Anda di halaman 1dari 20

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

TENTANG

KONSEP DASAR PENELITIAN KEPERAWATAN

DISUSUN

OLEH :

YULY PAZIRA

1714201173

DOSEN PEMBIMBING :

YENDRIZAL JAFRI S, Kp, M. BIOMED

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2020/2021
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu dan penelitian adalah dua hal yang saling berkaitan. Ilmu adalah suatu
pengetahuan yang sistematis dan teroganisasi. Kita juga telah mengetahui penelitian,
yaitu suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan terus menerus untuk
memecahkan suatu masalah. Ilmu dan penelitian mempunyai hububungan yang sangat
erat. Ilmu adalah hasil sedangkan penelitian adalah proses. Dengan penelitian ilmu
pengetahuan bisa terus berkembang. Tanpa penelitian, ilmu pengetahuan tidak akan
berkembang.
Pengetahuan pada hakikatnya meliputi semua yang diketahui oleh seseorang
tentang obyek tertentu. Pengetahuan itu mencakup baik knowledge maupun science, seni
dan teknologi. Masalah pengetahuan bukan hanya mengetahui, tetapi mengetahui yang
benar. Banyak dari pengetahuan itu kita peroleh dari orang lain.
Penelitian atau riset pada hakikatnya bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
tentang sesuatu yang dianggap benar melalui proses bertanya dan menjawab. Penelitian
bertitik tolak dari pertanyaan yang muncul karena adanya keraguan1, dan keraguan ini
yang menjadi dasar permulaan ilmu pengetahuan. Dari pertanyaan muncul suatu proses
untuk memperoleh jawaban, yaitu jawaban yang dipercaya sebagai kebenaran walaupun
sifat kebenarannya sementara. Jawaban yang diperoleh melalui proses seperti itu pada
gilirannya akan dipertanyakan kembali, yang akan dijawab lagi melalui proses penelitian.
Demikianlah penelitian itu tidak pernah berakhir sehingga ilmu pengetahuan bisa
berkembang terus.
2. Pendekatan Penelitian (Deduktif-Induktif)
Penelitian ditujukan menjawab permasalahan secara emperik, melalui dua
pendekatan yang digunakan manusia untuk menemukan jawaban sesuatu permasalahan,
yaitu metode deduksi yang dikenal dengan Silogisme Aristoteles. Melalui pendekatan ini
dijelaskan penemuan baru, melalui kesimpulan deduktif sehingga memerlukan
pengetahuan atau dalil umum (premis mayor) yang menjadi dasar berpijak kesimpulan-
kesimpulan khusus yang dibagun. Dari premis mayor ke kesimpulan deduksi dijembatani
oleh Primis Minor. Contoh :
Premis Mayor : Nasib manusia tergantung oleh perjuangannya
Premis Minor : Anita juga manusia
Kesimpulan deduktif : Nasib Anita tergantung oleh perjuangannya
Kebenaran premis mayor sangat menentukan kebenaran kesimpulan deduktif,
oleh karena itu kesalahan silogisme dalam penggunaan premis perlu diperhatikan.
Sudjarwo (2001:19) menjelaskan kesalahan yang muncul adalah: (1) kesalahan isi
menyangkut dengan kesalahan materi dari premis, (2) kesalahan bentuk (formal)
menyangkut kesalahan jalannya deduksi. Di sisi lain dogma tempat dasar berpijaknya
kesimpulan sulit digoyahkan maka pengetahuan baru kurang berkembang karena dalil
umum yang dianut membatasi gerak laju akulmulasi dan kebenaran pengetahuan
manusia.
Kelemaham metode berfikir deduktif menyebabkan lahirnya metode induktif
dipelopori oleh Francis Bacon (1561, 1626). Bacon menjelaskan seharusnya para
ilmuawan tidak menerima premis sebelumnya yang telah memiliki kebenaran mutlak.
Kesimpulan yang benar dan akurat dapat diperoleh dengan pengumpulan fakta
melalui pengamatan langsung. Kesimpulan umum dalam penerapan metode Induksi
diperoleh dari hasil pemeriksaan fakta-fakta emperik (induksi). Contoh :
Setiap orang kaya yang diamati mengikuti mode dan pemilih teman.
Kesimpulannya orang kaya mengikuti mode dan pemilih teman.
Mekipun induksi dengan deduksi saling mengisi dan selalu terdapat
berdampingan, namun perlu dibedakan titik tolak, jalan pikirannya, syarat-syarat untuk
mencapai kebenaran, tingkat kepastian yang dapat dicapai memang berbeda antara kedua
pola pikir tersebut. Deduksi merupakan cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan menjadi khusus. Poespoprodjo dan Gilarso (1987:15) menjelaskan
pola dasar deduksi merupakan proses pemikiran dari pengetahuan yang lebih umum
menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus. Kaum rasionalis menyusun pengetahuan
menggunakan metode deduktif. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapat dari ide
yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide tersebut menurut kaum
rasionalis bukanlah ciptaan manusia dan fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali
prinsip tersebut dan menjadi pengetahuannya. Ide menurut kaum rasionalis bersifat
apriori dan prapengalaman yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional. Dalam
penalaran deduksi masalah utama adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang
dipakai. Jujun S.Suriasumatri (1993:49) menjelaskan penarikan kesimpulan secara
deduktif menggunakan pola befikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari
dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut
premis yang dapat dibedakan premis mayor dan minor. Kesimpulan merupakan
pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.

