki beberapa
kekurangan yang mungkin dapat menimbilkan gangguan. Sehingga, matematika
dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan bahasa lisan. Matematika adalah
bahasa yang dirancang untuk menghilangkan sifat bahasa lisan yang tidak jelas,
kompleks, dan emosional. Matematika adalah salah satu puncak dari ilmu
pengetahuan yang sangat baik. Selain pengetahuan matematika itu sendiri,
matematika juga menyediakan bahasa, proses, dan teori yang memberi ilmu suatu
bentuk kekuatan. Fungsi matematika sangat penting dalam perkembangan berbagai
ilmu pengetahuan. Misalnya, kalkulasi matematis telah menjadi dasar desain
teknik, metode matematika dapat memberikan inspirasi ide-ide di bidang sosial dan
ekonomi, bahkan pemikiran matematika dapat menambah warna pada arsitektur
dan lukisan.

3) Statistika
Kata statistik, secara etimologi, berasal dari kata “status” (bahasa latin) yang
memiliki persamaan arti dengan kata “state” (bahasa Inggris), yang berarti negara
(bahasa Indonesia). Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “kumpulan bahan
keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun berwujud
bukan angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi
suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya
dibatasi dengan kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data
kuantitatif). Secara lebih luas lagi, statistik merupakan ilmu yang mempelajari
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan data, yaitu tentang pengumpulan,
pengolahan, penganalisisan, penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang
berbentuk angka-angka. Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu
persoalan dalam suatu bidang keilmuan. Maka, dengan menggunakan prinsip
statistika masalah keilmuan dapat diselesaikan, suatu ilmu dapat didefinisikan
dengan sederhana melalui pengujian statistika dan semua pernyataan keilmuan
dapat dinyatakan secara faktual. Dengan melakukan pengkajian melalui prosedur
pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung fakta-
fakta empiris, maka hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran, tetapi
dapat juga sebaliknya. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode dalam
memperoleh pengetahuan untuk mengelola dan menganalisis data dalam
mengambil suatu kesimpulan kegiatan.

3. Hubungan filsafat Ilmu dan metodologi penelitian

Sesungguhnya berubungan atau tidaknya filsafat ilmu pengetahuan dan penelitian


merupakan masalah rumit, yang tidak mungkin dijawab dengan sekedar ada hubungan
atau tidak ada hubungan dari keduanya. Filsafat ilmu pengetahuan pada dasarnya
merupakan salah satu cara untuk mebuktikan kebenaran, sedangkan penelitian juga
merupakan wahana untuk menguji kebenaran.
Filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh dari sikap refleksi,
ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu
mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu
mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri.
Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu pengetahuan dapat dimaknai sebagai filsafat
yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat
pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk
pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami secara
lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu pengetahuan, maka diperlukan
pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah
tersebut. Sdangkan penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis dan metodis atas
suatu masalah untuk menemukan solusi atas masalah tersebut dan menambah hazanah
pengetahuan.
Filsafat ilmu pengetahuan dan penelitian jelas ada hubungannya kalau kita melihat
dari tujuan keduanya. Hubungannya ialah, dimana penelitian memerluka pengetahuan
dari filsafat ilmu pengetahuan dalam mencari kebenaran yang pasti dengan melakukan
berbagai sureve. Dan juga filsafat ilmu pengetahuan memerlukan penelitian untuk
mendapatkan atau mebuktikan kebanaran. Contohnya: Pertama, Ketika kita meninjau
ulang dan mensistesiskan pengetahuan yang ada kita memerlukan penelitian dan filsafat
ilmu pengetahuan. Kedua, Menyelidiki beberapa masalah atau situasi yang ada.
Keterkaitan antara filsafat ilmu dan metode penelitian. Keduanya sama-sama
hendak menemukan kebenaran ilmiah. Filsafat ilmu menjadi landasan berfikir,
sedangkan metode penelitian sebagai realisasi berfikir ilmiah.Adapun metodologi
merupakan hal yang mengkaji langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang
diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami prinsip-prinsip metode
filsafat perlu dibahaspengertian metodologi, unsur-unsur metodologi, dan beberapa
pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.

Anda mungkin juga menyukai