OLEH :
KELOMPOK 08
Baiturrahman ( 21721082227 )
2019
BAB I
1.1. Penelitian selalu dimulai dengan adanya dorongan, baik yang berasal dari
dalam diri maupun di luar diri si peneliti. Motivasi itu tidak lain keinginan
seseorang atau sekelompok (tim) untuk mengetahui sesuatu melalui proses
ilmiah. Jadi, keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan dasar dorongan
untuk mengadakan penelitian. Kegiatan penelitian itu dimulai ketika
seseorang atau sekelompok orang menaruh perhatian pada sesuatu yang
ada (fakta) di sekitar lingkungan di mana manusia berada.
1.2. Pengertian penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang dilakukan
secara aktif, tekun, dan sistematis, dimana tujuannya untuk menemukan,
menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta.
1. Tujuan Eksploratif
Dalam hal ini, penelitian dengan tujuan eksploratif adalah untuk
menemukan pengetahuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Misalnya, penelitian tentang manfaat ekstrak kayu manis untuk masalah
diabetes dalam tubuh manusia.
2. Tujuan Verifikatif
Penelitian dengan tujuan verifikatif adalah untuk membuktikan atau
menguji kembali kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang telah ada
sebelumnya. Misalnya, membuktikan manfaat ekstrak belimbing wuluh
sebagai anti bakteri.
3. Tujuan Pengembangan
Penelitian dengan tujuan pengembangan adalah untuk menggali lebih
dalam atau mengembangkan suatu penelitian atau pengetahuan yang telah
ada. Misalnya, penelitian mengenai manfaat ekstrak kulit manggis untuk
masalah diabetes yang sudah ada sebelumnya.
1.3. Ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian atau
kajian, ilmu pengetahuan dapat maju dan berkembang karena adanya
penelitian, sedangkan cara – cara penelitian dapat berkembang karena
adanya pengembangan dalam ilmu pengetahuan. Keduanya yakni ilmu dan
penelitian itu mempunyai tugas akhir yang sama, yaitu menunjukkan
kebenaran yang disbut kebenara ilmiah, kebenaran yang diperoleh
berdasarkan data empiris serta dilakukan berdasarkan atau menurut
caraatau prosedur ilmiah.
1.4. Metode ilmiah adalah suatu metode yg tersusun atas langkah-langkah yg
sistematis utk memecahkan masalah. -Metode ilmiah dapat dilakukan
dengan cara : Merumuskan masalah,Mengumpulkan keterangan atau
data,Menyusun hipotesis ( Hipotesis adalah jawaban sementara atas
rumusan masalah yg diperoleh berdasarkan teori/data yg ada ),Melakukan
percobaan (eksperimen),Percobaan yg dilakukan utk menguji kebenaran
hipotesis, Menarik kesimpulan, Kesimpulan merupakan ringkasan hasil
kerja eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan antara hasil
eksperimen dan hipotesis, Menguji kesimpulan
1.5. Karakteristik Ilmu
Menurut Randall dan Buchker (1942) beberapa ciri umum ilmu
diantaranya :
Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan
karena yang menyelidiki adalah manusia.
Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan
metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak
tergantung pada pemahaman secara pribadi.
Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan
menggunakan akal (rasio).
Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman
oleh panca indera.
Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa
terkecuali.
Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan
objek penelitian selanjutnya.
1.6. Peran penelitian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Penelitian atau Rresearch berasal dari kata “Re” dan “To” search “, yang
berarti mencari kembali.
Penelitian tidak lain adalah “art and science guna mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan” (Yoseph dan Yoseph, 1979:23). Karena seni
dan ilmiah maka penelitian juga akan memberikan ruang yang akan
mengakomodasi adanya perbedaan tentang apa yang dimaksud dengna
penelitian.
Penelitian ialah “proses penemuan yang mempunyai karakteristik
sistematis, terkontrol, empiris dan mendasarkan pada teori dan hipotesis
atau jawaban sementara” (Karlinger 1986:23).
Tujuan penelitian.
Memperoleh informasi.
Mengembangkan dan menjelaskan data penelitian.
Menerangkan, memperediksi, dan mengontrol suatu ubahan.
