Anda di halaman 1dari 16

METODE PENELITIAN HUKUM

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1. Berbagai Cara Menemukan Kebenaran .................................. 1

2. Pengertian Penelitian .............................................................. 3

3. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

4. Jenis-Jenis Penelitian .............................................................. 5

BAB II PENELITIAN HUKUM ............................................................ 7

1. Pengertian Penelitian Hukum ................................................. 7

2. Jenis – Jenis Penelitian ............................................................ 8

a. Penelitian Hukum Normatif ............................................. 9

b. Penelitian Hukum Empiris ............................................... 11


BAB I
PENDAHULUAN

1. Berbagai cara menemukan kebenaran

Manusia dalam hidupnya selalu disertai oleh rasa ingin tahu terhadap apa yang ada
disekitarnya, mulai dari saat ia mengenal lingkungan di waktu balita hingga meninggal dunia.
Rasa ingin tahu itu membawa manusia kepada upaya untuk memperoleh jawaban, baik
dengan melalui cara bertanya maupun cara-cara lainnya sesuai dengan perkembangan
dirinya. Pada tahapan selanjutnya rasa ignin tahu itu mengarahkan manusia kepada satu
upaya untuk mendapatkan satu kebenaran akan sesuatu atau kemanfaatannya.
Dalam kehidupan manusia dijumpai beberapa cara atau upaya yang ditempuh untuk
mendapatkan kebenaran yang memberikan manfaat baik bagi diri pribadi maupun bagi
kehidupan bersama.Hasrat ingin tahu manusia terpenuhi, manakala ia memperoleh
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakan ( permasalahan). Dan pengetahuan yang
diinginkannya adalah pengetahuan yang benar atau kebenaran. Untuk memperoleh
pengetahuan tadi, manusia dapat melakukan baik melalui pendekatan non ilmiah maupun
pendekatan ilmiah. ( Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004 : 2)
Pendekatan nonilmiah dilakukan antara lain menggunakan akal sehat,
prasangka/dugaan, intuisi, atau penemuan kebetulan atau coba-coba ( trial and error).
Penemuan jenis ini diperoleh tanpa kepastian, karena merupakan kegiatan coba-coba yang
dilakukan tanpa sadar. Temuannya terjadi secara kebetulan. Tata kerja dan cara
pemecahannya masih dicari-cari dengan berproses. Observasi yang dilakukan sifatnya sangat
sederhana dan belum ada langkah-langkah sistematis dan terkontrol. Sedangkan pendekatan
ilmiah menuntut dilakuannya cara-cara atau langkah-langkah yang runtut dan sistematis,
sehingga dicapai pengetahuan yang benar. ( Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004 : 2-3)
Lebih lengkapnya, peneliti menemukan kebenaran dengan berbagai cara yaitu :
1.1. Cara tidak ilmiah (atau semi ilmiah) yang meliputi :
a). Dengan melalui peristiwa kebetulan,
b). Dengan cara coba-coba (trial and error),
c). Dengan spekulasi,
d). Dengan mengikuti pendapat otoritas, atau pendapat umum (common
sense) e). Dengan berpikir kritis (logika/nalar), f). Dengan berdasarkan pada
pengalaman.

