Anda di halaman 1dari 157

TERBATAS

KODIKLAT ANGKATAN DARAT


POLTEKAD 1
TERBATAS

METODE PENELITIAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum. Penelitian adalah cara sistematik untuk memecahkan


masalah. Suatu penelitian khususnya dalam penelitian empirik, umumnya
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran.
Menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisi
kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti memperluas dan
menggali lebih dalam apa yang sudah ada, sedang menguji kebenaran
dilakukan jika apa yang sudah ada masih atau diragukan kebenarannya.
Penelitian yang bertujuan menemukan problematik baru biasa disebut
penelitian eksploratif. Penelitian yang khususnya dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada, dinamakan penelitian
pengembangan (developmental research). Sedang pengetahuan disebut
penelitian verifikatif.
Suatu penelitian mungkin dilakukan hanya sampai pada taraf
deskriptif, mungkin juga sampai pada taraf inferensial. Pada taraf
deskriptif orang hanya melukiskan keadaan objek atau peristiwanya tanpa
suatu maksud untuk mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum.
Sebaliknya dalam penelitian yang dilakukan sampai taraf inverensial
orang tidak hanya berhenti pada taraf melukiskan, melainkan dengan
keyakinan tertentu mengambil kesimpulan umum dari bahan tentang
objek persoalannya kesimpulan semacam inilah yang nantinya diharapkan
dapat dihasilkan dasar deduksi untuk menghadapi persoalan khusus atau
tindakan praktis tentang kejadian tertentu.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Metodologi penelitian sebagaimana dikenal sekarang
memberikan garis yang sangat cermat dan mengajukan persyaratan
yang sangat ketat. Maksudnya adalah untuk menjaga agar
pengetahuan yang dihasilkan dari suatu penelitian yang dapat
mempunyai harga ilmiah yang setinggi-tingginya dan hal tersebut
agar dapat dipedomani oleh Bintara Mahasiswa Diploma 4.
b. Tujuan. Sesuai dengan tujuannya penelitian dapat didefinisikan
sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu pengeluaran usaha mana dilakukan dengan
menggunakan pendekatan atau metoda ilmiah. Sehingga dapat
menjadi pedoman bagi Bintara Mahasiswa Diploma 4 dalam
menyusun Tugas Akhir dalam penyelesaian pembuatan Skripsinya.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Adapun ruang lingkup dan tata urut
bahan pengajaran ini meliputi :
a. BAB I : Pendahuluan
b. BAB II : Metode Ilmiah dan Landasan Kebenaran
c. BAB III : Proses Penelitian
d. BAB IV : Desain Penelitian
e. BAB V : Populasi dan Sampel Penelitian
f. BAB VI : Variabel Penelitian
g. BAB VII : Definisi dan Operasional Variabel
h. BAB VIII : Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian
i. BAB IX : Sumber dan Pengumpulan Data
j. BAB X : Penyajian dan Pengujian Data
k. BAB XI : Perumusan Hipotesis
l. BAB XII : Teknik Analisa Data
m. BAB XIII : Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
2
n. BAB XIV : Penyusunan Proposal dan Penelitian Skripsi.
o. BAB XV : Hasil Pembahasan
p. BAB XVI : Syarat Penulisan Laporan Penelitian.
q. BAB XVII: Penutup

4. Referensi.
a. Bogdan, Research Method
b. Kerlinger, Research Method for Social Studies
c. Moleong, Qualitatif Research
d. Rusidi, Bahan Perkuliahan Metodologi Penelitian, Pascasarjana UNPAD
e. Sugionno, Metode Penelitia Kuantitatif dan Kualitatif
f. Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian
3
BAB II
METODE ILMIAH DAN LANDASAN KEBENARAN

5. Umum. Ilmu pengetahuan berkembang secara terus menerus, sebagai


akibat rasa keingintahuan manusia terhadap sesuatu hal dan hasrat
untuk meningkatkan harkat hidup sehingga kehidupan menjadi ringan
dan nyaman. Ilmu pengetahuan telah dimulai jauh sebelum sejarah
manusia dicatat. Kebanyakan ilmu pengetahuan yang ada sekarang
bersumber dari kitab-kitab suci, dan terus mengalami perkembangan
hingga saat ini, seperti anatomi, fisiologi, biokimia, ilmu keperawatan,
ilmu Kebidanan dan lain-lain.
Ilmu atau “sains” adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik
natura atau sosial, yang berlaku umum dan sistematis. Karena ilmu
berlaku umum, maka dirinya dapat disimpulkan pernyataan-pernyataan
yang didasarkan pada beberapa kaidah umum pula. Ilmu tidak lain dari
suatu pengetahuan yang sudah terorganisir serta tersusun secara
sistematis menurut kaidah umum.

6. Lahirnya Ilmu Pengetahuan. Ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh dua


faktor yakni: usaha manusia untuk memperbaiki hidupnya dengan
menaklukkan fenomena alam dan hasrat manusia untuk ingin mengerti
dan menerangkan segala sesuatu disekelilingnya.
Ilmu pengetahuan berkembang dan bercabang seperti dahan pohon,
dimulai dari ilmu agama bercabang-cabang menjadi lebih spesifik hingga
seperti mata kuliah dalam perguruan tinggi. Ilmu pengetahuan tidak akan
berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitian tidakakan ada apabila
tidak di dalam kerangka ilmu tertentu. Batas ilmu pengetahuan
ditentukan oleh metode ilmiah, sesuatu yang dapat diterangkan dengan
metode ilmiah pada saat sekarang atau masa mendatang akan menjadi
ilmu pengetahuan. Metode ilmiah juga dipakai untuk menyatakan tujuan
ilmu pengetahuan yaitu ilmu pengetahuan bertujuan untuk menyusun
dan menggunakan teori. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mencari
kebenaran relatif, karena kebenaran absolut tidak dapat diselidiki lebih
lanjut. Ilmu pengetahuan tidak menilai keputusan moral, tetapi pemakai
ilmu yang menilainya. Contohnya: penemuan bom atom dan penisilin,
apakah mau digunakan untuk membunuh manusia atau untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dari metode ilmiah.
Kegiatan metode ilmiah mempunyai beberapa asumsi dasar yang
kebenarannya kita terima tanpa memerlukan pembuktian (postulat).
Postulat yang mendasari metode ilmiah adalah bahwa benda di bumi
mempunyai perbedaan dan kesamaan sehingga muncul perbandingan
(komparatif) dan konsep pengukuran, benda dan kejadian empiris dalam
waktu tertentu (relatif) selalu berubah, serta setiap perubahan terjadi
akibat adanya sebab tertentu. Ketiga hal ini selalu mendasari dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan.

7. Ilmu dan Proses Berfikir


Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis,
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut
kaidah-kaidah yang umum, dan Ilmu adalah pengetahuan yang sudah di
coba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan
sistematis.
Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu.
Keingintahuan seseorang terhadap permasalahan di sekelilingnya dapat
menjurus kepada keingintahuan ilmiah. Misalnya, dari pertanyaan apakah
bulan mengelilingi bumi, apakah matahari mengelilingi bumi, timbul
keinginan untuk mengadakan pengamatan secara sistematis, yang
4
akhirnya melahirkan kesimpulan bahwa bumi itu bulat, bahwa bulan
mengelilingi matahari dan bumi juga mengelilingi matahari. Juga bidang
ilmu-ilmu sosial, keingintahuan tentang masalah-masalah sosial telah
fenomena-fenomena sosial seperti Sosiologi, Antropologi dan sebagainya.
Menurut Maranon (1953), ilmu mencakup lapangan yang sangat
luas, menjangkau semua aspek tentang progress manusia secara
menyeluruh. Termasuk di dalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan
secara sistematis melalui pengamatan dan percobaan yang terus-menerus
yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang bersifat umum. Tan
(1954) berpendapat bahwa ilmu bukan saja merupakan suatu himpunan
pengetahuan yang sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi.
Ilmu telah memberikan metode dan sistem, yang mana tanpa ilmu, semua
itu akan merupakan suatu kebutuhan saja. Nilai dari ilmu tidak saja
terletak dalam pengetahuan yang dikandungnya, sehingga si penuntut
ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam keterampilan, dalam
pandangan maupun tindak-tanduknya.
Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta
memberikan suatu rasionalisasi sebagai hukum alam. Ilmu membentuk
kebiasaan serta meningkatkan keterampilan observasi, percobaan
(eksperimentasi), klasifikasi, analisis serta membuat generalisasi. Dengan
adanya keingintahuan manusia yang terus menerus, maka ilmu akan
terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan
berfikir secara ogis, yang sering disebut penalaran.
Konsep antara ilmu dan berfikir adalah sama. Dalam pemecahan masalah,
keduanya dimulai dari adanya rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal
yang bersifat umum. Kemudian timbul suatu pertanyaan yang khas, dan
selanjutnya dipilih suatu pemecahan tentatif untuk penyelidikan.

Proses berfikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati.


Proses berfikir lahir dan suatu rasa sangsi akan sesuatu dan keinginan
untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh suatu
masalah yang khas. Masalah ini memerlukan suatu pemecahan dan untuk
ini dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode
yang tepat. Akhirnya, sebuah kesimpulan tentantif akan diterima, tetapi
masih tetap dibawah penyelidikan yang kritis dan terus-menerus untuk
mengadakan evaluasi secara terbuka.
Biasanya, manusia normal selalu berfikir dengan situasi permasalahan.
Hanya terhadap hal-hal yang lumrah saja, biasanya reaksi manusia terjadi
tanpa berfikir. Ini adalah suatu kebiasaan atau tradisi. Akan tetapi, jika
masalah yang dihadapi adalah masalah yang rumit, maka manusia normal
akan mencoba memecahkan masalah tersebut menurut langkah-langkah
tertentu. Berfikir demikian dinamakan berfikir secara reflektif (reflective
thinking).
Proses yang terjadi ketika berfikir menurut Dewey (1993) proses berfikir
dari manusia normal mempunyai urutan berikut :
 Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit
mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul
secara tiba-tiba.
 Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk
permasalahan.
 Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka,
hipotesis, inferensi, atau teori.
 Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan
implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).
 Menguatkan pembuktian tentang ide-ide diatas dan
menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan ataupun
percobaan-percobaan.
Menurut Kelly (1930), proses berfikir menuruti langkah-langkah
berikut :
5
 Timbul rasa sulit
 Rasa sulit tersebut didefinisikan
 Mencari suatu pemecahan sementara
 Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju
kepada kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar
 Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental
(percobaan)
 Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan
eksperimental menuju pemecahan secara mental untuk diterima
atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit
 Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental
tentang situasi yang akan datang untuk dapat menggunakan
pemecahan tersebut secara tepat
Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
berfikir secara nalar mempunyai dua buah kriteria penting, yaitu : adanya
unsur logis di dalamnya, dan adanya unsur analisis di dalamnya.
Ciri pertama dari berfikir adanya unsur logis di dalamnya. Tiap
bentuk berfikir mempunyai logikanya tersendiri. Dengan perkataan lain,
berfikir secara nalar tidak lain berfikir secara logis. Perlu juga dijelaskan,
bahwa berfikir secara logis mempunyai konotasi jamak dan bukan
konotasi tunggal. Karena itu, suatu kegiatan berfikir dapat saja logis
menurut logika lain. Kecenderungan tersebut dapat menjurus kepada apa
yang dinamakan kekacauan penalaran. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya konsistensi dalam menggunakan pola berfikir.
Ciri kedua dari berfikir adalah adanya unsur analitis di dalam
berfikir itu sendiri. Dengan logika yang ada ketika berfikir, maka kegiatan
berfikir itu secara sendirinya mempunyai sifat analitis, yang mana sifat ini
merupakan konsekuensi dari adanya pola berfikir tertentu. Berfikir secara
ilmiah. Dengan demikian, berfikir tidak terlepas dari daya imajinatif
seseorang dalam merangkaikan rambu-rambu pikirannya ke dalam suatu
pola tertentu, yang dapat timbul sebagai kejeniusan seorang ilmuwan.
Rasio atau fakta dapat merupakan sumber utama dari nalar atau sumber
dari berfikir. Mereka yang berpendapat bahwa rasiolah yang merupakan
sumber utama dari kebenaran dalam berfikir di golongkan dalam mazhab
rasionalisme. Di lain pihak terdapat mazhab empirisme. Bagi mazhab
empirisme, sumber utama dari kebenaran dalam berfikir adalah fakta yang
dapat ditangkap melalui pengalaman manusia. Pada hakekatnya,
berfikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara
deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan
rasionalisme atau empirisme. Induksi merupakan cara berfikir untuk
menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang
bersifat indiviual. Misalnya, fakta menunjukkan bahwa ayam perlu makan
untuk hidup. Jadi dari fakta-fakta diatas, secara induktif, dapat ditarik
kesimpulan bahwa semua hewan perlu makan untuk hidup. Di lain pihak,
terdapat cara berfikir yang berpangkal dari pernyataan yang bersifat
umum, dan dari sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Berfikir
secara demikian dinamakan berfikir secara deduktif. Berfikir secara
deduktif sering menggunakan sillogisma.

8. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu,
ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu
sendiri berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang
berarti mencari. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research atau riset
adalah “mencari kembali”.
Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah
penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-
prinsip, suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Menurut ilmuwan Hillway (1956), penelitian tidak lain dari suatu metode
6
studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan
sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) menyatakan bahwa di
samping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula
dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan
demikian, penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan
kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berfikir secara
kritis.
Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian yang
diturunkan di bawah ini. Penelitian adalah pencarian atas sesuatu
(inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini
dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. (Parsons,
1946).
Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif
yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan
dalil atau hukum. (John, 1949). Penelitian adalah transformasi yang
terkendalikan atau terarah dari situasi yang dikenal dalam kenyataan-
kenyataan yang ada padanya dan hubungannya, seperti mengubah unsur
dari situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu
(Dewey, 1936). Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan
kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (Critical
thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap
masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat
kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-
hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah ia cocok dengan
hipotesis. (Woody, 1927).
Dalam hubungannya dengan definisi penelitian, Gee (1957)
memberikan tanggapannya sebagai berikut: “Dalam berbagai definisi
penelitian, terkandung ciri tertentu yang lebih kurang bersamaan. Adanya
suatu pencairan, penyelidikan atau investigasi terhadap pengetahuan
baru, atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi
(tafsiran) baru dari pengetahuan yang timbul. Metode yang digunakan bisa
saja ilmiah atau tidak, tetapi pandangan harus kritis dan prosedur harus
sempurna. Tenaga bisa saja signifikan atau tidak. Dalam masalah aplikasi,
maka tampaknya aktivitas lebih banyak tertuju kepada pencarian (search)
dari pada suatu pencarian kembali (re-search). Jika proses yang terjadi
adalah hal yang selalu diperlukan, maka penelitian sebaiknya digunakan
untuk menambah definisi lain terhadap definisi-definisi yang telah begitu
banyak.
Dari tanggapan serta definisi-definisi tentang penelitian, maka nyata
bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Dalam
definisi-definisi diatas, penekanan diletakkan pada sistem asuhan sebagai
atribut-atribut yang esensial (mutlak). Penelitian juga bertujuan untuk
mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima, ataupun
mengubah dalil-dalil tersebut. Dari itu, penelitian dapat diartikan sebagai
pencarian pengetahuan pemberi artian yang terus-menerus terhadap
sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis
untuk menemukan sesuatu yang baru.
Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method)
disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini,
selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan)
dan unsur nalar (reasoning) (Ostle, 1975). Unsur pengamatan merupakan
kerja dengan mana pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh
melalui kerja mata (pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense of
perception). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan mana arti dari fakta-
fakta, hubungan dengan interelasi terhadap pengetahuan yang sekarang.
7
9. Ilmu, Penelitian, dan Kebenaran.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ilmu adalah suatu
pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi. Kita juga sudah
memahami pengertian penelitian, yaitu suatu penyelidikan yang hati-hati
serta teratur dan terus-menerus untuk memecahkan suatu masalah. Kita
juga sudah mendapat gambaran tentang berfikir reflektif, sebagai suatu
proses memecahkan sesuatu dalam menghadapi kesulitan. Sekarang
timbul pertanyaan, bagaimana hubungan antara ilmu, penelitian, dan
berfikir reflektif.
Pertama-tama mari kita lihat hubungan antara ilmu dan penelitian.
Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut
Almack (1930), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil
dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
(lihat gambar 1.1). Akan tetapi Whitney (1960), berpendapat bahwa ilmu
dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian
adalah proses yang sama. hasil dari proses tersebut adalah kebenaran
(truth). (lihat gambar 1.2).
Bagaimana pula hubungan antara berfikir, penelitian, dan ilmu.
Konsep berfikir, ilmu dan penelitian juga sama. Berfikir, seperti halnya
dengan ilmu, juga merupakan proses untuk mencari kebenaran. Proses
berfikir adalah refleksi yang berhati-hati dan teratur. Perlu juga
disinggung disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian
terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah
ditemukan melalui proses ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran
terhadap fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian.

Penelitian Ilmu

Gambar 2.1 : Hubungan antara Penelitian dengan Ilmu


(Proses) (Hasil)

Penelitia Ilmu Kebenara


n n

(Proses) (Hasil)
Gambar 2.2 : Hubungan antara Penelitian, ilmu dan kebenaran

Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh


tiga hal, yaitu adanya koheren, adanya koresponden, dan pragmatis.
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau
konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya,
suatu pernyataan bahwa si Badu akan mati dapat dipercaya, karena
pernyataan tersebut koheren dengan pernyataan bahwa semua orang akan
mati. Kebenaran matematika misalnya, didasarkan beberapa aksima yang
telah diketahui kebenarannya lebih dahulu.
Dasar lain untuk mempercayai kebenaran adalah sifat koresponden yang
diprakarsai oleh Betrand Russel (1872-1970). Suatu pernyataan dianggap
benar, jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan
tersebut berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan objek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Pernyataan bahwa ibu kota Propinsi
Daerah Istimewa Aceh adalah Banda Aceh adalah benar karena
8
pernyataan tersebut mempunyai korespondensi dengan lokasi atau
faktualitas bahwa Banda Aceh memang ibu kota Propinsi Aceh. Jika orang
mengatakan bahwa Ibu kota Republik Indonesia adalah Kuala Lumpur,
maka orang tidak akan percaya karena tidak terdapat objek yang
mempunyai korespondensi dengan pernyataan tersebut. Secara faktual,
ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta, bukan Kuala Lumpur. Sifat
kebenaran yang diperoleh dalam proses berfikir secara ilmiah umumnya
mempunyai sifat koheren dan sifat koresponden. Berfikir secara deduktif
adalah menggunakan sifat koheren dalam menentukan kebenaran,
sedangkan berfikir secara induktif, peneliti menggunakan sifat
koresponden dalam menentukan kebenaran.
Kebenaran lain dipercaya karena adanya sifat pragmatis. Dengan
perkataan lain, pernyataan dipercayai benar karena pernyataan tersebut
mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu pernyataan
atau suatu kesimpulan dianggap benar jika pernyataan tersebut
mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari. Teori kebenaran
dengan sifat pragmatis ini dikembangkan oleh Ch.s. Piece (1839-1914)
dan dianut oleh banyak ahli seperti John Dewey (1859-1952), C.H.Mead
(1863-1931), C.I. Lewis (1883), dan sebagainya. Misalnya, ada sebuah teori
X dalam ilmu Genetika dan dengan teori X ini telah dapat dikembangkan
teknik Z untuk membuat tanaman tahan terhadap serangan penyakit.
Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa teknik Z memang mampu membuat
tanaman tahan terhadap penyakit. Dari penemuan tersebut dapat
disimpulkan, bahwa teori X juga benar, karena teori X adalah fungsional
dan mempunyai kegunaan. Secara pragmatis orang percaya kepada
agama, karena agama bersifat fungsional dan memberikan pegangan dan
aturan hidup pada manusia.

10. Kebenaran Non Ilmiah


Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah.
Kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah, seperti
:
a. Penemuan kebenaran secara kebetulan,
b. Penemuan kebenaran secara common sense (akal sehat),
c. Penemuan kebenaran melalui wahyu,
d. Penemuan kebenaran secara intuitif,
e. Penemuan kebenaran secara trial dan error,
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi,
g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan.

Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Allah.


Walaupun penemuan kebenaran secara kebetulan bukanlah kebenaran
yang ditemukan secara ilmiah, tetapi banyak penemuan tersebut telah
menggoncangkan dunia ilmu pengetahuan. Misalnya, penemuan kristal
urease oleh Dr. J.S. Summers adalah secara kebetulan saja di tahun 1926.
Pada suatu hari Summers sedang bekerja dengan ekstrak aceton. Karena
ia ingin bermain tenis, maka ekstrak aceton tersebut disimpannya di
dalam kulkas dan ia bergegas pergi ke lapangan tenis. Keesokan harinya,
ketika ia ingin meneruskan percobaan dengan ekstrak aceton yang
disimpannya di dalam kulkas, dilihatnya telah timbul kristal-kristal baru
pada ekstrak aceton tersebut. Kemudian ternyata bahwa kristal-kristal
tersebut adalah enzim urease yang amat bagi manusia. Akan tetapi, tidak
selalu penemuan secara kebetulan merupakan kebenaran asasi.
Adakalanya, penemuan secara kebetulan dapat membuat seseorang
menjadi tertipu karena hubungan yang seakan-akan ada artinya padahal
hubungan tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Common sense merupakan serangkaian konsep atau bagan
konsepsual yang memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat
dapat menghasilkan kebenaran dan dapat pula menesatkan. Misalnya, di
9
abad ke-19 dengan akal sehat (common sense) orang percaya bahwa
hukuman untuk anak didik merupakan alat utama dalam pendidikan.
Kemudian ternyata pendapat tersebut tidak benar. Hasil penelitian dalam
bidang psikologi dan pendidikan menunjukkan bahwa alat yang baik bagi
pendidikan bukan hukuman tetapi ganjaran. Karena kebenaran yang
diperoleh dengan common sense sangat dipengaruhi oleh kepentingan
yang menggunakannya, maka sering orang mempersempit pengamatan
kepada hal-hal yang bersifat negatif saja. Karena itu, common sense dapat
menjurus kepada prasangka.
Penemuan kebenaran secara wahyu adalah kebenaran yang di
dasarkan kepada wahyu merupakan kebenaran mutlak, jika wahyu
datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi. Kebenaran yang diterima
sebagai wahyu bukanlah disebabkan oleh hasil usaha penalaran manusia
secara aktif. Wahyu diturunkan Allah kepada Rasul dan Nabi. Akan tetapi,
kebenaran yang dibawakan melalui wahyu merupakan kebenaran yang
asasi.
Penemuan kebenaran secara intuitif adalah kebenaran dapat juga
diperoleh berdasarkan intuisi. Kebenaran dengan intuisi diperoleh secara
cepat sekali melalui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan
proses berfikir, ataupun melalui suatu renungan. Kebenaran yang
diperoleh secara intuisi sukar dipercaya, karena kebenaran ini tidak
menggunakan langkah yang sistematis untuk memperolehnya.
Penemuan kebenaran melalui trial dan error. Bekerja trial dan error
adalah melakukan secara aktif dengan mengulang-ulang pekerjaan
tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan materi.
Pengulangan tersebut tanpa dituntun oleh suatu petunjuk yang jelas
sampai seseorang menemukan biaya yang tinggi, dan selalu dalam
keadaan meraba-raba. Penemuan dengan cara trial dan error tidak
dikategorikan sebagai penemuan ilmiah. Istilah trial dan error mula-mula
hanya digunakan dalam ilmu jiwa. Kemudian penggunaan istilah ini telah
menyebar ke segala bidang ilmu.
Penemuan kebenaran melalui spekulasi. Penemuan kebenaran
secara spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari penemuan secara trial
dan error. Jika dalam penemuan secara trial dan error peneliti tidak
mempunyai panduan sama sekali, maka dalam penemuan dengan
spekulasi, seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun
pertimbangan tersebut kurang dipikirkan secara masak-masak, tetapi
dikerjakan dalam suasana penuh dengan resiko. Penemuan kebenaran
dengan spekulasi memerlukan pandangan yang tajam walaupun penuh
spekulatif. Cara menemukan kebenaran dengan tajam walaupun penuh
spekulatif. Cara menemukan kebenaran dengan cara spekulatif juga tidak
dianggap penemuan kebenaran secara alamiah.
Penemuan kebenaran karena wibawa. Kebenaran adakalanya di
terima karena dipengaruhi oleh kewibawaan seseorang. Pendapatan dari
seseorang ilmuwan yang berbobot tinggi ataupun yang mempunyai otorita
dalam suatu bidang ilmu dan mempunyai banyak pengalaman sering
diterima begitu saja tanpa perlu diuji kebenaran tersebut lebih dahulu.
Kebenaran tersebut diterima karena wibawa saja. Adakalanya kebenaran
karena kewibawaan seseorang setelah diuji ternyata tidak benar sama
sekali. Umumnya kebenaran karena kewibawaan didasarkan pada logika
saja. Kewibawaan seorang pemimpin politik dapat menghasilkan suatu
kebenaran yang diterima oleh masyarakat. Kebenaran karena wibawa
dianggap suatu kebenaran yang diperoleh tanpa prosedur ilmiah.

11. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan pengetahuan yang terssusun
secara sistematis dan runtut melalui metode ilmiah. Metode ilmiah atau
disebut juga metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah
10
sistematis dalam mendapatkan pengetahuan. Langkah-langkah sistematis
tersebut meliputi:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
b. Menyusun kerangkan pemikiran
c. Merumuskan hipotesis
d. Menguji hipotesis
e. Menarik kesimpulan
Syarat ilmu pengetahuan adalah memiliki objek dan metode ilmiah,
atau memiliki dimensi/aspek sebagai berikut:
a. Aspek Ontologis. Yaitu berkenaan dengan apa yang dipelajari ilmu
atau berkenaan dengan objek studi. Aspek ontologis berkenaan
dengan apa yang ingin diketahui, apa yang dipikirkan atau yang
menjadi masalah.
b. Aspek Epistimologis. Berkenaan dengan bagaimana ilmu
mempelajari objek studinya dengan menggunakan metode tertentu,
yaitu metode keilmuan atau metode ilmiah yang didukung oleh
sarana berfikir ilmiah.
c. Aspek Aksiologis. Berkenaan dengan apek manfaat ilmu. Nilai guna
ilmu bisa dilihat secara positif dan normtif. Secara positip nilai
guna ilmu adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
memprediksi berbagai fenomena yang sesuai dengan objek studi
yang dipelajari. Sedangkan secara normatif, nilai guna ilmu adalah
untuk mengendalikan berbagai fenomena kearah yang diinginkan.
Secara normatif aspek aksiologis ilmu erat kaitannya dengan
pertimbangan nilai, etika dan moral.
Secara garis besar, ilmu pengetahuan terbentuk melalui proses dan
tahapan sebagai berikut:
a. Ilmu mempelajari fenomena
b. Fenomena tersebut diabstraksikan menjadi konsep dan variabel
c. Konsep dan variabel itu dipelajari hubungannya berbentuk proporsi
yang sifatnya berbentuk hipotesis
d. Hipotesis diuji secara empirik menjadi fakta
e. Jalinan fakta-fakta dalam kerangka penuh arti membentuk teori

12. Jenis-Jenis Metode Penelitian


Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut: Tujuan,
pendekatan, tingkat eksplanasi,dan analisis & jenis data.
a. Penelitian Menurut Tujuan
1) Penelitian Terapan
Adalah penelitian yang diarahkan untuk
mendapatkaninformasi yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
2) Penelitian Murni/Dasar
Adalah penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk
memahami masalah dalam organisasi secara mendalam (tanpa
inginmenerapkan hasilnya). Penelitian dasar bertujuan untuk
mengembangkan teoridan tidak memperhatikan kegunaan
yang langsung bersifat praktis. Jadi penelitianmurni/dasar
berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu.

b. Penelitian Menurut Metode


1) Penelitian Survey
Penelitian yang dilakukan pada popolasi besar maupun kecil,
tetapi datayangdipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut,sehingga ditemukan kejadian-kejadian
relatif, distribusi dan hubungan-hubunganantar variabel
sosilogis maupun psikologis.
2) Penelitian Ex Post Facto
11
Yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang
telah terjadi yangkemudian merunut ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapatmenimbulkan kejadian
tersebut.
3) Penelitian Eksperimen
Yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh
variabel tertentu terhadapvariabel yang lain dalam kondisi
yang terkontrol secara ketat. Variabelindependennya
dimanipulasi oleh peneliti.
4) Penelitian Naturalistic
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif,
yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alami (sebagailawannya) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci. Contoh : Sesajiterhadap
keberhasilan bisnis.
5) Policy Reserach
Yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau
analisis terhadapmasalah-masalah sosial yang mendasar,
sehingga temuannya dapatdirekomendasikan kepada pembuat
keputusan untuk bertinak secara praktis dalammenyelesaikan
masalah.
6) Action Research
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi
dapat ditekan dan produktifitas lembagadapat meningkat.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah: 1) situasi, 2)
perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja,
iklim kerja, dan pranata.
7) Penelitian Evaluasi
Merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu
untuk membandingkansuatu kejadian, kegiatan dan produk
dengan standar dan program yang telahditetapkan.
8) Penelitian Sejarah
Berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-
kejadian yang berlangsung di masa lalu. Sumber datanya bisa
primer, yaitu orang yang terlibatlangsung dalam kejadian itu,
atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaandengan
kejadian itu. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk
merekonstruksikejadian-kejadian masa lampau secara
sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi,
verifikasi, dan sintesa data diperoleh, sehingga
ditetapkanfakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan.

c. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi


Tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian
menurut tingkateksplanasi adalah penelitian yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabelyang diteliti serta
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
1) Penelitian Deskriptif
Adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan
variabel yang lain.
2) Penelitian Komparatif
Adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
Variabelnya masih samadengan penelitian varabel mandiri
tetapi untuk sample yang lebih dari satu, ataudalam waktu
yang berbeda.
3) Penelitian Asosiatif/Hubungan
12
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara duavariable atau lebih. Dengan penelitian
ini maka akan dapat dibangun suatu teoriyang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol
suatu gejala.

d. Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis


Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat
dikelompokkan menjadi dua halutama yaitu data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata,
kalimat, skema dan gambar. Data kuantitatif adalah data berbentuk
angka atau datakualitatif yang diangkakan (scoring).
1) Metode Deskriptif. Adalah penelitian yang menggunakan
metode kuantitatif untuk menggambarkan fenomena seperti
apa adanya fenomena tersebut. Bukan adanya fenomena
tersebut. Bukan bermaksud untuk memanipulasi atau
mengontrol.
Contoh:
- Naturalistic observation
- Survey research
2) Penelitian Korelasional. Yaitu mengidentifikasi hubungan
antara variabel-variabel, bukan untuk melihat hubungan
sebab akibat. Prosesnya melibatkan:
- developing a research question,
- collecting data, and
- drawing a conclusion
Proses pengumpulan data yang dilakukan dalam bentuk
pengukuran variabel bukan memanipulasi variabel .
Contoh penelitian korelasional:
- smoking and violent crime (Brennan, 1999)
Women surveyed during the final trimester of pregnancy
about smoking. Correlated with arrested records of their sons
34 years later.
- Controlled for: socioeconomic status parental psychiatric
problems age fatherís criminal history
- Conclusion:maternal smoking during pregnancy is related to
increased rates of crime in adult offspring.
3) Metode eksperimental. Bertujuan memanipulasi dan
mengontrol variabel untuk melihat/menetapkan hubungan
sebab-akibat.
- Quasi-experimental designs
- True experimental designs
- True experimental designs
- Single-subject designs
4) Metode Historis. Digunakan dalam evaluasi untuk
merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif,
melalui kegiatan pengumpulan, verifikasi, dan sintesis bukti-
bukti dengan maksud untuk menegakkan fakta dan informasi
sehingga diperoleh kesimpulan yang akurat.
5) Metode Survei. Digunakan dalam evaluasi untuk membuat
pencanderaan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
6) Metode Kasus (case study) digunakan untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan dapat digunakan baik untuk semua unit
sosial seperti individu, kelompok, lembaga, komunitas
maupun untuk peristiwa, keadaan, dan sebagainya.
7) Metode Korelasional digunakan dalam evaluasi untuk
mendeteksi sejauhmana variasi pada suatu faktor berkaitan
13
dengan variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan
koefesian korelasi.
8) Metode Kausal Komperatif, digunakan dalam evaluasi untuk
mengetahui kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan
cara pengamatan terhadap akibat yang ada dengan mencari
faktorfaktor penyebabnya.
9) Metode Tindakan, digunakan dalam evaluasi untuk
mengembangkan upaya pemecahan masalah situasional di
lapangan yang dilakukan secara partisipatif, kolaboratif,
berdaur, dan evaluasi diri dengan penerapan langsung di
lapangan atau dalam dunia kehidupan nyata.
10) Metode Deskriptif. Yaitu suatu rumusan masalah yang
memadu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret
situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam (Sugiono, 2007: 209). Metode ini bertujuan untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi
tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.
11) Analisis Isi (Content Analysis) yaitu sistem formal untuk
melakukan sesuatu yang sering kita lakukan secara informal,
dengan mengambil kesimpulan dari pengamatan isi. Kita
menyatakan pendapat tentang kecermatan bermacam-macam
lingkupan surat kabar, majalah, pemancar radio, dan stasiun
televisi. Pendapat-pendapat tersebut didasarkan pada apa
yang kita amati sebagai pembaca atau pendengar (Jalaluddin
Rakhmat & Arko Kasta dalam bukunya Analisis Isi, 1983:7).
Berelson (Jalaluddin Rakhmat & Arko Kasta, 1983:8)
memberikan definisi klasik analisis isi adalah teknik penelitian
untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata secara obyektif,
sistematik, dan kuantitatif serta isi yang nyata.

13. Tujuan Penelitian


Dimana kita ketahui bersama, bahwa tidak mungkin seorang peneliti
susah-susah untuk melakukan penelitian, jika kemudian hasil penelitiannya itu
tidak bermanfaat sama sekali. Maka penting kiranya kita memahami terlebih
dahulu tujuan penelitian. Tujuan penelitian oleh statistikian dibagi dalam tiga
jenis tujuan penelitian. Yaitu antara lain kami jelaskan seperti di bawah ini:
a. Tujuan Penelitian Secara Umum
Tujuan penelitian secara umum adalah di bawah ini:
1) Untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan baru
2) Untuk membuktikan atau menguji kebenaran dari
pengetahuan yang sudah ada
3) Untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada
b. Tujuan Penelitian Secara Teoritis
Secara teoritis, tujuan penelitian merupakan usaha yang dilakukan
untuk mengetahui satu hal. Pengetahuan yang diperoleh dari jenis
penelitian seperti ini tidak dapat dimanfaatkan secara langsung atau
secara praktis. Sehingga nama lain dari penelitian seperti ini disebut
sebagai basic research.
c. Tujuan Penelitian Secara Praktis
Sedangkan secara praktis, tujuan penelitian ini ialah mencari serta
menemukan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan langsung di dalam
kehidupan. Penelitian jenis ini disebut juga dengan applied research.
Menurut para ahli, selain tujuan praktis diatas, masih ada beberapa
tujuan penelitian praktis lainnya yaitu antara lain di bawah ini:
a. Tujuan Eksploratif
Tujuan eksploratif artinya ialah kegiatan penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang belum ada
sebelumnya. Misalnya adalah penelitian yang pada akhirnya menemukan
teori baru bahwa ekstrak mangga dapat menurunkan kadar kolesterol.
14
Dimana sebelumnya belum pernah ada teori dari penelitian yang
menyatakan hal tersebut.
b. Tujuan Verifikatif
Tujuan verifikatif merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk menguji atau membuktikan kebenaran dari
pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Misalnya penelitian yang
membuktikan apakah benar mentimun dapat menurunkan tekanan darah
manusia. Dimana sebelumnya telah ada teori dari penelitian yang
menyatakan hal tersebut.
c. Tujuan Pengembangan
Yang terakhir adalah tujuan pengembangan, yang artinya adalah
kegiatan penelitian yang dilakukan dengan tujuan mengembangkan atau
menggali lebih dalam lagi dari pengetahuan atau penelitian yang sudah
ada sebelumnya. Misalnya tentang penelitian mentimun yang dapat
menurunkan tekanan darah tinggi. Teori tentang hal tersebut sudah ada.
Namun disini peneliti mengembangkan lagi penelitian yang bertujuan
untuk menilai seberapa besar atau efektifkah mentimun tersebut dapat
menurunkan tekanan darah manusia pada berbagai kelompok umur.

14. Peranan Penelitian


Penelitian memegang peranan yang penting dalam memberikan
fondasi terhadap tindakan dan keputusan dalam segala aspek
pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan diperlukan data yang
terpercaya. Data tersebut tidak akan diperoleh jika tidak dilakukan
penelitian, serta kenyataan-kenyataan tidak  pernah diuji terlebih dahulu
melalui penelitian.
Peranan penelitian dalam pengembangan ilmu dapat dibagi menjadi
2 yakni peranan secara langsung dan peranan secara tidak langsung.
a. Peranan Langsung
Menghasilkan berbagai aspek ilmu pengetahuan yang sangat penting
seperti pernyataan-pernyataan yang factual, penjelasan atas
berbagai fenomena dan teori-teori baru. Menguji teori untuk melihat
kemungkinan penerapannya secara luas. Memanfaatkan proses
ilmiah sacara formal yang memudahkan pengembangan ilmu.
b. Peranan Tidak Langsung
Melatih kemampuan berfikir deduktif dan induktif yang sangat
penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Melalui proses
penelitian, akan terbentuk sikap ilmiah yang sangat penting dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Melalui proses dan hasil
penelitian, komunikasi ilmiah anatara ilmuan dan ilmuan lainnya
terjalin ( termasuk komunikasi tidak langsung) melalui dibaca Ini
adalah kerangka standar minimal dalam proses penelitian.

15. Persyaratan Penelitian


Tanpa adanya penelitian, pengetahuan tidak akan bertambah maju.
Padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi
penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, harus
diadakan agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia.
Adapun langkah-langkah pada pembalajaran aksperimental pada
dasarnya adalah sama seperti metode penelitian yang lain. Ada tiga hal
penting mencakup Persyaratan Penelitian Ilmiah dalam kegiatan
penelitian, yaitu: sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah.
a. Sistematis
Sistematis memiliki arti bersistem, teratur menurut sistem, menurut
cara yang teratur. Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis
sebagai suatu proses yang sistematik. Mcmillan dan schumacher
dalam wiersma mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses
sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi (data) untuk
15
berbagai tujuan. Sementara Kerlinger mendefinisikan penelitian
ilmiah sebagai penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris, dan
kritis tentang fenomena sosial yang dibimbing oleh teori dan
hipotesis tentang dugaan yang berhubungan dengan fenomena
tersebut.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto sistematis artinya
dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang peling sederhana
sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dan menurut Sugiyono sistematis yaitu proses yang digunakan
dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa suatu karya ilmiah itu harus dikerjakan
secara sistematis yaitu dilakukan secara teratur berdasarkan pada
urutan kaidah yang berlaku atau pola tertentu, misalnya diawali
dengan pendahuluan dan diakhiri dengan penutupan atau
kesimpulan, sehingga tercapailah tujuan secara efektif dan efisien.
Dengan cara demikian pembaca akan bisa mengikutinya dengan
mudah alur uraiannya. Inilah syarat pertama dalam Persyaratan
Penelitian Ilmiah.
b. Berencana
Berencana artinya dilaksanakan dengan adanya unsur dipikirkan
langkah-langkah pelaksanaannya. Di beberapa penelitian terkadang
dibutuhkan beberapa pertanyaan yang butuh untuk dicari
pemecahan masalahnya. Persyaratan Penelitian Ilmiah ini,
berencana maksudnya adalah harus sudah memikirkan langkah-
langkah pelaksanaanya dan apa saja permasalahan-permasalahan
yang akan ditemui dan cara pemecahannya. Hendaknya memiliki
rencana jadwal yang akan dilakukan dalam penelitian secara
berencana, seperti: jadwal pengumpulan data, analisis data hingga
penyajian untuk laporan.
c. Mengikuti konsep ilmiah
Persyaratan Penelitian Ilmiah yang terakhir adalah mengikuti
konsep ilmiah yaitu mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian
mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang
digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Apabila
diterapkan dalam kegiatan penelitian maka urutan-urutannya
adalah sebagai berikut:
1) Penelitian dihadapkan pada suatu kebutuhan atau tantangan.
2) Merumuskan masalah, sehingga masalah tersebut menjadi
jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk
pemecahan masalah.
3) Menetapkan hipotesis sebagai titik tolak mengadakan tindakan
menentukan alternatif pemecahan yang disiplin.
4) Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis.
5) Mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data
dan dikembalikan kepada hipotesis yang sudah dirumuskan.
6) Menentukan kemungkinan untuk mengadakan generalisasi
dari kesimpulan tersebut serta implikasinya di masa yang
akan datang.
Pendapat lain mengatakan, suatu penelitian dikatakan baik
dan ilmiah,apabila :
1) Mempunyai tujuan yang jelas
2) Dilakukan dengan hati-hati, cermat dan teliti
3) Dapat diuji dan dikaji
4) Dapat diulang oleh orang lain atau peneliti lain
5) Jika dihubungkan dengan populasi atau sampel, maka
penelitian itu memiliki ketepatan dan keyakinan.
6) Bersifat obyektif, artinya data yang digunakan adalah berupa
fakta/kenyataan yang sebenarnya.
16
7) Berlaku bagi umum.
8) Bersifat hemat, artinya tidak berlebihan baik yang ditulis
maupun yang dilakukan.
9) Data atau ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi
kata atau ungkapan yang memiliki arti sama.
10) Tertadapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian
dengan bagian lainnya
d. Urgensi Persyaratan Penelitian Ilmiah
Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari
berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan
penelitian setiapa orang memiliki motivasi yang berbeda,
diantaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing.
Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah
sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan
manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatau.
Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan
merupakan kebututhan dasar manusia yang umumnya menjadi
motivasi untuk melakukan penelitian.
Secara umum urgensi Persyaratan Penelitian Ilmiah ialah
untuk menemukan pengetahuan baru, mengembangkan
pengetahhuan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode
penelitian merupakan suatu jalan yang harus ditempuh oleh peneliti
agar mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas dan relevan.