Contoh : 1
a. Semua makhluk mempunyai mata (Premis mayor)
b. Si Polan adalah seorang makhluk (Premis minor)
c. Jadi Si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
Contoh : 2
a. Semua makhluk ciptaan Tuhan (Premis mayor)
b. Manusia adalah Makhluk (Premis minor)
c. Manusia itu ciptaan Tuhan (Kesimpulan)

Apabila 1 dan 2 benar maka dengan sendirinya 3akan benar pula. Jika 1 dan 2
benar tetapi 3 salah maka terjadi suatu kontradiktif, dengan arti kata kesimpulan tidak
sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Sehubungan dengan hal itu, ciri kunci dari
deduksi adalah valid atau sah. Walaupun demikian logika dan deduksi saja tidak dapat
mengukuhkan kebenaran mengenai keterangan-keterangan fakta. Sesuatu yang dapat
diberikan oleh logika, dalam hubungan ini apabila premis-premisnya benar, selanjutnya
kesimpulan mesti benar. Apakah premise-premise itu benar atau tidak, bukanlah suatu hal
yang dapat ditetapkan dengan bantuan logika. Kelemahan metode deduksi adalah
kesimpulan yang didapat tidak lebih dari perjanjian-perjanjian atau pengalaman saja.
Pada sistem deduksi kesimpulan yang benar dapat saja tidak masuk akal bila digunakan
premis yang tidak masuk akal.
Contoh :
a. Semua yang berkaki adalah hewan (Premis major)
b. Manusia berkaki dua (Premis minor)
c. Manusia itu hewan (Kesimpulan )
Penggunaan metode induktif secara ilmiah ternyata memiliki kelemahan karena
banyak fakta emperis yang tidak dapat digunakan menjelaskan suatu fenomena.
Sehubungan dengan hal itu Charles Darwin menarik deduktif teoritik atau hipotesis
lalu mengumpulkan fakta yang relevan menguji kebenaran hipotesis tersebut.
Beranjak dari fakta emperis tersebut ada kemungkinan hipotesis diterima atau ditolak
kebenarannya. Selanjutnya metoda Deduktif-Induktif itulah yang disebut dengan metode
ilmiah. Wujud kongkrik dari metode ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara
terancang dan sistematis bertujuan menemukan pengetahuan baru, dimana permasalahan
yang dikaji, metodologi dan hasil temuan dilaporkan/dikomuniaksikan sehingga
terbuka untuk diketahui dan diuji kebenarannya. Logika berfikir deduksi dan induksi
salah satu atau keduanya harus tercermin dari hasil penelitian.Logika berfikir deduktisi
digunakan dalam perumusan hipotesis dengan cara melakukan deduksi dengan berbagai
teori. Sedangkan logika induksi berlangsung dalam alur pengujian hipotesis dengan
adanya data dan sampel ataupun kasus.
3. Pengertian Metodologi Penelitian, Berfikir, Bersikap Ilmiah Serta Urgensinya
A. Pengertian metodologi penelitian
Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi
metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara
saksama untuk mencapai suatu tujuan.
Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti
kembali dan search berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari
kembali. Penelitian adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan suatu
sistematika. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan
dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut:
1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah
yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
2. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang
dijalankan fakta –fakta atau prinsip-prisip dengan sabar, hati-hati, serta
sistematis.
3. Sutrisno Hadi
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembaggkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
4. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan
atau asaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu,
yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

Metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai
pemahaman dengan syarat ketelitian dalam arti kebenarannya harus dapat dipercayai.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan pengertian dan landasan-landasan di atas dapat disimpulkan bahwa


Metodologi penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang menbicarakan
atau mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-
fakta atau gejala-gejala secara ilmiah yang teiji kebenarannya.

B. Pengertian berfikir ilmiah


Berfikir ilmiah adalah cara berfikir yang menggunakan aturan tertentu dari
penemuan masalah sampai di tariknya kesimpulan setelah masalah itu dipecahkan.
Dalam hal cara berfikir ilmiah, John Dewey (yang dikutip Prof. Sutrisno Hadi)
menggunakan taraf berfikir ilmiah sebagai berikut:
a) The felt need
Dalam taraf permulaan orang merasa adanya suatu masalah, untuk
menyesuaikan alat dengan tujuannya, atau untuk menerangkan kejadian yang
tak terduga-duga.
b) The problem
Setelah menyadari masalahnya, dalam langkah ini pemikir ilmiah berusaha
menegaskan persoalan itu dalam bentuk perumusan masalah.
c) The hypothesis
Dalam langkah ini pemikir ilmiah mulai mengajukan kemungkinan
pemecahannya atau mencoba menerangkan; berdasarkan atas teori-teori,
dugaan-dugaan, kesan-kesan umum yang belum merupakan kesimpulan akhir.
d) Collection of data as evidence
Dalam langkah ini informasi-informasi atau bukti-bukti dikumpulkan dan
melalui pengolahan-pengolahan yang logis mulai diuji.
e) Concluding belief
Dalam langkah ini pemikir menganbil kesimpulan berdasarkan analisa
terhadap bukti-bukti yang dihayati untuk menguji hipotesis.
f) General value of the conclusion (T.L. Kelley)
Pemikiran untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari kebutuhan masa
datang yang disebut dengan ferleksi.
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris:
Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana beerpikir.
Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan
berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan
baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa: “[1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika
metematika, [3] Logika statistika. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal
yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir
ilmiah kepada orang lain. Logika matematika mempunyai peran penting dalam
berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya
Sedangkan logika statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif
mencari konsep- konsep yang berlaku umum”.
C. Pengertian bersikap ilmiah
Bersikap ilmiah adalah merupakan salah satu sikap tanggung jawab seorang
peneliti untuk berperan serta mengembangkan ilmunya. Sikap ilmiah menurut
Harsojo (1972) adalah sebagai berikut:
1. Berpikir sederhana
Dimaksudkan cara berpikir, cara menyatakan pendapat atau cara pengujian
dilkukan dengan cara sederhana. Apabila suatu gejala dapat dijelaskan secara
memadai oleh suatu penjelasan yang sederhana, tidak perlu dilakukan secara
berputar-putar dan dipandang rumit.
2. Sikap tidak memihak
Ilmu tidak dimaksudkan membuat penilaian baik atau buruk, tetapi semata-
mata mencari kebenaran. Seorang peneliti tidak boleh memutar balikkan fakta
dan berpihak pada preferensi politik, agama, maupun moral tertentu.
3. Sikap sabar
Seorang peneliti tidak boleh mudah menyerah dan kuat menerima tekanan
dalam usaha mempertahankan pendapatnya dan tetap berusaha mencari fakta
yang lain sebagai dukungan pernyataan dimaksud
4. Bersikap skeptic
Skeptis diartikan yaitu harus tetap bersikap tidak mudah percaya pada
pernyataan selama hal tersebut belum didukung oleh data yang cukup kuat.
Seorang peneliti harus berhati-hati dan teliti dalam memberikan penilain pada