1
1.2. Cara Ilmiah.
Cara ilmiah merupakan cara yang biasa diikuti dalam ilmu pengetahuan. Sebagaimana
diketahui bahwa ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan tentang sesuatu yang
tersusun secara sistematis dan bulat dengan landasan metode ilmiah. Ilmu pengetahuan
memiliki tiga unsur yaitu : obyek, sistem dan metode. Ketiga unsur ini sebenarnya tidak
hanya dimiliki oleh ilmu pengetahuan tetapi juga oleh pengetahuan lainnya seperti filsafat,
agama dll. Apa yang membedakan ilmu dengan pegetahuan lainnya itu adalah pada
metodenya. Metode ilmu bercirikan logika dan empiri, dalam artian cara kerjanya
memadukan antara kegiatan logika dan dukungan pengalaman, sehingga metode ilmiah
dikatakan sebagai cara kerja yang memiliki sifat rasional empiris. Dalam implementasinya,
metode ilmiah mengikuti alur : logico – hipotetico – verifikatif. Maknanya adalah : bahwa
apabila hendak menjawab suatu masalah pertama-tama masalah itu didekati dengan
menggunakan logika yaitu dengan mencari teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah
yang diteliti dan melalui proses logika (deduksi) diambil suatu kesimpulan sementara yang
disebut hipotesis. Selanjutnya hipotesis dicocokkan dengan kenyataan yang ada (verifikasi)
untuk selanjutnya diambil kesimpulan akhir yang disebut dengan thesis. Thesis ini adalah
kesimpulan akhir yang bersifat ilmiah.
Cara-cara menemukan kebenaran yaitu dengan melakukan penelitian memiliki
keterkaitan dengan upaya seseorang memperoleh pengetahuan. Hubungan antara penelitian
dengan ilmu pengetahuan adalah erat sekali. Keeratan ini dapat diumpamakan zat dengan
sifat, bagaikan gula dengan manisnya. Oleh karena itu, penelitian adalah proses, sedangkan
hasil dari proses adalah ilmu. Hal ini oleh Zainuddin Ali (2014) digambarkan sebagai
berikut :

Penelitian Ilmu

Proses Hasil

Guna hasil akhir yaitu kebenaran, didalami lagi bahwa bila dilihat dari aspek filsafat
ilmu, dapat dikatakan penelitian dan ilmu merupakan proses. Sehingga gambar di
atas dapat dilengkapi sebagai berikut :

2
Penelitian Ilmu Kebenaran

Proses Proses Hasil

Ilmu merupakan proses untuk mencapai kebenaran sebagai suatu tujuan yang
dapat dicapai, namun pada umumnya kajian yang dilakukan seseorang dan/atau beberapa
orang dalam menemukan pengetahuan yang benar selalu diintai oleh kekeliruan. Oleh karena
itu , kebenaran hasil temuan melalui penelitian bersifat nisbi. Dalam hal ini apa yang
dianggap benar hari ini mungkin besok sudah berubah menjadi kekeliran dan kesalahan.
Namun demikian dalam situasi ini yang menonjol adalah sikap moral dan intelektual
ilmuawan terhadap kebenaran, sehingga kegiatan ilmuwan pada jiwanya merupakan
komitmen moral dan intelektual untuk mencoba mendekati kebenaran dengan cara yang
sejujur-jujurnya. ( Zainuddin Ali, 2014 :5 )

2.Pengertian Penelitian

Penelitian adalah kegiatan yang tergolong ilmiah. Dilihat dari akar katanya,
penelitian berasal dari kata teliti yang mendapat awalan pe, dan akhiran an, membentuk kata
kerja yang menggambarkan kegiatan yang didasari oleh ketelitian. Penelitian merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris : research, yang mengandung makna menemukan (search)
kembali (re) artinya kegiatan ini berisikan upaya untuk menemukan dan menemukan kembali
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi manusia.
Penelitian sebagai aktivitas ilmiah merupakan bagian dari proses pengembangan
ilmu pengetahuan dan pencerdasan manusia. Ilmu pengetahuan pada hakekatnya dibangun,
dipelajari serta dikembangkan untuk memberi kemanfaatan bagi umat manusia agar tercipta
sebuah tatanan hidup dinamis dan harmonis. Untuk membangun ilmu pengetahuan ,
menuntut prosesi penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan
parameter kebenaran ilmiah. Prinsip-prinsip penelitian seperti konsistensi, sistematis dan
terukur harus selalu dijadikan pegangan bagi para reserach staff supaya hasil yang diberukan
digunakan dan terus dikembangkan sebagai dasar berpijak bagi kajian dan penelitian
selanjutnya. ( Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013 : 2)

