METODE PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Adapun ruang lingkup dan tata urut
bahan pengajaran ini meliputi :
a. BAB I : Pendahuluan
b. BAB II : Metode Ilmiah dan Landasan Kebenaran
c. BAB III : Proses Penelitian
d. BAB IV : Desain Penelitian
e. BAB V : Populasi dan Sampel Penelitian
f. BAB VI : Variabel Penelitian
g. BAB VII : Definisi dan Operasional Variabel
h. BAB VIII : Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian
i. BAB IX : Sumber dan Pengumpulan Data
j. BAB X : Penyajian dan Pengujian Data
k. BAB XI : Perumusan Hipotesis
l. BAB XII : Teknik Analisa Data
m. BAB XIII : Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
2
n. BAB XIV : Penyusunan Proposal dan Penelitian Skripsi.
o. BAB XV : Hasil Pembahasan
p. BAB XVI : Syarat Penulisan Laporan Penelitian.
q. BAB XVII: Penutup
4. Referensi.
a. Bogdan, Research Method
b. Kerlinger, Research Method for Social Studies
c. Moleong, Qualitatif Research
d. Rusidi, Bahan Perkuliahan Metodologi Penelitian, Pascasarjana UNPAD
e. Sugionno, Metode Penelitia Kuantitatif dan Kualitatif
f. Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian
3
BAB II
METODE ILMIAH DAN LANDASAN KEBENARAN
8. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu,
ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu
sendiri berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang
berarti mencari. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research atau riset
adalah “mencari kembali”.
Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah
penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-
prinsip, suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Menurut ilmuwan Hillway (1956), penelitian tidak lain dari suatu metode
6
studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan
sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) menyatakan bahwa di
samping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula
dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan
demikian, penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan
kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berfikir secara
kritis.
Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian yang
diturunkan di bawah ini. Penelitian adalah pencarian atas sesuatu
(inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini
dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. (Parsons,
1946).
Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif
yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan
dalil atau hukum. (John, 1949). Penelitian adalah transformasi yang
terkendalikan atau terarah dari situasi yang dikenal dalam kenyataan-
kenyataan yang ada padanya dan hubungannya, seperti mengubah unsur
dari situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu
(Dewey, 1936). Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan
kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (Critical
thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap
masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat
kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-
hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan
hipotesis. (Woody, 1927).
Dalam hubungannya dengan definisi penelitian, Gee (1957)
memberikan tanggapannya sebagai berikut: “Dalam berbagai definisi
penelitian, terkandung ciri tertentu yang lebih kurang bersamaan. Adanya
suatu pencairan, penyelidikan atau investigasi terhadap pengetahuan
baru, atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi
(tafsiran) baru dari pengetahuan yang timbul. Metode yang digunakan bisa
saja ilmiah atau tidak, tetapi pandangan harus kritis dan prosedur harus
sempurna. Tenaga bisa saja signifikan atau tidak. Dalam masalah aplikasi,
maka tampaknya aktivitas lebih banyak tertuju kepada pencarian (search)
dari pada suatu pencarian kembali (re-search). Jika proses yang terjadi
adalah hal yang selalu diperlukan, maka penelitian sebaiknya digunakan
untuk menambah definisi lain terhadap definisi-definisi yang telah begitu
banyak.
Dari tanggapan serta definisi-definisi tentang penelitian, maka nyata
bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Dalam
definisi-definisi diatas, penekanan diletakkan pada sistem asuhan sebagai
atribut-atribut yang esensial (mutlak). Penelitian juga bertujuan untuk
mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima, ataupun
mengubah dalil-dalil tersebut. Dari itu, penelitian dapat diartikan sebagai
pencarian pengetahuan pemberi artian yang terus-menerus terhadap
sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis
untuk menemukan sesuatu yang baru.
Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method)
disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini,
selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan)
dan unsur nalar (reasoning) (Ostle, 1975). Unsur pengamatan merupakan
kerja dengan mana pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh
melalui kerja mata (pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense of
perception). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan mana arti dari fakta-
fakta, hubungan dengan interelasi terhadap pengetahuan yang sekarang.
7
9. Ilmu, Penelitian, dan Kebenaran.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ilmu adalah suatu
pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi. Kita juga sudah
memahami pengertian penelitian, yaitu suatu penyelidikan yang hati-hati
serta teratur dan terus-menerus untuk memecahkan suatu masalah. Kita
juga sudah mendapat gambaran tentang berfikir reflektif, sebagai suatu
proses memecahkan sesuatu dalam menghadapi kesulitan. Sekarang
timbul pertanyaan, bagaimana hubungan antara ilmu, penelitian, dan
berfikir reflektif.
Pertama-tama mari kita lihat hubungan antara ilmu dan penelitian.
Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut
Almack (1930), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil
dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
(lihat gambar 1.1). Akan tetapi Whitney (1960), berpendapat bahwa ilmu
dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian
adalah proses yang sama. hasil dari proses tersebut adalah kebenaran
(truth). (lihat gambar 1.2).
Bagaimana pula hubungan antara berfikir, penelitian, dan ilmu.
Konsep berfikir, ilmu dan penelitian juga sama. Berfikir, seperti halnya
dengan ilmu, juga merupakan proses untuk mencari kebenaran. Proses
berfikir adalah refleksi yang berhati-hati dan teratur. Perlu juga
disinggung disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian
terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah
ditemukan melalui proses ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran
terhadap fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian.
Penelitian Ilmu
(Proses) (Hasil)
Gambar 2.2 : Hubungan antara Penelitian, ilmu dan kebenaran
23. Umum. Sesuai dengan ciri-ciri dari penelitian yaitu analitis, bahwa
penelitian yang dilakukan harus dapat dibuktikan dan diuraikan dengan
menggunakan metode ilmiah dan harus ada sebab akibat antara variabel-
variabelnya. Untuk melaksanakan penelitian diperlukan beberapa tahap
yang harus dilakukan. Terdapat tiga garis besar tahap-tahap penelitian,
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan penelitian dan tahap pelaporan
penelitian. Kegiatan penelitian merupakan suatu proses yangg digunakan
untuk memperoleh atau mendapatkan suatu pengetahuan atau
memecahkan permasalahan yang di hadapi yang dilakukan secara
sistematis, dan logis. Tahap-tahap penelitian ini pada umumnya dilakukan
untuk semua jenis penelitian apapun, karena secara garis besar tahapan-
tahapan ini memiliki kesamaan unsur, walaupun terdapat beberapa
perbedaan seperti terjadi pemodofikasian dalam pelaksanaannya oleh
peneliti sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi tanpa
mengabaikan prinsip-prinsip umum yang digunakan dalam proses
penelitian.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang tahapan-tahapan dalam
penelitian.
a. Tahap Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus
melaksanakan beberapa persiapan yang terdiri dari, berikut ini :
1) Tema/Topik Penelitian
Untuk memilih tema atau topik penelitian, seorang peneliti
haus memiliki kepekaan terhadap kehidupan yang dihadapi.