pernyataan ilmiah. Sikap ini yang menyebabkan seorang peneliti selalu kritis
terhadap persoalan yang di hadapi.
5. Bersikap obyektif
Yaitu menilai suatu masalah atau gejala sebagimana adanya. Hindarkan
pengaruh yang bersikap subyektif akibat adanya muatan tertentu.
6. Bersifat relative
Seorang peneliti harus mengusai ilmunya, tidak memihak pada suatu
kepentingan tertentu diluar konteks dan harus mempunyai keyakinan
berdasarkan atas fakta yang diperoleh.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34)
yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode
ilmiah, antara lain :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
b. Jujur
c. Terbuka
d. Toleran
e. Optimis
f. Pemberani
D. Urgensi metodologi penelitian dalam pengembangan IPTEK
Metodologi penelitian sangat erat hubungannya dengan perkembangan
IPTEK, dikarenakan dalam perkembangan IPTEK di butuhkan proses yang
membutuhkan data atau fakta yang mendukung.
Kemajuan IPTEK tidak jauh dari penelitian, dimana dalam penelitian
membutuhkan komunikasi untuk suatu proses mengalihkan suatu ide dari sumber
ke satu penerima atau lebih dengan maksud dapat merubah perilaku, persepsi
tentang sesuatu. Komunikasi di tekankan sebagai pemindahan ide, gagasan,
lambang dan didalam prose situ melibatkan orang lain dalam suatu penelitian.
IPTEK dapat berperan sebagai media dalam penelitian yaitu dengan
perkembangan IPTEK seorang peneliti dapat mempulikasikan temuanya kepada
masyarakat banyak, serta begitu juga sebaliknya yaitu dengan penelitian para
peneliti atau ilmuan dapat membuat suatu teknologi sebagai sarana untuk
kemudahan masyarakat, sehingga dengan begitu IPTEK akan meningkat.
4. Perkembangan Metodologi Penelitian
Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut
dengan menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap perlunya
memiliki sikap ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain
ilmu pengetahuan memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu :
1. Sikap ilmiah
2. Metode ilmiah
3. Tersusun secara sistematik dan runtut
Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut
orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya
cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah
diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan dengan sistematik dan runtut.
Periode perkembangan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Rummel yang
dikutip oleh Prof. Sutrisno Hadi MA digolongkan sebagai berikut :
a. Periode Trial and Error : Dalam periode ini diisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan
masih dalam keadaan embrional periode ini orang menyusun ilmu pengetahuan
dengan cara mencoba- coba berulang kali sampai dijumpai suatu pemecahan masalah
yang dianggap memuaskan
b. Periode Authority and Tradition : Pada periode ini kebenaran ilmu pengetahuan
didasarkan atas pendapat para pemimpin atauguasa waktu itu. Pendapat-pendapat itu
dijadikan ajaran yang harus diikuti begitu saja oleh rakyat banyak dan mereka harus
menerima bahwa ajaran tersebut benar. Di samping pendapat para penguasa atau
pemimpin, tradisi dalam kehidupan manusia memang memegang peranan yang sangat
penting di masa lampau dan menentang tradisi merupakan hal yang tabu. Karenanya
tradisi dipercaya sebagai hal yang benar, sehingga tradisi menguasai cara berpikir dan
cara kerja manusia berabad-abad lamanya. Sebagai contoh, sampai pertengahan abad
20, petani Jawa masih memegang tradisi bahwa mereka akan segera turun ke sawah
apabila telah melihat bintang biduk (gubuk penceng) sebagai pertanda mulai turun
hujan.
c. Periode Speculation and Argumentation : Pada periode ini ajaran atau doktrin para
pemimpin atau penguasa serta tradisi yang bercakal dalam kehidupan masyarakat
mulai menggunakan dialektika untuk mengadakan diskusi dalam memecahkan