Fungsi penelitian.
Menemukan sesuatu yang baru.
Mengembangkan ilmu pengetahuan.
Melakukan validitas
Menemukan permasalahan penelitian.
Menambah khazanah pengayaan ilmiah
Berdasarkan fungsi penelitian diatas mengembangkan ilmu pengetahuan
dapat dikatakan bahwa penelitian dapat berperan sebagai pengembangan
ilmu pengetahuan.
1.7. Tahap- Tahap Proses Penelitian
Mengidentifikasi Masalah
Yang dimaksud dengan mengidentifikasi masalah ialah peneliti melakukan
tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah
yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam
penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan
masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan
kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
Membuat Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti.
Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama,
tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap
hubungan variable yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa
operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0
bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak
semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian
deskriptif. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai masalah ini akan
dibahas pada BAB V.
Studi Literature
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian
pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis
sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk
mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori
merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti
dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
Melakukan identifikasi dan menamai variable merupakan salah satu
tahapan yang penting karena hanya dengan mengenal variabel yang sedang
diteliti seorang peneliti dapat memahami hubungan dan makna variable-
variabel yang sedang diteliti.
Membuat Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variable-variabel
yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan
proses pengukuran variable-variabel tersebut. Definisi operasional
memungkinan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang
operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.
Memanipulasi dan Mengontrol Variabel
Yang dimaksud dengan memanipulasi variable ialah memberikan suatu
perlakuan pada variable bebas dengan tujuan peneliti dapat melihat efeknya
bagi variable tergantung atau variable yang dipengaruhinya. Sedang yang
dimaksud dengan mengontrol variable ialah melakukan kontrol terhadap
variable tertentu dalam penelitian agar variable tersebut tidak mengganggu
hubungan antara variable bebas dan variable tergantung.
Menyusun Desain Penelitian
Apa yang dimaksud dengan menyusun desain penelitian? Desain penelitian
khususnya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
merupakan alat dalam penelitian dimana seorang peneliti tergantung dalam
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang sedang dilakukan.
Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan
proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sample, koleksi
data dan analisanya. Tanpa desain yang baik maka penelitian yang
dilakukan akan tidak mempunyai validitas yang tinggi.
Mengidentifikasi dan Menyusun Alat Observasi dan Pengukuran
Yang dimaksud pada bagian ini ialah tahap dimana seorang peneliti harus
melakukan identifikasi alat apa yang sesuai untuk mengambil data dalam
hubungannya dengan tujuan penelitannya. Pada penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif biasanya peneliti menggunakan
kuesioner, khususnya dalam penelitian-penelitian jenis Ex Post Facto.
Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kuesioner
merupakan salah satu alat yang penting untuk pengambilan data; oleh
karena itu, peneliti harus dapat membuat kuesioner dengan baik. Cara
membuat kuesioner dapat dibagi dua, yaitu dari sisi format pertanyaan dan
model jawaban. Disamping kuesioner, alat pengambilan data juga dapat
dilakukan dengan interview. Cara-cara melakukan interview diatur secara
sistematis agar dapat memperoleh informasi dan/atau data yang berkualitas
dan sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.
Melakukan Analisa Statistik
Salah satu cirri yang menonjol dalam penelitian yang menggunanakan
pendekatan kuantitatif ialah adanya analisa statistik. Analisa statistik
digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar
variable. Sampai saat ini, analisa statistik merupakan satu-satunya alat
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk menghitung
besarnya hubungan antar variable, untuk memprediksi pengaruh variable
bebas terhadap variable tergantung, untuk melihat besarnya pesentase atau
rata-rata besarnya suatu variable yang kita ukur.
Menggunakan Komputer untuk Analisa Data
Dengan berkembangnya teknologi komputer yang semakin canggih dan
dituntutnya melakukan penelitian secara lebih cepat serta kemungkinan
besarnya jumlah data, maka seorang peneliti memerlukan bantuan
komputer untuk melakukan analisa data. Banyak perangkat lunak yang
telah dikembangkan untuk membantu peneliti dalam melakukan analisa
data, baik yang bersifat pengelohan data maupun analisanya. Salah satu
program yang popular ialah program SPSS.
