Anda di halaman 1dari 122

Stipar Triatma Jaya

Metodologi Riset

2013
I Made Bayu Wisnawa

Untuk Kalangan Sendiri


Jl.KubuGunung,TegalJaya,Dalung,Badung

BAB I MENGENAL PENELITIAN

Tujuan pembelajaran : setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa


diharapkan dapat mengetahui kaitan antara Ilmu Pengetahuan dan penelitian,
mengetahui makna dan prosedur penelitian, dapat membedakan berbagai
jenis penelitian yang ada, serta dapat membuat rancangan penelitian.

Sebelum seseorang melakukan penelitian, khususnya penelitian yang


berkaitan dengan penyusunan karya ilmiah, terlebih dahulu perlu dikenalkan
beberapa hal yang harus dipahami agar nantinya bisa melaksanakan penelitian
dan menyusun laporannya dalam bentuk karya ilmiah dengan benar dan mudah.
Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum melangkah lebih jauh
dalam kegiatan penelitian diantaranya adalah bagaimana kaitan antara Ilmu
Pengetahuan dengan Penelitian, bagaimana cara menemukan kebenaran,
pengertian dan prosedur penelitian, jenis-jenis penelitian, maupun rancangan yang
harus disusun sebelum penelitian dilakukan.
Berbagai hal itulah yang akan diuraikan dalam bab I buku ini, yang akan
menjadi modal awal bagi seorang peneliti untuk bisa melaksanakan penelitiannya.

1.1. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian

Untuk bisa memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan suatu
penelitian, disini terlebih dahulu akan dijelaskan kaitan antara ilmu pengetahuan
dan penelitian. Dari penjelasan ini akan diketahui suatu sifat dasar yang ada pada
setiap manusia, yaitu “rasa ingin tahu” yang dibawa sejak manusia lahir kedunia.
Kemudian juga bisa diketahui bagaimana manusia bisa menemukan suatu
“kebenaran” yang dicari, terutama melalui pendekatan ilmiah.
Ilmu ( sains ) adalah pengetahuan tentang fakta-fakta baik alam maupun

sosial, yang berlaku secara umum dan sistematis sehingga dapat menyimpulkan

pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada kaidah umum. Ilmu mencakup

lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progres manusia

1
secara menyeluruh. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan

suatu rasionalisasi sebagai hukum alam, membentuk kebiasaan serta

meningkatkan keterampilan observasi, percobaan (eksperimen), klasifikasi,

analisis, serta membuat generalisasi..

Sedangkan “pengetahuan” muncul dari pemahaman manusia terhadap


kenyataan-kenyataan alam dan sosial karena manusia menggunakan kemampuan
berfikirnya. Dengan kemampuan berfikirnya itulah manusia berusaha mencapai
progress, yang berkaitan dengan upaya pemenuhan terhadap kebutuhan
manusia yang disebabkan karena “rasa ingin tahu” yang ada pada setiap diri
manusia. Inilah salah satu cirri khas manusia yakni mempunyai rasa ingin tahu
yang tidak akan pernah berhenti pada suatu titik final. Dengan adanya rasa ingin
tahu manusia yang terus menerus ini, maka ilmu akan terus berkembang dan
membantu kemampuan persepsi serta kemampuan berfikir secara logis atau
sering disebut dengan “penalaran”.
Konsep antara ilmu dan berfikir pada dasarnya adalah sama. Dalam
memecahkan masalah, keduanya ( ilmu dan berfiir ) memulai dengan adanya rasa
ingin tahu manusia dan menyangsikan/meragukan sesuatu hal yang bersifat
umum. Rasa ingin tahu manusia sendiri sebenarnya berkaitan dengan
pencarian suatu “kebenaran”, dimana manusia bisa menemukan dengan
pendekatan yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah.
Suatu kebenaran yang ditemukan berdasar pendekatan non ilmiah
( seperti penemuan kebenaran berdasar wahyu, penemuan kebenaran berdasar
intuisi, dan sebagainya ) hanya dipercaya dan berlaku bagi orang yang
menemukan atau kelompoknya saja. Sedangkan kebenaran yang ditemukan
berdasarkan pendekatan ilmiah ( disebut dengan kebenaran ilmiah ) dilakukan
melalui “penelitian” terhadap fenomena yang ada melalui proses secara ilmiah.
Pada umumnya suatu kebenaran ilmiah dapat diterima oleh umum karena
disebabkan oleh 3 hal yaitu :

1. adanya koherensi, yakni kebenaran yang diperoleh itu koheren atau


konsisten dengan kebenaran sebelumnya

2
2. adanya korespondensi, yakni bahwa suatu pernyataan dianggap benar jika
materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut mempunyai
hubungan (koresponden) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu
sendiri
3. pragmatis, yakni pernyataan dianggap benar karena mempunyai sifat
fungsional dalam kehidupan praktis.

1.2. Pengertian dan Prosedur Penelitian

Kata “penelitian atau riset” merupakan terjemahan dari kata “research”, yang
kemudian menjadi kata baku Indonesia “riset”. Kata research terdiri atas 2 kata
yaitu “re” yang berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari. Jadi research
dapat diartikan “mencari kembali”. Untuk memahami tentang makna atau arti dari
penelitian, perlu disadari terlebih dahulu bahwa pada dasarnya penelitian itu
merupakan kegiatan penyaluran dari hasrat ingin tahu manusia, sehingga dalam
penelitian itu terkandung 2 bagian pokok yaitu
1.. adanya “pertanyaan” yang membutuhkan jawaban, dan 2.

“jawaban” itu sendiri.

Dalam kamus Webster ( Webster New International Dictionary )


disebutkan bahwa “research is a careful, systematic, patient study and
investigation in some field of knowledge, undertaken to establish facts of
principles”. Hampir senada dengan definisi menurut kamus Webster, Clifford
Woody mendefinisikan penelitian sebagai berikut : “research is a careful or
critical inquiry to ascertain something”.
Jadi penelitian merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan dengan
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan
yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian, yang kemudian
diturunkan sebagai berikut : penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry)
secara sistenatis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap
masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Definisi yang lain menyebutkan
bahwa penelitian merupakaan suatu pencarian fakta menurut metode obyektif
yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau
hukum.

3
Disisi lain R.M. Hutchins medefinisikan penelitian sebagai berikut :
“research is the sense of gathering data for the sake of gathering them has no
place in a University……. Research in the sense of the development, elaboration,
and refinement of principles, together with the collection and use of empirical
materials to aid in these process, is one of the highest activities of a university and
one in wich all its professors should be ngaged”.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan dimuka dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya dalam kegiatan penelitian terkandung beberapa ciri
sebagai berikut :
a. adanya suatu pencarian/penyelidikan terhadap pengetahuan baru,
atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi
(tafsiran) baru
b. hasil penelitian boleh signifikan dan boleh tidak signifikan

c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” daripada “research”

Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut dengan penelitian


ilmiah ( scientific research ). Dalam penelitian ilmiah terkandung 2 unsur penting,
yaitu unsur “observasi” atau pengamatan, dan unsur “nalar” atau reasioning. Oleh
karena penelitian berkaitan dengan kegiatan untuk mencari jawaban atas
adanya pertanyaan yang muncul, maka secara rinci dapat dijelaskan secara
umum pengertian penelitian atau riset sebagai berikut. “Penelitian merupakan
suatu kegiatan berupa pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis
data, yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan sistematis,
yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu keadaan atau persoalan
dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk membuat keputusan
dalam rangka pemecahan masalah atau untuk menguji sebuah hipotesis”.
Kegiatan penelitian ilmiah yang sistematis dapat dilakukan dengan
mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang secara umum bisa disebutkan
sebagai berikut :
1. Memilih masalah/topik penelitian

2. Melakukan studi pendahuluan

3. Merumuskan masalah

4. Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis

5. Memilih pendekatan

4
6. Menentukan variabel dan sumber data

7. Menentukan dan menyusun instrumen

8. Mengumpulkan data

9. Melakukan analisis

10. Menarik simpulan

11. Menyusun laporan

Langkah-langkah tersebut dilakukan secara berurutan dan konsisten


antara langkah satu dengan lainnya meskipun dalam praktek seringkali beberapa
langkah dapat dilakukan secara bersamaan seperti misalnya dalam memilih
pendekatan bisa dilakukan bersamaan dengan menentukan variabel dan sumber
data atau bersamaan dengan penyusunan instrument penelitian.
Urutan langkah-langkah atau prosedur penelitian ilmiah sebagaimana
yang disebutkan dimuka dapat dijelaskan dengan gambar 1 sebagaimana yang
tertera pada halaman 6 berikut ini.

Gambar 1

5
Prosedur Penelitian

Sumber : Suharsimi Arikunto ( 1998 : 18 )


1.3. Jenis-Jenis Penelitian

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang berbagai jenis penelitian yang


bisa dilakukan seseorang; namun pada dasarnya penelitian dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok, yakni a). jenis penelitian yang didasarkan pada
alasan mengapa dilakukan penelitian, b). jenis penelitian yang berdasar pada

6
tempat dilakukannya penelitian, serta c). jenis-jenis penelitian dilihat dari tujuan
dilakukannya penelitian. Masing-masing jenis penelitian yang ada pada setiap
kelompok akan dijelaskan lebih lanjut.
Berdasarkan alasan dilakukannya penelitian, terdapat 2 jenis penelitian
yaitu penelitian dasar/murni ( basic/pure research ), dan penelitian terapan (
applied research ).
Penelitian dasar ( basic research ) adalah suatu penelitian yang
mempunyai alasan intelektual, bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, yakni penelitian yang didasarkan pada keinginan untuk
mengetahui semata-mata dan tidak mempunyai kegunaan praktis secara
langsung. Sedangkan penelitian terapan ( applied research ) adalah penelitian
yang mempunyai alasan praktis, yaitu alasan berdasarkan pada keinginan untuk
mengetahui sesuatu dengan tujuan agar bisa menjadikan sesuatu itu lebih baik,
efektif, dn efisien.
Menurut tempat dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu :
penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium ( laboratory
research ), dan penelitian lapangan ( field research ).
Penelitian perpustakaan ( library research ) adalah penelitian yang
dilakukan dengan jalan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, atau sumber-
sumber data lainnya yang ada di perpustakaan atau ditempat-tempat tersimpannya
dokumen yang bersangkutan. Penelitian laboratorium ( laboratory research )
merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat dalam
laboratorium yang biasanya bersifat eksperimen dimana dimungkinkan untuk
melakukan pengontrolan terhadap pengaruh dari suatu faktor tertentu.
Sedangkan penelitian lapangan ( field research ) adalah penelitian yang
dilakukan dengan jalan mendatangi obyek yang diteliti seperti misalnya rumah
tangga, perusahaan, dan sebagainya. Pengumpulan data pada jenis penelitian ini
adalah dengan mendatangi sumber-sumber data atau mendekat dengan
responden baik melalui kegiatan wawancara maupun dengan cara observasi.
Sedangkan jika dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis
penelitian yaitu penelitian eksplorasi ( explorative research ), penelitian
pengembangan ( development research ), dan penelitian verifikasi ( verificative
research )
Penelitian eksplorasi ( explorative research ) adalah penelitian yang
dilakukan terhadap sesuatu yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Jadi dalam
hal ini apabila ada peristiwa yang terjadi berulang-ulang bisa dilakukan penelitian

7
untuk mengetahui penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Penelitian
pengembangan ( development research ) merupakan penelitian yang bertujuan
untuk melakukan penyempurnaan terhadap sesuatu yang sudah ada, misalnya
suatu perusahaan melakukan uji coba pengembangan produk, mula-mula dicoba
terhadap sejumlah kecil produk, dan bila ini berhasil dapat diterapkan pada
jumlah produk yang lebih besar. Sedangkan penelitian verifikasi ( verificative
research ) merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk melakukan
pengecekan terhadap kebenaran dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
Selain pengelompokan jenis penelitian yang dijelaskan dimuka masih
terdapat banyak jenis penelitian sesuai dengan keterkaitan antar variabel
penelitian seperti penelitian deskriptif ( descriptive research ), penelitian
korelasional ( correlational research ), penelitian komparasi ( comparative
research ), dan sebagainya.
Penelitian deskriptif ( descriptive research) adalah penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan data-data yang dikumpulkan agar bisa
memecahkan masalah penelitian dan atau menguji hipotesis. Penelitian
korelasional (correlational research) adalah penelitian yang akan menguji
keterkaitan antar variabel baik dalam bentuk hubungan maupun pengaruh.
Sedangkan penelitian komparasi (comparative research) merupakan penelitian
yang akan menguji perbedaan antara dua atau lebih variabel atau fenomena yang
terjadi.
1.4. Rancangan Penelitian ( Research Design )

Rancangan Penelitian ( Research Design ) atau desain riset adalah suatu


pengaturan (arrangement) daripada syarat-syarat yang diperlukan untuk
mengontrol pengumpulan data sedemikian rupa dengan tujuan untuk
mengkombinasikan segala informasi yang relevan, sesuai dengan tujuan
dilaksanakannya penelitian.
Dalam arti sempit, rancangan penelitian ( research design ) bisa berarti
prosedur pengumpulan dan analisis data; sedangkan dalam arti luas desain riset
mencakup seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan dari suatu penelitian.
Dalam desain riset ini akan tercakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. mengidentifikasi dan memilih masalah/topik riset

2. merumuskan masalah

3. membuat definisi-definisi atau konsep-konsep dan cara pengukuran variabel

8
4. menentukan metode sampling yang digunakan dan penentuan jumlah
sampel
5. menentukan teknik pengumpulan data

6. melakukan editing, coding, dan prosesing data

7. menentukan metode analisis

8. membuat rencana penulisan laporan penelitian

Selain itu, dalam merencanakan suatu penelitian, disamping harus


mengikuti prosedur sebagaimana yang dijelaskan dimuka, seorang peneliti juga
perlu memperhatikan segi administrasi penelitian. Hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti berkaitan dengan administrasi penelitian
diantaranya adalah : anggaran biaya penelitian, organisasi dan alokasi personalia
penelitian ( untuk penelitian kelompok ), kerjasama dengan pihak responden,
batasan daerah dan ruang lingkup penelitian, surat ijin penelitian,
jadual waktu penelitian, dan pembuatan usulan penelitian.

1.5. Ringkasan bab I.

Setiap manusia memiliki sifat dasar berupa “rasa ingin tahu” yang dibawanya
sejak lahir. Rasa ingin tahu itu sebenarnya berkaitan dengan pencarian
terhadap sesuatu yaitu “kebenaran”, dimana kebenaran ini bisa diperoleh
dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan non

ilmiah.

Pencarian kebenaran melalui pendekatan ilmiah dilakukan melalui


sebuah penelitian terhadap fenomena yang terjadi dan menggunakan proses
ilmiah. Kebenaran yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah disebut dengan
“kebenaran ilmiah”, dan kebenaran ilmiah ini bisa diterima oleh umum karena
adanya 3 sifat yakni adanya koherensi atau konsistensi dengan kebenaran
sebelumnya, adanya korespondensi atau ada hubungannya dengan obyek yang
dituju, dan adanya sifat progmatis.
Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan data, pengolahan,
penyajian, dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien
dan sistematis, yang hasilnya berguna untuk mengetahui
sesuatu keadaan/persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan

9
atau untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah atau untuk
menguji hipotesis. Dalam kegiatan penelitian, terkandung 3 ciri yaitu :
a. adanya suatu pencarian/penyelidikan (inquiry)

b. hasil penelitian isa signifikan dan bisa tidak signifikan

c. aktivitasnya lebih banyak tertuju pada “to search” saja daripada

“research”.

Penelitian dapat dikelopokkan kedalam beberapa aspek sebagai berikut :

1. Berdasar alasan dilakukannya penelitian, ada 2 jenis penelitian yaitu


penelitian dasar ( basic research ) dan panalitian terapan ( applied research )
2. Berdasar tempat dilakukannya penelitian ada 3 jenis penelitian yaitu
penelitian perpustakaan ( library research ), penelitian laboratorium (
laboratory research ), dan penelitian lapangan ( field research )

3. Berdasar tujuan dilakukannya penelitian, terdapat 3 jenis penelitian yaitu


penelitian eksploratif ( explorative research ), penelitian pengembangan (
developmental research ), dan penelitian verifikasi ( verificative research )
4. Selain itu masih banyak jenis penelitian lainnya yang biasanya dilihat dari
keterkaitan antar variable atau focus analisisnya, seperti penelitian deskriptif,
penelitian korelasional, test hypothesis research, dan sebagainya.
Sebelum melakukan penelitian, disarankan peneliti membuat rancangan
penelitian ( research design ), yakni sebuah pengaturan atau aransemen dari
syarat-syarat yang diperlukan untuk mengontrol pengumpulan data sedemikian
rupa dengan tujuan untuk mengkombinasikan segala informasi yang relevan,
sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian.

1.6. Soal-Soal Latihan

1.
Jelaskan mengapa suatu “kebenaran” yang ditemukan melalui pendekatan
ilmiah bisa diterima oleh umum
2.
Apakah yang dimaksud dengan “penelitian”, dan jelaskan ciri apa saja yang
terkandung kegiatan penelitian
3.
Jenis-jenis penelitian dapat dilihat dari berbagai aspek; sebutkan

4.
Apa yang dimaksud dengan penelitian eksploratif ? berikan contohnya.

10
5.
Jelaskan mengapa dalam kegiatan penelitian pada umumnya peneliti lebih
menekankan kegiatannya pada “to search” saja daripada “research”.
6.
Apakah yang disebut dengan rancangan penelitian ( research design ), dan
mengapa peneliti disarankan membuat rancangan penelitian ini. 7. Jelaskan
bagaimana alur kegiatan penelitian dilakukan.

BAB II MASALAH/TOPIK PENELITIAN, KONSEP, DAN


HIPOTESIS

Tujuan pembelajaran : Melalui pengenalan sumber permasalahan dan


pembuatan konsep/definisi, mahasiswa diharapkan dapat menyusun
rumusan masalah dan hipotesis penelitian.

Sebagaimana dijelaskan dalam alur kegiatan penelitian pada Bab I


dimuka, suatu penelitian akan dimulai dengan adanya masalah/topik yang akan
dipecahkan dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu setiap peneliti hendaknya
memiliki masalah/topik yang dipilih sesuai dengan keinginan peneliti. Setelah
masalah itu dirumuskan maka peneliti bisa menentukan judul penelitian dan
kegiatan lain yang relevan dengan rumusan masalahnya.
Pada Bab II ini akan dijelaskan bagaimana peneliti memilih masalah/topik
penelitian, bagaimana membuat rumusan masalah, membuat konsep dan
definisi serta merumuskan hipotesis penelitian.

2.1. Memilih Masalah/Topik Penelitian.

Masalah timbul karena adanya tantangan, keraguan, atau kebingungan manusia


terhadap suatu fenomena, atau karena adanya celah (gap) antar fenomena,
karena adanya ambiguitas atau pengertian ganda dari suatu fenomena, dan

11
sebagainya. Masalah bisa muncul dari kehidupan sehari-hari, dari membaca
buku, maupun dari masalah orang lain. Masalah penelitian juga selalu
dihubungkan dengan keperluan praktis dan akademis. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa timbulnya masalah penelitian bisa berasal dari adanya
kesenjangan antara teori-teori yang dipelajari dengan keadaan nyata ( disebut
dengan teori gap ) dan dapat pula berasal dari perbedaan hasil-hasil penelitian
yang sudah dilakukan ( disebut dengan riset gap ).
Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat rumusannya agar bisa
dihubungkan dengan keperluan praktis dan keperluan akademis (teoritis). Tujuan
dari pemilihan dan perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. mencari sesuatu yang dapat memuaskan kepentingan akademis seseorang


2. memuaskan perhatian dan keingintahuan seseorang akan hal-hal baru

3. meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian


sebelumnya, atau sebagai dasar untuk penelitian berikutnya
4. memenuhi kebutuhan sosial

5. menyediakan sesuatu yang bermanfaat

Dalam memilih masalah/topik penelitian, terlebih dahulu peneliti harus


mengidentifikasi masalah tersebut agar bisa merumuskannya dengan baik dan
dapat dipecahkan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu seyogianya peneliti
bisa memilih masalah/topik yang baik bagi penelitiannya. Suatu masalah
penelitian yang baik adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
a. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian, yakni mempunyai
kegunaan tertentu serta dapat digunakan untuk sesuatu kepentingan.
Dengan demikian masalah yang dipilih harus memiliki keaslian, menyatakan
suatu hubungan, merupakan hal yang penting, dapat diuji, dan dapat
dirumuskan.
b. Masalah harus feasible ( dapat dipecahkan ). Fisibilitas suatu masalah
hendaknya didukung oleh tersedianya data, biaya, waktu, serta syarat-syarat
lain yang memadai
c. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.

Selain memiliki ciri-ciri diatas, suatu masalah penelitian yang baik dapat
memungkinkan seorang peneliti mempermasalahkan fenomena atas salah satu
dari 3 hal berikut ini.

12
1. Permasalahan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena,
yang kemudian muncul penelitian deskriptif, atau penelitian historis, atau
penelitian filosofis
2. Permasalahan untuk membandingkan 2 fenomena atau lebih, yang kemudian
muncul penelitian komparatif yang dari penelitian itu peneliti dapat mencari
persamaan atau perbedaan antar fenomena serta manfaatnya

13
3. Permasalahan untuk mencari hubungan antara 2 fenomena atau lebih, yang
memunculkan penelitian korelasional, baik korelasi sejajar maupun korelasi sebab
akibat.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada fenomena-fenomena seperti itulah
yang kemudian dijadikan dasar untuk menentukan judul penelitian dan kegiatan
lain dalam pelaksanaan penelitian.

