Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rifa Arifah

NIM : 223411191
Prodi : Magister Ilmu Al-Quran dan Tafsir

A. Pengertian Penelitian

Secara alami Problem akademik adalah peristiwa yang biasa selalu ada.
Karena jika tidak ada Problem, dorongan penelitian tidak akan muncul. Namun
sebelum mendalami problem dan langkah-langkah meneliti, seyogyanya kita mengerti
dulu definisi Problem Akademik. Problem akademik adalah permasalahan yang
bersifat akademik yang meniscayakan adanya jawaban yang bersifat ilmiah yang bisa
diperoleh dari kerja penelitian1.

Problem akademik bisa berupa, pertama ada kesenjangan antara apa yang
semestinya (Dass sollen) dan apa yang seharusnya (Das sein). Kedua, masalah-
masalah yang memerlukan klarifikasi lantaran masih belum jelas atau simpang siur.
Ketiga, hal- hal yang hendak dijelaskan lebih detail dan mendalam oleh peneliti yang
berkaitan dengan tema riset.

Untuk memecahkan problem akademik diperlukan sebuah kerja penelitian


ilmiah. Dari segi bahasa, penelitian terambil dari kata “teliti” yang mempunyai arti
“cermat, seksama dan hati-hati”. Dalam bahasa Inggris ada kata “research” untuk
menunjuk pada arti kata teliti tersebut. Sedang dalam bahasa Arab menggunakan kata
“Al-Bahts”. Kata “search” merupakan kata dari dari“research” yang mempunyai arti
“mencari”, kemudian diberi imbuhan “re” yang berarti “kembali”. Maka sepintas bisa
dipahami dengan “mencari kembali”. Dari uraian tersebut, penelitian dapat
didefinisikan dengan suatu kajian mendetail akan suatu objek dengan mengumpulkan
dan menganalisa sebuah fakta dan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru darinya2.

Penelitian ilmiah adalah cara-cara ilmiah yang ditempuh untuk mendapatkan


data dengan tujuan dan kegunaan tertentu3. Dari definisi tersebut, penelitian ilmiah
harus memperhatikan empat kata kunci, yakni cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.
Cara ilmiah merupakan sebuah keharusan bagi sebuah kerja penelitian ilmiah, yakni

1
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir, (Yogyakarta: CV. Idea Sejahtera, 2014),
Cet I, h. 2
2
Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, (Surakarta: Institut Agama
Islam Negeri Surakarta, tt), h. 17
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung, Penerbit Alfabeta, 2020), Cet
Ke-27, h. 2
sebuah penelitian hendaknya berlandaskan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris
dan sistematis. Rasional menuntut cara-cara yang masuk akal dalam proses penelitian,
sehingga hasilnya bisa dicerna dan diterima oleh akal manusia. Sedangkan empiris
mengharuskan cara-cara yang dapat diamati oleh indera manusia. Adapun sistematis
adalah proses dalam penelitian menggunakan langkah-langkah yang bersifat logis.

Penelitian ilmiah juga bisa didefinisikan dengan serangkaian kerja pengamatan


yang dilakukan secara mendalam terhadap suatu objek kajian tertentu dengan metode
dan pendekatan tertentu untuk menjelaskan sebuah fenomena, menguji teori dan bisa
jadi melahirkan teori baru dengan tujuan untuk mencari jawaban dari suatu masalah.

B. Tujuan Penelitian
Dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir, Dadan
Rusmana memaparkan tujuan penelitian Al-Quran dan Tafsir. Namun, tujuan
penelitian yang dipaparkan oleh Dadan Rusmana tersebut bisa juga menjadi tujuan
dari sebuah penelitian secara umum, tidak terkhusus pada penelitian Al-Quran dan
Tafsir. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan eksploratif, yakni penelitian ini bertujuan untuk menemukan
sesuatu yang dalam ini adalah ilmu pengetahuan yang baru dalam bidang
tertentu. Ilmu yang lahir dari penelitian ini merupakan ilmu baru yang
belum pernah ditemukan sebelumnya. Tradisi penelitian ini misalnya
diperoleh melalui penelitian grounded research.
2. Tujuan Verifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji
kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang sudah ada. Keraguan akan sebuah
informasi atau ilmu pengetahuan dibantah dengan bukti-bukti yang
diperoleh dari hasil penelitian tersebut.
3. Tujuan Pengembangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan
atau memperdalam suatu keilmuan yang sudah ada.

Abdul Mustaqim dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Al-Qur’an


dan Tafsir juga memaparkan tujuan sebuah penelitian Al-Qur’an dan Tafsir yang juga
bisa menjadi tujuan penelitian secara umum, yakni:

1. Mencari kejelasan. Penelitian ini biasanya digunakan untuk kajian yang


bersifat deskriptif.
2. Mengkritik pemikiran tokoh tertentu. Dalam hal ini, seorang peneliti
mengajukan keberatan akan pemikiran seorang tokoh tertentu dengan
mengemukakan argumentasinya. Dalam artian, seorang peneliti tidak asal
kritik. Untuk mencapai tujuan ini, seorang peneliti menggunakan kajian
kritis-analitik.
3. Menegaskan suatu teori. Tujuan ketiga ini bisa dikatakan sama dengan
salah satu tujuan penelitian yang dikemukakan oleh Dadan Rusmana,
yakni tujuan pengembangan.
4. Menemukan teori baru. Tujuan ini sama dengan tujuan eksploratif yang
diajukan oleh Dadan Rusmana.
5. Membandingkan (komparasi) satu pemikiran atau konsep dengan
pemikiran atau konsep yang lain.
C. Cara Memperoleh Kebenaran; Ilmiah dan Non Ilmiah
Kebenaran merupakan hal yang dituju dalam sebuah penelitian. Untuk
mencapai kebenaran, sebuah penelitian harus ditopang oleh proses bernalar ilmiah
yang tertuang dalam metode ilmiah. Metode ilmiah sendiri adalah kerangka landasan
bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian dengan metode ilmiah harus
memperhatikan dua unsur penting, yakni pengamatan dan penalaran. Dasar dari
sebuah metode ilmiah adalah pemikiran bahwa sebuah pernyataan akan diterima
sebagai sebuah kebenaran setelah diverifikasi kebenarannya secara empirik
(berdasarkan fakta).
Empat langkah pokok yang menjadi dasar langkah-langkah penelitian, yaitu:
1. Merumuskan masalah. Langkah ini mengharuskan adanya sebuah
pertanyaan untuk dicari jawabannya. Hal itu dikarenakan, penelitian
berangkat dari sebuah masalah yang terjadi.
2. Mengajukan hipotesis. Memaparkan tawaran jawaban sementara yang
masih bersifat dugaan atas pertanyaan sebelumnya.
3. Verifikasi data. Menghimpun data secara empiris untuk kemudian diolah
dan dianalisis untuk menguji kebenaran hipotesis.
4. Menarik kesimpulan. Memilih jawaban definitif atas setiap pertanyaan
dengan tujuan untuk menerima atau menolak hipotesis. Hasil uji hipotesis
merupakan hasil penelitian.

Kebenaran dalam sebuah penelitian ada yang bersifat ilmiah dan non ilmiah.
Untuk memperolah kebenaran ilmiah, dalam sebuah penelitian harus ada unsur
keilmuan dalam aktivitasnya. Adapun karakteristik keilmuan yang harus ada dalam
penelitian adalah:

1. Rasional; penelitian ilmiah merupakan suatu hal yang masuk akal dan bisa
ditangkap oleh akal manusia.
2. Empiris; cara-cara yang digunakan dalam penelitian bisa diamati oleh
orang lain dengan pancaindra manusia.
3. Sistematis; langkah-langkah dalam sebuah penelitian harus bersifat logis.