masalah untuk memperoleh kebenaran. Dengan kata lain, masyarakat mulai
membentuk kelompok-kelompok spekulasi untuk memperoleh kebenaran dan
menggunakan argumen-argumen. Masing-masing kelompok membuat spekulasi dan
argumen yang berbeda dalam memperoleh kebenaran. Oleh sebab itu, pada saat ini
orang terlalu mendewakan akal dan kepandaian silat lidahnya, yang kadang- kadang
dibuat-buta supaya tampak masuk akal.
d. Periode Hypothesis and Experimentation: Pada periode ini orang mulai mencari
rangkaian tata cara untuk menerangkan suatu kejadian. Mula-mula membuat dugaan-
dugaan (hipotesis-hipotesis), kemudian mengumpulkan fakta-fakta kemudian
dianalisis dan diolah, hingga akhirnya ditarik kesimpulan. Fakta-fakta tersebut
diperoleh dengan eksperimen atau observasi-observasi serta dokumen-dokumen.
5. Mencari Kebenaran
a) Pengertian Kebenaran Ilmiah
Tentang kebenaran ini, plato pernah berkata : apakah kebenaran itu? lalu
pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab:
“kebenaran itu adalah kenyataan” tetapi bukanlah kenyataan itu tidak selalu yang
seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran
atau keburukan. Jadi ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti
nyata-nyata terjadi disatu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan
atau ketidak benaran.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara
pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan
itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah
pengetahuan obyektif.
Dalam kamus dijelakan ilmiah berasal dari kata ilmu artinya pengetahuan.
Namun, dalam kajian filsafat antara ilmu dan pengetahuan dibedakan.
Pengetahuan bukan ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan.
Sedangkan yang dimaksud ilmiah adalah pengetahuan yang didasarkan atas
terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut teori yang menunjang
dan sesuai dengan bukti.
Jadi yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang
diperoleh secara mendalam berdasarkan penelitian dan penalaran logika ilmiah.
b) Teori- Teori Kebenaran
Teori-teori yang terkelompokkan mengenai kebenaran ilmiah :
1) Teori Kebenaran koresponden
Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling
diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran
adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality).
Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta
itu sendiri, atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang
dijadikan pertimbangan itu,serta berusaha untuk melukiskannya, karena
Kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau
pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu. (Titus,1987:237) Teori
korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan
yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dan
sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut (susiasumantri,
1990:57). Jadi secara sederhana, teori kebenaran korespondensi adalah
kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan. Sesuatu pernyataan
dikatakan benar apabila ada bukti empiris yang mendukungnya.
2) Teori Kebenaran Koherensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika
pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah
diterima kebenarannya, yaitu menurut logika. Dapat dikatakan juga teori
ini adalah keruntutan pernyataan. Pernyataan-pernyataan dikatakan benar
apabila ada keruntutan didalamnya, artinya pernyataan satu tidak
bertentangan secara logika dengan pernyataan-pernyataan yang lain.
3) Teori Kebenaran Pragmatis
Menurut teori ini sesuatu pernyataan atau pemikiran dikatakan
benar apabila dapat mendapatkan manfaat atau kegunaan pada banyak
orang. Jadi, tidak cukup bila suatu pernyataan dilihat secara korespondensi
atau koherensi. Hal yang lebih penting adalah apakah pernyataan itu dapat