Menulis Laporan Hasil Penelitian
Tahap terakhir dalam penelitian ialah membuat laporan mengenai hasil
penelitian secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti
dapat mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada para pembaca atau
penyandang dana.
1.8. Penelitian ilmiah merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengkaji
dan memecahkan suatu masalah menggunakan prosedur sistematis
berlandaskan data empirik. Berdasarkan proses tersebut di atas, mulai dari
langkah kajian teori sampai pada perumusan hipotesis termasuk berpikir
rasional atau berpikir deduktif. Sedangkan dari verifikasi data sampai pada
generalisasi merupakan proses berpikir induktif. Proses tersebut adalah
wujud dari proses berpikir ilmiah. Itulah sebabnya penelitian dikatakan
sebagai operasionalisasi metode ilmiah.
Merumuskan masalah; mengajukan pertanyaan untuk dicari
jawabannya. Tanpa adanya masalah tidak akan terjadi penelitian,
karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Rumusan
masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan..
Mengajukan hipotesis; mengemukakan jawaban sementara (masih
bersifat dugaan) atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Hipotesis
penelitian dapat diperoleh dengan mengkaji berbagai teori berkaitan
dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar dalam perumusan masalah.
Peneliti menelusuri berbagai konsep, prinsip, generalisasi dari
sejumlah literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Kajian terhadap teori merupakan dasar dalam
merumuskan kerangka berpikir sehingga dapat diajukan hipotesis
sebagai alternatif jawaban atas masalah.
Verifikasi data; mengumpulkan data secara empiris kemudian
mengolah dan menganalisis data untuk menguji kebenaran hipotesis.
Jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dalam
rumusan hipotesis. Data empiris yang diperlukan adalah data yang
dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini, peneliti harus
menentukan jenis data, dari mana data diperoleh, serta teknik untuk
memperoleh data. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan
cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai
bahan untuk menguji hipotesis.
Menarik kesimpulan; menentukan jawaban-jawaban definitif atas
setiap pertanyaan yang diajukan (menerima atau menolak hipotesis).
Hasil uji hipotesis adalah temuan penelitian atau hasil penelitian.
Temuan penelitian dibahas dan disintesiskan kemudian disimpulkan.
Kesimpulan merupakan adalah jawaban atas rumusan masalah
penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan yang
telah teruji kebenarannya.
1.9. Penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit dan
krusial, karena masalah penelitian mempengaruhi strategi yang akan
diterapkan dalam pemecahan penelitian. Tahap penemuan masalah
penelitian meliputi: 1. Identifikasi bidang masalah,
2. Penentuan atau pemilihan pokok masalah (topik), dan
3. Perumusan atau formulasi masalah.
Dalam sebuah penelitian, menentukan masalah penelitian merupakan suatu
hal yang penting, karena sebuah penelitian akan dilakukan apabila sudah
diketahui masalahnya. Artinyaa, masalah menuntun peneliti melakukan
penelitian.
1.10. Paradigma Kuantitatif
Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan
dan analisa data, termasuk dalam penarikan sampel.
Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu
suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari
sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari
individu di dalamnya.
Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi,
sehingga dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-
pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha mengendalikan
stuasi (controlled).
Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga
peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari obyek
penelitiannya.
Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan
kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan
data lebih dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data
lapangan).
Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan
biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu
ditekankan pada pembuatan generalisasi.
Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-
variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
Paradigma Kualitatif
Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam
pengumpulan maupun dalam proses analisisnya.
Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam
menangkap gejala (fenomenologis).
Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang
bebas (tanpa pengaturan yang ketat).
Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada
sumber data, dengan berusaha menempatkan diri serta berpikir dari
sudut pandang “orang dalam”.
Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif
dengan menggunakan metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk
menguji teori atau hipotesis.
Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti
sebagai instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena
dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan analisis,
dan pengambilan keputusan.
Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya,
yang tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan juga
informasi simbolik atau abstrak.
Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular,
sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya melainkan pada
segi otensitasnya.
Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas
(tidak dibatasi pada variabel tertentu).