2.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan titik tolak dari penetapan tujuan


penelitian, perumusan hipotesis, serta penetapan alat analisis yang akan
digunakan. Dengan demikian akan selalu ada konsistensi antar komponen-
komponen dalam kegiatan penelitian ilmiah. Dalam membuat rumusan masalah
ilmiah peneliti tidak diperkenankan membuat rumusan yang berhubungan
dengan etika dan moral karena hal-hal itu bersifat subyektif dan tidak bisa
dipecahkan secara ilmiah.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang peneliti dalam
merumuskan masalah, yaitu :
a. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun dalam
bentuk kalimat pernyataan
b. rumusan masalah harus jelas dan padat

c. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk


memecahkan masalah tersebut
d. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
e. rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian

2.3. Konsep atau Definisi

Agar peneliti dapat mengorganisir data sedemikian rupa sehingga


mempermudah dalam mencari hubungannya satu dengan lainnya, maka peneliti
harus membuat konsep atau definisi secara jelas. Konsep adalah suatu abstraksi
dari kegiatan (event) yang menjadi obyek penelitian. Konsep disusun dengan
14
tujuan untuk menyederhanakan pemikiran dengan jalan menggabungkan sejumlah
kejadian dibawah suatu judul yang bersifat umum.
Dalam membuat konsep atau definisi juga perlu menentukan satuan-
satuan ukuran maupun kreteria terutama untuk informasi-informasi atau data yang
bersifat kualitatif, yang harus dipecahkan atau dianalisis secara kualitatif pula. Jika
data bersifat kuantitatif maka penentuan ukuran-ukuran dan kreteria akan lebih
mudah dilakukan; tetapi jika datanya bersifat kualitatif maka perlu ditentukan
metode kuantifikasi yang akan digunakan untuk menentukan ukuran/kreteria.
Ukuran-ukuran atau kreteria disini tidak lain adalah konsep atau definisi.
Dengan demikian penentuan konsep atau definisi ini harus benar-benar jelas agar
tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran.

2.4. Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan dasar atau asumsi sangat penting dibuat sebelum seseorang melakukan
penelitian. Anggapan dasar dan hipotesis berfungsi sebagai petunjuk (guide)
dalam pengumpulan data dan analisis. Disamping itu asumsi dan hipotesis
juga bisa digunakan sebagai alat (means) untuk menghubungkan
penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan dengan penyelidikan sebelumnya.
Secara kuantitatif hipotesis berarti pernyataan tentang suatu nilai
parameter. Parameter adalah nilai sesungguhnya ( true value ) yang diperoleh jika
seluruh obyek (populasi) diselidiki satu-persatu. Dalam kamus Webster,
disebutkan definisi hipotesis sebagai berikut : “Hypothesis is an unproved theory,
proposition, supposition, etc., tentatively accepted to explain certain factor or to
provide a basic for further investigation, arguments, etc.” Jadi hipotesis adalah
suatu proposisi, kondisi, stau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap
benar dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi logis
yang dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya
dengan menggunakan data empiris hasil penelitian.

15
Hipotesis bisa berupa kemungkinan jawaban dari masalah yang diteliti.

Hipotesis merupakan dugaan atau anggapan yang bijaksana dari seorang peneliti,
atau bisa merupakan dugaan berdasar pengalaman-pengalaman atau teori-teori yang
dipelajari. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis yang diangkat,
mengumpulkan data-data penting untuk menguji hipotesis menjadi suatu “kebenaran
(tesis)”. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh
memaksakan agar hipoitesisnya teruji dengan mencari data-data yang kurang relevan
atau bahkan memanipulasi data.
Meskipun hipotesis sangat diperlukan dalam suatu penelitian, namun
perlu diketahui bahwa tidak semua jenis penelitian harus memiliki hipotesis. Van
Dalen, Deobold menyebutkan ada 3 bentuk interrelationship studies yang
termasuk dalam penelitian berhipotesis, yaitu : studi kasus ( case study ), studi
perbandingan ( causal comparative studies ), dan studi hubungan ( correlations
studies ). Sedangkan termasuk kedalam penelitian tidak berhipotesis diantaranya
adalah studi eksplorasi, penelitian survey, dan penelitian pengembangan.
Beberapa persyaratan yang disarankan ada dan dimiliki oleh suatu
hipotesis agar dapat menjadi pernyataan penting dalam penelitian sebagaimana
dijelaskan oleh Borg and Gall (1979) adalah :
a. hipotesis dirumuskan secara singkat tetapi jelas

b. hipotesis harus menunjukkan dengan nyata adanya hubungan 2 variabel atau


lebih
c. hhhipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikembangkan para ahli atau
didukung oleh hasil penelitian yang relevan.

Bagaimana merumuskan hipotesis ?

Dalam penelitian, terdapat 2 jenis hipotesis yang dinyatakan, yaitu : pertama


hipotesis nol ( null hypothesis ), biasa disingkat Ho, atau disebut juga hipotesis
statistik, adalah suatu pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel tidak memiliki
keterkaitan; dan kedua adalah hipotesis alternative atau hipotesis kerja, biasa
disingkat Ha, adalah pernyataan bahwa 2 atau lebih variabel memiliki keterkaitan.

16
Setiap peneliti akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak
hipotesis nol yang didasarkan atas hasil simpulan dari analisis terhadap sampel
yang kemungkinan besar mempunyai kesalahan didalam keputusan yang
diambil. Dalam pengujian hipotesis ini terdapat 2 kemungkinan kesalahan yang
dilakukan oleh peneliti, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kesalahan tipe I, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk
menolak hipotesis nol ( Ho ) yang benar, dinyatakan dengan
simbol α
Kesalahan tipe II, yakni kesalahan yang terjadi karena memutuskan untuk

menerima Ho yang salah, dinyatakan dengan simbol β.

Pengujian hipotesis atau disebut dengan tes signifikansi ( test of


significance ) dilakukan berdasar taraf nyata ( level of significance ) tertentu,
dengan menentukan tingkat kesalahan yang ditoleransi oleh peneliti atau eror ( α )
yang ditoleransi untuk kemudian membuat keputusan tentang diterima atau
ditolaknya hipotesis. Kemungkinan kesalahan yang dilakukan sebagaimana
disebutkan dimuka dapat dijelaskan dalam table 1 sebagai berikut.

Tabel 1 Tipe Kesalahan Dalam

keputusan Pengujian Hipotesis

Keputusan Menerima Ho Menolak Ho


Situasi ( menolak Ha ) ( menerima Ha )
Ho benar Tidak ada kesalahan Kesalahan tipe I

( 100 – α ) (=α )

Ha benar Kesalahan tipe II Tidak ada kesalahan

(=β) ( 100 – β )

17
2.5. Ringkasan bab II.

Kegiatan penelitian didahului dengan adanya masalah atau topic atau tema
penelitian, dimana masalah bisa muncul dari adanya kesenjangan antara teori-teori
dengan fenomena yang terjadi secara riil ( teori gap ), dan bisa juga muncul
karena adanya perbedaan dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
( riset gap ). Masalah yang diteliti sebaiknya masalah yang memiliki ciri sebagai
berikut :
a. memiliki nilai penelitian

b. fisibel ( dapat dipecahkan ), dan

c. sesuai dengan kualifikasi peneliti


Masalah yang sudah dipilih kemudian dibuat “rumusan masalah”, dibuat
konsep-konsepnya atau kreteria-kreterianya, agar menjadi jelas dan terfokus,
sehingga tidak menimbulkan keraguan atau salah penafsiran. Dalam membuat
rumusan masalah, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. masalah bisa dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan ataupun dalam
bentuk kalimat pernyataan
2. rumusan masalah harus jelas dan padat

3. rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data pendukung untuk


memecahkan masalah tersebut
4. rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis 5. rumusan

masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian

Berdasarkan rumusan masalah ini kemudian bisa dibuat pendugaan


(hipotesis) atas kemungkinan-kemungkinan hasil penelitian yang akan dilakukan,
dan selanjutnya peneliti akan bekerja atas dasar hipotesis tersebut.

2.6. Soal-Soal Latihan


1.
Jelaskan darimana saja masalah penelitian timbul ?

2.
Bagaimana sifat masalah yang baik untuk diteliti ?

18
3.
Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam membuat rumusan masalah ?
4.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipotesis ? 5. Jelaska pula apa fungsi

hipotesis dalam sebuah penelitian !

BAB III VARIABEL DAN DATA

Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa diharapkan :


1. dapat membedakan jenis-jenis variabel yang ada dan dapat melakukan
pengukuran variabel
2. dapat menentukan jenis dan sumber data serta memilih metode pengumpulan

data yang tepat

Suatu masalah yang diangkat menjadi tema penelitian akan dijadikan


dasar dalam membuat judul penelitian, dimana di dalam judul penelitian selalu
terkandung adanya konsep-konsep yang selanjutnya disebut dengan “variabel”
penelitian. Terhadap variabel penelitian ini kemudian akan dilakukan pengukuran
variabel, dan untuk selanjutnya variabel ini akan dinyatakan dengan pernyataan
yang disebut dengan “data”.
Bab III buku ini menjelaskan tentang pengertian dan jenis variabel,
bagaimana melakukan pengukuran variabel, apa yang dinamakan data, kegunaan
data, sumber data, serta metode pengumpulan data yang bisa digunakan
oleh peneliti.

3.1. Pengertian dan Jenis Variabel

Variabel adalah konsep yang memiliki bermacam-macam nilai. Konsep


menggambarkan suatu fenomena secara abstrak, yang dibentuk dengan jalan
membuat generalisasi dari sesuatu yang khas. Konsep ini dibuat dan dihasilkan
oleh para ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu.

19
Konsep yang demikian itu dinamakan konstruksi (construct). Konsep dapat
dirubah menjadi variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari
variabel itu sendiri. Dalam membuat model matematik/statistik, variabel biasanya
dinyatakan dalam simbol huruf tertentu.

Bagi suatu penelitian variabel akan mendapat perlakuan secara khusus


melalui pengukuran skala variabel dan penentuan indikator variabel. Penentuan
indikator variabel harus didasarkan pada teori dan asumsi yang berlaku, yang
kemudian dipilih indikator-indikator yang cocok bila diterapkan pada obyek yang
diteliti.

Penentuan indikator variabel sangat penting, terutama jika dalam penelitian


diperlukan data primer yang akan dikumpulkan dengan teknik wawancara atau
pemberian daftar pertanyaan. Hal itu disebabkan karena dasar untuk membuat
daftar pertanyaan adalah indikator variabel. Jadi dengan demikian daftar
pertanyaan ( sebagai instrument atau alat pengumpul data ) yang disusun
hendaknya benar-benar bisa dijadikan wakil dari setiap indikator variabel sehingga
data yang terkumpul melalui daftar pertanyaan dapat dianalisis dengan baik dan
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
Selain itu, variabel yang digunakan oleh peneliti dapat memiliki banyak jenis
dimana peneliti akan mengoperasikan variabel yang sudah dipilih. Berbagai jenis
variabel yang dapat dipilih dan dioperasikan oleh peneliti diantaranya dapat
disebutkan seperti dibawah ini.
1. Variabel kontinyu, adalah variabel yang nilainya dapat dinyatakan dalam bentuk
pecahan desimal tak terbatas dengan jarak jangkau tertentu.
Contoh : Variabel : berat badan, dinyatakan dalam Kg sbb :
51,5 Kg; 55,50 Kg; 55,500 Kg; dst

2. Variabel diskrit, adalah konsep yang nilainya tidak bisa dinyatakan dalam bentuk
pecahan baik pecahan biasa maupun desimal. Ada 2 macam variabel
diskrit, yaitu :
a. Diskrit dikotomi ( jika variabel itu hanya dapat dinyatakan dengan 2 kategori
yang biasanya berlawanan ).

20
Contoh : Variabel “jenis kelamin” : wanita dan pria;
Variabel “jarak” : dekat dan jauh
b. Diskrit politom ( jika variabel itu dapat dinyatakan dengan 2 kategori atau lebih )

Contoh : Variabel “Agama” : Islam, katolik, Kristen, Hindu, Budha


Variabel “tingkat pendidikan” : SD, SMP, SMA, PT
3.
Variabel dependent dan independent. Jika dalam penelitian terdapat dua kelompok
variabel yang satu mempengaruhi yang lain, maka ada kelompok variabel
tergantung/terikat ( dependent variable ) dan ada kelompok variabel bebas (
independent variable ). Variabel terikat/tergantung ( dependent variable ) adalah
variabel yang nilainya bisa berubah karena dipengaruhi oleh kelompok variabel lain,
sedangkan variabel bebas ( independent variable ) adalah variabel yang nilainya
tidak dipengaruhi oleh kelompok variabel lainnya.
Misalnya suatu penelitian ingin menguji pengaruh kompensasi terhadap
kinerja karyawan, maka kompensasi merupakan variabel bebas (
independent ), dan kinerja karyawan merupakan variabel tergantung
(dependent).

kompensasi kinerja karyawan

Independent dependent

4.
Variabel Moderator

Variabel moderator merupakan variabel antara, yakni variabel yang


memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap variabel lain.
Contoh : secara logika, kompensasi mula-mula mempengaruhi semangat
kerja karyawan, dan kemudian karena ada semangat kerja

21
maka kinerja karyawan menjadi lebih baik. Dalam hal ini
semangat kerja merupakan variabel moderator

kompensasi Semangat kerja kinerja

Variabel moderator

5.
Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah variabel lain, tetapi variabel tersebut kadang-kadang sulit
diukur.
Contoh : kompetensi seseorang dapat berpengaruh terhadap karirnya,
tetapi perlu disadari bahwa perkembangan karir juga tergantung
pada nasib seseorang. Dalam hal ini nasib menjadi variabel
intervening.

kompetensi karir

nasib

Variabel intervening

6.
Variabel Random

Variabel random yaitu variabel yang berpengaruh terhadap variabel lain


tetapi tidak dimasukkan kedalam model penelitian. Variabel ini menjadi
pengganggu atau error variable.

22
Contoh : permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh selera
konsumen, pendapatan konsumen, dan harga barang tersebut.
Jika dalam penelitian hanya memasukkan variabel pendapatan
konsumen dan harga barang, maka selera konsumen merupakan
variabel random (error variable).

3.2. Pengukuran Variabel


Agar hasil penelitian dapat memberikan simpulan atas analisis yang
dilakukan atau dalam rangka pengujian hipotesis, maka perlu ditetapkan teknik
pengukuran variabel yang tepat. Pengukuran variabel diperlukan untuk
membandingkan simpulan hasil penelitian dengan kondisi senyatanya.
Pada dasarnya pengukuran merupakan usaha untuk menilai sesuatu
berdasarkan satuan nilai tertentu. Dalam penelitian terdapat 2 macam desain
pengukuran variabel, yaitu yang pertama pengukuran variabel yang bertujuan
untuk memberikan nilai kuantitatif atas data kualitatif atau sebaliknya, yang
dikenal dengan istilah teknik scalling atau Scoring. Kedua, pengukuran yang
bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut, yang dikenal dengan skala
pengukuran variabel.
Dalam teknik scalling/Scoring dikenal adanya 4 macam teknik yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Skala Likert’s.

Skala Likert’s digunakan untuk mengukur tanggapan responden atau respon


seseorang terhadap obyek yang diteliti, dengan merubah respon/jawaban
yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif. Skala Likert’s dimulai dengan
memberikan pertanyaan kepada responden dengan diberi alternatif jawaban
berjumlah gasal ( 3, 5, 7, 9, dst ) dimana jawaban disusun secara ordinal, dan
jawaban yang berada ditengah merupakan jawaban netral. Alternatif jawaban

23
itu kemudian diberi skor secara bertingkat (ordinal) dan responden diminta
memilih jawaban yang sesuai/diinginkan.

Contoh pertanyaan :

Suasana kerja pada instansi saudara sangat kondusif sehingga dapat


mendorong semangat kerja.
a. sangat setuju skor 5
b. Setuju skor 4
c. Tidak ada pendapat skor 3
d. kurang setuju skor 2
e. Tidak setuju skor 1

2. Skala Guttman
Skala Guttman digunakan untuk mendapatkan ketegasan jawaban responden.
Dalam skala Guttman ini disediakan 2 alternatif jawaban yang keduanya
berlawanan seperti :
a. Ya Tidak
b. Baik Buruk
c. Bersedia Tidak bersedia

Jawaban responden kemudian diberi skor dengan angka nol ( 0 ) untuk jawaban
negatif (rendah/jelek) dan angka satu ( 1 ) untuk jawaban positif
(tinggi/baik).
Contoh pertanyaan :

Apakah selama masa kerja saudara pernah memperoleh tanda jasa atau penghargaan ?
Pernah skor 1

Belum pernah skor 0

2. Skala Semantic Diferensial

Skala Semantic Diferensial digunakan untuk mengukur sikap responden


tidak dalam bentuk pilihan ganda atau check list tetapi disusun dalam
sebuah garis dengan nilai sangat negatif diujung kiri dan nilai sangat positif
diujung kanan.

24
Contoh pertanyaan :

Berikan penilaian tentang kondisi lingkungan tempat kerja saudara dengan memilih
angka-angka pada garis berikut.

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

sangat buruk sangat baik

4. Skala Rating
Pada dasarnya skala rating hampir sama dengan skala Likert’s, yang
digunakan untuk mentransformasikan data kualitatif menjadi data kuantitatif
dengan memberi nilai atau angka rating sebagai berikut ;
Rating 1 jika jawaban sangat jelek

Rating 2 jika jawaban jelek


Rating 3 jika jawaban cukup
Rating 4 jika jawaban baik
Rating 5 jika jawaban sangat baik.

Perbedaan skala rating dengan Likert’s terletak pada jumlah alternative


jawaban pada skala rating tidak harus berjumlah ganjil, dan jika jumlah
alternatif jawabannyaa ganjil maka jawaban yang ditengah tidak menunjukkan
kondisi netral.
Sedangkan dalam desain pengukuran yang ditujukan untuk memberi nilai
pada satuan atribut yang diukur terdapat 4 tingkatan skala pengukuran variabel
sebagai berikut.
1. Skala Nominal.

Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberi simbol
pada kategori tertentu, sehingga pemberian nilai atau angka pada suatu

25
kategori tidak memiliki fungsi atau makna apa-apa. Skala Nominal
merupakan skala yang memiliki tingkatan paling rendah dalam penelitian.
Contoh : Variabel jenis kelamin
Wanita diberi simbol 1

Pria diberi simbol 2

Dalam contoh ini angka 1 dan 2 tidak berarti yang satu lebih baik dari yang lain,
tetapi hanya untuk memudahkan dalam mengukur saja sehingga
menjadi lebih tegas.

2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran variabel dengan cara
membuat ranking atau mengurutkan tingkatan-tingkatan obyek dari yang
terrendah ke yang tertinggi. Ukuran ordinal bukan merupakan nilai absolut tetapi
hanya menunjukkan ranking saja. Skala ordinal ini sering dianggap sama dengan
skala Likert’s karena kesamaan urutan pemberian skor .
Contoh :
Kelompok IPK 3,20 s/d 4,00 ranking 1 skor 5

Kelompok IPK 2,40 s/d 3,19 ranking 2 skor 4


Kelompok IPK 1,60 s/d 2,39 ranking 3 skor 3

Kelompok IPK 0,80 s/d 1,59 ranking 4 skor 2

Kelompok IPK 0,00 s/d 0,79 ranking 5 skor 1

3. Skala Interval

Skala interval merupakan skala pengukuran variabel dengan


memberi nilai/angka pada setiap set dari obyek yang mempunyai sifat
ordinal, kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu adanga “jarak yang sama
(interval)” antara ranking pertama dan berikutnya.

4. Skala Rasio.

Skala rasio adalah skala pengukuran variabel yang memiliki tingkatan


paling tinggi karena mencakup ukuran nominal, ordinal, dan interval,

26
kemudian ditambah satu sifat lagi yaitu keterangan tentang nilai absolut dari
obyek yang diukur.

3.3. Pengertian, Kegunaan, dan Jenis data

Dalam kamus Webster disebutkan bahwa data adalah “things known or


assumed”, yang berarti bahwa data adalah sesuatu yang diketahui dan
dianggap/diasumsikan. Dalam pengertian yang lebih luas, data berarti keterangan-
keterangan atau informasi-informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian
sebagai bahan untuk dianalisis. Dengan demikian data dapat memberikan
gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan atau peristiwa.
Setelah dianalisis atau diolah, data sangat berguna sebagai dasar yang obyektif

dalam proses pembuatan keputusan atau kebijakan-kebijakan dalam rangka pemecahan

masalah. Meskipun dalam penelitian diperlukan banyak informasi atau keterangan,

tetapi agar analisis dapat dilakukan dengan baik maka harus didukung oleh informasi

atau data yang baik pula. Jadi hasil akhir dari suatu penelitian sangat tergantung pada

informasi yang diperoleh, sedangkan akurasi informasi sangat tergantung pada data

yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti.

Oleh karena data yang diperoleh bisa menentukan kualitas hasil suatu
penelitian, maka diharapkan setiap peneliti dapat memperoleh data yang baik.
Sifat data yang baik dipengaruhi oleh instrumen penelitian dan teknik
pengumpulan datanya. Jika data yang diperlukan merupakan sebuah estimasi
(yakni data dari sample) yang diperlukan untuk membuat keputusan terhadap
sesuatu yang bersifat universal/umum, maka data yang baik adalah data yang
memiliki standard error kecil.
Data yang dianggap baik bagi suatu penelitian adalah data yang memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
a. bisa dipercaya kebenarannya (reliable)

b. tepat waktu ( up to date )

27
c. mencakup ruang lingkup yang luas (comprehensive)

Pada tahap selanjutnya, dataakan dipergunakan sebagai alat kontrol


dalam pelaksanaan dari suatu rencana penelitian agar segera diketahui ada /
tidaknya penyimpangan-penyimpangan atau kelemahan-kelemahan yang terjadi
untuk segera diatasi atau diperbaiki. Dan terakhir data akan digunakan sebagai
dasar untuk melakukan evaluasi atas hasil kerja secara keseluruhan.
Dengan diperolehnya data yang baik bisa diharapkan adanya suatu
perencanaan yang tepat, kontrol yang efektif, serta evaluasi yang jujur. Dengan
demikian dalam suatu penelitian data memiliki beberapa manfaat/kegunaan.
Manfaat dari data dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau
persoalan
2. Untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah penelitian,

sehingga data dapat digunakan :

a. sebagai dasar untuk menyusun perencanaan

b. sebagai alat control dalam pelaksanaan rencana


c. sebagai dasar untuk evaluasi.