3
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli melalui tulisan-tulisannya, dan
tidak ada satu definisipun yang sama dengan defisini yang lainnya. Sebagai contoh misalnya
definisi yang dikemukakan oleh Koetjaraningrat dalam bukunya Metode Metode Penelitian
Masyarakat yang mengutip pandangan dari LIPI bahwa:
Penelitian dalam ilmui-ilmu sosial dan kemanusiaan adalah segala aktivitas
berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklaskan, menganlisa dan
menafsir fakta-fakta serta hubungan-hubungan antara fakta-fakta alam,
masyarakat,kelakuan, dan rohani manusia guna menemukan prinsip-prinsip
perngetahuan dan metode-metode baru dalam usaha menganggapi hal-hal tersebut.

Sutrisno Hadi dalam bukunya Metodologi Research mengungkapna bahwa: Penelitian


adalah kegiatan ilmiah guna menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
ilmu pejgetahuan.

Apabila definisi-definisi itu dicermati lebih dalam lagi maka penelitian dapat diartikan
sebagai satu kegiatan ilmiah untuk menjawab masalah. Sebagai satu kegiatan ilmiah,
penelitian sudah jelas berada dalam lingkungan ilmu pengetahuan, karena sifat ilmiah ada
dalam ilmu pengetahuan. Sebagai kegiatan ilmiah tentunya penelitian menggunakan metode
ilmiah seperti telah dikemukakan di atas, yaitu menggunakan metode rasional-empiris. Setiap
penelitian pasti bertujuan untuk memecahkan masalah, dengan kata lain tidak ada penelitian
tanpa masalah, apakah masalah itu sebagai sesuatu yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat (bersifat praktis) ataukah yang berada dalam lingkungan ilmu atau dalam pikiran
manusia (bersifat teoritis). Masalah merupakan sesuatu yang memerlukan jawaban atau jalan
keluar untuk mengatasinya, dan hasil dari jawaban itu dapat berupa teori, dalil, atau sesuatu
yang dapat memberikan manfaat. Masalah itu biasanya terwujud dalam pertanyaan-
pertanyaan yang perlu dicari jawabannya melalui penelitian.

3. Manfaat Penelitian
Sebagai satu kegiatan ilmiah, penelitian memiliki manfaat, seperti halnya manfaat
yang dapat diberikan oleh ilmu pengetahuan pada umumnya, yaitu manfaat bagi ilmu
pengetahuan dan bagi masyarakat.
Manfaat yang dapat diberikan bagi ilmu pengetahuan yang disebut pula dengan
manfaat teoretis, adalah dalam bentuk penemuan (ilmu pengetahuan baru), pengembangan
dan pengujian (ilmu pengetahuan yang ada. Dengan penelitian, ilmu pengetahuan akan
berkembang terus dan tidak pernah mengenal berhenti dan dengan demikian ilmu

4
pengetahuan akan dapat dirasakan manfaatnya secara terus menerus oleh masyarakat. Dengan
kata lain melalui penelitian, ilmu pengetahuan akan dapat terus mengisi fungsi pragmatisnya,
yaitu memberikan manfaat bagi masyarakat.
Manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian bagi masyarakat disebut dengan manfaat
praktis, dapat dibedakan dalam dua macam yaitu:
1. manfaat dalam aspek (yang bersifat) kausalitas dan
2. manfaat dalam aspek (yang bersifat) instrumentalis.
Manfaat dalam aspek (yang bersifat) kausalitas artinya bahwa penelitian dapat menyebabkan
atau mendorong gerak dan laju perkembangan masyarakat. Dalam hubungan ini penelitian
memberikan manfaatnya secara tidak langsung, yaitu melalui ilmu dan teknologi. Artinya
penelitian mengembangkan ilmu dan teknologi dan selanjutnya ilmu dan teknologi
tersebutlah yang mengakibatkan atau mendorong gerak laju perkembangan masyarakat.
Manfaat dalam aspek (yang bersifat) instrumentalis merupakan manfaat yang dapat diberikan
secara langsung oleh penelitian kepada masyarakat, yaitu sebagai alat (instrumen) untuk
memecahkan masalah-nasalah yang dihadapi oleh masyarakat, misalnya penelitian untuk
mengentaskan kemiskinan dsb. Jadi melalui penelitian tersebut, masyarakat akan dapat
menjawab/memecahkan masalah yang dihadapinya dengan menemukan jalan keluar yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