16. Konsep Penelitian


Sebuah penelitian adalah suatu usaha yang dilakukan secara
sistematis, kritis, tekun untuk menemukan, mengetahui,
mengintepretasikan, dan merevisi fakta-fakta yang ada. Terdapat
beberapa kata yang mendukung pengertian dari penelitian yakni
sistematis, kritis, dan tekun. Jika dari tiga syarat ini tidak terpenuhi.
Pertanyaan besarnya apakah upaya tersebut masih bisa disebut dengan
penelitian. Banyak yang berasumsi dan jawaban dengan analogi tersebut.
Mungkin juga disebut dengan penelitian namun kualitasnya yang
dipertanyakan.
Penelitian yang unik muncul tidak secara tiba-tiba. Keunikan
sebuah penelitian akan tumbuh ketika hal yang dibahas secara fokus
dalam penelitian juga dinilai unik. Penelitian yang menarik berasal dari
gagasan, ide, dan pesan yang disampaikan dalam penelitian tersebut.
Dengan kata lain akar dari penelitian adalah tergantung pada konsep yang
diusung. Semakin menantang dan menarik konsep dalam penelitian, maka
akan semakin tertantang pembaca serta peneliti lainnya dalam
mengkritisi.
Setelah menentukan beberapa masalah-masalah yang diangkat
dalam penelitian, tampaknya peneliti juga harus berfikir rangkap. Yakni
melanjutkan dengan memilih konsep yang tepat dan menarik dalam
penelitian tersebut. Konsep juga merupakan salah satu ujung tombak
yang fundamental dalam suatu penelitian.
Konsep yang ada di sekitar kehidupan penelitian itu akan muncul
ketika peneliti mengetahui dunia empiris. Pengalaman empiris ini datang
ketika peneliti sadar akan kondisi yang terjadi di masyarakat dan hal yang
akan terjadi pada masyarakat. Walaupun hanya sekedar asumsi awal
namun bisa dibuktikan melalui pembuktian dengan penelitian yang
mendalam dan kritis akan konsep yang diusung dalam sebuah penelitian.
Konsep awal dari penelitian adalah penentuan arah tujuan
penelitian sampai tahap penyelesaian. Sehingga mulai dari awal pemilihan
konsep harus jelas dan tidak melebar kearah yang bias. Dalam konsep
segala ide harus tersampaikan dan segala gagasan penelitian terungkap.
Konsep dalam penelitian harus bersifat jelas dan terfokuskan agar tidak
rancau dengan kajian keilmuan lainnya. Jadi, seorang peneliti harus
17
benar menguasai konsep dalam penelitiannya dan menjadikanya sebagai
pedoman dalam melakukan penelitian.
Pada setiap penelitian yang akan dilakukan pasti berangkat dari
masalah. Masalah yang muncul bisa terlihat sangat menarik dan unik.
Daya ketertarikan dan keunikan itu sendiri terlihat berdasarkan kreatifitas
seorang peneliti. Dari mulai daya analisis dan penyajian data yang
ditampilkan. Tampilan data yang unik dan bisa menarik peminat pembaca
bisa jadi akan menghasilkan satu karya yang sangat dihargai oleh semua
aktivis akademisi.
Dari ulasan masalah penelitian diatas, daya kualitas penelitian juga
dapat digambarkan dari konsep yang dibawakan. Sesuai dengan masalah
yang telah dirumuskan, maka tahapan selanjutnya yakni menentukan
konsep. Konsep yang disajikan tergantung pada masalah yang didalami
secara kritis. Jika masalah penelitian semakin unik, maka konsep yang
diulas akan terasa unik untuk dibahas. Konsep bisa lahir berdasarkan
kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian.
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu
yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts"
menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep
merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran. Melalui dengan konsep
seorang manusia akan memahami sesuatu yang akan dipikirkannya.
Secara sederhana konsep ini adalah media yang membantu manusia
untuk berpikir. Sesuatu yang ingin dipahami, dimengerti, diukur, dan
dikritisi secara mendalam oleh pikiran manusia.
Konsep itu sendiri adalah gambaran abstrak tentang kejadian,
keadaan, dalam suatu kelompok atau individu. Gambaran abstrak yang
menjadi kata penjelas dari suatu istilah konsep dimaksudkan untuk
memperjelas sesuatu yang terjadi. Menurut Soedjadi, konsep adalah ide
abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau
rangkaian kata. Ide / gagasan Hasil abstraksi dari realitas empirik, yang
ada di alam mental / pikiran. Realitas empirik bermakna segala sesuatu
yang didasarkan pada kenyataan dan fakta. Gagasan akan menyebabkan
munculnya suatu konsep sebagai dasar suatu pikiran manusia.
Konsep menggambarkan suatu himpunan gejala tertentu yang
dikelompokkan/ dikategorikan kedalam suatu kesatuan karena kesamaan
ciri tertentu. Mudahnya konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal
atau benda-benda ataupun gejala-gejala sosial yang dinyatakan dalam
istilah atau kata.
Beberapa ahli juga menyatakan tentang definisi konsep.
Singarimbun (2006) mengemukakan bahwa konsep adalah istilah dan
definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial. Suatu kejadian, kondisi, baik kelompok maupun individu bisa
diungkapkan serta dijelaskan oleh seseorang kepada orang lain melalui
satu istilah yang dinamakan konsep. Melalui konsep seseorang akan
memahami sebenarnya hal apakah yang disampaikan oleh penyampai
pesan. Sedangkan, penerima pesan juga akan menangkap konten pesan
tersebut. Isi / konten dari pesan inilah yang dinamakan konsep.
Woodruff mendefinisikan konsep sebagai a) suatu gagasan/ ide yang
relatif sempurna dan bermakna, b) suatu pengertian terhadap objek; c)
produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian
terhadap objek atau benda melalui pengalamannya (setelah melakukan
persepsi terhadap objek/benda). Gagasan yang relatif sempurna bermakna
adalah ide tersebut penuh dengan suatu arti yang memang penting untuk
dibahas secara dalam. Konsep sebagai pengertian terhadap objek juga
bermakna jika objek tersebut memiliki definisi yang bisa diuraikan secara
18
runtut. Produk subjektif dari peneliti yang memaknai konsep sebagai hasil
pemikiran yang berasal dari pengalaman kehidupannya.
Menurut Davis & Cosenza (1993) konsep adalah sejumlah
pengertian atau karakteristik, yang dikaitkan dengan peristiwa objek,
kondisi, situasi, dan perilaku tertentu, dengan kata lain konsep adalah
pendapat abstrak yang digeneralisasi dari fakta tertentu. Sedangkan
menurut Rakhmat (1999) konsep merupakan abstraksi yang dibentuk
dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Konsep adalah abstraksi
yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Kerlinger,
1971: 28).
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dari generalisasi
“particulars” Berat (weight) adalah konsep karena berat merupakan
ekspresi sejumlah observasi dari segala sesuatu yang berkisar dari ringan
hingga berat. Energi, daya, berat jenis, tahanan listrik adalah konsep-
konsep yang biasa dipakai oleh peneliti fisika. Konsep-konsep tersebut
lebih abstrak dibanding ketinggian, berat dan panjang. Konsep yang
mudah dikenal dalam penelitian sosial adalah prestasi. Prestasi adalah
abstraksi yang dibentuk dari pengamatan perilaku tertentu dari seorang
semisal adalah siswa. Perilaku itu dikaitkan dengan pemahaman atau
kompetensi dalam mengerjakan tugas-tugas guru dalam pelajaran
Matematika, Bahasa, Fisika, dan lain-lain. Contoh lain dari konsep
misalnya kecerdasan, agretifitas, kejujuran, kepuasan, kerja, kesetiaan
(loyalitas), dan sebagainya. Konsep merupakan bahan baku ilmu
pengetahuan. Dari konsep dibentuk proposisi, dan proposisi itu
membentuk teori.
Konsep adalah istilah atau simbol yang menunjuk pada suatu
pengertian tertentu. Rambu-rambu lalu lintas adalah simbol, dan simbol
itu menunjuk pada suatu pengertian tertentu yang perlu dipahami dan
dipatuhi sebagai suatu peraturan. Sekolah adalah istilah dan istilah ini
mengingatkan kita pada sesuatu yang kongkret seperti gedung, guru,
murid, pelajaran, dan sebagainya. “Wawewo” juga sebuah istilah tetapi
istilah ini tidak mengandung makna, tidak menunjuk pada suatu
pengertian, karena itu bukan konsep. Jadi, secara singkat istilah yang
menunjukan kepada suatu keterangan, kejelasan, pengertian, dan
penyampaian pesan itulah yang dinamakan konsep. Dikarenakan disana
terdapat suatu pengertian yang akan disampaikan untuk melangsungkan
suatu komunikasi.
Konsep adalah sesuatu yang abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu
yang kongkret. Abstraksi suatu konsep itu bertingkat-tingkat, ada yang
abstraksinya sangat tinggi dan ada yang rendah. Misalnya, “minat” adalah
suatu konsep yang sukar dicarikan hal-hal kongkret sebagai penunjuknya,
tetapi “kursi” adalah kosep yang sangat mudah dihubungkan dengan hal
yang kongkret. Konsep-konsep yang dimiliki ilmu pengetahuan sangatlah
tinggi. Konsep seperti ini oleh Kerlinger disebut construct atau konsep
nominal.
Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik
tolak pada gejala-gejala pengamatan. Proses ini berjalan secara induktif,
dengan mengamati sejumlah gejala secara individual, kemudian
merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep bersifat abstrak
sedangkan gejala bersifat kongkret.
Dari segi definisi istilah memungkinkan jika sebuah konsep itu juga
dimaknai sebagai variabel. Konsep adalah segala macam hal yang dibahas,
didefinisikan, dan diukur dalam sebuah penelitian. Sedangkan, variabel
juga seperti halnya sebuah konsep. Variabel juga menjadi bahan dan
istilah yang harus dibahas, dimengerti, dan diukur dalam suatu
pengertian. Namun, bisa jadi definisi konsep ini sendiri sangatlah luas dan
banyak versi dalam mengintepretasikannya.
Macam – Macam Konsep. Dalam sebuah penelitian terdapat dua
macam konsep yang bisa digunakan untuk pedoman dasar, yaitu :
19
a. Konsep yang berhubungan dengan fakta
Konsep yang berhubungan dengan fakta adalah suatu konsep
yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit yang dapat dilihat
atau diraba. Sehingga dalam hal ini peluang kesalahan memahami
konsep sangat kecil. Misalnya konsep tentang meja, kursi, dan
sepedah. Konsep yang bersifat fakta ini pada umumnya berbentuk.
Bersifat padat yang terlihat oleh mata dan panca indera. Konsep
konkret merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan benda-
benda kongkrit yang dapat diinderakan oleh indera manusia.
Biasanya konsep ini bisa disentuh dan dirasakan oleh pancaindera
secara langung. Sehingga mudah dipahami.
Contoh : meja, kursi, komputer, motor, sendok.
Konsep fakta pada dasarnya mudah dipahami oleh manusia oleh
mata telanjang. Kecenderungan manusia juga memahami sesuai
dengan apa yang dilihat oleh segala sesuatu yang dilihat. Misalnya,
memahami kursi. Secara naluri manusia akan memahaminya jika
kursi adalah media atau alat untuk memudahkan manusia sebagai
tempat duduk. Secara logika manusia akan tahu sesuai apa yang
mereka lihat. Manusia akan ingat sesuai apa yang mereka dengar.
Konsep yang fakta akan mudah meresap dalam pemikiran manusia
sesuai apa yang mereka lihat dan dengar. Sehingga itulah yang
mereka ketahui dan mereka ingat.
Konsep “Rumah” adalah sebuah tempat bagi manusia yang
digunakan untuk berteduh, istirahat dan melakukan berbagai
aktivitas sosial bersama anggota keluarga. Pemahaman tentang
berteduh, istirahat, dan aktivitas ini adalah bentuk kemanfaatan
dari rumah itu sendiri. Secara bentuk, model, dan teksturnya rumah
adalah tempat tinggal yang sesuai untuk manusia. Dari segi
penglihatanpun rumah sudah bisa diduga sebagai tempat tinggal
manusia. Tidak ada dugaan lain tentang rumah.
b. Konsep yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak
Merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sesuatu
yang tidak dapat dilihat, diraba secara fisik tapi hal itu ada.
Misalnya hubungan kekeluargaan, EQ, sifat dan lain sebagainya.
Konsep abstrak tidak dapat diindera oleh panca indera, tapi hal itu
ada. Beberapa contoh dari konsep abstrak adalah masyarakat,
organisasi, asimilasi, kebahagiaan, pendidikan, sikap, IQ, EQ.
Sehat adalah konsep istilah ini mengungkap sejumlah
observasi tentang hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan
kerangka keragaman kondisi kesehatan seseorang. Untuk
mengetahui apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak sehat” maka
pengetahuan konsep “sehat” tersebut harus melalui konstruk atau
variabel-variabel misalnya: tekanan darah, denyut nadi, Hb darah,
dan sebagainya. Tekanan darah, denyut nadi, Hb darah dan
sebagainya ini variabel-variabel yang digunakan untuk
mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu “sehat” atau
“tidak sehat”.
Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur
sosial ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel
seperti tinggi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga itu.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti bekerja dari tahap konsepsional ketahap operasional.
Seperti, “Doa menimbulkan kesejahteraan pada orang yang
didoakannya”. Ini adalah hipotesis yang terdiri dari dua konsep,
“Doa” dan “Kesejahteraan”, disambungkan dengan kata
menunjukkan hubungan diantara dua konsep, yakni
“Menimbulkan”. Semua konsep tersebut bersifat abstrak. Dalam
20
tahap kedua, peneliti mengalihkan konsep abstrak itu menjadi
variabel yang dapat diamati.
Dari berbagai analogi dan contoh konsep diatas, peneliti itu
harus bisa menjadikan konsep sebagai variabel. Dimana konsep ini
harus bisa diteliti dan diamati oleh semua pihak. Walaupun pada
dasarnya konsep adalah hal yang tidak bisa diukur dan dianalisa
secara kemampuan inderawi manusia. Namun, dengan kekreatifan
peneliti dan keahlian seorang peneliti konsep ini akan menjadi
sajian serta renungan yang indah untuk ditelaah secara mendalam.
c. Ciri-ciri Konsep
1) Terbentuk dengan jalan abstraksi (proses menarik intisari dari
ide-ide, hal-hal, benda-benda, juga gejala sosial) dan
Generalisasi (menarik kesimpulan umum dari sebuah ide, hal,
benda, dan gejala sosial yang khusus).
2) Tidak dapat dinyatakan benar atau salah. Konsep tidak bisa
dinyatakan salah atau benar dikarenakan konsep adalah
himpunan dari ide, gagasan, hal-hal, juga gejala sosial yang
menjadi satu sistem.
3) Jelas tidaknya suatu konsep ditentukan oleh istilah yang
digunakan dan tingkat/derajat keabstrakannya.
4) Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk
atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel
adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau
bilangan dari konsep.
d. Fungsi Konsep
1) Fungsi kognitif yaitu mengorganisasi observasi dan menata
hasilnya (fungsi menata). Konsep adalah salah alat untuk
mengelola dan mengorganisir seluruh pikiran dalam
mendefinisikan segala macam. Dengan fungsi kognitif konsep
akan menjadi senjata yang bisa mengamati istilah, ide,
gagasan, pernyataan, dan asumsi yang ingin disampaikan.
2) Fungsi evaluatif yaitu mengevaluasi apa yang telah dipersepsi.
Melalui fungsi evaluatif ini sebagai seorang peneliti konsep
bisa menjadi bahan melihat kembali segala sesuatu yang
sudah diangkat dalam penelitian. Konsep juga melihat
kekurangan dan kelebihan dalam penelitian. Sejauh mana
kualitas penelitian yang diteliti.
3) Fungsi Operasional (pragmatis) yaitu mengendalikan dan
mengarahkan perilaku individu.
4) Fungsi Komunikasi artinya konsep harus memungkinkan
komunikasi. Fungsi komunikatif konsep dalam penelitian
harus sebisa mungkin menghubungkan antar aspek dalam
penelitian. Dalam konsep secara komunikatif akan menjadi
alat untuk merelevansikan setiap langkah dalam penelitian.
Sehingga konsep dengan fungsi komunikatifnya ini akan
menjadi pedoman penelitian semakin runtut dan detail secara
prosesnya. Selain itu, konsep juga akan menambah
kesinergisan dalam suatu penelitian. Konsep yang akan
menghubungkan antar aspek dalam penelitian.

17. Metode Penelitian


a. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah suatu proses yang dilakukan secara
sistematis guna mencari kebenaran terhadap suatu fenomena
ataupun sebuah fakta dalam kasus yang diinvestigasi. Dalam hal
ini, beberapa penelitian juga dilakukan untuk menghubungkan
adanya kenyataan empirik dengan teori yang sudah dikemukakan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, metode penelitian
yang digunakan pun beragam. Sebelum kita mengulas apa saja
21
macam macam metode penelitian, ada baiknya kita kupas secara
tuntas pengertian dari apa itu metode penelitian.
b. Pengertian Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah Rangkaian cara terstruktur atau
sistematis yang digunakan oleh para peneliti dengan tujuan
mendapatkan jawaban yang tepat atas apa yang menjadi pertanyaan
pada objek penelitian. Atau secara mudahnya arti metode penelitian
adalah upaya untuk mengetahui sesuatu dengan rangkaian
sistematis.
Dua metode penelitian yang paling banyak digunakan oleh
peneliti dalam menjalankan penelitiannya adalah metode penelitian
kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Kedua metode ini sering
digunakan karena keunggulan yang diberikan masing-masing.
Setiap penelitian yang dilakukan pasti membutuhkan metode
yang berbeda tergantung jenis penelitian yang dilakukan serta hasil
yang diharapkan. Ada dua metode penelitian yang bisa digunakan
dalam melakukan penelitian, yaitu metode penelitian kuantitatif dan
metode penelitian kualitatif. Kedua metode ini digunakan tergantung
hasil yang diinginkan dan juga jenis penelitian yang dilakukan.
Selain itu keduanya juga memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
c. Pengertian metode penelitian menurut para ahli yang pertama yaitu
menurut Nasir. Nasir menjelaskan bahwa metode penelitian ialah
cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan &
menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Pengertian
metode penelitian menurut para ahli yang kedua yaitu menurut
Winarno. Winarno menjelaskan bahwa metode penelitian adalah
suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan teknik yang teliti &
sistematik. Pengertian metode dari penelitian menurut para ahli
yang ketiga yaitu menurut Muhiddin Sirat. Muhiddin Sirat
menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan suatu langkah
memilih masalah & penentuan judul penelitian. Pengertian metode
dari penelitian menurut para ahli yang keempat yaitu menurut
Sugiyono. Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah
langkah ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan & kegunaan
tertentu.
Setelah kita memahami metode menurut para ahli di atas, saatnya
kita mempelajari lebih jauh metode dari penelitian agar kita dapat
menerapkannya dalam tugas akhir kuliah dan pekerjaan sehari-hari.
ebagai peneliti, ada beberapa hal yang harus dimengerti agar anda dapat
memahami metode penelitian, antara lain ontology, epistomology,
metodologi penelitian, metode dan teknik penelitian. Diantara komponen-
komponen tersebut, metode penelitian adalah komponen yang paling
tampak atau terlihat pada saat anda melakukan penelitian. Sedangkan
yang lainnya menjadi penguat agar anda sukses melakukan penelitian
yang baik.
Metodologi penelitian adalah bagaimana anda sebagai peneliti atau
anda sebagai bagian dari tim penelitian, mencoba untuk membuat
gambaran secara komprehensif bagaimanakah langkah menjawab
pertanyaan penelitian. Untuk lebih jelasnya tentang metodologi penelitian,
sudah kami bahas dalam artikel: Metodologi Penelitian. Penting bagi anda
untuk membaca artikel tersebut yang mana dalam artikel tersebut
menunjukkan bahwa metode penelitian adalah berbeda dengan metodologi
penelitian.
Setelah anda memahami semua yang kita bahas di atas, saatnya
anda masuk ketahap memahami metode penelitian. Seperti yang sudah di
bahas di paling awal, bahwa metode penelitian adalah tahapan untuk
mengumpulkan data kemudian melakukan investigasi terhadap data
tersebut.
22
Jika kita masuk dalam tahap ini, maka anda akan menjawab
beberapa pertanyaan: Bagaimana data akan dipilih?, Sumber data dari
mana?, Siapa yang akan mengambil data?, Kapan dan dimana?,
Kriterianya bagaimana?, Kalau sudah didapat datanya, selanjutnya
bagaimana tahapan mengolahnya agar bisa dimanfaatkan untuk
menjawab pertanyaan?, Menggunakan apa mengolahnya? Selanjutnya
bagaimana langkah analisisnya?, Menggunakan apa?, Bagaimanakah
mengambil keputusan terhadap hasil analisis tersebut?
Itulah jawaban yang harus anda cari dengan memahami tentang
metode penelitian dan teknik pengumpulan data, pengolahan data serta
analisis data hingga ilmu statistik. Tidak mudah memang, oleh karena itu
jangan terburu-buru atau tergesa-gesa.
Sebaiknya anda sebagai peneliti maupun mahasiswa yang sedang
dalam tahap pembuatan tugas akhir penelitian seperti skripsi, tesis
maupun disertasi, mempelajari semua pertanyaan di atas secara
berurutan dan secara hirarki. Anda haruslah banyak membaca, yang
mana salah satunya adalah membaca artikel kami: statistikian. Website
yang menyediakan tutorial, referensi, rujukan tulisan, serta diskusi
seputar penelitian dan ilmu statistik maupun metode-metode statistik
lainnya.

18. Metode Ilmiah


a. Sifat Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah:
1) Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan
berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan
yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi induktif,
probabilitas, kalkulus, dll. merupakan bentuk logika yang
menjadi landasan ilmu pengetahuan. Logika dalam ilmu
pengetahuan adalah definitif. Obyektif atau sesuai dengan
fakta. Fakta adalah informasi yang diperoleh dari
pengamatan atau penalaran fenomena.
2) Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap
yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau
pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti
bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka
yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
3) Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal.
Kedewasaan ilmu pengetahuan dicerminkan oleh adanya
keteraturan internal dalam teori, hukum, prinsip dan
metodenya. Konsistensi internal dapat berubah dengan
adanya penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini tidak
boleh menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu
pengetahuan.
4) Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut
persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat
diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan
universal.
5) Dirancang, Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan
sendirinya. Ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu
rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini
akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
6) Akumulatif, Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta,
teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit.
Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu akan
diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat
relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga
dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan
terbuka.
23
b. Membedakan cara memperoleh pengetahuan tidak ilmiah dengan
yang ilmiah
Dalam menulis karya ilmiah, tentu saja dibutuhkan informasi-
informasi yang berkaitan dengan hal yang diteliti. Informasi-
informasi tersebut juga harus merupakan pengetahuan ilmiah. Lalu,
bagaimana cara membedakan pengetahuan yang ilmiah dan yang
tidak ? Bagaimana pula cara kita memperolehnya ? Sebenarnya
pengetahuan dapat kita peroleh dari mana saja sebagai referensi
karya ilmiah, namun yang harus diperhatikan adalah apakah
informasi tersebut merupakan pengetahuan yang ilmiah atau tidak.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam pengetahuan yang
ilmiah pasti berdasarkan fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Pengetahuan ilmiah juga harus bebas dari prasangka atau harus
bersifat objektif. Itu berarti, pengetahuan yang tidak ilmiah
bukanlah berdasarkan fakta dan bersifat subjektif.

c. Keunggulan dan keterbatasan serta peranan metode ilmiah dalam


perkembangan ilmu pengetahuan
Metode ilmiah memang selalu digunakan dalam penulisan
karya ilmiah, namun metode ilmiah juga memiliki keunggulan dan
keterbatasan. Berikut ini, akan menjelaskan keunggulan,
keterbatasan, serta peranan metode ilmiah.
1) Keunggulan metode ilmiah :
a) Mencintai kebenaran obyektif, bersifat adil dan hidup
bahagia
b) Kebenaran tidak absolut karena kebenaran dicari secara
terus menerus.
c) Dengan ilmu pengetahuan kita tidak dapat dengan
mudah percaya pada takhayul, astrologi maupun
untung-untungan karena terjadi proses yang teratur di
alam.
d) Dengan ilmu pengetahuan kita memiliki rasa ingin tahu
yang lebih banyak
e) Dengan ilmu pengetahuan kita tidak mudah
berprasangka tetapi dapat berpikir secara terbuka,
obyektif, dan toleran
f) Dengan metode ilmiah kita tidak mudah percaya tanpa
bukti
g) Dengan metode ilmiah kita jadi memiliki sikap optimis,
teliti, berani membuat pernyataan yang benar menurut
ilmiah
2) Kelemahan Metode Ilmiah :
a) Metode ilmiah bersifat tentatif yaitu sebelum ada
kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan maka
kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan ilmiah
bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
b) Metode ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang
baik buruk sistem nilai dan juga tidak dapat
menjangkau tentang seni dan estetika
c) Metode ilmiah tidak mungkin bisa menjangkau objek
yang bersifat inmateri (gaib), dikarenakan tidak adanya
wujud, ukuran dan timbangan yang jelas.
d) Terlalu bergantung pada objek yang ada
e) Metode ilmiah akan berubah bila objek yang di amati
telah berubah. Sebagai contoh ilmuan mengatakan
bahwa suhu diatas puncak merapi adalah 35 derajat c,
namun apa yang di kemukakan oleh ilmuan akan
berubah seiring berubahnya cuaca dan suhu.
24
f) Kurang valid, karena tidak semua hasil dari metode atau
penelitian di suatu daerah akan bisa di terapkan untuk
daerah lain.
g) Membutuhkan waktu yang lama, karena penelitian
dilakukan secara berulang.
h) Membutuhkan biaya yang sangat mahal, karena setiap
penelitian memerlukan alat bantu berupa peralatan yang
menggunakan tehnologi canggih.
i) Dapat terhapus atau tidak di pakai bila terbukti
ditemukan kesalahan dan bila muncul teori lain yang
dianggap lebih berguna
j) Cenderung kaku dan tidak terpengaruh oleh rasio Dari
uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa setiap teori
selalu memiliki sisi positive dan negatif

d. Pengertian Metode Ilmiah


Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk mendapatkan
pengetahuan secara sistematis melalui bukti fisis. Pada ilmu fisika,
metode ilmiah memastikan didapatkannya suatu kesimpulan yang
didukung oleh bukti-bukti dan tersusun secara sistematis. Jika
tidak dilakukan metode ilmiah maka eksperimen-eksperimen yang
dilakukan akan meragukan dan tidak dapat ditetapkan hukum atau
rumus yang jelas akan terjadinya suatu fenomena fisis.

e. Unsur-unsur Metode Ilmiah:


1) Karakterisasi. Identifikasi sifat-sifat utama yang relevan milik
subjek yang diteliti dengan pengamatan dan pengukuran.
2) Hipotesis. Dugaan teoritis sementara yang menjelaskan hasil
pengukuran.
3) Prediksi. Deduksi logis dari hipotesis
4) Eksperimen. Pengujian atas hubungan karakterisasi dengan
prediksi dan hipotesis
5) Evaluasi dan pengulangan. Penilaian atas ketepatan hipotesis
dan prediksi berdasar hasil yang didapat saat eksperimen, dan
pengulangan pada tahap-tahap tertentu apabila tidak
didapatkan hasil yang sesuai.

f. Karakteristik Metode Ilmiah


1) Bersifat kritis dan analitis. Metode ilmiah berarti peneliti
dengan rinci melakukan observasi dan eksperimen untuk
mendapatkan hasil yang relevan dan akurat.
2) Bersifat logis. Metode ilmiah berarti langkah-langkah yang
dilakukan peneliti dapat dijelaskan dengan logis, bukan
berdasar firasat atau hal lain yang tidak dapat dijelaskan
dengan logika.
3) Bersifat obyektif. Hasil-hasil yang didapat harus merupakan
hasil yang objektif, artinya hasil itu tidak eksklusif hanya bisa
dilakukan oleh peneliti dan bukan merupakan hasil rekayasa.
4) Bersifat empiris. Hasil didapatkan dari kejadian nyata yang
benar-benar terjadi, bukan karangan atau berbasis hanya dari
opini peneliti sendiri atau orang lain.
5) Bersifat konseptual. Berfokus pada hal-hal yang berkaitan
dengan konsep-konsep suatu fenomena. Penelitian bukan
terbatas hanya pada fakta-fakta yang dapat dirasakan atau
dilihat secara nyata, tetapi juga penjelasan konsep bagaimana
fakta-fakta tersebut terjadi dan kaitan diantaranya.
25
19. Kriteria Metode Ilmiah
Kriteria Metode Ilmiah :
1) Berdasarkan fakta. Analisis dan pengambilan kesimpulan
yang dilakukan harus didasari pada fakta-fakta yang nyata
terjadi, bukan dari opini-opini peneliti saja.
2) Bebas dari prasangka. Saat melakukan eksperimen, peneliti
tidak boleh memiliki prasangka. Peneliti boleh memiliki
hipotesis, namun eksperimen harus dijalankan secara
objektif meskipun diperkirakan hasil tidak sesuai hipotesis.
3) Menggunakan prinsip-prinsip analisis. Penarikan kesimpulan
berdasar metode ilmiah harus menggunakan prinsip-prinsip
analisis. Hal ini mengartikan dibutuhkannya kejelasan
urutan berpikir dan kejadian dalam menjelaskan suatu
fenomena fisika. Komponen-komponen permasalahan dan
hubungan diantaranya harus diketahui dengan jelas dan
dapat dijelaskan secara runut.
4) Perumusan Masalah atau pembuatan hipotesis. Metode
ilmiah melibatkan suatu perumusan masalah yang diteliti
atau hipotesis penjelasan atas terjadinya suatu fenomena.
5) Menggunakan ukuran objektif. Hasil eksperimen harus
diukur dengan suatu ukuran yang objektif, bukan subjektif.
Hal ini ditujukan agar hasil eksperimen dipahami dengan
mudah oleh setiap orang, dan seminimal mungkin
dipengaruhi subjektivitas peneliti. Contoh ukuran objektif
adalah satuan-satuan internasional seperti meter untuk
mengukur panjang, dan kilogram untuk mengukur massa.
Contoh ukuran subjektif adalah ukuran yang relatif terhadap
benda yang tidak pasti ukurannya, seperti sejengkal, semata
kaki, dan lain-lain.
6) Menggunakan teknik kuantitatif, atau ditambahkan
kualitatif. Teknik kuantitatif dengan ukuran yang objektif
akan memberikan hasil yang dapat dimengerti secara
universal dan minim subjektivitas peneliti. Namun, dapat
juga digunakan teknik kualitatif apabila hasil yang
didapatkan sulit dideskripsikan dengan suatu ketentuan
kuantitatif. Contohnya, pertumbuhan tanaman dinyatakan
secara kuantitatif (misal: tumbuh 10 cm dalam 5 hari) dan
perkembangannya dinyatakan secara kualitatif (misal:
tumbuh bunga dalam 5 hari).

20. Langkah Metode Penelitian


Langkah-langkah Metode Ilmiah
1) Observasi Awal. Peneliti mengamati keadaan awal dari objek
penelitian. Pada kegiatan ini dilakukan karakterisasi objek dan
analisis terhadap sifat-sifatnya.
2) Identifikasi Masalah. Menemukan permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian.
3) Perumusan hipotesis. Membuat rumusan awal yang
menjelaskan permasalahan yang ingin diangkat. Hipotesis
bersifat sementara karena belum adanya hasil objektif dari
eksperimen, oleh karena itu hipotesis tidak bisa dijadikan
kesimpulan hasil penelitian ilmiah.
4) Eksperimen. Percobaan-percobaan yang dilakukan untuk
menganalisis permasalahan yang ingin diidentifikasi.
Eksperimen yang umum dilakukan adalah rekayasa
penciptaan ulang permasalahan, dengan kata lain peneliti
meniru proses terjadinya permasalahan yang diteliti. Pada
eksperimen variabel-variabel yang berpengaruh pada proses
fisis dikendalikan sebaik mungkin, sehingga peneliti benar-
26
benar mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh pada
hasil eksperimen tersebut.
5) Analisis Hasil. Peneliti melakukan analisis terhadap hasil
eksperimen. Analisis ini dikembangkan dari rumusan hipotesis
yang telah dibuat sebelumnya, terutama apakah hipotesis
yang dibuat dapat menjelaskan fenomena permasalahan yang
terjadi atau tidak. Jika terdapat hubungan yang jelas atau
kesesuaian antara hasil eksperimen dengan hipotesis, maka
hasil analisis dapat dijadikan sebagai dasar penarikan
kesimpulan. Jika tidak, maka dilakukan pengulangan
langkah-langkah sebelumnya. Pengulangan dapat dilakukan
dari tahapan perumusan hipotesis atau dari tahap
eksperimen.
6) Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan menjadi
penutup dari langkah-langkah penelitian dengan metode
ilmiah. Setelah hasil dianalisis dan dihubungkan dengan
hipotesis, peneliti dapat menarik kesimpulan yang
menjelaskan hubungan-hubungan tersebut dengan singkat.
Kesimpulan sejatinya dibuat dengan jelas dan padat,
menggambarkan inti dari eksperimen dan tidak keluar dari
eksperimen yang dilakukan.

21. Landasan Kebenaran


a. Latar Belakang Kebenaran
Perjalanan menuju pengetahuan yang sempurna dan
kebenaran yang tinggi cukup pelik dan berliku. Tetapi sedikit demi
sedikit dengan susah payah, manusia berhasil menyingkap tabir
yang gelap selama berabad-abad. Sejarah peradaban manusia
menunjukkan adanya usaha yang tidak mengenal lelah. Pendorong
ke arah itu adalah kodrat manusia yang sifatnya selalu ingin tahu.
Rasa ingin tahu ini kemudian disalurkan melalui penelitian agar
menghasilkan kebenaran yang sesungguhnya.
b. Syarat Kebenaran Ilmiah
1) Koherensi. Sesuatu dianggap benar jika pernyataan tersebut
koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar.
2) Korespondensi. Suatu pernyataan dianggap benar jika materi
pengetahuan yang dikandungnya berhubungan atau
mempunyai korespondensi dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut atau sesuai dengan faktanya.
3) Pragmatis. Pernyataan dianggap benar karena pernyataan
itu mempunyai sifat pragmatis atau fungsional dalam
kehidupan praktis, dapat dipraktiskan dan didayagunakan
bagi kehidupan manusia di dunia.
c. Jalan Mencari Kebenaran
1) Penemuan Kebenaran Secara Kebetulan. Penemuan kebenaran
secara kebetulan tidak lain adalah takdir. Walaupun tidak
ditemukan secara ilmiah, banyak penemuan ini yang telah
menggoncangkan dunia ilmu pengetahuan.
2) Penemuan Kebenaran Melalui Trial and Error (Coba dan Ralat).
Bekerja secara coba dan ralat adalah melakukan suatu
pekerjaan secara aktif dengan mengulang-ulang pekerjaan
tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan materi.
Pengulangan tersebut tanpa dituntun oleh suatu petunjuk
yang jelas sampai seseorang menemukan sesuatu.
3) Penemuan Kebenaran Melalui Spekulasi. Penemuan
kebenaran melalui spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari
pada penemuan secara coba dan ralat. Dalam spekulasi
seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun
27
kurang dipikirkan masak-masak tetapi dikerjakan dalam
suasana yang penuh resiko. Penemuan dengan cara ini
memerlukan pandangan yang tajam.
4) Penemuan Kebenaran Melalui Kewibawaan. Kebenaran ini
berasal dari pendapat orang-orang yang dianggap berwibawa,
yaitu kebenaran berdasarkan penghormatan pada pendapat
orang yang dianggap berwibawa. Sering orang tidak lagi
berusaha menggunakan kebenaran ini dan menerima
pendapat tersebut sebagai kebenaran.
5) Penemuan Kebenaran Melalui Berpikir Kritis. Dengan
kemampuannya berpikir, manusia dapat merangkum
pengalaman dan fenomena dalam suatu rumusan untuk
mencapai kebenaran. Kemampuan berpikir dan pengalaman
tidak lain adalah berpikir logis. Berpikir logis bukanlah
sepenuhnya merupakan cara-cara yang ilmiah karena logika
dan pengalaman manusia yang digunakan untuk menemukan
kebenaran tidak dalam konsep yang sama sehingga tanpa
guna. Hasil yang memuaskan tergantung dari dua hal, yaitu
kemampuan berpikir dan jenis pengalaman. Dan dari sinilah
bermula metode penelitian karena manusia mencari jalan
sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan.
6) Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah. Cara mencari
kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode
penelitian. Metode penelitian adalah penyaluran hasrat ingin
tahu manusia dalam taraf keilmuan.Penyaluran sampai
setaraf ini disertai oleh gejala yang tampak dapat dicari
penjelasannya secara ilmiah.
Metode ilmiah hanya akan menarik dan membenarkan suatu
kesimpulan apabila telah dibentengi oleh bukti-bukti yang
meyakinkan, yang dikumpulkan melalui prosedur yang sistematis,
jelas, dan terkontrol. Landasan sekaligus tujuan kegiatan ini ialah
teori, di mana teori itu sendiri adalah serangkaian penelitian yang
menjadi satu kebulatan sistematis yang diperlukan dalam
memahami dan meramalkan fenomena yang menjadi persoalan.

22. Pengetahuan Manusia


Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki
manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia bertanya untuk
mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat sudah
pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun
prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya
pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang
selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: (1) logika yang dapat
membedakan antara benar dan salah; (2) etika yang dapat membedakan
antara baik dan buruk; serta (3) estetika yang dapat membedakan antara
indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar
dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah
pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah
bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan
ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran
yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu
pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan
pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui
pendekatan logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi menyatakan
bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut
didasarkan atas fakta atau realita. Koherensi dalam pengetahuan
diperoleh melalui pendekatan empirik atau bertolak dari fakta. Dengan
28
demikian, kebenaran ilmu harus dapat dideskripsikan secara rasional dan
dibuktikan secara empirik.
Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh
telah melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk
mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh
cara berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris
berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah
melalui penelitian. Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran
harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode
ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya
pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode
ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation)
dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa
apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka
pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya
secara empirik (berdasarkan fakta). Dengan adanya makalh ini
diharapkan, pembaca dapat lebih memahami secara detail tentang
penelitian yang berkaitan dengan skripsi dan sebagainyaa. Proses
Berpikir. Ilmu lahir karena adanya rasa ingin tahu, hal ini dapat
menjurus pada keingintahuan ilmiah.
a. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus-menerus maka
ilmu akan terus berkembang dan membantu kemampuan
berpersepsi serta kemampuan berpikir logis. Dengan adanya
kesamaan antara konsep ilmu dan proses berpikir maka manusia
dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
b. Berpikir secara nalar mempunyai dua kriteria, yaitu berpikir logis
dan berpikir analitis.
1) Berpikir Logis
Berpikir ini mempunyai pengertian ganda, artinya suatu
kebenaran dapat diterima oleh satu pihak, tetapi dapat saja
ditolak oleh pihak lain. Kecenderungan yang dapat menjurus
kepada kekacauan bernalar ini disebabkan oleh perbedaan
persepsi dari masing-masing pihak.
2) Berpikir Analitis
Berpikir ilmiah berarti melakukan kegiatan analitis dalam
menggunakan logika secara ilmiah. Dengan demikian, berpikir
tidak lepas dengan daya nalar imajinasi seseorang dalam
merangkaikan rambu-rambu pikirannya ke dalam pola
tertentu, yang dapat memunculkan kejeniusan seseorang.
Pada hakikatnya berpikir ilmiah merupakan gabungan antara
berpikir deduktif dan induktif, masing-masing berkaitan
secara rasional (rasio sebagai sumber kebenaran) dan empiris
(fakta sebagai sumber kebenaran).
29
BAB III
PROSES PENELITIAN

23. Umum. Sesuai dengan ciri-ciri dari penelitian yaitu analitis, bahwa
penelitian yang dilakukan harus dapat dibuktikan dan diuraikan dengan
menggunakan metode ilmiah dan harus ada sebab akibat antara variabel-
variabelnya. Untuk melaksanakan penelitian diperlukan beberapa tahap
yang harus dilakukan. Terdapat tiga garis besar tahap-tahap penelitian,
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan penelitian dan tahap pelaporan
penelitian. Kegiatan penelitian merupakan suatu proses yangg digunakan
untuk memperoleh atau mendapatkan suatu pengetahuan atau
memecahkan permasalahan yang di hadapi yang dilakukan secara
sistematis, dan logis. Tahap-tahap penelitian ini pada umumnya dilakukan
untuk semua jenis penelitian apapun, karena secara garis besar tahapan-
tahapan ini memiliki kesamaan unsur, walaupun terdapat beberapa
perbedaan seperti terjadi pemodofikasian dalam pelaksanaannya oleh
peneliti sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi tanpa
mengabaikan prinsip-prinsip umum yang digunakan dalam proses
penelitian.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang tahapan-tahapan dalam
penelitian.
a. Tahap Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus
melaksanakan beberapa persiapan yang terdiri dari, berikut ini :
1) Tema/Topik Penelitian
Untuk memilih tema atau topik penelitian, seorang peneliti
haus memiliki kepekaan terhadap kehidupan yang dihadapi.
Seorang peneliti dapat memilih tema dari berbagai sumber
seperti:
a) Fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan
b) Kajian kepustakaan
c) Informasi yang diberikan oleh pihak lain.
2) Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini , seorang peneliti harus terlebih dahulu
mencari apa masalah yang akan di teliti
3) Merumuskan masalah
Dalam tahapan ini, peneliti membuat rumusan masalah dari
penemuan masalah yang ada berdasarkan masalah-masalah
yang akan diteliti.
4) Mengadakan studi pendahuluan
Tahapan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dengan begitu
maka akan diketahui keadaan atau kedudukan masalah yang
akan diteliti. Hasil yang didapat dari studi pendahuluan
berguna untuk menyusun kerangka teoritis tentang
pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis yang akan di uji
kebenarannya melalui pelaksanaan penelitian lapangan. Studi
pendahuluan dapat dilakukan dengan melakukan studi
dokumenter, kepustakaan dan studi lapangan.
5) Merumuskan hipotesis
Hipotesa merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan
kebenarannya dari masalah yang sedang di teliti.
6) Menentukan sampel penelitian
Dalam tahapan ini merupakan untuk menentukan obyek yang
akan diteliti. Keseluruhan obyek yang diteliti disebut sebagai
populasi penelitian.
7) Menyusun rencana penelitian
Tahap ini merupakan pedoman selama melaksanakan
penelitian sebagai suatu pola perencanaan harus dapat
30
mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
pelaksanaan penelitian yang memuat hal-hal berikut :
a) Masalah yang diteliti dan alasan mengapa melakukan
penelitian
b) Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan
c) Tujuan dilakukannya penelitian
d) Manfaat atau kegunaan penelitian
e) Dimana dilakukannya penelitian
f) Jangka waktu pelaksanaan penelitian
g) Organisasi kegiatan dan pembiayaan
h) Hipotesis yang di ajukan
i) Teknik pengumpulan dan pengolahan data
j) Sistematis laporan yang di rencanakan
k) Merumuskan alat penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan tahap persiapan, seorang peneliti
selanjutnya melakukan tahap pelaksanaan kegiatan penelitian yang
meliputi, pengumpulan data dan menganalisis data.
1) Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data didasarkan pada pedoman
yang sudah dipersiapkan dalam rancangan penelitian. Data
yang dikumpulkan melalui kegiatan penelitian dan dijadikan
sebagai dasar untuk menguji hipotesis yang diajukan.
2) Analisis Data
Tahapan ini dilakukan setelah data terkumpul semua
kemudian dilakukan analisis dan hipotesis yang diajukan dan
diuji kebenarannya melalui analisis tersebut.
c. Tahap penulisan Laporan
Penulisan pelaporan merupakan tahap akhir dari rangkaian
proses penelitian. Tahapan ini yaitu membuat laporan mengenai
hasil penelitian secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat
agar peneliti dapat mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada
para pembaca atau penyandang dana.