Data yang diperlukan dalam suatu penelitian bisa bermacam-macam


jenisnya. Sedangkan untuk mengetahui apa saja jenis data yang ada dapat
disebutkan adanya pembagian jenis data yang didasarkan pada beberapa aspek
berikut ini.
1. Menurut sifat datanya, terdapat dua jenis data yaitu :
a.
Data kualitatif, yaitu data yang bukan berupa angka-angka tetapi
berupa keterangan-keterangan. Misalnya data tentang jenis kelamin, ada
wanita dan ada pria
b.
Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka. Misalnya
data tentang volume penjualan suatu perusahaan bisa 1000 unit,
1200 unit, dan seterusnya.

2. Menurut sumbernya, ada dua jenis data yaitu :

28
a.
Data internal, yaitu data yang terjadi dalam organisasi obyek
penelitian, misalnya saja tentang gambaran umum obyek yang
diteliti seperti sejarah berdirinya perusahaaan, kapasitas produksi,
daftar kekayaan perusahaan, dan sebagainya.
b.
Data eksternal, yaitu data yang terjadi diluar organisasi obyek
penelitian dan mempunyai keterkaitan dengan obyek penelitian
tersebut. Misalnya dalam mengukur pangsa pasar suatu perusahaan
selain diperlukan data penjualan dari perusahaan itu sendiri juga
diperlukan data penjualan seluruh industri, yang ini diperoleh dari
luar organisasi atau obyek penelitian
3. Menurut cara memperolehnya, terdapat dua jenis data sebagai berikut :
a.
Data primer, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari
sumber utama secara langsung. Misalnya karakteristik responden
yang disampaikan sendiri oleh responden baik melalui wawancara
maupun melalui pengisian daftar pertanyaan.
b.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi
berupa publikasi-publikasi dan sudah dikumpulkan oleh orang lain.
Misalnya untuk mengetahui data populasi penduduk, jumlah
angkatan kerja atau pendapatan perkapita disuatu daerah bisa
diketahui dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) setempat.
4. Menurut waktu pengumpulannya, ada dua jenis data yaitu :
a.
Data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu waktu
tertentu dan terjadinya hanya sekali, yang menggambarkan
keadaan pada waktu itu saja. Data cross section juga sering
disebut dengan “at a point time data”. Misalnya besarnya laba
perusahaan pada tahun 2008 adalah Rp 5.000.000,- ( lima juta
rupiah ). Data cross section jika diolah hanya dapat digunakan
untuk menggambarkan kondisi pada saat itu saja, atau dengan kata
lain jika datanya adalah cross section, maka tidak bisa digunakan
untuk membuat prediksi atau perkiraan untuk waktu yang lain.

29
b.
Data time series atau data runtun waktu (berkala), adalah data yang
dikumpulkan dari waktu kewaktu dengan seri waktu yang sama,
yang menggambarkan perkembangan suatu kejadian selama
periode pengamatan. Contoh data berkala tentang omset penjualan
perusahaan dapat disajikan sebagai berikut :

Tahun Omset penjualan ( Kg)


2001 12.500

2002 13.000

2003 13.250

2004 13.500

2005 14.000

2006 14.000

2007 13.500

2008 14.500

Berdasarkan data berkala ini peneliti dapat melakukan analisis


yang hasilnya dapat digunakan untuk membuat prediksi-prediksi
atau perkiraan pada masa yang akan datang, misalnya dengan
metode trend.

3.4. Pengumpulan Data

Peneliti bisa melakukan pengumpulan data dengan menggunakan


instrument atau alat pengumpul data yang telah ditentukan, dan dengan
menggunakan cara atau metode yang sesuai. Pada dasarnya ada 3 cara yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu dengan cara sensus, cara
sampling, dan studi kasus.
Sensus adalah cara pengumpulan data dimana peneliti mencatat seluruh
elemen yang menjadi obyek penelitian (populasi). Dengan cara pengumpulan data

30
seperti ini akan diperoleh nilai karakteristik sesungguhnya ( true value ) atau
parameter. Meskipun cara sensus memiliki kelebihan karena dapat
menghasilkan true value, namun jika ukuran populasi terlalu besar akan
menyebabkan diperlukan waktu yang lama, biaya mahal, dan butuh tenaga yang
banyak dalam pengumpulan data.
Sampling, adalah cara pengumpulan data dengan mencatat sebagian dari
seluruh elemen/anggota populasi untuk dijadikan sampel. Cara ini banyak
dilakukan oleh peneliti yang menghadapi populasi berukuran besar/luas. Karena
yang dicatat hanya sebagian saja dari elemen populasi, maka dalam cara
sampling ini hasilnya hanya berupa nilai perkiraan ( estimate value ) yang tentu
saja mempunyai kemungkinan kesalahan. Untuk bisa mendapatkan nilai perkiraan
yang akurat, maka jumlah sample yang ditetapkan harus benar-benar bisa
mewakili populasi (representative).
Studi kasus ( case study ) adalah cara pengumpulan data yang hanya
mengamati satu atau beberapa elemen yang tidak jelas populasinya untuk
diselidiki secara mendalam. Simpulan yang dihasilkan dari studi kasus ini hanya
menggambarkan karakteristik dari elemen yang diselidiki tersebut.
Dengan demikian akan terdapat perbedaan sifat atas hasil penelitian yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sensus, sampling, dan studi kasus ini.
Perbedaan itu dapat dijelaskan sebagaimana disajikan dalam tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Perbedaan Hasil Penelitian Dari penggunaan Sensus,
Sampling, dan Studi Kasus

Aspek Sensus Sampling Studi Kasus


Lingkup penelitian Populasi (seluruh Sample (sebagian Satu atau beberapa
elemen yang ada) dari elemen yang elemen
ada)

Hasil analisis True value ( tdk Estimate value Kondisi riil dari
elemen/obyek ybs
ada kesalahan ) (ada kesalahan), dan hanya berlaku
dan berlaku utk bagi obyek tsb.
dan berlaku untuk
populasi
populasi

31
Terlepas dari cara pengumpulan data apakah akan menggunakan sensus,
sampling, atau studi kasus, untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan beberapa metode/teknik sebagai
berikut.
1. Wawancara (interview).

Wawancara adalah tanya jawab antara petugas pengumpul data (data kolektor)
dengan pihak responden atau sumber data. Data kolektor yang mewakili
peneliti mentangi responden untuk dimintai informasi dengan cara tanya
jawab.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengumpul data dengan metode
wawancara ini diantaranya adalah :
a. harus mampu membina hubungan baik dengan pihak responden
b. harus menguasai masalah yang akan diteliti
c. harus memiliki kedisiplinan tinggi

d. menghindari pertanyaan yang bersifat memberi saran

e. menghindari pertanyaan yang tidak ada kaitannya dengan masalah


penelitian, terutama yang bisa menyinggung perasaan/privasi responden

2. Pengamatan (observasi).

Observasi dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, karena


biasanya observasi dilakukan bila obyek penelitain tidak bisa diajak
berkomunikasi. Tujuan dari teknik observasi ini adalah :
a. untuk membantu responden dalam menjawab pertanyaan
b. untuk mengecek jawaban responden
c. untuk mengetahui perkembangan dri obyek penelitian

3. Dokumentasi.

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara merekam


data/keterangan yang diperlukan dengan menggunakan peralatan elektronik
yang ada seperti misalnya dengan kamera, tape recorder, dan sebagainya.

32
Teknik ini digunakan untuk membantu peneliti dalam penyimpanan data yang
sudah diperoleh.

4. Surat-Menyurat.

Teknik ini dilakukan dengan jalan mengirim daftar pertanyaan (kuesioner) yang
dimintakan jawaban dari responden yang alamatnya jelas tetapi jauh dari
peneliti. Cara surat menyurat bisa memungkinkan peneliti membuat
pertanyaan yang mencakup hal-hal yang luas, lebih mudah, dan relatif
murah, tetapi ada bahayanya yakni kemungkinan responden tidak bersedia
menjawab, atau memberi jawaban yang tidak sebenarnya, dan responden
tidak mengembalikan kuesioner tersebut.
Dalam membuat daftar pertanyaan peneliti bisa menggunakan berbagai
tipe pertanyaan seperti pertanyaan dengan jawaban bebas (free response)
atau yang sering disebut dengan pertanyaan terbuka atau tipe pertanyaan
dengan pilihan ganda ( multiple choise ) atau yang sering disebut pertanyaan
tertutup, serta tipe lainnya sesuai dengan keperluan pengumpulan data.
Metode-metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh seorang
peneliti tentu akan disesuaikan dengan siapa atau dari mana sumber data dan apa
jenis datanya. Dalam kaitannya dengan sumber dari mana data yang
diperlukan dalam suatu penelitian dapat diperoleh, terdapat 3 kelompok sumber
data yang biasa disingkat dengan 3 P sebagai berikut.
1. Person ( sumber datanya adalah manusia ). Sumber data ini diperlukan jika
peneliti akan mengumpulkan data dengan cara wawancara dan memerlukan
jawaban secara lisan maupun tertulis.
2. Place ( sumber datanya perlu ada tempat ), yakni sumber data yang
menyajikan tampilan data dalam keadaan tidak bergerak.
3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan informasi-informasi berupa tulisan,
gambar, simbol, angka-angka, dan sebagainya. Sumber data ini yang
menyajikan data sekunder.

3.5. Obyek Penelitian, Unit Analisis, dan Sumber data.

33
Dalam proses pengumpulan data, sumber data selalu berkaitan dengan obyek
penelitian maupun satuan atau unit yang akan dijadikan fokus analisis dalam
penelitian. Seorang peneliti harus mengenal dengan baik tentang kaitan antara
obyek yang diteliti, unit analisis, variabel penelitiannya, serta sumber data yang
diperlukan dalam penelitian. Tanpa mengenal keterkaitan antara beberapa hal ini
peneliti akan kesulitan dalam membuat rancangan penelitian secara
keseluruhan.
Seringkali peneliti tidak bisa membedakan antara obyek penelitian dengan
unit-unit atau satuan-satuan yang akan dianalisis, yang disebabkan karena
terkadang antara obyek dan unit analisis berada dalam suatu sistem yang sama.
Oleh karena itu perlu diketahui perbedaan diantara keduanya agar bisa
memberikan gambaran kepada para mahasiswa dalam membuat rancangan
penelitiannya. Berikut ini akan diberikan contoh keterkaitan antara judul, obyek
penelitian, variabel yang digunakan, unit analisis, dan sumber datanya.

Misalnya seorang peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh


Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan Perusahaan X”, maka dapat dijelaskan yang menjadi obyek penelitian,
variabel penelitian, unit analisis maupun sumber datanya sebagai berikut :
Obyek penelitian : Perusahaan X
Variabel penelitian : 1. Kepemimpinan
2. Budaya Organisasi

3. Kompensasi 4.
Prestasi Kerja

Unit Analisis : 1. Karyawan


2. Pimpinan perusahaan
Sumber Data : Primer dan sekunder

3.6. Ringkasan bab III.

Dalam suatu penelitian bisa terdapat bermacam-macam variabel yang


bisa dioperasikan, yang kemudian terhadap variabel penelitian itu akan dilakukan

34
pengukuran variabel. Terdapat 2 macam desain pengukuran variabel, yaitu
pertama pengukuran yang bertujuan untuk memberikan angka-angka skor pada
data kualitatif ( dikenal dengan teknik scalling atau scoring ), dan kedua
pengukuran yang bertujuan untuk memberi nilai atas satuan atribut ( dikenal
dengan skala pengukuran variabel ).
Teknik scoring yang bisa digunakan diantaranya adalah skala likert’s,
skala Guttman, skala Semantic Diferensial, dan skala Rating. Sedangkan skala
pengukuran variabel terdiri atas skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan
skala rasio.
Variabel tidak bisa dipecahkan jika tidak diberi pernyataan dalam bentuk
data. Data yang baik adalah data yang memiliki sifat “reliable, up to date, dan
comprehensive”. Data sangat bermanfaat bagi suatu penelitian, baik sebagai
gambaran tentang suatu keadaan/persoalan, sebagai alat control dalam
pelaksanaan rencana, dan sebagai dasar evaluasi atas hasil penelitian.
Data bisa dikelompokkan kedalam beberapa aspek yang bisa dijelaskan sebagai
berikut :
a. Menurut sifat data, terdapat 2 jenis data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif
b. Menurut sumber datanya, ada 2 jenis data yaitu data internal dan data eksternal
c. Menurut cara memperolehnya, ada 2 jenis data yaitu data primer dan data
sekunder.
d. Menurut waktu pengumpulannya, ada 2 jenis data yaitu data cross section

dan data time series.

Dalam pengumpulan data, peneliti bisa menggunakan beberapa cara


yakni cara sensus, cara sampling, dan cara studi kasus; dimana teknik yang
digunakan bisa dengan wawancara atau interview, pengamatan atau observasi,
dokumentasi, atau dengan surat menyurat.

3.7. Soal-Soal Latihan

1. Apakah yang disebut dengan variabel ?

35
2. Jelaskan apa saja jenis-jenis variabel yang bisa dioperasikan dalam penelitian,
dan berilah contohnya masing-masing !
3. Jelaskan perbedaan teknik scoring antara “skala Likert’s, skala Guttman, skala
Semantic Diferensial, dan skala Rating”
4. Berikan contoh pengukuran variabel dengan “skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan skala rasio”.
5. Apakah yang disebut dengan data ?

6. Jelaskan sifat-sifat data yang baik bagi suatu penelitian

7. Jelaskan pula apa saja manfaat data bagi suatu penelitian


8. Jelaskan perbedaan cara pengumpulan data dengan cara sensus, cara
sampling, dan cara studi kasus.

BAB IV SAMPLING

Tujuan pembelajaran :
1.
Dengan mengenal berbagai teknik sampling, mahasiswa
diharapkan dapat memilih salah satu atau kombinasi teknik sampling
yang tepat untuk penelitiannya
2.
Melalui pengenalan berbagai metode penentuan ukuran sampel,
mahasiswa diharapkan dapat memilih metode yang tepat dan dapat
menentukan jumlah sampel yang representatif.

Sebagaimana disebutkan dalam bab III dimuka, sampling adalah cara


pengumpulan data dimana peneliti hanya mengamati beberapa elemen populasi
untuk dijadikan sampel. Sampel yang ditentukan itulah yang diambil datanya

36
untuk dianalisis, yang kemudian hasil analisisnya menggambarkan atau
menyimpulkan kondisi populasi.
Populasi merupakan suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
simpulannya. Populasi tidak hanya berupa orang, tetapi bisa juga berupa benda
yang lainnya. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja
dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil
dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil dari populasi.
Sebagai wakil dari populasi, maka jumlah sampel harus benar-benar
representative (bisa mewakili), sehingga hasil analisis yang dilakukan terhadap
sampel bisa menggambarkan kondisi dari populasinya. Dilihat dari ukurannya,
populasi dan sampel dapat diilustrasikan dengan gambar 2 berikut ini.

Gambar 2
Populasi dan Sampel

Populasi Sampel

37
Dalam mengumpulkan data sampel, peneliti disarankan memilih teknik
sampling yang tepat ( sesuai dengan sifat populasi penelitiannya ) dan
menentukan jumlah sample yang representatif. Oleh karena itu dalam bab ini akan
dijelaskan berbagai teknik sampling yang dapat diterapkan dalam suatu penelitian
serta metode penentuan jumlah sample ( sample size ).

4.1. Teknik Sampling

Sampling terdiri atas 2 kelompok yaitu sampling yang didasarkan pada nilai- nilai
probabilitas ( probability sampling ), atau juga sering disebut dengan
“random sampling”, dan sampling tidak berdasar nilai probabilitas ( non
probability sampling ) atau sering disebut dengan non random sampling.
Beberapa teknik yang termasuk dalam kelompok Probability Sampling adalah
sebagai berikut :
1. Simple Random Sampling.
Simple Random Sampling adalah suatu sample yang terdiri atas sejumlah
elemen yang dipilih secara acak, dimana setiap elemen/anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik ini
digunakan jika elemen populasi bersifat homogen, sehingga elemen manapun
yang terpilih menjadi sampel dapat mewakili populasi. Cara yang paling mudah
untuk memilih secara random atau acak adalah dengan cara undian.
Contoh : sebuah populasi beranggota 5 elemen ( X1; X2; X3; X4; X5 ); akan
dipilih 2 elemen sebagai sampel, maka kemungkinan
kombinasi 2 sampel itu adalah sebagai berikut :
Kemungkinan I : X1, X2,
Kemungkinan II : X1, X3
Kemungkinan III : X1, X4

Kemungkinan IV : X1, X5
Kemungkinan V : X2, X3
Kemungkinan VI : X2, X4
Kemungkinan VII : X2, X5
Kemungkinan VIII : X3, X4
Kemungkinan IX : X3, X5
Kemungkinan X : X4, X5

38
2. Stratified Random Sampling.

Teknik ini digunakan jika elemen populasi tidak homogen, sehingga


perlu dibuat pengelompokan atau strata dimana anggota setiap strata/kelas
bersifat lebih homogen. Penyebaran wakil sampel dari setiap
kelompok/strata ditetapkan secara proporsional, dan dari setiap strata
(stratum) tersebut kemudian diambil sampel secara acak, sehingga setiap
strata atau kelompok populasi terwakili oleh sample yang proporsional.
Contoh :
Dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengukur kinerja pegawai
diketahui bahwa populasinya adalah pegawai sebuah instansi
yang berjumlah 100 orang, dan menempati bagian-bagian sbb :
staf administrasi 50 orang
staf bagian keuangan 10 orang
staf bagian kepegawaian 20 orang
staf umum dan keamanan 20 orang
Jika dari populasi sebanyak 100 pegawai itu akan diambil sampel
sebanyak 20 orang, maka wakil sampel dari setiap bagian dihitung secara
proporsional sebagai berikut :
Staf administrasi 50/100 x 20 = 10 orang
Staf bagian keuangan 10/100 x 20 = 2 orang
Staf bagian kepegawaian 20/100 x 20 = 4 orang
Staf umum dan keamanan 20/100 x 20 = 4 orang
Junlah 20 orang

3. Systematic Random Sampling.

Systematic Random Sampling.adalah pengambilan sampel dimana


sampel pertama diambil secara acak, kemudian sampel kedua, ketiga, dan
seterusnya ditentukan dengan menetapkan jarak atau interval tertentu yang
ditambahkan dari nomor sampel pertama. Penggunaan teknik ini dapat
dibenarkan jika elemen populasi bersifat homogen.

39
Contoh : dalam sebuah penelitian terdapat 10 perusahaan pada suatu
industri pengolahan ikan, yang akan diambil 3 perusahaan sebagai
sampel, maka pertama kali ditetapkan interval yang besarnya kurang/lebih =
N / n , dimana N adalah ukuran populasi, dan n adalah ukuran sample.
Dengan demikian diperoleh interval sebesar ± 10 / 3 = 3 (dibulatkan).
Kemudian kita mengundi (mengacak) kesepuluh perusahaan itu untuk
dijadikan sampel pertama. Misalnya saja sampel pertama jatuh pada nomor
perusahaan 2, maka sampel kedua adalah perusahaan nomor 2 + 3 =
nomor 5, dan sampel ketiga adalah perusahaan nomor 5 +
3 = nomor 8.

4. Cluster Sampling.

Cluster sampling pada dasarnya adalah hampir sama dengan


stratified random. Perbedaannya adalah bahwa anggota populasi dalam
setiap klaster tidak harus homogen. Dalam teknik ini dilakukan jika lingkup
penelitian cukup luas sehingga paneliti akan memilih klaster-klaster
tertentu untuk dijadikan obyek penelitian, dan sampel diambil dari setiap
klaster dengan jumlah yang sudah ditetapkan lebih dulu.
Contoh : penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan usaha
pengolahan ikan di Jawa Tengah yang memiliki 35
Kabupaten/Kota, dipilih Kabupaten/Kota penghasil ikan dalam jumlah
besar saja yang dijadikan klaster. Misalnya pilihan secara acak jatuh pada
Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
Dari masing-masing klaster wilayah ini ditentukan jumlah sampel pengolah
ikan yang akan diteliti lebih dalam masing-masing sebanyak 10 pengusaha.

Setiap teknik sampling yang termasuk dalam probability sampling ini akan
dipilih oleh peneliti dalam pengumpulan data sampel, teknik mana yang paling
sesuai dengan sifat populasinya. Kadang-kadanga peneliti tidak hanya
menggunakan salah satu teknik saja tetapi bisa juga mengkombinasikan
beberapa teknik sampling yang ada untuk keperluan pengumpulan data. Namun
demikian, yang lebih penting bagi para mahasiswa adalah mereka diharapkan
bisa memilih teknik yang benar-benar tepat sesuai dengan sifat dari populasi

40
penelitiannya. Kesalahan dalam memilih teknik sampling bisa berakibat data
yang terkumpul tidak representative, dan tidak seperti yang diharapkan sehingga
akan mempersulit atau bahkan tidak bisa diolah.
Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik yang termasuk
dalam kelompok probability sampling dapat dijelaskan dalam tabel 3 yang
disajikan pada halaman 41 berikut ini.

Tabel 3 Kelebihan dan Kekurangan Setiap Teknik


Dalam Kelompok Probability Sampling

No Teknik Sampling Kelebihan Kekurangan

1 Simple Random * mudah diterapkan * butuh daftar anggota

populasi

* butuh waktu lama

* mahal
2 Stratified Random *ukuran sampel dlm strata * biaya mahal

terkontrol * kesalahan makin


besar jika grup dipilih
* efisien pd tingkat berbeda

* menyediakan data utk


analisis tiap strata
3 Systematic Random * lebih mudah dan lebih * butuh daftar anggota
murah dr pd sampel
random populasi

4 Cluster Sampling * lebih efisien dr pada * jika karakteristik di


antara kluster tidak
simple random homogen bisa me-
nyebabkan hasil
* biaya per sampel lebih menjadi bias.
murah
* mudah digunakan tanpa
daftar populasi

41
Sedangkan berbagai teknik sampling yang termasuk dalam kelompok Non Probability

Sampling adalah sebagai berikut :

1. Accidental Sampling ( atau sering disebut dengan Convenience


Sampling), adalah teknik sampling dimana cara memilih sampel
ditentukan secara subyektif ( untuk kemudahan ), yakni setiap
elemen populasi yang dijumpai bisa diambil/dijadikan sampel.