Seorang peneliti dapat memilih tema dari berbagai sumber
seperti:
a) Fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan
b) Kajian kepustakaan
c) Informasi yang diberikan oleh pihak lain.
2) Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini , seorang peneliti harus terlebih dahulu
mencari apa masalah yang akan di teliti
3) Merumuskan masalah
Dalam tahapan ini, peneliti membuat rumusan masalah dari
penemuan masalah yang ada berdasarkan masalah-masalah
yang akan diteliti.
4) Mengadakan studi pendahuluan
Tahapan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dengan begitu
maka akan diketahui keadaan atau kedudukan masalah yang
akan diteliti. Hasil yang didapat dari studi pendahuluan
berguna untuk menyusun kerangka teoritis tentang
pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis yang akan di uji
kebenarannya melalui pelaksanaan penelitian lapangan. Studi
pendahuluan dapat dilakukan dengan melakukan studi
dokumenter, kepustakaan dan studi lapangan.
5) Merumuskan hipotesis
Hipotesa merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan
kebenarannya dari masalah yang sedang di teliti.
6) Menentukan sampel penelitian
Dalam tahapan ini merupakan untuk menentukan obyek yang
akan diteliti. Keseluruhan obyek yang diteliti disebut sebagai
populasi penelitian.
7) Menyusun rencana penelitian
Tahap ini merupakan pedoman selama melaksanakan
penelitian sebagai suatu pola perencanaan harus dapat
30
mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
pelaksanaan penelitian yang memuat hal-hal berikut :
a) Masalah yang diteliti dan alasan mengapa melakukan
penelitian
b) Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan
c) Tujuan dilakukannya penelitian
d) Manfaat atau kegunaan penelitian
e) Dimana dilakukannya penelitian
f) Jangka waktu pelaksanaan penelitian
g) Organisasi kegiatan dan pembiayaan
h) Hipotesis yang di ajukan
i) Teknik pengumpulan dan pengolahan data
j) Sistematis laporan yang di rencanakan
k) Merumuskan alat penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan tahap persiapan, seorang peneliti
selanjutnya melakukan tahap pelaksanaan kegiatan penelitian yang
meliputi, pengumpulan data dan menganalisis data.
1) Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data didasarkan pada pedoman
yang sudah dipersiapkan dalam rancangan penelitian. Data
yang dikumpulkan melalui kegiatan penelitian dan dijadikan
sebagai dasar untuk menguji hipotesis yang diajukan.
2) Analisis Data
Tahapan ini dilakukan setelah data terkumpul semua
kemudian dilakukan analisis dan hipotesis yang diajukan dan
diuji kebenarannya melalui analisis tersebut.
c. Tahap penulisan Laporan
Penulisan pelaporan merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses penelitian. Tahapan ini yaitu membuat laporan mengenai
hasil penelitian secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat
agar peneliti dapat mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada
para pembaca atau penyandang dana.
BAB V
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
b. Pengertian Sampel
Pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam
populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara
representative dapat mewakili populasinya (Sabar,2007). Menurut
Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal
karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan
mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel
itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(Sugiyono,2011).
Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan
representativeness sampel (sampel yang benar-benar mencerminkan
populasinya), yaitu:
1) Variabilitas populasi
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”,
artinya peneiti harus menerima sebagaimana adanya, dan
tidak dapat mengatur atau memanipulasinya.
2) Besar sampel
Makin besar sampel yang diambil akan semakin besar
atau tinggi taraf representativeness sampel tersebut. Jika
populasinya homogen secara sempurna, besarnya sampel
tidak mempengaruhi tarag representativeness sampel.
60
3) Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel,
akan makin tinggi pula tingkat representativeness sampel.
4) Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel
Makin lengkap ciri-ciri populasinya yang dimasukkan ke
dalam sampel, akan makin tinggi tingkt representativeness
sampel.
BAB VI
VARIABEL PENELITIAN
Contoh data nominal : jenis kelamin, tempat tinggal, tahun lahir dll.
Setiap individu hanya akan mempunyai 1 data jenis kelamin, laki-
laki atau perempuan. Nah, dalam pengolahannya, data jenis kelamin
ini nantinya akan diberi label misalnya perempuan = 1, laki-laki = 2.
1) Nominal – dikotomi diskrit
Contoh data diskrit dikotomi adalah status pernikahan, 1 =
menikah, 0 = tidak menikah, jenis kelamin 1 = laki-laki, 2 =
perempuan.
b. Ordinal
77
Data ordinal pada dasarnya adalah hasil dari kuantifikasi data
kualitatif. Contoh data ordinal yaitu penskalaan sikap individu.
Penskalaan sikap individu terhadap sesuatu bisa diwujudkan dalam
bermacam bentuk, diantaranya yaitu :
Sangat setuju = 5
Setuju = 4
Netral = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Pada data ordinal ini, data yang ada tidak mempunyai jarak data
yang pasti, misalnya : sangat setuju (5) dan setuju (4) tidak diketahui pasti
jarak antar nilainya karena jarak antara sangat setuju (5) dan setuju (4)
bukan 1 satuan (5-4), melainkan dimaknakan sebagai rangking atau
peringkat, misalnya rangking 1,2,3,4,5 dst. 1)
c. Interval
Data interval mempunyai tingkatan lebih rendah dari data
rasio. Data rasio memiliki jarak data yang pasti namun tidak
memiliki nilai nol mutlak. Contoh dari data interval ialah hasil dari
nilai ujian matemtika. Misalnya :
A = jika mendapatkan nilai 10
B = jika mendapatkan nilai 8
Itu artinya, dapat dipastikan A mempunyai 2 nilai lebih banyak dari
B, namun tidak ada nilai nol mutlak. Maksudnya, jika C mendapat
nilai 0, tidak berarti bahwa kemampuan C dalam pelajaran
matematika adalah 0 atau kosong. 1)
d. Rasio
Data rasio adalah tingkatan data yang paling tinggi. Data rasio
memiliki jarak antar nilai yang pasti dan memiliki nilai nol mutlak
yangtidak dimiliki oleh jenis-jenis data lainnya. Contoh dari data
rasio diantaranya berat badan, panjang benda, jumlah satuan
benda. Jika kita memiliki 10 bola maka ada perwujudan 10 bola itu,
dan ketika ada seseorang memiliki 0 bola maka seseorang tersebut
tidak memiliki bola satupun. Data rasio dapat digunakan dalam
komputasi matematik, misalnya A memiliki 10 bola dan B memiliki
8 bola, maka A memiliki 2 bola lebih banyak dari pada B. 1)
Sebagai contoh misalnya diperoleh data dari pengumpulan
data tentang Hb ibu hamil pada 10 responden, tentukan rangking
(untuk memperoleh data ordinalnya) dan buatlah dalam dikotomi
kontinyu nominal.