24. Rumusan Masalah


Rumusan masalah memang cukup krusial dalam sebuah penelitian
ataupun makalah. Namun sebelum beranjak kepada contoh rumusan
masalah, maka akan lebih baik kalau diketahui tentang rumusan
masalah, pengertian rumusan masalah sehingga di masa mendatang tidak
lagi kerepotan dalam membuat rumusan masalah sehingga tidak terpaku
pada pencarian contoh rumusan masalah.
a. Pengertian Rumusan Masalah.
Rumusan masalah dalam sebuah proposal penelitian adalah hal
paling mendasar. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa
bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah,
kemudian akan dijawab dalam proses penelitian dan tertuang secara
sistematis dalam laporan penelitian. Semua bahasan dalam laporan
penelitian, termasuk juga semua bahasan mengenai kerangka teori
dan metodologi yang digunakan, semuanya mengacu pada
perumusan masalah. Oleh karena itu, ia menjadi titik sentral.
Disinilah fokus utama yang akan menentukan arah penelitian
(Yenrizal, 2012).
Ada beberapa para ahli mendefinisikan tentang rumusan masalah,
diantaranya:
Menurut Pariata Westra (1981 : 263 ) bahwa “Suatu masalah
yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau
percobaannya yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga
31
berhasil.” Menurut Sutrisno Hadi ( 1973 : 3 ) “Masalah adalah
kejadian yang menimbulkan pertanyaan kenapa dan kenapa”.
Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data bentuk-
bentuk rumusan masalah penelitian ini berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasi (Sugiyono).
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu
merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah
penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian menurut
tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam
bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
1) Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan
variable atau lebih ( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam
penelitian ini penelitian tidak membuat pernamdingan variable
itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variable itu
dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk
selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
2) Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian
yang membandingkan keberadaan suatu variable atau lebih
pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu
yang berbeda.
3) Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variable atau lebih.
b. Rumusan Masalah dapat Berupa Pernyataan ataupun Pertanyaan
Merumuskan masalah penelitaian ini dapat dilakukan dalam bentuk
pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan
(research question).
c. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah
yaitu:
1) Dirumuskan secara jelas
2) Menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternaatif
tindakan yang akan dilakukan
3) Dapat diuji secara empiris
4) Menggandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan
keadaan yang diinginkan
5) Disusun dalam bahasa yang jelas dan singkat
6) Jelas cangkupannya
7) Memungkinkan untuk dijawab dengan mempergunakan
metode atau teknik tertentu.
d. Menurut, Rakim (2008) memberikan tambahan tentang:
1) Batasan dan Lahan Permasalahan
2) Spesifik hanya pada variabel yang diselidiki dalam bentuk
diskripsi operasional
3) Argumen yang logika mengapa pembatasan harus rasional
4) Rumusan alasan yang ditetapkan pada variabel yang
tepat dan sesuai dengan sejarah permasalahan
e. Bentuk Pertanyaan Peneletian yang Baik (Good Research Question)
1) Feasible : jawaban pertanyaan harus merujuk pada sumber
yang pasti/nyata, jelas dan efisien
2) Clarity : mengembangkan persepsi dan konsepsi yang sama
untuk semua pembaca
3) Significance : kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan dan
pemecahan masalah
32
4) Ethnic : tidak berhubungan dengan suku, moral,
kepercayaan , nilai-nilai dan agama
25. Metode Pengumpulan Data
Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses
peneliti dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam
proses pengumpulan data akan membuat proses analisis menjadi sulit.
Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan didapat pun akan menjadi
rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.
Masing-masing penelitian memiliki proses pengumpulan data yang
berbeda, tergantung dari jenis penelitian yang hendak dibuat oleh peneliti.
Pengumpulan data kualitatif pastinya akan berbeda dengan pengumpulan
data kuantitatif. Pengumpulan data statistik juga tidak bisa disamakan
dengan pengumpulan data analisis.
Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara
sembarangan. Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik
pengumpulan data yang harus diikuti. Tujuan dari langkah pengumpulan
data dan teknik pengumpulan data ini adalah demi mendapatkan data
yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian pun tidak akan
diragukan kebenarannya.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum
melakukan penelitian, seorang peneliti biasanya telah memiliki dugaan
berdasarkan teori yang ia gunakan, dugaan tersebut disebut dengan
hipotesis (Baca juga: Pengertian Hipotesis dan Langkah Perumusan
Hipotesis). Untuk membuktikan hipotesis secara empiris, seorang peneliti
membutuhkan pengumpulan data untuk diteliti secara lebih mendalam.
Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang
ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang
telah ditentukan sebelumnya. Data adalah sesuatu yang belum memiliki
arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan adanya suatu
pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara,
huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat
disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk
melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.
Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data
dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Menurut Cara Memperolehnya
Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian.
Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung
dari objek atau subjek penelitian.
1) Menurut Sumbernya
a) Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan
atau kegiatan dalam sebuah organisasi.
b) Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu
keadaan atau kegiatan di luar sebuah organisasi
2) Menurut Sifatnya
a) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti
b) Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka
3) Menurut Waktu Pengumpulannya
a) Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan
hanya pada suatu waktu tertentu
b) Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan
dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu
perkembangan atau kecenderungan keadaan/
peristiwa/ kegiatan.
b. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode
pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data. Meskipun
33
saling berhubungan, namun dua istilah ini memiliki arti yang
berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen
pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen
pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman
wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan
dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat
digunakan secara sendiri-sendiri, namun dapat pula digunakan
dengan menggabungkan dua metode atau lebih. Beberapa metode
pengumpulan data antara lain:
1) Wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab
langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring
perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula
dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon,
email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a) Wawancara Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui
dengan pasti informasi apa yang hendak digali dari
narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah
membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti
juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian
seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta
instrumen-instrumen lain.
b) Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas.
Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya
memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin
digali dari responden.
2) Observasi. Observasi adalah metode pengumpulan data yang
kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam
pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi.
Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk
penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga
tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak
terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi
menjadi dua kategori, yakni:
a) Participant Observation
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara
langsung dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi
yang diamati sebagai sumber data.
b) Non Participant Observation
Berlawanan dengan participant observation, non
participant observation merupakan observasi yang
penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan
atau proses yang sedang diamati.
3) Angket (kuesioner). Kuesioner merupakan metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode
34
pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu
apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat
dikategorikan dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk
menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk
dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan,
beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode
kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk
ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek
penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai
dengan kemauan mereka.
4) Studi Dokumen. Studi dokumen adalah metode pengumpulan data
yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi
dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai
macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi
dua, yakni:
a) Dokumen Primer. Dokumen primer adalah dokumen yang
ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa,
misalnya: autobiografi.
b) Dokumen Sekunder. Dokumen sekunder adalah dokumen
yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang lain,
misalnya: biografi.

26. Pengendalian Variabel Penelitian


Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, atau
mempuyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori, atau kondisi. Variabel
adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian. Kerlinger mengemukakan
berbagai contoh variabel dalam bidang sosiologi, psikologi, dan pendidikan
seperti jenis kelamin, penghasilan, kelas sosial, atau status sosial, jenis
pekerjaan, prestasi belajar, dan sebagainya.
a. Jenis Variabel
Variabel penelitian yang digunakan perlu definisi operasional yaitu
mendeskripsikan variabel penelitian sehingga bersifat spesifik yaitu
tidak berintepretasi ganda, terukur dan teramati.
b. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional berarti meletakkan suatu arti pada
suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan
yang perlu untuk mengukur variabel itu. Definisi variabel itu
disebut secara langsung dengan mengekspresikan cara
pengukuran variabel.
Cara membuat definisi operasional variabel perlakuan adalah
menjelaskan spesifikasi kegiatan peneliti dalam memanipulasi
suatu variabel. Biasanya pada definisi
operasional variabel dijelaskan kriteria manipulasi
terhadap variabel, prosedurnya, intensitas kegiatan yang hendak
dilakukan, dan cara mengukur efek dari manipulasi, metode, alat
ukur, dan kerangka teori.
Definisi operasional juga mengarahkan dan memberi batasan
bagi operasional suatu eksperimen. Definisi yang jelas akan
mempermudah jalannya penelitian, demikian sebaliknya.
35
Dalam eksperimen, variabel dibedakan menjadi 3 macam yaitu
variabel eksperimental, variabel terikat, dan variabel
noneksperimental:
1) Variabel Eksperimental. Ini disebut juga variabel bebas
(independent), variabel pengaruh,variabel perlakukan, atau
variabel kuasa.  Variabel eksperimen merupakan variabel yang
dimanipulasi, dan sengaja dilakukan. Kekhasan bentuk
direncanakan dan dilakukan peneliti. Manipulasi adalah
memberikan variasi variabel bebas yang berbeda pada
kelompok subjek yang berbeda. Peneliti yang melakukan
manipulasi memiliki kontrol langsung
terhadap variabel bebas. Tidak semua variabel bebas dapat
dimanipulasi oleh peneliti misalnya, variabel jenis kelamin
dan usia, variabel ini disebut organismic variabel. Variabel ini
tidak dapat dijadikan variabel eksperimental karena sudah
bersifat ex post facto (sudah terjadi sebelum penelitian )
Contoh:
Variabel yang dapat dimanipulasi misalnya, pemberian
pelatihan atau training pada individu/kelompok, pemberian
pengobatan atau terapi, pemberian stimulasi dll.
Dalam menetapkan variabel eksperimental, peneliti harus
mencar dukungan teoritis sehingga variabel eksperimen yang
hendakdiujikan diharapkan dapat memberi efek
pada variabel tergantung.  Tanpa dukungan teoritis yang telah
diuji epidensi empirisnya, penelitian kurang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pada umumnya
penelitian eksperimen dibatasi oleh waktu,prosedur, dan
berbagai kondisi.
2) Variabel Terikat
Variabel terikat disebut
pula variabel terpengaruh, variabel tak bebas, variabel efek,
dan variabel tergantung (dependent Variabel) Variabel terikat
akan berubah apabila ber hubungan dengan
variabel bebasnya. Variabel terikat adalah segala bentuk
respon subjek yang diukur sebagai
akibat dari variasi variabel bebas.
Dalam proses penelitian, variabel seringkali tidak dapat
diamati secara langsung, dan harus melalui
beberapa indicator yang Nampak. Satu variabel terikat dpat
lkan diukur dengan bermacam-macam cara yang berbeda
asalkan tetap merupakan representasi dari variabel terikat.
Misalnya meneliti tentang perilaku marah, dapat diukur
melalui intensitas seberapa besar subjek merasakan marah,
melalui reaksi fisiologis misal detak jantung, nafas dll.
c. Beberapa ketentuan dalam menetapkan variabel terikat adalah
sebagai berikut;
1) Perilaku yang hendak dipelajari adalah terukur
2) Perilaku yang dipelajari dapat berubah karena pemaparan (tidak
statis)
3) Variabel terikat bersifat reliable, memperoleh skor yang sama
jika variabel bebas diberikan dengan level subjek yang sama.
Berdasarkan kriteria tersebut, banyak perilaku manusia yang
dapat dipilih sebagai variabel terikat, misal; prestasi kerja, kinerja
karyawan, stress wanita hamil, kecemasan anak dll.
d. Menurut Robinson (1981), jenis variabel terikat dapat dibagi menjadi
3 yaitu;
1) Respon Fisiologis
Termasuk dalam hal ini adalah pengukuran terhadap aktivitas
organ tubuh, misal: tekanandarah, detak jantung, kecepatan
36
bernafas dll. Pengukuran variabel ini biasanya menggunakan
alat khusus.
2) Perilaku yang Nampak
Semua pengukuran variabel terikat melibatkan gerak motorik
yang dapat diamati. Misalnya: gerakan memukul, berteriak,
menabrak, mengambil, berlari, berkedip, mengernyitkan dahi
dll.
3) Laporan verbal
Variabel ini dapat diperoleh dari hasil wawancara kuesioner,
ataupun observasi. Jenis variabel terikat pada umumnya
digunakan untuk mengetahui opini, sikap, perasaan dsb.
Misalnya: penelitian tentang sikap responden terhadap
perilaku seks bebas.
e. Variabel Non eksperimental (Variabel Sekunder)
Variabel non eksperimental merupakan variabel luar yang akan
mempengaruhi penelitian.
Misalnya:
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh music klasik, tetapi
jugabanyak dipengaruhi olehfaktor lain misalnya motivasi anak,
emosi anak, suhu ruangan dll.
Variabel non eksperimental dapat berupa variabel bebas jenis statis,
yaitu variabel subjek yang tidak dapat dimanipulasi, misalnya jenis
kelamin, usia, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan.
Variabel non eksperimental bisa juga perilaku yang dapat diamati
misalnya temperature, kondisi lingkungan, atau kondisi sosial yang
merupakan kondisi ex post facto. Penentuan variabel-variabel
yang termasuk variabel non eksperimental pada suatu eksperimen
tergantung pada jenis perlakuan yang diberikan dan perilaku yang
diamati.
Suatu variabel disebut sebagai non eksperimental, jika memenuhi
syarat sebagai berikut;
1) Variabel dapat berpengaruh terhadap perilaku yang diamati
2) Berhubungan dengan pemaparan dan perlakuan yang sedang
diteliti atau diberikan dalam penelitian tersebut
3) Merupakan variabel perantara (intervening variabel) yang
menjadi jalur kausalitas antaraperlakukan dan perubahan
perilaku.
f. Adapun sumber variabel noneksperimental atau varabel sekunder
yang dapat menimbulkan invaliditas dapat diklasifikasikan dalam 4
macam yaitu;
1) Variabel Subjek. Variabel berasal dari atau berada dalam diri
subjek penelitian, misalnya; faktor genetic, pendidikan,
pengalaman, dan predisposisi kepribadian
2) Variabel Lingkungan. Keadaan lingkungan baik fisik, biologis
maupun psikososial yang mempengaruhi variabel terikat
selama penelitian berlangsung, misalnya cuaca, sinar,
kebisingan, kesibukan, dan suasana sosial.
3) Variabel Pengukuran. Keadaan instrument dan metodeyang
digunakan. Instrument yang cacat, tidak valid, dan reliable
merupakan sumber invaliditas alat ukur.
4) Variabel Peneliti. Faktor subjektifitasdan langkah-langkah
yang dilakukan peneliti sehingga menimbulkan bias, terutama
pada waktu pemilihan sampel.
g. Pengendalian Variabel
Variabel noneksperimental atau  variabel sekunder seperti
pembahasan diatas perlu dikendalikan melalui usaha-usaha yang
dilakukan peneliti untuk menghilangkan
pengaruh variabel sekunder tersebut.  Pengendalian bertujuan
mengatur situasi sehingga pengaruh variabel eksperimen dapat
37
diselidiki.  Dengan demikian, eksperimen yang dilakukan
memperoleh hasil yang menyakinkan bahwa efek yang ditimbulkan
pada variabel terikat benar-benar karena variabel bebas.
Sebagai contoh, jika suatu eksperimen bertujuan mengetahui
pengaruh tayangan televise terhadap perilaku
agresivitas, variabel sekunder yang turut mempengaruhi misalnya,
lemahnya perangkat hokum, lemahnya norma yang dianut,
pendidikan agama dll.
Dalam penelitian, tidak mungkin peneliti mengendalikan
semua variabel sekunder, oleh karena itu perlu
ditentukan variabel yang paling mempengaruhi.
h. Beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mengendalikan
variabel noneksperimental:
1) Mengeliminasi variabel ekstra. Yaitu upaya menghomogenkan
yang dianggap turut mempengaruhi variabel terikat, dengan
cara melakukan pembatasan terhadap subjek penelitian.
Individu yang dijadikan subjek penelitian harus memenuhi
persyaratan tertentu yang berkaitan dengan
kondisi variabel noneksperimental yang akan dikendalikan.
Misalnya, berdasarkan penelitian diketahui usia dapat
mempengaruhi variabel terikat, dan pengaruh tersebut tidak
dikehendaki, subjekyang dipilih dalam eksperiemen adalah
subjek yang usianya seragam.
Prinsip dalam melakukan eliminasi variabelsekunder adalah
melenyapkan akibat dari suatu variabel bebas yang mungkin
mempengaruhi variabel terikat, dengan cara memilih subjek
tertentu yang paling homogeny terhadap variabel terikat.
2) Randomisasi. Randomisasi adalah membagi kelompok
penelitian secara random (random assignment). Randomisasi
menjadi pilihan utama ketika cara
eliminasi variabel noneksperimental sulit diberikan
karena terlalu banyak yang harus dikontrol. Dengan
randomisasi secara teoritis nilai akan terbagi secara
berimbang.upakan satu-satunya cara untuk mengontrol
semua variabel non eksperiemental. Jika randomisasi telah
dilakukan, kelompok eksperiemen dipandang memiliki
kesamaan secara statistik.
Prinsip penggunaan randomisasi dalam mengendalikan
variabelekstra adalah mengontrol variabel noneksperimental
dengan cara memasukkan dalam desain sebagai atribut,
sehingga menghasilkan informasi tambahan tentang akibat
dari variabel tersebut terhadap varukkan dalam desain
sebagai atribut, sehingga menghasilkan informasi tambahan
tentang akibat dari variabel tersebut terhadap variabel terikat,
dan tentang interaksi yang mungkin terjadi
antara variabel itu dan variabel bebas lainnya.
3) Menjodohkan subjek (Matching)
Menjodohkan berarti menyamakan dan menyeimbangkan
kondisi subjek kelompok perlakuan dengan subjek kelompok
kontrol untuk beberapa variabel yang akan dikendalikan
pengaruhnya. Cara randomisasi ini kurang kuat dibanding
randomisasi terutama penelitian pada subjek manusia yang
sulit dilakuakn random murni.
Menjodokkan subjek berarti membagi suatu variabel menjadi
dua bagian atau lebih. Misalnya tingkat intelligensi subjek
tinggi dan rendah dikelompokkan dalam desain factorial,
kemudian diacak pada tingkatan. Desain ini bermanfaat
untuk mengendalikan variabel non eksperimental yang
berasal dari subjek penelitian. Kesulitan dalam menjodohkan
38
adalah subjek harus memiliki relasi yang nyata dan berarti
dengan variabel terikat.
Teknik menjidohkan dilakukan dengan mengurutkan nilai
atau skor dari suatu karakteristik sebagai variabel sekunder
atau setiap subjek, kemudian dibuatkan pasangan
berdasarkan urutan tersebut.
Pengendalian variabel noneksperimental dengan menjodohkan
ini menggunakan prinsip bahwa apabila suatu variabel yang
dijadikan dasar penjodohan mempunyai korelasi yang
signifikan dengan variabel terikat, penjodohan merupakan
wujud kontrol varians.
4) Kontrol Statistik
Teknik kontrol statistic tidak melibatkan sejumlah prosedur
tertentu, sebagaimana pada teknik kontrol yang lain. Dalam
teknik kontrol statistic ini, variabel sekunder mempengaruhi 
variabel  sekunder terlebih dahulu kemudian dikontrol scara
statistic dengan mengeluarkan pengaruh variabel sekunder
dengan perhitungan statistic. Rumus yang digunakan adalah
analisa kovarians. Syarat dilakukan kontrol
statistic, variabel sekunder berupa kontinum dan skor
atau nilaivariabel sekunder dari setiap subjek penelitian
diketahui.
5) Keterbatasan Pengendalian Variabel
Pengendalian terhadap variabel penelitian untuk
mengendalikan invaliditas penelitian. Akan tetapi,
bukan berarti bahwa semua variabel non eksperimental harus
dikendaliakan. Hal ini karena ada dua macam variabel non
eksperimental yaitu variabel kontrol dan tidak terkontrol. 
Variabel kontrol yaitu variabel luar yang dapat dikendalikan
pengaruhnya oleh peneliti, sedangkan tidak terkontrol tidak
dapat dikendalikan oleh peneliti.
Meskipun berupaya mengendalikan varabel non
eksperimental, peneliti memilki keterbatasan untuk
mengendalikan secara keseluruhan. Dalam eksperimen
mengenai perilaku selalu dimungkinkan adanya variabel luar
karena itu dalam eksperimen selalu ada standar error.

27. Tujuan Penelitian Ilmiah


Tujuan penelitian adalah mendapatkan suatu rumusan hasil dari
suatu penelitian melalui proses mencari, menemukan, mengembangkan,
serta menguji suatu pengetahuan.
Selain itu, penelitian digunakan untuk memecahkan atau
menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Suatu penelitian dapat
dikategorikan baik bila memenuhi unsur seperti spesifik, terbatas, bisa
diukur, dan bisa diperiksa dengan menunjukkan hasil penelitian.
Berikut ini beberapa tujuan penelitian yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam beberapa bidang
b. Untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada
c. Menguji kebenaran dari pengetahuan sudah ada
Untuk tujuan penelitian secara rinci terbagi menjadi 2 jenis. Untuk
penjelasan selengkapnya sebagai berikut:
a. Tujuan Penelitian Ilmiah
Secara ilmiah, penelitian merupakan usaha untuk mengetahui
sesuatu hal. Namun, pengetahuan yang didapat tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung. Nama lain dari kegiatan ini adalah
basic research atau juga pure research.
b. Tujuan Penelitian Praktis
Tujuan praktis dalam penelitian adalah hasil yang bisa
dimanfaatkan langsung dalam kehidupan. Penelitian ini disebut
39
juga dengan applied research, sebuah penelitian untuk menetapkan
nilai terhadap suatu barang.

Contohnya adalah dalam penentuan harga barang yang akan


dijual. Selain itu ada beberapa tujuan, yaitu:
c. Tujuan Eksplorati
Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam rangka menemukan
pengatahuan yang baru dan belum pernah ada.
d. Tujuan Verivikatif
Untuk menguji kebenaran yang didapatkan dari kegiatan penelitian
yang telah ada.
e. Tujuan Pengembangan (development)
Untuk mengembangkan dan menggali lebih dalam suatu konsep
yang sedang dikembangkan.

28. Lingkungan Studi


Aspek-aspek yang terkait dengan tujuan dan karakteristik masalah
penelitian, yaitu:
a. Tujuan Studi
Hasil penelitian secara lebih spesifik dapat dimaksudkan sebagai:
1) Studi eksplorasi/ studi penjajakan, dilakukan jika peneliti
memiliki keterbatasan informasi mengenai masalah penelitian
tertentu, karena penelitian sebelumnya yang meneliti masalah
tersebut relatif belum banyak dilakukan oleh peneliti yang
lain.
2) Studi deskriptif, merupakan penelitian terhadap fenomena/
populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek yang
berupa individu, organisasional, industri, atau perspektif yang
lain.
Studi ini membantu untuk menjelaskan karakteristik
subjek yang diteliti, mengkaji berbagai aspek dalam fenomena
tertentu, dan menawarklan ide masalah untuk pengujian atau
penelitian selanjutnya.
3) Pengujian hipotesis, bertujuan untuk menguji hipotesis,
umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena
dalam bentuk hubungan antar variabel.
b. Tipe Hubungan Antar Variabel
Tipe hubungan antar variabel dapat berupa:
1) Hubungan korelasional
Yaitu asosiasi antara variabel yang satu (variabel dependen)
dengan variabel yang lainnya (variabel independen) yang
bukan merupakan hubungan sebab-akibat.
2) Hubungan Sebab-Akibat
Yaitu hubungan yang menjelaskan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependennya.
c. Lingkungan (setting) Studi
Penelitian dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
1) Studi lapangan (Field Study)
Merupakan tipe penelitian yang menguji hubungan
korelasional antar variabel dengan kondisi lingkungan
penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan peneliti yang
minimal.
2) Eksperimen lapangan (Field Experiment)
Merupakan tipe penelitian eksperimen yang dilakukan pada
lingkungan penelitian yang alamiah/ bukan buatan. Peneliti
dalam penelitian ini melakukan manipulasi terhadap variabel
tertentu untuk mengetahui akibat yang ditimbulkannya.
3) Eksperimen laboratorium (Laboratory Experiment)
40
Merupakan tipe penelitian yang menguji hubungan sebab-
akibat pada lingkungan yang artifisial (buatan). Peneliti terlibat
dalam pembuatan setting yang artifisial dan melakukan
manipulasi terhadap variabel tertentu.
d. Unit Analisis
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis,
antara lain meliputi: individual, kelompok, organisasional,
perusahaan, industri atau negara. Data yang dikumpulkan secara
individual digunakan untuk menghitung unit analisis pada tingkat
agregasi yang lebih besar.
e. Horison Waktu
Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu
(satu titik waktu)/ dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa
periode waktu yang relatif lebih lama (lebih dari dua titik waktu),
tergantung pada karakterisrik masalah penelitian yang akan
dijawab.
1) Studi satu tahap (One Shot Study)

Yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus.


Contoh: penelitian untuk mengetahui preferensi konsumen
terhadap merk produk. Pengumpulan data menggunakan
metode survey. Setelah itu, peneliti tidak melakukan survey
lagi terhadap responden yang sama.
2) Studi Cross Sectional – Studi Time Series
Studi Cross Sectional yaitu studi untuk mengetahui hubungan
komparatif beberapa subjek yang diteliti. Umumnya
merupakan tipe studi satu tahap yang datanya berupa
beberapa subjek pada waktu tertentu.
Contoh: studi perbandingan mengenai tingkat leverage enam
perusahaan.
Studi Time Series lebih menekankan pada data penelitian
berupa data rentetan waktu.
Contoh: penelitian mengenai perkembangan penjualan suatu
perusahaan selama tahun 2005-2009.
3) Studi beberapa tahap atau Studi jangka panjang
(Longitudional Study). Yaitu studi yang memerlukan waktu
lebih lama dan usaha lebih banyak dibandingkan dengan tipe
studi satu tahap.
Contoh: peneliti ingin mengetahui dan menjelaskan
bagaimana peran akuntansi dalam membentuk budaya
tempat akuntansi dipraktikkan.
f. Pengukuran Construct
Construct merupakan abstraksi dari fenomena/ realitas yang untuk
keperluan penelitian harus dioperasionalisasikan dalam bentuk
variabel yang diukur dengan berbagai macam nilai.
1) Skala pengukuran
2) Skala nominal. Adalah skala pengukuran yang menyatakan
kategori, kelompok/ klasifikasi dari construct yang diukur
dalam bentuk variabel.
Contoh: jenis kelamin merupakan variabel yang terdiri
dari dua kategori saja: pria dan wanita.
3) Skala ordinal. Adalah skala pengukuran yang tidak hanya
menyatakan kategori, tapi juga menyatakan peringkat
construct yang diukur.

Contoh: peringkat pendidikan sekolah: SD, SMP, SMA,


dan universitas.
4) Skala interval. Adalah skala pengukuran yang menyatakan
kategori, peringkat dan jarak construct yang diukur.
41
Contoh: jumlah hari antara tanggal 1 sampai 4 adalah
sama dengan jumlah hari tanggal 21 sampai 24.
5) Skala rasio. Adalah skala pengukuran yang menunjukkan
kategori, peringkat, jarak, dan perbandingan construct yang
diukur.
Contoh: nilai uang sebebsar satu juta rupiah merupakan
kelipatan sepuluh kali dari nilai uang seratus ribu rupiah.
g. Metode Pengukuran Sikap
Metode yang digunakan dalam mengukur construct sikap,
yaitu:Skala sederhana, yang mengukur sikap dengan skala nominal.
Misal: setuju/ tidak setuju, ya/ tidak.
Skala kategori, yaitu metode pengukuran sikap yang berisi beberapa
alternatif kategori pendapat yang memungkinkan bagi responden
untuk memberikan alternatif lain.
1) Skala Likert, yaitu dengan menyatakan setuju / ketidak
setujuannya terhadap subjek, objek/ kejadian tertentu.
2) Skala perbedaan semantik, yaitu metode pengukuran sikap
dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang
menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang
ekstrem.
42
BAB IV
DESAIN PENELITIAN

29. Umum. Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara


sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah
serta aturan-aturan yang berlaku untuk dapat menghasilkan suatu
penelitian yang baik. Untuk dapat menghasilkan penelitian yang baik,
maka dibutuhkan desain penelitian untuk menunjang dan menberikan
hasil penelitian yang sistematik. Desain penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang
membantu penelitian dalam pengumpulan dan menganalisis data.
Adapun desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar
adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk
memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Definisi lain mengatakan bahwa desain (design) penelitian adalah rencana
atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar – ancar kegiatan
yang akan dilaksanakan
Dalam melakukan penelitian, terlebih lagi untuk penelitian
kuantitatif, salah satu langkah yang penting ialah membuat desain
penelitian. Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau
penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2003 : 81)
Hal senada juga dinyatakan oleh Sarwono. Menurut Sarwono (2006)
desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar
dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa desain yang
benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik
karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Desain Penelitian menurut Sukardi, membahas rancangan
penelitian berdasarkan definisi secara luas dan sempit. Secara luas,
desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini komponen
desain dapat mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak
ditemukannya ide sampai diperoleh hasil penelitian (Sukardi, 2004 : 183).
Sedang dalam arti sempit, rancangan penelitian adalah penggambaran
secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan
analisis data, sehingga dengan desain yang baik, peneliti maupun orang
lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana
keterkaitan antar variabel, bagaimana mengukurnya, dst. (Sukardi, 2004 :
184).
Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan
oleh desian penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang
dipergunakan dalam penelitian harus desain yang tepat. Suatu desain
penelitian dapat dikatakan berkualitas atau memiliki ketepatan jika
memenuhi dua syarat (Machfoedz, 2007: 101-102) ., yaitu : 1. dapat
dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif
analitik) dan 2. dapat mengendalikan atau mengontrol varians.
Dalam pemilihan desain penelitian terdapat terdapat beberapa
macam desain atau rancangan penelitian. Dalam memilih desain mana
yang paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan
jawaban-jawaban tersebut merupakan acuan dalam menentukan desain
penelitian. Burns dan Grovers (Nursalam, 2003: 80) telah mengidentifikasi
seperangkat pertanyaan berkenaan dengan pemilihan desain atau
rancangan penelitian. Seperangkat pertanyaan tersebut yaitu:
a. Pertama:
1) Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable
dan kelompok berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu
hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi tertentu?
43
2) Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
3) Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
4) Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?
5) Apakah sampel akan diseleksi secara random?
6) Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau
dibagi menjadi beberapa kelompok?
7) Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?
8) Berapa jumlah masing-masing kelompok?
9) Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara
random?
10) Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
11) Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau
cross time?
12) Apakah variable sudah diidentifikasi?
13) Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak
variable?
14) Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang
bervariasi?
15) Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu
variable atau kelompok?
16) Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau
multipel?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat
agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan penelitian.
b. Tipe-Tipe Desain Penelitian
Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu: Desain
Non-ekperimental dan Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang
membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak
terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada desain yang kedua
terdapat adanya manipulasi variabel bebas.
c. Tujuan Penggunaan Desain
1) Tujuan utama penggunaan desain.
Ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif; sedang desain kedua
bersifat eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat dari sisi
tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain
non-eksperimental menghasilkan tingkat pemahaman
persoalan yang dikaji pada tataran permukaan sedang desain
eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang
lebih mendalam.
2) Tujuan kedua desain utama.
Mempunyai sub-sub desain yang lebih khusus. Yang
termasuk dalam kategori pertama desain atau rancangan
penelitian deskriptif, rancangan penelitian korelasional,
sedang yang termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan
di lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium
(laboratory experiment).
d. Desain Penelitian Non-eksperimen
1) Desain Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk
mendiskripsikan atau menggambarakan fakta-fakta mengenai
populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam penelitian
deskriptif fakta-fakta hasil penelitian disajikan apa adanya.
Hasil penelitian deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan
dengan dilakukannya penelitian analitik. Desain atau
rancangan penelitian deskriptif dibedakan menjadi dua:
desain studi kasus dan desain penelitian survai (Nursalam,
2003: 83-84).
a) Desain penelitian studi kasus
44
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang
mencakup pengkajian satu unit penelitian secara
intensif, misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi (Nursalam, 2003 : 83).
Karakteristik studi kasus adalah subjek yang diteliti
sedikit tetapi aspek-aspek yang diteliti banyak.
b) Desain penelitian survei
Survei adalah suatu desain penelitian yang digunakan
untuk menyediakan informasi yang berhubungan
dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar
variable dalam suatu populasi (Nursalam, 2003 : 84).
Karakteristik dari penelitian survai adalah bahwa subjek
yang diteliti banyak atau sangat banyak sedangkan
aspek yang diteliti sangat terbatas.
2) Desain penelitian korelasional
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendetksi sejauh
mana variasi-variasi pada suatu factor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi (Suryabrata, 2000 : 24). Hubungan korelatif
mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel
diikuti oleh variasi variabel yang lain dan dengan demikian
dalam rancangan korelasional peneliti melibatkan paling tidak
dua variabel (Nursalam, 2003 : 84). Jika variabel yang diteliti
ada dua, maka masing-masing merupakan variabel bebas dan
variabel terikat. Bila variabel yang diteliti lebih dari dua, maka
dua atau lebih variabel sebagai variabel bebas atau prediktor
dan satu variabel sebagai variabel terikat atau kriterium.
d. Desain Penelitian Kausal-komparatif
Penelitian kausal-komparatif difokuskan untuk
membandingkan variable bebas dari beberapa kelompok subjek yang
mendapat pengaruh yang berbeda dari variabel bebas. Pengaruh
variabel bebas terhadap variable terikat terjadi bukan karena
perlakuan dari peneliti melainkan telah berlangsung sebelum
penelitian dilakukan.
Desain kausal-komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
desain kohort dan desain kasus kontrol (Nursalam, 2003 : 86).
1) Desain penelitian kohort
Pendekatan yang dipakai pada desain penelitian kohort adalah
pendekatan waktu secara longitudinal atau time period
approach. Sehingga penelitian ini disebut juga penelitian
prospektif.
2) Desain penelitian kasus kontrol
Desain penelitian kasus kontrol merupakan kebalikan dari
desain penelitian kohort, dimana peneliti melakukan
pengukuran pada variabel terikat terlebih dahulu. Sedangkan
variabel bebas dteliti secara retrospektif untuk menentukan
ada tidaknya pengaruh pada variabel terikat.
e. Desain Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan atau action research merupakan
penelitian yang bertujuan mengembangkan keterampilan-
keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja
atau dunia actual yang lain (Sumadi Suryabrata, 2000 : 35).
Penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri : 1) praktis dan
langsung relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja, 2)
menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk pemecahan
masalah dan perkembangan-perkembangan baru, 3) fleksibel dan
adaptatif, dan 4) memiliki kekurangan dalam hal ketertiban ilmiha
(Sumadi Suryabrata, 2000 : 35).
45
f. Desain Penelitian Eksperimen
1) Sistem notasi
Sebelum membicarakan desain dan eksperimental, sistem
notasi yang digunakan perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem
notasi tersebut adalah sebagai berikut (Sarwono, 2006) :
X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu
kelompok yang diuji terhadap suatu perlakuan ekspe-rimental
pada variabel bebas yang kemudian efek pada variable
tergantungnya akan diukur.
O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi
terhadap variable tergantung yang sedang diteliti pada
individu, kelompok atau obyek tertentu.
R : menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih
dan ditentukan secara random.
2) Jenis-jenis desain ekperimental
Ditinjau berdasarkan tingkat pengendalian variable, desain
penelitian eksperimental dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : a.
Desain penelitian pra-eksperimental, b. desain eksperimental
semu, dan c. desain eksperimental sungguhan (Nursalam,
2003: 87).
a) Desain penelitian pra-eksperimental
Desain penelitian pra-eksperimental ada tiga jenis yaitu
1) one-shot case study, 2) one-group pre-post tes design,
dn 3) static group design (Suryabrata, 2000 : 55;
Nursalam, 2003 : 87).
(1) One-shot case study
Prosedur desain penelitian one-shot case study
adalah sebagai berikut. Sekolompok subjek
dikenai perlakuan tertentu (sebagai variable
bebas) kemudian dilakukan pengukuran terhadap
variable bebas.
(2) One group pretest-posttes design
Prosedur desain penelitian ini adalah : a)
dilakukan pengukuran variable tergantung dari
satu kelompok subjek (pretest), b) subjek diberi
perlakuan untuk jangka waktu tertentu
(exposure), c) dilakukan pengukuran ke-2
(posttest) terhadap variable bebas, dan d) hasil
pengukuran prestest dibandingan dengan hasil
pengukuran posttes.
(3) Static Group Comparison
Desain ketiga adalah static group comparison yang
merupakan modifikasi dari desain b. Dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih
sebagai objek penelitian. Kelompok pertama
mendapatkan perlakuan sedang kelompok kedua
tidak mendapat perlakuan. Kelompok kedua ini
berfungsi sebagai kelompok pembanding /
pengontrol.
b) Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment)
Desain atau rancangan penelitian eksperimen semu
berupaya mengungkap hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok
ekperimen tetapi pemilihan kedua kelompok tersebut
tidak dilakukan secara acak (Nursalam, 2003 : 89).
Kedua kelompok tersebut ada secara alami.
c) Desain eksperimen sungguhan (true-experiment)
Desain ini memiliki karakteristik dilibatkannya
kelompok control dan kelompok eksperimen yang
46
ditentukan secara acak. Ada tiga jenis desain penelitian
yang termasuk desain eksperimental sungguhan , yaitu :
1) pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan control
yang diacak, 2) pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok
eksperimen dan kontrol yang diacak, dan 3) gabungan
desain pertama dan kedua (Nursalam, 2003 : 90-91).
(1) Pasca-tes dengan pemilihan kelompok secara
acak.
Pada rancangan ini kelompok eksperimen diberi
perlakuan sedangkan kelompok control tidak.
Pengukuran hanya diberikan satu kali yaitu
setelah perlakuan diberikan kepada kelompok
eksperimen.
(2) Pra dan pasca tes dengan pemilihan kelompok
secara acak
Dalam rancangan ini ada dua kelompok yang
dipilih secara acak. Kelompok pertama diberi
perlakuan (kel. Ekperimen) dan kelopok kedua
tidak diberi perlakuan (kel. Control). Observasi
atau pengkukuran dilakukan untuk kedua
kelompok baik sebelum maupun sesudah
pemberian perlakuan.
(3) Desain Solomon
Desain yang merupakan penggabungan dari
desain 1) dan desain 2) disebut desain Solomon
atau Randomized Solomon Four-Group Design. Ada
empat kelompok yang dilibatkan dalam penelitian
ini : dua kelompok kontrol dan dua kelompok
eksperimen. Pada satu pasangan kelompok
eskperimen dan kontrol diawali dengan pra-tes,
sedangkan pada pasangan yang lain tidak.
g. Jenis-jenis Design Penelitian
Pengelompokkan design penelitian yang menyeluruh belum
dapat dibuat dewasa ini, karena masing-masing ahli
mengelompokkan jenis design penelitian sesuai dengan kondisi
ilmuwan itu sendiri.
Ilmuwan McGrath (1970) mengelompokkan design penelitian
menjadi lima, yaitu :
1) Percobaan dengan control
2) Studi (belajar)
3) Survey (pengamatan)
4) Investigasi (meneliti)
5) Penelitian tindakan
Sedangkan menurut Barnes (1964), design penelitian dibagi
menjadi :
1) Studi “ Sebelum – Sesudah” dengan kelompok control
2) Studi “ Sesudah Saja” dengan kelompok control
3) Studi “ Sebelum – Sesudah” dengan satu kelompok
4) Studi “ Sesudah Saja” tanpa control
5) Percobaan ex post facto
Shah (1972) mencoba membagi design penelitian menjadi
enam kenis, yaitu :
1) Design untuk penelitian yang ada control
2) Design untuk studi deskriptif dan analitis
3) Design untuk studi lapangan
4) Design untuk studi dengan dimensi waktu
5) Design untuk studi evaluatif - nonevaluatif
6) Design dengan menggunakan data primer atau data sekunder
47
Design penelitian memiliki beragam jenis dilihat dari berbagai
perspektif, antara lain :
1) Desain penelitian dilihat dari perumusan masalahnya ;
a) Penelitian eksploratif
b) Penelitian uji hipotesis
2) Desain penelitian berdasarkan metode pengumpulan data ;
a) Penelitian pengamatan
b) Penelitian Survai
3) Desain penelitian dilihat dari pengendalian variabel-variabel
oleh peneliti ;
a) Penelitian eksperimental
b) Penelitian ex post facto
4) Desain penelitian menurut tujuannya ;
a) Penelitian deskriptif
b) Penelitian komparatif
c) Penelitian asosiatif
5) Desain penelitian menurut dimensi waktunya ;
a) Penelitian Time Series
b) Penelitian Cross Section
6) Desain Penelitian dilihat dari lingkungan studi dapat
dikelompokkan ;
a) Studi dan Eksperimen Lapangan
b) Ekspreimen Laboratorium
h. Design Dalam Merencanakan Penelitian
Dalam memecahkan masalah, design dimulai dengan
mengadakan penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang
sudah dikerjakan dan diketahui. Dari penyelidikan itu, akan
terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji dengan data
yang diperoleh untuk memcahkan suatu masalah. Dari sini pula
dapat dicari beberapa petunjuk tentang design yang akan dibuat
untuk penelitian yang akan dikembangkan.
i. Design Pelaksanaan Penelitian
Design pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat
percobaan atau pengamatan serta memilih pengukuran,-
pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-
alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding dan
editing, serta memproses data yang telah dikumpulkan.
Suchman (1967) telah membagi design dalam pelaksanaan
penelitian, yaitu :
1) Design sampel
2) Design alat (instrument)
3) Design administrasi
4) Design analisis

30. Korelasi Penelitian


a. Penertian Korelasi dalam Penelitian
Secara sederhana, korelasi dapat diartikan sebagai hubungan.
Namun ketika dikembangkan lebih jauh, korelasi tidak hanya dapat
dipahami sebatas pengertian tersebut. Korelasi merupakan salah
satu teknik analisis dalam statistik yang digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif. Hubungan
dua variabel tersebut dapat terjadi karena adanya hubungan sebab
akibat atau dapat pula terjadi karena kebetulan saja. Dua variabel
dikatakan berkolerasi apabila perubahan pada variabel yang satu
akan diikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur
dengan arah yang sama (korelasi positif) atau berlawanan (korelasi
negatif).
Dalam Matematika, korelasi merupakan ukuran dari seberapa
dekat dua variabel berubah dalam hubungan satu sama lain.
48
Sebagai contoh, kita bisa menggunakan tinggi badan dan usia siswa
SD sebagai variabel dalam korelasi positif. Semakin tua usia siswa
SD, maka tinggi badannya pun menjadi semakin tinggi. Hubungan
ini disebut korelasi positif karena kedua variabel mengalami
perubahan ke arah yang sama, yakni dengan meningkatnya usia,
maka tinggi badan pun ikut meningkat.
Sementara itu, kita bisa menggunakan nilai dan tingkat
ketidak hadiran siswa sebagai contoh dalam korelasi negatif.
Semakin tinggi tingkat ketidak hadiran siswa di kelas, maka nilai
yang diperolehnya cenderung semakin rendah. Hubungan ini
disebut korelasi negatif karena kedua variabel mengalami
perubahan ke arah yang berlawanan, yakni dengan meningkatnya
tingkat ketidak hadiran, maka nilai siswa justru menurun.
Kedua variabel yang dibandingkan satu sama lain dalam
korelasi dapat dibedakan menjadi variabel independen dan variabel
dependen. Sesuai dengan namanya, variabel independen adalah
variabel yang perubahannya cenderung di luar kendali manusia.
Sementara itu variabel dependen adalah variabel yang dapat
berubah sebagai akibat dari perubahan variabel indipenden.
Hubungan ini dapat dicontohkan dengan ilustrasi pertumbuhan
tanaman dengan variabel sinar matahari dan tinggi tanaman. Sinar
matahari merupakan variabel independen karena intensitas cahaya
yang dihasilkan oleh matahari tidak dapat diatur oleh manusia.
Sedangkan tinggi tanaman merupakan variabel dependen karena
perubahan tinggi tanaman dipengaruhi langsung oleh intensitas
cahaya matahari sebagai variabel indipenden.
b. Macam-Macam Korelasi
Korelasi sebagai sebuah analisis memiliki berbagai jenis
menurut tingkatannya. Beberapa tingkatan korelasi yang telah
dikenal selama ini antara lain adalah korelasi sederhana, korelasi
parsial, dan korelasi ganda. Berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing korelasi dan bagaimana cara menghitung hubungan
dari masing-masing korelasi tersebut.
1) Korelasi Sederhana
Korelasi Sederhana merupakan suatu teknik statistik yang
dipergunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara 2
variabel dan juga untuk dapat mengetahui bentuk hubungan
keduanya dengan hasil yang bersifat kuantitatif. Kekuatan
hubungan antara 2 variabel yang dimaksud adalah apakah
hubungan tersebut erat, lemah, ataupun tidak erat.
Sedangkan bentuk hubungannya adalah apakah bentuk
korelasinya linear positifataupun linear negatif.
Di antara sekian banyak teknik-teknik pengukuran
asosiasi, terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer
sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan
Korelasi Rank Spearman. Lalu apa perbedaan di antara
keduanya?
Korelasi Pearson Product Moment adalah korelasi yang
digunakan untuk data kontinu dan data diskrit. Korelasi
pearson cocok digunakan untuk statistik parametrik. Ketika
data berjumlah besar dan memiliki ukuran parameter seperti
mean dan standar deviasi populasi.

Korelasi Pearson menghitung korelasi dengan


menggunakan variasi data. Keragaman data tersebut dapat
menunjukkan korelasinya. Korelasi ini menghitung data apa
adanya, tidak membuat ranking atas data yang digunakan
seperti pada korelasi Rank Spearman. Ketika kita memiliki
data numerik seperti nilai tukar rupiah, data rasio keuangan,
49
tingkat pertumbuhan ekonomi, data berat badan dan contoh
data numerik lainnya, maka Korelasi Pearson Product Moment
cocok digunakan.
Sebaliknya, Koefisien Korelasi Rank Spearman
digunakan untuk data diskrit dan kontinu namun untuk
statistik nonparametrik. Koefisien korelasi Rank Spearman
lebih cocok untuk digunakan pada statistik nonparametrik.
Statistik nonparametrik adalah statistik yang digunakan
ketika data tidak memiliki informasi parameter, data tidak
berdistribusi normal atau data diukur dalam bentuk ranking.
Berbeda dengan Korelasi Pearson, korelasi ini tidak
memerlukan asumsi normalitas, maka korelasi Rank
Spearman cocok juga digunakan untuk data dengan sampel
kecil.
Korelasi Rank Spearman menghitung korelasi dengan
menghitung ranking data terlebih dahulu. Artinya korelasi
dihitung berdasarkan orde data. Ketika peneliti berhadapan
dengan data kategorik seperti kategori pekerjaan, tingkat
pendidikan, kelompok usia, dan contoh data ketegorik lainnya,
maka Korelasi Rank Spearman cocok digunakan. Korelasi
Rank Spearman pun cocok digunakan pada kondisi dimana
peneliti dihadapkan pada data numerik (kurs rupiah, rasio
keuangan, pertumbuhan ekonomi), namun peneliti tidak
memiliki cukup banyak data (data kurang dari 30).
2) Korelasi Parsial
Korelasi parsial adalah suatu metode pengukuran
keeratan hubungan (korelasi) antara variabel bebas dan
variabel tak bebas dengan mengontrol salah satu variabel
bebas untuk melihat korelasi natural antara variabel yang
tidak terkontrol. Analisis korelasi parsial (partial correlation)
melibatkan dua variabel. Satu buah variabel yang dianggap
berpengaruh akan dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai
variabel kontrol).
Sebagai contoh misalnya kita akan meneliti hubungan
variabel X2 dan variabel bebas Y, denganX1 dikontrol (korelasi
parsial). Disini variabel yang dikontrol (X1) dikeluarkan atau
dibuat konstan. Sehingga X2’ = X2 – (b2X1 + a2 ) dan Y’ = Y –
(b1 X1 +a1 ), tetapi nilai a dan b didapatkan dengan
menggunakan regresi linear. Setelah hasilnya diperoleh,
kemudian dicari regresi X2‘ dengan Y’ dimana : Y’ = b3X2’ +a3.
Korelasi yang didapatkan dan sejalan dengan model-model di
atas dinamakan korelasi parsial X2 dan Y sedangkan X1
dibuat konstan.
Nilai korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin
mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel
semakin kuat. Sebaliknya, jika nilai mendekati 0 berarti
hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif
menunjukkan hubungan searah (X naik, maka Y naik)
sementara nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X
naik, maka Y turun).
Data yang digunakan dalam korelasi parsial biasanya
memiliki skala interval atau rasio. Berikut adalah pedoman
untuk memberikan interpretasi serta analisis bagi koefisien
korelasi menurut Sugiyono:
0.00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,3999 = rendah
0,40 - 0,5999 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
50
3) Korelasi Ganda
Korelasi ganda adalah bentuk korelasi yang digunakan
untuk melihat hubungan antara tiga atau lebih variabel (dua
atau lebih variabel independen dan satu variabel dependent.
Korelasi ganda berkaitan dengan interkorelasi variabel-
variabel independen sebagaimana korelasi mereka dengan
variabel dependen.
Korelasi ganda adalah suatu nilai yang memberikan
kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih
secara bersama-sama dengan variabel lain. Korelasi ganda
merupakan korelasi yang terdiri dari dua atau lebih variabel
bebas (X1,X2,…..Xn) serta satu variabel terikat (Y). Apabila
perumusan masalahnya terdiri dari tiga masalah, maka
hubungan antara masing-masing variabel dilakukan dengan
cara perhitungan korelasi sederhana.
Korelasi ganda memiliki koefisien korelasi, yakni besar
kecilnya hubungan antara dua variabel yang dinyatakan
dalam bilangan. Koefisien Korelasi disimbolkan dengan huruf
R. Besarnya Koefisien Korelasi adalah antara -1; 0; dan +1.
Besarnya korelasi -1 adalah negatif sempurna yakni
terdapat hubungan di antara dua variabel atau lebih namun
arahnya terbalik, +1 adalah korelasi yang positif sempurna
(sangat kuat) yakni adanya sebuah hubungan di antara dua
variabel atau lebih tersebut, sedangkan koefisien korelasi 0
dianggap tidak terdapat hubungan antara dua variabel atau
lebih yang diuji sehingga dapat dikatakan tidak ada hubungan
sama sekali.