Contoh : penelitian untuk menilai kepuasan nasabah sebuah perbankan


menetapkan 100 orang nasabah sebagai sampel. Untuk
kemudahan dalam pengumpulan data, peneliti bisa mengambil
data ( dengan kuesioner ) dari setiap nasabah yang ia jumpai
ketika peneliti itu datang ke bank yang dijadikan obyek
penelitian.

2. Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan


pada karakteristik populasi yang telah ditetapkan lebih dulu
jumlahnya ( ditentukan kuota sampel lebih dulu ).

3. Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel berdasar kreteria


tertentu untuk bisa memberikan informasi secara optimal.
Kreteria yang ditetapkan dalam teknik ini disesuaikan dengan
keperluan peneliti.
Contoh : Penelitian tentang kepuasan nasabah perbankan dimuka
ditetapkan kreteria nasabah yang akan dijadikan sampel.
Kreteria itu misalnya :
a. minimal datang ke bank 1 kali sebulan

b. telah menggunakan semua layanan produk perbankan yang ada


c. sudah menjadi nasabah minimal 1 tahun.

42
4. Snowball Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dimulai
dengan jumlah kecil dan makin lama makin besar, kemudian
berhenti jika informasi yang dibutuhkan sudah terpenuhi.
Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
penggemar motor gede disebuah Kabupaten dimana mula-mula
peneliti hanya mengenal seorang penggemar (misalnya A),
kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan A diketahui
ada beberapa klub motor gede yakni untuk 1000 cc keatas yang
diketuai oleh B, dan untuk yang kurang dari 1000 cc yang
diketuai oleh C. Secara bertahap dari B dan C diperoleh
informasi adanya sejumlah anggota di masing-masing klub yang
bisa ditambahkan dalam sample. Penambahan sampel akan
dihentikan jika dirasa informasinya sudah cukup untuk keperluan
analisis.
Ilustrasi dari Snowball sampling dapat disajikan pada gambar 3
berikut ini.

Gambar 3
Snowball Sampling

B1

B2

B3

C1

C2

43
C

Sampel tahap I C3

Sampel tahap II

Sampel tahap III

4.2. Penentuan Ukuran Sampel ( Sample Size )


Secara logika dapat dikatakan bahwa penggunaan sampel dalam
jumlah yang semakin besar bisa memberikan data yang semakin lengkap,
sehingga hasil analisis dan keputusan yang dibuat juga semakin baik
( mendekati kenyataan ). Jadi dengan kata lain, semakin banyak jumlah sampel
akan semakin kecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi. Dengan demikian
peneliti sedapat mungkin menentukan jumlah sampel sebanyak-banyaknya
untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun demikian tentu saja tanpa aturan yang
jelas mengenai berapa jumlah sampel yang dianggap dapat mewakili populasi
(representative) akan membingungkan bagi peneliti untuk menentukan ukuran
sampel.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel
minimal bagi sebuah penelitian, dimana masing-masing metode digunakan untuk
sifat dan ukuran populasi yang berbeda-beda. Beberapa metode yang bisa
digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal diantaranya adalah :

1. Metode Slovin.

44
Metodenya Slovin yang pertama digunakan jika ukuran populasi jelas, yakni
jumlah anggota populasi dapat diketahui ( sering dikatakan sebagai populasi
yang teridentifikasi ), menggunakan rumus sebagai berikut :

N
n = ----------
1 + N.e²

Dimana n adalah jumlah sampel minimal N


adalah jumlah anggota populasi e
adalah sampling error
Contoh : penelitian yang akan mengukur kinerja karyawan sebuah organisasi
memiliki populasi berupa jumlah karyawan sebanyak 400 orang.
Jika peneliti menetapkan sampling error sebesar 10 %, maka
jumlah sampel minimal dapat dihitung sbb :

400
n = --------------------- = 80
1 + 400 (0,10)²

Jadi jumlah sampel minimal adalah 80 orang karyawan.

2. Metode Interval taksiran.

Metode interval taksiran ini merupakan metodenya Slovin yang kedua, yang
digunakan jika populasi penelitian tidak teridentifikasi atau sering juga disebut
populasi tak terhingga, yakni ukuran populasi yang tidak bisa diketahui jumlah
anggotanya secara jelas/pasti. Penentuan ukuran sanpel dengan metode
interval taksiran ini dilakukan dengan menggunakan rumus :

45
Za
n = { ----- }²
e

dimana n adalah jumlah sampel minimal

Z adalah luas daerah pada kurva normal

a adalah standar deviasi ( simpangan baku ) dari populasi. Dalam


hal ini karena ukuran populasinya tidak jelas, maka simpangan baku
diasumsikan sebesar 50 %, sehingga a = 0,50
e adalah sampling error

Contoh : penelitian yang bertujuan untuk mengukur kepuasan konsumen


pengguna Handphone merk Nokia di Kota Pekalongan, memiliki
populasi pengguna Nokia yang jumlahnya tidak jelas. Dengan
demikian jika sampling error ditetapkan 5 %, maka sampel minimal
dihitung dengan metode interval taksiran ini sbb :
1,65 ( 0,50 ) n =
{ ------------------ }² = 273
0,05

Jadi jumlah sampel minimal adalah 273 orang.

3. Metode yang dikembangkan oleh Paul Leedy.


Metode Paul Leedy digunakan jika populasi penelitian merupakan sebuah
proporsi atau bagian dari kelompok populasi lain yang lebih besar
ukurannya, seperti misalnya populasi berupa jumlah keluarga miskin disuatu
daerah, dimana keluarga miskin merupakan bagian dari jumlah KK yang ada
didaerah tersebut. Rumus yang digunakan adalah :

46
Z
n = { ------ }² . p . q
e

dimana n adalah jumlah sampel minimal Z adalah luas


daerah pada kurva normal p adalah
proporsi pertama dari populasi
q adalah proporsi sisa ( besarnya q = 1 – p ) e

adalah sampling error

Contoh : suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan prestasi


akademis mahasiswa Fakultas Ekonomi.Universitas X. Jumlah
seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas X adalah 2000
orang, sedangkan pengamatan dilakukan pada mahasiswa
semester V yang berjumlah 400 orang. Jika digunakan sampling
error 10 %, maka p = 20 % dan q = 1 – 20 % = 80 %.
1,65
Jumlah sampel minimal = { -----------}² ( 20 %) ( 80 % ) = 44
0,10

Jadi jumlah sampel minimal = 44 orang mahasiswa semester V.

4. Metode Gay.

Gay memberikan aturan penentuan jumlah sampel berdasarkan desain


penelitian yang dilakukan, yang dapat disebutkan sebagai berikut :

47
a. Untuk penelitian deskriptif, jika populasi berukuran besar dapat
menetapkan sampel minimal 10 % dari populasi; dan jika populasi
berukuran kecil maka sampel minimalnya 20 % dari populasi. Sebuah
populasi dikatakan berukuran besar jika memiliki jumlah elemen/anggota
sebanyak 1000 elemen atau lebih, dan dikatakan berukuran kecil jika
populasi itu memiliki elemen/anggota kurang dari 1000.
b. Untuk desain penelitian korelasional ditetapkan oleh Gay jumlah sampel
minimalnya adalah sebanyak 30 subyek
c. Untuk penelitian expost vacto atau penelitian yang bersifat kausal
komparatif, ditetapkan jumlah sampel minimal sebanyak 15 subyek
d. Untuk penelitian eksperimental ditetapkan jumlah sampel minimal
sebanyak 15 subyek.

5. Metode Kracjie.

Berbeda dengan metode-metode penentuan jumlah sampel minimal yang


diuraikan dimuka, Kracjie menawarkan sebuah metode penentuan jumlah
sampel dengan sebuah tabel. Tabel yang disusun oleh Kracjie hanya untuk
tingkat toleransi kesalahan atau sampling error sebesar 5 %.
Dengan tabel yang disajikan oleh Kracjie seorang peneliti dengan
mudah bisa mengetahui berapa jumlah sampel minimalnya tanpa harus
menghitung dengan rumus. Hanya saja kelemahan dari metodenya Kracjie ini
selain hanya untuk sampling error 5 % juga ukuran populasi mungkin tidak
sama persis dengan populasi seorang peneliti, sehingga penentuan jumlah
sampelnya juga terkadang tidak persis tepat sesuai dengan tabel yang
disajikan. Tabel ukuran populasi dan sampel dari Kracjie disajikan pada tabel
4 berikut ini.

Tabel 4 Ukuran Populasi dan Sampel pada α 5 %


N S N S N S N S N S
10 10 110 86 300 169 950 274 4500 354

15 14 120 92 320 175 1000 278 5000 357

48
20 19 130 97 340 181 1100 285 6000 361

25 24 140 103 360 186 1200 291 7000 364

30 28 150 108 380 191 1300 297 8000 367

35 32 160 113 400 196 1400 302 9000 368

40 36 170 117 420 201 1500 306 10000 370

45 40 180 123 440 205 1600 310 15000 375

50 44 190 127 460 210 1700 313 20000 377

55 48 200 132 480 214 1800 317 30000 379

60 52 210 136 500 217 1900 320 40000 380

65 56 220 140 550 226 2000 322 50000 381

70 59 230 144 600 234 2200 327 100000 384

75 63 240 148 650 242 2400 331

80 66 250 152 700 248 2600 335

85 70 260 155 750 254 2800 338

90 73 270 159 800 260 3000 341

95 76 280 162 850 265 3500 346

100 80 290 165 900 269 4000 351

Keterangan : N adalah ukuran populasi

S adalah jumlah sampel

4.3. Ringkasan bab IV.

Sampling adalah salah satu cara pengumpulan data yang biasanya

49
dipilih oleh peneliti untuk menghindari besarnya kebutuhan anggaran penelitian jika
pengumpulan data dilakukan dengan cara sensus. Oleh karena itu peneliti hanya
mengambil sebagian dari elemen atau anggota populasi untuk dijadikan contoh atau
sampel dan diselidiki lebih lanjut secara mendalam. Dalam hal ini, peneliti bisa
memilih salah satu teknik sampling atau kombinasi beberapa teknik sepanjang sesuai
dengan sifat populasi penelitiannya, baik yang termasuk dalam kelompok probability
sampling maupun non probability sampling.
Karena dalam cara sampling ini yang diselidiki hanya contoh dari
sebagian anggota populasi, maka agar hasilnya bisa benar-benar
menggambarkan kondisi populasi, jumlah sampel harus reperentatif, dalam arti
jumlahnya mewakili. Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang
representative, peneliti bisa menggunakan salah satu metode penentuan jumlah
sampel dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan sifat dan ukuran
populasinya. Penggunaan berbagai metode penentuan sampel pada kelompok
populasi yang tepat dapat diringkas sebagaimana tampak pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Metode Penentuan Sampel dan Sifat Populasi

No Metode Sifat Populasi


1 Slovin Anggota populasi homogen dan jumlahnya
teridentifikasi

2 Interval taksiran Jumlah anggota populasi tidak teridentifikasi


3 Paul Leedy Populasi penelitian merupakan sebuah

proporsi atau bagian dari kelompok populasi

lain yang lebih besar ukurannya


4 Gay Jumlah sampel ditentukan sesuai dengan
desain penelitiannya

5 Kracjie Anggota populasi homogen, jumlahnya

teridentifikasi, dan disajikan dalam tabel

khusus dengan sampling error 5 %

50
4.4. Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang disebut dengan probability sampling dan non probability
sampling !
2. Jelaskan apa alasan bagi seorang peneliti yang memilih teknik non
probability sampling !
3. Metode apa saja yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran sampel (
sample size ), dan apa kaitan masing-masing metode dengan sifat
populasi penelitian.
4. jika suatu penelitian memiliki populasi berukuran 300 anggota dan peneliti
menggunakan sampling error sebesar 5 %, tentukan berapa jumlah
sampel minimalnya.
5. Populasi penelitian berupa pasien rawat inap di sebuah Rumah Sakit yang
menempati ruang perawatan dengan jumlah masing-masing sebagai
berikut :
Ruang perawatan Jumlah pasien
VIP 30 orang
Kelas utama 50 orang
Kelas I 80 orang
Kelas II 40 orang
Jumlah 200 orang
a. berdasar data tersebut tentukan jumlah sampel minimal dengan metode
Gay.
b. Hitunglah berapa wakil sampel pada setiap strata ruang perawatan.

51
BAB V USULAN
PENELITIAN ( Prpoposal Skripsi )

Tujuan pembelajaran : Dengan menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa


diharapkan
1. dapat menyusun Usulan Penelitian (UP) dalam rangka rencananya untuk
melakukan penelitian guna menyususn Skripsi.
2. dapat menyusun instrumen penelitian atau daftar pertanyaan

dengan benar

Sebelum kegiatan penelitian ilmiah dilaksanakan, biasanya didahului


dengan pembuatan usulan penelitian atau yang biasa dikenal dengan proposal
penelitian. Usulan penelitian berfungsi untuk meyakinkan atau memastikan
bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penelitian mulai dari
perencanaan, penetapan rumusan masalah, kesesuaian tujuan penelitian dengan
hipotesis dan alat analisis, data yang diperlukan dan metode pengumpulannya,
instrument penelitian, sampai alat uji hipotesis benar-benar sudah sesuai dan siap
dioperaikan.
Dari usulan penelitian ini orang bisa melakukan penilaian apakah
penelitian yang diajukan memang layak untuk dilaksanakan atau tidak, sehingga
usulan penelitian ini perlu dikaji oleh penelaah yang memiliki kepakaran relevan
untuk memperoeh masukan-masukan guna memperbaiki atau menyempurnakan
rencana penelitian. Penyusunan usulan penelitian mengikuti sistematika yang
memiliki komponen-komponen tertentu, dimana setiap komponen memiliki fungsi
dan peranan masing-masing, serta memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.
Bab ini akan menjelaskan bagaimana mengembangkan sistematika dari
usulan penelitian, apa fungsi masing-masing komponen dan bagaimana logika
penyusunan setiap komponen, sampai membuat rancangan instrument penelitian.

52
5.1. Mengembangkan Sistematika
Pengembangan sistematika penulisan merupakan kebutuhan yang
mutlak dari setiap penyusunan karya ilmiah. Sistematika ini merupakan rangkuman
dari berbagai komponen/unsur yang satu dengan lainnya saling berkaitan,
saling menunjang, saling mengisi, atau saling melengkapi sesuai dengan
fungsi dan kedudukan masing-masing komponen dalam sistematika. Oleh
karena itu, tidak berfungsinya atau terganggunya salah satu komponen dalam
sistematika dapat menyebabkan terhentinya proses secara keseluruhan, atau
setidaknya dapat menimbulkan ketidak-seimbangan atau ketidak-serasian
penyajian karya ilmiah sebagai suatu kesatuan.
Meskipun setiap komponen memiliki perbedaan tingkat vitalitas atau
kontribusinya terhadap sistematika secara keseluruhan, namun sangat penting
artinya bagi pengembangan sistematika itu sendiri. Sebagai suatu kerangka,
sistematika merupakan struktur yang menata dan mengelola berbagai komponen
atau kelompok komponen berdasarkan peranan atau fungsinya. Hal ini tidak
terlepas dari urutan logika dalam mengemukakan materi secara benar sesuai
dengaan relevansinya, sehingga merupakan serentetan sajian yang berangkai
dan meluncur dengan tetap memelihara kejelasan serta ketegasan setiap
komponen serta kaitannya satu dengan yang lain.
Sistematika yang akan disajikan dalam buku ini adalah sebuah sistematika
yang didasarkan pada kebutuhan untuk mencapai tujuan penulisan karya ilmiah
( dalam bentuk skripsi ) dan tidak ada pretensi bahwa sistematika ini adalah yang
terbaik, tetapi sebuah sistematika yang dianggap bisa mencapai tujuan penulisan
secara optimal.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang disusun berdasarkan hasil
penelitian akan didahului dengan penyusunan Usulan Penelitian (UP), atau sering
disebut dengan Proposal Skripsi. Sistematika yang dikembangkan dalam
menyusun Usulan Penelitian terdiri atas komponen-komponen yang masing-
masing mempunyai fungsi dan peranan berbeda, namun semuanya tetap
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.

53
5.2. Komponen-Komponen Usulan Penelitian
Secara garis besar, komponen-komponen Usulan Penelitian (UP) yang
akan dibuat oleh mahasiswa terdiri atas beberapa hal yang menunjukkan urut-
urutan sebagai berikut :
1. Judul Penelitian

2. Pendahuluan

2.1. Latar Belakang Masalah

2.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

2.3. Tujuan Penelitian

2.4. Kegunaan atau Manfaat Penelitian

3. Tinjauan Pustaka

3.1. Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan

3.2. Landasan teori

3.3. Kerangka Pemikiran

3.4. Hipotesis ( kalau ada )

4. Metode Penelitian

4.1. Jenis dan Obyek Penelitian

4.2. Operasionalisasi Variabel

4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik sampling

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.5. Teknik Analisis

5. Daftar Pustaka (sementara)

6. Daftar Pertanyaan (kalau ada)

Setiap komponen dalam UP tersebut mempunyai fungsi dan peranan, dan


penyusunan setiap komponen harus mengikuti logika penyusunan yang benar.

54
Berikut ini dijelaskan apa fungsi komponen-komponen yang ada dalam UP dan
bagaimana logika penyusunan yang benar.

5.3. Fungsi dan Logika Penyusunan Komponen-Komponen UP


1. Judul Penelitian

Judul merupakan identitas atau cerminan jiwa secara keseluruhan dari suatu karya
tulis atau karya ilmiah. Oleh karena itu judul hendaknya mempunyai sifat
“menjelaskan diri dan menarik”. Melalui judul pembaca dapat langsung
menduga apa materi atau masalahnya serta kaitan aspek-aspek atau
variabel-variabel dalam karya ilmiah.
Agar suatu judul bisa mencerminkan kaitan dari aspek-aspek dalam
karya ilmiah, maka sebaiknya judul penelitian minimal terdiri atas 2 aspek atau
variabel yang akan dikaitkan, yang dapat mencerminkan interaksi, yakni dapat
saling mempengaruhi, saling berhubungan, saling bertentangan, dan
sebagainya. Perhatikan 3 contoh judul berikut ini.
Contoh 1, Judul yang bersifat mengambang :
“ Pengusaha Kecil”
Contoh 2, judul yang verbalistik :

“Pengusaha Kecil dan Peraturan Baru”


Contoh 3, judul yang berkaitan dan menjelaskan :
“Respon Pengusaha Kecil terhadap Peraturan Baru”, atau
“Pengaruh Peraturan Baru terhadap Pangsa Pasar Pengusaha
Kecil”
2. Pendahuluan.

2.1. Latar belakang Masalah

Faktor pendorong yang menggerakkan seseorang untuk melakukan


penelitian antara lain didasarkan pada suatu permasalahan yang diangkat
oleh peneliti, dimana ia melihat bahwa permasalahan tersebut akan ada

55
kaitannya dengan suatu proses yang sedang atau akan berlangsung,
sehingga dapat menimbulkan pengaruh terhadap proses tersebut. Faktor-
faktor penggerak ini merupakan suatu dorongan yang melatar-belakangi
mengapa suatu permasalahan dipilih dan diambil oleh seorang peneliti.
Latar Belakang Masalah berisi “justifikasi” terhadap permasalahan

yang diteliti dan yang ditinjau dari segala aspek dalam kaitannya dengan tujuan
penelitian yang hendak dicapai. Latar Belakang perlu disusun secara sistematis,
terarah, sesuai dengan urutan logika dalam suatu kerangka sebagai satu kesatuan.
Urutan logika itu akan dimulai dari aspek- aspek yang bersifat umum dan luas ke aspek-
aspek yang lebih khusus/sempit dan bersifat khas.
Agar Latar belakang Masalah bisa menunjukkan justifikasi yang
mengarah pada tujuan penelitian, maka dalam justifikasi yang dikemukakan
hendaknya dilandasi oleh penguasaan materi/teori-teori, permasalahan,
serta metode pendekatan yang mantap.

2.2. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

Identifikasi dan perumusan masalah mempunyai konsekuensi terhadap


relevansi maksud atau tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka
pemikiran, dan metode pendekatan yang digunakan. Apabila identifikasi
permasalahan dilakukan secara cermat dan rinci, kadang- kadang dapat
menjadikan aspek-aspek yang terkait dengan permasalahan tersebut menjadi
sangat luas dan panjang.
Jika dari masalah yang teridentifikasi secara luas tersebut tidak
akan menganalisis semua aspek tetapi hanya mengambil beberapa aspek saja
yang dianggap cukup besar peranannya dalam suatu penelitian saja, maka peneliti
hendaknya membuat pembatasan masalah sesuai dengan permasalahan yang
benar-benar akan diteliti. Kemudian berdasarkan permasalahan yang sudah
dibatasi inilah peneliti membuar rumusan masalah.

Rumusan masalah harus disusun oleh peneliti agar dalam


kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan mempunyai dasar pijak yang jelas, karena
komponen lain dalam sistematika bisa disusun relevan dengan rumusan

56
masalahnya. Dalam membuat rumusan masalah peneliti dapat mempertimbangkan
beberapa hal sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II dimuka.
2.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan tindak lanjut dari rumusan
masalah, yang menunjukkan pentingnya suatu penelitian dilakukan. Oleh
karena itu logika penyusunan tujuan penelitian harus mengikuti konsistensi
seperti pada rumusan masalah. Meskipun tujuan penelitian mencerminkan
apa yang menjadi sikap atau perlakuan yang hendak diambil oleh
peneliti , tetapi dalam tujuan ini belum tercermin secara eksplisit apa
manfaat langsung maupun tidak langsung dari penelitian.