1.11. Penelitian yang baik adalah penelitian yang menggunakan metode
ilmiah yang memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Masalah dan tujuan harus secara jelas didefinisikan dan secara
tajam diuraikan
2. Prosedur penelitian yang digunakan harus dideskripsikan secara
cukup rinci agar dapat diulangi oleh peneliti yang lain.
3. Desain penelitian harus secara hati-hati direncanakan untuk
memperoleh hasil yang seobyektif mungkin.
4. Peneliti harus melaporkan secara terus terang kekurangan-
kekurangan dalam prosedur dan rancangan dan memperkirakan
dampaknya atas hasil yang diperoleh.
5. Metode analisis yang digunakan harus tepat dan analisis data harus
memadai untuk menampilkan hasil secara nyata.
6. Kesimpulan harus menyakinkan, yang dijustifikasi/didasarkan pada
data penelitian dan terbatas pada data yang tersedia.
7. Peneliti mempunyai pengalaman, reputasi yang baik dalam
penelitian, dan suatu integritas yang diakui.
8. Menjunjung tinggi kode etik dalam penelitian
BAB II
1. Judul : Pengaruh Kualitas Pelayanan Pramuniaga dan Jumlah Pengunjung Toko Terhadap Jumlah Pembeli.
2. Rumusan Masalah : a. Adakah pengaruh antara kualitas pelayanan pramuniaga terhadap jumlah pembeli?
c. Adakah pengaruh antara kualitas pelayanan pramuniaga dan jumlah pengunjung toko terhadap jumlah pembeli?
3. Tujuan Penelitian : a. Mengetahui pengaruh kualiatas pelayanan pramuniaga terhadap jumlah pembeli.
c. Mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pramuniaga dan jumlah pengunjung toko terhadap jumlah pembeli.
4. Hipotesis (jika ada) : a. Kualitas pelayanan pramuniaga berpengaruh terhadap jumlah pembeli.
c. Kualitas pelayanan pramuniaga dan jumlah pangunjung toko berpengaruh terhadap jumlah pembeli.
5. Dua Buku Referensi
6. Populasi : 45 toko
7. Matrik
Teknik Pengumpulan
No Variabel Indikator Data yang Digali Teknik Analisis Data
Data
4.1. Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling berhubungan
yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antarvariabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis”
yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-
variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta .[2] Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori
umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir
yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan
yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada
4.2. Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dari generalisasi “particulars” Berat (weight)
adalah konsep karena berat merupakan ekspresi sejumlah observasi dari segala sesuatu
yang berkisar dari ringan hingga berat. Energi, daya, berat jenis, tahanan listrik adalah
konsep-konsep yang biasa dipakai oleh peneliti fisika. Konsep-konsep tersebut lebih
abstrak dibanding ketinggian, berat dan panjang. Konsep yang mudah dikenal dalam
penelitian sosial adalah prestasi. Prestasi adalah abstraksi yang dibentuk dari pengamatan
perilaku tertentu dari seorang semisal adalah siswa. Perilaku itu dikaitkan dengan
pemahaman atau kompetensi dalam mengerjakan tugas-tugas guru dalam pelajaran
Matematika, Bahasa, Fisika, dan lain-lain. Contoh lain dari konsep misalnya kecerdasan,
agretifitas, kejujuran, kepuasan, kerja, kesetiaan (loyalitas), dan sebagainya. Konsep
merupakan bahan baku ilmu pengetahuan. Dari konsep dibentuk proposisi, dan proposisi
itu membentuk teori.
Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi yang
lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Konsep dihasilkan
oleh ilmuwan secara sadar untuk kepentingan ilmiah. Konstruk dapat diartikan sebagai
konsep yang telah dibatasi pengetiannya (unsur, ciri, dan sifatnya) sehingga dapat diamati
dan diukur.
Contoh:
Konsep tidak bisa lepas dari konstruk. Ibarat dua mata uang yang berbeda, namun masih
tetap satu bagian. Konsep diartikan sebagai istilah pokok yang akan dilanjutkan dengan
kalimat penjelasnya yakni konstruk. Dikarenakan konsep masih bersifat sangat general,
maka dijelaskan melalui konsturk yang berfungsi untuk mengukur suatu konsep. Bisa
jadi, konsep adalah istilah pokoknya dan konstruk merupakan istilah penjelas dari
konsep. Sehingga keduanya saling berkaitan.
Konsep sendiri dibedakan menjadi dua macam. Pertama, konsep yang bersifat abstrak.
Konsep ini merupakan konsep yang masih fiktif, tidak bisa dinilai dengan kemampuan
inderawi manusia, dan masih bersifat maya. Semisal adalah kecerdasan, kesejahteraan,
dan kemanusiaan. Untuk mengukur sepeti apakah gambaran konsep tersebut
membutuhkan konstruk sebagai alat ukurnya. Kedua, konsep yang bersifat fakta atau
kongkret. Konsep ini bisa diidentifikasi secara kemampuan inderawi manusia. Konsep ini
biasnya masih terlihat bentuk, teksturnya, dan kondisinya. Semisal adalah meja, kursi,
dan sungai. Bentuk dari sungai masih terlihat. Memang masih menggunakan alat untuk
mengukur panjang sungai.
Selain konsep, untuk memperjelas suatu penelitian maka membutuhkan konstruk.
Konstruk ini adalah alat bantu untuk memperjelas suatu konsep. Jika konsep masih
bersifat general maka konstruk bersifat khusus. Ada kejelasan di dalam suatu konstruk.
Semisal adalah kemiskinan. Istilah kemiskinan ini tidak tampak. Namun, jika diperjelas
dengan indikator penghasilan sesorang dalam satu bulan Rp 300.000. ini akan lebih jelas
alat pengukuranya dibanding dengan kemiskinan yang masih general
4.3.
c. Kritik mereka dalam penelitian kuantitatif bahwa penelitian kualitatif telah digunakan
untuk mengisolasi sebab akibat….mengoperasikan hubungan secara teoritis dan
…mengukur…menghitung fenomena…menggeneralisasi penemuan. Peneliti kuantitatif
meneliti dunia secara abstrak dan jarang mempelajarinya secara langsung. Mereka
mencari nomotetik dan sains etik yang berdasarkan pada kemungkinan yang disimpulkan
dari pembelajaran dari beberapa kasus yang diambil secara acak. Para penenliti
kuantitatif jarang dapat menangkap sudut pandang objek penelitian karena jarak yang
tercipta antara peneliti dan obyek.
d. Kritik mereka dalam penelitian kualitatif bahwa materi empiris yang dihasilkan dari
metode interpretasi adalah tidak dapat dipercaya, tidak mengesankan dan tidak obyektif.
4.8. Proposisi merupakan sebuah ungkapan atau pernyataan yang dapat disangsikan,
disangkal, atau diyakini, serta dapat dibuktikan benar atau tidaknya. Proporsi sendiri
terbentuk atas tiga unsur, yaitu subjek oredikat dan kopula. (melansir dari
id.wikipedia.org). Subjek merupakan pelaku atau pihak yang melakukan perkara.
Sementara itu, predikat adalah perkara yang dikenakan kepada subjek. Adapun definisi
kopula adalah penghubung antara subjek dan predikat. Agar lebih paham, perhatikanlah
contoh di bawah ini!
Manusia adalah makhluk hidup.
Pada kalimat di atas, kata manusia berperan sebagai subjek, sedangkan makhluk hidup
adalah predikatnya. Adapun kopula pada kalimat di atas ialah kata adalah.
Sedangkan Pengertian Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
masalah yang sifatnya praduga dan harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu
penelitian.
Pendapat lain mengatakan arti hipotesis adalah suatu pendapat yang kebenarannya masih
diragukan dan harus diuji untuk membuktikan kebenarannya melalui percobaan atau
penelitian. Jika sebuah hipotesis telah melalui proses penelitian dan terbukti
kebenarannya, maka hipotesis tersebut akan disebut sebagai teori.
4.9. Tujuan Telaah Literatur
Telaah literaturmemiliki tujuan dalam penelitian. Pengetahuan dari literatur dapat
digunakan dalam menyatakan pentingnya masalah, mengembangkan desain penelitian
berkaitan dengan hasil penelitian sebelumnya.Adapun tujuan telaah literaturmenurut
Mcmillan dalam buku “Research in Education” adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan dan membatasi masalah.
Dalam penyusunan karya tulis atau penelitian, pembatasan masalah sangat penting agar
masalah yang diteliti tidak terlalu luas. Membatasi masalah memiliki implikasi pada
penyempitan teori dan variabel yang akan diteliti. Pembatasan masalah juga sangat
membantu peneliti dalam merumuskan instrumen penelitian.Agar penelitian mengarah
pada inti masalah yang sesungguhnya maka peneliti perlu membatasi masalah dengan
memperhatikan hal yang paling bermanfaat jika diteliti.Supaya pilihan masalah didasari
dengan pertimbangan yang matang maka sebaiknya memilih topik yang sesuai dengan
bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan serta kompetensi yang dimiliki.
2. Menempatkan penelitian dalam perspektif sejarah
Penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan
dilaksanakan secara sistematis. Dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas
mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Penelitian sejarah di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas
dasar beberapa alasan. Penelitian sejarah bermaksud membuat rekontruksi masa latihan
secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
mengverifikasikan serta menghubungkan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk
mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang
benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan
tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
3. Menghindari duplikasi atau plagiat
Plagiatisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tindakan atau
perbuatan yang mengambil, menyalin, menduplikasi karya orang lain dan menjadikannya
karya sendiri tanpa sepengatahuan atau izin sang pemiliknya. Untuk itu tindakan ini
digolongkan sebagai tindakan pidana, yaitu pencurian terhadap hasil karya/ kekayaan
intelektual milik orang lain.Untuk itulah perlunya melakukan telaah literature agar dapat
mengetahui apa saja yang telah di teliti pada penelitian sebelumnya.Sehingga suatu
masalah penelitian yang ingin kita teliti dan sudah diteliti pada penelitian sebelumnya,
walaupun peneliti itu tidak tahu hal tersebut masih disebut plagiat.
4. Memilih metode dan langkah-langkah yang tepat
Metode ilmiah adalah suatu prosedur yang berupa langkah-langkah kerja yang disusun
secara sistematis dengan menggunakan logika yang digunakan untuk mencari jawaban
tentang suatu kebenaran ilmiah.Sehingga dengan melakukan telaah literaturmaka peneliti
akan dengan mudah menentukan metode dan langkah-langkah yang tepat dalam
melakukan penelitiannya.
5. Menghubungkan hasil penelitian sebelumnya
Penelitian yang akan diteliti dianjurkan memiliki hubungan dengan penelitian
sebelumnya, hai ini bertujuan untuk membandingkan hasil penelitian yang diteliti dengan
hasil penelitian sebelumnya, serta untuk mencari dukungan hasil temuan penelitian yang
diteliti.
6. Mengembangkan hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara dalam rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan dan
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris.Sehingga perlumnya dilakukan
pengembangan dari hipotesis penelitian dan dari penelitian yang dilakukan ada hasil
penelitian.Hasil penelitian tersebut boleh tidak sesuai dengan dugaan hipotesis.
Cresswell (1994) dalam Indriantoro & Supomo (1999) mengusulkan model sbg
parameter dlm menelaah literatur yg terdiri atas 5 komponen :
1. Bg. Pendahuluan
2. Telah Literatur mengenai variabel2 independen
3. Telah literatur berkaitan dgn variabel2 dependen
4. Telah literatur berkaitan dgn hubungan antar variabel
5. Bagian akhir dr telaah literatur berupa rangkuman yg memberikan penjelasan
mengenai pokok bahasan yg penting dlm telaah literature
4.10. Kerangka teoritis adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian itu
ditujukan. Hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis
diterangkan, dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah
diidentifikasi melalui wawancara, observasi, dan survei literature. Hubungan antar survei
literature dan kerangka teoritis adalah survei literature meletakkan pondasi yang kuat
untuk membangun kerangka teoritis. Ada lima hal yang harus dipenuhi dalam
membangun kerangka teoritis:
Variabel yang relevan harus dapat dijelaskan dan disebutkan dalam diskusi.
Diskusi haruslah dapat mewujudkan bagaimana dua atau lebih variabel itu
berhubungan satu sama lain.