dilaksanakan, ditindaklanjuti dalam perbuatan yang bermanfaat. Apabila
sesuatu itu bermanfaat bagi manusia berarti sesuatu itu benar. Apabila
suatu ide yang brilian dapat dilaksanakan secara operasional barulah ide
tersebut benar.
4) Teori Kebenaran Sintaksis
Teori Kebenaran Sintaksis adalah suatu teori yang mengatakan
bahwa suatu pernyataan dikatakan benar atau memiliki nilai benar jika
sesuai dengan sintaksis atau susunan kaidah gramatika (tata bahasa) yang
baku. Teori ini berkembang di kalangan para filsuf analisa bahasa yang
salah satu tokohnya adalah Friederich Schleiermarcher (1768-1834) yang
menyatakan adanya dua momen yang saling berkaitan dalam menyatakan
adanya unsur kebenaran dalam suatu pernyataan, yaitu momen tata
bahasa/gramatika dan momen kejiwaan.
5) Teori Kebenaran Semantis
Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai
benar ditinjau dari segi arti atau makna. Jadi, memiliki arti maksudnya
menunjuk pada referensi atau kenyataan, juga memiliki arti yang bersifat
definitif.
6) Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme.
Jadi, menurut teori ini suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai
nilai benar ditentukan (tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu
(mempunyai fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari). Tim
Dosen Filsafat UGM (200:143) menyatakan bahwa pengetahuan dalam
teori Kebenaran Non-deskripsi akan memiliki nilai benar sejauh
pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-
hari.
7) Teori Kebenaran Logik
yang Berlebihan Tim Dosen Filsafat UGM (2003:143)
menguraikan bahwa teori Kebenaran Logik yang Berlebihan (Logical-
Superfluity Theory of Truth) ini dikembangkan oleh para penganut paham
Filsafat Positivistik yang diawali oleh Ayer. Lebih Lanjut Tim Dosen
Filsafat UGM (2003:140) mengutip pendapat Gallagher (1984) yang
menyatakan bahwa pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, bahwa
problem kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini
akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa
“pernyataan” yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat
logic yang sama, yang masing-masing saling melingkupinya.
Menurut teori ini, bahwa problema kebenaran hanya merupakan
kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu
pemborosan, karena pada dasarnya apa- pernyataan-yang hendak
dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang masing-
masing saling melingkupinya.
6. Defenisi Penelitian
Pengertian penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang dilakukan secara
aktif, tekun, dan sistematis, dimana tujuannya untuk menemukan, menginterpretasikan,
dan merevisi fakta-fakta.
Pendapat lain mengatakan bahwa definisi penelitian adalah suatu proses
investigasi secara sistematis dengan cara mempelajari berbagai bahan dan sumber untuk
membangun fakta-fakta dan mencapai kesimpulan baru.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menemukan atau mendapatkan suatu data
untuk keperluan dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, penelitian atau riset harus dilakukan
secara ilmiah berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu:
 Rasional; maksudnya adalah penelitian harus dilakukan dengan cara-cara
yang masuk akal atau rasional sehingga dapat dijangkau oleh nalar
manusia.
 Empiris; maksudnya adalah penelitian harus berdasarkan sumber
pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengamatan indera manusia.
Dengan begitu, metode tersebut juga dapat diamati oleh orang lain.
 Sistematis; maksudnya adalah penelitian harus dilakukan melalui langkah-
langkah tertentu yang sifatnya logis dan teratur sesuai dengan sistem yang
telah diatur sehingga dapat menjelaskan rangkaian sebab-akibat suatu
objek penelitian.