2.4. Kegunaan atau Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian menjelaskan sampai seberapa jauh hasil suatu


penelitian dapat diharapkan mempunyai nilai baik nilai guna ilmu maupun
guna laksana. Hal ini penting dilakukan terutama bagi pihak penyedia
dana untuk memperkirakan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil penelitian yang dilakukan.
Kegunaan atau manfaat penelitian disusun dengan mengikuti
logika penulisan yang bisa mencerminkan adanya 2 kelompok manfaat
tersebut, yaitu berupa manfaat/kegunaan akademis (guna ilmu) dan
manfaat/kegunaan praktis.

3. Tinjauan Pustaka.
3.1.
Hasil Penelitian Terdahulu

Seorang peneliti perlu mereview hasil penelitian terdahulu untuk


melihat apakah ada aspek yang memberikan kontribusi terhadap penelitian
yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena secara logika, referensi terbaik bagi
sutu penelitian adalah hasil penelitian. Disamping digunakan sebagai acuan
bagi peneliti, hasil penelitian terdahulu perlu disajikan untuk menghindari
adanya dugaan bahwa peneliti melakukan penelitian plagiat atau duplikasi.

57
Oleh karena itu dalam mencantumkan hasil penelitian terdahulu ini peneliti
disarankan untuk mengemukakan apa persamaan dan perbedaan dari
penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yang sudah
dilakukan oleh orang lain.

3.2.
Landasan Teori.

Selain menggunakan referensi hasil penelitian terdahulu,


penyusunan karya ilmiah juga wajib menggunakan referensi yang
berasal dari buku-buku teks yang memuat berbagai teori yang relevan
dengan pemecahan masalah. Dengan demikian karya ilmiah yang
disusun bisa memenuhi kaidah akademis, yakni pernyataan-pernyataan
yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada ilmu/teori yang sudab berlaku
secara umum.
Yang perlu diingat oleh peneliti adalah bahwa peneliti hendaknya
hanya menuliskan teori-teori yang relevan dan bermanfaat untuk
memecahkan masalah penelitian saja.

3.3.
Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan justifikasi ilmiah terhadap


penelitian yang dilakukan, yang pada hakekatnya merupakan landasan
yang kuat bagi judul yang diambil, yang relevan dengan rumusan
masalahnya, dan relevan dengan metode pendekatan secara global
dalam memperoleh data yang dibutuhkan dan dianalisis sehingga dapat
mendukung tujuan serta kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian.
Kerangka pemikiran berfungsi sebagai tulang punggung penelitian
secara keseleuruhan. Untuk bisa menjadi tulang punggung yang kuat
maka kerangka pemikiran harus didukung oleh teori yang kuat, ditunjang
oleh data yang diperoleh dari berbagai sumber, didukung oleh hasil
penelitian terdahulu, didukung pula oleh saran-sarang dari sumber yang
berkompeten, sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran baru dalam
pendekatannya.

58
Sebagai tulang punggung penelitian, kerangka pemikiran juga merupakan bangun

konstuksi secara logis ( logical construct ) yang menunjukkan kuat/lemahnya

penelitian yang dilakukan. Berdasarkan kerangka pemikiran yang

dikemukakan oleh peneliti dapat memberikan implikasi penilaian orang lain

(pembaca) terhadap peneliti, terutama dari segi :

a. penguasaan materi dan masalah

b. kekuatan landasan teori dan sikap terhadap


informasi
penunjang lainnya
c. relevansi aktualitas permasalahan terhadap perkembangan tuntutan
dan tantangan kebutuhan
d. orisinalitas karya ilmiah

Berkaitan dengan orisinalitas suatu karya ilmiah, akan sangat sulit


ditentukan kreterianya untuk mengatakan suatu karya ilmiah itu orisinal
atau tidak, terutama kreteria orisinalitas secara murni. Oleh karena itu
dalam menilai orisinalitas suatu karya ilmiah dapat menggunakan salah
satu dari beberapa kreteria sebagai berikut :
1. kemampuan menganalisis atau meramu berbagai teori dan informasi
penunjang lainnya menjadi sebuah pemikiran baru, implisit dengan metode
pendekatananya
2. responsif terhadap komentar atu saran yang bersifat penyempurnaan atas
kemampuan diri
3. mampu menciptakan sumbangan baru bagi pengembangan IPTEK

4. mampu menciptakan tambahan atau penyempurnaan terhadap istilah-


istilah yang lebih tepat
5. memberikan jembatan untuk merangsang penelitian lanjutan berdasar
masalah baru yang timbul dari implikasi hasil penelitiannya.

59
Sebagai justifikasi ilmiah, kerangka pemikiran disusun dengan
mengacu pada teori-teori yang relevan dan hasil penelitian terdahulu yang
kemudian dikemukakan konsep-konsep pemikiran sesuai dengan
kemampuan berfikir peneliti. Dengan demikian kerangka pemikiran bisa
diturunkan dari teori dan informasi pendukung lainnya ( termasuk hasil
penelitian yang relevan ) menjadi urutan logika seperti yang disajikan
pada bagan berikut.
Gambar 4 Menurunkan Logika Berpikir

Hasil penelitian Landasan Teori


Terdahulu

Kerangka pemikiran

Hipotesis

3.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan pendugaan terhadap suatu pengaruh atau


keterkaitan yang timbul dari permasalahan yang diteliti, yang merupakan
konsep pemikiran atau prakiraan yang secara tentatif dianggap benar.
Oleh karena itu dugaan yang sifatnya masih sementara/tentatif itu perlu
diuji untuk mengetahui apakah dugaan itu diterima atau ditolak. Dalam
pengujian hipotesis peneliti menetapkan tingkat keyakinan atau taraf
nyata ( level of significance ) tertentu. Dengan taraf nyata yang

60
ditetapkan berarti peneliti mempunyai toleransi kesalahan ( α ) yang
digunakan untuk melakukan pengujian.

4. Metode Penelitian
4.1. Jenis dan Obyek Penelitian

Dalam menyusun karya ilmiah peneliti akan menentukan apa yang menjadi obyek
penelitiannya, termasuk unit yang akan dianalisis. Disini perlu disebutkan
nama obyek, lokasi, dan tingkat unit yang akan dianalisis. Selain itu
berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian, bisa disebutkaqn jenis penelitian yang digunakan.

4.2.Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang akan dikaitkan dan yang tercermin dalam


permasalahan penelitian kemudian akan dioperasikan atau diterapkan.
Dalam operasionalisasi variabel ini akan diuraikan nama, konsep,
indikator, dan pengukuran variabel. Berdasarkan indikator variabel
kemudian peneliti bisa menyusun instrumen penelitian ( daftar
pertanyaan ). Jadi dengan demikian daftar pertanyaan yang disusun harus
benar-benar mewakili indikator variabel penelitian.

Contoh :

Nama variabel : kinerja karyawan

Konsep variabel : kinerja karyawan adalah nilai atas sesuatu pekerjaan


yang sudah dilakukan oleh karyawan. Indikator variabel : 1. kualitas
hasil pekerjaan
2.
tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan

3.
kerjasama dengan sesama karyawan
4.
inisiatif karyawan dalam bekerja

61
Skala pengukuran : ordinal

Seringkali peneliti menyajikan dalam sebuah tabel dari variabel-variabel


operasional, dengan tujuan lebih sistematis dan mudah dibaca. Jika variabel
operasional akan disajikan dalam tabel, bisa mengikuti format tabel sebagai
berikut.

Tabel 6 Contoh Penyusunan


Konsep dan Indikator Variabel

No Nama Konsep variabel Indikator variabel Skala

Variabel pengukuran
1 Produktivitas Rasio antara output - jumlah jam kerja Rasio
pekerjaan seseorang
kerja dibandingkan dengan yg digunakan
input yang digunakan
- jumlah hasil
pekerjaan
2 Kualitas Tingkat pelayanan yg - Tangible Ordinal
bisa memuaskan
pelayanan pengguna jasa - Reliability

-Responsiveness

-Empathy

-Assurance

4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.

Populasi adalah suatu “universe”, yakni wilayah generalisasi yang


terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan
kemudian ditarik simpulannya. Jadi populasi bukan hanya berupa orang,
tetapi juga bisa berupa benda yang lain. Sedangkan sampel merupakan

62
sebagian dari elemen/anggota populasi yang akan didata, diamati, dan
kemudian dianalisis untuk memecahkan masalah penelitian.
Pada bab IV telah dijelaskan tentang sampel dan teknik sampling
yang bisa digunakan oleh peneliti, termasuk metode penentuan jumlah
sampelnya. Oleh karena itu disini peneliti tinggal menuliskan saja apa
populasi penelitiannya dan bagaimana sifatnya. Setelah itu peneliti bisa
memilih salah satu metode penentuan jumlah sampel dan teknik
samplingnya.

4.4. Metode Pengumpulan Data.


Sudah cukup jelas, bahwa dalam penelitian akan digunakan satu
atau beberapa metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Disini
peneliti tinggal menuliskan saja, metode pengumpulan data yang dipilih
dari beberapa metode yang telah dijelaskan dalam bab III buku ini.
4.5. Teknik Analisis

Tuliskan teknik atau metode analisis atau pengolahan data yang akan digunakan,
yang dipilih sesuai dengan rumusan masalahnya, termasuk pengujian
hipotesis yang akan dilakukan.
5. Daftar Pustaka ( cukup jelas )

6. Daftar Pertanyaan ( cukup jelas )

5.3. Menyusun Daftar Pertanyaan ( Instrumen Penelitian )

Daftar pertanyaan (questionnaire) atau yang dibakukan dalam bahasa


Indonesia menjadi kuesioner merupakan suatu alat atau instrumen yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data primer yang bersumber dari
responden yang dijadikan sampel atau unit analisis.

63
Dalam membuat daftar pertanyaan ini banyak tipe pertanyaan yang bisa digunakan
seperti dicontohkan dibawah ini.
1. Pertanyaan dengan jawaban bebas ( free response ), atau biasa dikenal
dengan istilah pertanyaan terbuka yang biasanya berbentuk esay. Pertanyaan
tipe ini sangat baik digunakan untuk menggali jawaban seluas- luasnya dari
responden, tetapi data yang terkumpul akan sulit diolah.
Contoh : Bagaimana pendapat saudara tentang berlakunya Undang-Undang tentang
Guru dan Dosen ?
2. Pertanyaan dengan jawaban ganda ( multiple choise ), disini responden
diminta memilih salah satu jawaban yang paling tepat. Pertanyaan seperti ini
biasanya digunakan untuk mengekspresikan keperluan untuk memperoleh
data ordinal ( misalnya dengan skala Likerts )

Contoh : Apakah saudara setuju jika subsidi BBM ditiadakan ?


a. sangat setuju d. kurang setuju
b. setuju e. tidak setuju

c. tidak berpendapat

3. Pertanyaan bertingkat (Open-end question ), yakni suatu pertanyaan diberikan


sebagai lanjutan dari jawaban pertanyaan sebelumnya.
Contoh :

Pertanyaan 1 : Apakah anda setuju dengan kebijakan penghapusan subsidi

BBM ?

Pertanyaan 2 : Berikan alasan dari jawaban anda untuk pertanyaan 1.

Sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab terdahulu bahwa pertanyaan


dapat disusun dengan dasar indikator dari variabel-variabel penelitian, maka
dalam menyusun daftar pertanyaan akan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut ini.
1. menentukan variabel

64
2. menentukan indikator atau sub indikator setiap variabel

3. membuat pertanyaan dengan dasar indikator atau sub indikator tersebut.

Sebagai ilustrasi dari langkah-langkah tersebut, dibawah ini diberikan


contoh dalam menyusun pertanyaan sebagai instrumen penelitian yang disajikan
dalam sebuah tabel sebagai berikut.

Tabel 7 Menurunkan Pertanyaan dari Indikator Variabel


Variabel Indikator Sub Indikator Pertanyaan
Prestasi 1. Produktivitas 1.1. jam kerja Berapa jam anda bekerja
kerja dalam 1 hari?

1.2. hasil kerja Berapa output yang anda


hasilkan dalam 1 hari ?
2. Kemandirian

2.1. petunjuk atasan Apakah anda selalu


menunggu petunjuk atasan
dlm bekerja ?
2.2. bantuan teman
Apakah anda selalu minta
bantuan teman sekerja
dalam melakukan pekerjaan
anda ?

65
Sebuah instrumen penelitian perlu diuji apakah alat pengumpul data
tersebut bisa diandalkan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
keandalan instrumen, yang menurut Sevilla ada 5 kreteria keandalan instrumen
yaitu : validitas, reliabilitas, sensitivitas, obyektivitas, dan fisibilitas. Akan tetapi
kreteria yang umum digunakan adalah validitas dan reliabilitas, karena kreteria
yang lain akan terwakili atau terpenuhi dengan teknis membuat pertanyaan yang
baik, valid, dan reliabel. Oleh karena itu hanya pengujian validitas dan reliabilitas
saja yang akan dibahas dalam buku ini.

Validitas
Sebuah instrumen pengumpul data dikatakan valid apabila instrumen
tersebut memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Agar suatu penelitian dapat menghasilkan simpulan yang benar, maka instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data perlu diuji validitasnya lebih dahulu.
Pengujian validitas instrumen dapat berupa :
a. pengujian validitas eksternal, yakni sebuah instrumen dikatakan valid jika

data yang dikumpulkan dengan instrumen tersebut sesuai dengan informasi


lain mengenai variabel yang dimaksud. Alat uji validitas eksternal adalah dengan
menghitung koefisien korelasi parsial ( korelasi product moment ).
Contoh :

Jika selama ini orang beranggapan bahwa untuk mengukur kemampuan


berhitung mahasiswa dilihat dari nilai Matematika, maka diantara nilai ujian
Matematika, Statistik, Penganggaran, dan Manajemen Operasional,
manakah yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengukur
kemampuan mahasiswa dalam berhitung.
Data nilai ujian 10 orang mahasiswa untuk keempat mata kuliah diatas adalah

sebagai berikut :

Responden Matematika Statistik Penganggaran M. Opersnl

66
1 9 8 7 6
2 5 6 5 7
3 8 7 7 7
4 7 8 6 6
5 4 4 5 5
6 8 9 6 6
7 7 7 7 6
8 6 5 6 7
9 8 9 8 8
10 10 8 5 9

Dengan menggunakan alat uji korelasi product moment diperoleh nilai koefisien

korelasi sbb :

Responden Matematika Statistik Penganggaran M. Operasl


Matematika 1,000
Statistik 0,803 1,000
Penganggaran 0,392 0,504 1,000
M. Operasnl 0,560 0,363 0,056 1,000

Berdasarkan tabel hasil perhitungan nilai koefisien korelasi diatas diketahui


bahwa nilai korelasi Statistik dengan Matematika adalah yang paling tinggi (
0,803 ), dengan demikian Statistik merupakan instrumen yang paling valid
untuk mengukur kemampuan berhitung mahasiswa.

b. Pengujian validitas internal, yakni sebuah instrumen dikatakan valid jika


terdapat konsistensi diantara bagian-bagian dalam instrumen dengan
instrumen itu sendiri secara keseluruhan. Alat uji validitas internal bisa
menggunakan :

67
b.1. analisis factor, yang dilakukan dengan cara mengelompokkan item-
item pertanyaan menjadi beberapa variabel dengan menggunakan alat
analisis factor
b.2. analisis butir, yang dilakukan dengan cara mengkorelasikan setiap butir
pertanyaan dengan jumlah seluruh butir yang ada dengan alat uji
korelasi product moment.
Hasil pengujian dikatakan valid apabila nilai korelasi setiap butir pertanyaan

terhadap totalitas lebih besar daripada α yang ditetapkan.

5.4.2. Reliabilitas.

Reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,


dalam arti jika instrumen itu digunakan berulang-ulang maka hasil pengukurannya
akan konsisten. Beberapa alat uji reliabilitas diantaranya adalah dengan rumus
Alpha Cronbach dan rumus Spearman-Brown.
Beda dengan uji validitas yang digunakan untuk butir-butir pertanyaan, uji
reliabilitas dilakukan terhadap variabel atau sub atau indicator variabel. Suatu
variabel atau indikatornya dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach atau
Spearman-Brown yang dihitung lebih besar dari α yang ditetapkan. Berikut ini
sebuah contoh ilustrasi pengujian validitas dan reliabilitas suatu variabel yang
memiliki 10 butir pertanyaan.

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


1 0,728 0,254 Valid
Valid
2 0,654 0,254

3 0,694 0,254 Valid


Valid
4 0,518 0,254
Valid
5 0,720 0,254 Valid
6 0,643 0,254 Valid
Valid
7 0,563 0,254
Valid valid

68
8 0,661 0,254

9 0,642 0,254

10 0,728 0,254
Koefisien Alpha 0,8495 Reliabel

Nilai r tabel 0,254

5.4. Ringkasan bab V.

Sebelum seseorang melakukan penelitian, akan didahului dengan


penyusunan sebuah Usulan Penelitian (UP) yang terdiri atas berbagai komponen
dan disusun dengan mengikuti sebuah sistematikaa tertentu. Masing-masing
komponen dalam sistematika memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, saling
menunjang, saling mengisi, dan salaing melengkapi sesuai dengan fungsi dan
kedudukan masing-masing.
Sebagai pelengkap dari Usulan Penelitian, peneliti bisa menyusun daftar
pertanyaan yang berfungsi sebagai instrument penelitian, yaitu alat untuk
mengumpulkan data. Sebagai instrument panelitian, daftar pertanyaan yang
disusun peneliti harus bisa diandalkan. Sebuah instrument penelitian yang
handal adalah yang memenuhi kreteria validitas, reliabilitas, sensitivitas,
obyektivitas, dan fisibilitas. Namun demikian dalam menguji instrumen peneliti
biasanya hanya menguji validitas dan reliabilitas, karena kreteria yang lain bisa
terpenuhi dengan teknik membuat pertanyaan.

5.5 . Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan komponen apa saja yang harus ada dalam Usulan Penelitian untuk
Skripsi
2. “Kerangka Pemikiran” merupakan salah satu komponen penting dalam UP, yang
merupakan landasan ilmiah (logical construct) dan sekaligus sebagai alat bagi
pembaca untuk menilai orisinalitas karya ilmiah.

69
Jelaskan makna orisinalitas karya ilmiah.
3. Jelaskan bagaimana menurunkan logika berfikir dalam karya ilmiah.

4. Sebagai instrumen penelitian, daftar pertanyaan harus memenuhi syarat


keandalan instrument. Jelaskan bagaimana cara menguji keandalan
instrumen tersebut.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “pertanyaan terbuka” dan

“pertanyaan tertutup”.

BAB VI ANALISIS ATAU PENGOLAHAN DATA

Tujuan pembelajaran : Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa


diharapkan :

70
1. mengenal langkah-langkah analisis atau pengolahan data

2. dapat memilih alat analisis dan/atau alat uji hipotesis yang tepat

3. dapat melakukan pengolahan data

Kegiatan utama dan yang sangat menentukan hasil suatu penelitian


berupa analisis atau pengolahan data. Pengolahan data dimaksudkan agar data-
data yang sudah dikumpulkan bisa bermanfaat baik untuk mengambil keputusan
dalam rangka pemecahan masalah maupun untuk pengujian hipotesis. Peneliti
bisa melakukan pengolahan data dengan program-program komputerisasi yang
sesuai dengan rumusan masalah dan model penelitiannya.
Bab ini menjelaskan bagaimana data-data dianalisis sedemikian rupa,
mulai dari tujuan analisis, langkah-langkahnya, sampai dengan pemilihan model
pendekatan dalam pengolahan data, termasuk pemilihan alat uji hipotesis.

6.1. Tujuan Analisis atau Pengolahan Data

Pengolahan data atau analisis merupakan hal terpenting dalam suatu


penelitian karena dengan melakukan analisis inilah data yang sudah terkumpul
dapat memiliki makna yang sangat bermanfaat bagi pemecahan masalah
penelitian. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dari kegiatan
pengolahan data atau analisis adalah agar data bisa bermakna bagi pemecahan
masalah penelitian dan/atau pengujian hipotesis.
Dalam kegiatan analisis ini, data mentah yang sudah dikumpulkan dengan
metode-metode tertentu kemudian disusun dalam kelompok-kelompok, diadakan
kategorisasi, dan disaring sedemikian rupa sehingga data tersebut siap untuk diolah
agar bisa mempunyai makna untuk menjawab masalah penelitian dan/atau
untuk menguji hipotesis yang diangkat.

6.2. Langkah-Langkah Analisis

Proses pengolahan data akan dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan


efisien dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang secara garis

71
besar terdiri atas 3 langkah utama yaitu : pertama persiapan atau ceking data,
kedua tabulasi, dan ketiga adalah menerapkan data sesuai dengan pendekatan
analisis yang digunakan untuk tujuan penarikan simpulan hasil penelitian. Ketiga
langkah utama tersebut dapat dijelaskan secara lebih rinci berikut ini.
a. Persiapan atau ceking data.

Sebelum data diolah lebih lanjut, pertama-tama perlu dilakukan


pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran data. Apabila terjadi
kekurang-lengkapan data untuk keperluan analisis, perlu diselidiki lagi
kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan untuk menambah kelengkapan
data, baik dalam arti banyaknya data maupun jenis datanya.
Demikian juga sebelum melakukan pengolahan data perlu diteliti terlebih
dahulu kebenaran dari setiap data yang terkumpul. Kebenaran data menyangkut
kesesuaiannya dalam mendukung kegiatan analisis dalam rangka pengambilan
keputusan tentang pemecahan masalah penelitian maupun dalam rangka
pengujian hipotesis.
Dengan demikian dalam tahap persiapan atau ceking data ini akan
dilakukan kegiatan penyortiran dan penyaringan data sedemikian rupa sehingga
hanya tinggal data-data yang akan terpakai saja yang disiapkan lebih lanjut
untuk diolah dengan metode pendekatan atau alat analisis yang sudah
ditentukan.
b. Tabulasi.