Jika jenis dan arah hubungan tadi dapat diterima secara teori berdasarkan atas
penelitian sbelumnya, maka harus ada indikasi pada diskusi apakah hubungan tadi
bersifat positip atau negative.
Harus ada penjelasan secara jelas kenapa kita akan mengharapkan hubungan tersebut
terus bertahan.
Skema diagram yang menjelaskan kerangka teoritis harus dapat diperlihatkan
sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah dan memahami bagaimana
hubungan antar variabel secara teoritis.
4.11. Lima ciri hipotesis yang baik, sebagai berikut:
Merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih
Salah satu tanda hipotesis yang baik adalah harus dapat dengan mudah membedakan
antara variabel yang bebas, variabel terikat, variabel antara, dan variabel penekan.
Disusun dengan jelas menggunakan kalimat deklaratif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat deklaratif adalah kalimat yang ditandai
intonasi turun dan pada umumnya mengandung makna yang menyatakan atau
memberitahukan sesuatu, dalam ragam tulis, biasanya diberi tanda titik pada bagian
akhirnya.
Contohnya:
apabila …, maka …
karena …, maka …
Menyatakan sesuatu yang mungkin terjadi
Karena akan digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu, maka hipotesis
harus berisi sesuatu atau langkah-langkah yang bisa dijalankan.
Mampu menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah utama
Hipotesis harus menjadi jalan untuk memecahkan masalah atau persoalan melalui hal-hal
yang menjadi pokok masalahnya.
Harus dapat diuji dengan data yang ada
Hipotesis harus dapat dijalankan dengan data-data yang tersedia.
4.12. Hipotesis Kerja, atau disebut denagn hipotesis alyernatif, disingkat Ha. Hipotesis keraj
menyatakan adanya hubunagn antara variable X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua
kelompok
Rumusan hipotesis kerja :
Jika………..maka…………..
Contoh :jika orang banyak makan, maka berat badannya naik
Ada perbedan antara…………..dan……….
Contoh : Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara
berpakaian.
Ada pengaruh ………….terhadap………….
Contoh: Ada pengaruh makanan terhadap berat badan
2. Sampel Berstrata
Metode penarikan sampel berstrata merupakan suatu prosedr penarikan sampel berstrata
yang dalam hal ini suatu subsampel –subsampel acak sederhana ditarik dari setiap strata
yang kurang lebih sama dalam beberapa karakteristik. Ada dua macam penarikan sampel
berstrata yaitu, proporsional dan Non-Proporsional.
3. Sampel Berkelompok
Metod penarikan data sampel berkelompok merupakan suatu prosedur penarikan sampel
probabilitas yang memilih sub-populasi yang disebut cluster, kemudian setiap elemen
didalam kelompok dipilih sebagai anggota sampel
4. Sampel Sistematik
Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke “K” dari titik awal yangdipilih secara
random, dimana:
1. K= N/n
2. N adalah jumlah anggota populasi
3. n adalah jumlah anggota sampel
4. Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil
sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
5. Cara ini dipergunakan bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.
6.9. a. Metode Pemilihan Sampel Acak Sederhana
Kelebihan : Prosedur estimasi mudah dan sederhana
Kelemahan : 1. Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
2.Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya
transportasi besar.
b. Metode Pemilihan Sampel Sistematis
Kelebihan : 1. Perencanan dan penggunaanya mudah.
2. Sampel tersebar di daerah populasi.
Kelemahan : Membutuhkan daftar populasi
6.10. a. Metode Pemilihan Sampel Berdasarkan Strata adalah mengambil sampel berdasar
tingkatan tertentu. Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat
atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil
dari masing-masing kelompok tersebut.
b. Metode Pemilihan Sampel Berdasarkan Kelompok adalah Pengambilan sampel
jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan metode Cluster Random
Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda
di dalam suatu instansi.
Perbedaan : A.
1. Tiap unit atau individu populasi mempunyai kesempatan atau probabilitas yang sama
untuk menjadi sampel. jadi nilai probabilitas tiap unit populasi untuk terpilih sebagai unit
sampel adalah sama, tidak = 0 dan atau tidak = 1.
2.Random sampling merupakan salah satu asumsi pemakaian statistik inferensial.