78
BAB VIII
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
b. Skala ordinal
Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang
digunakan disusun secara runtut dari yang rendah sampai yang
tinggi. Skala ordinal sekala yang diurutkan dari jenjang yang lebih
tinggi sampai skala yang terendah atau sebaliknya.
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data
saling memisah, kategori data memiliki aturan yang logis, kategori
data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus
yang dimilikinya.
c. Skala interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data
dengan data yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara
menurut (Uhar) dalam bukunya, metodologi penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan tindakan, menjelaskan bahwa skala interval adalah
skala pengukuran yang mana jarak satu tingkat dengan yang lain
sama. Ciri-ciri dari skala ini menurut Uhara ada lima :
79
1) Kategori data bersifat saling memisah.
2) Kategori data memiliki aturan yang logis.
3) Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah
karaaktristik khusus yang dimilikinya.
4) Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan
yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
5) Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak
punya nilai nol absolut).
d. Skala rasio
Skala ini adalah sekala interval yang benar-benar memiliki
nilai nol mutlak. Dengan demikian sekala rasio menunjukkan jenis
pengukuran yang sangat jelas dan akurat.
b. Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan
konsisten, yaitu ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak
yakin, setuju-tidak setuju, dll.
c. Semantic defentrial.
Skala differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan
simantik, responden untuk menjawab pernyataan dalam satu garis
kontinum yang bertentangan yaitu positif negative. Data yang
diperoleh biasanya data interval yang digunakan untuk mengukur
sikap seseorang atau kelompok (Iskandar, 2009:84) .
Skala ini berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub),
seperti : panas-dingin, baik-buruk, dll. Karakteristik bipolar
mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek :
a) Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek
b) Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.
d. Rating scale
Berdasarkan ketiga skala semua data yang diproleh adalah
data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah
data mentah yang didapar berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab
dari data kualitatif yang sudah tersedia, tapi menjawab dari jawaban
80
kuantitatif, dengan demikian raing scale lebih fleksibel, tidak
terbatas untuk pengukuran sikap saja.
c. Skala
Skala menunjuk pada sebuah instrument pengumpul data
yang bentuknya seperti daftar cocok tapi alternative yang disediakan
merupakan sesuatu yang berjenjang. Skala banyak digunakan
untuk mengukur aspek-aspek kpribadian atau kejiwaan.
52. Wawancara
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah proses
percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara
adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa
hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah
antara lain:
a. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal
sebelumnya.
b. Responden selalu menjawab pertanyaan.
c. Pewawancara selalu bertanya.
d. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban,
tetapi harus selalu bersifat netral.
e. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat
sebelumnya.
f. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
b. Data ordinal
Adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang
telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data
ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari
yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian,
jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama.
Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal memiliki sifat
berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal berlaku
perbandingan dengan menggunakan fungsi pembeda yaitu “>” dan
“<”. Walaupun data ordinal dapat disusun dalam suatu urutan,
namun belum dapat dilakukan operasi matematik ( +, - ,x, : ).
Contoh jenis data ordinal antara lain:
Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai
berikut: (1) Taman Kanak-kanak (TK) (2) Sekolah Dasar (SD) (3)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) (4) Sekolah Menengah Atas (SMA)
(5) Diploma (6) Sarjana Analisis terhadap urutan data di atas
menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan lebih tinggi
dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan dengan
SMP. Namun demikian, data tersebut tidak dapat dijumlahkan,
misalnya SD (2) + SMP (3) ≠ (5) Diploma. Dalam hal ini, operasi
matematik ( + , - , x, : ) tidak berlaku untuk data ordinal.
Peringkat (ranking) siswa dalam satu kelas yang menunjukkan
urutan prestasi belajar tertinggi sampai terendah. Siswa pada
peringkat (1) memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari pada siswa
peringkat (2).
c. Data Interval
Adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas
dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki
oleh data ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan
data lainnya.
Hasil pengukuran suhu (temperatur) menggunakan
thermometer yang dinyatakan dalam ukuran derajat. Rentang
temperatur antara 0º Celcius sampai 1º Celcius memiliki jarak yang
sama dengan 1º Celcius sampai 2º Celcius. Oleh karena itu berlaku
operasi matematik ( +, - ), misalnya 15º Celcius + 15º Celcius = 30º
elcius. Namun demikian tidak dapat dinyatakan bahwa benda yang
bersuhu 15º Celcius memiliki ukuran panas separuhnya dari benda
yang bersuhu 30º Celcius. Demikian juga, tidak dapat dikatakan
bahwa benda dengan suhu 0º Celcius tidak memiliki suhu sama
94
sekali. Angka 0º Celcius memiliki sifat relatif (tidak mutlak). Artinya,
jika diukur dengan menggunakan Thermometer Fahrenheit diperoleh
0º Celcius = 32º Fahrenheit.
Kecerdasaran intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang
IQ 100 sampai 110 memiliki jarak yang sama dengan 110 sampai
120. Namun demikian tidak dapat dinyatakan orang yang memiliki
IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali dari urang yang memiliki IQ
100.
Didasari oleh asumsi yang kuat, skor tes prestasi belajar
(misalnya IPK mahasiswa dan hasil ujian siswa) dapat dikatakan
sebagai data interval.
Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh
melalui kuesioner (misalnya skala sikap atau intensitas
perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah
alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara)
dengan skala interval, misalnya: Skor (5) untuk jawaban
“Sangat Setuju” Skor (4) untuk jawaban “Setuju” Skor (3)
untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat” Skor (2) untuk
jawaban “Tidak Setuju” Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak
Setuju” Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner
diasumsikan memiliki sifat-sifat yang sama dengan data
interval.
d. Data Rasio
Adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh
data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah
data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena
dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat
diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , - , x, : ). Sifat-
sifat yang membedakan antara data rasio dengan jenis data lainnya
(nominal, ordinal, dan interval) dapat dilihat dengan memperhatikan
contoh berikut:
Panjang suatu benda yang dinyatakan dalam ukuran meter
adalah data rasio. Benda yang panjangnya 1 meter berbeda secara
nyata dengan benda yang panjangnya 2 meter sehingga dapat
dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2 meter (sifat
data nominal). Ukuran panjang benda dapat diurutkan mulai dari
yang terpanjang sampai yang terpendek (sifat data ordinal).
Perbedaan antara benda yang panjangnya 1 meter dengan 2 meter
memiliki jarak yang sama dengan perbedaan antara benda yang
panjangnya 2 meter dengan 3 (sifat data interval). Kelebihan sifat
yang dimiliki data rasio ditunjukkan oleh dua hal yaitu: (1) Angka 0
meter menunjukkan nilai mutlak yang artinya tidak ada benda yang
diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 meter, 2 kali lebih
panjang dibandingkan dengan benda yang panjangnya 1 meter yang
menunjukkan berlakunya semua operasi matematik. Kedua hal
tersebut tidak berlaku untuk jenis data nominal, data ordinal,
ataupun data interval.
Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan
dalam gram memiliki semua sifat-sifat sebagai data interval. Benda
yang beratnya 1 kg. berbeda secara nyata dengan benda yang
beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang
terberat sampai yang teringan. Perbedaan antara benda yang
beratnya 1 kg. dengan 2 kg.
Pemahaman peneliti terhadap jenis-jenis data penelitian tersebut di
atas bermanfaat untuk menentukan teknik analisis data yang akan
digunakan. Terdapat sejumlah teknik analisis data yang harus dipilih oleh
peneliti berdasarkan jenis datanya. Teknik analisis data kualitatif akan
95
berbeda dengan teknik analisis data kuantitatif. Karena memiliki sifat
yang berbeda, maka teknik analisis data nominal akan berbeda dengan
teknik analisis data ordinal, data interval, dan data rasio.
1) Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan ini hubungan peneliti
dengan sumber data akan semakin terbentuk, semakin akrab,
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan. Kehadiran peneliti dianggap
100
merupakan kewajaran sehingga kehadiran peneliti tidak akan
menggangu perilaku yang dipelajari. Lamanya perpanjangan
pengamatan sangat tergantung pada kedalaman, keluasan,
dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti
menggali data sampai diperoleh makna yang pasti. Keluasan
berarti banyak sedikitnya atau ketuntasan informasi yang
diperoleh. Data yang pasti adalah data yang valid yang sesuai
dengan apa yang terjadi. Dalam perpanjangan pengamatan
untuk menguji kredibilitas data, sebaliknya difokuskan pada
pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data
yang diperoleh itu benar atau tidak.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematik.
Meningkatkan ketekunan diibaratkan kita sedang
mengerjakan soal-soal ujian atau meneliti kembali tulisan
dalam makalah ada yang salah atau tidak. Dengan
meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang ditemukan itu salah
atau tidak sehingga dapat memberikan deskripsi data yang
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3) Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai
pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai
sumber, berbagai metode, dan berbagai waktu. Oleh
karenanya terdapat teknik pengujian keabsahan data melalui
triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
kepada beberapa sumber. Sebagai contoh untuk menguji
kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah
maka pengujian data dapat dilakukan terhadap guru dan staf
Tata Usaha sekolah. Data yang diperoleh dideskripsikan,
dikategorikan, mana pandangan yang sama, mana yang
berbeda serta mana yang spesifik dari ketiga sumber tersebut.
Data yang telah dianalisis sampai menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan pada tiga
sumber data tadi.
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama
tetapi dengan teknik berbeda. Misalnya data yang diperoleh
melalui wawancara kemudian dicek dengan data hasil
observasi, atau hasil analisis dokumen. Bila menghasilkan
data berbeda, peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan
sumber data yang bersangkutan untuk mendapatkan data
yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar karena
setiap sumber data memiliki sudut pandang yang berbeda.
Dalam beberapa hal, waktu pengambilan data sering
kali mempengaruhi kredibilitas data. Misalnya, data yang
diperoleh melalui wawancara pada pagi hari, berbeda dengan
data yang diperoleh melalui wawancara pada siang hari atau
sore hari. Untuk itu, diperlukan pengujian pada waktu dan
situasi yang berbeda. Bila menghasilkan data berbeda
pengambilan data perlu dilakukan berulang-ulang sampai
mendapatkan kepastian data.
4) Analisis Data Kasus Negatif
101
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau
berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu.
Dengan melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti
mencari data yang bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan hasil temuan maka hasil temuan
tersebut sudah dapat dipercaya. Akan tetapi bila masih
terdapat data yang berbeda atau bertentangan dengan hasil
temuan terdapat kemungkinan peneliti harus merubah
temuannya. Hal ini tergantung pada seberapa besar kasus
negatif yang muncul.
5) Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada sumber datanya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui kesesuaian data yang ditemukan dengan
data yang diberikan oleh sumber data. Apabila data yang
ditemukan disepakati oleh sumber data maka data tersebut
valid, akan tetapi bila tidak disepakati perlu dilakukan diskusi
lebih lanjut dengan sumber data. Jika perbedaannya sangat
jelas peneliti harus merubah hasil temuannya.
Member check dapat dilakukan setelah pengumpulan
data selesai, setelah mendapat temuan, atau setelah
memperoleh kesimpulan.
b. Uji Transferability
Transferability pada penelitian kualitatif berkenaan dengan
pertanyaan, hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam situasi lain. Transferability tergantung pada
pemakai, manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam
konteks dan situasi sosial lain. Oleh karena itu, peneliti harus
membuat laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik
sehingga dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas
dan memutuskan dapat atau tidaknya hasil penelitian tersebut
diaplikasikan ditempat lain.
c. Uji Dependability
Uji dependability dilakukan melalui audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi seorngan peneliti tidak
melakukan proses penelitian yang sebenarnya tetapi peneliti
tersebut dapat memberikan data. Oleh karena itu harus dilakukan
diuji dependability. Pengujian dependability biasanya dilakukan oleh
tim auditor independen, atau pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaksanakan penelitian. Jika
peneliti tidak mempunyai atau tidak mampu menunjukkan
aktivitasnya di lapangan maka dependabilitas penelitiannya patut
diragukan. Peneliti harus mampu membuktikan bahwa seluruh
rangkaian proses penelitian mulai dari menentukan fokus/masalah,
memasuki lapangan, mengumpulkan data, menganalisis data,
sampai membuat suatu kesimpulan benar-benar dilakukan.
d. Uji Konfirmability
Uji komfirmability mirip dengan uji dependability sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji komfirmability
berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitynya.
66. Umum
Ketika sedang melihat sebuah drama ataupun reality show di
televisi, pernahkah Anda menduga-duga apa yang akan terjadi pada tokoh
utama di akhir cerita ? Jika pernah, apa dasar yang Anda gunakan untuk
membuat dugaan tersebut ?
Dalam kehidupan ini ada banyak hal yang membuat kita sering
menduga-duga tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Seringkali
dugaan-dugaan tersebut muncul karena adanya pengalaman akan hal
yang sama atau setidaknya mirip dengan kejadian yang tengah kita
hadapi. Dalam ranah penelitian, dugaan-dugaan juga seringkali muncul.
Dugaan ini lebih sering disebut dengan istilah hipotesis.
Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa)
dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis
berasal dari bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang
berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai
secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih
diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut,
maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan kebenarannya.
Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti
dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan
atau penelitian. Jika sebuah hipotesis telah teruji kebenarannya, maka
hipotesis akan disebut teori.
Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus
dibuat oleh peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Pengujian hipotesis penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis
tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa
yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian
terbukti, begitu pun sebaliknya. Sementara itu, pengujian hipotesis
statistik berarti menguji apakah hipotesis penelitian yang telah terbukti
atau tidak terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat diberlakukan
pada populasi atau tidak.