4. Jenis-Jenis Penelitian
Dilihat dari berbagai aspek yang menyertai kegiatan penelitian, dikenal beberapa jenis
penelitian yaitu:
1. Dilihat dari obyeknya ada berbagai macam penelitian seperti penelitian hukum,
penelitian sejarah, penelitian kedokteran dan sebagainya.
2. Dilihat dari sifatnya dikenal jenis-jenis penelitian :
a. penelitian eksploratoris (menjelajah, menjajagi), yaitu penelitian tahap awal
yang berupaya mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai
sesuatu hal yang baru atau langka;
b. penelitian deskriptif (menggambarkan), yaitu penelitian yang berupaya untuk
menggambarkan secara lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti;
c. penelitian eksplanatoris (menjelaskan), yaitu penelitian yang mencoba untuk
menjelaskan mengenai kemungkinan adanya hubungan antar dua variabel

5
(faktor) atau lebih. Penelitian ini sudah tergolong sebagai penelitian
mendalam.
3. Dilihat dari sumber data dikenal ada jenis penelitian :
a. penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang datanya bersumber pada bahan-
bahan pustaka atau bahan tertulis.
b. penelitian lapangan, yaitu penelitian yang sumber datanya adalah masyarakat,
dan lingkungan alam.
c. Penelitian laboratorium , yaitu penelitian yang sumber datanya ada di
laboratorium yang biasanya dilakukan dengan percobaan-percobaan
(eksperimen). Dalam arti luas, penelitian ini dapat dimasukkan dalam jenis
penelitian lapangan.
4. Dilihat dari manfaat yang diperoleh ada:
a. penelitian murni, yaitu penelitian yang memberikan manfaat semata-mata bagi
ilmu pengetahuan;
b. penelitian terapan, yaitu penelitian yang memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Banyak lagi jenis-jenis penelitian lainnya yang dibedakan menurut aspek-aspeknya
yang lain.