Pengertian Penelitian Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa itu penelitian, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:

1) Soetrisno Hadi
Menurut Soetrisno Hadi, pengertian penelitian adalah suatu usaha dalam
menemukan segala sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan yang ada,
menggali lebih dalam apa yang telah ada, mengembangkan dan memperluas, serta
menguji kebenaran dari apa yang telah ada namun kebenarannya masih
diragukan.
2) Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, definisi penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah
yang dilakukan berdasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara
sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui
apa yang sedang dihadapinya.
3) Sanapiah Faisal
Menurut Sanapiah Faisal, pengertian penelitian adalah suatu aktivitas dalam
menelaah suatu problem dengan menggunakan metode ilmiah secara tertata dan
sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diandalkan
kebenarannya mengenai dunia alam dan dunia sosial.
4) Donald Ary
Menurut Donald Ary, pengertian penelitian adalah penerapan dari pendekatan
ilmiah pada suatu pengkajian masalah dalam memperoleh informasi yang berguna
dan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
5) Tyrus Hillway
Menurut Tyrus Hillway, pengertian penelitian adalah suatu metode studi yang
sifatnya mendalam dan penuh kehati-hatian dari segala bentuk fakta yang bisa
dipercaya atas suatu masalah tertentu guna untuk membuat pemecahan masalah
tersebut.
7. Klasifikasi Penelitian
Penelitian dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Klasifikasi
penelitian tersebut dapat dilakukan berdasarkan beberapa tinjauan yaitu: bidang
ilmu, pendekatan, tempat pelaksanaan, pemakaian, tujuan umum, taraf, metoda,
dan ada tidaknya intervensi terhadap variabel.
a) Klasifikasi Penelitian berdasarkan Bidang Ilmu
Ada bermacam-macam bidang ilmu dan jika penelitian dilakukan untuk
bidang ilmu tertentu maka ragam penelitian yang dilakukan disebut sesuai dengan
bidang ilmu tersebut. Dengan demikian ditinjau berdasarkan bidang-bidang ilmu
yang ada penelitian dapat dibedakan menjadi:
1) penelitian pendidikan,
2) penelitian kedokteran,
3) penelitian keperawatan,
4) penelitian kebidanan,
5) penelitian ekonomi,
6) penelitian pertanian,
7) penelitian biologi,
8) penelitian sejarah, dst.
b) Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Pendekatan yang Dipakai
Berdasarkan pendekatan yang dipakai, penelitian dapat dibedakan menjadi
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Masing-masing pendekatan tersebut
memiliki paradigma, asumsi, karakteristik sendiri-sendiri. Kedua pendekatan
penelitian tersebut dapat dilakukan dengan cara simultan dan saling mengisi
sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat diwujudkan proses penelitian yang
komprehensif.
c) Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tempat Pelaksanaannya :
Penelitian dapat dilakukan di berbagai tempat, yaitu di perpustakaan,
lapangan, laboratorium atau gabungan dari tempat-tempat tersebut. Atas dasar
tinjauan tersebut penelitian dibedakan menjadi :
a) penelitian perpustakaan (library research),
b) penelitian laboratorium (laboratory research),
c) penelitian lapangan (field research)
d) Klasifikasi Penelitian Ditinjau berdasarkan Pemakaiannya
Hasil penelitian dapat dipakai untuk mengembangkan dan memverifikasi
teori serta memecahkan masalah. Atas dasar tinjauan ini penelitian dapat
dibedakan menjadi :
a) Penelitian penelitian murni (pure research atau basic research)
Penelitian murni atau penelitian dasar merupakan penelitian yang
dilakukan dengan maksud hasil penelitian tersebut dipakai untuk
mengembangkan dan memverifikasi teori-teori ilmiah.
b) Penelitian terapan (applied research).
Penelitian terapan adalah ragam penelitian dimana hasilnya
diterapkan berkenaan dengan upaya pemecahan masalah .
e) Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Umumnya
Berdasarkan tujuan umumnya, penelitian dibedakan menjadi: penelitian
eksploratif, penelitian pengembangan, dan penelitian verifikatif.
a) Penelitian eksploratif
Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengekplorasi fenomena yang menjadi sasaran penelitian.
b) Penelitian pengembangan (developmental research)
Penelitian pengembangan adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengembangan suatu konsep atau prosedur tertentu.
c) Penelitian verifikatif
Penelitian verifikatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan
tujuan membuktikan kebenaran suatu teori pada waktu dan tempat
tertentu.
f) Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tarafnya
Penelitian ditinjau berdasarkan tarafnya dibedakan menjadi dua, yaitu
penelitian deskriptif dan penelitian analitik. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian pada taraf mendiskripsikan variable yang diteliti tanpa dilakukan
analisis dalam keterkaitannya dengan variable lainnya. Sedangkan jika penelitian
dilakukan bukan sekadar mendiskripsikan variable penelitian tetapi dilakukan
analisis dalam hubungannya dengan variable-variabel lainnya disebut penelitian
analitik.

g) Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Metode


Berdasarkan metode yang dipakai, penelitian dibedakan menjadi
penelitian longitudinal dan penelitian cross-sectional. Penelitian longitudinal
(longitudinal research) adalah penelitian yang dilakukan dengan metode
longitudinal (longituninal method), yaitu metode penelitian yang membutuhkan
waktu yang lama, berbulan-bulan bahkan bertahun, secara berkesinambungan.
Sedangkan penelitian cross-sectional (cross-sectional research) merupakan
penelitian yang dilakukan dengan metode cross-sectional (cross-sectional
method), yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mengambil waktu
tertentu yang relative pendek dan tempat tertentu.
h) Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Intervensi terhadap Variabel
Penelitian dapat dilakukan di mana peneliti melakukan intervensi atau
perlakuan terhadap variable tertentu. Jika tindakan tersebut dilakukan maka
penelitian semacam itu tergolong penelitian eksperimen. Sebaliknya jika tidak
dilakukan intervensi terhadap variabel maka penelitian tersebut tergolong
penelitian Non eksperimen.
8. Karakteristik penelitian
1. Ada tujuan
Suatu penelitian yang dimaksud untuk dapat membantu pemecahan masalah. Walaupun
penelitian tidak memberikan jawaban langsung terhadap permasalahan akan tetapi hasilnya
harus mempunyai kontribusi dalam usaha pemecahan masalah. Penelitian pun mempunyai
tujuan yang lebih dalam daripada sekedar memperlihatkan perbedaan yang diantara
kelompok-kelompok subyektif yang terlibat sebagai sampel.
2. Ada keseriusan
Keseriusan dalam penelitian berarti ada kehati-hatian, ketelitian, da nada kepastian. Untuk
diperlukan adanya dasar teori yang baik dan rancangan penelitian yang mantap sehingga
keseriusan penelitian meningkat pula. Oleh karena itu penelitian harus didasarkan pada
jumlah sampel yang cukup dipilih dengan metode yang benar dan daftar pertanyaan harus
disusun secara tepat
3. Dapat diuji
Suatu penelitian sebaiknya menampilkan hipotesis yang dapat diuji dengan menggunakan
metode statistic tertentu. Pengujian ini didasarkan atas pengalaman-pengalaman lembaga
lain dan juga atas dasar hasil penelitian sebelumnya. Dari hasil uji hipositesi itu dapat
ditemukan apakah hipositesi itu ditolak atau tidak ditolak
4. Dapat direplikasikan
Hasil uji hiposites yang merupakan penemuan penelitian itu harus berkali-kali didukung
dengan kejadian yang sama apabila penelitian itu dilakukanberulang-ulang dalam kondisi
yang sama. Dengan kata lain hipositesi kita itu tidak ditolak bukan karena kebetulan
5. Presisi dan keyakinan
Presisi menunjukan seberapa dekat penemuan itu terhadap realita (atas dasar sampel yang
digunakan). Dengan kata lain presisi mencerminkan derajat kepastian dari penemuan
terhadap gejala yang dipelajari
6. Objektifitas
Kesimpulan yang diambil oleh suatu penelitian harus bersifat objektif, artinya harus
didasarkan pada fakta yang diperoleh dari data actual dan bukan atas dasar penilaian
subyektif dan emosional

7. Berlaku umum
Semakin umum hasil penelitian akan semakin berguna penelitian tersebut hal ini
memerlukan syarat ketelitian dalam rencana pengambilan sampel maupun metode
penelitiannya
8. Efisien
Dapat dicapai bila kita dapat membangun kerangka penelitian yang melibatkan sedikit
variable namun dapat menjelaskan suatu kejadian daripada dengan banyak variable tetapi
hanya sedikit menjelaskan variasi dari variable yang ingin dijelaskan
9. Kegunaan penelitian

untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi terhadap suatu set keadaan
khusus. Keadaan tersebut bisa saja di kontrol melalui percobaan (eksperimen) ataupun
berdasarkan observasi tanpa kontrol. Penelitian memegang peranan yang amat penting dalam
memberikan fondasi terhadap tindak serta keputusan dalam segala aspek pembangunan.

Jika penelitian tidak diadakan, serta kenyataan-kenyataan tidak pernah diuji lebih dahulu melalui
penelitian. Tidak ada negara yang sudah maju dan berhasil dalam pembangunan, tanpa
melibatkan banyak daya dan dana dalam bidang penelitian.

Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kontribusi dari penelitian mempunyai nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut. Ada dua cara
untuk menilai benefit (keuntungan) dari penelitian. Pertama, menggunakan teknik internal rate of
return to investment. Dan kedua dengan menghitung nilai marginal dari output per dolar modal
yang ditanamkan dalam penelitian. 
1) Kegunaan secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan keilmuan
dalam
b. Untuk mencoba menafsirkan implementasi.
2) Kegunaan secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang berarti
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para praktisi Dosen dan
akademisi
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN_-_dharminto.pdf
Nana. Saodin. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai