BAB 1
KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF
Pada masa pra-positivisme, sekitar abad ke 17 mula-mula orang masih berpandangan bahwa
apa saja yang terjadi itu bersifat alamiah. Dalam pandangan semacam ini, peneliti bersifat pasif,
hanya mengamati secara pasif apa yang terjadi dan tidak dengan sengaja melakukan percobaan dengan
melakukan manipulasi terhadap lingkungan.
Dalam perkembangannya, terdapat perubahan pandangan yaitu pada masa positiviemesekitar abad ke 18.
Pada masa inu berkembang anggapan bahwa peneliti dapat mengadakan perubahan dengan sengaja
terhadap lingkungan sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen. Dari perubahan pandangan ini
muncullah metode ilmiah (scientific method)yang selanjutnya ditemukan aturan-aturan, hukum-hukum,
prinsip-prinsip umum tentang dunia kenyataannya, baik dalam ilmu alam maupun ilmu sosial.
Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, serta hubungan erat
antara peneliti dan subjek yang diteliti dan tekanan situasi yang membentuk penelitian. Peneliti kualitatif
mementingkan sifat penelitian yang syarat dengan nilai-nilai. Peneliti kualitatif mencari jawaban atas
pertanyaan yang menyoroti tentang cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.
Sebaliknya, penelitian kuantitatif menitikberatkan pada pengukuran dan analisis hubungan sebab akibat
antara bermacam-macam variabel, bukan mementingkan prosesnya. Penelitian dipandang berada dalam
kerangka yang bebas nilai.
Terdapat beberapa alasan mengapa orang melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Salah satunya karena ada kemantapan peneliti berdasarkan pengalamannya. Menurut Strauss dan Corbin
(2007:5), beberapa peneliti yang berlatar belakang bidang pengetahuan antropologi, atau yang terkait
dengan filsafat seperti fenomenologi, pada umumnya disarankan untuk menggunakan pendekatan kualitatif
guna mengumpulkan dan menganalisis datanya.
C. Penyusunan Teori dalam Penelitian Kualitatif
1. Batasan Teori
Semua kajian ilmiah pasti membutuhkan teori sebagai landasan pijakan dalam
kerangka berpikir dan pengembangan metode penelitiannya. Oleh sebab itu, posisi teori dalam
kajian ilmiah adalah sebuah keniscayaan.
Selanjutnya disampaikan bahwa, teori memiliki 4 fungsi, yaitu: (1) mensistematiskan penemuan-
penemuan penelitian; (2) menjadi pendorong untuk penyusunan hipotesis, dan membimbing
peneliti memperoleh jawaban; (3) membuat ramalan atas dasar penemuan; dan (4)
menyajikan penjelasan- penjelasan.
Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya diarahkan oleh paradigma yang digunakan peneliti
dalam kajian pada setiap kasusnya. Menurut Aminuddin (dalam Basrowi & Suwandi,
2008:45), orientasi paradigma sebagaimana yang tercermin dalam asumsi, konsepsi teoretik, dan
konsepsi metodologis, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: orientasi pospositivis,
orientasi konstruktivis, dan orientasi posmodernis. Dalam praktiknya, idealisasi yang demikian itu tidak
selalu dapat diterapkan, mengingat bahwa penelitian kualitatif itu merupakan penelitian yang bersifat
fleksibel dan menggunakan multi-perpectives serta multimethods.
1. Pospositivisme
Paradigma pospositivisme (kualitatif) berpandangan
bahwa suatu realitas itu perlu disikapi sebagai fakta yang bersifat ganda, dapat disistematisasikan,
mengemban suatu ciri, konsepsi, dan mengandung hubungan secara asosiastif, serta harus dipahami
secara alamiah, kontekstual, dan holistik.
2. Konstruktivisme
Konstruktivis merupakan suatu perspektif yang
memandang bahwa realitas sebagai gejala yang sifatnya tidak tetap dan memiliki pertalian hubungan
dengan masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Realitas dalam kondisi
yang demikian itu akan dapat dipahami berdasarkan konstruksi sebagaimana yang terdapat dalam
kesadaran peneliti maupun pengalamannya yang berhubungan dengan kehidupan. Dengan demikian
dalam perspektif konstruktivisme ini pemahaman terhadap suatu realitas sangat bersifat relatif dan
dinamis.
3. Posmodernisme
Perspektif posmodernisme memiliki konsep yang
berbeda dengan konstruktivis yang mengandaikan terdapatnya akumulasi pemahaman sebagai ‘konstruksi’.
Posmodernisme menyikapi pemahaman itu berada dalam kondisi dekonstruktif.
C. Strategi Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian istilah strategi dan metode sering
digunakan secara bertukar-tukar. Istilah strategi pada umumnya digunakan dalam dunia kemiliteran, dipadankan
dengan makna “the art of war” perencanaan operasi, gerak mencapai tujuan, manipulasi secara sadar, teknik, kiat,
dan taktik. Merujuk pada makna kata tersebut istilah strategi dapat diartikan sebagai kegiatan yang terencana
untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik, taktik, dan kiat tertentu.