BAB XII
TEKNIK ANALISA DATA
e. Melakukan analisis
Setelah data terklasifikasi dengan jelas, analisis data bisa
dilakukan untuk menemukan pola. Pada tahap ini ada perbedaan
yang menonjol antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Riset
kuantitatif lumrahnya menerapkan statistik. Sedangkan riset
kualitatif menerapkan coding. Keduanya bisa dilakukan secara
manual atau dengan bantuan software komputer. Berikut ini akan
saya jelaskan secara singkat analisis data pada kedua metode
penelitian dan software apa saja yang bisa digunakan.
e. Penelitian Perpustakaan
Penelitian perpustakaan merupakan kegiatan mengamati
berbagai literatur yagn berhubungan dengan pokok permasalahan
yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun tulisan yang
sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam
buku Pengantar Metodologi Research Sosial mengemukakan bahwa
tujuan penelitian perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data
dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang ada
di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar dan alat utama
bagi praktek penelitian di lapangan.
b. Validasi hipotesis
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis. Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan
hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan
yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini
dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik
apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk
hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan
menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan
jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil
PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan.
119
Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam
situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data
atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan
cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh
kesimpulan yang objektif.
c. Generalisasi Ilmiah
Pada dasarnya, generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan
generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun permasalahannya.
Perbedaan utama terletak pada metodenya, kualitas data serta
ketepatan dalam perumusannya. Generalisasi dikatakan sebagai
penyimpulan karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai
sesuatu yang benar, maka akan benar pula sesuatu yang tidak
diobservasi, pada masalah sejenis atau apa yang terjadi pada
sejumlah kesempatan akan terjadi pula pada kesempatan yang lain
bila kondisinya yang sama terjadi. [sumber internet
http//generalisasiilmiah.com]
Pada generalisasi ilmiah, ada 6 tanda-tanda penting yang
harus kita perhatikan adalah :
1) Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat,
dilaksanakan oleh tenaga terdidik serta mengenal baik
permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan
dengan tepat, menyeluruh dan teliti; pengamatan dan hasilnya
dibuka kemungkinan adanya cek oleh peneliti terdidik lainnya
2) Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur dan
mendapatkan ketepatan serta menghindari kekeliruan sejauh
mungkin
3) Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta
4) Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh
dinyatakan dengan term yang padat dan metematik
5) Observasi atas fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan
dengan memperhatikan kondisi yang bervariasi misalnya
waktu, tempat dan keadaan khusus lainnya
6) Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian
kembali, kritik, dan pengetesan atas generalisasi yang dibuat.
[Mundiri, 1994 : 135-136 ]
Menurut Soekadijo, generalisasi yang baik harus memenuhi 3
syarat, antara lain :
1) Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik.
Artinya, generalisasi tidak boleh terikat kepada jumlah
tertentu. Kalau dikatakan ” Semua A adalah B ”, maka
proposisi itu harus benar, berapa pun jumlah A.
Proposisi itu berlaku untuk setiap dan semua subyek
yang memenuhi kondisi A.
Contohnya : Semua perempuan adalah cantik.
2) Generalisasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal.
Artinya, tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu.
Jadi, harus berlaku di mana saja dan kapan saja.
Contohnya : Semua dosen adalah orang terpelajar
3) Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.
Yang dimaksud dengan ’dasar pengandaian’ di sini
adalah dasar dari yang disebut contrary-to-facts conditionals
atau unfulfilled conditionals.
Faktanya : x, y, dan z itu masing-masing bukan B
Ada generalisasi : Semua A adalah B
Pengandaiannya : andaikata x, y, dan z itu masing-masing
sama dengan A atau dengan kata-kata lain, andaikata x, y,
dan z itu masing-masing memenuhi atau sama kondisiya
dengan A, maka pastilah x, y, dan z itu masing-masing sama
dengan B. [Soekadijo, 1991 : 134-135]
Contohnya :
126
Faktanya : Sofan, Syaiful dan Budi itu bukan perempuan
Generalisasi : Semua yang cantik adalah perempuan
Pengandaiannya : Andaikata Sofan, Syaiful dan Budi itu
cantik, maka pastilah Sofan, Syaiful dan Budi itu perempuan.
[Sumber
http://aatmandai.blogspot.co.id/2012/05/generalisasi.html].
BAB XIII
PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
BAB XIV
PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PENELITIAN SKRIPSI
b. Isi Proposal
Di muka telah dijeaskan bahwa penelitian adalah proses yang
sistematis. Maknanya bahwa penelitian dilakukan dengan urutan
dan prosedur tertentu dan para peneliti mengikuti cara seperti itu
dalam penelitiannya. Untuk itulah diperlukan proposal sebagai
bentuk perencanaan penelitian. Keseluruhan isi yang dimuat dalam
proposal penelitian pada dasarnya adalah jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1) Why .Mengapa penelitian tersebut dilaksanakan?
2) What . Apa yang akan diteliti?
3) How .Bagaimana penelitian dilaksanakan?
4) Where .Dimana penelitian dilaksanakan?
5) When . Kapan penelitian dilaksanakan?
6) Who . Siapa yang terlibat dalam kegiatan penelitian?
Sebelum mengungkap secara detail bagian-bagian (isi) sutau
proposal perlu dikemukakan garis-garis besar proposal. Walaupun
banyak unsur dari proposal yang mirip untuk penelitian kuantitatif
dan kualitatif, tetapi terdapat sejumlah variasi dalam aspek
metodologis dari kedua jenis penelitian tersebut. Oleh karena itu,
dalam pembahasan berikut ini kedua jenis proposal tersebut
disajikan secara terpisah.
3) Rujukan
Berupa daftar sumber-sumber apa yang dijadikan
rujukan. Sumber tersebut dapat berbentuk buku, jurnal, hasil
penelitian serta sumber¬-sumber dalam situs internet.
Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan masalah,
perumusan definisi, penyusunan desain, pengembangan
instrumen, analisis data, pembahasan bahkan sampai
penarikan kesimpulan.
4) Lampiran
Berisi hal-hal yang sifatnya melengkapi atau
mendukung proposal penelitian, seperti: jadwal penelitian,
rencana anggaran, dan riwayat hidup para peneliti,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan/Manfaat Penelitian
b. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah aspek permasalahan
yang muncul sehubungan dengan tema/topik/judul penelitian.
Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada
obyek yang diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan
diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin
dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik,
maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek yang
diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber,
sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasikan. Berdasarkan
berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya
dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain.
Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara
masalah yang telah diidentifikasi. Masalah apa saja yang diduga
berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti.
Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
variabel.
c. Pembatasan Masalah
138
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori,
dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam,
maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti.
Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan dilakukan
penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana
hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan
batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
penelitian.
Dalam usaha mengidentifikasikan atau menemukan masalah
penelitian, sering ditemukan lebih dari satu masalah sehingga
diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah berarti
penetapan atau memilih satu atau lebih masalah dari sejumlah
masalah yang sudah teridentifikasi disertai argumentasinya.
Pertimbangan untuk menentukan layak atau tidak suatu masalah
diteliti, didasarkan pada pertimbangan dua arah yaitu dari arah
yaitu: (1) Dari arah masalah yang merupakan pertimbangan
obyektif. Pertimbangan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian
terhadap masalah ini akan memberikan sumbangan kepada
pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dan
pemecahan masalah-masalah praktis; (2) Dari arah peneliti yang
merupakan pertimbangan subjektif. Dalam arti masalah yang akan
ditelitinya menarik keingintahuan peneliti dan sesuai dengan
kualifikasi yang dimiliki oleh peneliti.
Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik,
pembatasan masalah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field
research). Hal itu berarti bahwa masalah penelitian yang baik,
adalah masalah yang cara pemecahan yang paling efektif
dilakukan melalui proses penelitian. Sehubungan dengan hal
itu maka peneliti harus memiliki kesiapan dan kemampuan
untuk melaksanakan penelitian, di mana tujuan utamanya
ialah untuk melakukan pengujian teori ataupun untuk
menemukan jawaban terhadap masalah penelitian.
2. Kebermaknaan atau keberartian (signifikansi) pemecahan
masalah. Suatu masalah penelitian yang baik harus me¬miliki
signifikansi, baik untuk kepentingan praktis maupun teoretis.
Signifikansi praktis berarti bahwa hasil pemecahan masalah
penelitian memberikan sumbangan terhadap praktik
kehidupan sehari-hari. Sedang signifikansi teoretis berarti
bahwa dari hasil pemecahan masalah tersebut akan mampu
melahirkan prinsip-prinsip penting yang berguna untuk
memperkaya, memperluas wawasan, dan mengembangkan
teori yang telah ada. Pendeknya, dalam memilih masalah
penelitian, harus dipertimbangkan nilai-nilai penting yang
terkandung di dalam masalah penelitian.
3. Keaslian (originalitas). Suatu masalah penelitian yang baik
harus menunjukkan bahwa masalah tersebut merupakan
sesuatu yang baru, bukan duplikasi atau replikasi dari apa
yang pernah dikemukakan orang lain. Hal ini menjadi sangat
penting teruatama pada penelitian-penelitian inferensial, dan
penelitian untuk menghasilkan tesis dan disertasi.
4. Kelayakan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan yang
muncul sehubungan dengan pertimbangan tentang dapat
tidaknya dilaksanakan tersebut antara lain ialah:
a. Pertimbangan mengenai kompetensi peneliti. Dalam hal
ini pertanyaan yang sering diajukan ialah seberapa jauh
kemampuan peneliti dalam menyusun perencanaan
penelitian. Soal perencanaan ini penting, karena suatu
139
rencana yang baik akan berfungsi sebagai pengarah
jalannya proses penelitian. Seberapa jauh kemampuan
peneliti menguasai metodologi penelitian. Seberapa jauh
kemampuan peneliti memaknai atau menginterpretasi
data dan hasil penemuannya. Juga tidak kalah
pentingnya ialah kemampuan peneliti dalam
mengembangkan penemuannya dalam suatu konsep
yang tersusun secara logis dan sistematis.
b. Apakah untuk memecahkan masalah penelitian
ter¬sebut cukup tersedia data yang diperlukan. Apakah
dalam proses pengumpulan data tersebut sekiranya
akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dari pihak
yang berwenang, misalnya dalam hal perijinan
penelitian.
c. Apakah telah tersedia waktu, biaya, serta tenaga peneliti
yang diperlukan.
5. Keberanian peneliti dalam mengangkat masalah-masalah
penelitian yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap sensitif
atau rawan. Seringkali dijumpai bahwa dalam mengajukan
masalah penelitian, peneliti dihinggapi rasa takut untuk
mengangkat atau mengajukan masalah-masalah yang sensitif
atau rawan, padahal masalah tersebut berdasarkan
pertimbangan ilmiah merupakan masalah yang penting dan
urgen untuk diangkat.
6. Tentang minat peneliti. Suatu masalah penelitian yang akan
dipecahkan harus menarik bukan saja bagi peneliti yang
bersangkutan, akan tetapi juga harus cukup menarik bagi
orang lain sesuai dengan bidangnya.
Dalam membatasi masalah, masalah harus diseleksi
berdasarkan informasi, pengalaman-pengalaman, maupun
teori-teori yang relevan. Apabila masalah penelitian tidak
mempertimbangkan mengenai hal itu, maka masalah
penelitian akan kehilangan landasan berpijak.
d. Perumusan Masalah
Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan (variabel apa
saja yang akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu
dengan yang lain), dan supaya masalah dapat terjawab secara
akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan
secara spesifik. Perumusan masalah merupakan pemetaan faktor-
faktor dan variabel-variabel yang terkait. Kualitas suatu penelitian
tidak cukup dipertimbangkan berdasarkan kriteria-kriteria
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Kualitas suatu penelitian juga
ditentukan oleh bagaimana masalah penelitian tersebut
dirumuskan. Untuk dapat menyajikan perumusan masalah
penelitian yang baik, perlu diikuti beberapa persyaratan sebagai
berikut:
1. Masalah penelitian harus dirumuskan secara spesifik. Dengan
perumusan yang spesifik, akan dapat menunjukkan tentang
gambaran yang lebih menfokus mengenai arah
pemecahannya. Namun demikian, walaupun harus
dirumuskan secara spesifik, peneliti pada waktu
mengidentifikasi masalah penelitiannya, terlebih dahulu harus
memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang
masalah-masalah yang bersifat umum, agar peneliti tetap
memiliki wawasan yang lebih komprehensif dan makro. Baru
sesudah gambaran komprehensif dan makronya dibeberkan,
pembatasan masalah penelitian yang sifatnya lebih spesifik
dikemukakan. Hal itu disarankan, oleh karena masalah-
140
masalah penelitian yang dirumuskan terlalu spesifik dan
sempit, dikhawatirkan peneliti akan kehilangan dari konteks
wawasan yang bersifat makro.
2. Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik,
harus diikuti dengan perumusan secara operasional. Dengan
perumusan yang operasional terkandung maksud bahwa
masalahnya menjadi mudah untuk diamati dan diukur
indikator-indikatornya.
3. Masalah penelitian harus dirumuskan dalam bentuk
pernyataan deklaratif atau dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Banyak ahli menyarankan agar supaya masalah pe¬nelitian
dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, karena
dengan bentuk pertanyaan, akan lebih memfokuskan pada
jawaban atau pemecahan masalah yang akan diperoleh.
4. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang
sederhana, pendek, dan padat dan mencerminkan inti
masalah yang diajukan. Pertimbangan ini diajukan agar
masalah penelitian yang dapat difahami dengan mudah oleh
pihak-puhak lain yang berkepentingan dengan penelitian yang
akan dilakukan, tanpa adanya kemungkinan untuk
diinterpretasi secara beragam dan mem¬bingungkan.
5. Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional (dapat
dinalar) dan diargumentasikan secara jelas, sehingga dapat
meyakinkan pihak-pihak lain untuk menerimanya.
Rumusan masalah yang telah ditetapkan, pada tahap
selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan tujuan
yang akan mengarahkan pemilihan metode serta prosedur
penelitian.
e. Tujuan Penelitian
Tujuan dan kegunaan penelitian sebenamya dapat diletakkan
di luar pola pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada
kaitannya dengan permasalahan, oleh karena itu dua hal ini
ditempatkan pada bagian ini. Tujuan penelitian adalah pernyataan
yang menjelaskan keinginan mendapat jawaban atas pertanyaan
yang konsisten dengan perumusan masalah. Pada dasarnya tujuan
penelitian adalah memberikan penjelasaan tentang sesuatu yang
akan diperoleh jika penelitian tersebut selesai.
Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam
melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan
rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya:
Bagaimanakah tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX?
Maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui seberapa tinggi
tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX. Kalau rumusan
masalahnya: Apakah ada pengaruh Diklat terhadap kinerja
pengawas sekolah, maka tujuan penelitiannya adalah: Ingin
mengetahui pengaruh Diklat terhadap kinerja pengawas sekolah.
Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak
pada kesimpulan penelitian.
b. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian
yang menggambarkan alur pikir penelitian. Kerangka berpikir
143
dikemukakan dengan maksud untuk menyusun reka
pemecahan masalah (jawaban pertanyaan penelitian)
berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka berpikir berguna
untuk menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan
hipotesis dan juga tempat bagi peneliti untuk menjelaskan
tentang variabel-variabel yang berhubungan dengan variabel
pokok dan sub variabel pokok yang ada dalam penelitian.
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
teliti diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoretis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoretis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel. Kerangka berfikir
penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian
hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,
maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan
deskripsi teoretis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau
lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk
komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan
maupun komparasi, perlu dikemukakan kerangka berfikir.
Kerangka berfikir yang dihasilkan berupa kerangka berfikir
yang asosiatif maupun komparatif. Kerangka berfikir yang
bersifat asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika ….. maka
…..Misalnya jika kompetensi profesional tinggi maka kinerja
akan meningkat.
Dalam suatu penelitian biasanya kerangka berpikir
digambarkan dengan menggunakan bagan-bagan yang
dihubungkan dengan anak panah. Tidak ada standar dalam
pembuatan kerangka berpikir, yang penting pembaca dapat
dengan mudah mengetahui hubungan antara konsep-konsep
yang digambarkan. Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik
jika mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Penjelasan variabel-variabel yang diteliti
2. Menunjukan dan menjelaskan keterkaitan antar
variabel yang diteliti dan teori yang mendasarinya.
3. Menunjukan dan menjelaskan bentuk hubungan antar
variabel (positif atau negatif, simetris, kausal atau
timbal balik)
c. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi
tentatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih
mengenai fenomena atau variabel (Kerlinger, 2000). Tentatif yang
dimaksudkan dalam rumusan tersebut mengandung pengertian
bahwa hipotesis yang diajukan tersebut harus diuji kebenarannya,
dan untuk pengujiannya dilakukan melalui penelitian. Pengertian
lain menunjukkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap masalah penelitian, dan dinyatakan dalam bentuk
hubungan antar dua variabel atau lebih, merupakan pernyataan
yang menyatakan hakekat suatu fenomena.
Fungsi utama dari suatu hipotesis penelitian adalah sebagai
pedoman dalam memberikan arah dan jalannya kegiatan penelitian
yang dilakukan, mulai dari penyusunan desain penelitian,
penentuan kriteria dalam penyusunan instrumen penelitian,
termasuk berfungsi sebagai pedoman dalam dalam menetapkan
144
indikator-indikator tentang aspek-aspek atau variabel-variabel yang
diukur, juga sebagai pedoman dalam menentukan teknik analisis
data penelitian. Hipotesis penelitian kualitatif berasal dari teori yang
relevan sebagai hasil dari kajian pustaka. Melalui kajian pustaka,
peneliti dapat mengadopsi berbagai teori yang ada. Hipotesis jenis
ini termasuk hipotesis yang dibangun secara deduktif. Dalam arti
lebih umum, terutama pada penelitian-penelitian kuantitatif,
hipotesis diajukan de¬ngan berlandaskan pada teori yang memiliki
tingkat generalisasi luas.
Agar hipotesis yang diajukan memiliki kualitas yang
diharapkan, diperlukan kriteria tertentu. Borg dan Gall (2001)
memberikan sejumlah kriteria sebagai berikut:
1. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang me¬nyata¬kan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
2. Hipotesis harus dilandasi argumentasi yang kuat
ber¬dasarkan pada teori dan atau pengalaman lapangan yang
kuat.
3. Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian
lapangan.
4. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.
Atas sara kriteria tersebut hipotesis harus konsisten
dengan teori-teori yang ada serta disusun sedemikian rupa
sehingga eksplanasi yang dikemukakan memiliki argumentasi
yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
Substansi hipotesis yang dikemukakan di sisi sebut juga
sebagai hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian biasanya berupa
pernyataan yang memberikan jawaban sementara terhadap masalah
pe¬nelitian yang diajukan oleh peneliti. Contoh hipotesis dan
rumusan masalah dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Metode Penelitian
Metode penelitian menggambarkan strategi atau cara yang
dilakukan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah. Metode
penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan
penelitian. Dalam metode penelitian mencakup prosedur dan teknik
penelitian. Metode penelitian berisi rumusan langkah-langkah
penelitian dan pendekatan yang digunakan. Dalam penjelasan
tentang metode penelitian harus dikemukakan alasan mengapa
menggunakan metode tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilihat
kaintanya dengan proses pengumpulan data serta upaya untuk
menguji hipotesis penelitian.
BAB XV
HASIL PEMBAHASAN
92. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk mengemukakan
analisis dan ulasan terhadap hasil penelitian yang diarahkan untuk
mendapatkan kesimpulan guna memenuhi tujuan penelitian. Pembahasan
dimaksukan untuk menyajikan gambaran yang lebih tajam terhadap data-
data temuan, sehingga pada bagian ini peneliti tidak hanya sekedar
menyajikan ulang data, melainkan memberikan analisis, penafsiran, dan
pemaknaan terhadap temuannya.
Dengan demikian jelas bahwa esensi dari pembahasan adalah
menjelaskan pemaknaan terhadap data-data hasil penelitian sehingga
dapat dipahami dengan jelas temuan penelitian yang diperoleh.
Pembahasan dapat dilakukan dengan fokus pada aspek teoritis dan aspek
metodologis. Pada aspek teoritis, perlu dijelaskan dan dibandingkan
antara premis- premis yang sudah digunakan untuk membangun
hipotesis dengan kenyataan empiris di lapangan. Bila teori yang ada belum
mampu menjelaskan fenomena tersebut, dapat digunakan logika, baik
deduktif maupun induktif.