6
BAB II
PENELITIAN HUKUM

1. Pengertian Penelitian Hukum


Penekitian Hukum ( Legal Research ) mempunyai peran yang sangat penting di dalam
kerangka pengembangan ilmu hukum dan mengungkapkan faktor penyebab timbulnya
masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum. Dari hasil penelitian itu, dapat diketahui
faktor penyebab dan bagaimana pemecahan dari masalah yang diteliti tersebut. Is.tilah
penelitian hukum berasal dari bahasa Inggris, yaitu legal reseach, bahasa Belandanya
ondrezoek de wet, sedangkan dalam bahasa Jermannya disebut dengan forschung das gesetz.
( H Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014 : 5)
Salim HS ( 2014) menguraikan rumusan definisi penelitian hukum yaitu penelitian
yang mengkaji dan menganalisis tentang norma-norma hukum dan bekerjanya hukum dalam
masyarakat yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, pemeriksaan
secara mendalam, pemecahan masalah dan mempunyai tujuan tertentu.
Suatu penelitian ilmiah yang mempelajari suatu gejala hukum tertentu dengan
menhanalisisnya atau melakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum untuk
kemudian mengusahan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dari gejala yang
bersangkutan. Gejala dan fakta hukum memang memberikan ruang yang cukup untuk
menginterpretasikan hukum secara lebih luas. ( Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013 : 27)
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji (1983) menyebutkan paradigma kerangka
konsepsional dalam suatu penelitian hukum meliputi :
1. Masyarakat hukum
2. Subyek hukum
3. Hak dan kewajiban
4. Peristiwa hukum
5. Hubungan hukum
6. Obyek hukum
Dalam penelitian hukum, adanya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka
teoritis menjadi syarat yang sangat penting. Dalam kerangka konsepsional diungkapkan
beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian
hukum, dan di dalam landasan kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat
dalam teori sebagai suatu sistem aneka “ theorema “ atau ajaran. ( Soerjono Soekanto dan
Sri Mamudji, 1983 : 7)
7
Lebih lanjut pengembangan konsep dalam penelitian hukum mempergunakan
paradigma kerangka konsepsional maupun landasan atau kerangka teoritis. Sebagai
contoh oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji mengetengahkan perihal kerangka
konsepsional sebagai berikut :
1. Subyek hukum
Hukum kegunaannya adalah untuk menciptakan kedamaian, maupun untuk mencegah
dan menindak ketidak damaian antar pribadi. Pribadi hukum lazimnya disebut subyek
hukum yakni pendukung hak dan kewajiban.
2. Hak dan Kewajiban
Subyek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban; artinya subyek hukum
mempunyai :
a. Peranan yang harusdilaksanakan
b. Peranan yang tidak harus dilaksanakan
3. Peristiwa hukum
Disamping keadaan dan kejadian, maka sikap dalam hukum merupakan peristiwa
hukum. Sikap tindak dalam hukum terdiri dari tiga kelompok, yaitu :
a. Sikap tindak menurut hukum
b. Penyelewengan hukum
c. Sikap tindak lainnya
4. Hubungan Hukum
Klasifikasi hubungan hukum dikenal dalam :pembedaan hubungan sederajat dan
hubungan beda derajat dan pembedaan hubungan timbal nalik dan hubungan timpang
biasanya sepihak.
5. Obyek hukum
Obyek hukum yang meliputi misalnya bagaimana hukum dipahami dalam perannya
untuk menyelesaikan sengketa.
2. Jenis-Jenis Penelitian Hukum
Penelitian hukum merupakan satu jenis penelitian yang berobyekkan

hukum atau penelitian yang dilakukan terhadap hukum. Penelitian hukum tidak dapat

dilepaskan dari ilmu hukum sebagai dasarnya, sehingga jenis penelitian hukum juga

mengikuti jenis ilmu hukum yang mendasarinya.

Ilmu hukum dalam perkembangannya dibedakan dalam dua macam yaitu:

8
a). ilmu hukum normatif atau ilmu hukum dogmatik yang menelaah hukum dalam

kedudukannya sebagai norma (das sollen);

b). ilmu hukum empiris atau ilmu hukum non-dogmatik yang menelaah hukum dalam

kedudukannya sebagai gejala sosial atau sebagai satu kenyataan dalam masyarakat (das sein).

Dengan berdasar kepada kedua jenis ilmu hukum ini maka penelitian hukum juga dapat

dibedakan dalam dua macam yaitu :

a). penelitian hukum normatif, yang penelitian terhadap hukum dalam ke-dudukannya

sebagai norma. Sebagai contoh:

1. penelitian terhadap aturan hukum untuk peristiwa tertentu;

2. penelitian terhadap asas-asas hukum;

3. penelitian mengenai konsistensi aturan hukum;

4. penelitian mengenai sinkronisasi aturan hukum baik vertikal mau-pun horizontal;

5. penelitian terhadap sistematika aturan hukum;

6. penelitian terhadap sejarah hukum;

7. penelitian perbandingan hukum.

Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar yang ada dalam

( ilmu ) penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai

ruang lingkup sangat luas, meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku sampai

pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah.( Soerjono Soekanto, 1983 : 24)

Zainuddin Ali menyebut berdasarkan sudut pandang penelitian atas sebuah

sistematika mengenai macam-macam penelitian dan tujuannya , peneliti umumnya

mengumpulkan data yang bisa diperoleh langsung melalui wawancara dan survei di lapangan

yang berkaitan dengan perilaku masyarakat. Data sekunder adalah data yang diperoleh

melalui bahan pustaka. Di dalam penelitian hukum yang berkaitan dengan penelitian normatif

9
ini penggunaan bahan hukum dikategorikan menjadi 3 (tiga) karakteristik kekuatan

mengikatnya, yaitu sebagai berikut :

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri atas :

a. Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD 45

b. Peraturan Dasar

c. Batang Tubuh UUD 1945

d. Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

e. Peraturan Perundang-undangan

f. Undang-Undang dan Peraturan setaraf

g. Peraturan pemerintah dan peraturan setaraf

h. Keputusan Presiden dan peraturan yang setaraf

i. Keputusan Menteri dan peraturan yang setaraf

j. Peraturan peraturan daerah

k. Bahan-bahan hukum yang belum dikodifikasikan, hal yang bisa ditemukan

dalam hukum islam dan hukum adat

l. Yurisprudensi

m. Traktat

n. Bahan hukum yang ada sejak zaman penjajahan Belanda yang sampai saat ini

masih berlaku, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, dan sebagainya

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap

bahan hukum primer, misalnya : rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian,

hasil karya dari pakar hukum dan sebagainya.

10
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya : kamus, ensiklopedia, indeks

kumulatif, dan sebagainya.

Untuk penelitian hukum normatif, bahan- bahan hukum ini dipergunakan baik dalam

penelitian berikut :

1. Penelitian asas-asas hukum yang bertujuan menemukan asas hukum dan doktrin

hukum positif yang berlaku. Lazimnya disebut studi dogmatic atau penelitian doktinal

( doktrinal research).Untuk penelitian asas hukum tersebut, dapat memnfaatkan

metose historis, deskriptif, dan eksperinental. Pemanfaatan metode ini berkaitan

dengan dimensi waktu yang meliputi :

a. Penjelasan tentang masa lampau

b. Penjelasan tentang apa yang sekarang sedang berlangsung/berlaku

c. Penjelasan tentang masa yang akan datang

2. Penelitian tentang sistematika hukum

Ini dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan tertentu atau hukum tertulis.

Tujuannya adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertian pokok/dasar

hak dan kewajiban , peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum.

3. Penelitian terhadap Taraf Sinkronisasi Hukum yaitu penelitian terhadap taraf

sinkronisasi yang menjadi objek penelitian adalah sampai sejauh mana hukum positif

tertulis yang ada sinkron atau serasi satu sama lainnya. Hal ini dapat dilakukan

melalui dua faktor yaitu vertikal dan horisontal.(Zainuddin Ali, 2014)

b). Penelitian hukum empiris atau sosiologis (socio-legal research), yaitu merupakan salah

satu jenis penelitian hukum yang menganalisis dan mengkaji bekerjanya di dalam

masyarakat. Bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dikaji dari tingkat efektivitasnya

hukum, kepatuhan hukum, peranan lembaga atau institusi hukum didalam penegakan

1
1
hukum, implementasi aturan hukum, pengaruh aturan hukum terhadap masalah sosial

tertentu atau sebaliknya, pengaruh masalah sosial terhadap aturan hukum. ( Salim HS dan

Erlies Septiana Nurbani, 2014 : 20)

Penelitian terhadap hukum sebagai bagian dari kenyataan masyarakat, antara lain:

1. penelitian mengenai penerapan aturan hukum;

2. penelitian mengenai effektivitas aturan hukum;

3. penelitian mengenai pengaruh timbal balik antara hukum dengan gejala sosial

lainnya.