1. Penelitian Lapangan
Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian lapangan
merupakan studi atau penelitian terhadap realisasi kehidupan sosial masyarakat secara langsung. Dalam
penelitian lapangan, kajian bersifat terbuka, tidak terstruktur, dan fleksibel, karena peneliti memiliki peluang
untuk menentukan fokus kajian.
2. Interaksionalisme-Simbolik
Ditinjau dari orientasi filosofisnya, interaksionisme
simbolik pada dasarnya menyikapi makna sebagai gejala eksternal sebagaimana menggejala dalam
perilaku yang berkaitan dengan stimulus dan respons.Interaksi stimulus dan respons maupun interaksi
sebagaimana menggejala dalam bentuk perilaku tersebut disikapi sebagai gejala simbolik yang bisa
menggambarkan motif, wawasan, konsepsi, maupun, nilai yang diinternalisasikan individu maupun kelompok
sosial masyarakatnya. Pemahaman tersebut lebih lanjut dapat disajikan dasar dalam menggambarkan ciri realitas
sosial masyarakat, maupun konsepsi berkenaan dengan aspek-aspek kultural secara individual.
D. Perbedaan Rancangan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Untuk dapat menyusun rancangan atau desain penelitian
kualitatif, peneliti wajib memahami perbedaan antara desain penelitian kuantitatif dan kualitatif, melalui
uraian tentang hal- hal pokok yang terdapat dalam disain kedua jenis penelitian tersebut. Peneliti yang telah
memahami karakteristik penelitian kualitatif (naturalistik) akan segera dapat menghayati perbedaannya dengan
penelitian kuantitatif, dan merasa dipaksakan jika rincian desainnya dalam penelitian kuantitatif diterapkan pada
penelitian kualitatif.
Desain dalam penelitian kuantitatif mempersyaratkan secara tepat berbagai hal, bahwa dalam paradigma
kualitatif hal itu tidak mungkin dapat dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Ketika menyusun desain
penelitian kualitatif, beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
1. Masalah, Evaluan, dan Kebijakan
Peneliti kualitatif perlu menyadari bahwa fokus penelitian
bisa berubah dalam pelaksanaannya di lapangan. Dalam penelitian kuantitatif, prosedur penelitian yang
dilakukan harus ajeg (consistent) seperti yang telah ditentukan sebelumnya, namun dalam penelitian kualitatif,
prosedurnya bersifat lentur dan terbuka. Dalam penelitian kualitatif –denganalasan yang kuat-- peneliti
diperkenankan untuk menyesuaikan prosedur penelitiannya dengan beragam kondisi dan konteks lapangan,
meskipun itu berarti mengubah desain penelitian sebagaimana pada rancangan awal mulanya.
2. Perspektif Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif tidak
diberikan secara apriori. Bila metodologi harus sesuai dengan teori, metode-metode dapat dijelaskan ketika teori
muncul, dan metode tersebut bisa berubah di dalam proses pendefinisian teori.
Penelitian kualitatif berpijak pada pola kerja secara induktif yang sejalan dengan pola pengembangan teori
(theory building), sehingga hasil akhirnya mungkin tidak sesuai dengan teori yang sudah ada, dan selanjutnya
dapat menjadi bahan dalam pengembangan teori yang baru. Sementara itu, dalam penelitian kuantitatif teori
menjadi sumber acuan dengan pola kerja secara deduktif.
3. Sampling
Sampling dalam penelitian kualitatif, berbeda dengan
sampling dalam penelitian kuantitatif (konvensional). Konsep populasi merupakan konsep asing, sebab alasan
memikirkan populasi sejak awalnya dilakukan karena adanya keinginan untuk membuat generalisasi. Sampel
penelitian kualitatif adalah cara yang memaksimalkan keluasan dan jarak rentang informasi yang diperoleh.
Sampel tidak diambil dengan memperhitungkan jumlahnya tetapi lebih memperhitungkan pemilihan sumber
informasi yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan representatif. Sampel dalam penelitian
kualitatif lebih bersifat mewakili informasinya daripada populasinya.
BAB VII
TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ETIKA
PENELITIAN
A. Pendahuluan
Berdasarkan berbagai jenis data yang dibutuhkan, danketersediaan sumber data yang
memungkinkan penggalian informasi di lapangan, maka peneliti dapat menentukan teknik pengumpulan
data yang tepat, sesuai dengan kondisi, waktu dan biaya yang tersedia, serta pertimbangan lain demi
efektifnya penelitian.
Pada umumnya data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi. Fokus pengamatan dilakukan terhadap 3 komponen utama, yaitu space
(ruang, tempat), actor (pelaku) dan aktivitas (kegiatan). Selama penelitian berlangsung, peneliti
memposisiskan diri sebagai human instrument yang meluangkan waktu banyak di lapangan.