31. Penelitian Komparatif


a. Pengertian Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat
objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada
penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang
lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda.
Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis
penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar
tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Jadi
peneitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel
tertentu.
b. Tujuan Penelitian Komparatif
1) Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau
lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan
kerangka pemikiran tertentu.
2) Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan
berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tentu.

3) Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana


yang sebaiknya dipilih.
4) Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat
dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang
ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi
penyebab melalui data tertentu.
c. Rumusan Masalah Penelitian Komparatif
Rumusan masalah yang digunakan adalah rumusan masalah
komparatif. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan
51
masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau waktu
yang berbeda.
d. Kerangka Teori Penelitian Komparatif
Pada kerangka teori penelitian komparatif menggunakan
kerangka teori yang besifat deduktif. Dimana, kerangka tersebut
memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan.
e. Hipotesis Penelitian Komparatif
Hipotesis pada penelitian komparatif menggunakan hipotesis
komparatif. Hipotesis komparatif adalah merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah komparatif, pada rumusan
ini variabelnya sama tapi populasi atau sampelnya yang berbeda,
atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
f. Sifat Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif bersifat “expost facto”, artinya data yang
dikumpulkan setelah peristiwa yang dipermasalahkan terjadi. Expost
fackto merupakan suatu penelitian emperis yang sistematis dimana
peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudann variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel
tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Peneliti
tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan mencari
hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya mencari
satu atau lebih akibat-akibat yang ditimbulkan dan mengujinya
dengan menelusuri kembali masa lalu untuk mencari sebab-sebab,
kemungkinan hubungan, dan maknanya. Penelitian ini cenderung
menggunakan data kuantitatif.
g. Syarat Penggunaan Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif dapat digunakan jika :


1)  Metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak
memungkinkan untuk dilakukan
2) Penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan
memanipulasi faktor – faktor yang penting untuk mempelajari
hubungan sebab akibat secara langsung
3) Pengontrolan terhadap seluruh variabel ( kecuali variabel
bebas ) sangat tidak realistis dan terlalu dibuat – buat, serta
mencegah interaksi secara normal dengan variabel – variabel
lain yang berpengaruh
4) Pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan
penelitian dianggap tidak praktis, mahal, atau secara etika
dipertanyakan
5) Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Komparatif

Ritz mengidentifikasikan beberapa kelebihan dan


kelemahan penelitian komparatif.

Kelebihan penelitian kausal komparatif sebagai berikut:


1)       Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam
banyak hal bila metode eksperimental tidak memungkinkan
untuk dilakukan.
2)      Penelitian komparatif akan menghasilkan informasi yang
bermanfaat mengenai hakikat fenomena : apa sesuai dengan
apa, dibawah kondisi apa, dalam urutan dan pola apa, dan
seterusnya.
3)       Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan
pengontrolan fitur-fitur secara parsial, dalam beberapa tahun
belakangan, studi ini lebih banyak dipertahankan.
52
Disamping kelebihan diatas, penelitian kausal komparatif juga
memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1)       Kelemahan utama desain penelitian komparatif adalah tidak
adanya kontrol terhadap variabel bebas.
2)      Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan
yang secara aktual termasuk diantara banyak faktor dibawah
penelitian.
3)       Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan
suatu hasil, tapi merupakan kombinasi dan interaksi dari
berbagai faktor yang berkaitan dibawah kondisi tertentu untuk
menghasilkan hasil yang ditentukan.
4)      Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai
penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam suatu
kejadian dan dari penyebab lain dari kejadian yang lain.
5) Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap,
penentuan mana penyebab dan mana akibat mungkin sulit
6)        Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang
berhubungan tidak harus mempunyai implikasi hubungan
sebab-akibat.
7)       Pengklasifikasian subyek kedalam kelompok dikotomi (seperti
kelompok berprestasi dan kelompok tidak berprestasi) untuk
tujuan perbandingan, penuh dengan masalah karena kategori
ini adalah samar, berubah-ubah, dan bersifat sementara
8)      Studi perbandingan dalam suatu situasi yang alamiah tidak
memungkinkan pemilihan subyek penelitian yang terkontrol.
h. Prosedur Penelitian Komparatif
Penelitian Komparatif, sebagaimana penelitian lainnya
dilakukan dalam lima tahap :

1)       Penentuan masalah penelitian, dalam perumusan masalah


penelitian atau pertanyaan penelitian, kita berspekulasi
dengan penyebab fenomena berdasarkan penelitian
sebelumnya, teori, atau pengamatan.
2)       Penentuan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin
diteliti.
3)       Pemilihan kelompok pembanding, dengan
mempertimbangkan karakteristik atau pengalaman yang
membedakan kelompok harus jelas dan didefinisikan secara
operasional (masing-masing kelompok mewakili populasi
yang berbeda). Mengontrol variabel ekstra untuk membantu
menjamin kesamaan kedua kelompok.
4)      Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan
instrumen penelitian yang memenuhi persyaratan validitas
dan reliabilitas.

5)       Analisis data, dimulai dengan analisis statistik deskriptif


menghitung rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya
dilakukan analisis yang mendalam dengan statistik
inferensial.

32. Penelitian Eksperimen


a.    Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang
menjawab pertanyaan “jika kita melakukan  sesuatu pada kondisi
yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk
mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan
yang di control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan
(treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan
pada penelitian eksperimen.  Sehingga penelitian eksperimen dapat
53
dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan (Sugiono : 2010).
Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah
suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel
yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh
karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji
suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan,
maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan
perlakuan.
b. Karakteristik Penelitian Eksperimen
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian
eksperimen, yaitu :
1) Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur
secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan
menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun
random (acak).
2) Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk
dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3) Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi,
untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan
dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel
pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen,
tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu,
penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk
kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan
penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-
kelompok dilakukan secara acak.
4) Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada
rancangan penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah
manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat studi ini
memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5) Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan
bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan
berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang
sama.
6) Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel
perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau
dibiarkan bervariasi.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur
penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian
ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel
kontrol disini adalah inti dari metode eksperimental, karena
variabel control inilah yang akan menjadi standar dalam
melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan
terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan. Sedangkan
manipulasi disini adalah operasi yang sengaja dilakukan
dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang
dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan
kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.
Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, peneliti
harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis
perubahan telah terjadi (Observasi).
Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat
kita simpulkan karakteristik penelitian eksperimen adalah
antara lain :
1) Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk
dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan
eksperimental.
54
2) Menggunakan sedikitnya dua kelompok
3) Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal
validity)
4) Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)
c. Langkah-langkah Penelitian Eksperimen
Menurut Sukardi, (2003) pada umumnya, penelitian
eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
seperti beriku :
1) Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
2) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3) Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan,
memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel,
dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
4) Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup
kegiatan:
a)   Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan,
tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses
eksperimen.
b)   Menentukan cara mengontrol.
c) ` Memilih rancangan penelitian yang tepat.
d)   Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang
mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
e)   Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen.
f)   Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan
melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen
yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data
yang diperlukan.
g) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan
menentukan hipotesis.
(1) Melaksanakan eksperimen.
(2) Mengumpulkan data kasar dan proses
eksperimen.
(3) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data
sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
(4) Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi
dengan teknik statistika yang relevan untuk
menentukan tahap signifikasi hasilnya.
(5) Menginterpretasikan basil, perumusan
kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan
laporan.
d. Beberapa Bentuk Desain Penelitian Eksperimen
Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian
Pendidikan” tahun 2010, beliau membagi desain penelitian
ekperimen kedalam 3 bentuk yakni pre-experimental design, true
experimental design, dan quasy experimental design.
1) Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design
karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh
karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini
berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap
pertanyaan yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre-
Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :
a)      One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu
Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat
suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan
55
selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah
sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai
variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek
disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.
b)      One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok
Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka
pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c)       Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang
digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu;
setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi
perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang
tidak diberi perlakuan).
2) True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang
sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas
pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri
utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok
kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu.
Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang
dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :
a. Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok
pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok
eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design.
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c. The Solomon Four-Group Design.
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat
kelompok dipilih secara random. Dua kelompok diberi
pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari
kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest
diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat
kelompok ini diberi posttest.
3) Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari
true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian,
desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi
Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit
medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya,
sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya
56
untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan
prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam
penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain
eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
a. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk
penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi
perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan
kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama
empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok
tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak
konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay
diketahui dengan jelas, maka baru diberi
treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak
memerlukan kelompok kontrol.
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control
group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok
kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan
ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada
diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir
diberikan postes.
c. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan,
hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan
dilakukan secara random.
4) Factorial Design
Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel
bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi). Desain
faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-
eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau
lebih variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu
variabel eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level
dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel
eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel
kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental
variabel tunggal.

33. Penelitian Studi Kasus


a. Pengertian Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan
pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek
atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa
tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus
sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada
suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987)
memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan
pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan
bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit
atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan
sernua variabel yang penting.
57
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan
studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa
manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran
tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai
dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud
untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-
variabelnya.

  b. Jenis-jenis Studi Kasus


1) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan
pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu
tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya.
Studi mi sening kunang memungkinkan untuk
diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi
untuk dikerjakan secara minimal.
2) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan
datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan
(participant observation), sedangkan fokus studinya pada
suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang
menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu
di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan
sekolah.
3) Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu
onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama
dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah
hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian
hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja,
sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
4) Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus
kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada
suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu
bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
5) Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba
menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian
tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah
tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua
pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-
temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin
tokoh kunci lainnya.
6) Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan
pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian
sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang
sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar
menggambar.

 c. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus


1) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya
dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara
rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan
objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat
atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus
haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan
batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
2) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn
pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian
kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat
menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan
58
lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang
berbeda secara serentak;
3) Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai
mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data
menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan
proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum
guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi
secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam
tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,
sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data
terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
4) Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah
terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya
clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement)
data baru terhadap kategori yang telah ditemukan.
Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk
kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori
baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori
yang sudah ada;
5) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara
komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu
gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi
penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke
dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.
 
d. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
1) Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan
kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan
nasional.
2) Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan
ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang
digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh
penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh
berbagai keterbatasan.
3) Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut
pandang yang berbeda-beda.
4) Studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling
penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti
maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.
5) Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu
terkomunikasi pada pembaca.
 
 
59

BAB V
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

34. Pemilihan Populasi Sampel


a. Pengertian Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau
studi populasi atau study sensus (Sabar, 2007).
Sedangkan menurut Sugiyono pengertian populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2011:80).
Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Penelitian sample baru boleh di laksanakan apabila keadaan
subyek di dalam populasi benar-benar homogen. Kita melakukan
penelitian sampel dari pada melakukan penelitian populasi karna
penelitian sampel memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
Karna menghemat dari segi waktu, tenaga dan biaya karna
subyek penelitian sample relative lebih sedikit di banding dengan
study populasi di banding dengan penelitian populasi penelitian
sample lebih baik karna apabila penelitian populasi terlalu besar
maka di khawatirkan ada yang terlewati dan lebih merepotkan. Pada
penelitian populasi akan terjadi kelelahan dalam pencatatan dan
analisisnya. Dalam penelitian populasi sering bersifat destruktif.
Adakalanya penelitian populasi tidak lebih baik di laksanakan karna
terlalu luas populasinya.

b. Pengertian Sampel
Pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam
populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara
representative dapat mewakili populasinya (Sabar,2007). Menurut
Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal
karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan
mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel
itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(Sugiyono,2011).
Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan
representativeness sampel (sampel yang benar-benar mencerminkan
populasinya), yaitu:
1) Variabilitas populasi
Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”,
artinya peneiti harus menerima sebagaimana adanya, dan
tidak dapat mengatur atau memanipulasinya.
2) Besar sampel
Makin besar sampel yang diambil akan semakin besar
atau tinggi taraf representativeness sampel tersebut. Jika
populasinya homogen secara sempurna, besarnya sampel
tidak mempengaruhi tarag representativeness sampel.
60
3) Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel,
akan makin tinggi pula tingkat representativeness sampel.
4) Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel
Makin lengkap ciri-ciri populasinya yang dimasukkan ke
dalam sampel, akan makin tinggi tingkt representativeness
sampel.

c. Teknik Pengambilan Sampel dalam Metodologi


1) Nonprobability Sampling
Pengertian Nonprobability Sampling atau Definisi
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik Sampling Nonprobality ini meliputi :Sampling
Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidental, Purposive
Sampling, Sampling Jenuh, Snowball Sampling. 1. Sampling
Sistematis Pengertian Sampling Sistematis atau Definisi
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut.Contoh Sampling Sistematis, anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang, dari semua semua anggota
populasi itu diberi nomor urut 1 sampai 100. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil
sebagai sampel adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20 dan
seterusnya sampai 100. b. Sampling Kuota
Pengertian Sampling Kuota atau Definisi Sampling
Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang
diinginkan.Contoh Sampling Kuota, akan melakukan
penelitian tentang Karies Gigi, jumlah sampel yang ditentukan
500 orang, jika pengumpulan data belum memenuhi kuota
500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang
terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota
kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota
sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari
500 anggota sampel.
2) Sampling Insidental
Pengertian Sampling Insidental atau Definisi Sampling
Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data.
3) Purposive Sampling
Pengertian Purposive Sampling atau Definisi Purposive
Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Contoh Purposive Sampling, akan
melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan.
Sampel ini lebih cocok digunakan untuk Penelitian Kualitatif
atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
4) Sampling Jenuh (Sensus)
Pengertian Sampling Jenuh atau Definisi Sampling
Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
61
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil.
5) Snowball Sampling
Pengertian Snowball Sampling atau Definisi Snowball
Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam
penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang
sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti
mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sampel
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Contohnya
akan meneliti siapa provokasi kerusuhan, maka akan cocok
menggunakan Purposive Sampling dan Snowball Sampling.
Cara Pengambilan Sampel dengan Probabilitas Sampling
Ada empat macam teknik pengambilan sampel yang termasuk
dalam teknik pengambilan sampel dengan probabilitas
sampling. Keempat teknik tersebut, yaitu cara acak,
stratifikasi, klaster, dan sistematis.
a) Sampling Acak Ada beberapa nama untuk menyebutkan
teknik pemilihan sampling ini. Nama tersebut termasuk
di antaranya: random sampling atau teknik acak. Apa
pun namanya teknik ini sangat populer dan banyak
dianjurkan penggunaannya dalam proses penelitian.
Pada teknik acak ini, secara teoretis, semua anggota
dalam populasi mempunyai probabilitas atau
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Untuk mendapat responden yang hendak dijadikan
sampel, satu hal penting yang harus diketahui oleh para
peneliti adalah bahwa perlunya bagi peneliti untuk
mengetahui jumlah responden yang ada dalam populasi.
Teknik memilih secara acak dapat dilakukan baik
dengan manual atau tradisional maupun dengan
menggunakan tabel random.
(1) Cara Tradisional Cara tradisional ini dapat dilihat
dalam kumpulan ibu-ibu ketika arisan. Teknik
acak ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah
seperti berikut: tentukan jumlah populasi yang
dapat ditemui; daftar semua anggota dalam
populasi, masukkan dalam kotak yang telah diberi
lubang penarikan; kocok kotak tersebut dan
keluarkan lewat lubang pengeluaran yang telah
dibuat; nomor anggota yang keluar adalah mereka
yang ditunjuk sebagai sampel penelitian; lakukan
terus sampai jumlah yang diinginkan dapat
dicapai.
(2) Menggunakan Tabel Acak Pada cara kedua ini,
proses pemilihan subjek dilakukan dengan
menggunakan tabel yang dihasilkan oleh
komputer dan telah diakui manfaatnya dalam
teori penelitian. Tabel tersebut umumnya terdiri
dari kolom dan angka lima digit yang telah secara
acak dihasilkan oleh komputer. Dengan
menggunakan tabel tersebut, angka-angka yang
ada digunakan untuk memilih sampel dengan
62
langkah sebagai berikut: identifikasi jumlah total
populasi; tentukan jumlah sampel yang
diinginkan; daftar semua anggota yang masuk
sebagai populasi; berikan semua anggota dengan
nomor kode yang diminta, misalnya: 000-299
untuk populasi yang berjumlah 300 orang, atau
00-99 untuk jumlah populasi 100 orang; pilih
secara acak (misalnya tutup mata) dengan
menggunakan penunjuk pada angka yang ada
dalam tabel; pada angka-angka yang terpilih, lihat
hanya angka digit yang tepat yang dipilih. Jika
populasi 500 maka hanya 3 digit dari akhir saja.
Jika populasi mempunyai anggota 90 maka hanya
diperlukan dua digit dari akhir saja; jika angka
dikaitkan dengan angka terpilih untuk individual
dalam populasi menjadi individu dalam sampel.
Sebagai contoh, jika populasinya berjumlah 500,
maka angka terpilih 375 masuk sebagai individu
sampel. Sebaliknya jika populasi hanya 300, maka
angka terpilih 375 tidak termasuk sebagai
individu sampel; gerakan penunjuk dalam kolom
atau angka lain; ulangi langkah nomor 8 sampai
jumlah sampel yang diinginkan tercapai. Ketika
jumlah sampel yang diinginkan telah tercapai
maka langkah selanjutnya adalah membagi dalam
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesuai
dengan bentuk desain penelitian. Contoh Memilih
Sampel dengan Sampling Acak Seorang kepala
sekolah ingin melakukan studi terhadap para
siswa yang ada di sekolah. Populasi siswa SMK
ternyata jumlahnya 600 orang. Sampel yang
diinginkan adalah 10% dari populasi. Dia ingin
menggunakan teknik acak, untuk mencapai hal
itu, dia menggunakan langkah-langkah untuk
memilih sampel seperti berikut. Populasi yang
jumlahnya 600 orang diidentifikasi. Sampel yang
diinginkan 10% x 600 = 60 orang. Populasi
didaftar dengan diberikan kode dari 000-599.
Tabel acak yang berisi angka random digunakan
untuk memilih data dengan menggerakkan data
sepanjang kolom atau baris dari tabel. Misalnya
diperoleh sederet angka seperti berikut: 058 710
859 942 634 278 708 899 Oleh karena jumlah
populasi 600 orang maka dua angka terpilih
menjadi sampel yaitu: 058 dan 278. Coba langkah
d sampai diperoleh semua jumlah 60 responden.
b) Teknik Stratifikasi
Dalam penelitian pendidikan maupun penelitian
sosial lainnya, sering kali ditemui kondisi populasi yang
ada terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok
individual dengan karakteristik berbeda. Di sekolah,
misalnya ada kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga.
Mereka juga dapat dibedakan menurut jenis kelamin
responden menjadi kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan. Di masyarakat, populasi dapat berupa
kelompok masyarakat, misalnya petani, pedagang,
pegawai negeri, pegawai swasta, dan sebagainya.
Keadaan populasi yang demikian akan tidak tepat dan
tidak terwakili; jika digunakan teknik acak. Karena
63
hasilnya mungkin satu kelompok terlalu banyak yang
terpilih sebagai sampel, sebaliknya kelompok lain tidak
terwakili karena tidak muncul dalam proses pemilihan.
Teknik yang paling tepat dan mempunyai akurasi tinggi
adalah teknik sampling dengan cara stratifikasi. Teknik
stratifikasi ini harus digunakan sejak awal, ketika
peneliti mengetahui bahwa kondisi populasi terdiri atas
beberapa anggota yang memiliki stratifikasi atau lapisan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ketepatan
teknik stratifikasi juga lebih dapat ditingkatkan dengan
menggunakan proporsional besar kecilnya anggota
lapisan dari populasi ditentukan oleh besar kecilnya
jumlah anggota populasi dalam lapisan yang ada.
Seperti halnya teknik memilih sampel secara acak,
teknik stratifikasi juga mempunyai langkah-langkah
untuk menentukan sampel yang diinginkan. Langkah-
langkah tersebut dapat dilihat seperti berikut :
Identifikasi jumlah total populasi. Tentukan jumlah
sampel yang diinginkan. Daftar semua anggota yang
termasuk sebagai populasi. Pisahkan anggota populasi
sesuai dengan karakteristik lapisan yang dimiliki. Pilih
sampel dengan menggunakan prinsip acak seperti yang
telah dilakukan dalam teknik random di atas. Lakukan
langkah pemilihan pada setiap lapisan yang ada.
Sampai jumlah sampel dapat dicapai. Contoh
menentukan sampel dengan teknik stratifikasi Seorang
peneliti ingin melakukan studi dari suatu populasi guru
SMK yang jumlahnya 900 orang, sampel yang
diinginkan adalah 10% dari populasi. Dalam anggota
populasi ada tiga lapisan guru, mereka adalah yang
mempunyai golongan dua, golongan tiga, dan golongan
empat. Dia ingin memilih sampel dengan menggunakan
teknik stratifikasi. Terangkan langkah-langkah guna
mengambil sampel dengan menggunakan teknik
stratifikasi tersebut. Jawabannya adalah sebagai
berikut. Jumlah total populasi adalah 900 orang. Daftar
semua anggota yang termasuk sebagai populasi dengan
nomor 000-899. Bagi populasi menjadi tiga lapis,
dengan setiap lapis terdiri 300 orang. Undilah sampel
yang diinginkan 30% x 900 = 270 orang. Setiap lapis
mempunyai anggota 90 orang. untuk lapisan pertama
gerakan penunjuk (pensil) dalam tabel acak. Dan pilih
dari angka tersebut dan ambil yang memiliki nilai lebih
kecil dari angka 899 sampai akhirnya diperoleh 90
subjek. Lakukan langkah 6 dan 7 untuk Iapis kedua
dan ketiga sampai total sampel diperoleh jumlah 270
orang.
c) Teknik Klaster Teknik klaster merupakan teknik
memilih sampel lainnya dengan menggunakan prinsip
probabilitas. Teknik ini mempunyai sedikit perbedaan
jika dibandingkan dengan kedua teknik yang telah
dibahas di atas. Teknik klaster atau Cluster Sam¬pling
ini memilih sampel bukan didasarkan pada individual,
tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau
kelompok subjek yang secara alami berkumpul
bersama. Teknik klaster sering digunakan oleh para
peneliti di lapangan yang wilayahnya mungkin luas.
Dengan menggunakan teknik klaster ini, mereka lebih
dapat menghemat biaya dan tenaga dalam menemui
64
responden yang menjadi subjek atau objek penelitian.
Memilih sampel dengan menggunakan teknik klaster ini
mempunyai beberapa langkah seperti berikut.
(1) Identifikasi populasi yang hendak digunakan
dalam studi.
(2) Tentukan besar sampel yang diinginkan.
Tentukan dasar logika untuk menentukan klaster.
Perkirakan jumlah rata-rata subjek yang ada pada
setiap klaster. Daftar semua subjek dalam setiap
klaster dengan membagi antara jurnlah sampel
dengan jumlah klaster yang ada. Secara random,
pilih jumlah angggota sampel yang diinginkan
untuk setiap klaster. Jumlah sampel adalah
jumlah klaster dikalikan jumlah anggota populasi
per klaster. Contoh terapan pemilihan sampel
dengan menggunakan teknik klasterMisalkan
seorang peneliti hendak melakukan studi pada
populasi yang jumlahnya 4.000 guru dalam 100
sekolah yang ada. `Sampel yang diinginkan adalah
400 orang. Cara yang digunakan adalah teknik
sampel secara klaster dengan sekolah sebagai
dasar penentuan logis klaster yang ada.
Bagaimanakah langkah menentukan sampel
tersebut? Jawabannya adalah sebagai berikut.
Total populasi adalah 4.000 orang. Jumlah sampel
yang diinginkan 400 orang. Dasar logis klaster
adalah sekolah yang jumlahnya ada 100. Dalam
populasi, setiap sekolah adalah 4.000/100 = 40
guru setiap sekolah. Jumlah klaster yang ada
adalah 400/40 = 10. Oleh karena itu, 10 sekolah
di antara 100 sekolah dipilih secara random. Jadi,
semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama
dengan jumlah sampel yang diinginkan. 4. Teknik
Secara Sistematis Teknik memilih sampel yang
keempat adalah teknik sistematis atau systematic
sampling. Teknik pemilihan ini menggunakan
prinsip proporsional. Caranya ialah dengan
menentukan pilihan sampel pada setiap 1/k, di
mana k adalah suatu angka pembagi yang telah
ditentukan misalnya 5,6 atau 10. Syarat yang
perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah
adanya daftar atau list semua anggota populasi.
Untuk populasi yang didaftar atas dasar urutan
abjad pemakaian metode menggunakan teknik
sistematis juga dapat diterapkan. Walaupun
mungkin saja terjadi bahwa suatu nama seperti
nama yang berawalan su, sri dalam bahasa
Indonesia akan terjadi pengumpulan nama dalam
awalan tersebut. Sisternatis proporsional dapat
memilih dengan baik. Teknik observasi lapangan
khusus untuk penelitian di lokasi tambang
Pengumpulan Data penelitian Teknik ini
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
langsung di lapangan. Mengamati tidak hanya
melihat, melainkan merekam, menghitung,
mengukur, dan mencatat kejadian yang ada di
lapangan. Teknik ini ada dua macam, yaitu
observasi langsung (observasi partisipasi) yaitu
apabila pengumpulan data melalui pengamatan
65
dan pencatatan gejalagejala pada objek yang
dilakukan secara langsung di tempat kejadian,
dan observasi tidak langsung (observasi non-
partisipasi) yaitu pengumpulan data melalui
pengamatan dan pencatatan gejala-gejala pada
objek tidak secara langsung di lapangan.
Beberapa cara yang biasa dilakukan dalam
observasi adalah sebagai berikut:
(1) Membuat catatan anekdot (anecdotal record),
yaitu catatan informal yang digunakan pada
waktu melakukan observasi. Catatan ini berisi
fenomena atau peristiwa yang terjadi saat
observasi.
(2) Membuat daftar cek (checklist), yaitu daftar yang
berisi catatan setiap faktor secara sistematis.
Daftar cek ini biasanya dibuat sebelum observasi
dan sesuai dengan tujuan observasi.
(3) Membuat skala penilaian (rating scale), yaitu
skala yang digunakan untuk menetapkan
penilaian secara bertingkat untuk mengamati
kondisi data secara kualitiatif. d) Mencatat
dengan menggunakan alat (mechanical device),
yaitu pencatatan yang dilakukan melalui
pengamatan dengan menggunakan alat, misalnya
slide, kamera, komputer, dan alat perekam suara.
Observasi tersebut dapat terbentang mulai dari
kegiatan pengumpulan data yang formal hingga
yang tidak formal. Bukti observasi seringkali
bermanfaat untuk memberikan informasi
tambahan tentang topik yang akan diteliti.
Observasi dapat menambah dimensi-dimensi baru
untuk pemahaman konteks maupun fenomena
yang akan diteliti. Observasi tersebut bisa begitu
berharga sehingga peneliti bisa mengambil foto-
foto pada situs studi kasus untuk menambah
keabsahan penelitian (Dabbs, 1996: 113).

35. Teknik Pengambilan Sampling


Teknik Pengambilan Sampel – Sampel merupakan bagian populasi
penelitian yang digunakan untuk memperkirakan hasil dari suatu
penelitian. Sedangkan teknik sampling adalah bagian dari metodologi
statistika yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan sampel.
Pengertian sampling atau metode pengambilan sampel menurut
penafsiran beberapa ahli . Beberapa diantarnya adalah sebagai berikut;
a. Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2001: 56).
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan
sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
(Margono, 2004)
b. Tujuan Dan Tahapan Pengambilan Sampel
1) Populasi terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas sehingga
tidak memungkinkan dilakukan pengambilan data pada
seluruh populasi.
2) Keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya
3) Adanya asumsi bahwa seluruh populasi seragam sehingga
bisa diwakili oleh sampel
c. Tahapan Pengambilan Sample
66
1) Mendefinisikan populasi yang akan diamati
2) Menentukan kerangka sampel dan kumpulan semua peristiwa
yang mungkin
3) Menentukan teknik atau metode sampling yang tepat
4) Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
5) Melakukan pemeriksaan ulang pada proses sampling

Gambar 5.1 : Teknik Pengambilan Sampel


d. Cara Pengambilan Sampel
Bermacam-macam tergantung jenis penelitian yang akan
dilakukan. Secara garis besar, metode pengambilan sampel terdiri
dari 2 kelas besar yaitu;
1) Probability Sampling (Random Sample)
Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel
secara random atau acak. Dengan cara pengambilan sampel
ini. Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
penelitian. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis yang
lebih spesifik, antara lain:
a) Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random
Sampling)
Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga
Simple Random Sampling. teknik penarikan sampel
menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang
sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi
sampel penelitian. Cara pengambilannya menggunakan
nomor undian.
Terdapat dua pendapat mengenai metode
pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat pertama
menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus
dikembalikan lagi sehingga setiap sampel memiliki
prosentase kesempatan yang sama. Pendapat kedua
menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada
pengambilan sampel menggunakan metode ini. Namun,
metode yang paling sering digunakan adalah Simple
Random Sampling dengan pengembalian.
Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias
dan dapat mengetahui standard error penelitian.
Sementara kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan
bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat
merepresentasikan populasi yang dimaksud.
Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:
Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel,
sedangkan populasi penelitian berjumlah 100 orang.
Selanjutnya peneliti membuat undian untuk
mendapatkan sampel pertama.
67
Setelah mendapatkan sampel pertama, maka
nama yang terpilih dikembalikan lagi agar populasi
tetap utuh sehingga probabilitas responden berikutnya
tetap sama dengan responden pertama. Langkah
tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel
memenuhi kebutuhan penelitian.
b) Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic
Random Sampling)
Metode pengambilan sampel acak sistematis
menggunakan interval dalam memilih sampel penelitian.
Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel
dari 100 orang, maka jumlah kelompok intervalnya
100/10=10. Selanjutnya responden dibagi ke dalam
masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap
kelompok.
Contoh Sampel Acak Sistematis adalah
pengambilan sampel pada setiap orang ke-10 yang
datang ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di
urutan 10,20,30 dan seterusnya maka itulah yang
dijadikan sampel penelitian.
c) Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random
Sampling)
Metode Pengambilan sampel acak berstrata
mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu.
Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada
manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan
manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari
masing-masing kelompok tersebut.
d) Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster
Random Sampling)
Cluster Sampling adalah teknik sampling secara
berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini dilakukan
berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan metode
Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti
tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di
dalam suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di
ruang rawat inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS A
dan lain sebagainya.
e) Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi
Stage Sampling)
Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan
secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau
lebih.
2) Non- Probability Sampling (Non-Random Sample).
Kedua jenis tersebut terdiri dari pengambilan secara
acak dan pengambilan sampel tidak acak. Kedua jenis ini juga
memiliki sub – sub lain yang diantaranya adalah purposive
sampling, snowball samping, cluster sampling dll.
a) Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang
cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan
kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih
sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi
kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang
diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian.
Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus
yang menyebabkan calon responden yang memenuhi
68
kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok
penelitian. Misalnya, calon responden mengalami
penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat
memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang


nyeri pada pasien diabetes mellitus yang mengalami
luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang
dipakai antara lain:
b. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan
sampel berdasarkan wawancara atau korespondensi.
Metode ini meminta informasi dari sampel pertama
untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian
secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel
penelitian dapat terpenuhi.
Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola
salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai hal-hal
yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi,
misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita HIV,
dan kelompok khusus lainnya.
c. Accidental Sampling
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja
(accidental) ini, peneliti mengambil sampel yang
kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok
untuk meneliti jenis kasus penyakit langka yang
sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin
meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom
yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau
lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik.
Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup
langka dan sulit sekali menemukan kasus tersebut.
Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu
juga, saat menemukan kasus tersebut. Kemudian
peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode
tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga
cocok untuk penelitian yang bersifat umum, misalnya
seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota
Bandung. Selanjutnya dia menanyakan tentang
kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang
dia temui saat itu.
d. Quota Sampling

Metode pengambilan sampel ini disebut juga


Quota Sampling. Tehnik sampling ini mengambil jumlah
sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh
peneliti. Kelebihan metode ini yaitu praktis karena
sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya,
sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup
tinggi jika menggunakan metode ini.
Teknik pengambilan sampel dengan cara ini
biasanya digunakan pada penelitian yang memiliki
jumlah sampel terbatas. Misalnya, penelitian pada
pasien lupus atau penderita penyakit tertentu. Dalam
suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi
tersebut dijadikan sampel secara keseluruhan , inilah
yang disebut sebagai Total Quota Sampling.
69
e. Teknik Sampel Jenuh
Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan
sampel yang menjadikan semua anggota populasi
sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada
kurang dari 30 orang.
70

BAB VI
VARIABEL PENELITIAN

36. Pengertian Konsep Penelitian


Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang
menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan)
tertentu. Bailey (1982) menyebutnya sebagai persepsi (mental image). Atau
abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus.
Contoh: volume, warna, belajar.

37. Pengertian Konstruk Penelitian


Konstruk adalah konsep yang dapat diukur dan diamati.
Menjadikan konsep yang abstrakmenjadi konstruk yang dapat kita ukur
disebut operasionalisasi. Kata kerjanya mengoperasionalisasikan.
Contoh:
• Kesejahteraan sebagai kontruk adalah jumlah usia seseorang.
• Lapar sebagai konstruk adalah perasaan sakit setelah tidak makan
selama 24 jam,
• Popularitas sebagai konstruk adalah jumlah pilihan sosiometri yang
diterima seseorang dari individu yang lain dari kelompoknya.

38. Pengertian Variabel Penelitian


Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai-nilai
dalam bentuk bilangan, atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih
pada suatu kontinum. Nilai suatu variabel dapat dinyatakan dengan
angka atau kata-kata contoh : umur, kepadatan penduduk, jenis kelamin,
produksi.
Variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan
kriteria yang menyertainya:
a. Berdasarkan hubunganya, variabel dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Variabel Bebas. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain.
Contoh : Variabel bebas dan terikat
- Seleksi tenaga kerja dan inprestasi kerja
- Variabel bebas : seleksi tenaga kerja
- Variabel terkait : prestasi kerja
- Imflasi dan harga saham
- Variabel bebas : imflasi.
- Variabel terikat : harga saham.
2) Variabel Terikat. Variabel terikat adalah variabel yang di
pengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain namun, suatu
variabel tertentu dapat sekaligus menjadi variabel bebas dan
variabel terikat.
3) Variabel moderator. Variabel moderator adalah variabel yang
mempengaruhi dalam hal ini memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel bebas dan varibel tidak bebas.
Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas kedua.
Contoh :
Perbandingan keterampilan kerja dengan metode
demonstrasi dan metode ceramah antara karyawan laki-laki
dan wanita divisi IX PT. Maju Terus Jakarta.
– Variabel bebas : metode demontrasi dan ceramah.
– Variabel terikat : keterampilan kerja.
– Variabel moderator : karyawan laki-laki dan wanita.
Hubungan suami istri akan semakin kuat dan akrab
jika telah mempunyai anak, sebaliknya akan menjadi lemah
71
atau renggang bila ada pihak ketiga. Anak dan pihak ketiga
merupakan variabel moderator.
4) Variabel intervening. Variabel intervening adalah variabel
yang secara teoritis mempengaruhi, dalam hal ini
memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat, tetapi tidak dapat di ukur dan
diamati.
Contoh:
• Pemberlakuan empat hari kerja dalam seminggu cenderung
meningkatan produktivitas kerja melalui peningkatan
kepuasan kerja.
– Variabel bebas : empat hari kerja dalam seminggu
– Variabel terikat :produktivitas kerja.
– Variabel intervening : kepuasan kerja.
• Gaji karyawan tinggi, pemimpin berperilaku baik, tetapi
prestasi kerja karyawan rendah karena sedang frustasi.
Frustasi merupakan variabel intervening.

5) Variabel control. Variabel control adalah variabel yang


dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Variabel ini, biasanya digunakan
apabila penelitianya adalah penelitian yang bersifat
membandingkan.
Contoh:
• Perbadingan keterampilan kerja dengan metode demonstrasi
dan metode ceramah antara karyawan laki-laki dan wanita
divisi IX PT. Maju Terus Jakarta.
– Variabel bebas : metode demonstrasi dan ceramah.
– Variabel terikat : keterampilan kerja.
– Variabel kontrol : divisi IX PT. Maju Terus
• Perbandingan prestasi kerja karyawan pemasaran antara
lulusan SMU dan SMK melalui volume penjualan. Volume
penjualan merupakan variabel kontrol.
Penentuan nama variabel bebas dan variabel terikat
dalam beberapa hal tidak mudah dilaksanakan. Namun,
dengan studi yang cermat, diskusi yang saksama, berbagai
pertimbangan, kewajaran masalah yang dihadapi dan
pengalaman akan membantu memudahkan penentuan.
Disamping itu, variabel yang mudah didapat atau tersedia
sering dapat digolongkan kedalam variabel bebas. Untuk
keperluan analisis, variabel dinyatakan dengan X1,X2,
…,XK(K?1), sedangkan variabel terikat dinyatakan dengan Y.

b. Berdasarkan sifat nilainya, variabel dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu sebagai berikut:
1) Variabel kategorik (diskrik) adalah variabel yang dibagi
menjadi golongan-golongan atau kategori-kategori dengan
cirri-ciri tertentu untuk setiap golongan dan kategori.
2) Variabel kontinyu adalah variabel yang dapat mengambil nilai
pecahan, sehingga antara dua nilai bulat yang berdekatan
tidak terputus tetapi masih ada nilai-nilai lain secara
bersambung.

c. Berdasarkan dapat tidaknya dimanipulasi, variabel dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Variabel aktif (variabel nonsubjek) adalah variabel yang dapat
dimanipulasi (dikendalikan), seperti temperatur ruangan,
frekunsi kekerasan variabel dalam acara televise.
72
2) Variabel atribut (variabel subjek) adalah variabel yang tidak
dapat dimanipulasi, yaitu peneliti tidak dapat melakukan
perubahan yang menyangkut variabel pada subjek penelitian,
seperti umur, tingkat kecerdasan, status social.
73
BAB VII
DEFINISI DAN OPERASIONAL VARIABEL

39. Definisi Variabel Penelitian.


F.N Kerlinger menyebut variable sebagai sebuah konsep misalnya
perempuan dalam konsep jenis kelamin, pemalas dalam konsep sifat.
Sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang
bervariasi. Senada dengan pernyataan yang pernah di jelaskan oleh dosen
pembimbing skripsi saya, variabel adalah sesuatu yang mempunyai variasi
nilai. Misalnya umur, umur mempunyai variasi nilai, yaitu 1 bulan, 1
tahun 4 tahun dst. Variabel juga dapat diartikan atribut dari subjek/objek
yang akan diteliti yang bervariasi antara satu subjek/objek yang satu
dengan yang lain.
Ada beberapa macam variabel penelitian,namun dalam hal ini akan
saya paparkan 2 variabel saja, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel Bebas (independent variabel)
Variabel bebas atau independent sering disebut juga variabel
predictor, stimulus, input, antencendent atau variabel yang
mempengaruhi. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat).
Sehingga variabel independent dapat dikatakan sebagai variabel
yang mempengaruhi.
2. Variabel Terikat (dependent variabel)
Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variabel criteria,
respond an output (hasil). Variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independent (bebas).
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2016:38). Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih penulis yaitu
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Budgetary Slack maka penulis
mengelompokan variabel yang digunakan dalam penelitian ini menjadi
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a. Variable bebas (independent variable)
Variable bebas (X) variable ini sering disebut sebagai variable
stimulus,
predictor, abtecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
variable bebas.
Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).
(Sugiyono, 2016 :39).
Dalam penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah
Asimetri Informasi. Pengertian Asimetri Informasi Menurut Menurut
Basri ( 2011: 12) adalah :
“Asimetri informasi merupakan ketidakseimbangan informasi
yang dimiliki oleh atasan dan bawahan. Hal ini terjadi karena
bawahan berkaitan langsung dengan kegiatan operasional sehari-
hari”. Asimetri informasi timbul karena ada salah satu pihak lebih
unggul dalam penguasaan informasi. Menurut Suatarna (2010)
menyatakan bahwa dalam Teori asimetri informasi dapat
diantisipasi dengan melakukan dua hal, yaitu dengan melakukan
pengawasan dan meningkatkan kualitas dari informasi.
b. Variable Terikat (Dependent variable)
Variable terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2016 : 39).
74
Dalam penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah
budgetary slack. Menurut Anthony dan Govindaradjan ( 2005)
definisi senjangan anggaran atau budgetary slack adalah :
“Senjangan anggaran adalah perbedaan antara jumlah anggaran
yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik
dari organisasi”.

40. Definisi Operasionalisasi Penelitian


Operasionalisasi variabel diperlukan guna menentukan jenis dan
indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini.
Disamping itu, operasionalisasi variabel bertujuan untuk menentukan
skala pengukuran dari masing-masing variabel, sehingga pengujian
hipotesis dengan menggunakan alat bantu dapat dilakukan dengan tepat.
Secara lebih rinci operasionalisasi variabel dalam penelitiannya ini dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7.1 : Operasional Variabel Penelitian

a. Operasional penelitian adalah unsur metode penelitian yang


memberitahukan cara mengukur variabel. Dengan kata lain, ia
merupakan semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur variabel. Pengertian operasional juga merupakan suatu
informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin
menggunakan variabel yang sama. Contohnya, tingkat kecerdasan
seseorang ditentukan dari skor yang diperoleh dari tes kecerdasan.
75
Keadaan sarana pendidikan suatu desa adalah skor yang diperoleh
pada Indeks Sarana Pendidikan, dan sebagainya.
Pengertian operasional adalah pengertian yang didasarkan
atas sifat-sifat yang diartikan yang dapat diamati (diobservasi).
Konsep dapat diamati atau diobsernvasi. Ini penting, karena hal
yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain
selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang
dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.
Selanjutnya, untuk setiap variabel yang dikemukakan
haruslah disertai dengan pengertian operasional yang jelas.
Pengertian operasional suatu variabel merupakan petunjuk atau
pedoman tentang:
a. Apa atau siapa yang akan atau harus diamati atau diukur.
b. Alat atau instrumen yang akan dipakai untuk melakukan
pengukuran atau pengumpulan data.
c. Metode pengamatan atau pengukuran yang akan ditetapkan ,
dan
d. Siapa yang akan melakukan pengukuran atau pengamatan.
Menurut Khaeruddin dan Erwin Akib (2009, 64), tentang
caranya menyusun pengertian operasional itu bermacam-macam
sekali. Namun, untuk memudahkan pembicaraan, cara bermacam-
76
macam itu dapat dikelompokkan tiga macam yang berturut-turut
disebut pengertian Pola I, Pola II, dan Pola III.
Pengertian Pola I, yaitu pengertian yang disusun berdasarkan atau
pengertian atau kegiatan-kegiatan (operation) yang harus dilakukan agar
hal yang diartikan terjadi. Contohnya frustasi adalah keadaan yang timbul
sebagai akibat tercegahnya pencapaian hal yang sangat diinginkan yang
sudah hampir tercapai. Pengertian Pola I ini, yang menekankan operasi
dan manipulasi apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan keadaan
atau hal yang diartikan terutama berguna untuk mengartikan variabel
bebas.
Pengertian Pola II, yaitu pengertian yang disusun atas dasar
bagaimana hal yang diartikan itu beroperasi. Contohnya orang yang
cerdas adalah orang tinggi kemampuannya dalam memecahkan masalah,
tinggi kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan.
Pengertian Pola III, yaitu pengertian yang dibuat berdasar atas
bagaimana hal yang diartikan itu tampaknya. Contohnya adalah pestasi
aritmetika adalah kompetensi dalam bidang aritmetika yang meliputi
menambah, mengurangi, memperbanyak, membagi, menggunakan
pecahan decimal, Sering kali dalam membuat pengertian operasional Pola
III ini peneliti menunjuk kepada alat yang digunakan untuk mengambil
datanya.
Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang
telah dipilih oleh peneliti. Logikanya, boleh jadi, antara peneliti yang satu
dengan yang lain bisa beda definisi operasional dalam 1 judul skripsi yang
sama. DO (Definisi Operasional) boleh merujuk pada kepustakaan.