Khusus mengenai penelitian terhadap penerapan aturan hukum yang dijumpai di lembaga-

lembaga penegak hukum yang semata-mata dikaji dari sudut pandang aturan hukum yang

ada (berlaku), dapat disebut sebagai penelitian hukum yang bersifat empiris-yuridis,

sedangkan penelitian dalam hubungannya dengan perilaku warga masyarakat (seperti

penelitian mengenai efektivitas hukum) dan atau mengenai hubungan timbal balik antara

hukum dengan gejala sosial lainnya tergolong penelitian hukum yang empiris-sosiologis

(socio-legal research).

Soetandyo Wignyosoebroto, dalam tulisannya yang berjudul Tipologi Penelitian

Hukum, mencoba untuk membuat satu tipologi penelitian hukum dengan mengemukakan

bahwa setidak-tidaknya ada 4 tipe penelitian hukum yaitu :

1. Inventarisasi hukum positif, yang dilakukan dengan mengumpulkan dan

mengklasifikasi aturan-aturan hukum positip dalam bidang tertentu . Dalam

penelitian ini diperlukan konsep yang jelas mengenai hukum positip yang akan

diinventarisasikan, apakah mengikuti konsep hukum yang legalistik, sosiologis atau

antropologis.

2. Penelitian terhadap asas-asas dan doktrin hukum yaitu penelitian yang berupaya

menemukan azas-asas yang melandasi norma hukum positip yang berlaku, atau

1
2
menemukan ajaran-ajaran (doktrin) hukum. Penelitian ini disebut dengan penelitian

hukum doktriner.

3. Penelitian terhadap aturan hukum in concreto, yaitu penelitian terhadap aturan

hukum positip yang berlaku berkenaan dengan kasus-kasus riil yang terjadi di

masyarakat. Contoh penelitian terhadap putusan-putusan pengadilan (yurisprudensi).

4. Penelitian mengenai proses terbentuknya dan bekerjanya hukum dalam masyarakat.

Penelitian ini dinamakan pula dengan penelitian hukum sosiologis (socio legal

research) atau penelitian hukum non doktriner, karena tidak lagi bertumpu pada

ajaran-ajaran umum tentang hukum (dogmatik hukum) melainkan melihat hukum

sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini hukum dilihat dalam

dua posisi yaitu : pertama dalam penelitian mengenai proses terbentuknya hukum,

hukum dilihat sebagai dependent variable yaitu sebagai variabel terikat yang

dipengaruhi oleh gejala-gejala sosial lainnya; kedua yaitu dalam penelitian mengenai

proses bekerjanya hukum dalam masyarakat, hukum dilihat sebagai independent

variable atau sebagai variabel bebas yang mempengaruhi gejala-gejala sosial lainnya

Sintesis pendapat beberapa ahli hukum tentang jenis penelitian ini oleh Salim HS

dijabarkan bahwa ada dua hal yang menjadi fokus kajian dalam penelitian hukum

empiris yaitu :

a. Subyek yang diteliti

b. Sumber data yang digunakan.

Subjek yang diteliti dalam penelitian ukum empiris yaitu perilaku hukum ( legal

behavior). Legal behavior yaitu perilaku nyata dari individu atau masyarakat yang

sesuai dengan apa yang dianggap pantas oleh kaidah-kaidah hukum yang berlaku.

Sementara itu sumber data yang digunakan untuk mengkaji penelitian hukum empiris

yaitu data primer. Data primer untuk mengkaji penelitian hukum ini merupakan data

13
yang berasal dari sumber utama, yaitu masyarakat atau orang-orang yang terkait

secara langsung dengan objek penelitian.

Objek kajian hukum empiris meliputi :

a. efektivitas hukum;

b. kepatuhan terhadap hukum;

c. peranan lembaga atau institusi hukum di dalam penegakan hukum;

d. implementasi aturan hukum;

e. pengaruh aturan hukum terhadap masalah sosial tertentu atau sebaliknya dan;

f. pengaruh masalah sosial terhadap aturan hukum. ( Peter Mahmud Marzuki,

2009 :87)

14

Anda mungkin juga menyukai