Tabulasi merupakan kegiatan untuk menyiapkan data kedalam tabel-tabel yang


diperlukan untuk mempermudah penerapan metode dalam proses analisis.
Dalam kegiatan tabulasi ini akan dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1). Melakukan editing atau mengedit data. Kegiatan mengedit data hamper sama
dengan penyortiran data, tetapi kegiatan editing sifatnya lebih spesifik karena
sealing mengecek data, editing juga meliputi kegiatan untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi data.
2). Melakukan coding, yakni pemberian nomor-nomor atau angka-angka yang
berfungsi sebagai kode terhadap kelompok-kelompok data sehingga
memungkinkan bisa memasukkan data yang homogen kedalah kolom yang
sesuai.

72
3). Verifying, yakni kegiatan untuk mengecek kebenaran dari program-program
yang akan digunakan atau kebenaran dari instruksi-instruksi yang diperlukan
dalam mengoperasikan program tersebut.
4). Membuat worksheet atau lembar kerja, yakni merupakan kegiatan penyusunan

rencana-rencana tabel sebelum diperoleh tabel final.

Tabel-tabel yang dapat disusun oleh peneliti bisa memiliki beberapa jenis, yaitu :
b) Tabel induk ( master table ), yaitu tabel yang berisi ringkasan semua data yang
bisa ditabelkan, yang digunakan sebagai dasar penyusunan tabel-tabel lain
yang lebih ringkas. Tabel induk ini biasanya berupa lembar kerja (
worksheet ) yang merupakan kegiatan tabulasi tahap pertama.
c) Tabel teks ( text table ), yaitu tabel yang sudah diringkas untuk suatu
keperluan tertentu yang biasanya menyertai keterangan-keterangan atau teks
tentang sesuatu hal. Tabel teks merupakan bagian dari tabel induk yang isinya
singkat/ringkas dan padat.
d) Tabel frekuensi, adalah tabel yang menyajikan tentang banyaknya kejadian dari
sesuatu hal. Tabel frekuensi bisa disajikan dengan angka-angkaa
prosentase (%) yang kemudian disebut “tabel frekuensi relatif”, dan bisa juga
disajikan dengan angka-angka secara kumulatif yang kemudian dikenal
dengan nama “tabel frekuensi kumulatif”.

73
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan analisis.

Pada dasarnya, analisis atau pengolahan data merupakan kegiatan untuk


menguraikan atau menjelaskan data dengan menggunakan model pendekatan
tertentu agar data bisa memberikan makna dan manfaat dalam penelitian.
Dengan begitu peneliti dapat menarik simpulan untuk menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan penelitian yang ditetapkan.
Secara rinci, kegiatan pengolahan data akan berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan untuk :
1). Membandingkan atau mengkomparasikan, yang berarti membandingkan dua
hal/variabel atau lebih untuk mengetahui selisih atau rasio.
2). Menguraikan atau mendeskripsikan, yakni memecah suatu totalitas menjadi
bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil agar bisa
mengetahui komponen yang menonjol atau ekstrim, membandingkan satu
komponen dengan yang lain, serta membandingkan satu atau beberapa
komponen terhadap totalitas.
3). Memperkirakan pengaruh secara kuantitatif atas perubahan satu atau
beberapa kejadian terhadap satu atau beberapa kejadian yang lain serta
memprediksikan kejadian-kejadian berikutnya.

6.3. Desain atau Rancangan Analisis

Sebelum peneliti melangkah lebih lanjut dalam kegiatan pengolahan data, terlebih
dahulu perlu dibuat rancangan atau desain analisis sebagai panduan dalam
kegiatan analisis. Oleh karena terdapat berbagai jenis penelitian yang bisa
dilakukan oleh seorang peneliti, maka rancangan analisis yang disusun juga
berlainan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. a. Untuk Penelitian
Deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsi atau


menerangkan/menjelaskan cirri atau sifat masalah penelitian agar bisa ditarik
simpulan. Karena penelitian deskriptif termasuk dalam jenis penelitian yang tidak
berhipotesis, maka rancangan analisis dapat dilakukan dengan cara :

74
1). Memisahkan data menjadi 2 kelompok yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif.
2). Data kualitatif dijelaskan melalui kalimat-kalimat uraian yang menjelaskan
masalah berdasarkan data yang ada sampai memperoleh simpulan,
sedangkan data kuantitatif diolah lebih lanjut dengan menggunakan
model pendekatan atau alat analisis yang ditentukan
b. Untuk Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif bertujuan untuk menemukan perbedaan dan/atau persamaan


dari 2 atau lebih variabel dalam penelitian serta untuk mengetahui sebab-sebab
perbedaan tersebut.
Jika penelitian komparatif tidak berhiptesis, maka rancangan analisis yang
disusun adalah sebagai berikut.
1). Menetapkan standar-standar atau asumsi-asumsi sebagai alat banding
dalam mengambil keputusan tentang simpulan hasil penelitian
2). Menguji sejauhmana fenomena-fenomena yang ada bisa mencapai
standar yang ditetapkan
3). Menarik simpulan dari pembandingan fenomena terhadap standar atau
asumsi.
Sedangkan jika penelitian komparatif berhipotesis, maka rancangan
analisisnya akan difokuskan pada pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah
dugaan yang dibuat benar atau salah. Hasil pengujian hipotesis inilah yang
digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan atau simpulan hasil
penelitian.
c. Untuk Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat


keterkaitan antar variabel penelitian, baik dalam arti hubungan maupun dalam arti
pengaruh, dan kemudian peneliti akan menilai makna dari keterkaitan
tersebut. Penelitian korelasional termasuk dalam kelompok penelitian berhipotesis,
sehingga rancangan analisis difokuskan pada pengujian hipotesis penelitian.

75
Dalam menguji keterkaitan antar variabel penelitian pada penelitian
korelasional ini bisa digunakan beberapa alat analisis yang berupa analisis
regresi ( untuk menguji pengaruh satu kelompok variabel terhadap kelompok
variabel lain), dan analisis korelasi ( untuk menguji hubungan antar variabel ).

6.4. Teknik-Teknik Statistik dalam Analisis

Statistik memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian, baik dalam
kaitannya dengan penyusunan model, perumusan hipotesis, pengujian instrumen
penelitian, penentuan sampel, maupun dalam kaitannya dengan analisis data.
Statistik juga merupakan bidang ilmu yang akan membantu meringkas
informasi dari data numerik dan pembuatan inferensi tentang suatu populasi dari
informasi yang terdapat dalam sebuah sampel.
Statistik terbagi menjadi 2 yaitu statistik desktiptif dan statistik inferensial.
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan dan menyajikan secara
ringkas informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif data
mentah diubah kedalam suatu bentuk yang dapat memberikan informasi untuk
menggambarkan serangkaian faktor dalam suatu keadaan tertentu seperti
frekuensi, pengukuran tendensi sentral ( mean, median, modus ), pengukuran
disperse ( range, varians, standar deviasi ), serta trend.
Stataistik inferensial dimaksudkan untuk membuat inferensi ( prediksi atau
keputusan ) mengenai sebuah populasi berdasarkan informasi yang terdapat
dalam sebuah sampel. Statistik inferensial dikelompokkan kedalam statistik
parametrik dan statistik non parametrik. Statistik parametrik terbagi lagi kedalam
statistic univariat dan statistik multivariate. Statistik parametrik digunakan jika
memenuhi asumsi bahwa populasi asal sampel didistribusikan secara normal dari
data yang memenuhi skala interval atau skala rasio.
Beberapa teknik statistik inferensial baik parametrik maupun non

parametrik dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

76
Tabel 8 Alat Uji Statistik

Statistik non parametrik Statistik parametrik Statostik parametric

univariat multivariat
1. sign test 1. t test 1. MANOVA

2. Mann-Whitney U test 2. Z test 2. Regresi berganda

3. Korelasi Spearman 3. Korelasi Pearson 3. Analisis Faktor

4. Chi Square 4. ANOVA 4. Analisis Cluster

5. Analisis Diskriminan

6. LISREL atau SEM *

7. Multi Dimensional

Scalling (MDS)

Keterangan : * LISREL : Linear Structural Relationship

SEM : Structural Equation Models

6.5. Analisis Regresi dan Korelasi

Analisis Regresi dan Korelasi merupakan teknik statistik yang paling banyak
digunakan dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena kebanyakan peneliti
akan melihat keterkaitan antar variabel yang diteliti. Seorang peneliti harus bisa
memilih teknik yang paling sesuai dengan rumusan masalah atau rumusan
hipotesis penelitiannya. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa teknik regresi
dan korelasi yang biasa digunakan dalam penelitian. Khusus untuk teknik-
teknik korelasi akan disajikan baik untuk kelompok statistik parametrik maupun
statistik non parametrik.

6.5.1. Teknik-Teknik Korelasi


77
1. Statistik Parametrik

Sebagaimana disebutkan dimuka, statistik parametrik digunakan jika data


berbentuk interval atau rasio dan berdistribusi (didistribusikan) secara normal.

Beberapa teknik korelasi yang termasuk dalam statistik parametrik ini diantaranya
disebutkan dibawah ini.

a. Korelasi Product Moment

Korelasi Product Moment dikembangkan oleh ahli statistic bernama


Pearson, sehingga korelasi product moment juga sering dikenal dengan korelasi
Pearson, Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan/atau
menguji hipotesis hubungan dua variabel bila kedua variabel tersebut berskala
interval atau rasio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.
Bentuk umum rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut.

Σ xy
r = ----------------
√ ( Σ x² y² )

Dimana :

r adalah korelasi antara variabel X dan Y


_
x adalah = ( Xi – X )
_
y adalah = ( Yi – Y )

Kemudian setelah dihitung koefisien korelasi product moment, perlu diuji


apakan hubungan yang terjadi diantara dua variabel tersebut signifikan atau
tidak, dengan menggunakan uji t ( t test ) yang kemudian nilai t hitung ini

78
dibandingkan dengan nilai t pada tabel untuk tingkat α yang ditentukan. Rumus
untuk nilai t hitung adalah :

r√n –2
t = -------------
√ 1 - r²

b. Korelasi Parsial

Korelasi parsial digunakan jika peneliti bermaksud menganalisis hubungan atau


pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependen. Korelasi
parsial adalah angka atau nilai yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan
antara dua variabel. Jika dalam penelitian terdapat beberapa variabel independent
maka korelasi parsial mengukur kuatnya hubungan antara setiap variabel
independent secara parsial dengan variabel dependennya.
Nilai korelasi parsial dapat ditentukan atau dihitung dengan menggunakan
rumus korelasi product moment sebagaimana dijelaskan pada poin a diatas.

c. Korelasi Ganda

Korelasi ganda ( multiple correlation ) merupakan angka atau nilai yang


menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih secara
bersama-sama atau secara simultan dengan variabel lain. Jika misalnya dalam
sebuah penelitian terdapat 2 variabel bebas ( X1 dan X2 ) serta 1 variabel terikat
Y, maka rumus korelasi ganda adalah :

r² yx1 + r² yx2 – 2ryx1 ryx2 rx1x2


Ryx1x2 =
1 - r² x1x2

79
Dimana Ryx1x2 adalah korelasi antara X1 dan X2 secara bersama dengan Y
ryx1 adalah korelasi parsial antara X1 dengan Y ryx2 adalah korelasi parsial
antara X2 dengan Y r x1x2 adalah korelasi antara X1 dengan X2

2. Statistik Non Parametrik

Berbeda dengan statistik parametrik yang digunakan jika data berbentuk interval
atau rasio dan berdistribusi (didistribusikan) secara normal, dalam statistik
non parametrik datanya tidak harus interval atau rasio tetapi bisa data nominal
atau ordinal. Beberapa teknik korelasi yang termasuk dalam statistik non
parametrik ini diantaranya adalah :

a. Koefisien kontingensi

Koefisien kontingensi digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel


bila datanya berbentuk nominal. Teknik ini memiliki kaitan erat dengan teknik Chi
Square atau Chi kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif lebih
dari 2 sampel yang independent. Oleh karena itu rumus yang digunakan
mengandung unsur Chi kuadrat, yaitu :


C= ------------
N + X²

Sedangkan harga dari X² dihitung dengan rumus :

r k ( OPij + Eij )²
X² = Σ Σ -----------------
I=1 j=1 EPij

80
b. Korelasi Rank (Jenjang) Spearman

Pada korelasi product moment sumber data untuk variabel yang


dikorelasikan adalah sama dan berbentuk interval atau rasio serta variabel-
variabel tersebut membentuk distribusi normal, maka pada korelasi Rank dari
Spearman ini sumber data dari variabel yang akan dikorelasikan bisa berasal dari
sumber yang berbeda dengan jenis data adalah ordinal dan variabel-variabel itu
tidak harus berdistribusi normal. Jadi korelasi Rank (jenjang) dari Spearman ini
bekerja dengan data ordinal dan bebas distribusi.
Untuk menghitung nilai atau koefisien korelasi Spearman dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

6 Σ bi²
ρ = 1 - --------------
n ( n² - 1 )

Dimana ρ (rho) adalah koefisien korelasi Rank Spearman

Kemudian setelah dihitung koefisien korelasi Rank dari Spearman ini,


perlu diuji apakan hubungan yang terjadi diantara dua variabel tersebut signifikan
atau tidak, dengan menggunakan uji Z ( Z test ) yang kemudian nilai Z hitung ini
dibandingkan dengan nilai Z pada tabel untuk tingkat α yang ditentukan. Rumus
untuk nilai Z hitung adalah :

ρ
Zh = -------------
1
-------------
√n –1

81
6.5.2. Teknik-Teknik Regresi

Dalam memecahkan masalah penelitian, antara korelasi dan regresi


mempunyai hubungan atau keterkaitan yang sangat erat karena setiap regresi
pasti ada korelasinya. Oleh karena itu dalam penelitian yang menggunakan teknik
analisis regresi biasanya akan dilanjutkan dengan menghitung korelasinya.
Analisis regresi digunakan jika peneliti akan mengetahui apakah variabel
dependen dapat diprediksi melalui variabel independent, atau dengan kata lain jika
peneliti ingin melihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen maka teknik analisis yang tepat adalah dengan analisis regresi ini.
Analisis regresi merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan, dan
menggunakan persamaan tersebut untuk membuat prediksi atau perkiraan. Sifat
hubungan antar variable dalam persamaan regeresi merupakan hubungan
sebab-akibat ( causal relationship ), sehingga sebelum menggunakan persamaan
regresi perlu diyakini terlebih dahulu bahwa secarateoritis dua atau lebih variable
memiliki hubungan sebab-akibat. Beberapa teknik regresi akan dijelaskan dibawah
ini.

a. Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana didasarkan pada adanya hubungan atau


keterkaitan secara fungsional maupun kausan antara satu variabel independent
dengan satu variabel dependen. Regresi sederhana memiliki bentuk persamaan
sebagai berikut.

Y=a + bX

Dimana : Y adalah variabel dependen yang akan diprediksi


a adalah bilangan konstan ( nilai Y bila X = 0 ) b
adalah koefisien arah atau koefisien regresi

X adalah variabel independent

82
Dengan persamaan regresi sederhana yang dituliskan dimuka maka
model penelitian yang akan menggunakan teknik analisis regresi sederhana
dapat digambarkan seperti berikut ini.

X Y

Kemudian untuk mencari nilai a dan b dari persamaan regresi dimuka dapat

digunakan bantuan rumus-rumus berikut ini.

( Σ Yi )( Σ Xi² ) – ( Σ Xi )( Σ Xi Yi )
a = ---------------------------------------------
n Σ Xi² - ( Σ Xi )²

n Σ Xi Yi - ( Σ Xi )( Σ Yi )
b = ------------------------------------- n
Σ Xi² - ( Σ Xi )²

b. Regresi Linier Berganda

Jika pada regresi sederhana variabel prediktor (independen) hanya terdiri atas satu
variabel saja, dalam regresi berganda variabel prediktor terdiri atas dua atau lebih
variabel. Dengan demikian prediksi yang dilakukan dapat berupa pengaruh dari
setiap variabel independen secara sendiri-sendiri (parsial) dan bisa pengaruh
semua variabel independent terhadap variabel dependen secara bersama
(simultan).

83
Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa ( ordinary
least square ) merupakan model regresi yang bisa menghasilkan estimator linier
yang tidak bias dan terbaik, atau dengan kata lain sebuah model regresi
seharusnya memenuhi kreteria “BLUE estimate” ( Best Linier Unbias
Estimator ). Kondisi BLUE estimate ini akan terjadi jika dapat dipenuhi
beberapa asumsi yang dikenal dengan “asumsi klasik regresi”, yang terdiri atas :
a. Data berdistribusi normal (normalitas)

Cara mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan
dengan menggunakan “histogram regression” yang sudah distandarkan,
atau menggunakan analisis “chi kuadrat” kolmogorov- smirnov”. Data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai kolmogorov- smirnov Z < Z tabel;
atau nilai Asymp. Sig. ( 2- tailed ) > α.
b. Tidak terjadi multikolinier antar variabel (multikolinearitas)

Cara mendeteksi apakan dalam model regresi terdapat gejala multikolinier


atau tidak dapat dilakukan dengan melihat nilai dari “Variance Inflation
Factor (VIF)” dari masing-masing variabel bebas terhadap variable
terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari ( VIF ≤ 10 ), maka model regresi
tidak mengandung unsur multikolinearitas. Selain menggunakan nilai VIF,
juga bisa dilihat dari nilai koefisien korelasi antar variabel bebas. Jika
koefisien korelasi antar masing-masing variabel bebas ≥ 0,5 maka model
tersebut tidak mengandung multikolinearitas.
c. Tidak ada gejala heteroskedastis (heteroskedastisitas)

Heteroskedastis menunjukkan adanya varians variabel dalam model yang tidak


konstan. Untuk melihat ada tidaknya gejala heteroskedastisitaas dalam
model regresi bisa digunakan metode Park Gleyser, dimana apabila
nilai probabilitas koefisien regresi masing-masing variabel bebas > dari nilai
α maka didalam model tersebut tidak mengandung unsur
heteroskedastis.
d. Tidak ada gejala autokorelasi

Cara mendeteksi apakah ada gejala autokorelasi diantara variabel penelitian


dapat digunakan metode Durbin-Waston ( uji D-W ).

84
Analisis data dengan regresi berganda bisa dilakukan secara manual
maupun dengan program komputer yakni SPSS for Windows. Bentuk persamaan
umum regresi berganda adalah :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ……. + bn Xn + ε

Dimana : n adalah banyaknya variabel bebas ε adalah

nilai residu

Dengan memperhatikan bentuk hubungan yang tergambarkan dalam


persamaan regresi berganda dimuka maka model penelitian yang dikembangkan
dapat terlihat seperti dibawah ini.

X1

Y
X2

X3
85
Untuk penyelesaian secara manual, mencari nilai-nilai a, b1, b2, …., bn dapat
digunakan bantuan persamaan-persamaan dibawah ini.

ΣY = an + b1 Σ X1 + b2 X2 + bn Xn

Σ X1Y = a Σ X1 + b1 Σ X1² + b2 Σ X1X2 + bn Σ X1Xn

Σ X2Y = a Σ X2 + b1 Σ X1X2 + b2 Σ X2² + bn Σ X2Xn


Σ XnY = a Σ Xn + b1 Σ X1Xn + b2X2Xn + bn Σ Xn²

Sedangkan untuk menguji apakah pengaruh variabel bebas terhadap


variabel terikat itu berarti atau tidak, dilakukan pengujian dengan menggunakan
tingkat signifikansi tertentu agar variabel bebas dapat memprediksi secara
signifikan atau tidak terhadap variabel terikatnya. Oleh karena dalam regresi
berganda ini terdapat dua bentuk pengaruh atau hubungan yaitu secara parsial
dan secara simultan maka pengujian keberartian pengaruh juga dilakukan untuk
menguji secara parsial dan secara simultan.
Menguji pengaruh secara parsial atau secara individu dari setiap variabel
bebas terhadap variabel terikat dilakukan dengan uji t ( t test ), sedangkan untuk
menguji pengaruh bersama atau simultan dilakukan dengan uji F ( F test ). Nilai t
dan F hitung dapat diketahui dengan menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut.

b R² / (k-1)
t hit = ------ F hit = ------------------ 1 -
Sb R² / (n-k)

S adalah simpangan baku ( standar deviasi ) R² adalah koefisien

determinasi yang bisa dihitung sebagai berikut :

86
Σ(Y – Ŷ )²
_
R² = 1 - ----------------- Σ ( Y – Ý
S= 1/(n-1) Σ ( Xi - X )²

Apabila penyelesaian model regresi berganda dilakukan dengan


menggunakan program SPSS maka tampilan hasil pengolahan data dengan
program komputer adalah sebagai berikut.

Misalnya suatu penelitian berjudul “Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran


terhadap pangsa Pasar Produk ABC pada Perusahaan DEF”. Hasil
pengolahan analisis regresi berganda dengan program SPSS
menunjukkan hal-hal sebagai berikut.

1). Koefisien :
Coefficientª

Model Unstandarized t Sig.


Standarized
coefficient
coefficient
β Std error
Beta

(constant) - 13,90 2,315 -6,045 ,000


X1 ,583 ,119 ,404 4,884 ,000
X2 ,498 ,147 ,282 3,376 ,001
X3 ,569 ,098 ,482 5,799 ,000
X4 ,261 ,142 ,153 1,842 ,070

Dari tabel koefisien tersebut dapat diketahui bahwa persamaan regresinya


adalah : Y = - 13,90 + 0,583 X1 + 0,489 X2 + 0,569 X3 + 0,261 X4

87
Dari 4 variabel bauran pemasaran ( bauran produk, bauran harga, bauran
distribusi, dan bauran promosi ) semuanya memberikan pengaruh positif
terhadap pangsa pasar ( semua koefisien regresi bertanda positif ). Selain itu
dilihat dari tingkat signifikansi (Sig) menunjukkan bahwa bauran produk (X1),
bauran harga (X2), dan bauran distribusi (X3) secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap pangsa pasar (Y) pada α 5 %; sedangkan variabel bauran
promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap pangsa pasar karena tingkat
signifikansinya lebih besar dari 5 %.