41. Skala Data


Sebelum masuk pada tahap pengolahan data statistik penelitian
(skripsi, tesis, tugas akhira. dll), pengetahuan tentang jenis-jenis data
dalam statistik adalah syarat utama yang harus di kuasai. Pengetahuan
tentang jenis-jenis data sangat menentukan metode yang akan digunakan
dalam pengambilan data dan tentu saja alat analisis apa yang dibutuhkan
oleh data tersebut agar lebih bermakna.
Jenis-jenis data atau skala data ini bertingkat menurut tingkatan
pengukuran. Kita bisa menyingkatnya “NOIR”. Salah satu yang terpenting
dalam pengujian adalah kesesuaian jenis skala data dengan uji yang
digunakan.
Jenis skala pengukuran (skala data) adalah sebagai berikut:
a. Nominal
Data nominal adalah tingkatan data paling rendah menurut
tingkatan pengukurannya. Data nominal ini pada satu individu
tidak mempunyai variasi sama sekali, jadi 1 individu hanya punya 1
bentuk data.

Contoh data nominal : jenis kelamin, tempat tinggal, tahun lahir dll.
Setiap individu hanya akan mempunyai 1 data jenis kelamin, laki-
laki atau perempuan. Nah, dalam pengolahannya, data jenis kelamin
ini nantinya akan diberi label misalnya perempuan = 1, laki-laki = 2.
1) Nominal – dikotomi diskrit
Contoh data diskrit dikotomi adalah status pernikahan, 1 =
menikah, 0 = tidak menikah, jenis kelamin 1 = laki-laki, 2 =
perempuan.

3) Nominal – dikotomi kontinyu


Yaitu suatu data yang sifatnya interval yang selanjutnya
dikategorikan dalam dua kategori, misalnya terdapat data
tentang berat badan bayi.

b. Ordinal
77
Data ordinal pada dasarnya adalah hasil dari kuantifikasi data
kualitatif. Contoh data ordinal yaitu penskalaan sikap individu.
Penskalaan sikap individu terhadap sesuatu bisa diwujudkan dalam
bermacam bentuk, diantaranya yaitu :
Sangat setuju = 5
Setuju = 4
Netral = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1

Pada data ordinal ini, data yang ada tidak mempunyai jarak data
yang pasti, misalnya : sangat setuju (5) dan setuju (4) tidak diketahui pasti
jarak antar nilainya karena jarak antara sangat setuju (5) dan setuju (4)
bukan 1 satuan (5-4), melainkan dimaknakan sebagai rangking atau
peringkat, misalnya rangking 1,2,3,4,5 dst. 1)

c. Interval
Data interval mempunyai tingkatan lebih rendah dari data
rasio. Data rasio memiliki jarak data yang pasti namun tidak
memiliki nilai nol mutlak. Contoh dari data interval ialah hasil dari
nilai ujian matemtika. Misalnya :
A = jika mendapatkan nilai 10
B = jika mendapatkan nilai 8
Itu artinya, dapat dipastikan A mempunyai 2 nilai lebih banyak dari
B, namun tidak ada nilai nol mutlak. Maksudnya, jika C mendapat
nilai 0, tidak berarti bahwa kemampuan C dalam pelajaran
matematika adalah 0 atau kosong. 1)

d. Rasio

Data rasio adalah tingkatan data yang paling tinggi. Data rasio
memiliki jarak antar nilai yang pasti dan memiliki nilai nol mutlak
yangtidak dimiliki oleh jenis-jenis data lainnya. Contoh dari data
rasio diantaranya berat badan, panjang benda, jumlah satuan
benda. Jika kita memiliki 10 bola maka ada perwujudan 10 bola itu,
dan ketika ada seseorang memiliki 0 bola maka seseorang tersebut
tidak memiliki bola satupun. Data rasio dapat digunakan dalam
komputasi matematik, misalnya A memiliki 10 bola dan B memiliki
8 bola, maka A memiliki 2 bola lebih banyak dari pada B. 1)
Sebagai contoh misalnya diperoleh data dari pengumpulan
data tentang Hb ibu hamil pada 10 responden, tentukan rangking
(untuk memperoleh data ordinalnya) dan buatlah dalam dikotomi
kontinyu nominal.
78
BAB VIII
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

42. Umum. Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami


masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan
manusia untuk memahami permasalahan tersebut hanya mengndalkan
pengalaman hidup sehari hari secara sporadic dan tidak tertata, jelas
tidak cukup menjadi dasar yang kuat bagi pemahaman terhadap satu
permasalahan (Uhar, 2012:94). Instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variable yang diteliti. Dengan demikian imliah instrument
yang akan digunakan untuk penelitian tergangung pada jumlah variable
yang ditelti. Jika variablenya lima maka instrumennya lima.
Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat,
maka setiap instrument harus mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92).

43. Jenis Skala Pengukuran


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam
alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan
data kuantitatif. Contohnya timbangan emas sebagai instrument untuk
mengukur berat emas.
Jenis-jenis skala pengukuran ada empat :
a. Skala nominal
Skala nominal adalah sekala yang paling sederhana, disusun
menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai
symbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan
karakteristik yang lainnya.
Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada
pengelompokkan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan
apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak
menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi hanya menunjukkan
perbedaan kualitatif (Uhar suharsaputra, 2012:72). Adapun ciri-ciri
dari skala nominal adalah:
1) Kategori data bersifat mutually exclusive (salign memisah)

2) Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa


sembarang). Hasil perhitungan dan tidak ditemui bilangan
pecahan. Angka yang tertera hanya lebel semata. Tidak
mempunyai ukuran baru. Dan tidak mempunyai nol mutlak.

b. Skala ordinal
Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang
digunakan disusun secara runtut dari yang rendah sampai yang
tinggi. Skala ordinal sekala yang diurutkan dari jenjang yang lebih
tinggi sampai skala yang terendah atau sebaliknya.
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data
saling memisah, kategori data memiliki aturan yang logis, kategori
data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus
yang dimilikinya.

c. Skala interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data
dengan data yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara
menurut (Uhar) dalam bukunya, metodologi penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan tindakan, menjelaskan bahwa skala interval adalah
skala pengukuran yang mana jarak satu tingkat dengan yang lain
sama. Ciri-ciri dari skala ini menurut Uhara ada lima :
79
1) Kategori data bersifat saling memisah.
2) Kategori data memiliki aturan yang logis.
3) Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah
karaaktristik khusus yang dimilikinya.
4) Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan
yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
5) Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak
punya nilai nol absolut).

d. Skala rasio
Skala ini adalah sekala interval yang benar-benar memiliki
nilai nol mutlak. Dengan demikian sekala rasio menunjukkan jenis
pengukuran yang sangat jelas dan akurat.

44. Skala Sikap


kala ini hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan
ilmu sosiologi dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus
mengukur sikap. Beberapa skala sikap yang dapat digunakan untuk
penelitian administrasi, pendidikan dan social antara lain :
a. Skala likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
prsepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena atau
gejala sosial yang terjadi. Hal ini sudah sepesifik dijelaskann oleh
peneliti. Yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian.
Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel,
kemudian menjadi indicator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk
menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang
berhubungan dengan variabel penelitian (Iskandar, 2009:83).
enyataan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam
bentuk skala likert, yang diungkapkan melalui kata-kata misalnya ;
setuju, sangat setuju, tidak pasti, tidak setuju, sangat tidak setuju.

b. Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan
konsisten, yaitu ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak
yakin, setuju-tidak setuju, dll.

c. Semantic defentrial.
Skala differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan
simantik, responden untuk menjawab pernyataan dalam satu garis
kontinum yang bertentangan yaitu positif negative. Data yang
diperoleh biasanya data interval yang digunakan untuk mengukur
sikap seseorang atau kelompok (Iskandar, 2009:84) .
Skala ini berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub),
seperti : panas-dingin, baik-buruk, dll. Karakteristik bipolar
mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek :
a) Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek
b) Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.

c) Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan satu objek

d. Rating scale
Berdasarkan ketiga skala semua data yang diproleh adalah
data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah
data mentah yang didapar berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab
dari data kualitatif yang sudah tersedia, tapi menjawab dari jawaban
80
kuantitatif, dengan demikian raing scale lebih fleksibel, tidak
terbatas untuk pengukuran sikap saja.

45. Instrument Penelitian


Dalam penelitian bidang pendidikan, teknik pengumpulan data yang
lazim adalah menggunakan intrumen. Dalam menjalankan penelitian data
merupakan tujuan utama yang hendak dikumpulkan dengan
menggunakan instrument. Instrumen penelitian adalah nafas dari
penelitian. Menurut (Arikunto, 1995:177), ‘’instrumen penelitian adalah
sesuatu yang penting dan strategis kedudukannya dalam pelaksanaan
penelitian.’’
Keadaan-keadaan telah mendorong upaya-upaya pakar untuk
membuat prosudur dan alata yang dapat digunakan guna mengungkap
kenyataan-kenyataan (data) yang dapat diajdikan dasar dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Untuk itu instrument penelitian
menempeti kedudukan penting dalam sebuah penelitian, hal ini tidak lain
karean keberhasilah sebuah penelitian dipengaruhi pula oleh instrument
yang dipergunakan (Uhar Suharsaputra, 2012:94)
Kualitas data sangat menetukan kualitas penelitian. Kualitas data
tergantung pada kualitas alat (instrumen) yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Pada dasarnya terdapat dua kategori
instrument yang digunakan dalam penelitian, yakni :
a. Instrument digunakan untuk memproleh informasi atau data
tentang keadaan objek atau proses yang diteliti.
b. Instrumen digunakan untuk mengontrol objek atau proses yang
diteliti.
Data kondisi objek atau spesifikasi proses yang diukur dapat
diulang dengan menggunakan dua instrument tersebut (Gempur Santoso,
2012:62)

Dalam suatu penelitian kuantitatif (adanya jarak antara subjek dan


objek) yang bersifat verifikasi hipotesis, instrument penelitian merupakan
alat yang dipakai untuk menjembatani antara subjek dan objek (secara
subtansial antara hal-hal teoritis dan empiris, antara konsep dan data)
(Uhar Suharsaputra, 2012:94).
Teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah
menggunakan adalah instrumen yang sempurna, wawancara, observasi,
dokumentasi, sperti pada table di bawah ini.
Beberapa hal yang penting dalam menyusun istrumen menurut
Nana Sudjana (Uhar Suharsaputra, 2012:95), dalam penyusunan
instrument penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Masalah dan variable yang diteliti termasuk indicator variable harus
jelas sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis istrumrn yang
digunakan.
b. Sumber data/ informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus
diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan dasar dalam menentukan
isi, bahasa, sistimatika item dalam instrument penelitian.
c. Keterandalan dalam instrument itu sendiri sebagai alat
pengumpulan data, objekvitas, dll.
d. Jenis data yang diharapkan dari pengguna instrumen harus jelas.
Sehingga peneliti dapat menetukan gaya analisis dan pemecahan
masalah penelitian.
e. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data
yang diperlukan

46. Sarana Instrument Penelitian


a. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan pada
orang lain dengan tujuan agar orang yang diberi bersedia
81
memberikan respon yang sesuai. Angket dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1) Angket terbuka, adalah angket yang disajikan dalam bentuk
isian. Tentunya disertai dengan pertanyaan.
2) Angket tertutup, adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sederhana, yang mana responden tinggal membri tanda
centang pada kolom yang disediakan terhadapa jawaban yang
sesuai dengannya. Biasanya dalam bentuk multipelchoise.
3) Campuran, Disamping dari kedua ini ada combinasi dari dua
jenis angket di atas.

b. Daftar cocok (Checlist)


Ini hampir sama dengan angket tertutp, karena hanya tinggal
member tanda pada tes yang diberikan terhadap jawaban keadaan
kita. Bedanya dengan angket, checklist dibuat sedikit lebih
sederhana.

c. Skala
Skala menunjuk pada sebuah instrument pengumpul data
yang bentuknya seperti daftar cocok tapi alternative yang disediakan
merupakan sesuatu yang berjenjang. Skala banyak digunakan
untuk mengukur aspek-aspek kpribadian atau kejiwaan.

47. Jenis Instrument Penelitian


a. Tes
Tes yaitu suatu alat ukur yang diberikan kepada individu
untuk mendapatkan jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun
lisan. Sehingga dapat mengetahui kemampuan individu yang
bersangkutan.
b. Kuesioner
Instrument penelitian dalam bentuk pertanyaan yang
biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan
dengan pendapat, aspirasi, prespsi, keinginan, keyakinan, dll secara
tertulis. Dan apabila dilakuakan dengan menggunakan lisan maka
disebut wawancara. Untuk lebik baiknya ini digabungkan, antara
liasan dan tilisan untuk memperkuat data.
c. Skala
Skala merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan,
sikap dan hal-hal yang berkaitan dengan personological.

48. Cara Menyusun Instrumen


Cara menyusun instrumen yaitu bertolak dari variabel penelitian
yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi
operasionalnya, selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur.
Indikator ini dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Untuk memudahkan penyusunan instrumrn, maka perlu digunakan
“matrik pengembangan instrumen “ atau “kisi-kisi instrumen”.

49. Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang Dikembangkan


Contoh judul penelitian dan instrumen yang dikembangkan yaitu:
“GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH”
Instrumennya yaitu:
a. Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
b. Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
c. Istrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.
82
BAB IX
SUMBER DAN PENGUMPULAN DATA

50. Umum. Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan


secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk
menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian
harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah
metode penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-
ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

51. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam
menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara,
pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat
menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah
yang dihadapi atau yang diteliti.
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi
valid, maka kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan
data dalam penelitian itu, sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi
pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
Dan dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian
merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen
metodologi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah
yang sedang diteliti. Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu
merupakan alat yang digunakan dalam penelusuran terhadap gejala-gejala
yang ada dalam suatu penelitian guna membuktikan kebenaran atau
menyanggah suatu hipotesa-hipotesa tertentu.
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan dari ketiganya. Lah selanjutnya saya akan menjelaskan satu per
satu dari keempat cara yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data.

52. Wawancara
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah proses
percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara
adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa
hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah
antara lain:
a. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal
sebelumnya.
b. Responden selalu menjawab pertanyaan.
c. Pewawancara selalu bertanya.
d. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban,
tetapi harus selalu bersifat netral.
e. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat
sebelumnya.
f. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Wawancara digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data


apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
83
permasalahan-permasalahan yang harus diteliti. Selain itu wawancara
juga digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.
Untuk melakukan wawancara, ada anggapan yang harus atau perlu
dipegang yaitu:
a. Bahawa subyek atau responden adalah yang paling tau tentang
dirinya sendiri.
b. Bahwa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah hal yang
sebenar-benarnya.
c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimasksud oleh peneliti.

Wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Wawancara juga


dapat dibendakan menjadi wawancara terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur lebih sering digunakan dalam
penelitian survey atau penelitian kuantitatif, walaupun dalam
beberapa situasi, wawancara tersetruktur juga dalam penelitian
kualitatif. Wawancara bentuk ini sangat terkesan seperti interogasi
karena sangat kaku, dan pertukaran informasi antara peneliti
dengan subyek yang diteliti sangat minim. Dalam melakukan
wawancara tersetruktur, fungsi peneliti sebagian besar hanya
mengajukan pertanyaan dan subyek penelitian hanya bertugas
menjawab pertanyaan saja. Terlihat adanya garis yang tegas antara
peneliti dengan subyek penelitian. Selam proses wawancara harus
sesuai dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah
dipersiapkan. Beberapa ciri-ciri wawancara terstruktur adalah
sebagai berikut:
1) Dafatar pertanyaan dan kategori jawaban terlah dipersiapkan.
Dalam wawancara tersetruktur, daftar pertanyaan
sudah tertulis dalam form pertanyaan serta dengan kategori
jawaban yang telah disediakan. Biasanya dalam bentuk
pedoman wawancara. Peneliti hanya tinggal membacakan
pertanyaan yang telah tertulis, sementara subyek penelitian
hanya tinggal menjawab sesuai dengan jawaban yang telah
disediakan.
2) Kecepatan wawancara terkendali
Karena jumlah pertanyaan dan jumlah pilihan jawaban
sudah tersedia,dan kemungkinan jawaban yang akan
diperoleh sudah dapat diperediksi, tentu saja waktu dan
kecepatan wawancara dapat terkendali dan telah
diperhitungkan sebelumnya oleh peneliti. Peneliti dapat
melakukan simulasi terlebih dahulu sebelum melakukan
wawancara, dan mencatat waktu yang dibutuhkan selama
wawancara tersebut.
3) Tidak ada fleksibilitas (pertanyaan atau jawaban)
Fleksibilitas terhadap pertanyaan atau jawaban hamper
tidak ada. Peneliti tidak perlu lagi membuat pertanyaan lain
dalam proses wawancara karena semua pertanyaan yang
dibuat sudah disimulasikan terlebih dahulu dan biasanya
sudah “fix” ketika turun kelapanga. Begitu juga dengan
jawaban.
4) Mengikuti Pedoman/Guideline Wawancara (dalam urutan
pertanyaan, penggunaan kata dan kalimat, pilihan jawaban
dan tidak improvisasi). Pedoman wawancara mencakup
serangkaian pertanyaan beserta urutannya yang telah diatur
dan disesuaikan dengan alur pembicaraan. Tidak
84
diperkenankan menggunakan Bahasa atau kata-kata yang
tidak tertulis dalam pedoman wawancara.
5) Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan
tentang suatu fenomena.
Wawancara tersetruktur biasanya digunakan dalam rangka
untuk mendapatkan penjelasan saja dari suatu fenomena atau
kejadian, dan bukan tujuan untuk memahami fenomena tersebut.
Karena alasan tersbut biasanya wawancara terstruktur lebih sering
digunakan dalam penelitian survey atau kuantitatif ketimbang
penelitian kualitatif walaupun wawancara tersetruktur juga bias
digunakan dalam penelitian kualitatif.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa
instrumen sebagai pedoman untuk wawancar, maka pengumpulan
data juga dapat melengkapi diri dengan menggunakan alat-alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan atau material
material lain yang dibutuhkan.

b. Wawacara Tidak Terstruktur


Jenis wawancara yang ketiga adalah wawancara tidak
tersetruktur. Hampir mirip dengan bentuk wawancara semi
tersetruktur, hanya saja wawancara semi tersetruktur memiliki
kelonggaran dalam banyak hal termasuk dalam pedoman
wawancara. Salah satu kelemahan wawancara tidak tersetruktur
adalah pembicaraan akan mudah menjadi “ngalor-ngidul” dengan
batasan yang kurang tegas. Untuk sebuah penelitian kualitatif, kami
tidak menyarankan untuk menggunakan wawancara jenis
wawancara tidak tersetruktur karena kurang terfokus pada apa
yang akan digali. Penggalian akan bersifat meluas, bukan mendala.
Wawancara tidak tersetruktur lebih tepat digunakan dalam konteks
wawancara santai dengan tujuan yang tidak terlalu terfokus,
konteks talk-show, kontek seminar atau kualiah umum, dan
konteks lainnya yang bertujuan untuk mencari keluasan bahasam.
Wawancara tidak tersetruktur memiliki ciri-ciri seperti dibawah ini;
1) Pertanyaan yang diajukan bersifat sangat terbuka, jawaban
subyek bersifat meluas dan bervariasi.
Peneleliti dapat berimprovisasi sebebas-bebasnya dalam
bertanya dengan membentuk pertanyaan yang sangat terbuka,
hampir tidak ada pedoman yang digunakan sebagai kontrol.
Demikian pula pada halnya dengan jawaban dan
subyek/interviewee, dapat sangat luas bervariasi. Batasan
pertanyaan pun tidak tegas sehingga sangat memungkinkan
pembicaraan akan meluas. 
2) Kecepatan wawancara sulit diprediksi
Layaknya mengobrol santai, kecepatan waktu
wawancara lebih sulit diprediksi karena sangat tergantung
dari alur pembicaraan yang kontrolnya sangat fleksibel dan
lunak. Akhir dari wawancara tidak terstruktur juga terkadang
tidak mendapatkan kesimpulan yang cukup jelas dan
mengrucut.
3) Sangat Fleksibel ( dalam hal pertanyaan maupun jawaban)
Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti/interviewer dan
jawaban yang diperoleh dari subyek penelitian/interviewee
sangat fleksibel. Bahkan terkesan seperti ngobrol santai
“ngalor-ngidul”. Jika peneliti yang memilih bentuk wawancara
ini belum berpengalaman atau yang memiliki jam terbang
yang kurang, maka akan mengalami kedala dalam
merumuskan tema serta menarik kesimpulan wawancara.
Maka dari itu jika peneliti masih belum cukup pengalaman
85
sebaiknya tidak menggunakan bentuk wawancara tidak
terstruktur.
4) Pedoman wawancara (guideline interview) sangat longgar
urutan pertanyaan, penggunaan kata, alur pembicaraan, dan
lain sebagainya.
Hampir sama seperti wawancara semi tersetruktur,
dalam wawancara tidak terstruktur pedoman wawancara tetap
masih diperlukan. Hanya saja, wawancara semi terstruktur,
masih terdapat tema-tema yang dibuat sebagai kontrol atau
pembicaraan yang mengacu pada satu tema sentral, pada
pedoman wawancara tidak terstruktur tidak terdapat topik-
topik yang mengatur alur pembicaraan, tetapi hanya terdapat
tema sentral saja yang digunakan peneliti/interviewer sebagai
kontrol alur pembicaraan selama wawancara berlangsung.
5) Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui suatu fenomena
Dalam hal tujuan, terdapat kesamaan dengan
wawancara semi terstruktur yaitu untuk memahami suatu
fenomena, hanya dalam kedalaman pembahasan dan
pengendalian data tidak seakurat wawancara semi terstruktur
sehingga bentuk wawancara semi terstruktur kurang sesuai
untuk digunakan dalam penelitian kualitatif.

53. Kuesioner / Angket


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuesioner merupakan alat
riset atau survey yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis,
bertujuan mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui
wawancara pribadi atau melalui pos, daftar pertanyaan. Menurut Sugiyono
(2011), angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukkan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu yang tidak bisa
diharapkan dari responden. Angket sebagai teknik pengumpulan data
sangat cocok untuk mengumpulkan data dalam jumlah besar. Definisi
lainnya dari angket adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada subjek penelitian untuk dijawab sesuai dengan keadaan subjek
yang sebenarnya. Yang dapat dijaring dengan menggunakan kuesioner
adalah hal-hal mengenai diri responden, dengan asumsi bahwa
respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya
sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti
adalah benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh
peneliti. Justru anggapan-anggapan inilah yang menjadi kelemahan dari
metode angket. Karena dalam kenyataan responden dapat memberikan
keterangan-keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya.
Menurut Uma Sekaran sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono
(2007:163), ada beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik
pengumpulan data, yaitu prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan
fisik.

Prinsip penulisan angket menyangkut beeberapa faktor antara lain:


a. Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur, maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
b. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan
responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-
istilah bahasa inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa
inggris.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau tertutup.
86
d. Pertanyaan tidak mendua artinya pertanyaan tidak mengandung
dua arti yang akan menyulitkan responden.
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa atau tidak menanyakan
pertanyaan yang menyebabkan responden berpikir keras.
f.Pertanyaan tidak menggiring responden.
g. Pertanyaan tidak boleh terlalu panjang atau terlalu banyak.
Kalau terlalu panjang atau banyak, akan menyebbkan responden
merasa jenuh untuk mengisinya.
h. Urutan pertanyaan dimulai dari yang umum sampai ke spesifik, atau
dari yang mudah menuju ke yang sulit, atau di acak.

Prinsip pengukuran memuat seperangkat uji coba instrument.


Artinya, sebelum menyebarkan angket, perlu dilakukanbeberapa
percobaan sehingga selain diketahui validitas dan realibilitasnya, juga
akan diperoleh estimasi waktu pengerjaan, tingkat kesulitan dan berbagai
hal lainnya.
Penampilan fisik merupakan salah satu daya tarik dan keseriusan
responden dalam mengisi angket. Namun tentu saja, angket yang bagus
terkesan resmidan memerlukan biaya uang lebih besardibanding angket
yang di cetak di atas kertas seadanya.
Jenis –jenis angket (kuesioner):
a. Angket terbuka dan tertutup
Angket terbuka atau open ended questionnaire memberi
kesempatan kepada responden untuk memberi jawaban secara
bebas dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Misalnya:
Bagaimana pendapat anda kalau :
1) Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus? . . . .
2) Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran
pilihan? . . . .
Untuk menjawab pertanyaan ini responden bebas
menggunakan kalimatnya sendiri.

b. Angket tertutup atau closed questionare,


Angket tertutup adalah angket yang jawabanya telah
disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai.
Misalnya:
Bagaimana pendapat anda kalau :
1) Pelajaran bahasa Inggris diberikan di SD?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak
setuju
2) Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak
setuju
3) Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran
pilihan?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak
setuju
Untuk menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih
jawaban mana yang dianggap sesuai atau benar.

c. Angket semi terbuka


Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataanya
memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan
jawaban dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah
disediakan.
87
d. Angket langsung dan tidak langsung
Angket langsung kalu responden ditanya mengenai dirinya,
pengalamanya, keyakinanya atau diminta untuk menceritakan
tentang dirinya sendiri. Misalnya :
1) Apakah Anda suka belajar Matematika?
2) Apakah Anda pernah mengikuti PKG?
3) Metode apa yang Anda gunakan untuk mengajar membaca?

54. Pengamatan / Observasi


Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam
pengumpulan data saat membuat sebuah karya tulis ilmiah. Nawawi dan
Martini mengungkapkan bahwa observasi adalah pengamatan dan juga
pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala
atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil dari
observasi tersebut akan dilaporkan dalam suatu laporang yang tersusun
secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Prof. Heru, observasi adalah studi yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis, terarah dan terencana pada
tujuan tertentu dengan mengamati dan mencatat fenomena-fenomena
yang terjadi dalam suatu kelompok orang dengan mengacu pada syarat-
syarat dan aturan penelitian ilmiah. Dalam suatu karya tulis ilmiah,
penjelasan yang diutarakan harus tepat, akurat, dan teliti, tidak boleh
dibuat-buat sesuai keinginan hati penulis.
Ada 2 indra yang diutamakan di dalam melakukan pengamatan,
yaitu telinga dan mata. Kedua indra tersebut harus benar-benar sehat.
Dalam melakukan pengamatan, mata lebih dominan dibandingkan dengan
telinga. Mata ini memiliki kelemahan yaitu mudah letih. Untuk mengatasi
kelemahan yang bersifat biologis tersebut, maka perlu melakukan hal-hal
berikut:
a. Dengan menggunakan kesempatan yang lebih banyak untuk melihat
data-data.
b. Dengan menggunakan orang lain untuk turut sebagai pengamat
(observers).
c. Dengan mengambil data-data sejenis lebih banyak.
Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan yang bersifat psikologis,
yaitu :
a. Dengan meningkatkan daya penyesuaian (adaptasi).
b. Dengan membiasakan diri.
c. Dengan rasa ingin tahu.
d. Dengan mengurangi prasangka.
e. Dengan memiliki proyeksi.
Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah
dilakukan sebelumnya. Karena manusia memiliki sifat pelupa, maka
diperlukan catatan-catatan (check-list), alat-alat elektronik seperti kamera,
video dan sebagainya; lebih banyak menggunakan pengamat; memusatkan
perhatian pada data-data yang relevan; mengklasifikasikan gejala dalam
kelompok yang tepat; menambah bahan persepsi mengenai objek diamati.
Alat bantu yang dipergunakan di dalam observasi antara lain, yaitu
daftar riwayat kelakuan (anecdotal record); catatan berkala; daftar catatan
(check list); rating scale, yaitu pencatatan gejala menurut tingkatannya;
alat-alat optik elektronik.
Tingkat kecermatan observasi sangatlah dipengaruhi oleh faktor
prasangka dan keinginan observee; terbatasnya kemampuan pancaindra
dan ingatan; terbatasnya wilayah pandang, yaitu kecenderungan observe
menaruh perhatian dengan membandingkannya kepada kejadian lainnya;
kemampuan observer dalam menangkap hubungan sebab akibat;
kemampuan menggunakan alat bantu; ketelitian pencatatan; pengertian
observer terhadap gejala yang diukur.
88
Jenis-Jenis Observasi:
a. Jenis Observasi Partisipasi
Pengertian Observasi Partisipasi adalah observasi yang
dilakukan dengan observer terlibat langsung secara aktif dalam
objek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut nonobservasi
partisipasi. Sedangkan kehadiran observer yang berpura-pura
disebut kuasi observasi partisipasi.
b. Jenis Observasi Sistematis atau Observasi Berkerangka
Pengertian Observasi Sistematis adalah observasi yang sudah
ditentukan terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka tersebut memuat
faktor-faktor yang akan diobservasi menurut kategorinya.
c. Jenis Observasi Eksperimen
Pengertian Observasi Eksperimen adalah observasi yang
dilakukan terhadap situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk
meneliti sesuatu yang dicobakan.
Sekian dari informasi ahli mengenai pengertian observasi dan jenis
jenis observasi, semoga tulisan informasi ahli mengenai pengertian
observasi dan jenis jenis observasi dapat bermanfaat.

55. Teknik Skala


Seperti diketahui bahwa statistika diterapkan untuk mengumpulkan
menyajikan menganalisis dan menginterpretasikan data. Data yang
dikumpulkan dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Statistika
khususnya bekerja dangan data kuantitatif atau data kualitatif yang
sudah dikuantitatifkan dengan berbagai cara.
Data kuantitatif adalah fakta yang dipresentasikan dengan angka.
Misalnya penghasilan keluarga dalam rupiah (Rp), berat sapi dalam Kg,
tinggi badan dalam Cm, lama hidup suatu mikroorganisme dalam jam dan
sebagainya. Data kualitatif adalah fakta yang dinyatakan dalam bentuk
sifat (bukan angka). Misalnya jenis kandang ternak yaitu kandang induk,
kandang pejantan, kandang anak,kandang penggemukan dan sebagainya.
Data kualitatif dapat kita kuantitatifkan antara lain denagn cara memberi
skor, rangking, variable boneka (dummy variable) dan sebagainya.
Data dapat diukur secara langsung dan tidak sedikit data yang tidak
dapat diukur secara langsung. Untuk data yang tidak dapat diukur secara
langsung harus dibuat secara operasional sehingga dapat diukur.
Operasionalisasi ini berarti harus diusahakan untuk memecah atau
menguraikan pengertian itu dalam sejumlah demensi yang dapat diukur.
Misalnya operasionalisasi status social ekonomi masyarakat menjadi
demensi pendapatan dan demensi pekerjaan. Dalam mengukur fakta
validitas pengukuran harus diusahakan sebaik mungkin. Sebagai contoh
apakah daging ayam yang diawetkan dengan suatu zat pengawet masih
disenangi oleh konsumen, dapat diukur dengan skala pengukuran sangat
disukai, disukai, sedikit suka, suka, biasa saja, sedikit tidak suka, tidak
suka dan sangat tidak suka. jika mengukur berat kambing maka dapat
digunakan timbangan yang sudah punya skala. Demikian juga untuk
mengukur suhu tubuh dapat digunakan thermometer yang sudah ada
skalanya.
Skala pengukuran ini dibagi menjadi empat macam, yaitu skala
nominal, skala ordinal, skala interval dan skala ratio, disamping itu masih
ada skala lain yang lazim digunakan untuk penelitian ilmu-ilmu social dan
komunikasi, antara lain yang paling popular Seperti Skala Likert , Skala
Guttman, Semantic Differential dan. Rating Scale.

56. Focus Group Discussion


Focus Group Discussion/FGD atau diskusi kelompok terfokus
merupakan suatu metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada
penelitian kualitatif sosial, tidak terkecuali pada penelitian keperawatan.
Metode ini mengandalkan perolehan data atau informasi dari suatu
89
interaksi informan atau responden berdasarkan hasil diskusi dalam suatu
kelompok yang berfokus untuk melakukan bahasan dalam menyelesaikan
permasalahan tertentu. Data atau informasi yang diperoleh melalui teknik
ini, selain merupakan informasi kelompok, juga merupakan suatu
pendapat dan keputusan kelompok tersebut.
Keunggulan penggunaan metode FGD adalah memberikan data
yang lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data yang tidak
diperoleh ketika menggunakan metode pengumpulan data lainnya,
terutama dalam penelitian kuantitatif (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).
FGD sebagai suatu metode pengumpulan data memiliki berbagai
kelebihan/kekuatan dan keterbatasan. Saat ini FGD menjadi populer
sebagai salah satu alternatif dalam mengumpulkan data kualitatif dalam
berbagai penelitian keperawatan. Hal ini terbukti dengan banyaknya
publikasi keperawatan yang menggunakan metode pengumpulan datanya
melalui metode FGD.
Karakteristik metode FGD, merupakan salah satu metode
pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang
berasal dari hasil interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian, seperti
umumnya metode-metode pengumpulan data lainnya. Berbeda dengan
metode pengumpul data lainnya, metode FGD memiliki sejumlah
karakteristik, diantaranya, merupakan metode pengumpul data untuk
jenis penelitian kualitatif dan data yang dihasilkan berasal dari eksplorasi
interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para
informan yang terlibat (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006).

57. Behavioral Mapping / Pemetaan Perilaku


Pengamatan menggunakan metode Pemetaan Perilaku (Behavior
Mapping) yaitu suatu teknik survei yang dikembangkan oleh Ittelson sejak
tahun 1970an merupakan teknik yang sangat populer dan banyak
dipakai. Menurut Ittelson, pemetaan perilaku, secara umum akan
mengikuti prosedur yang terdiri dari 5 (lima) unsur dasar, yaitu:
a. Sketsa dasar area atau seting yang akan diobservasi.
b. Definisi yang jelas tentang bentuk–bentuk perilaku yang akan
diamati, dihitung, dideskripsikan dan didiagramkan.
c. Infomasikan satu rencana waktu yang jelas pada saat kapan
pengamatan akan dilakukan.
d. Prosedur sistematis yang jelas harus diikuti selama observasi.
e. Sistem coding/penandaan yang efisien untuk lebih mengefisienkan
pekerjaan obsevasi.
Pemetaan Perilaku meliputi suatu peta kenyataan atau rencana dari
suatu area pada lokasi manusia dan area menunjukan aktivitas manusia,
pengamatan terhadap perilaku pengguna ruang/bangunan berdasarkan
person-center maps dan place-centered dan Place-Centered Maps serta
phisycal trace yaitu :
a. Person-Centered Maps
Teknik survei perilaku ini menekankan pada pergerakan manusia
pada suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian teknik ini
akan berkaitan tidak hanya satu tempat atau lokasi akan tetapi
dengan beberapa tempat atau lokasi. Teknik ini pun hanya
berhadapan dengan seseorang yang khusus diamati.
b. Place-Centered Maps
Dalam penelitian ini digunakan metode place centered map untuk
melihat bagaimana manusia mengatur dirinya dalam suatu lokasi
tertentu (Sommer dkk 1980). Teknik survei ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana manusia atau sekelompok manusia
memanfaatkan, menggunakan atau mengakomodasikan perilakunya
dalam suatu situasi waktu dan tempat tertentu.
Dalam teknik ini, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah membuat sketsa suatu tempat atau setting, meliputi suatu
90
unsur fisik yang diperkirakan mempengaruhi perikalu pengguna
ruang tersebut. Peneliti dapat menggunakan peta dasar yang telah
dibuat sebelumnya. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah bahwa
peneliti harus akrab dengan situasi tempat atau area yang akan
diamati serta me-nentukan simbol atau tanda sketsa atas setiap
perilaku. Kemudian dalam satu kurun waktu tertentu, peneliti
mencatat berbagai peri-laku yang terjadi dalam tempat tersebut
dengan menggambarkan simbol -simbol pada peta dasar yang telah
disiapkan.
c. Physical Trace
Pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan tanda-tanda
yang ditinggalkan pengguna atau anak didik setelah melakukan
aktifitas. Tandatanda ini sebagai alat bantu dalam menganalisa hasil
pengamatan tersebut.
91
BAB X
PENYAJIAN DAN PENGUJIAN DATA

58. Data dan Jenis Data Penelitian


Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari data yang merupakan
bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik tentang
obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh
peneliti guna memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian.
Data penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber selama
penelitian berlangsung.
a. Data Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat
dikelompokkan dalam dua jenis yaitu dara primer dan data
sekunder.
1) Data Primer
Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber data utama. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki
sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti
harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara
lain observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner.
2) Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan,
jurnal, dan lain-lain. Pemahaman terhadap kedua jenis data di
atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik
serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.

b. Data Berdasarkan Bentuk dan Sifatnya


Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (berbentuk kata-
kata/kalimat) dan data kuantitatif (berbentuk angka). Data
kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara untuk
mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum.
Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data nominal,
data ordinal, data intervadan data rasio.
92

Gambar 10.1 Jenis Data Penelitian

c. Jenis Data Penelitian


1) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata,
bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui
berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau
observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan
(transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang
diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara
untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat
dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut: a.
a) Data Diskrit
Adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang
diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit
misalnya:

 Jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan XXX


sebanyak 20.
 Jumlah siswa laki-laki di SD YYY sebanyak 67
orang.
 Jumlah penduduk di Kabupaten ZZZ sebanyak
246.867 orang. Karena diperoleh dengan cara
membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat
(bukan bilangan pecahan).
b) Data Kontinum
Adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data
kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan
tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan.
Contoh data kontinum misalnya:
 Tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter.
 IQ Budi adalah 120.
 Suhu udara di ruang kelas 24ºCelcius.
Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data
kuantitatif dapat dikelompokkan dalam empat jenis (tingkatan) yang
memiliki sifat berbeda yaitu:
a. Data nominal
Sering disebut juga data kategori adalah data yang diperoleh
melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu.
Perbedaan kategori obyek hanyalah menunjukkan perbedaan
kualitatif. Walaupun data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk
angka, namun angka tersebut tidak memiliki urutan atau makna
matematis sehingga tidak dapat dibandingkan. Logika perbandingan
“>” dan “<” tidak dapat digunakan untuk menganalisis data nominal.
Operasi matematik seperti penjumlahan (+), pengurangan (-),
93
perkalian (x), atau pembagian (:) juga tidak dapat diterapkan dalam
analisis data nominal. Contoh data nominal antara lain:
 Jenis kelamin yang terdiri dari dua kategori yaitu: (1) Laki-laki
(2) Perempuan Angka (1) untuk laki-laki dan angka (2) untuk
perempuan hanyalah merupakan simbol yang digunakan untuk
membedakan dua kategori jenis kelamin. Angka-angka tersebut
tidak memiliki makna kuantitatif, artinya angka (2) pada data di atas
tidak berarti lebih besar dari angka (1), karena laki-laki tidak
memiliki makna lebih besar dari perempuan. Terhadap kedua data
(angka) tersebut tidak dapat dilakukan operasi matematik (+, -, x, : ).
Misalnya (1) = laki-laki, (2) = perempuan, maka (1) + (2) ≠ (3), karena
tidak ada kategori (3) yang merupakan hasil penjumlahan (1) dan
(2).
 Status pernikahan yang terdiri dari tiga kategori yaitu: (1)
Belum menikah, (2) Menikah, (3) Janda/duda. Data tersebut
memiliki sifat-sifat yang sama dengan data tentang jenis kelamin.

b. Data ordinal
Adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang
telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data
ordinal memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari
yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian,
jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama.
Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal memiliki sifat
berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal berlaku
perbandingan dengan menggunakan fungsi pembeda yaitu “>” dan
“<”. Walaupun data ordinal dapat disusun dalam suatu urutan,
namun belum dapat dilakukan operasi matematik ( +, - ,x, : ).
Contoh jenis data ordinal antara lain:
 Tingkat pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai
berikut: (1) Taman Kanak-kanak (TK) (2) Sekolah Dasar (SD) (3)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) (4) Sekolah Menengah Atas (SMA)
(5) Diploma (6) Sarjana Analisis terhadap urutan data di atas
menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan lebih tinggi
dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan dengan
SMP. Namun demikian, data tersebut tidak dapat dijumlahkan,
misalnya SD (2) + SMP (3) ≠ (5) Diploma. Dalam hal ini, operasi
matematik ( + , - , x, : ) tidak berlaku untuk data ordinal.
 Peringkat (ranking) siswa dalam satu kelas yang menunjukkan
urutan prestasi belajar tertinggi sampai terendah. Siswa pada
peringkat (1) memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari pada siswa
peringkat (2).

c. Data Interval
Adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas
dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki
oleh data ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan
data lainnya.
 Hasil pengukuran suhu (temperatur) menggunakan
thermometer yang dinyatakan dalam ukuran derajat. Rentang
temperatur antara 0º Celcius sampai 1º Celcius memiliki jarak yang
sama dengan 1º Celcius sampai 2º Celcius. Oleh karena itu berlaku
operasi matematik ( +, - ), misalnya 15º Celcius + 15º Celcius = 30º
elcius. Namun demikian tidak dapat dinyatakan bahwa benda yang
bersuhu 15º Celcius memiliki ukuran panas separuhnya dari benda
yang bersuhu 30º Celcius. Demikian juga, tidak dapat dikatakan
bahwa benda dengan suhu 0º Celcius tidak memiliki suhu sama
94
sekali. Angka 0º Celcius memiliki sifat relatif (tidak mutlak). Artinya,
jika diukur dengan menggunakan Thermometer Fahrenheit diperoleh
0º Celcius = 32º Fahrenheit.
 Kecerdasaran intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang
IQ 100 sampai 110 memiliki jarak yang sama dengan 110 sampai
120. Namun demikian tidak dapat dinyatakan orang yang memiliki
IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali dari urang yang memiliki IQ
100.
 Didasari oleh asumsi yang kuat, skor tes prestasi belajar
(misalnya IPK mahasiswa dan hasil ujian siswa) dapat dikatakan
sebagai data interval.
 Dalam banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh
melalui kuesioner (misalnya skala sikap atau intensitas
perilaku) sering dinyatakan sebagai data interval setelah
alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen (setara)
dengan skala interval, misalnya: Skor (5) untuk jawaban
“Sangat Setuju” Skor (4) untuk jawaban “Setuju” Skor (3)
untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat” Skor (2) untuk
jawaban “Tidak Setuju” Skor (1) untuk jawaban “Sangat Tidak
Setuju” Dalam pengolahannya, skor jawaban kuesioner
diasumsikan memiliki sifat-sifat yang sama dengan data
interval.

d. Data Rasio
Adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh
data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah
data yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena
dilengkapi dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat
diterapkannya semua bentuk operasi matematik ( + , - , x, : ). Sifat-
sifat yang membedakan antara data rasio dengan jenis data lainnya
(nominal, ordinal, dan interval) dapat dilihat dengan memperhatikan
contoh berikut:
 Panjang suatu benda yang dinyatakan dalam ukuran meter
adalah data rasio. Benda yang panjangnya 1 meter berbeda secara
nyata dengan benda yang panjangnya 2 meter sehingga dapat
dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2 meter (sifat
data nominal). Ukuran panjang benda dapat diurutkan mulai dari
yang terpanjang sampai yang terpendek (sifat data ordinal).
Perbedaan antara benda yang panjangnya 1 meter dengan 2 meter
memiliki jarak yang sama dengan perbedaan antara benda yang
panjangnya 2 meter dengan 3 (sifat data interval). Kelebihan sifat
yang dimiliki data rasio ditunjukkan oleh dua hal yaitu: (1) Angka 0
meter menunjukkan nilai mutlak yang artinya tidak ada benda yang
diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 meter, 2 kali lebih
panjang dibandingkan dengan benda yang panjangnya 1 meter yang
menunjukkan berlakunya semua operasi matematik. Kedua hal
tersebut tidak berlaku untuk jenis data nominal, data ordinal,
ataupun data interval.
 Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan
dalam gram memiliki semua sifat-sifat sebagai data interval. Benda
yang beratnya 1 kg. berbeda secara nyata dengan benda yang
beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari yang
terberat sampai yang teringan. Perbedaan antara benda yang
beratnya 1 kg. dengan 2 kg.
Pemahaman peneliti terhadap jenis-jenis data penelitian tersebut di
atas bermanfaat untuk menentukan teknik analisis data yang akan
digunakan. Terdapat sejumlah teknik analisis data yang harus dipilih oleh
peneliti berdasarkan jenis datanya. Teknik analisis data kualitatif akan
95
berbeda dengan teknik analisis data kuantitatif. Karena memiliki sifat
yang berbeda, maka teknik analisis data nominal akan berbeda dengan
teknik analisis data ordinal, data interval, dan data rasio.

59. Pengolan dan Analisis Data Kualitatif


Analisis data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan analisis
data dalam penelitian kuantitatif. Analisis data kualitatif bersifat induktif
dan berkelanjutan. Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah untuk
memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, menghasilkan
konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis
data kualitatif adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lainnya sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan
kepada orang lain (Bogdan, 1984).
Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana
yang akan dikaji sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan untuk
disampaikan kepada orang lain. Proses analisis data dalam penelitian
kualitatif dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis
data dilanjutkan pada saat peneliti berada di lapangan sampai peneliti
menyelesaikan kegiatan di lapangan. Sebelum peneliti memasuki
lapangan, analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau
data sekunder. Analisis data diarahkan untuk menentukan fokus
penelitian.
Namun demikian fokus penelitian yang ditentukan sebelum peneliti
memasuki lapangan masih bersifat sementara. Fokus penelitian ada
kemungkinan mengalami perubahan atau berkembang setelah peneliti
berada di lapangan. Ketika peneliti mulai memasuki kegiatan lapangan
untuk mengumpulkan data, peneliti melanjutkan analisis data. Misalnya,
ketika peneliti melakukan wawancara analisis dilakukan terhadap
informasi hasil wawancara.
Apabila jawaban tersebut dirasakan belum memuaskan, peneliti
melanjutkan wawancara dengan mengajukan pertanyaan lanjutan sampai
diperoleh data yang memuaskan. Miles and Huberman (1984),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak
diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis
meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display ), serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification)

60. Tahapan Proses Analisis Data


Tahapan proses analisis data serta interaksinya dapat dilihat pada
Gambar 10.2 dan Gambar 10.3 di bawah ini.
96
Gambar 10.2 Proses Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif

Gambar 10.3 Interaksi Antar


Tahapan Proses Analisis
Data dalam Penelitian
Kualitatif

61. Reduksi Data


Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan
perhatian, meyederhanakan, mengabstraksikan serta mentaranformasikan
data yang muncul dari catatan-cacatan lapangan (Patilima, 2005).
Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola, serta
membuang yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian, data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesisifk dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta
mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di
lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan
rumit.
Untuk itulah diperlukan reduksi data sehingga data tidak betumpuk
dan mempersulit proses analisis selanjutnya. Reduksi data dilakukan
dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai dengan
kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam mereduksi data
setiap peneliti dipandu oleh pertanyaan penelitian yang harus dijawab
berdasarkan data.
Jawaban pertanyaan tersebut merupakan wujud nyata temuan
penelitian. Ketika peneliti menemukan sesuatu (data) yang belum jelas dan
belum memiliki pola perlu segera dilakukan pencermatan melalui proses
reduksi untuk memahami makna yang terkandung dalam data tersebut.
Secara sederhana, ilustrasi reduksi data dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 10.4 Ilustrasi Reduksi Data dalam Penelitian Kualitatif

Berdasarkan gambar di atas, diperlihatkan peneliti memperoleh data


yang dituangkan dalam bentuk catatan lapangan. Data tersebut
97
diilustrasikan dalam simbol-simbol (2!1d2#3$4Ab%5cA%BE&aC*eD*E).
Kumpulan simbol tersebut belum memperlihatkan makna apa-apa. Untuk
itulah, peneliti melakukan reduksi data dengan cara sebagai berikut:
a. Memilih data yang dianggap penting; Pada ilustrasi di atas dipilih
data yang dinyatakan dalam bentuk huruf dan angka
(21d234Ab5cABEaCeDE) sebagai data yang dianggap penting.
Sedangkan data lain yang dinyatakan dalam simbol (!#$%%&**)
dibuang karena dianggap tidak penting.
b. Membuat kategori data; Pada ilustrasi di atas dibuat tiga kategori
yaitu huruf besar, hurup kecil, dan angka.
c. Mengelompokkan data dalam setiap kategori; Pada ilustrasi di atas,
data dikelompokkan dalam tiga kategori yang telah ditetapkan yaitu
huruf besar (AABECDE), huruf kecil (dbcae), dan angka (212345).
Proses reduksi data yang diilustrasikan di atas, memperlihatkan
bahwa data (catatan lapangan) yang sebelumnya tidak jelas
(“semerawut”) menjadi lebih jelas dan sistematis. Terdapat
perbedaan yang cukup mencolok antara data catatan lapangan
dengan data yang telah direduksi. Proses tersebut tentunya akan
mempermudah peneliti memaknai makna yang terkandung pada
tahap analisis selanjutnya. Dalam prakteknya, reduksi data tidak
semudah seperti yang ditunjukkan pada ilustrasi di atas.
Diperlukan proses berpikir kreatif, kecermatan, dan juga wawasan
yang luas tentang data yang sedang diteliti. Bagi peneliti pemula,
reduksi data dapat dilakukan melalui diskusi dengan teman sejawat
atau orang yang dipandang ahli dalam bidangnya. Diskusi akan
membuka dan mengembangkan wawasan peneliti sehingga dapat
mereduksi data dengan baik. Reduksi data yang baik akan
menghasilkan sejumlah data yang memiliki nilai-nilai temuan
sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.

62. Penyajian (Display) Data


Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian (display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah
dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif,
bagan, hubungan antar kategori, diagram alur ( flow chart ), dan lain
sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk- bentuk tersebut akan
memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan
kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini, peneliti berusaha
menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan
dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk
memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti
untuk mencapai tujuan penelitian. Penampilan atau display data yang
baik dan jelas alur pikirnya merupakan hal yang sangat diharapakan oleh
setiap peneliti.
Display data yang baik merupakan satu langkah penting menuju
tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Secara sederhana,
ilustrasi penyajian data dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 10.5 Ilustrasi Display Data dalam Penelitian Kualitatif


98
Hasil reduksi data pada ilustrasi di memperlihatkan data yang telah
dikelompokan berdasarkan kategori tertentu yaitu huruf besar ( AABECDE
) huruf kecil ( dbcae ) dan angka ( 212345 ). Kumpulan data dari setiap
kategori belum memperlihatkan adanya pola tertentu. Untuk itulah,
peneliti melakukan display data dengan cara menyajikan data
berdasarkan pola tertentu (dalam bentuk urutan). Hasil display data
tersebut adalah adanya tiga kelompok data yaitu huruf besar ( ABCDE )
huruf kecil ( abcde ) dan angka ( 12345 ) yang telah tersaji dalam suatu
pola (berdasarkan urutanya).
Terlihat adanya perbedaan antara hasil reduksi data dengan display
data. Penyajian data dalam suatu pola tertentu akan memberikan
kemudahan bagi peneliti untuk mendapatkan temuan sehingga yang
dapat dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.

63. Verifikasi Data (Conclusion Drawing)


Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah
menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.
Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila ditemukan bukti- bukti kuat yang mendukung tahap
pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti
inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat
dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali
ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan
yang kredibel. Sejak awal pengumpulan data, peneliti sebaiknya mulai
memutuskan antara data yang mempunyai makna dengan data yang tidak
diperlukan atau tidak bermakna. Pada langkah verifikasi ini peneliti
sebaiknya masih tetap terbuka untuk menerima masukan data. Bahkan
pada langkah verifikasi ini sebagian peneliti juga masih kadang ragu-ragu
meyakinkan dirinya apakah dapat mencapai kesimpulan pada tingkat
final, di mana langkah pengumpulan data dinyatakan telah berakhir.
Ketika peneliti terjun ke lapangan, biasanya mereka mendapatkan bahwa
sebenarnya banyak bentuk dan ragam gejala atau informasi yang ditemui,
tetapi tidak semua data dapat diproses atau diambil sebagai pendukung
fokus penelitian, atau mengarah pada tercapainya kesimpulan. Hanya
data yang memiliki persyaratan tertentu saja yang diperlukan peneliti.
Persyaratan data yang dapat diproses dalam analisis lebih lanjut
seperti, absah, berbobot, dan kuat, sedangkan data lain yang tidak
menunjang, lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus
dipisahkan. Memilih data yang memenuhi persyaratan tersebut tidaklah
mudah. Proses tersebut di samping memerlukan ketelitian dan
kecermatan, peneliti harus menggunakan metoda yang variatif dan tepat
agar diperoleh data yang dapat digunakan untuk tujuan reduksi. Untuk
mencapai tujuan tersebut beberapa taktik penting termasuk testing atau
mengkonfirmasi makna, menghindari bias, dan meyakinkan kualitas
kesimpulan perlu dilakukan selama melakukan analisis data. Untuk dapat
mengetahui kualitas data, seorang peneliti dapat menilai melalui beberapa
metode seperti berikut:
a. Mengecek representativeness atau keterwakilan data
b. Mengecek data dari pengaruh peneliti
c. Mengecek melalui trianggulasi
d. Melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat
dipercaya
e. Membuat perbandingan atau mengkontraskan data
f. Penggunaan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data
negartif.
Dengan mengkonfirmasi makna setia data yang diperoleh dengan
menggunakan satu cara atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh
informasi yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan
99
penelitian Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang ditetapkan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak, karena seperti rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti berada di lapangan. Penarikan kesimpulan dalam
penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru
yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap
menjadi jelas setelah diteliti. Temuan tersebut dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipotesis atau teori.

64. Pengujian Keabsahan Data


Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas
dalam penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan
tergantung pada kemampuan peneliti mengkontruksi fenomena yang
diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental
tiap individu dengan latar belakangnya. Oleh karena itu jika ada lima
orang peneliti dengan latar belakang berbeda meneliti objek yang sama
akan mendapatkan lima temuan dan semuanya dinyatakan valid jika yang
ditemukan tersebut tidak berbeda dengan apa yang terjadi sesungguhnya
pada objek yang diteliti. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas
eksternal), dependability (reliabilitas) dan conformability (objektivitas).
a. Uji Kredibilitas
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data ditunjukan
pada gambar 10.6. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa uji
kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check

Gambar 10.6 Uji Kredibiitas Data dalam Penelitian Kualitatif

1) Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan ini hubungan peneliti
dengan sumber data akan semakin terbentuk, semakin akrab,
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan. Kehadiran peneliti dianggap
100
merupakan kewajaran sehingga kehadiran peneliti tidak akan
menggangu perilaku yang dipelajari. Lamanya perpanjangan
pengamatan sangat tergantung pada kedalaman, keluasan,
dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti
menggali data sampai diperoleh makna yang pasti. Keluasan
berarti banyak sedikitnya atau ketuntasan informasi yang
diperoleh. Data yang pasti adalah data yang valid yang sesuai
dengan apa yang terjadi. Dalam perpanjangan pengamatan
untuk menguji kredibilitas data, sebaliknya difokuskan pada
pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data
yang diperoleh itu benar atau tidak.
2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematik.
Meningkatkan ketekunan diibaratkan kita sedang
mengerjakan soal-soal ujian atau meneliti kembali tulisan
dalam makalah ada yang salah atau tidak. Dengan
meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang ditemukan itu salah
atau tidak sehingga dapat memberikan deskripsi data yang
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
3) Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai
pengujian keabsahan data yang diperoleh dari berbagai
sumber, berbagai metode, dan berbagai waktu. Oleh
karenanya terdapat teknik pengujian keabsahan data melalui
triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
kepada beberapa sumber. Sebagai contoh untuk menguji
kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah
maka pengujian data dapat dilakukan terhadap guru dan staf
Tata Usaha sekolah. Data yang diperoleh dideskripsikan,
dikategorikan, mana pandangan yang sama, mana yang
berbeda serta mana yang spesifik dari ketiga sumber tersebut.
Data yang telah dianalisis sampai menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan pada tiga
sumber data tadi.
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama
tetapi dengan teknik berbeda. Misalnya data yang diperoleh
melalui wawancara kemudian dicek dengan data hasil
observasi, atau hasil analisis dokumen. Bila menghasilkan
data berbeda, peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan
sumber data yang bersangkutan untuk mendapatkan data
yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar karena
setiap sumber data memiliki sudut pandang yang berbeda.
Dalam beberapa hal, waktu pengambilan data sering
kali mempengaruhi kredibilitas data. Misalnya, data yang
diperoleh melalui wawancara pada pagi hari, berbeda dengan
data yang diperoleh melalui wawancara pada siang hari atau
sore hari. Untuk itu, diperlukan pengujian pada waktu dan
situasi yang berbeda. Bila menghasilkan data berbeda
pengambilan data perlu dilakukan berulang-ulang sampai
mendapatkan kepastian data.
4) Analisis Data Kasus Negatif
101
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau
berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu.
Dengan melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti
mencari data yang bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan hasil temuan maka hasil temuan
tersebut sudah dapat dipercaya. Akan tetapi bila masih
terdapat data yang berbeda atau bertentangan dengan hasil
temuan terdapat kemungkinan peneliti harus merubah
temuannya. Hal ini tergantung pada seberapa besar kasus
negatif yang muncul.
5) Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada sumber datanya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui kesesuaian data yang ditemukan dengan
data yang diberikan oleh sumber data. Apabila data yang
ditemukan disepakati oleh sumber data maka data tersebut
valid, akan tetapi bila tidak disepakati perlu dilakukan diskusi
lebih lanjut dengan sumber data. Jika perbedaannya sangat
jelas peneliti harus merubah hasil temuannya.
Member check dapat dilakukan setelah pengumpulan
data selesai, setelah mendapat temuan, atau setelah
memperoleh kesimpulan.

b. Uji Transferability
Transferability pada penelitian kualitatif berkenaan dengan
pertanyaan, hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam situasi lain. Transferability tergantung pada
pemakai, manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam
konteks dan situasi sosial lain. Oleh karena itu, peneliti harus
membuat laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik
sehingga dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas
dan memutuskan dapat atau tidaknya hasil penelitian tersebut
diaplikasikan ditempat lain.

c. Uji Dependability
Uji dependability dilakukan melalui audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi seorngan peneliti tidak
melakukan proses penelitian yang sebenarnya tetapi peneliti
tersebut dapat memberikan data. Oleh karena itu harus dilakukan
diuji dependability. Pengujian dependability biasanya dilakukan oleh
tim auditor independen, atau pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaksanakan penelitian. Jika
peneliti tidak mempunyai atau tidak mampu menunjukkan
aktivitasnya di lapangan maka dependabilitas penelitiannya patut
diragukan. Peneliti harus mampu membuktikan bahwa seluruh
rangkaian proses penelitian mulai dari menentukan fokus/masalah,
memasuki lapangan, mengumpulkan data, menganalisis data,
sampai membuat suatu kesimpulan benar-benar dilakukan.

d. Uji Konfirmability
Uji komfirmability mirip dengan uji dependability sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji komfirmability
berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitynya.

65. Pengolahan dan Analisis Data Kuantitatif


102
Data penelitian kuantitatif yang telah dikumpulkan melalui kerja
lapangan pada dasarnya masih berupa data mentah (raw data).
Diperlukan rangkaian proses pengolahan serta analisis agar data tersebut
dapat digunakan sebagai landasan empirik dalam menjawab rumusan
masalah atau menguji hipotesis penelitian. Kegiatan analisis data dalam
penelitian kuantitatif meliputi pengolahan dan penyajian data, melakukan
berbagai perhitungan untuk mendeskripsikan data, serta melakukan
analisis untuk menguji hipotesis. Perhitungan dan analisis data kuantitatif
dilakukan menggunakan teknik statistik.
a. Pengolahan Data
Data dalam penelitian kuantitatif merupakan hasil
pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel. Variabel yang
diukur merupakan gejala yang menjadi sasaran pengamatan
penelitian. Data yang diperoleh melalui pengukuran variabel dapat
berupa data nominal, ordinal, interval atau rasio. Pengolahan data
adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel
penelitian yang siap dianalisis. Pengolahan data meliputi kegiatan
pengeditan data, tranformasi data (coding), serta penyajian data
sehingga diperoleh data yang lengkap dari masing-masing obyek
untuk setiap variabel yang diteliti.
1) Pengeditan Data ( Editing )
Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang
telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena
kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi
syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan data
dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau menghilangkan
kesalahan yang terdapat pada data mentah. Kekurangan
dapat dilengkapi dengan mengulangi pengumpulan data atau
dengan cara penyisipan (interpolasi) data. Kesalahan data
dapat dihilangkan dengan membuang data yang tidak
memenuhi syarat untuk dianalisis Contoh kegiatan dalam
pengeditan data adalah pemeriksaaan kuesioner yang telah
diisi oleh responden.
Aspek-aspek yang perlu diperiksa antara lain
kelengkapan responden dalam mengisi setiap pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner. Jika pengisian belum lengkap,
peneliti dapat meminta responden untuk mengisinya kembali.
Jika hal itu tidak dapat dilakukan, sebaiknya kuesioner
tersebut tidak digunakan untuk kepentingan analisis data.
Aspek lain yang harus diperiksa adalah konsistensi
responden dalam hal pengisian kuesioner. Misalnya, ketika
ditanyakan tentang status perkawinan responden memberikan
jawaban belum kawin, akan tetapi ketika ditanya jumlah
anak responden menjawab 2 orang. Dari kedua jawaban
tersebut, terlihat inkonsistensi dalam memberikan jawaban.
Artinya, terdapat salah satu jawaban yang salah. Hal-hal
seperti inilah yang perlu dicermati pada tahap pengeditan
data.
2) Coding dan Tranformasi Data
Coding (pengkodean) data adalah pemberian kode-kode
tertentu pada tiap-tiap data termasuk memberikan kategori
untuk jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertertu
dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas
data. Kode yang diberikan dapat memiliki makna sebagai data
kuantitatif (berbentuk skor). Kuantikasi atau transformasi
data menjadi data kuantitatif dapat dilakukan dengan
memberikan skor terhadap setiap jenis data dengan mengikuti
kaidah-kaidah dalam skala pengukuran.
3) Tabulasi Data
103
abulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk
tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai
dengan kebutuhan analisis. Tabel yang dibuat sebaiknya
mampu meringkas semua data yang akan dianalisis.
Pemisahan tabel akan menyulitkan peneliti dalam proses
analisis data. Misalnya, seorang peneliti melakukan
pengukuran terhadap empat variabel yaitu: (1) Jenis kelamin,
(2) Tingkat pendidikan, (4) Pengalaman kerja, (4) Kompetensi
profesional, serta (5) Kinerja guru.
BAB XI
PERUMUSAN HIPOTESIS

66. Umum
Ketika sedang melihat sebuah drama ataupun reality show di
televisi, pernahkah Anda menduga-duga apa yang akan terjadi pada tokoh
utama di akhir cerita ? Jika pernah, apa dasar yang Anda gunakan untuk
membuat dugaan tersebut ?
Dalam kehidupan ini ada banyak hal yang membuat kita sering
menduga-duga tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Seringkali
dugaan-dugaan tersebut muncul karena adanya pengalaman akan hal
yang sama atau setidaknya mirip dengan kejadian yang tengah kita
hadapi. Dalam ranah penelitian, dugaan-dugaan juga seringkali muncul.
Dugaan ini lebih sering disebut dengan istilah hipotesis.
Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa)
dapat diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis
berasal dari bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang
berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai
secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih
diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut,
maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan kebenarannya.
Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti
dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan
atau penelitian. Jika sebuah hipotesis telah teruji kebenarannya, maka
hipotesis akan disebut teori.
Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus
dibuat oleh peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Pengujian hipotesis penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis
tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa
yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian
terbukti, begitu pun sebaliknya. Sementara itu, pengujian hipotesis
statistik berarti menguji apakah hipotesis penelitian yang telah terbukti
atau tidak terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat diberlakukan
pada populasi atau tidak.

67. Macam Hipotesis


Terdapat tiga macam hipotesis dalam penelitian, yakni hipotesis
deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Masing-masing
dari hipotesis ini dapat digunakan sesuai dengan bentuk variabel
penelitian yang digunakan. Apakah penelitian menggunakan variabel
tunggal/ mandiri atau kah variabel jamak ? Jika yang digunakan adalah
variabel jamak, apa yang ingin diketahui oleh peneliti dalam rumusan
masalah ?
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau
jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berhubungan
dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:
104
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran
Bakso Idola Malang mengandung boraks atau tidak.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti
berikut: Apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung
boraks?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel
tunggal yakni bakso di restoran Bakso Idola Malang, maka hipotesis
yang digunakan adalah hipotesis deskriptif. Ada dua pilihan
hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori
yang ia gunakan, yakni:
Ho : Bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks
Atau
H1 : Bakso di restoran Bakso Idola Malang tidak mengandung
boraks
b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua variabel
penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal
antara pendukung club sepakbola Manchester United jika
dibandingkan dengan sikap loyal pendukung club sepakbola
Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama
ataukah berbeda.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti
berikut: Apakah pendukung club sepakbola Manchester United dan
Chelsea memiliki tingkat loyalitas yang sama?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel
jamak. Variabel pertama adalah loyalitas club sepakbola Manchester
United, sedangkan variabel kedua adalah loyalitas club sepakbola
Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal
perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan
adalah hipotesis komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat
dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan,
yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas
yang sama dengan pendukung club Chelsea
Atau
H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas
yang tidak sama (berbeda) dengan pendukung club Chelsea
c. Hipotesis Asosisatif
Hipotesis asosiatif dapat didefinisikan sebagai
dugaan/jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
mempertanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel
penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul
“Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti
berikut: Apakah sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi
gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel
jamak. Variabel pertama adalah sinetron berjudul “Anak Jalanan”,
sedangkan variabel kedua adalah gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan
perihal hubungan antara dua variabel, maka hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis asosiatif. Ada dua pilihan hipotesis yang
105
dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia
gunakan, yakni:
Ho: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja
laki-laki dalam mengendarai motor.
Atau
H1: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” tidak memengaruhi gaya
remaja laki-laki dalam mengendarai motor.

68. Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik


Setiap orang bisa membuat hipotesis, entah hipotesis dalam
penelitian maupun hipotesis untuk hal-hal yang lebih sederhana dalam
berbagai gejala di kehidupan sehari-hari. Meskipun begitu, ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan suatu hipotesis yang
baik. Menurut Moh. Nazir, setidaknya ada 6 ciri-ciri hipotesis yang baik,
yaitu:
a. Harus menyatakan hubungan
b. Harus sesuai dengan fakta
1. Harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan
c. Harus dapat diuji
d. Harus sederhana
e. Harus bisa menerangkan fakta
Dengan demikian, untuk membuat sebuah hipotesis yang baik,
seorang peneliti harus mempertimbangkan fakta-fakta yang relevan,
masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam. Selain itu,
hipotesis juga harus bisa diuji sebagai langkah verifikasi dalam penelitian.

69. Perumusan Hipotesis


Setelah mengetahui pengertian hipotesis, jenis-jenis hipotesis, dan
ciri-ciri hipotesis yang baik, sekarang saatnya kita belajar untuk membuat
hipotesis. Untuk menghasilkan sebuah hipotesis, tentunya kita harus
mengikuti langkah-langkah tertentu. Dengan langkah dan cara yang
benar, sebuah hipotesis yang baik akan memudahkan jalannya proses
penelitian.
Awal terbentuknya hipotesis dalam sebuah penelitian biasanya
diawali atas dasar terkaan atau conjecture peneliti. Meskipun hipotesis
berasal dari terkaan, namun sebuah hipotesis tetap harus dibuat
berdasarkan paca sebuah acuan, yakni teori dan fakta ilmiah.

70. Teori Perumusan Hipotesis


Untuk memudahkan proses pembentukan hipotesis, seorang peneliti
biasanya menurunkan sebuah teori menjadi sejumlah asumsi dan
prostulat. Asumsi-asumsi tersebut dapat didefinisikan sebagai anggapan
atau dugaan yang mendasari hipotesis. Berbeda dengan asumsi, hipotesis
yang telah diuji dengan menggunakan data melalui proses penelitian
adalah dasar untuk memperoleh kesimpulan.
Fakta Ilmiah Sebagai Acuan Perumusan Hipotesis, selain
menggunakn teori sebagai acuan, dalam merumuskan hipotesis dapat
pula menggunakan acuan fakta. Secara umum, fakta dapat didefinisikan
sebagai kebenaran yang dapat diterima oleh nalar dan sesuai dengan
kenyataan yang dapat dikenali dengan panca indera.
Fakta Ilmiah sebagai acuan perumusan hipotesis dapat diperoleh
dengan berbagai cara, misalnya :
a. Memperoleh dari sumber aslinya
b. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan dan
menafsirkannya dari sumber yang asli.
c. Fakta yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan
menyusunnya dalam bentuk abstract reasoning (penalaran abstrak).
106
Selain teori dan fakta ilmiah, hipotesis dapat pula dirumuskan
berdasarkan beberapa sumber lain, yakni:
a. Kebudayaan dimana ilmu atau teori yang relevan dibentuk
b. Ilmu yang menghasilkan teori yang relevan
c. Analogi
d. Reaksi individu terhadap sesuatu dan pengalaman

71. Jenis-Jenis Hipotesis


Menurut Thomas, dalam penelitian dikenal dua jenis hipotesis, yaitu
(Swarjana, 2012:39):
a. Hipotesis Alternatif (Ha). Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis
kerja. Hipotesis ini menyatakan adanya perbedaan satu variabel
dengan variabel yang lainnya atau menyatakan adanya hubungan di
antara satu variabel dengan variabel yang lainnya atau bisa juga
menyatakan adanya pengaruh satu variabel dengan treatment
terhadap variabel yang lainnya. 
b. Hipotesis nol (H0). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan
tidak adanya hubungan di antara variabel penelitian atau
menyatakan tidak adanya perbedaan di antara variabel penelitian
atau bisa juga menyatakan pengaruh satu variabel atau treatment
terhadap variabel lainnya.

Hipotesis dibagi menjadi 2 kategori (Juliandi, 2014:45-48), yaitu:


c. Hipotesis Statistik. Hipotesis statistik adalah sebuah pernyataan
matematis tentang keadaan populasi yang ditinjau/diteliti. Suatu
pernyataan akan dinyatakan sebagai pernyataan matematis jika dan
hanya jika pernyataan tersebut disajikan dengan memakai simbol-
simbol matematika. Hipotesis statistik dibagi menjadi dua, yaitu
Hipotesis Nol (H0) dan hipotesis Alternatif (Ha). Hipotesis statistik
juga dapat dibedakan menjadi hipotesis dua arah dan hipotesis satu
arah.
d. Hipotesis Penelitian. Hipotesis penelitian disebut juga dengan
hipotesis substansi (substantive hypotesis) adalah hipotesis yang
mengandung pernyataan mengenai relasi antara dua variabel atau
lebih sesuai teori. Hipotesis substansional tidak dapat diuji, agar
dapat diuji harus terlebih dahulu diterjemahkan menjadi hipotesis
statistik. Hipotesis penelitian tidak ditulis menggunakan simbol H0
atau Ha, akan tetapi hanya merupakan sebuah kalimat atau
pernyataan tentang apa yang diduga berlaku untuk populasi yang
ditinjau, yang harus didukung oleh teori substansi yang relevan.

72. Cara Menyusun Hipotesis


Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan hipotesis
adalah sebagai berikut (Gulo,2000:57):

Gambar 11.1 Syarat Menyusun Hipotesis


107

a. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat


positif dan tidak normatif. Istilah-istilah seperti seharusnya atau
sebaiknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis.
b. Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang
operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
c. Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-
variabel.

Hipotesis dapat disusun dengan dua pendekatan, yang pertama


secara deduktif dan yang kedua secara induktif. Penyusunan hipotesis
secara deduktif ditarik dari teori. Suatu teori terdiri dari proposisi-
proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan hubungan antara dua
konsep. Proposisi ini merupakan postulat-postulat yang dari padanya
disusun hipotesis.

Gambar 11.2 Penyusunan Hipotesis dari Teori


Sedangkan penyusunan hipotesis secara induktif bertolak dari
pengamatan empiris. Sebagai contoh dari pengalaman kita di masa
lampau, kita mengetahui bahwa kecelakaan-kecelakaan kendaraan
bermotor di jalan raya kebanyakan disebabkan oleh supir yang
menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Bertolak dari
pengalaman ini kita menyusun hipotesis: Ada hubungan positif antara
kecepatan laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.

73. Kegunaan Hipoteisis


Hipotesis berfungsi ntuk memberikan batasan serta memperkecil
ruang lingkup penelitian, untuk mempermudah pengumpulan dan
pengolahan data, untuk mengetahui macam, jumlah dan hubungan
variabel penelitian, untuk mengetahui variabel tak bebas yang harus
dikontrol (Umi Narimawati, 2007:59).
Menurut Ary Donald, hipotesis memiliki fungsi dalam penelitian,
yaitu (Gulo,2000:57):
a. Memberi penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b. Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang
secara langsung dapat diuji dalam penelitian.
c. Memberi arah penelitian.
d. Memberi kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.

Fungsi hipotesis menurut Prof. Dr. S. Nasution (2000) adalah:


a. Untuk menguji kebenaran teori.
b. Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori.
c. Memperluas pengetahuan penelitian mengenai suatu gejala
yang sedang dipelajari.
108

Hipotesis merupakan proposisi yang ditampilkan dalam pernyataan


yang akan diuji secara empiris (bukan lagi berupa konsep, namun telah
berupa variabel). Sedangkan proposisi itu sendiri merupakan ungkapan
atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya,
mengenai konsep atau construct yang menjelaskan atau memprediksi
fenomena-fenomena.

74. Cara Menguji Hipotesis


Prosedur dan tata cara pengujian Hipotesis mencakup dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, tampilkan Hipotesis yang diuji dengan pernyataan Hipotesis Nol
(H0) = Tidak terdapat pengaruh X terhadap Y dan Hipotesis Alternatif (H1)
= Terdapat pengaruh X terhadap Y.
Kedua, tentukan rumus-rumus pengukuran statistik dan pengujian
hipotesis yang digunakan, misalnya statistik regresi dan korelasi sederha
dan statistik regresi dan korelasi ganda.

Ketiga, untuk penelitian sosial : tentukan jumlah responden yang


menjadi sampel penelitian untuk memperoleh angka pembanding pada t
Tabel/F Tabel; untuk penelitian ekonomi tentukan jumlah sampel
berdasarkan data time series.
Keempat, pilihlah taraf kepercayaan (degree of freedom-DF) atau
alpha (?) p untuk memperoleh angka pembanding pada t Tabel/F Tabel.
Kelima, cara uji Hipotesis dilaksanakan dengan penghitungan
statistik t/F hitung yang hasilnya dibandingkan dengan angka
pembanding pada t/F Tabel.
Keenam, hasil pengujian Hipotesis : apabila t/F hitung dan t/F table
maka H0 ditolak dan H1 diterima – artinya : Terdapat pengaruh variabel X
terhadap variabel Y; tetapi apabila t/F hitung dan t/F table maka H0
diterima dan H1 ditolak– artinya : Tidak terdapat pengaruh variabel X
terhadap variabel Y.
Ketujuh, bila terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y sama
dengan terdapat hubungan kausalitas di antara variabel X yang
diposisikan sebagai variabel antecedent (yang mendahului, penyebab)
dengan variabel Y yang diposisikan sebagai variabel Y yang diposisikan
sebagai variabel konsekuensi (akibat, masalah, fenomena yang diteliti)
109

BAB XII
TEKNIK ANALISA DATA

75. Umum. Teknik analisis data lumrahnya dilakukan setelah proses


pengumpulan data selesai. Namun perlu dicatat bahwa pada beberapa
kasus, terutama penelitian kualitatif, pengumpulan data bisa dilakukan
kembali apabila analisis yang dilakukan menunjukkan kekurangan data.
Tentu saja jika waktunya memungkinkan.
Tujuan dilakukannya analisis data dalam riset sosial termasuk riset
sosiologi adalah untuk mengidentifikasi pola-pola sosial dari gejala atau
fenomena sosial yang diteliti. Pada artikel blog kali ini saya akan bahas
tentang teknik analisis data pada proses penelitian kuantitatif dan
kualitatif secara ringkas agar pembaca mendapat gambaran umum
bagaimana analisis data dapat dilakukan.
76. Pengertian Analisis Data
Analisis data adalah tahapan dalam proses penelitian dengan tujuan
menginvestigasi, mentransformasi, mengungkap pola-pola gejala sosial
yang diteliti agar laporan penelitian dapat menunjukkan informasi,
simpulan dan atau menyediakan rekomendasi untuk pembuat kebijakan.
Jadi, analisis data itu sendiri merupakan sebuah proses. Proses
analisis data melibatkan beberapa teknik. Teknik analisis data penelitian
kuantitatif berbeda dengan kualitatif. Namun demikian, bisa mengandung
kesamaan dalam beberapa hal. Berikut ini penjelasan umum teknik
analisis data pada penelitian kuantitatif dan kualitatif. Beberapa tahapan
awal keduanya cenderung memiliki kesamaan.
Analisis hubungan adalah bentuk analisis variabel (data) penelitian
untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau arah
hubungan di antara variabel-variabel, dan besarnya pengaruh variabel
yang satu (variabel bebas, variabel independen) terhadap variabel lainnya
(variabel terikat, variabel dependen)' Dalam analisis hubungan ini,
hubungan antarvariabel dapat berbentuk hubungan simetris, hubungan
kausal, dan hubungan timbal balik.
77. Teknik Analisis Data
a. Memeriksa kelengkapan data
Tahap ini dilakukan segera setelah data terkumpul. Peneliti
bisa membuat ceklist untuk memastikan apakah semua data sudah
terkumpul. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada dataset atau catatan
lapangan yang sempurna. Selalu ada kekurangan dan celah setelah
data terkumpul. Namun demikian, penting bagi peneliti untuk
melakukan justifikasi bahwa data yang terkumpul sudah layak
untuk dianalisis. Justifikasi tersebut tentu didasarkan pada desain
riset awal tentang data apa saja yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Singkatnya, jika data dirasa cukup, maka
bisa dianggap sudah lengkap.

b. Memeriksa kualitas data


Tahap ini dilakukan dengan cara mengamati atau membaca
berulang-ulang apakah jawaban dari informan sesuai dengan yang
diharapkan oleh peneliti, dalam arti semua kolom terisi atau semua
pertanyaan terjawab secara memuaskan. Pemeriksaan kualitas data
110
dilakukan untuk menentukan berapa data yang missing dan
perlukah dilakukan pencarian data tambahan.

c. Menentukan kualitas pengukuran


Tahap ini umumnya dilakukan pada riset kuantitatif.
Bagaimana variabel diukur harus diuraikan secara jelas. Misalnya,
peneliti membahas tentang kualitas hidup manusia. Hidup yang
berkualitas harus bisa diukur. Kualitas hidup bisa diukur dengan
tingkat kebahagiaan subjektif dan kesehatan. Skala yang digunakan
misalnya, responden memilih antara angka 1-10 pada kuesioner,
semakin tinggi semakin bahagia. Ada banyak macam cara untuk
melakukan pengukuran.
Pada penelitian kualitatif, pengukuran seringkali tidak perlu
karena memang umumnya fenomena kualitatif tidak bisa diukur
atau sebaiknya tidak perlu demi menjaga kualitas data. Misal,
penelitian tentang pengalaman kultural masyarakat penggemar
sabung ayam atau makna sosial dari suatu fenomena sosial lain.
Pengalaman kultural dan pemaknaan sosial oleh informan lebih
relevan dijelaskan dengan narasi ketimbang skala atau angka.

d. Membuat klastering data


Setelah peneliti memastikan data yang terkumpul cukup dan
dianggap berkualitas, tahap selanjutnya adalah membuat klastering.
Tahap ini sangat penting karena berpengaruh pada penentuan
sistematika penelitian. Tanpa klastering, peneliti akan kebingungan
sendiri dan berpotensi tersesat dalam kompleksitas data yang
dimiliki. Klastering bisa disebut juga grouping. Intinya, membuat
klasifikasi data.
Pengklasifikasian data harus merujuk pada relevansi dan
kualitas data. Peneliti memastikan setiap pertanyaan penelitian
dibuatkan klasifikasiannya. Sebagai contoh, penelitian kualitatif
tentang perkembangan komunitas urban. Klasifikasi bisa dilakukan
dengan cara menentukan bahwa narasi yang bersumber dari ketua
komunitas cenderung lebih relevan dibanding narasi dari anggota
yang baru masuk apabila fokusnya adalah tentang perkembangan
komunitasnya. Proses klastering terkait erat dengan tahap
pemeriksaan kualitas data.

e. Melakukan analisis
Setelah data terklasifikasi dengan jelas, analisis data bisa
dilakukan untuk menemukan pola. Pada tahap ini ada perbedaan
yang menonjol antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Riset
kuantitatif lumrahnya menerapkan statistik. Sedangkan riset
kualitatif menerapkan coding. Keduanya bisa dilakukan secara
manual atau dengan bantuan software komputer. Berikut ini akan
saya jelaskan secara singkat analisis data pada kedua metode
penelitian dan software apa saja yang bisa digunakan.

78. Analisis Data Kuantitatif


Ada beberapa tipe analisis data kuantitatif. Salah satu yang paling
populer adalah analisis regresi. Analisis regresi mengukur hubungan
antara variabel dependen dan variable independen. Ringkasnya, analisis
regresi menunjukkan perubahan nilai variabel dependen ketika variabel
independen berada pada nilai yang tetap.
Sebagai contoh, penelitian tentang tingkat pendidikan dan
pendapatan ekonomi. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui,
misalnya, apakah orang yang pendidikannya tinggi, memiliki pendapatan
ekonomi yang lebih tinggi pula. Regresi analisis mampu menunjukkan
bukti bahwa ternyata, ada korelasi yang signifikan antara keduanya. Atau
111
jika hasilnya sebaliknya, maka tidak ada korelasi yang signifikan antara
keduanya.
Analisis regresi juga bisa dilakukan untuk membuat prediksi.
Umumnya, proses pengumpulan data dalam riset kuantitatif tidak
diketahui secara detail. Peneliti menggunakan dataset yang sudah
tersedia. Proses ini memengaruhi munculnya klaim bahwa analisis regresi
memiliki kekuatan untuk membuat asumsi yang bisa diuji kebenarannya.
Namun demikian, analisis regresi sangat lemah apabila digunakan untuk
menyimpulkan hubungan sebab-akibat antar variabel. Beberapa software
populer yang bisa digunakan untuk analisis regresi antara lain, SPSS atau
Stata.

79. Analisis Data Kualitatif


Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara coding. Proses coding
melibatkan penentuan konsep atau variabel yang mendahului. Coding
memfasilitasi peneliti untuk membuat kesimpulan yang valid dan
sistematis. Secara ringkas, koding merupakan proses kategorisasi data
kualitatif sehingga bisa dengan mudah diukur atau dipahami.
Konsep atau variabel yang ditentukan dalam coding harus merujuk
pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Tentu saja, data lisan
harus ditranskrip terlebih dahulu. Proses coding cukup memakan waktu
karena peneliti harus membaca hasil transkripsi secara berulang, tidak
bisa hanya sekali saja. Dua atau tiga kali pengulangan biasanya dianggap
cukup.
Contoh proses koding, misalnya pada penelitian tentang
maskulinitas dalam institusi militer. Peneliti bisa membuat konsep atau
variabel yang menunjukkan maskulinitas anggota militer, misal persepsi
aggota militer terhadap perang, persepsi terhadap resiko, persepsi
terhadap keluarga, dan sebagainya. Narasi tentang maskulinitas
diklasifikasikan apakah masuk kategorisasi perang, resiko, keluarga, atau
ada variable lainnya yang menunjukkan maskulinitas. Proses ini
merupakan proses coding. Saat ini banyak software kualitatif yang bisa
digunakan untuk membantu peneliti melakukan coding, seperti Atlas.

80. Analisis Hubungan


a. Untuk mengetahui kekuatan, bentuk, dan arahhubungan di antara
variabel – variabel.
b. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel yangsatu (variabel
bebas = X) terhadap variabel lainnya(variabel tak bebas = Y)

Hubungan antar variabel dapat berbentuk :


a. Hubungan simetris
Yaitu bentuk hubungandimana 2 variabel atau lebih muncul
bersamaansehingga tidak diketahui dengan pasti manavariabel
bebas dan mana variabel tak bebas.Contoh: hubungan antara
tingkat kemanisan buah rambutan dengan keberadaan semut di
pohon rambutan
b. Hubungan kausal
Yaitu bentuk hubungan sebabakibat. Variabel X dan Y sangat jelas.
Contoh:hubungan antara tingkat serangan penyakitdengan produksi
tanaman.
c. Hubungan timbal balik
Yaitu bentuk hubungandimana 2 variabel saling mempengaruhi.
Tidak jelas mana variabel X dan mana variabel Y.Contoh:
Hubungan antara motivasi dan prestasikerja, hubungan antara
kadar N dan P dalamtanaman.

81. Analisis Komparasi


a. Pengertian Penelitian Komparatif 
112
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat
objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada
penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang
lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda.
Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis
penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar
tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
Jadi peneitian komparatif adalah jenis penelitian yang
digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih
dari suatu variabel tertentu.

b. Tujuan Penelitian Komparatif

1) Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau


lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan
kerangka pemikiran tertentu.
2) Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan
berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tentu.
3) Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana
yang sebaiknya dipilih.
4) Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat
dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang
ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi
penyebab melalui data tertentu.

c. Rumusan Masalah Penelitian Komparatif


Rumusan masalah yang digunakan adalah rumusan masalah
komparatif. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah
penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau
lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau waktu yang
berbeda.

d. Kerangka Teori Penelitian Komparatif


Pada kerangka teori penelitian komparatif menggunakan
kerangka teori yang besifat deduktif. Dimana, kerangka tersebut
memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan.

e. Hipotesis Penelitian Komparatif


Hipotesis pada penelitian komparatif menggunakan hipotesis
komparatif. Hipotesis komparatif adalah merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah komparatif, pada rumusan
ini variabelnya sama tapi populasi atau sampelnya yang berbeda,
atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.

f. Sifat Penelitian Komparatif


Penelitian komparatif bersifat “expost facto”, artinya data yang
dikumpulkan setelah peristiwa yang dipermasalahkan terjadi.
Expost fackto merupakan suatu penelitian emperis yang sistematis
dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung
karena perwujudann variabel tersebut telah terjadi atau karena
variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi.
Peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan
mencari hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya
mencari satu atau lebih akibat-akibat yang ditimbulkan dan
mengujinya dengan menelusuri kembali masa lalu untuk mencari
113
sebab-sebab, kemungkinan hubungan, dan maknanya. Penelitian ini
cenderung menggunakan data kuantitatif.

g. Syarat Penggunaan Penelitian Komparatif


1) Penelitian komparatif dapat digunakan jika :
2) Metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak
memungkinkan untuk dilakukan
3) Penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan
memanipulasi faktor – faktor yang penting untuk mempelajari
hubungan sebab akibat secara langsung.
4) Pengontrolan terhadap seluruh variabel ( kecuali variabel
bebas ) sangat tidak realistis dan terlalu dibuat – buat, serta
mencegah interaksi secara normal dengan variabel – variabel
lain yang berpengaruh.
5) Pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan
penelitian dianggap tidak praktis, mahal, atau secara etika
dipertanyakan

h. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Komparatif


1) Kelebihan penelitian kausal komparatif sebagai berikut:
a) Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak
dalam banyak hal bila metode eksperimental tidak
memungkinkan untuk dilakukan.
b) Penelitian komparatif akan menghasilkan informasi
yang bermanfaat mengenai hakikat fenomena : apa
sesuai dengan apa, dibawah kondisi apa, dalam urutan
dan pola apa, dan seterusnya.
c) Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain
dengan pengontrolan fitur-fitur secara parsial, dalam
beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak
dipertahankan.