Selain kebenaran ilmiah di atas, ada juga kebenaran yang bersifat non ilmiah.
Ada beberapa cara untuk memperoleh kebenaran yang bersifat non ilmiah, yakni:

1. Penemuan kebenaran secara kebetulan


Penemuan kebenaran dengan kebetulan adalah kebenaran yang ditemukan
dari peristiwa yang terjadi tanpa disengaja, tanpa rencana dan tidak melalui
langkah-langkah yang sistematis. Penemuan kebenaran ini terkadang bisa
menambah perbendaharaan pengetahuan.
2. Penemuan kebenaran dengan cara akal sehar (Common Sense)
Akal sehat merupakan serangkaian konsep dan bagan konseptual yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep sendiri
adalah kata-kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari
hal- hal khusus. Sedang bagan konsep adalah seperangkat konsep yang
dirangkai dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis. Sekalipun akal sehat
dapat menunjukkan hal yang benar, di lain waktu ia dapat pula
menyesatkan.
3. Penemuan kebenaran secara wahyu
Penemuan kebenaran dengan wahyu berarti merupakan pemberian dari
Allah kepada Rasul-Nya.Wahyu diturunkan dalam keadaan puncak
spiritual sehingga dapat diterima secara utuh tanpa ada kontaminasi
dengan hal lain.
4. Penemuan kebenaran intuitif
Kebenaran yang diperoleh dengan intuitif merupakan kebenaran yang
dapat secara langsung dan cepat melalui proses yang tidak disadari dan
dipikir terlebih dahulu. Pengetahuan dengan intuitif sulit dipercaya.
5. Penemuan kebenaran dengan usaha coba-coba (trial and error)
Kebenaran ini diperoleh dengan mengulang-ulang suatu pekerjaan, baik
metode, teknik, materi dan parameter-parameter hingga akhirnya
mendapatkan sesuatu. Biasanya penemuan dengan coba-coba ini tidak
efisien dan tidak terkontrol, karena seseorang akan terus mengulang-ulang
dari percobaan yang gagal hingga akhirnya menemukan kebenaran.
6. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
Cara menemukan kebenaran dengan spekulasi hampir sama dengan trial
and error. Bedanya adalah cara spekulasi lebih terarah dengan memilih
beberapa alternatif pemecahan masalah. Tanpa keyakinan yang kuat,
dengan salah satu alternatif yang dipilih ternyata mengantarkan pada
kebenaran.
7. Penemuan kebenaran melalui kekuasaan
Kebenaran dalam hal ini diperoleh dari pengaruh kewibawaan seseorang,
semisal ilmuwan atau pakar dalam suatu kompetensi. Kebenaran ini
kadang diterima begitu saja tanpa ada uji terlebih dahulu. Kebenaran
tersebut bisa jadi benar, namun juga bisa salah karena tanpa melalui
prosedur ilmiah.
D. Jenis-jenis Penelitian
Ada banyak jenis penelitian yang diungkapkan oleh para ahli berdasarkan
pandangannya dalam menetapkan masing-masing metode, diantaranya:
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual
yang terjadi saat penelitian. Penelitian ini menuntut peneliti untuk
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian saat itu tanpa
memberlakukan secara khusus akan peristiwa tersebut.
2. Studi Kasus
Jenis penelitiann studi kasus adalah memperlajari dengan intensif suatu
individu atau kelompok sebagai pelaku suatu kasus tertentu. Titik tekan
pada penelitian ini adalah latar belakang dan dampak dari terjadinya kasus
tersebut.
3. Penelitian Survei
Tujuan utama dari penelitian survei adalah mengumpulkan informasi
tentang variabel dari sekelompok objek (populasi). Populasi dari objek
penelitian ini terbagi dua, yakni sensus (seluruh objek) dan sampel survei
(sebagian populasi). Penelitian jenis ini banyak digunakan untuk mencari
pemecahan masalah pendidikan.
4. Studi Korelasional
Studi ini mengamati hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana
hubungan variasi satu variabel dengan variasi variabel yang lain. Derajat
hubungan antarvariabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan
koefisien korelasi. Koefisien korelasi digunakan untuk menguji hipotesis
tentang hubungan antarvariabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya
hubungan kedua variabel.
5. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah metode sistematis untuk membangun
hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Metode ini merupaka
metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, yakni mengontrol,
memanipulasi dan observasi.
6. Penelitian Tindakan
Adalah penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam
situasi sosial untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dua
esensi dari penelitian ini, yakni perbaikan dan keterlibatan.
7. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Penelitian dan Pengembangan (R&D) merupakan strategi atau metode
penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Penelitian ini
bisa dikatakan dengan langkah-langkah untuk mengembangkan produk
baru atau menyempurnakan produk yang ada untuk
dipertanggungjawabkan

Anda mungkin juga menyukai