2). Tabel ANOVA

ANOVA
Model Sum of Square df Mean Square F Sig
Regression 232,406 4 58,101 20,772 ,001

Residual 181,808 65 2,797

Total 414,213 69

Tabel ini menunjukkan pengujian pengaruh secara simultan dari 4 variabel


bauran pemasaran terhadap pangsa pasar adalah signifikan ( nilai Sig. dibawah α
yang ditentukan yakni 5 % ).

3). Tabel Summary

Model R R Square Ajusted Std error of Durbin -

R square estimate Watson


1 ,749 ,561 ,534 1,6724 2,053

Tabel ini menunjukkan :

a. R square = 0,561, berarti bahwa 4 variabel bauran pemasaran dapat


memprediksi atau menentukan pangsa pasar sebesar 56,1 % dan sisanya

88
adalah variabel error, yakni variabel yang tidak dimasukkan dalam
penelitian seperti : tingkat persaingan, daya beli konsumen, pertumbuhan
industri, permintaan, dan sebagainya.
b. Harga Durbin-Watson berada disekitar nilai 2 berarti tidak terdapat
multikolinieritas ganda diantara 4 variabel bauran pemasaran.

c. Analisis jalur ( Path Analysis )

Analisis jalur merupakan sebuah teknik statistik yang menggambarkan adanya


hubungan atau pengaruh sebab-akibat dari sekelompok variabel bebas (penyebab)
terhadap variabel terikat (akibat). Bentuk hubungan antara variabel penyebab dan
variabel akibat digambarkan dalam sebuah diagram jalur.

X1

X2 Y

X3 ε

X1, X2, dan X3 adalah variabel eksogenus

Y adalah variabel endogenus

ε adalah variabel residu

Selanjutnya prosedur penyelesaian dengan teknik analisis jalur ini akan


mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

89
1). Menghitung korelasi antar variabel

X1 X2 X3 Xi Y
1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi rX1Y
Ri = 1 rX2X3 rX2Xi rX2Y
1 rX3Xi rX3Y
1 RxIy

2). Menghitung korelasi antar variabel bebas

X1 X2 X3 Xi
1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi
Ri = 1 rX2X3 rX3Xi
1 rX3Xi
1

3). Menghitung Matriks Inferst korelasi antar variabel bebas

X1 X2 X3 Xi
C11 C12 C13 C1i
R1ˉ¹ = C21 C22 C23 C2i
C31 C32 C33 C3i

4). Menghitung koefisien jalur

PYX1 C11 C12 C13 C1i RYX1


PYX2 = C21 C22 C23 C2i x RYX2
PYX3 C31 C32 C33 C3i RYX3
PY Ci1 Ci2 Ci3 Cii RYXi
90
5). Menghitung koefisien determinasi

rYX1
rYX2
R²Y (X1, X2, X3, Xi) = { PYX1 PYX2 PYX3 PYXi } x rYX3 rYXi

6). Menghitung koefisien pengaruh dari variabel lain

PYεi = 1 - R²Y ( X1, X2, X3, Xi )

7). Menguji pengaruh secara simultan, dengan menentukan F hitung :

( n – k – 1 ) R²Y ( X1, X2, X3, Xi )


F = ------------------------------------------------ k (
1 - R²Y ) ( X1, X2, X3, Xi )

8). Menguji pengaruh secara parsial dengan menentukan t hitung :

PYXi
t= --------------------------------

(1
-

R²YXi ) Cii
--------------------- ( n – k
–1)

9). Menghitung pengaruh secara proporsional


a) Pengaruh X1 terhadap Y
Pengaruh X1 langsung : PYX1 . PYX1

91
Pengaruh X1 melalui X2 : PYX1 . rX1X2 . PYX2
Pengaruh X1 melalui X3 : PYX1 . rX1X3 . PYX3
Total pengaruh X1 -----------------------------

b) Pengaruh X2 terhadap Y
Pengaruh X2 langsung : PYX2. PYX1
Pengaruh X2 melalui X1 : PYX2 . rX1X2 . PYX1
Pengaruh X2 melalui X3 : PYX2 . rX2X3 . PYX3
Total pengaruh X2 : -----------------------------

c) Pengaruh X3 terhadap Y
Pengaruh X3 langsung : PYX3 . PYX3
Pengaruh X3 melalui X1 : PYX3 . rX1X3 . PYX1
Pengaruh X3 melalui X2 : PYX3 . rX2X3 . PYX2
Pengaruh X3 total : -----------------------------

Pengaruh total X1 + pengaruh total X2 + pengaruh total X3 = koefisien


determinasi

d. Regresi Intervening dan Regresi moderating

Seringkali dijumpai pada suatu penelitian bahwa dalam hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat bisa muncul variabel lain yang ikut mempengaruhi
hubungan tersebut. Dalam bab III sudah dijelaskan tentang adanya variabel
intervening dan variabel moderating.
Model regresi intervening dan regresi moderating ini dapat diselesaikan
dengan program SPSS yang akan menghasilkan output berupa pengaruh

92
langsung dan pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening atau variabel
moderating tersebut.

1). Regresi Moderating


Bentuk umum dari persamaan regresi moderating dapat dituliskan sebagai
berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X1X2 + ε

Dimana b3 merupakan koefisien variabel moderasi.

Untuk penyelesaian dengan program SPSS dilakukan dengan membuka file


untuk regresi moderasi ( moderating regression ). Langkah-langkah
penyelesaian selanjutnya hamper sama dengan regresi berganda.
Contoh : Sebuah penelitian berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Rumah
Makan X terhadap Loyalitas Pelanggan, dengan Kepuasan Sebagai
Variabel Moderating”.
Hipotesis : 1. kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
2.
Kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
3.
Kepuasan memoderasi antara kualitas pelayanan dengan loyalitas

Contoh ini bisa diselesaikan dengan 3 metode yang akan digunakan, yaitu :

a). Uji Interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis
(MRA), yang merupakan aplikasi dari regresi linier yang mengandung
unsure interaksi ( perkalian 2 atau lebih variabel independent )
Uji interaksi dilakukan dengan cara mengalikan data untuk variabel
kualitas pelayanan dengan kepuasan. Jika hasil pengujian terhadap
perkalian tersebut signifikan maka variabel kepuasan memoderasi antara
kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan.
b). Uji Selisih Nilai Mutlak
93
Uji nilai selisih mutlak dilakukan dengan cara mencari selisih nilai mutlak
terstandarisasi diantara kedua variabel bebas ( kualitas pelayanan dan
kepuasan pelanggan ). Jika selisih nilai mutlak tersebut signifikan maka
variabel kepuasan memoderasi hubungan antara variabel kualitas
pelayanan dengan loyalitas pelanggan.

c). Uji Residual

Uji residual difokuskan pada adanya ketidakcocokan ( lack of fit ) yang


dihasilkan dari deviasi hubungan linier antara variabel kualitas pelayanan
dan kepuasan. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual dalam regresi. Jika
variabel terikat ( loyalitas pelanggan ) diregresikan terhadap nilai absolut
residual dan hasilnya ternyata signifikan dan negative, maka dapat
disimpulkan terjadi moderasi dalam persamaan regresi tersebut.

2). Regresi Intervening

Dalam sebuah penelitian akan diuji apakah kompetensi seseorang dapat


berpengaruh terhadap karirnya dengan nasib sebagai variabel intervening. Untuk
melihat besarnya pengaruh kompetensi terhadap karir dilihat dari koefisien regresi
terstandarisasi.
Langkah pertama, regresikan kompetensi terhadap karir

Langkah kedua, regresikan kompetensi dan nasib terhadap karir

Langkah ketiga, ujilah hasil kedua langkah regresi tersebut untuk mengetahui
apakah pengaruhnya signifikan atau tidak.

e. Regresi Logit ( Logistic Regression )

Model keterkaitan diantara variabel-variabel penelitian bisa saja terjadi bahwa


variabel yang diprediksikan atau variabel independennya merupakan sebuah
variabel dichotomous, sedangkan variabel prediktornya atau variabel
dependennya bersifat kuantitatif, kategorisasi, atau kombinasi keduanya. Jika
model keterkaitan yang terjadi seperti ini maka model-model regresi diatas tidak

94
tepat lagi digunakan, tetapi akan lebih tepat menggunakan model regresi logit atau
regresi logistik ( logctic regression ).
Sebagai contoh, misalnya sebuah penelitian berjudul “Pengaruh tingkat
pendidikan terhadap pemakaian kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur
(PUS)”. Dalam contoh ini maka :
Variabel prediktor atau independent adalah tingkat pendidikan ( berbentuk
kategori ), dan variabel yang diprediksi atau variabel dependennya adalah
pemakaian kontrasepsi ( variabel diskrit dikhotomi ).
Untuk yang memakai kontrasepsi diberi simbol 1

Untuk yang tidak memakai kontrasepsi diberi simbol 0

Model regresi logit diawali dengan adanya sebuah persamaan atau fungsi logistik

untuk regresi linier sebagai berikut :

1
P = -------------
-z
1+e

Dimana : P adalah estimasi probabilitas

Z adalah variabel predictor

e adalah logaritma dasar ( e = 2,71828…)

Berdasarkan regresi logit awal tersebut maka persamaan regresi logit berganda
dapat dituliskan sebagai berikut.

95
1
P = -------------------------------------------------------
- ( a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn )
1+e

Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan fungsi-fungsi determinan sebagai

berikut.

Logit P = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn


atau

P
Log -------- = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn
1-P

f. Analisis Faktor (Factor Analysis )

Analisis faktor adalah sebuah statistik yang digunakan untuk menentukan


beberapa dimensi dasar dari suatu kumpulan besar variabel yang saling
berhubungan. Analisis faktor digunakan apabila antara faktor yang satu dengan
yang lainnya terdapat kesamaan, kesinambungan, atau tumpang tindih. Dalam hal
ini akan diuji dengan cara mengkorelasikan jumlah skor pada masing-masing
faktor dengan jumlah skor total. Jika ada seperangkat variabel yang telah
dikorelasikan, maka dengan analisis faktor variabel-variabel tersebut dapat diatur
dan dikurangi sehingga terjadi penyederhanaan jumlah variabel.
Model atau persamaan umum yang digunakan dalam analisis faktor dapat

dirumuskan sebagai berikut.

Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 + ………… + AimFm + Vi Ui

Xi adalah variabel standar ke i


96
Aij adalah factor loading atau koefisien regresi berganda dari variabel I pada factor j

F adalah faktor umum

Vi adalah koefisien standar regresi variabel I pada faktor khusus atau uniq i
Ui adalah faktor khusus dari variabel i m
adalah jumlah faktor umum

Dalam analisis faktor akan digunakan beberapa konsep sehubungan


dengan proses penyelesaiannya, yang meliputi :
1. Correlation Matrix, digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang
hampir tidak mempunyai korelasi dengan variabel lain sehingga bisa dikeluarkan
dari analisis.

2. Barlett’s Test of Spericity, yakni tes statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis bahwa antara variabel-variabel yang ada dalam populasi tidak saling
berhubungan
3. Kaiser-Meijer Olkin, merupakan indeks yang digunakan untuk menguji

ketepatan analisis faktor, dengan nilai-nilai yang tinggi (antara 0,5 s/d 1,0)

menunjukkan bahwa analisis itu tepat

4. Eigen Value, adalah nilai yang mewakili total varians yang dijelaskan oleh setiap
faktor.
5. Loading factor, adalah korelasi sederhana antar variabel dan antar faktor.

Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut, analisis faktor dapat


diselesaikan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut ini.
a. Menyusun matriks korelasi, yang diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang sudah diprediksi tetapi hampir tidak ada korelasinya dengan
faktor lainnya dalam model penelitian untuk dikeluarkan. Dengan matriks
korelasi ini sekaligus dapat diketahui faktor-faktor atau variabel yang bisa

97
menimbulkan masalah multikolinier, kemudian disatukan dan dipilih salah
satu untuk dianalisis.
b. Menyususn matriks ekstrasi faktor yang digunakan untuk menentukan jumlah
faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Dengan melakukan ekstrasi
faktor ini akan diketahui faktor-faktor yang secara empiris dapat mewakili
seperangkat variabel dengan melihat eigen value dari setiap faktor. Semakin
besar eigen value menunjukkan semakin representatif faktor tersebut untuk
mewakili variabel. Nilai eigen value yang baik memiliki batas minimum = 1,00.
c. Melakukan rotasi faktor, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
baru yang lebih mudah diinterpretasikan, yakni dengan memilih faktor yang
memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,5.
d. Melakukan uji Mann Whitney, digunakan untuk menguji apakah dua kelompok
variabel yang independent telah ditarik dari populasi yang sama, misalnya
antara kelompok pria dan wanita, antara kelompok dengan tingkat pendidikan
yang berbeda, dan sebagainya. Uji Mann Whitney dilakukan dengan
menggunakan rumus :

n2 ( n2 + 1 )
Mean : µ = ------------------
2

(n1) (n2) ( n1 +
n2 + 1 )
Dengan deviasi standar σµ = ---------------------------------

12

Dan nilai Z hitung dapat dicari sebagai berikut :

98
n1 adalah jumlah sampel pertama n2 adalah jumlah sampel kedua
U - Uµ
Z = ------------
σµ

6.6. Pemilihan Alat Uji Hipotesis.

Sebelum seorang peneliti memilih alat uji hipotesis, terlebih dulu perlu dipersiapkan
langkah apa saja yang akan dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis ini.
Secara garis besar kegiatan dalam menguji hipotesis akan mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Tuliskan hipotesis penelitian
b. Buat rumusan hipotesis
c. Tentukan level of significance atau tingkat kesalahan yang ditoleransi ( α )

d. Pilih alat uji yang sesuai dan lakukan perhitungan dengan alat uji itu
e. Periksa hasil pengujian dan bandingkan dengan α yang ditetapkan
f. Buat simpulan, dengan acuan :
Hipotesis teruji secara signifikan jika Ho salah (ditolak) atau Ha benar
(diterima); dan sebaliknya hipotesis tidak teruji secara signifikan jika Ho
benar (diterima) atau Ha salah (ditolak).

Dalam menguji hipotesis, tentu saja peneliti harus bisa memilih alat uji
statistik yang paling tepat, sesuai dengan rancangan penelitiannya. Oleh karena
secara umum rancangan penelitian berkaitan dengan penelitian deskriptif,
penelitian komparatif, dan penelitian asosiatif, maka alat uji hipotesis juga
dikaitkan dengan ketiga bentuk hipotesis yang muncul.
Pemilihan alat uji statistik tentu saja disesuaikan dengan bentuk keterkaitan
antar variabel penelitian serta tingkatan data yang akan diuji, apakah datanya
memiliki gejala nominal, ordinal, interval, atau rasio. Berikut ini akan dijelaskan
99
dengan disertai contoh hipotesisnya dengan penggunaan alat uji statistik yang
sesuai untuk setiap jenis hipotesis.

1. Hipotesis Deskriptif.

Hipotesis deskriptif merupakan sebuah pendugaan tentang nilai suatu variabel


secara mandiri, tidak dikaitkan dengan variabel yang lain.
Contoh : Sebuah lembaga bimbingan belajar membuat pernyataan bahwa
sebanyak 75 % lebih siswa lulusan lembaga tersebut dapat
diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

Langkah penyelesaian :

a. Hipotesis : diduga bahwa 75 % lebih siswa lulusan lembaga bimbingan


belajar diterima di perguruan Tinggi Negeri.
b. Rumusan hipotesis :
Ho : U < 0,75
Ha : U ≥ 0,75
c. Tentukan α
d. Pilih alat uji yang sesuai dengan pedoman sebagai berikut :

Tingkatan Data Alat Uji Statistik


Nominal 1. Tes Binomial

2. Chi Square ( 1 sampel )


Ordinal Run test
Interval / Rasio t test ( 1 sampel )

2. Hipotesis komparatif.

Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan suatu pendugaan


tentang perbedaan nilai dalam dua atau lebih variabel pada sampel yang
berbeda. Dalam hipotesis komparasi ini harus diingat bahwa dua atau lebih
variabel yang akan dikomparasikan itu bisa berkorelasi dan bisa independent.
100
Contoh : Diduga ada perbedaan kinerja antara karyawan yang memperoleh
fasilitas kendaraan dinas dengan karyawan yang
tidak
,memperoleh fasilitas kendaraan dinas.
Penyelesaian :
a. Hipotesis : terdapat perbedaan kinerja antara karyawan yang memperoleh
fasilitas kendaraan dan karyawan yang tidak memperoleh fasilitas
kendaraan
b. Rumusan hipotesis :
Ho : U1 = U2
Ha : U1 ≠ U2
c. Tentukan α
d. Pilih alat uji statistik yang sesuai untuk tingkatan data, jumlah variabel yang
dikomparasikan, dan bentuk keterkaitan antar variabel, dengan
mengikuti pedoman sebagai berikut.

Tingkatan data
Interval / Rasio Nominal Ordinal
Sampel
2 sampel
a. berkorelasi t test ( 2 sampel ) Mc. Nemar Sign test
Wilcoxon
b. independen t test ( 2 sampel ) F test Median test
Chi Square Mann Whitney test
Kolmogorov Smirnov
K sampel
a. berkorelasi Anova Chi Square Friedman
Chohran Q Anova
b. independen Anova Chi Square Median Extention
Kruskal Walls Anova

3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif merupakan sebuah pernyataan yang menunjukkan dugaan
tentang hubungan antara dua atau lebih variabel.
101
Contoh : Diduga ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
efektivitas kerja karyawan.
Penyelesaian :

a. Hipotesis : terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan


dengan efektivitas kerja karyawan.
b. Rumusan hipotesis

Ho : r = 0

Ha : r ≠ 0

c. Tentukan α

d. Pilih alat Uji Statistik yang sesuai dengan tingkatan data sebagai berikut.

Tingkatan data Alat Uji Statistik

Nominal Koefisien Kontingensi


Ordinal 1. Rank Spearman

2. Kendal tau
Interval / Rasio 1. Pearson product moment

2. korelasi ganda

3. korelasi parsial

Kreteria Pengujian

Setelah melakukan pengujian hipotesis sampai didapat simpulan hasil


pengujiannya, biasanya peneliti akan melengkapi laporannya dengan menunjukkan
simpulan hasil pengujian hipotesis tersebut pada kurva kreteria hasil pengujian.
Pada intinya, menentukan kreteria pengujian dilakukan dengan cara

menggambarkan pada sebuah kurva normal sebagai alat penunjuk kreteria

dengan menggunakan toleransi kesalahan tertentu. Dengan menggunakan kurva

normal, terdapat 2 macam kreteria pengujian hipotesis, yaitu :


102
1). Uji satu sisi ( one tail test )

Kreteria ini digunakan jika rumusan hipotesis menunjukkan adanya ketegasan


perbedaan dari hipotesis yang akan diuji. Hasil pengujian diletakkan pada
salah satu ujung dari kurva normal.
Misalnya rumusan hipotesisnya adalah :
Ho : µ = 0
Ha : µ > 0

Maka kreteria pengujiannya menggunakan uji satu sisi sebelah kanan


sebagai berikut :

daerah terima Ho

daerah tolak Ho

Tetapi jika rumusan hipotesisnya adalah :


H0 : µ = 0
Ha : µ < 0
Maka akan digunakan kreteria uji satu sisi pada ujung kiri kurva sebagai berikut

daerah terima Ho

daerah tolak Ho

2). Uji dua sisi (two tail test )

103
Kreteria ini digunakan jika rumusan hipotesis tidak menyatakan dengan tegas
dari hipotesis yang akan diuji. Hasil pengujian menggunakan dua ujung dari
kurva normal ( ujung kiri dan ujung kanan sekaligus ).

Misalnya rumusan hipotesisnya adalah :


Ho : r = 0
Ha : r ≠ 0

Maka kreteria pengujiannya menggunakan uji dua sisi, dan α disebar ke ujung kiri
dan ujung kanan kurva masing-masing ½ α. Perhatikan gambar kreteria
pengujian dibawah ini.

daerah
terima Ho

½α ½α

daerah tolak Ho

6.7. Ringkasan bab VI.

Bagian terpenting dalan suatu penelitian adalah analisis atau pengolahan data,
karena tanpa pengolahan data yang sudah terkumpul tidak bisa bermakna baik
dalam pengujian hipotesis maupun dalam pemecahan masalah penelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan 3 langkah utama, yaitu ceking data, tabulasi,
dan penerapan data sesuai dengan pendekatan analisis. Dalam mengolah data
perlu disusun rancangan analisis (analysis design), baik untuk penelitian
deskriptif, penelitian komparatif, maupun penelitian korelasional.

104
Untuk penelitian-penelitian social-ekonomi, banyak digunakan teknik atau
model analisis dengan regresi dan korelasi dengan berbagai bentuk yang sesuai
dengan model penelitiannya. Model-model regresi dan korelasi yang biasa
digunakan dalam penelitian sosial ekonomi dapat disebutkan sebagai berikut.
Model korelasi yang termasuk dalam statistik parametrik :
a. korelasi product moment

b. korelasi parsial
c. korelasi ganda
Model korelasi yang termasuk dalam statistik non parametrik :
a.
koefisien kontingensi
b.
korelasi jenjang (rank) Spearman

Beberapa model regresi :

a. regresi linier sederhana


b. regresi linier berganda
c. analisis jalur ( path analysis )

d. regresi intervening
e. regresi moderating
f. regresi logit ( logistic regression )

g. analisis factor

Khusus untuk penggunaan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu


harus dilakukanpengujian apakah model regresi yang digunakan itu memenuhi
kreteria “BLUE estimate” atau tidak. Sebuah regresi yang baik adalah yang bisa
memenuhi kreteria BLUE estimate, sehingga perlu dilakukan pengujian asumsi
regresi (asumsi klasik) yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Kemudian setelah melakukan analisis dengan model yang sesuai, peneliti
juga harus memilih alat uji hipotesis ( jika penelitiannya berhipotesis ) sesuai
dengan rancangan penelitiannya, apakah termasuk dalam hipotesis deskriptif,

105
hipotesis komparatif, atau hipotesis asosiatif. Dalam pengujian hipotesis juga perlu
memperhatikan kreteria pengujian yang dipilih sebagai dasar untuk membuat
simpulan hasil pengujian hipotesis.