3.Jika menggunakan teknik random sampling dapat dilakukan generalisasi dengan tingkat
validitas generalisasi sangat baik. Dengan kata lain, jika tujuan penelitian adalah untuk
melakukan generalisasi, maka teknik sampling yang terbaik adalah random sampling.
B.
1. Kesempatan atau probabilitas setiap unit atau individual populasi untuk menjadi
sampel tidak sama. Dengan demikian, ada unit populasi yang nilai probabilitasnya untuk
terpilih menjadi unit sampel adalah = 0 atau = 1.
2. Jika pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonrandom, maka penggunaan
statistika inferensial parametrik dipertanyakan keabsahannya.
3. Jika menggunakan teknik nonrandom sampling, dan dilakukan generalisasi terhadap
populasinya, maka tingkat validitas generalisasinya kurang baik. Dengan kata lain,
generalisasi hanya berlaku untuk sampel yang digunakan saja.
6.11. Area Sampling adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil
wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Cluster Samples disebut juga sampel
kelompok dan bukan individu.
6.12. a. Tidak mengukur sejauh mana karakteristik sampel mendekati parapemeter
populasi induknya, sehingga dalam kenyatannya peneliti pada umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan populasi induk sama sekali.
b. NPS adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel.
6.13. a. Kemudahan : Mendapatkan setiap kasus dengan cara yang telah disepakati.
b. Pertimbangan : Mendapatkan kasus menggunakan rujukan dari satu atau
beberapa kasus, dan kemudian rujukan dari kasus tersebut, dan seterusnya.
c. Kuota : Mendapatkan nomor yang telah ditetapkan pada kasus dalam beberapa
kategori yang telah ditentukan yang akan mencerminkan keragaman populasi,
menggunakan metode haphazard.
6.14. Faktor-faktor yang menentukan ukuran sampel :
1. Derajat keragaman dari populasi
Makin besar derajat keragaman, maka ukuran sampel yang diperlukan akan lebih besar.
2. Presisi yang ditentukan peneliti
Presisi yang lebih tinggi mengharuskan kita memperbesar peluang bahwa statistik sesuai
dengan parameter sebenarnya (true value).
3. Rancangan analisis
Ukuran sampel yang kita gunakan, sebesar tertentu, biasa kita yakini telah memenuhi
aspek keterwakilan dan kecukupan terhadap populasi.
3. Tenaga, biaya, dan waktu
Hal yang tak kalah penting dalam penentuan ukuran sampel adalah tenaga, biaya, dan
waktu. Bila secara teknik sampling kita sudah baik, namun ukuran sampel tertentu tidak
bisa diterapkan begitu saja dalam penelitian.
Contoh Perhitungan Ukuran Sampel :
Berdasarkan notasi rumus besar sampel penelitian minimal oleh Slovin diatas, maka
apabila kita punya 1.000 orang dalam sebuah populasi, kita bisa tentukan minimal sampel
yang akan diteliti. Margin of error yang ditetapkan adalah 5% atau 0,05.
Perhitungannya adalah:
n = N / (1 + (N x e²))
Sehingga: n = 1000 / (1 + (1000 x 0,05²))
n = 1000 / (1 + (1000 x 0,0025))
n = 1000 / (1 + 2,5)
n = 1000 / 3,5
n = 285,7143
Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 1000 populasi pada margin of error
5% adalah sebesar 286.
6.15. a.
1. Variasi Acak (Random Variation)
2. Kesalahan spesifikasi (mis-specification of sample subject)
3. Kesalahan penentuan responden
4. Kesalah karena ketidaklengkan cakupan daftar populasi (coverage error).
5. Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (Non response error)
6. Kesalahan penarikan sampel (sampling error)
7. Kesalahan pengukuran (Measurement error)
b.
1. Kesalahan karena pengaruh lingkungan (environmental influence): setiap alat-
ukur listrik tipe kumparan putar (Permanent Magnet Moving Coil) sudah dirancang untuk
memiliki kesalahan batas sesuai ketelitiannya.
2. Kesalahan instrumental (instrumental error): yakni kekurangan-kekurangan dari
alat-ukur itu sendiri.