Sangat penting untuk diperhatikan, bahwa dalam proses penggalian data di lapangan, peneliti harus
senantiasa menjaga kerahasiaan informan. Hal itu merupakan etika penelitian yang harus dipenuhi oleh
peneliti, sekaligus merupakan hak perlindungan bagi narasumber atau informan sebagai pemberi
informasi atau sumber data dalam penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitiannya, peneliti dapat melakukan langkah-langkah yang mendukung, antara lain sebagai berikut.
1. Pendekatan kepada subjek penelitian (informan)
Dalam proses pendekatan ini, peneliti berusaha hadir di
tengah-tengah subjek. Pengumpulan data dimulai dengan memusatkan perhatian pada kegiatan observasi secara
terus- menerus yaitu mengamati berbagai ragam aktivitas sosial, dengan cara membuka mata dan telinga
terhadap beberapa kasus, dalam berbagai tempat, dan waktu yang berbeda agar memperoleh banyak informasi
uang diperlukan.
2. Wawancara dengan tokoh, dan pemangku kepentingan
Pendekatan kepada tokoh biasanya jauh lebih mudah
dibandingkan dengan masyarakat biasa. Sebagai tokoh biasanya mudah untuk diajak bertukar pikiran, atau
pendapat, atau bahkan memberi masukan kepada peneliti berkaitan dengan strategi menghadapi informan.
3. Memanfaatkan dokumen
Dokumen merupakan sumber data tambahan dalam
penelitian kualitatif jika tersedia sumber lain seperti informan, peristiwa atau aktivitas, dan tempat. Dokumen
yang dikumpulkan dapat berasal dari informan, atau penjabat pemerintah. Dokumen atau arsip-arsip yang
dimiliki oleh informan pada umumnya baru dapat digali setelah peneliti berusaha melakukan berbagai upaya
pendekatan yang menjamin kerahasiaan dokumen tersebut, dan menjamin jika dokumen tersebut tidak
digunakan untuk keperluan yang lain, kecuali penelitian.
C. Observasi
Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif. Melalui observasi peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis
terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian. Semua yang dilihat dan didengar dalam observasi dapat dicatat
an direkam dengan teliti jika itu sesuai dengan tema dan masalah yang dikaji dalam penelitian.
D. Teknik Focus Group Discussion (FGD)
FGD disebut juga grup interview, merupakan jenis
wawancara terfokus atau terstruktur. Minichiello (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:165) menyampaikan
bahwa FGD merupakan jenis wawancara dengan panduan diskusi tersusun dari beberapa topik, dengan urutan
pertanyaan yang disusun secara fleksibel.
Teknik ini sangat bermanfaat untuk menggali data terutama yang berkaitan dengan sikap, minat, dan latar
belakang mengenai suatu kondisi, juga untuk menggali data tentang keinginan dan kebutuhan dari suatu
kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya, diskusi ini merupakan wawancara kelompok, sehinggadata yang
diperolehnya sekaligus merupakan data yang mantap karena sudah dibahas oleh banyak narasumber sebagai
anggota dalam kelompok diskusi yang diselenggarakan.
Tujuan penggunaan teknik kuesioner ini pada umumnya adalah untuk mendapatkan data yang sifatnya luas
dengan cara yang cepat mengenai suatu masalah yang dikaji dalam penelitian. Melalui teknik kuesioner
ini peneliti dapat mengumpulkan data awal sebelum memasuki lapangan penelitian dengan menghemat
waktu, tenaga maupun biaya. Tentu saja untuk keperluan penelitian, data awal yang ditemukan
melalui kuesioner ini masih perlu untuk diperkuat dan dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan
teknik yang lain, seperti observasi, wawancara, ataupun dengan melihat berbagai dakumen penting yang
mendukung.
FGD ini pada umumnya dilakukan untuk mengungkapkan persepsi dari suatu kelompok mengenai
gejala soaial budaya, misalnya tentang pelaksanaan sebuah program atau penerapan kebijakan. FGD tidak
bertujuan mencari consensus, juga tidak mencari pemecahan masalah, dan tidak bertujuan mencari rekomendasi
untuk membuat keputusan.
E. Teknik Kuesioner dalam Penelitian Kualitatif
Ratna (2010:238) menjelaskan, bahwa kuesioner
(Questionare) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang bersifat tertulis yang merupakan teknik yang
sangat umum digunakan dalam penelitian kuantitatif. Apabila kuesioner merupakan ciri khas bagi teknik
pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif, maka sepadan dengan itu, wawancara mendalam merupakan ciri
khas bagi teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan bagi pengumpulan data dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
teknik kuesioner lazimnya digunakan sebagai langkah awal dalam pengumpulan data penelitian.
Pada langkah awal penelitian, peneliti dapat memanfaatkan kuesioner untuk segera memperoleh informasi yang
bersifat umum dalam waktu yang cepat. Dalam kepentingan semacam ini, dapat disampaikan
kuesioner (terbuka) yang berisi daftar pertanyaan dengan kesempatan jawaban yang bersifat terbuka.