6.8. Soal-Soal Latihan.


1. Jelaskan bagaimana langkah-langkah dalam melakukan analisis atau
pengolahan data
2. Jelaskan pula tujuan dari analisis atau pengolahan data

3. Bagaimana rancangan penelitian yang harus dibuat untuk penelitian


deskriptif, untuk penelitian komparatif, dan untuk penelitian korelasional
4. Statistika memiliki peran yang sangat besar dalam penelitian, terutama
berkaitan dengan pengujian instrument dan hipotesis. Statistika sendiri
terdiri atas dua kelompok yaitu statistik parametrik dan statistik non
parametrik. Jelaskan perbedaan dari ke dua kelompok statistic tersebut.
5. Salah satu alat analisis untuk penelitian korelasional adalah regresi linier
berganda. Jelaskan bagaimana rumus umum untuk model regresi linier
berganda, dan gambarkan modelnya.
6. Jika alat analisis yang digunakan adalah regresi, maka secara teori
regresi tersebut harus memenuhi “BLUE estimate” atau asumsi klasik
regresi. Jelaskan apa yang dimaksud dengan BLUE estimate itu.
7. Apa perbedaan anta regresi linier berganda dengan analisis jalur,
jelaskan.
8. Jelaskan bagaimana langkah-langkah dalam pengujian hipotesis

9. Dalam menguji hipotesis, ada pengujian secara parsial dan pengujian


secara simultan. Jelaskan makna dari ke dua jenis pengujian hipotesis
tersebut
10. Untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis, digunakan 2 macam kreteria
pengujian, yaitu yang dinamakan dengan “one tail test” dan “two tail test”.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan one tail test dan two tail test
tersebut.
11. Jika pengolahan data menggunakan program atau software, jelaskan apa
yang harus dipersiapkan oleh peneliti sebelum menggunakan program
106
12. Salah satu program yang faforit digunakan adalah “Program SPSS”.
Jelaskan kepanjangan dari SPSS dan apa saja yang bisa diselesaikan
dengan SPSS tersebut.

BAB VII PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

Tujuan pembelajaran : Dengan menyelesaikan pokok bahasan ini


mahasiswa diharapkan dapat memilih kata atau kalimat yang tepat untuk
melakukan penyusunan skripsi berdasarkan sistematika yang benar.

Kegiatan terakhir yang dilakukan oleh seorang peneliti adalah menulis


laporan hasil penelitian. Berbeda dengan penulisan secara umum, penulisan hasil
penelitian ilmiah dilakukan dengan metode ilmiah. Artinya penulisannya mengikuti
sistematika dan aturan penulisan yang memenuhi kaidah keilmuan, dalam arti
bahasa penulisannya menggunakan bahasa ilmiah, dan substansi yang ditulis bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Berikut ini akan dijelaskan teknik menulis laporan hasil penelitian dalam
bentuk “skripsi”, sebagai tugas akhir yang harus disusun oleh setiap mahasiswa
yang menempuh program pendidikan Strata Satu (S1). Dalam penulisan skripsi
terdapat sistematika dan teknik penulisan yang biasanya dijadikan pedoman
pada suatu perguruan tinggi.

7.1. Beberapa Acuan Tentang Bahasa Penulisan

Dalam menulis karya ilmiah, unsur bahasa penulisan harus mendapat


perhatian yang cukup agar tidak mengurangi nilai akademis dari karya ilmiah itu
sendiri. Sebuah karya ilmiah yang baik adalah yang memenuhi kaidah efisiensi dan
efektivitas penulisan. Efisiensi berkaitan dengan kehematan penggunaan kata atau
kalimat, dalam arti tidak perlu menulis suatu hal berulang-ulang dan dengan kalimat
yang panjang lebar tetapi justru mengurangi esensi dari karya ilmiah itu sendiri.
107
Sedangkan efektivitas berkaitan dengan kejelasan makna yang terkandung dari
setiap kalimat yang disusun.
Penulisan dengan bahasa Indonesia yang benar bisa mengacu pada

buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Beberapa cuplikan dari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, yang dianggap penting untuk diperhatikan dalam penulisan
ilmiah diantaranya adalah :

a. Pemakaian huruf miring

1) Untuk menuliskan judul buku, jurnal, majalah dan sebagainya yang


menjadi sumber kutipan.
Misalnya : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Buku Metode Penelitian Bisnis

2). Untuk menulis kata-kata asing ( kecuali yang sudah di “Indonesia” kan ) atau

kata/nama ilmiah.

Misalnya : Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling

Pemanfaatan e-commerce dalam dunia bisnis

3). Untuk penegasan atau mengkhususkan huruf, suku kata, atau kelompok kata.
Misalnya : Huruf pertama kata abad adalah a

Bab ini tidak membahas kajian pustaka

Responden minta kerahasiaan data pribadi

b. Pemakaian kata depan ( di, ke, dari )

Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam
penggabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti : kepada,
daripada, barangkali.
Misalnya : Komputer itu ditaruh di sini
Di mana ada semut, di situ ada gula Ramalan
108
penjualan satu tahun ke depan Anggaran
disusun lebih besar dari semestinya

Perhatikan : Masyarakat percaya sepenuhnya kepadanya


Manajer baru keluar sebentar
IPK Mawar lebih baik daripada Melati

c. Penulisan kata serapan


Banyak kata Indonesia yang berasal dari serapan kata asing dan
kemudian sudah dijadikan kata baku Indonesia. Perhatikan contoh-contoh
berikut.
* Kata diakhiri huruf ief atau ive menjadi -if

Effective, effectief, menjadi efektif

Objective, objectief, menjadi objektif

* Kata diakhiri huruf ic, ics, ica, ique menjadi -ik, -ika
Public menjadi publik
Logic, logica menjadi logika
Technique menjadi teknik
* Kata diakhiri isch, ic, menjadi -ik
Mechanisch menjadi mekanik
Electronic menjadi elektronik
* Kata diakhiri ical, menjadi –is

Economical menjadi ekonomis Practical menjadi praktis


Logical menjadi logis

d. Tanda Baca

* Tanda titik (.) dipakai pada akhir dari singkatan gelar, pangkat, jabatan, dan
sapaan.
Misalnya : Dr. (Doktor)
dr. (Dokter)
Ir. (Insinyur)

109
M.S / M.Si ( Magister Sains atau Master of Science )
M.B.A. ( Master of Business Administration )
Prof. (Profesor)
Yth. ( Yang terhormat )
Sdr. (Saudara)

* Tanda koma (,) dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan
kalimat setara berikutnya yang didahului kata : tetapi, melainkan.
Misalnya : - Inflasi diprediksi akan turun, tetapi yang terjadi justru naik

- Penelitian ini bukan penelitian deskriptif, melainkan penelitian


eksploratif.

Selain beberapa cuplikan dari buku pedoman tersebut, dalam menulis karya
ilmiah juga harus memperhatikan etika penulisan, dimana sebagai warga Negara
yang baik kita harus menghormati bahasa kita yaitu Bahasa Indonesia. Oleh karena
itu dalam menuliskan istilah-istilah asing atau berbahasa asing, harus dituliskan
istilah dalam bahasa Indonesia lebih dulu, baru istilah asing didalam tanda kurung.
Misalnya dalam skripsi yang disusun, mahasiswa akan menulis kalimat

“liquidity ratio digunakan untuk mengukur …………………” Penulisan yang etis


adalah : “Rasio likuiditas ( liquidity ratio ) digunakan untuk mengukur
…………………. “.

7.2. Sistematika Skripsi

Meskipun masalah menulis berkaitan dengan “selera”, namun dalam menulis


karya ilmiah perlu dibuat sistematika yang secara umum dianggap memenuhi
kaidak akademis. Demikian pula dalam penulisan skripsi, perlu dikembangkan
suatu sistematika agar mahasiswa mempunyai panduan dalam menulis skripsi.
Secara garis besar skripsi terdiri atas 3 bagian utama yaitu : bagian awal
skripsi ( front matter ), bagian isi atau tubuh skripsi ( main body ), dan bagian akhir
110
skripsi ( reference section ). Sistematika skripsi merupakan penjabaran dari ketiga
bagian tersebut dan akan dijelaskan lebih lanjut pada bab ini.

Bagian awal skripsi ( front matter ) berisi segala sesuatu yang diperlukan
untuk bisa mengantarkan pembaca kepada isi skripsi, biasanya memuat :
1. Halaman Judul

2. Halaman pengesahan ( Tanda Persetujuan Skripsi )


3. Surat Pernyataan Keaslian Skripsi (bermeterai)

4. Abstraksi
5. Halaman motto atau Kata Persembahan ( kalau ada )

6. Kata Pengantar

7. Daftar Isi

8. Daftar Tabel ( kalau ada )

9. Daftar Gambar ( kalau ada )

10. Daftar Lampiran ( kalau ada )

Bagian isi atau tubuh skripsi ( main body ), terdiri atas bab-bab yang perlu
disajikan dalam laporan penelitian berbentuk skripsi, yang terdiri atas 6 bab
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi Latar belakang Masalah; Identifikasi,
Pembatasan, dan Perumusan Masalah; Tujuan penelitian; dan Kegunaan
atau Manfaat Penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini memuat Penelitian terdahulu yang relevan;
Teori-Teori yang melandasi; Kerangka Pemikiran Teoritis; dan Hipotesis
( kalau ada )

Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi Jenis dan Obyek Penelitian;
Operasionalisasi variabel; Populasi dan sampel; Metode Pengumpulan
Data; Teknik Analisis ( termasuk pengujian hipotesis )
Bab IV Gambaran Umum Obyek Penelitian, memuat identitas dari obyek yang
diteliti seperti sejarah perkembangan obyek, lokasi, organisasi,
personalia, aspek produksi, aspek pemasaran, dan sebagainya.

111
Bab V Analisis dan Pembahasan. Bab ini memuat uraian secara rinci tentang
proses dan prosedur pemecahan masalah atau pengolahan data dan
pengujian hipotesis hingga diketahui hasilnya.
Bab VI Simpulan dan Saran. Simpulan hasil penelitian bisa berupa simpulan secara
umum dari hasil pengamatan pada obyek, dan simpulan khusus dari hasil
analisis atau pengujian hipotesis. Sedangkan saran dibuat

sebagai tindak lanjut dari simpulan; artinya saran boleh diberikan


terhadap sesuatu yang sudah disimpulkan lebih dulu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para peneliti dalam
membuat simpulan ini diantaranya adalah :
a. Simpulan harus merupakan jawaban dari hipotesis.

Jika hipotesis merupakan dugaan pembenar sementara atas


rumusan masalah penelitian, maka simpulan yang dibuat harus
menunjukkan adanya relevansi dengan rumusan masalah dan
hipotesis. Jika penelitian tidak berhipotesis maka simpulan seharusnya
menunjukkan intisari hasil pemecahan masalah.
b. Simpulan dibuat secara jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda dari pembaca
c. Simpulan hendaknya dinyatakan dengan singkat tetapi padat, dalam
arti tidak terjadi pengulangan kalimat-kalimat yang sudah dituliskan
dalam analisis atau pembahasan.
d. Simpulan yang disusun harus didasarkan pada data yang akurat dan
telah diolah dengan metode yang tepat sehingga tidak mengandung
unsur subyektivitas.
e. Dalam membuat simpulan sebaiknya dihindari penulisan angka-
angka statistik karena hal itu sudah dituliskan dalam bab analisis.
Dengan demikian dalam simpulan ini hanya menuliskan hasil ujinya
saja.
f. Sebaiknya menghindari simpulan yang berupa pesanan baik dari
pihak sponsor maupun dari pemilik obyek yang diteliti.

112
Bagian akhir skripsi ( reference Section ), merupakan bagian yang
diperlukan sebagai penjelas atau pelengkap yang diperlukan sehubungan
dengan penyusunan skripsi, yang bisa berisi Daftar Pustaka dan Lampiran-
Lampiran yang perlu.

7.3. Penulisan Sumber Pustaka


Menuliskan sumber pustaka merupakan suatu keharusan dalam menulis
karya ilmiah karena berkaitan dengan etika penulisan dimana penulis harus
menghormati orang lain yang karyanya telah dikutip atau diacu dalam menyusun
skripsi. Penulisan sumber pustaka terdiri atas 2 kelompok yaitu menulis sumber
kutipan dalam kalimat-kalimat uraian yang ada kutipannya; dan dalam bentuk
daftar pustaka.
Jika menuliskan sumber kutipan dalam kalimat-kalimat uraian yang
memuat kutipan, yang kita tuliskan adalah nama penuis, tahun, dan halaman yang
dikutip. Sumber kutipan bisa diletakkan di awal kalimat, di tengah, atau di belakang
kalimat kutipan. Tata cara penulisan sumber pustaka akan dijelaskan lebih rinci
disertai dengan contoh pada bagian teknik penulisan secara umum berikut ini.

7.4. Teknik Penulisan Umum

Dalam menulis karya ilmiah (skripsi), penulis diharuskan mengikuti petunjuk


atau pedoman umum penulisan yang ditentukan oleh lembaga atau Perguruan
Tinggi tempat penulis berada. Meskipun demikian dalam bab ini akan dijelaskan
teknik penulisan karya ilmiah yang secara umum digunakan oleh perguruan
tinggi yang ada di Indonesia.
Beberapa pedoman umum dalam penulisan karya ilmiah (skripsi) adalah
sebagai berikut :

113
1. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas putih bersih jenis HVS dengan
tebal 70 atau 80 gram, berukuran kuarto ( A4 ). Pemakaian kertas diluar
ketentuan ini diperbolehkan untuk keperluan-keperluan khusus seperti
pembuatan tabel, gambar, dan sebagainya.
2. Tipe huruf yang digunakan adalah huruf standar ( ukuran font : 12 ) dengan

model huruf Roman atau sejenisnya berwarna hitam.

3. Jarak baris menggunakan spasi ganda ( 2 spasi ) dengan pengaturan ruang


ketikan dibatasi oleh marjin tepi kertas sebagai berikut :
• marjin kiri dan atas kertas masing-masing 4 Cm

• marjin kanan dan bawah masing-masing 3 Cm


4. Pemberian nomor halaman menggunakan ketentuan sebagai berikut :
a.
Bagian awal skripsi diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil

( i; ii; iii; dan seterusnya )


b.
Bagian isi skripsi diberi nomor halaman dengan angka Arab ( 1; 2; 3; dan

seterusnya )

c.
Bagian akhir skripsi diberi nomor halaman dengan angka Arab dan
meneruskan nomor halaman bagian isi skripsi.
d.
Nomor halaman diletakkan di ruas kanan atas ruang ketikan sejajar
dengan marjin kanan, sedangkan untuk halaman-halaman yang ada
judul bab nya, nomor halaman diketakkan di tengah-bawah ruang
ketikan, sejajar dengan marjin bawah.
5. Pemberian nomor bab, sub bab, bagian, sub bagian, dan seterusnya
mengikuti aturan sebagai berikut :
Bab dan Bagiannya Penomoran

Bab I; II; III; dst


Sub Bab 1.1.’ 1.2.; 1.3.; dst
Bagian 1.; 2.; 3.; dst

114
Sub Bagian a.; b.; c.; dst
Seksi 1).; 2).; 3). Dst
Sub Seksi a).; b).; c). dst

6. Judul bab ditulis dengan huruf capital, diletakkan ditengah-tengah ruang


ketikan, dan dicetak tebal (bold). Sedangkan sub judul ditulis dengan
huruf besar pada setiap inisial atau huruf awal setiap kata dan dicetak tebal.
7. Pengetikan judul tabel atau judul gambar diletakkan ditengah atas tabel atau
gambar dan diberi nonor tabel atau gambar yang menunjuk bab nya.
Dibawah tabel atau gambar dicantumkan sumber nya, kecuali untuk tabel
olahan atau analisis.

Contoh : untuk menuliskan tabel pertama yang ada pada bab IV,
dituliskan sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Data Personalia Perusahaan

Nomor Bagian Jumlah orang


1 Administrasi umum 20

2 Keuangan Produksi 5

3 Supervisi 80

4 10
Jumlah 115
Sumber : data primer

8. Penulisan sumber kutipan dapat dilakukan sebagai berikut :


a.
Jika nama penulis diletakkan di awal kalimat
115
“Menurut Suharsimi Arikunto ( 1997 : 8 ) terdapat banyak ragam
penelitian ,……………………… “
b.
jika nama penulis diletakkan di tengah kalimat

“……............ Ditemukan oleh Diers ( 1963 : 45 ) , di dalam

………………… “
c.
Jika nama penulis diletakkan di akhir kalimat

“ Strategi penetapan harga ……………… ( Cravens, 2003 : 52 )”


d.
Jika penulis dua orang, maka dua-duanya dituliskan
e.
Jika penulis lebih dari 2 orang :
“Rosen, et al, 1994 : 15 ) ……… menyebutkan bahwa ………….. “
“Ridwan, dkk, 2004 : 42 ) menyatakan bahwa pengujian ………… “

f.
Jika mengacu dari sumber ke dua :
“Menurut Keynes ( dalam Sudiono, 1995 : 22 ) pengeluaran konsumsi
merupakan ……….. “

9. Penulisan daftar pustaka mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :


a.
penulisan berurutan mulai dari nama pengarang, tahun, judul buku atau
tulisan, penerbit, dan kota terbit. Judul buku atau karangan dicetak miring
( model italic )
b.
daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan nama pengarang
dengan ketentuan :
1). untuk nama asing ditulis nama belakang ( last name ) lebih dulu,
baru nama depan atau nama diri ( first name )
2). untuk nama Indonesia jika tahu persis ada nama marga
dibelakang nama diri, maka penulisannya nama belakang lebih
dulu, tetapi jika tidak ada nama marga, penulisannya tidak
dibalik
3). gelar atau tiel tidak perlu ditulis
116
4). jika penulisan tidak cukup dalam satu baris, maka baris kedua dan seterusnya
ditulis masuk kedalam 7 ketukan untuk menegaskan beda antara
satu pustaka dengan pustaka yang lain
5). daftar pustaka tidak perlu diberi nomor urut 6).

daftar pustaka ditulis dengan spasi tunggal

7). jika bahan pustaka tidak ada nama pengarangnya ( misalnya


berupa Undang-Undang atau peraturan ) bisa dituliskan paling
akhir dengan cara mengganti nama penulis dengan tanda
………….. , atau boleh dituliskan pertama dengan mengganti
nama dengan “Anonim”.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Ariff, mohammed and Lester, W. Johnson, 1990. Securities


Market and Stock Pricing; Evidence form a Developing
Capital Market in ASIA, Singapore; longmaan

Husein Umar, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis


Bisnis ; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan
ketiga.
Husein Umar,2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen; PT.
Gramedia Pustaka Utama, jakarta
Sekaran, Uma, 2000. Research Method for Business, a Skill
Building Approach ; John Willey and Sons Inc. third
edition.
…………., 2003. Complete List Of test. (On-Line).
Availablehttp://www. Psychotests.com

117
10. Abstraksi ditulis dengan spasi tunggal dengan panjang tulisan maksimum 200
kata ( setara dengan 1 halaman kuarto ), dan diutamakan dengan
menggunakan bahasa Inggris jika karya ilmiah ditulis dalam bahasa
Indonesia.
11. Sampul skripsi atau cover menggunakan kertas karton tebal (hard cover)
dengan warna sampul dan warna tulisan yang ditetapkan oleh program studi
atau perguruan tinggi yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Purwadi, 2000. Riset Pemasaran, Aplikasinya dalam Bauran Pemasaran; PT.
Grasindo, Jakarta
Djarwanto, PS dan Pangestu Subagyo, 1998. Statistik Induktif; penerbit BPFE
Yogyakarta
Fandi Tjiptono, dkk, 2004. Marketing Scales, Andi Offset, Yogyakarta

118
Gujarati, Damodar, 1995. Basic Econometrics; Prentice Hall. New Jersey,
International Edition
Harun Al-Rasyid, Analisis Jalur ( Path Analysis ); LP3E Fakultas Ekonomi

Universitas Padjadjaran, bandung

Husein Umar, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis; PT.

Grafindo, Jakarta

Husein Umar, 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa; Ghalia Indonesia,
Jakarta
Imam Ghozali, 2001. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS; Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

J. Supranto, 1986. Metode Riset, Aplikasinya dalam Pemasaran; Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

J. Supranto, 1997. Pengukuran Kepuasan Pelanggan; Rineka Cipta, Jakarta

J. Supranto, 2001. Teknik Riset Pemasaran dan Ramalan Penjualan; Rineka

Cipta, Jakarta, cetakan kedua

Moh. Nazir, 1988. Metode Penelitian; Ghalia Indonesia, Jakarta, cetakan ketiga
M. Sudradjat, SW, 1985. Statistika Non Parametrik; penerbit Armico, Bandung
Retherford,Robert D. and Kim Choe, Minja, 1993. Statistical Models for Causal
analysis; john Wiley & Sons Inc. Singapore

Sekaran, Uma; 2000. Research Method for Business; John Willey and Sons.

Inc., Singapore

Sidney Siegel, 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial; PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sri Sularso, 2003. Metode penelitian Akuntansi, Sebuah Pendekatan Replikasi,


BPFE Yogyakarta

119
Sugiyono dan Ari Wibowo, 2001. Statistika Penelitian dan Aplikasinya Dengan

SPSS for Window; Alfabeta, Bandung

Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian; Alfabeta, bandung


Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian; Rineka Cipta, Jakarta Suliyanto,
2006. Metode Riset Bisnis; Andi Offset, Yogyakarta.
; Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
KEP/25/M.PAN/2/2004; tentang Pedoman Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

120
121

Anda mungkin juga menyukai