Pada aspek metodologis perlu disadari bahwa tidak ada sebuah
penelitian yang sempurna, yang sedikit banyak akan mempengaruhi hasil
penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini, peneliti perlu mengkaji
kemungkinan hasil penelitian tersebut dipengaruhi oleh kontribusi
langkah-langkah metodologis yang sudah dilakukan, misalnya apakah
cara penetapan variable benar, cara analisi datanya tepat dan sebagainya.
Pembahasan harus dilakukan dengan analisis mendalam terhadap hasil
penelitian.
Berdasarkan data-data yang ada, peneliti mengkomunikasikan apa
arti atau penafsiran data tersebut terkait dengan masalah yang akan
dipeccahkan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti juga perlu
menyampaikan bagaimana analisis peneliti terhadap data yang ada, baik
secara sendiri-sendiri, maupun pembacaan terhadap keseluruhan data.
Analisis dan penafsiran terhadap data ini kemudian dilanjutkan dengan
penjelasan peneliti mengenai pemecahan masalah yang sedang diteliti.
Pembahasan juga perlu dilakukan dengan melakukan pembandingan hasil
penelitian penelitian yang diperoleh dengan hasil-hasil penelitian
sebelumnya, referensi atau teori-taori yang ada. Hal ini perlu dilakukan
untuk memberikan interpretasi yang lebih luas dan mendalam terhadap
hasil-hasil yang diperoleh.
Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh dapat dipahami
secara komprehensif dan mendalam sehingga nampak dengan jelas
bagaimana hasil penelitian yang didapatkan diantara hasil-hasil penelitian
dan teori-teori yang pernah ada. Penjelasan harus dibuat bukan hanya
jika hasil penelitian sesuai dengan hipotesis, bahkan jika tidak sesuaipun
harus dibuat penjelesannya. Hal ini mengingat bahwa tidak setiap
hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang
dilakukan. Penelitian tidak diharuskan dapat membuktikan kebenaran
hipotesis sehingga apabila ternyata data-data hasil penelitian tidak
mendukung pembuktian kebenaran hipotesisnya, peneliti harus
memberikan penjelasan apa adanya dan memadai agar temuannya
tersebut dapat dipahami dengan baik.
BAB XVI
SYARAT PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
103. Umum. Kegiatan penelitian tidak akan lepas dari kata laporan. Hal itulah
yang sewajarnya terjadi.Namun realita yang ada saat ini adalah banyaknya
peneliti tidak diimbangi dengan banyaknya pula laporan, dalam hal ini
laporan yang dituangkan dalam bentuk suatu karya tulis. Fenomena ini
mengindikasikan bahwa belum banyak orang yang menulis laporan dari
suatu kegiatan penelitian yang dilakukannya. Padahal laporan tersebut
akan sangat berharga dan memiliki nilai guna yang besar. Keengganan
dalam menulis laporan ini dimungkinkan karena orang-orang belum
mengetahui benar cara dan format dalam menulis laporannya. Oleh
karena itu akan disajikan mengenai aturan, waktu dan format dalam
penulisan laporan penelitian.
Bahan Penunjang
A. Kepustakaan
B. Indeks
Untuk memperoleh gambaran selintas mengenai isi sebuah laporan
penelitian, biasanya sebelum Bab I disajikan abstrak atau ringkasan
laporan.
Berikut ini adalah gambaran sekilas mengenai isi dari bab-bab
dalam sebual laporan penelitian :
a. Bahan Pendahuluan
Di dalam bagian ini peneliti menjelaskan kepada pembaca,
terutama mengenai sistematika tulisan agar pembaca dapat
mengikutinya dengan mudah dan diajak menjelajahi garis besar isi
laporan. Apabila pembaca hanya ingin membaca pada bagian yang
menarik perhatiannya, maka dengan mudah dapat segera
menemukan halamannya.
b. Bab Pendahuluan
Berawal dari bab ini, peneliti mulai bercerita tentang
permasalaha, apa sebabnya atau alasan mengapa memilih
permasalahan tersebut yang diangkat, dimana letak pentingnya dan
seberapa jauh memberikan sumbangan terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan dan pembangunan.
c. Bab Kajian Pustaka
Bagian ini berisi tulisan untuk memberikan gambaran pada
pembaca mengenai hal yang telah dirintis oleh peneliti lain untuk
memberikan penekanan pentingnya permasalahan dan sekaligus
memberikan petunjuk pada pmebaca, kemana mereka dapat
mempelajari masalah tersebut lebih lanjut. Selanjutnya peneliti
mengemukakan alur pikirannya dengan cara merangkum penemuan
dan membuat jembatan dengan apa yang akan ia lakukan.
d. Bab Metodologi Penelitian
Pada bagian ini peneliti menerangkan kepada pembaca
tentang subjek, objek, ruang lingkup penelitian, pendekatan yang
diambil sampai teknik pengumpulan datanya. Alasan tentang ini
semua harus dikemukakan dengan jelas. Demikian juga celah-celah
kelemahan serta rencana usaha untuk mengatasinya.
e. Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian ini merupakan inti laporan penelitian. Oleh karena itu,
nagian ini harus dikemukakan dan harus memiliki porsi yang paling
banyak dibandingkan dengan bagian lain, karena bagian inilah yang
ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca. Laporan yang berbobot
155
tidak harus berat timbangannya atau dengan kata lain tebal.
Kecenderungan inilah yang menyebabkan orang berusaha untuk
mempertebal laporannya dengan mengajukan banyak kutipan dari
buku-buku atau bercerita tentang hal-hal yang sebenarnya tidak
perlu. Lapiran yang baik dapat diumpamakan sebagai proporsi
tubuh manusia, yaitu :
1) Kepala (kecil) pendahuluan + kajian pustaka
2) Leher (kecil) : metodologi penelitian
3) Badan (besar) : hasil penelitian dan pembahasan
4) Kaki (kecil) : kesimpulan, implikasi dan saran
Dalam bab ini juga terdapat bagian diskusi yang dimaksudkan
untuk mengemukakan hal yang sangat perlu diungkapkan diluar
kesimpulan. Misalnya adalah: apa sebab hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan harapan hipotesis, apa sebab terjadinya
penyimpangan tersebut
f. Bab Penutup
Bagi pembaca yang hanya memiliki sedikit waktu, biasanya
hanya mementingkan bagian tujuan-hipotesis-hasil-kesimpulan.
Oleh karena itu peneliti harus membuat kesimpulan dengan jelas,
singkat dan padat. Pada bagian ini pula, peneliti mengemukakan
implikasi dari penelitiannya yaitu berupa jawaban dari apa yang
harus dilakukan setelah ini (berdasarkan hasil penelitian ini) ? atau
what’s next?. Implikasi sangat berguna demi perbaikan keadaan.
Selanjutnya pada bagian saran, peneliti memberikan saran
kepada pembaca yang salah satunya mungkin ingin mengadakan
repikasi atau memperluas penelitiannya.
BAB XVII
PENUTUP
Komandan Poltekad ,
TERBATAS