2) Disamping kelebihan diatas, penelitian kausal komparatif juga


memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
a) Kelemahan utama desain penelitian komparatif adalah
tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
b) Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang
relevan yang secara aktual termasuk diantara banyak
faktor dibawah penelitian.
c) Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang
menyebabkan suatu hasil, tapi merupakan kombinasi
dan interaksi dari berbagai faktor yang berkaitan
dibawah kondisi tertentu untuk menghasilkan hasil
yang ditentukan.
d) Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai
penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam suatu
kejadian dan dari penyebab lain dari kejadian yang lain.
e) Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap,
penentuan mana penyebab dan mana akibat mungkin
sulit.
f) Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang
berhubungan tidak harus mempunyai implikasi
hubungan sebab-akibat.
g) Pengklasifikasian subyek kedalam kelompok dikotomi
(seperti kelompok berprestasi dan kelompok tidak
berprestasi) untuk tujuan perbandingan, penuh dengan
masalah karena kategori ini adalah samar, berubah-
ubah, dan bersifat sementara.
114
h) Studi perbandingan dalam suatu situasi yang alamiah
tidak memungkinkan pemilihan subyek penelitian yang
terkontrol.

a. Prosedur Penelitian Komparatif


Penelitian Komparatif, sebagaimana penelitian lainnya
dilakukan dalam lima tahap :
1) Penentuan masalah penelitian, dalam perumusan masalah
penelitian atau pertanyaan penelitian, kita berspekulasi
dengan penyebab fenomena berdasarkan penelitian
sebelumnya, teori, atau pengamatan.
2) Penentuan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin
diteliti.
3) Pemilihan kelompok pembanding, dengan mempertimbangkan
karakteristik atau pengalaman yang membedakan kelompok
harus jelas dan didefinisikan secara operasional (masing
masing kelompok mewakili populasi yang berbeda).
Mengontrol variabel ekstra untuk membantu menjamin
kesamaan kedua kelompok.
4) Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan
instrumen penelitian yang memenuhi persyaratan validitas
dan reliabilitas.
5) Analisis data, dimulai dengan analisis statistik deskriptif
menghitung rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya
dilakukan analisis yang mendalam dengan statistik
inferensial.

j. Desain Penelitian Komparatif


Desain dasar penelitian komparatif adalah sangat sederhana
dan walaupun variabel bebas tidak dimanipulasi, ada prosedur
kontrol yang dapat diterapkan. Studi komparatif juga melibatkan
variasi teknik statistik yang luas. Desain dasar penelitian komparatif
melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda pada beberapa
variabel bebas dan membandingkan mereka pada beberapa variabel
terikat. Kedua kelompok mungkin berbeda, satu kelompok memiliki
karakteristik yang tidak dimiliki kelompok lain atau satu kelompok
memiliki pengalaman yang tidak dimiliki kelompok lain. Atau kedua
kelompok berbeda dalam tingkatan; satu kelompok memiliki lebih
dari satu karakteristik daripada kelompok lain atau kedua
koelompok mungkin memiliki perbedaan jenis pengalaman.

82. Analisis Deskriptif


a. Pengertian Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk
menilai karakteristik dari sebuah data. Karakterisitik itu banyak
sekali, antara lain: nilai Mean, Median, Sum, Variance, Standar
error, standar error of mean, mode, range atau rentang, minimal,
maksimal, skewness dan kurtosis. Pada bahasan kali ini kita
membahas bagaimana caranya melakukan analisis data deskriptif
atau uji deskriptif tersebut dengan menggunakan software MS Excel
2007/2010/2013 versi yag lebih tinggi.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek
atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga,
masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode
Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
115
suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan
bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat
sekarang atau masalah aktual.

b. Ciri-Ciri Metode Deskriptif


Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif, antara
lain adalah:
1) Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada
saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat
aktual
2) Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki
sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional
yang seimbang.
3) Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran terhadap
fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan,
menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan
makna dan implikasi dari suatu masalah.

c. Jenis Penelitian Deskriptif


Menurut Nazir (1988: 64-65) mengemukakan bahwa ditinjau
dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan,
serta tempat dan waktu, maka penelitian dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1) Metode survei
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan
mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang
institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok
ataupun suatu daerah. (Nazir, 1988: 65)
Kerlinger mengemukakan bahwa metode survei adalah
penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,
tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relatif distribusi, dan hubungan antar variabel.
Sosiologi, maupun psikologis.
Survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research
(penelitian). Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya
dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang
lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau
beberapa aspek dari objeknya. Sedangkan survei bersifat
menyeluruh yang kemudian akan dilanjutkan secara khusus
pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang lebih
mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
Lebih lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan
beberapa studi yang termasuk dalam metode survei yakni:
a) Survei kelembagaan (institutional survei)
b) Analisis jabatan/ pekerjaan (job analysis)
c) Analisis dokumen (documentary analysis)
116
d) Analisis isi (content analysis)
e) Survei pendapat umum (public oppinion survey)
f) Survey kemasyarakatan (community survey)
Nazir (1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian,
mengemukan terdapat banyak sekali penelitian yang dapat
dilakukan dengan menggunakan metode survei, diantaranya
adalah survei masalah kemasyarakatan, survei komunikasi
dan pendapat umum, survei masalah politik, survei masalah
pendidikan, dan lain sebagainya.
2) Metode deskriptif kesinambungan
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian
yang dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan
sehingga diperoleh pengetahuan yang menyeluruh mengenai
masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial yang
diperoleh jika hubungan-hubungan fenomena dikaji dalam
suatu periode yang lama.
Menurut Nazir (1988: 65) mendefinisikan metode deskriptif
berkesinambungan atau continuity descriptive research sebagai
kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus
menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode
penelitian deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh
Whitney dan Milholland (1930) yang mempelajari status akademis
dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado State College of
Education pada tahun 1930. Penelitian dilakukan dalam waktu
empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat
persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
4) Penelitian studi kasus
Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensive
terhadap satu objek tertentu, dengan cara mempelajari
sebagai suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti seorang
murid menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga,
sebuah kelompok anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga
sosial dan lain-lain dapat diselidiki secara intensive, baik
secara menyeluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu
yang mendapat perhatian khusus. (Zulnaidi, 2007: 13)

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) merupakan


pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang
subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu
peristiwa tertentu.
Menurut Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988:
66) mendefinisikan penelitian studi kasus adalah penelitian
tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu
fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan
studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-
karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu,
yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal
yang bersifat umum.
Penelitian studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3
jenis penelitian studi kasus yang dibagi berdasarkan
karakteristik dan fungsinya, yakni:
a) Penelitian studi kasus mendalam
b) Penelitian studi kasus instrumental
c) Penelitian studi kasus jamak
Tidak berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi
penelitian studi kasus menjadi 3 jenis. Dalam penelitian studi
kasus tentunya terdapat langkah-langkahnya. Menurut Yin
117
(1994), terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian
studi kasus yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a) Merancang studi kasus
Dalam merancang studi kasus, terdapat dua langkah
yakni melakukan pembekalan pengetahuan dan
keterampilan serta melakukan pengembangan dan
pengkajian ulang penelitian.
b) Melakukan studi kasus
Dalam langkah kedua ini terdapat tiga langkah
yakni 1) penentuan teknik pengumpulan data; 2)
penyebaran alat pengumpulan data; dan 3)
penganalisisan bukti studi kasus yang terkumpul.
c) Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran

Tahap ini merupakan tahap akhir dari setiap


penelitian sebagai upaya melaporkan hasil penelitiannya
kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-
langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai
berikut: 1) menemukan rumusan tujuan penelitian; 2)
tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta proses-proses
apa yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan
rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit
dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan.
Sumber-sumber data apa yang tersedia; 4) kumpulkan
data; 5) organisasikan informasi serta data yang
terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi
serta generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan
kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.
d) Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
Menurut Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian
mengemukakan bahwa penelitian analisa pekerjaan dan
aktivitas merupakan penelitian yang ditujukan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia,
dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-
rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
Lebih lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang
mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerja,
buruh, petani, guru, dan lain sebagainya terhadap gerak-gerik
mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara
efisien dan efektif.
e) Penelitian tindakan (action research)
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang berfokus
pada penerapan tindakan yang dengan tujuan meningkatkan
mutu atau memecahkan permasalahan pada suatu kelompok
subjek yang diteliti dan diamati tingkat keberhasilannya atau
dampak dari tindakannya. Menurut Grundy dan Kemmis
(1990: 322) mengemukakan bahwa penelitian tindakan
memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian tindakan
bertujuan meningkatkan bidang praktik, meningkatkan
pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan
meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian
tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika
penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, maka pihak
terkait antara lain adalah kepala sekolah, guru, siswa,
karyawan, dan orang tua siswa.
118
Penelitian ini sering digunakan oleh para peneliti di
bidang pendidikan yang sering disebut sebagai penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research).
Menurut Kemmis dan McTaggart (1982)
mengungkapkan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ini
terdapat model yang digunakan yakni siklus yang akan selalu
berputar, seperti pada gambar berikut ini:

d. Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif


Dari gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa model di atas
merupakan model siklus yang akan selalu berputar. Di awali oleh
langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Bilamana peneliti belum puas dengan hasil yang diperoleh, maka
dapat dilanjutkan pada siklus yang kedua, ketiga, dan seterusnya
dengan langkah-langkah yang sama sampai peneliti tersebut puas
dengan hasil yang diperoleh.

e. Penelitian Perpustakaan
Penelitian perpustakaan merupakan kegiatan mengamati
berbagai literatur yagn berhubungan dengan pokok permasalahan
yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun tulisan yang
sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam
buku Pengantar Metodologi Research Sosial mengemukakan bahwa
tujuan penelitian perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data
dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang ada
di perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar dan alat utama
bagi praktek penelitian di lapangan.

83. Interpretasi Analisis Data


a. Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi:
1) validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai
(saturasi, triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik);
2) interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau
pendapat guru;
3) tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor
dengan teknik penelitian kelas.
Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan
informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data.
Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman proses
pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati kegiatan
mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi
perhatian penelitian bersama dengan dosen. Pada proses analisis
dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi,
mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya
atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah
perlu dilakukan tindaklanjut.

b. Validasi hipotesis
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis. Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan
hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan
yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini
dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik
apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk
hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan
menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan
jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil
PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan.
119
Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam
situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data
atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan
cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh
kesimpulan yang objektif.

c. Interpretasi Data Penelitian


Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan
pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan
teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau penilaian dan
pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi dicocokkan
dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima
oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan.
Analisis data adalah suatu tahap mengorganisir data sesuai
dengan pola, kategori, dan unit-unit deskriptif tertentu. Sedangkan
interpretasi adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap
analisis yang dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari
hubungan dan keterkaitan antar deskripsi-deskripsi data yang ada
(Barnsley & Ellis, 1992).
Dalam analisis kualitatif, peneliti sangat dituntun oleh apa
yang telah dikatakan para informan. Karena itu, peneliti tidak boleh
memulai dengan ide-idenya sendiri dan mencoba mencocokan
dengan apa yang dikatakan para informan, tetapi sebaliknya. Dan
dalam melakukan hal yang demikian, kerahasiaan harus dijaga
kalau memang diperlukan.
Dalam menarik kesimpulan dari hasil penelitian, perlu
diperhatikan bahwa si peneliti tidak boleh menarik kesimpulan dari
hal-hal yang tidak diteliti. Misalnya Anda hanya mendapat informasi
dari 25 orang saja di masyarakat, lalu anda menarik kesimpulan
tentang masyarakat secara keseluruhan. Hal ini jelas bias. Karena
itu, Anda hanya membatasi kesimpulan pada orang yang diteliti
saja.
Kita juga perlu menyatakan apakah pandangan para informan
telah membantu kita menarik kesimpulan tertentu tentang problem
atau isu yang dihadapi.

d. Pengolahan Dan Analisis Data


1) Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Tujuan pokok dilaksanakannya penelitian adalah untuk
menjawab pertanyaanpertanyaan penelitian. Untuk mencapai
tujuan pokok tersebut antara lain harus melalui proses
pengolahan dan analisis data.
2) Pengumpulan dan Pengolahan Data
a) Pengumpulan Data:
Sebelum melakukan pengolahan data, ada bebarapa
tahap yang harus dilakukan. Sedangkan setelah analisis
data yaitu suatu proses penyederhanaan data, maka
dapat dilakukan interpretasi data dengan mudah.
Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang
digunakan untuk survai, guna memudahkan proses
selanjutnya, sebaiknya dalam kuesioner telah tersedia
kolom untuk koding.
b) Editing Data:
Data lapangan yang ada dalam kuesioner perlu diedit,
tujuan dilakukannya editing adalah untuk:
(1) Melihat lengkap tidaknya pengisian kuesioner.
(2) Melihat logis tidaknya jawaban.
(3) Melihat konsistensi antar pertanyaan.
c. Koding Data:
120
Dilakukan untuk pertanyaan-pertanyaan:
(1) Tertutup, bisa dilakukan pengkodean sebelum ke
lapangan.
(2) Setengah terbuka, pengkodean sebelum dan
setelah dari lapangan.
(3) Terbuka, pengkodean sepenuhnya dilakukan
setelah selesai dari lapangan.
d. Pengolahan Data:
Paling tidak ada dua hal yang perlu dilakukan
ketika melakukan pengolahan data:
(1) Entry data, atau memasukan data dalam proses
tabulasi.
(2) Melakukan editing ulang terhadap data yang telah
ditabulasi untuk mencegah terjadinya kekeliruan
memasukan data, atau kesalahan penempatan
dalam kolom maupun baris tabel.

e. Analisis dan Interpretasi Data


Hal penting yang perlu diingat dalam melakukan analisis data
adalah mengetahui dengan tepat penggunaan alat analisis, sebab
jika kita tidak memenuhi prinsip-prinsip dari pemakaian alat
analisis, walaupun alat analisisnya sangat canggih, hasilnya akan
salah diinterpretasikan dan menjadi tidak bermanfaat untuk
mengambil suatu kesimpulan. Model-model statistika untuk
keperluan analisis data telah begitu berkembang, dari model-model
statistika deskriptif hingga ke statistika inferensial non parametrik
dengan persyaratan yang lebih “lunak “ dibandingkan dengan
statistika parametrik yang sangat ketat dengan persyaratan-
persyaratan tertentu dan sulit dipenuhi dalam kerangka penelitian
sosial. Ketika kita memutuskan untuk melakukan analisis data
menggunakan alat statistika, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1) Dari mana data diperoleh, apakah berasal dari sampel (melalui
proses sampling) atau dari populasi (dengan cara sensus)
2) Jika berasal dari sampel apa teknik sampling yang digunakan,
apakah termasuk kelompok sampling probabilitas atau non
probabilitas.
3) Memakai skala apa data diukur, apakah menggunakan skala
nominal, ordinal, interval, atau rasio.
4) Bagaimana hipotesis yang dibuat apakah perlu dilakukan
pengujian satu arah atau dua arah kalau memakai statistika
inferensial.

f. Statistika Deskriptif sebagai Alat Analisis:


Statistika Deskriptif merupakan metode atau alat analisis
yang biasa digunakan untuk menyederhanakan data agar mudah
dipahami. Penyajiannya bisa dalam bentuk tabel, baik tabel
frekuensi maupun tabel silang atau dalam bentuk diagram dan
grafik seperti diagram batang, kurva dll.
Statistika deskriptif dapat diterapkan baik untuk data yang
berasal dari sampel maupun populasi, juga untuk sampel yang
diambil dengan sampling probabilitas maupun non probabilitas,
serta bisa digunakan untuk semua skala pengukuran dari mulai
yang paling lemah (nominal) hingga skala rasio.
Statistika Deskriptif sering digunakan untuk mengukur gejala
pemusatan, dan dispersi atau simpangan data. Termasuk ukuran
gejala pusat antara lain: Modus, median, persentil, mean atau rata-
rata. Tergolong ukuran dispersi data antara lain: rentang
(maksimum - minimum), deviasi standard, koefisien variasi.
121
Jika dikaitkan dengan skala pengukuran dari data yang
dianalisis, statistika deskriptif yang cocok digunakan adalah:
1) Skala Nominal : Modus, Frekuensi
2) Skala Ordinal : Median, Persentil, Rentang
3) Skala Interval : Mean, Deviasi Standard
4) Skala Rasio : Mean, Koefisien Variasi (ukuran dispersi relatif)

g. Statistika Nonparametrik sebagai Alat Analisis:


Dalam analisis data penelitian-penelitian sosial saat ini sering
digunakan Statistika Nonparametrik. Statistika ini termasuk dalam
ketegori Statistika Inferensial, yang dipakai untuk menafsirkan
parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) melalui
pengujian statistik atau yang lebih dikenal dengan Uji Signifikansi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan
Statistika
Nonparametrik antara lain:
1) Penggunaan Statistika Nonparametrik hanyalah untuk data
penelitian yang berasal dari sampel, sebab jika data penelitian
berasal dari populasi (sensus) hasil pengukurannya berupa
parameter, dengan demikian tidak perlu ditafsirkan lagi tetapi
bisa langsung diinterpretasikan.
2) Statistika Nonparametrik mensyaratkan pengambilan data
dengan cara random, karena di dalamnya mengandung
kaidah-kaidah probabilitas.
3) Perhatikan hipotesis penelitian, karena hipotesis tersebut
mengindikasikan apakah pengujian (uji signifikansi) harus
dilakukan satu sisi atau dua sisi.
4) Perhatikan dengan cermat, apakah penelitian kita terdiri atas
kasus satu sampel, dua sampel, atau lebih dari dua sampel.
5) Jika penelitian merupakan kasus dua sampel atau lebih,
perhatikan dengan lebih teliti, apakah merupakan sampel
yang berpasangan atau tidak berpasangan.
Beberapa pengujian nonparametrik berikut akan
dikelompokkan berdasarkan sampel penelitian, dan tersedia dalam
paket software SPSS (Statistical Package for Social Sciences) yang
banyak digunakan dalam penelitian sosial dengan cara operasi yang
relatif mudah.
1) Kasus Satu Sampel : Misalnya kita ingin melakukan penelitian
untuk meneliti apakah betul sekolah-sekolah favorit telah
secara adil memberi kesempatan kepada pria dan wanita, atau
kepada semua masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi. Uji
signifikansi yang bisa digunakan antara lain:
a) Uji Binomial : Digunakan untuk menguji perbedaan
proporsi sebuah populasi, jika data berskala nominal
dan hanya memiliki dua kategori .
b) Uji Chi-Kuadrat Sampel Tunggal : Digunakan untuk
menguji perbedaan proporsi sebuah populasi, jika data
berskala nominal dan memiliki lebih dari dua kategori.
c) Uji Kolmogorov-Smirnov Sampel Tunggal : Digunakan
untuk menguji perbedaan proporsi sebuah populasi, jika
data berskala ordinal.

2) Kasus Dua Sampel Berpasangan : Misalnya kita ingin


melakukan penelitian prestasi atau perilaku siswa sebelum
dan setelah dilakukan perubahan kurikulum. Jadi sampel
yang sama diukur dua kali, pertama dilakukan pengukuran
terhadap prestasi atau perilaku sebelum perubahan
kurikulum, dan kedua pengukuran prestasi atau perilaku
122
siswa dilakukan setelah perubahan kurikulum. Uji signifikansi
yang bisa digunakan antara lain:
a) Uji Mc-Nemar : Digunakan untuk menguji perbedaan
proporsi dua populasi yang berpasangan, jika data
berskala nominal dan hanya memiliki dua kategori.
b) Uji Tanda : Digunakan untuk menguji perbedaan nilai
tengah ranking dua populasi yang berpasangan, jika
data berskala ordinal.
c) Uji Tanda Wilcoxon : Digunakan untuk menguji
perbedaan nilai tengah ranking dua populasi yang
berpasangan dengan lebih halus, jika data berskala
ordinal.

3) Kasus Dua Sampel Tidak Berpasangan : Misalnya kita ingin


melakukan penelitian prestasi atau perilaku siswa antara dua
sekolah yang berbeda atau antara dua kota yang berbeda atau
antara sekolah di pedesaan dan perkotaan.
Dengan demikian untuk masing-masing sampel hanya
diukur satu kali, tetapi Inspektorat Jenderal Departemen
Pendidikan Nasional Diklat Metodologi Penelitian Sosial –
Parung Bogor, 25-28 Mei 2005 : 6 dengan model pengukuran
yang sama. Uji signifikansi yang bisa digunakan antara lain:
a) Uji Chi-Kuadrat Dua Sampel Berpasangan : Digunakan
untuk menguji perbedaan proporsi dua populasi yang
tidak berpasangan, jika data berskala nominal dengan
dua atau lebih dari dua ketegori.
b) Uji U Mann-Whitney : Digunakan untuk menguji
perbedaan nilai tengah ranking dua populasi yang tidak
berpasangan, jika data berskala ordinal.
c) Uji Kolmogorov-Smirnov Dua Sampel : Digunakan untuk
menguji “sembarang” perbedaan (median, dispersi, dan
skewness) dua populasi yang tidak berpasangan, jika
data berskala ordinal.

4) Kasus “k” (Lebih dari Dua) Sampel Berpasangan : Misalnya


kita ingin melakukan penelitian terhadap optimisme para
dosen dengan menilai kebijakan pimpinan universitas, pada
masa jabatan 3 orang rektor yang berbeda. Para dosen yang
dinilai optimismenya, serta ditanya penilaianya terhadap
ketiga rektor adalah kelompok (sampel) dosen yang sama. Uji
signifikansi yang bisa digunakan antara lain:
a) Uji Q Cochran : Digunakan untuk menguji perbedaan
proporsi k buah populasi yang berpasangan, jika data
berskala nominal dan hanya memiliki dua kategori.
b) Uji Varian Ranking Friedman : Digunakan untuk
menguji perbedaan nilai tengah ranking k buah populasi
yang berpasangan, jika data berskala ordinal.

5) Kasus “k” (Lebih dari Dua) Sampel Tidak Berpasangan :


Misalnya kita ingin melakukan penelitian terhadap optimisme
mahasiswa dengan menilai kebijakan pimpinan universitasnya
sendiri pada tiga universitas yang berbeda.
6)
84. Genaralisasi dan Kesimpulan
a. Pengertian
Generalisasi dalam ilmu mantiq di sebut juga istiqra’ atau
istinbat. Generalisasi secara umum adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju
kesimpulan umum yang mempengaruhi seluruh fenomena sejenis
123
dengan fenomena dengan hasil pandangan individual yang diselidiki.
Dengan begitu suatu fenomena yang diselidiki berlaku pula bagi
fenomena yang belum diselidiki. Sehingga hasil dari penalaran
generalisasi tidak pernah sampai pada kebenaran pasti, hanya
sampai kebenarran kemungkinan besarnya saja. [sumber dari
internet http//dasarlogika.co.id]
Generalisasi dalam logika adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan
umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena
individual yang diselidiki.
Dalam buku Dasar-dasar Logika yang menyatakan bahwa
generalisasi adalah suatu penalaran yang menyimpulkan suatu
kesimpulan bersifat umum dari premis-premis yang berupa
proposisi empiris. Prinsip yang menjadi penalaran generalisasi dapat
dirumuskan ”sesuatu yang beberapa kali terjadi dalam kondisi
tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang
sama terpenuhi”. [Surajiyo dkk, 2005 : 240 ]
Kesimpulan itu hanya suatu harapan, suatu kepercayaan,
karena konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai
kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya suatu probabilitas suatu
peluang. Dan hasil penalaran generalisasi induktif itu sendiri juga
disebut generalisasi (proposisi universal). [Soekadijo,1991 : 134]

b. Macam - Macam Generalisasi


Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar
penyimpulan, generalisasi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Generalisasi Sempurna
Generalisasi adalah generalisasi dimana seluruh fenomena
yang menjadi dasar penyimpulan yang diselidiki.
Contoh :
a) Setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap
bulan tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa :
Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari
31. dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu
jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada
yang kita tinggalkan.
b) Setelah bertanya pada masing-masing mahasiswa
kosma H2 tentang kewarganegaraan mereka, kemudian
disimpulkan bahwa : Semua mahasiswa kosma H2
adalah warga negara Indonesia. Dalam penyimpulan ini,
keseluruhan fenomena yaitu kewarganegaraan masing-
masing mahasiswa, kita selidiki tanpa ada yang
ketinggalan.
Generalisasi sempurna ini memberikan
kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi
tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis. [ Sumber
http://www.slideshare.net/EkaWidyastuti/dasar-dasar-
logika-generalisasi-berpikir]

2) Generalisasi Tidak Sempuran


Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan
kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidi
Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia
bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong,
kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah
124
bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini
adalah generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi tidak sempurna ini tidak menghasilkan
kesimpulan sampai ke tingkat pasti sebagaimana generalisasi
sempurna, tetapi corak generalisasi ini jauh lebih praktis dan
lebih ekonomis dibandingkan dengan generalisasi sempurna.
Jika kita berbicara tentang generalisasi, yang dimaksud
adalah generalisasi tidak sempurna. Karena populernya
generalisasi ini oleh para ahli logika disebut sebagai induksi
tidak sempurna untuk menyebut bahwa tehnik ini paling
banyak digunakan dalam penyusunan pengetahuan. [Mundiri,
1994 : 129].
Dari segi sifat yang dimilikinya, induksi tidak sempurna
dibagi 2 macam, dalam kekuatan putusan yang ternyata :
a) Dalam ilmu alam (sciences) putusan yang tercapai
melalui induksi tidak sempurna ini berlaku umum,
mutlak jadi tak ada kecualinya. Hukum alam berlaku
dengan pasti. Hukum alam juga boleh disebut berlaku
umum-mutlak (dalam lingkungan alam itu). Hukum
kepastian dan kemutlakan ini hanya berlaku dalam
bidang alamiah saja
Contoh : hukum air mengenai pembekuannya. ‘Air akan
membeku jika didinginkan.’ Dan ilmu tidak ragu-ragu
untuk meramalkan tentang pembekuan air ini karena
bersifat pasti dan mutlak.
b) Jika ilmu mempunyai obyek yang terjadinya biasa terkena
pengaruh dari manusia yang sedikit banyaknya dapat
ikut menentukan kejadian-kejadian yang menjadi
pandangan-pandangan ilmu, maka lain pula halnya.
Ilmunya disebut ilmu sosial serta obyek penyelidikannya
mungkin terpengaruhi oleh kehendak manusia. Kalau
pada prinsipnya hukum alam tidak ada pengecualiannya
maka hukum-hukum pada ilmu sosial ini selalu ada
kemungkinan kekecualiannya.
Contoh : mahasiswa Sosiologi, ada yang suka makan
pecel, malahan banyak yang suka makan pecel tetapi
jangan segera diambil putusan umum, bahwa
mahasiswa Sosiologi itu semuanya suka makan pecel.
Suka atau tidak suka makan pecel itu sama sekali
bukan sifat mutlak manusia di mana pun juga.
Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya
ada 2, yaitu:
a) Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap
bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang
digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena
yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang
digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili
seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh : Bila ahli-ahli filologi Eropa berdasarkan
pengamatan mereka mengenai bahasa-bahasa Ido-
German kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di
dunia terdapat 3.000 bahasa. [Sumber dari internet
http//dasarlogika.co.id]
b) Tanpa loncatan induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang
diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga
tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
125
Misalnya: untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat
orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan
fenomena untuk menyimpulkannya.

c. Generalisasi Ilmiah
Pada dasarnya, generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan
generalisasi biasa, baik dalam bentuk maupun permasalahannya.
Perbedaan utama terletak pada metodenya, kualitas data serta
ketepatan dalam perumusannya. Generalisasi dikatakan sebagai
penyimpulan karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai
sesuatu yang benar, maka akan benar pula sesuatu yang tidak
diobservasi, pada masalah sejenis atau apa yang terjadi pada
sejumlah kesempatan akan terjadi pula pada kesempatan yang lain
bila kondisinya yang sama terjadi. [sumber internet
http//generalisasiilmiah.com]
Pada generalisasi ilmiah, ada 6 tanda-tanda penting yang
harus kita perhatikan adalah :
1) Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat,
dilaksanakan oleh tenaga terdidik serta mengenal baik
permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan
dengan tepat, menyeluruh dan teliti; pengamatan dan hasilnya
dibuka kemungkinan adanya cek oleh peneliti terdidik lainnya
2) Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur dan
mendapatkan ketepatan serta menghindari kekeliruan sejauh
mungkin
3) Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta
4) Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh
dinyatakan dengan term yang padat dan metematik
5) Observasi atas fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan
dengan memperhatikan kondisi yang bervariasi misalnya
waktu, tempat dan keadaan khusus lainnya
6) Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian
kembali, kritik, dan pengetesan atas generalisasi yang dibuat.
[Mundiri, 1994 : 135-136 ]
Menurut Soekadijo, generalisasi yang baik harus memenuhi 3
syarat, antara lain :
1) Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik.
Artinya, generalisasi tidak boleh terikat kepada jumlah
tertentu. Kalau dikatakan ” Semua A adalah B ”, maka
proposisi itu harus benar, berapa pun jumlah A.
Proposisi itu berlaku untuk setiap dan semua subyek
yang memenuhi kondisi A.
Contohnya : Semua perempuan adalah cantik.
2) Generalisasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal.
Artinya, tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu.
Jadi, harus berlaku di mana saja dan kapan saja.
Contohnya : Semua dosen adalah orang terpelajar
3) Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.
Yang dimaksud dengan ’dasar pengandaian’ di sini
adalah dasar dari yang disebut contrary-to-facts conditionals
atau unfulfilled conditionals.
Faktanya : x, y, dan z itu masing-masing bukan B
Ada generalisasi : Semua A adalah B
Pengandaiannya : andaikata x, y, dan z itu masing-masing
sama dengan A atau dengan kata-kata lain, andaikata x, y,
dan z itu masing-masing memenuhi atau sama kondisiya
dengan A, maka pastilah x, y, dan z itu masing-masing sama
dengan B. [Soekadijo, 1991 : 134-135]
Contohnya :
126
Faktanya : Sofan, Syaiful dan Budi itu bukan perempuan
Generalisasi : Semua yang cantik adalah perempuan
Pengandaiannya : Andaikata Sofan, Syaiful dan Budi itu
cantik, maka pastilah Sofan, Syaiful dan Budi itu perempuan.
[Sumber
http://aatmandai.blogspot.co.id/2012/05/generalisasi.html].

BAB XIII
PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

85. Penelitian Kualitatif


a. Penggunaan Penelitian Kualitatif
Metode seharusnya dipilih berdasarkan permasalahan yang
akan diteliti. Bukan dipilih pada tahap awal sebelum permasalahan
penelitian ditetapkan. Metode tersebut harus dipakai karena
permasalahan/fenomena tersebut harus membutuhkan pendekatan
kualitatif. Bukan karena peneliti sekedar ingin menggunakan
penelitian dengan metode kualitatif.
Kualitatif terkait cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mendekati-memahami, menggali, mengungkap fenomena tertentu
dari responden penelitiannya. Sejak awal, peneliti harus mampu
menentukan metode yang akan digunakan (metode idealnya bersifat
tetap, teknik yang bersifat situasional atau fleksibel). Ibarat
memancing: ukuran mata kail harus sudah dipilih dari awal terkait
jenis/ukuran ikan apa yang mau dipancing atau yang dianggap ada
diperairan tsb, tapi umpan yang dapat diganti/tukar. (Mata kail:
Metode, umpan: Pendekatan, termasuk didalamnya teknik
wawancara dsb).

b. Fungsi dan Manfaat Penelitian Kualitatif


Digunakan pada penelitian dengan subjek yang tidak dapat
terdefinisikan dengan baik. Dapat memahami isu-isu ‘sensitif’
selama proses (Kepekaan meneliti traumatik. Digunakan pada
penelitian yang tidak dapat diteliti dengan penelitian kuantitatif,
Cth: illiterate. Digunakan untuk mengungkap sebuah isu terkait
dengan perjalanan hidup seseorang “The untold Story of …”.
Digunakan untuk meneliti sebuah fenomena yang sampai
dengan sekarang belum banyak diketahui/belum terbukti secara
ilmiah. Digunakan untuk peneliti yang berkeinginan untuk
menggunakan teknik-teknik yang belum banyak diketahui ilmu
pengetahuan: FGD, Photo talk method. Memahami isu-isu rumit
yang terjadi selama proses: durasi/kesabaran.

86. Paradigma Penelitian Kualitatif


a. Cara Pandang
Penelitian kualitatif bertujuan mendapatkan gambaran
menyeluruh (holistik) dari sebuah fenomena dari sudut pandang
subjek, tanpa harus membuktikan apapun, maka kualitatif tepat
untuk digunakan pada permasalahan yang bersifat:
1) Explorative
2) Descriptive
3) Explanative
Penelitian kualitatif harus bertolak dari paradigma
fenomenologis. Yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang
situasi tttu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok
127
sosial tertentu apa adanya, murni dari pendapat responden, dan
tidak harus dipaksakan sejalan dengan teori.
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah menjabarkan
temuan atau fenomena, menyajikannya apa adanya sesuai fakta
atau temuan di lapangan. Pendekatan kuantitatif bertujuan: menguji
teori, membangun fakta, menunjukkan hub antar variabel,
memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan
hasilnya.
b. Fungsi Teori dalam Penelitian Kualitatif
1) Mendefinisikan dan membatasi masalah agar lebih fokus dan
memiliki ketajaman analisa.
2) Melengkapi fenomena tersebut dengan sebuah kajian ilmiah,
terkait etika penulisan ilmiah tidak dalam rangka pembuktian
teori. Menggambarkan penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya sebagai tanda adanya keberagaman fenomena
yang akan diteliti.
3) Mengarahkan pemilihan metode dan cara pengambilan data
terkait dengan penentuan prosedur pengambilan analisis data.

87. Karakteristik Penelitian Kualitatif


a. Design Strategies
1) Naturalistic inquiry (Studi dalam situasi alamiah).
Bersifat alamiah: peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi
setting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu
fenomena dalam situasi dimana fenomena tersebut ada
(orang,kelompok orang, situasi, hubungan).
Studi dalam situasi alamiah sebagai studi yang berorientasi
pada penemuan (discovery oriented) dan menunggu apa yang
akan ditemukan/muncul, tanpa memiliki dugaan diawal
sebelum penelitian dilakukan.
2) Emergent design flexibility (Desain yang fleksibel)
Peneliti terbuka terhadap perubahan situasi yang dihadapi, d
an peneliti menghindari desain yang kaku dan berkembang
terhadap penemuan yang ada.
3) Purposeful Sampling
Studi kasus (manusia, organisasi, komunitas, budaya, dll)
digunakan karena mereka kaya akan informasi dan
illuminative, dan mendapatkan insight dari suatu fenomena
bukan generalisasi dari sampel populasi.

b. Pengumpulan Data dan Strategi Lapangan


1) Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Peneliti menganalisis data yang sangat
kaya tersebut dalam bentuk aslinya.
2) Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa dan
bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh
peneliti.
3) Data dari observasi yang detail, wawancara mendalam,
deskripsi yang lengkap, mereview dokumen secara cermat.
4) Personal experience and engagement
5) Kegiatan lapangan merupakan aktivitas sentral dari sebagian
besar penelitian kualitatif.
6) Mengunjungi lapangan berarti mengembangkan hubungan
personal langsung dengan orang-orang yang diteliti.

88. Penelitian Kuantitatif


a. Definisi Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
128
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
(Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif).
7) Asumsi Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana
Sudjana dan Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005).
1) Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi
tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga
dapat diprediksi.
2) Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang
objektif dan baku.
c. Karakeristik Penelitian Kuantitatif
Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut
(Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001: 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 :
11; Johnson, 2005; dan Kasiram 2008: 149-150):
1) Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau
top-down), yang berusaha memahami suatu fenomena dengan
cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk
menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.
2) Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan
menghundari hal-hal yang bersifat subjektif.
3) Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah
direncanakan.
4) Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun
ilmu nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum-
hukum dari generalisasinya.
5) Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data
yang dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai
sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
6) Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan
menggunakan alat yang objektif dan baku.
7) Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data.
8) Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek
penelitian, dalam arti dirinya tidak terlibat secara emosional
dengan subjek penelitian.
9) Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.

10) Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-


teknik statistik.
11) Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari
konteks waktu dan situasi.
12) Penelitian jenis kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah

d. Prosedur Penelitian Kuantitatif


Penelitian ini dalam pelaksanaannya berdasarkan prosedur
yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun prosedur penelitian
kuantitatif terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:
1) Identifikasi permasalahan
2) Studi literatur.
3) Pengembangan kerangka konsep
4) Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan
penelitian.
5) Pengembangan disain penelitian.
6) Teknik sampling.
7) Pengumpulan dan kuantifikasi data.
8) Analisis data.
9) Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.

e. Tipe-tipe Penelitian Kuantitatif


129
Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menggunakan
metoda dan rancangan (design) tertentu dengan mempertimbangkan
tujuan penelitian dan sifat masalah yang dihadapi. Berdasarkan
sifat-sifat permasalahannya, penelitian kuantitatif dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe sebagai berikut (Suryabrata, 2000 : 15 dan
Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 69 – 78):
1) Penelitian deskriptif
2) Penelitian korelational
3) Penelitian kausal komparatif
4) Penelitian tindakan
5) Penelitian perkembangan
6) Penelitian eksperimen

f. Metode Penelitian Kuantitatif


Metode yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif,
khususnya kuantitatif analitik adalah metode deduktif. Dalam
metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan
acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya.
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif
Moral, Sosial, dan Politik (2000: 6) menyatakan bahwa pada
dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan
menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
1) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi
yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang
telah berhasil disusun;
2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari
kerangka pemikiran tersebut; dan
3) Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk
menguji kebenaran pernyataannya secara faktual.
Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir
ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikatif ini pada
dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut
(Suriasumantri, 2005 : 127-128).
1) Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai
objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat
diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2) Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis
yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan
yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling
mengait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka
berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-
premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan
permasalahan.
3) Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara
atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang
materinya merupakan kesimpulan dari dari kerangka berpikir
yang dikembangkan.

4) Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta


yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk
memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.
5) Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah
hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Langkah-langkah atau prosedur penelitian tersebut kemudian
oleh Jujun S. Suriasumantri divisualisasikan dalam bentuk bagan
sebagai berikut:
130

Gambar 13.1 Alur Metode Ilmiah


131

BAB XIV
PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PENELITIAN SKRIPSI

89. Konsep Dasar Penyusunan Proposal Penelitian


a. Pengertian dan Tujuan Proposal
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan
langkah awal yang harus dilakukan peneliti sebelum memulai
kegiatan penelitian. Proposal penelitian dapat membantu memberi
arah pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin
terjadi selama proses penelitian berlangsung. Jika proposal
penelitian sudah disusun secara sistematis, lengkap dan tepat, akan
mempercepat pelaksanaan, proses serta penyusunan laporan
penelitian. Proposal mempunyai arti sangat penting bagi setiap
peneliti dalam usaha mempercepat, meningkatkan serta menjaga
kualitas hasil penelitian. Proposal penelitian harus dibuat sistematis
dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti.
Proposal penelitian adalah gambaran se¬cara rinci tentang
proses yang akan dilakukan oleh peneliti untuk dapat memecahkan
permasalahan penelitian. Secara umum, poposal penelitian
merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti
peneliti untuk melakukan penelitiannya. Dalam menyusun proposal
perlu diantisipasi munculnya berbagai sumber yang dapat
bermanfaat sehingga dapat digunakan dalam mendukung penelitian
atau faktor-faktor yang mungkin menghambat kegiatan penelitian.
Tujuan umum proposal penelitian adalah memberitahukan
secara jelas tentang tujuan penelitian, siapa yang hendak ditemui,
serta apa yang akan dilakukan atau dicari di lokasi penelitian.
Proposal penelitian dibuat pe¬neliti sebelum melakukan kerja
lapangan.
Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian
adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan
kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal penelitian
berkaitan dengan pernyataan atas urgensi dari suatu penelitian.
Membuat proposal penelitian bisa jadi merupakan langkah yang
paling sulit namun menyenangkan di dalam tahapan proses
penelitian. Pada tahap ini, seluruh kegiatan penelitian disintesiskan
132
ke dalam suatu desain yang spesifik. Dalam proposal, peneliti
mempraktekan bahwa mereka telah mengetahui apa yang akan
mereka cari, bagaimana cara mencari dan mengenalinya, serta
menjelaskan mengapa penelitian itu memiliki nilai kegunaan
sehingga perlu untuk dilakukan.

b. Isi Proposal
Di muka telah dijeaskan bahwa penelitian adalah proses yang
sistematis. Maknanya bahwa penelitian dilakukan dengan urutan
dan prosedur tertentu dan para peneliti mengikuti cara seperti itu
dalam penelitiannya. Untuk itulah diperlukan proposal sebagai
bentuk perencanaan penelitian. Keseluruhan isi yang dimuat dalam
proposal penelitian pada dasarnya adalah jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1) Why .Mengapa penelitian tersebut dilaksanakan?
2) What . Apa yang akan diteliti?
3) How .Bagaimana penelitian dilaksanakan?
4) Where .Dimana penelitian dilaksanakan?
5) When . Kapan penelitian dilaksanakan?
6) Who . Siapa yang terlibat dalam kegiatan penelitian?
Sebelum mengungkap secara detail bagian-bagian (isi) sutau
proposal perlu dikemukakan garis-garis besar proposal. Walaupun
banyak unsur dari proposal yang mirip untuk penelitian kuantitatif
dan kualitatif, tetapi terdapat sejumlah variasi dalam aspek
metodologis dari kedua jenis penelitian tersebut. Oleh karena itu,
dalam pembahasan berikut ini kedua jenis proposal tersebut
disajikan secara terpisah.

90. Proposal Penelitian Kuantitatif


a. Garis Besar Proposal
Garis-garis besar proposal penelitian kuantitatif menurut
McMillan dan Schumacher (2001) adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Pernyataan masalah secara umum.
Masalah yang masih bersifat umum dirumuskan secara
jelas dan tepat. Rumusan demikian akan membantu
pembaca memahami pentingnya masalah dan
kedudukan fokus masalah dalam bidang keahlian
peneliti (pendidikan). Rumusan masalah umum tersebut
ditunjang oleh studi kepustakaan yang sesuai,
dijabarkan dalam pertanyaan dan/atau hipotesis
khusus, serta manfaat penelitian. Rumusan
permasalahan umum tersebut disimpan pada awal
alinea, diikuti oleh latar belakang pemilihan masalah.
Rumusannya hendaknya cukup padat tetapi mudah
ditangkap/dipahami oleh orang yang tidak ahli dalam
bidang masalah tersebut.
b) Kajian Kepustakaan
Mengemukakan apa yang telah diketahui tentang
permasalahan dan kajian teori dan penelitian terdahulu,
membantu memperjelas latar belakang dan pentingnya
penelitian. Reviu kepustakaan juga menjelaskan tentang
pentingnya masalah yang akan diteliti, pendirian
peneliti, kritik terhadap desain penelitian terdahulu,
identifikasi kesenjangan-kesenjangan dan hal-hal baru
yang akan dikembangkan.
c) Hipotesis atau pertanyaan penelitian khusus
Sebagai jabaran dari permasalahan umum dirumuskan
hipotesis dan/atau pertanyaan khusus, diikuti rumusan
133
definisi operasional atau penjelasan tentang variabel
yang diteliti. Rumusan pertanyaan khusus atau
hipotesis hendaknya mampu menggambarkan dengan
jelas bahwa penelitian bersifat empiris dengan desain
penelitiannya yang spesifik.
d) Manfaat penelitian
Menjelaskan pentingnya penelitian dalam
pengembangan pengetahuan, implikasinya bagi
penelitian lebih lanjut, manfaatnya praktis untuk
pengembangan pendidikan. Manfaat hasil penelitian
bagi pengem-bangan pengetahuan (manfaat teoretis)
dapat berupa penemuan pengetahuan atau prinsip-
prinsip baru. Implikasi hasil penelitian bagi
penyem¬purnaan pelaksanaan pendidikan dapat berupa
bentuk rumusan atau pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum bukan saran-saran khusus.
2) Desain dan Metodologi
Menjelaskan jenis desain dan metode yang akan
digunakan, apakah menggunakan penelitian deskriptif, survai,
korelasional, eksperimental, pengembangan, dan jenis-jenis
penelitian kuantitatif lainya.
a) Subyek
Dijelaskan siapa/apa target populasi, bagaimana
pengambilan sampel dan populasi tersebut, besarnya
sampel, prosedur penarikan sampel. Dalam bagian ini
dijelaskan juga bagaimana menjaga nama baik subjek
yang diteliti, izin untuk meneliti serta memelihara
kerahasiaan data dan individu-individu yang menjadi
sumber data.
b) Penyusunan instrumen
Dijelaskan jenis instrumen yang digunakan,
alasan penggunaan instrumen tersebut. Jika instrumen
sudah ada dikemukakan validitas dan reliabilitas
instrumen tersebut. Bila instrumen akan dikembangkan
dikemukakan proses pengembangan dan pengujian
validitas dan reliabilitasnya.
c) Prosedur
Dijelaskan bagaimana penelitian akan
dilaksanakan, bagaimana hubungan antar variabel
dapat dicari. Dalam penelitian deskriptif atau survai,
prosedur ini mencakup penyiapan angket, pembuatan
pedoman dan jadwal wawancara, latihan dan pemberian
petunjuk bagi pengumpul data. Dalam penelitian
eksperimen prosedurnya lebih kompleks, meliputi:
identi-fikasi dan pemilihan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, spesifikasi perlakuan, prosedur
untuk mengurangi variabel-variabel penyela, dan lain.
d) Analisis dan penyajian data
Dijelaskan teknik analisis data yang digunakan
dan bagaimana proses analisisnya serta bagaimana data
hasil analisis disajikan. Bagaimana pengujian setiap
hipotesis dilakukan serta alasan penggunaannya.
Alasan diarahkan pada kesesuaian dengan tujuan studi,
ukuran sampel, serta pengujian instrumen yang
digunakan. Pada bagian ini iuga dijelaskan bentuk
penyajian data yang akan dibuat seperti: tabel, grafik,
profil, bagan dan lain-lain.
e) Keterbatasan desain
134
Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitanya
dengan lingkup studi, desain, dan metodologi. Lingkup
studi terbatas pada apa yang dirumuskan dalam
permasalahan umum atau fokus penelitian, tidak bisa
meneliti semua hal yang terkait dengan permasalah
tersebut. Desain juga dibatasi oleh metodologi yang
digunakan, kalau metodenya korelasional maka
penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi hubungan
melalui analisis korelasi, demikian juga dengan
komparasi terbatas pada membandingkan hal-hal yang
sudah dirancang melalui analsis komparatif.

3) Rujukan
Berupa daftar sumber-sumber apa yang dijadikan
rujukan. Sumber tersebut dapat berbentuk buku, jurnal, hasil
penelitian serta sumber¬-sumber dalam situs internet.
Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan masalah,
perumusan definisi, penyusunan desain, pengembangan
instrumen, analisis data, pembahasan bahkan sampai
penarikan kesimpulan.

4) Lampiran
Berisi hal-hal yang sifatnya melengkapi atau
mendukung proposal penelitian, seperti: jadwal penelitian,
rencana anggaran, dan riwayat hidup para peneliti,

b. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel
sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus
didefenisikan secara jelas. Selanjutnya, penelitian kuantitatif
memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian
akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan
teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Penelitian
kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan
penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan
kulturalnya. Setiap kegiatan penelitian kuantitatif selalu dilakukan
dengan melalui tahapan-tahapan berlandaskan metode ilmiah.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah. Tanpa ada masalah tidak terjadi
penelitian, sebab penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah. Masalah pada umumnya diajukan dalam bentuk
pertanyaan sekalipun tidak selamanya sebab bisa juga dalam
bentuk pernyataan. Permasalahan bisa diajukan dalam
bentuk deskriptif, asosiatif dan komparatif bahkan untuk satu
penelitian bisa diajukan ketiga-tiganya bergantung kepada
tujuan yang akan dicapainya.
2) Mengkaji teori keilmuan berkaitan dengan bidang ilmu yang
dijadikan dasar perumusan masalah. Peneliti menelusuri
konsep-konsep, prinsip, generalisasi dan berbagai literatur,
jurnal dan sumber lain berkaitan dengan variabel dan
masalah yang diteliti. Kajian teori tersebut sebagai dasar
dalam merumuskan kerangka berpikir dalam melihat
hubungan antar variabel untuk Selanjutnya mengajukan
alternatif kemungkinan jawaban atas masalah atau sering
disebut hipotesis.
3) Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam mengumpulkan
data empiris atau verifikasi data di lapangan. Artinya jenis
data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dan
135
tersurat dalam rumusan hipotesis. Dengan kata lain data
empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan
untuk menguji hipotesis.
4) Melakukan verifikasi data empirik yakni data lapangan yang
diperlukan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini peneliti
harus menentukan jenis data yang diperlukan apakah data
kualitatif atau data kuantitatif. Jika data kuantitatif apakah
data nominal, ordinal, interval atau data rasio. Dari mana data
itu diperoleh dalam hal ini berkaitan dengan, populasi dan
sampel serta responden penelitian. Cara atau teknik
memperoleh data serta alat atau instrumen yang digunakan
untuk menjaring data. Data yang terkumpul terus diolah dan
dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi
kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji
hipotesis.
5) Menarik kesimpulan dalam arti membuat generalisasi atas
dasar hasil uji hipotesis. Hasil uji hipotesis sifatnya adalah
temuan penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian ini
dibahas dan disintesiskan untuk kemudian disimpulkan.
Kesimpulan inilah pada hakekatnya adalah jawaban atas
masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau
pernyataan ilmiah.
Karena permasalahan yang diteliti sudah jelas dan
prosedur penelitian sudah baku, maka proposal penelitian
kuantitatif dipandang sebagai “blue print” yang harus
digunakan sebagai pedoman baku dalam melaksanakan
penelitian. Sebagai acuan, proposal penelitian kuantitatif
dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan/Manfaat Penelitian

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretik
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


ANGARAN BIAYA PENELITIAN

Uraian berikut, menjelaskan tentang susbtansi yang harus disajikan


dalam proposal penelitian kuantitatif.
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang
diharapkan dengan situasi yang ada. Dapat juga dikatakan sebagai
136
kesenjangan anta¬ra tujuan yang ingin dicapai dengan keterbatasan
alat dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
tersebut. Masalah juga dapat dikatakan se-bagai kesenjangan
antara teori dan praktik. Masalah penelitian dilatar belakangi oleh
adanya situasi yang memerlukan pemecahan sehingga perlu
dilakukan suatu penelitian. Masalah yang masih umum dapat
berkembang menjadi masalah penelitian kuantitatif apabila
memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubung¬an
antara dua variabel atau lebih.
2. Walaupun tidak merupakan suatu keharusan bahwa suatu
masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, akan
tetapi banyak ahli penelitian menyarankan bahwa masalah
penelitian hendaknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
lebih mengarahkan pada jawaban yang diharapkan. Dengan
menyajikan masalah dalam bentuk pertanyaan, jawaban akan
lebih jelas dan langsung pada sasarannya.
3. Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara
empirik. Pengujian empirik berarti bahwa pemecahannya
dilandasi oleh bukti-bukti empirik dengan cara
mengumpulkan data yang relevan.
Latar belakang masalah adalah alasan mendasar yang
menunjukkan bahwa tema/ topik/ judul penelitian tersebut
penting dan menarik untuk dilaksanakan. Pada bagian ini
berisi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada
suatu bidang kajian penelitian. Tetapi dalam peristiwa itu,
sekarang ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan dan
standar yang ada, baik standar yang bersifat keilmuan
maupun aturan-aturan. Oleh karena itu dalam latar belakang
ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga
permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah, peneliti
harus dapat menunjukkan adanya suatu penyimpangan yang
ditunjukkan dengan data dan menuliskan mengapa hal ini
perlu diteliti.
Latar belakang maslah penelitian tidak muncul begitu
saja atas dasar inspirasi. Untuk mendapatkanya peneliti dapat
mencari darai berbagai sumber rukukan antara lain ialah:
1. Hasil kajian pustaka. Pustaka-pustaka yang berupa buku,
dokumen-dokumen ilmiah, jurnal, terbitan berkala, indeks,
laporan hasil penelitian, abstrak tesis dan disertasi, dan
internet, merupakan sumber-sumber yang sangat penting
dalam memperoleh masalah penelitian. Biasanya siapa yang
lebih banyak menguasai bahan pustaka, akan lebih mudah
mendapatkan masalah penelitian.
2. Hasil diskusi dengan sejawat atau kolegial yang se-profesi.
Dari diskusi-diskusi baik yang sifatnya formal maupun
informal, akan dapat membantu peneliti dalam menemukan
masalah penelitian. Sering dijumpai, bahwa walaupun
seseorang telah melakukan banyak kajian pustaka, tetapi
masih saja sulit untuk mengangkat suatu masalah penelitian
yang layak. Melalui diskusi dengan sejawat akan membantu
mempermudah menemukan dan merumuskan masalah
penelitian. Diskusi memiliki beragam bentuk, yang semuanya
dapat dimafaatkan untuk menemukan masalah penelitian,
seperti seminar, simposium, diskusi panel, konferensi,
lokakarya, dan yang sejenis lainnya.
3. Masalah penelitian juga dapat diperoleh dari lapangan,
misalnya sekolah, universitas, organisasi, masyarakat,
137
maupun lembaga lain di mana peneliti berada dan bergaul
dengan sesama dalam kehidupan sehari-harinya.
4. Pengalaman-pengalaman pribadi juga sering merupakan
sumber munculnya masalah penelitian. Bahkan tidak jarang
suatu masalah penelitian yang muncul berkat renungan
pribadi.
5. Surat kabar harian, majalah-majalah, dan media elektronik
juga tidak jarang dapat membantu peneliti dalam
meng¬angkat masalah penelitian. Dengan membaca berita-
berita media-media tersebut, sering seorang peneliti dapat
men¬jumpai berita-berita yang menarik untuk diangkat
menjadi masalah penelitian.
6. Masalah penelitian juga sering muncul sebagai akibat
kemajuan dan perubahan teknologi-informasi. Tidak jarang
suatu teknologi dan informasi baru mengandung efek samping
yang patut dan layak untuk diteliti. Masalah penelitian dapat
berasal dari dampak negatif dari kemajuan teknologi-informasi
tersebut.
Dari dasar sumber sumber di atas, substansi serta struktur
pembahasan dalam latar belakang masalah dapat disajikan dalam
tata urutan sebagai berikut:
1. Mengungkap tinjauan makro atau dasar pemikiran tentang
tema/ topik/ judul penelitian dimana area permasalahan
berada.
2. Mengungkap alasan rasional dan empirik tentang pentingnya
tema/ topik/ judul penelitian.
3. Mengungkap adanya kesenjangan antara harapan das sollen
dan kenyataan das sein untuk mengemukakan variabel.
Dengan kata lain, mengungkap fakta-fakta empiris di
lapangan yang menunjukkan adanya suatu masalah yang
harus dipecahkan. Sumber informasi dapat diambil dari data
statistik, hasil penelitian sebelumnya, pengamatan, atau
pengalaman peneliti.
4. Mengemukakan faktor-faktor yang diduga dapat menjadi
penyebab munculnya suatu masalah atau rendahnya variabel
dengan menggunakan pendekatan logis berdasarkan fakta
atau dengan menggunakan pendekatan teoretis berdasarkan
teori dan hasil penelitian relevan.

b. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah aspek permasalahan
yang muncul sehubungan dengan tema/topik/judul penelitian.
Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada
obyek yang diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan
diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin
dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik,
maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek yang
diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber,
sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasikan. Berdasarkan
berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya
dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain.
Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara
masalah yang telah diidentifikasi. Masalah apa saja yang diduga
berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti.
Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
variabel.

c. Pembatasan Masalah
138
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori,
dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam,
maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti.
Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan dilakukan
penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana
hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan
batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
penelitian.
Dalam usaha mengidentifikasikan atau menemukan masalah
penelitian, sering ditemukan lebih dari satu masalah sehingga
diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah berarti
penetapan atau memilih satu atau lebih masalah dari sejumlah
masalah yang sudah teridentifikasi disertai argumentasinya.
Pertimbangan untuk menentukan layak atau tidak suatu masalah
diteliti, didasarkan pada pertimbangan dua arah yaitu dari arah
yaitu: (1) Dari arah masalah yang merupakan pertimbangan
obyektif. Pertimbangan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian
terhadap masalah ini akan memberikan sumbangan kepada
pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dan
pemecahan masalah-masalah praktis; (2) Dari arah peneliti yang
merupakan pertimbangan subjektif. Dalam arti masalah yang akan
ditelitinya menarik keingintahuan peneliti dan sesuai dengan
kualifikasi yang dimiliki oleh peneliti.
Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik,
pembatasan masalah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field
research). Hal itu berarti bahwa masalah penelitian yang baik,
adalah masalah yang cara pemecahan yang paling efektif
dilakukan melalui proses penelitian. Sehubungan dengan hal
itu maka peneliti harus memiliki kesiapan dan kemampuan
untuk melaksanakan penelitian, di mana tujuan utamanya
ialah untuk melakukan pengujian teori ataupun untuk
menemukan jawaban terhadap masalah penelitian.
2. Kebermaknaan atau keberartian (signifikansi) pemecahan
masalah. Suatu masalah penelitian yang baik harus me¬miliki
signifikansi, baik untuk kepentingan praktis maupun teoretis.
Signifikansi praktis berarti bahwa hasil pemecahan masalah
penelitian memberikan sumbangan terhadap praktik
kehidupan sehari-hari. Sedang signifikansi teoretis berarti
bahwa dari hasil pemecahan masalah tersebut akan mampu
melahirkan prinsip-prinsip penting yang berguna untuk
memperkaya, memperluas wawasan, dan mengembangkan
teori yang telah ada. Pendeknya, dalam memilih masalah
penelitian, harus dipertimbangkan nilai-nilai penting yang
terkandung di dalam masalah penelitian.
3. Keaslian (originalitas). Suatu masalah penelitian yang baik
harus menunjukkan bahwa masalah tersebut merupakan
sesuatu yang baru, bukan duplikasi atau replikasi dari apa
yang pernah dikemukakan orang lain. Hal ini menjadi sangat
penting teruatama pada penelitian-penelitian inferensial, dan
penelitian untuk menghasilkan tesis dan disertasi.
4. Kelayakan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan yang
muncul sehubungan dengan pertimbangan tentang dapat
tidaknya dilaksanakan tersebut antara lain ialah:
a. Pertimbangan mengenai kompetensi peneliti. Dalam hal
ini pertanyaan yang sering diajukan ialah seberapa jauh
kemampuan peneliti dalam menyusun perencanaan
penelitian. Soal perencanaan ini penting, karena suatu
139
rencana yang baik akan berfungsi sebagai pengarah
jalannya proses penelitian. Seberapa jauh kemampuan
peneliti menguasai metodologi penelitian. Seberapa jauh
kemampuan peneliti memaknai atau menginterpretasi
data dan hasil penemuannya. Juga tidak kalah
pentingnya ialah kemampuan peneliti dalam
mengembangkan penemuannya dalam suatu konsep
yang tersusun secara logis dan sistematis.
b. Apakah untuk memecahkan masalah penelitian
ter¬sebut cukup tersedia data yang diperlukan. Apakah
dalam proses pengumpulan data tersebut sekiranya
akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dari pihak
yang berwenang, misalnya dalam hal perijinan
penelitian.
c. Apakah telah tersedia waktu, biaya, serta tenaga peneliti
yang diperlukan.
5. Keberanian peneliti dalam mengangkat masalah-masalah
penelitian yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap sensitif
atau rawan. Seringkali dijumpai bahwa dalam mengajukan
masalah penelitian, peneliti dihinggapi rasa takut untuk
mengangkat atau mengajukan masalah-masalah yang sensitif
atau rawan, padahal masalah tersebut berdasarkan
pertimbangan ilmiah merupakan masalah yang penting dan
urgen untuk diangkat.
6. Tentang minat peneliti. Suatu masalah penelitian yang akan
dipecahkan harus menarik bukan saja bagi peneliti yang
bersangkutan, akan tetapi juga harus cukup menarik bagi
orang lain sesuai dengan bidangnya.
Dalam membatasi masalah, masalah harus diseleksi
berdasarkan informasi, pengalaman-pengalaman, maupun
teori-teori yang relevan. Apabila masalah penelitian tidak
mempertimbangkan mengenai hal itu, maka masalah
penelitian akan kehilangan landasan berpijak.

d. Perumusan Masalah
Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan (variabel apa
saja yang akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu
dengan yang lain), dan supaya masalah dapat terjawab secara
akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan
secara spesifik. Perumusan masalah merupakan pemetaan faktor-
faktor dan variabel-variabel yang terkait. Kualitas suatu penelitian
tidak cukup dipertimbangkan berdasarkan kriteria-kriteria
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Kualitas suatu penelitian juga
ditentukan oleh bagaimana masalah penelitian tersebut
dirumuskan. Untuk dapat menyajikan perumusan masalah
penelitian yang baik, perlu diikuti beberapa persyaratan sebagai
berikut:
1. Masalah penelitian harus dirumuskan secara spesifik. Dengan
perumusan yang spesifik, akan dapat menunjukkan tentang
gambaran yang lebih menfokus mengenai arah
pemecahannya. Namun demikian, walaupun harus
dirumuskan secara spesifik, peneliti pada waktu
mengidentifikasi masalah penelitiannya, terlebih dahulu harus
memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang
masalah-masalah yang bersifat umum, agar peneliti tetap
memiliki wawasan yang lebih komprehensif dan makro. Baru
sesudah gambaran komprehensif dan makronya dibeberkan,
pembatasan masalah penelitian yang sifatnya lebih spesifik
dikemukakan. Hal itu disarankan, oleh karena masalah-
140
masalah penelitian yang dirumuskan terlalu spesifik dan
sempit, dikhawatirkan peneliti akan kehilangan dari konteks
wawasan yang bersifat makro.
2. Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik,
harus diikuti dengan perumusan secara operasional. Dengan
perumusan yang operasional terkandung maksud bahwa
masalahnya menjadi mudah untuk diamati dan diukur
indikator-indikatornya.
3. Masalah penelitian harus dirumuskan dalam bentuk
pernyataan deklaratif atau dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Banyak ahli menyarankan agar supaya masalah pe¬nelitian
dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, karena
dengan bentuk pertanyaan, akan lebih memfokuskan pada
jawaban atau pemecahan masalah yang akan diperoleh.
4. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang
sederhana, pendek, dan padat dan mencerminkan inti
masalah yang diajukan. Pertimbangan ini diajukan agar
masalah penelitian yang dapat difahami dengan mudah oleh
pihak-puhak lain yang berkepentingan dengan penelitian yang
akan dilakukan, tanpa adanya kemungkinan untuk
diinterpretasi secara beragam dan mem¬bingungkan.
5. Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional (dapat
dinalar) dan diargumentasikan secara jelas, sehingga dapat
meyakinkan pihak-pihak lain untuk menerimanya.
Rumusan masalah yang telah ditetapkan, pada tahap
selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan tujuan
yang akan mengarahkan pemilihan metode serta prosedur
penelitian.

e. Tujuan Penelitian
Tujuan dan kegunaan penelitian sebenamya dapat diletakkan
di luar pola pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada
kaitannya dengan permasalahan, oleh karena itu dua hal ini
ditempatkan pada bagian ini. Tujuan penelitian adalah pernyataan
yang menjelaskan keinginan mendapat jawaban atas pertanyaan
yang konsisten dengan perumusan masalah. Pada dasarnya tujuan
penelitian adalah memberikan penjelasaan tentang sesuatu yang
akan diperoleh jika penelitian tersebut selesai.
Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam
melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan
rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya:
Bagaimanakah tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX?
Maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui seberapa tinggi
tingkat kompetensi profesional guru di sekolah XXX. Kalau rumusan
masalahnya: Apakah ada pengaruh Diklat terhadap kinerja
pengawas sekolah, maka tujuan penelitiannya adalah: Ingin
mengetahui pengaruh Diklat terhadap kinerja pengawas sekolah.
Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak
pada kesimpulan penelitian.

f. Kegunaan/ Manfaat Penelitian


Kegunaan atau manfaat penelitian adalah pernyataan tentang
tujuan umum penelitian yang konsisten dengan latar belakang
masalah. Pernyataan tentang manfaat harus mengandung dua hal
yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis bagi pihak-
pihak yang terkait dengan upaya pemecahan masalah penelitian.
Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dan tercapainya
tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat dicapai dan rumusan masalah
terjawab maka sekarang kegunaannya apa. Kegunaan hasil
141
penelitian ada dua hal yaitu: (1) Kegunaan untuk mengembangkan
ilmu/kegunaan teoretis; (2) Kegunaan praktis, yaitu membantu
memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada obyek
yang diteliti. Kegunaan dan manfaat penelitian harus dirumuskan
secara jelas dan tegas. Pernyataan tentang manfaat pada tahap
selanjutnya akan dijadikan dasar dalam mengemukakan implikasi
teoretis, implikasi praktis, dan saran-saran.

BAB II. DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
a. Deskripsi Teori
Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu
construct yang menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi
teori dapat berupa definisi atau proposisi yang menyajikan
pandangan tentang hubungan antar variabel yang disusun secara
sistematis, dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan
prediksi mengenai suatu fenomena. Teori dalam penelitian
kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting,
karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam
menyusun perencanaan penelitian. Oleh karena itu, teori yang
dudeskripsikan harus memenuhi unsur-unsur berikut:
1. Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian;
2. Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis
penelitian;
3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam
menjelaskan dan memaknai data atau fakta yang telah
dikumpulkan;
4. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah penelitian,
teori akan membantu mendudukkan permasalahan penelitian
secara nalar dan runtut;
5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil
penelitian, sehingga konsep dan wawasannya menjadi lebih
mendalam dan bermakna;
6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain
penelitian, teori memberikan acuan dan menunjukkan jalan
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan
para ahli melalui teori yang telah digeneralisasikan secara
baik;
7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen
penelitian, terutama yang menggunakan validitas konstruct
(construct validity) dan validitas isi (content validity), teori
akan memberikan dasar-dasar konseptual dalam menyusun
definisi operasional. Dari definisi operasional tersebut akan
melahirkan indikator-indikator, dan dari indikator-indikator
tersebut akan menghasilkan deskriptor-deskriptor, sampai
pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau
pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.
Pemebuhan unsur-unsur di atas teori-teori
dikemukakan adalah teori yang relevan sehingga dapat
digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti,
serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis).
Deskripsi teori dapat pula dimanfaatkan dalam penyusunan
instrumen penelitian. Teori-teori yang digunakan bukan
sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi
teori yang betul-betul telali teruji kebenarannya secara
empiris. Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil
penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya
dengan variabel yang akan diteliti.
142
Mengingat betapa besar¬nya peranan kerangka teori
dalam penelitian kuantitatif, prosedur penyusunan landasan
teori perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan,
meliputi antara lain buku-buku referensi, hasil penelitian,
jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak disertasi dan tesis.
Tujuan yang utama dalam melakukan kajian pustaka ini
antara lain ialah:
a. Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti
menyajikan permasalahan penelitian yang diajukan.
b. Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang
diajukan merupakan permasalahan yang orisinil atau
berupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain.
c. Memberikan dasar bagi peneliti akan penguasaan
konsep-konsep teoritik yang akan dijadikan kerangka
pemikiran, sehingga dengan begitu peneliti akan
memahami apa yang seharusnya dilakukan, bukan
melakukan sesuatu kerja dan atau langkah tanpa
konsep yang jelas.
d. Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah
dilakukan oleh orang atau ahli lain, sehingga peneliti
tidak dikatakan melakukan replikasi.
e. Menghasilkan wawasan yang luas mengenai
pengetahuan dalam bidangnya, peneliti akan memiliki
landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis
penelitian, sehingga hipotesisnya memiliki landasan
teoretis yang kuat.
f. Memberikan justifikasi mengenai kerangka pemikiran
yang diajukan. Dengan demikian, peneliti yang
membuat paradigma penelitian akan memiliki landasan
pemikiran yang kuat.
g. Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari
peneliti sebelumnya, dan akan terhindar serta tidak
akan mengulang kesalahan-kesalahan atau
kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.
2. Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang
satu dengan teori yang lain untuk menjelaskan secara spesifik
tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan defini
operesional varaibel.
3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun
sendiri kerangka teorinya dalam susunan kerangka pemikiran
yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian
peneliti merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis tidak
semata-mata muncul berdasarkan intuisi penelitian, tetapi
muncul berdasarkan landasan teori
Berdasarkan prosedur tersebut di atas, struktur
pembahasan dalam deskripsi teoretik meliputi: (1)
Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian
yang relevan dengan variabel penelitian yang akan dianalisis;
(2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain
yang telah dipublikasikan; (3) Menyatakan sintesis (definisi
konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap akhir
pembahasan suatu kajian teori.

b. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian
yang menggambarkan alur pikir penelitian. Kerangka berpikir
143
dikemukakan dengan maksud untuk menyusun reka
pemecahan masalah (jawaban pertanyaan penelitian)
berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka berpikir berguna
untuk menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan
hipotesis dan juga tempat bagi peneliti untuk menjelaskan
tentang variabel-variabel yang berhubungan dengan variabel
pokok dan sub variabel pokok yang ada dalam penelitian.
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
teliti diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoretis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoretis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel. Kerangka berfikir
penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian
hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,
maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan
deskripsi teoretis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau
lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk
komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan
maupun komparasi, perlu dikemukakan kerangka berfikir.
Kerangka berfikir yang dihasilkan berupa kerangka berfikir
yang asosiatif maupun komparatif. Kerangka berfikir yang
bersifat asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika ….. maka
…..Misalnya jika kompetensi profesional tinggi maka kinerja
akan meningkat.
Dalam suatu penelitian biasanya kerangka berpikir
digambarkan dengan menggunakan bagan-bagan yang
dihubungkan dengan anak panah. Tidak ada standar dalam
pembuatan kerangka berpikir, yang penting pembaca dapat
dengan mudah mengetahui hubungan antara konsep-konsep
yang digambarkan. Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik
jika mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Penjelasan variabel-variabel yang diteliti
2. Menunjukan dan menjelaskan keterkaitan antar
variabel yang diteliti dan teori yang mendasarinya.
3. Menunjukan dan menjelaskan bentuk hubungan antar
variabel (positif atau negatif, simetris, kausal atau
timbal balik)

c. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi
tentatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih
mengenai fenomena atau variabel (Kerlinger, 2000). Tentatif yang
dimaksudkan dalam rumusan tersebut mengandung pengertian
bahwa hipotesis yang diajukan tersebut harus diuji kebenarannya,
dan untuk pengujiannya dilakukan melalui penelitian. Pengertian
lain menunjukkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap masalah penelitian, dan dinyatakan dalam bentuk
hubungan antar dua variabel atau lebih, merupakan pernyataan
yang menyatakan hakekat suatu fenomena.
Fungsi utama dari suatu hipotesis penelitian adalah sebagai
pedoman dalam memberikan arah dan jalannya kegiatan penelitian
yang dilakukan, mulai dari penyusunan desain penelitian,
penentuan kriteria dalam penyusunan instrumen penelitian,
termasuk berfungsi sebagai pedoman dalam dalam menetapkan
144
indikator-indikator tentang aspek-aspek atau variabel-variabel yang
diukur, juga sebagai pedoman dalam menentukan teknik analisis
data penelitian. Hipotesis penelitian kualitatif berasal dari teori yang
relevan sebagai hasil dari kajian pustaka. Melalui kajian pustaka,
peneliti dapat mengadopsi berbagai teori yang ada. Hipotesis jenis
ini termasuk hipotesis yang dibangun secara deduktif. Dalam arti
lebih umum, terutama pada penelitian-penelitian kuantitatif,
hipotesis diajukan de¬ngan berlandaskan pada teori yang memiliki
tingkat generalisasi luas.
Agar hipotesis yang diajukan memiliki kualitas yang
diharapkan, diperlukan kriteria tertentu. Borg dan Gall (2001)
memberikan sejumlah kriteria sebagai berikut:
1. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang me¬nyata¬kan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
2. Hipotesis harus dilandasi argumentasi yang kuat
ber¬dasarkan pada teori dan atau pengalaman lapangan yang
kuat.
3. Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian
lapangan.
4. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.
Atas sara kriteria tersebut hipotesis harus konsisten
dengan teori-teori yang ada serta disusun sedemikian rupa
sehingga eksplanasi yang dikemukakan memiliki argumentasi
yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
Substansi hipotesis yang dikemukakan di sisi sebut juga
sebagai hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian biasanya berupa
pernyataan yang memberikan jawaban sementara terhadap masalah
pe¬nelitian yang diajukan oleh peneliti. Contoh hipotesis dan
rumusan masalah dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB III. Metodologi Penelitian

a. Metode Penelitian
Metode penelitian menggambarkan strategi atau cara yang
dilakukan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah. Metode
penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan
penelitian. Dalam metode penelitian mencakup prosedur dan teknik
penelitian. Metode penelitian berisi rumusan langkah-langkah
penelitian dan pendekatan yang digunakan. Dalam penjelasan
tentang metode penelitian harus dikemukakan alasan mengapa
menggunakan metode tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilihat
kaintanya dengan proses pengumpulan data serta upaya untuk
menguji hipotesis penelitian.

b. Tempat dan Waktu Penelitian


Dalam hal ini perlu dikemukan tempat/lokasi dimana
penelitian tersebut akan dilakukan. Misal di sekolah, di perusahaan,
di instansi pemerintah, dan lain-lain. Waktu pelaksanaan mencakup
waktu dari setiap tahapan proses yang akan dilakukan dan kapan
serta berapa lama penelitian tersebut dilakukan.

c. Populasi dan Sampel


Secara umum populasi adalah semua individu atau unit atau
peristiwa yang ditetapkan sebagai obyektif penelitian. Secara teknis
populasi tidak lain adalah kumpulan dari unit-unit elementer yang
memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu. Oleh karena peneliti akan
meneliti sifat-sifat dari unit elementer, dan kemudian dari unit-unit
elementer itu akan disimpulkan. Selanjutnya dapat dikemukakan
bahwa populasi adalah kumpulan ukuran-ukuran tentang sesuatu
145
yang kepadanya akan dibuat inferensi atau kesimpulannya. Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyektif/ subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007:117). Populasi adalah keseluruhan obyektif
penelitian yang akan menjadi sumber data. Populasi bisa dibatasi
dengan populasi sasaran dan populasi terjangkau. Populasi
terjangkau adalah sebagian dari populasi sasaran yang dijadikan
sebagai kerangka sampel.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri
atau sifat-sifat yang sama dan atau serupa dengan populasinya.
Sesuai dengan rumusan tersebut, sampel harus memiliki ciri-ciri
atau sifat-sifat yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat
populasinya. Sampel yang demikian dinyatakan sebagai sampel yang
representatif. Sampel yang diambil harus memiliki karakteristik,
jelas dan lengkap sehingga mewakili populasi. Syarat sampel yang
baik adalah harus representatif (karakteristik sampel sama dengan
karakteristik populasi) dan memadai (ukuran sampel cukup untuk
meyakinkan kestabilan karakteristiknya.
Dalam proposal penelitian perlu dijelaskan populasi dan
sampel yang digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian
akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel yang dapat
diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai
sumber data harus representatif. Untuk itu digunakan teknik
pengambilan sampel yang sesuai. Terkait dengan uraian di atas,
dalam proposal perlu dijelaskan:
1. Definisi yang jelas tentang populasi target/sasaran
2. Definisi yang jelas tentang populasi terjangkau
3. Jumlah sampel yang akan diambil serta prosedur dalam
menetapkan jumlah tersebut
4. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan.
d. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Perlu dijelaskan dalam proposal teknik pengumpulan data
mana yang paling tepat, sehingga betul-betul didapat data yang valid
dan reliabel. Jangan semua teknik pengumpulan data (angket,
observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya tidak
dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dan mencantumkan ke tiga
teknik pengumpulan data itu adalah: setiap teknik pengumpulan
data yang dicantumkan harus disertai datanya. Memang untuk
mendapatkan data yang lengkap dan obyektif penggunaan berbagai
teknik sangat diperlukan, tetapi bila satu teknik di pandang
mencukupi maka teknik yang lain bila digunakan akan menjadi
tidak efisien.
Penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur suatu
gejala akan menggunakan instrumen penelitian. Jumlah instrumen
yang akan digunakan tergantung pada variabel yang diteliti. Bila
variabel yang diteliti jumlahnya lima, maka akan menggunakan lima
instrumen. Dalam hal ini perlu dikemukakan instrumen apa saja
yang akan digunakan untuk penelitian, skala pengukuran yang ada
pada setiap jenis instrumen, dan bagimana prosedur pengujian
validitas dan reliabilitas instrumen. Uraian tentang teknik
pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dikemukakan
dalam proposal sebaiknya mencakup:
1. Penjelasan tentang jumlah dan jenis data yang akan
dikumpulkan.
2. Penjelaskan tentang jenis/bentuk instrumen yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data.
3. Menjelaskan prosedur pengembangan instrumen termasuk uji
coba yang akan dilakukan (validitas dan reliabilitas)
146

e. Teknik Analisis Data


Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, maka teknik
analisis data ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan. Bentuk
hipotesis mana yang diajukan, akan menentukan teknik statistik
mana yang digunakan. Jadi sejak membuat rancangan, maka teknik
analisis data ini telah ditentukan. Bila peneliti tidak membuat
hipotesis, maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu
dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu dijawab, maka
sulit membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang dihasilkan
hanya dapat berlaku untuk sampel yang digunakan, tidak dapat
berlaku untuk populasi.
Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau
mencapai tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan biasanya
berkenaan dengan analsis statistik untuk menjawab rumusan
masalah atau pengujian hipotesis. Uraian tentang teknik analsis
data dikemukakan dalam proposal sebaiknya mencakup:
1. Penjelasan tentang data yang akan dianalisis
2. Penjelasan tentang tahapan proses analisis data.
3. Penjelasan tentang model kuantitatif yang digunakan pada
setiap tahapan proses meliptui deskripsi data, uji persyaratan
analisis, dan uji hipotesis.
Pada bagian akhir penjelasan analisis data perlu dikemukakan
rumusan hipotesis statistik atas dasar hipotesis penelitian yang
diajukan. Hipotesis statistik terdiri atas hipotesis nol dan hipotesis
alternatif. Selanjutnya dapat dicontohkan sebagai berikut:
147

BAB XV
HASIL PEMBAHASAN

91. Pengertian Hasil Pembahasan Penelitian


Pengertian pembahasan hasil penelitian adalah pengkajian ulang
terhadap validitas hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian dapat
diistilahkan dengan pemikiran original si peneliti untuk memberikan
penjelasan dan interpretasi atas hasil penelitian yang telah dianalisis guna
menjawab pertanyaan penelitiannya. Intinya, pembahasan hasil penelitian
merupakan bahasan terhadap temuan yang diperoleh.
Hasil penelitian dalam kaitannya dengan hipotesis. Pembahasan
hasil penelitian menjadi salah satu sub-bab dalam laporan penelitian
yang paling orisinal. Pada sub-bab ini, peneliti wajib mengulas hasil
penelitian yang diperolehnya secara panjang lebar dengan menggunakan
pandangan orisinalnya dalam kerangka teori dan kajian empirik yang
terdahulu .
Jogiyanto menyatakan bahwa hasil pengujian (analisis) dalam suatu
penelitian yang tidak dibahas menunjukkan bahwa si peneliti tidak
mempunyai konteks ceritera dari hasil penelitiannya itu. Bagian ini berisi
paparan objektif peneliti terhadap hasil-hasil penelitian, antara lain:
penemuan-penemuan penelitian, penjelasan serta penafsiran dari data
dan hubungan yang diperoleh, serta pembuatan generalisasi dari
penemuan. Apabila terdapat hipotesis, maka pada bagian ini juga
dijelaskan proses pengujian hipotesis serta hasilnya.
Hasil penelitian harus disajikan secara jelas dan sistematis agar
mudah dibaca dan dipahami. Hasil dan pembahasan dalam sebuah
laporan penelitian pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan
ilmiah.Pada bagian ini penulis harus menyajikan secara cermat dan jelas
mengenai hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian
pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.Setelah memperoleh hasil dari suatu penelitian maka hasil
itu akan dibahas untuk menemukan titik terangnya.
Penyajian hasil penelitian dapat dilakukan dengan cara deskriptif
(naratif), menggunakan tabulasi, tabel atau grafik, atau dengan
menggunakan gabungan dua atau ketiganya secara sekaligus. Penggunaan
ketiga cara tersebut disesuaikan dengan jenis data dan sejauh mana
diskripsi data akan dijelaskan. Biasanya, untuk memberikan paparan
yang jelas, peneliti menggunakan ketiga cara tersebut secara bersamaan.
Misalkan, pada awalnya peneliti memaparkan narasi temuannya,
148
kemudian didukung dengan sajian data dalam bentuk tabulasi, tabel atau
grafik. Atau, peneliti menyajikan data-data hasil penelitian, kemudian
didukung grafik dilanjutkan deskrisi naratifnya. Urutannya:
a. Pengantar umum tentang bab hasil
b. Penjelasan tentang karakteristik sampel
c. Hasil untuk setiap tujuan penelitian

92. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk mengemukakan
analisis dan ulasan terhadap hasil penelitian yang diarahkan untuk
mendapatkan kesimpulan guna memenuhi tujuan penelitian. Pembahasan
dimaksukan untuk menyajikan gambaran yang lebih tajam terhadap data-
data temuan, sehingga pada bagian ini peneliti tidak hanya sekedar
menyajikan ulang data, melainkan memberikan analisis, penafsiran, dan
pemaknaan terhadap temuannya.
Dengan demikian jelas bahwa esensi dari pembahasan adalah
menjelaskan pemaknaan terhadap data-data hasil penelitian sehingga
dapat dipahami dengan jelas temuan penelitian yang diperoleh.
Pembahasan dapat dilakukan dengan fokus pada aspek teoritis dan aspek
metodologis. Pada aspek teoritis, perlu dijelaskan dan dibandingkan
antara premis- premis yang sudah digunakan untuk membangun
hipotesis dengan kenyataan empiris di lapangan. Bila teori yang ada belum
mampu menjelaskan fenomena tersebut, dapat digunakan logika, baik
deduktif maupun induktif.
Pada aspek metodologis perlu disadari bahwa tidak ada sebuah
penelitian yang sempurna, yang sedikit banyak akan mempengaruhi hasil
penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini, peneliti perlu mengkaji
kemungkinan hasil penelitian tersebut dipengaruhi oleh kontribusi
langkah-langkah metodologis yang sudah dilakukan, misalnya apakah
cara penetapan variable benar, cara analisi datanya tepat dan sebagainya.
Pembahasan harus dilakukan dengan analisis mendalam terhadap hasil
penelitian.
Berdasarkan data-data yang ada, peneliti mengkomunikasikan apa
arti atau penafsiran data tersebut terkait dengan masalah yang akan
dipeccahkan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti juga perlu
menyampaikan bagaimana analisis peneliti terhadap data yang ada, baik
secara sendiri-sendiri, maupun pembacaan terhadap keseluruhan data.
Analisis dan penafsiran terhadap data ini kemudian dilanjutkan dengan
penjelasan peneliti mengenai pemecahan masalah yang sedang diteliti.
Pembahasan juga perlu dilakukan dengan melakukan pembandingan hasil
penelitian penelitian yang diperoleh dengan hasil-hasil penelitian
sebelumnya, referensi atau teori-taori yang ada. Hal ini perlu dilakukan
untuk memberikan interpretasi yang lebih luas dan mendalam terhadap
hasil-hasil yang diperoleh.
Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh dapat dipahami
secara komprehensif dan mendalam sehingga nampak dengan jelas
bagaimana hasil penelitian yang didapatkan diantara hasil-hasil penelitian
dan teori-teori yang pernah ada. Penjelasan harus dibuat bukan hanya
jika hasil penelitian sesuai dengan hipotesis, bahkan jika tidak sesuaipun
harus dibuat penjelesannya. Hal ini mengingat bahwa tidak setiap
hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya melalui penelitian yang
dilakukan. Penelitian tidak diharuskan dapat membuktikan kebenaran
hipotesis sehingga apabila ternyata data-data hasil penelitian tidak
mendukung pembuktian kebenaran hipotesisnya, peneliti harus
memberikan penjelasan apa adanya dan memadai agar temuannya
tersebut dapat dipahami dengan baik.

93. Unsur-unsur Laporan Penelitian


Laporan penelitian harus memiliki unsur yaitu:
149
a. Judul tulisan
b. Abstrak
c. Pendahuluan
d. Bahan dan metode penelitian
e. Hasil
f. Pembahasan
g. Simpulan dan saran
h. Daftar pustaka
Kedelapan unsur ini merupakan komponen dasar yang harus terdapat
dalam sebuah laporan penelitian.

94. Aspek-Aspek dalam Penyusunan Pembahasan Hasil Penelitian


Dalam kerangka metode ilmiah, ada tiga aspek yang mungkin
digunakan untuk menyusun dan mengembangan pembahasan ini, yaitu
aspek kajian teoretis, aspek kajian empiris, dan aspek implikasi hasil.
a. Aspek Kajian Teoretis
Salah satu tujuan peneliti melakukan penelitian adalah untuk
melakukan verifikasi teori. Pada penelitian seperti ini, hipotesis
penelitian perlu diformulasi dan diuji. Jika kemungkinan hipotesis
terbukti, konteks diskusi dapat dilakukan secara lebih mudah.
Peneliti dapat merujuk kembali teori-teori yang telah disajikan pada
kajian teoretis yang telah dituangkan pada bab tentang kajian
pustaka. Dengan kata lain, teori-teori yang relevan dan dapat
dijadikan argumentasi untuk mendukung hasil yang diperoleh dapat
dikemukakan sebagai bahan diskusi. Jika hipotesis tidak terbukti,
pembahasan menjadi lebih kompleks. Peneliti tidak bisa
mendasarkan diskusi tersebut pada teori yang mendukung. Ia harus
mendiskusikan atau berargumentasi tentang mengapa hasil
penelitiannya tidak dapat membuktikan teori tertentu. Argumentasi
ini bisa saja diarahkan pada asumsi yang mendasari berlakunya
suatu teori.
Misalnya, seorang peneliti menemukan bahwa tidak ada
keterkaitan antara perhatian orang tua dengan prestasi akademik
(padahal, teorinya mengatakan sebaliknya). Peneliti bisa mencermati
asumsi apa yang mendasari teori tersebut yang tidak terdapat pada
obyek penelitian.
b. Aspek Kajian Empiris
Pembahasan hasil penelitian perlu juga dilakukan dengan cara
merujuk pada kajian empiris yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu. Jika hasil penelitian konsisten dengan teori yang ada
(atau hipotesis penelitian terbukti), pembahasan dapat diarahkan
untuk memberikan rujukan penelitian terdahulu yang sesuai
dengan hasil penelitian. Dalam konteks dimana hasil penelitian
tidak konsisten dengan teori (atau hipotesis tidak terbukti),
pembahasan pada bagian ini dapat diarahkan untuk menemukan
kajian empirik yang bisa menjadi argumentasi yang mendukung
hasil penelitian tersebut. Untuk melakukan pembahasan hal ini,
Peneliti harus mencari kajian empirik yang mendukung hal tersebut
untuk dijadikan sebagai bahan diskusi.
c. Aspek Implikasi Hasil
Hasil penelitian, baik yang mampu membuktikan hipotesis maupun
yang tidak, pada dasarnya mempunyai konsekuensi bagi obyek
penelitian.Peneliti harus mendiskusikan hasil penelitian ini dalam
konteks implikasi tersebut. Dalam hal ini, Peneliti harus
menginterpretasikan hasil penelitian dalam konteks implikasi atau
konsekuensi praktikal dari hasil penelitian bagi obyek penelitian.
Alasan yang mendukung mengapa aspek implikasi ini perlu
dikemukakan adalah bahwa penelitian dilakukan berdasarkan
suatu basis data historis (yang sudah terjadi).
150

95. Hasil Pembahasan


Sebagaimana dipahami dijelaskan di atas, bahwa pembahasan ini
difokuskan pada hasil penelitian yang telah dianalisis pada bab atau
bagian sebelumnya. Pada umumnya hasil analisis data penelitian dapat
dikelompokkan menjadi dua kondisi pokok yang berupa:
a. Hasil penelitian yang sesuai dengan harapan
b. Hasil penelitian yang negatif
Kedua kondisi hasil penelitian tersebut perlu adanya penafsiran
atau interpretasi dari peneliti sehingga penelitian menjadi lebih
bermanfaat. Bagian ini merupakan bagian laporan yang paling sulit, tapi
juga paling berharga. Penafsiran peneliti terhadap hasil penelitian itu akan
menghubungkan hasil-hasil tersebut dengan teori dan penelitian lain di
bidang itu serta dengan prosedur penelitiannya.
Pembahasan hasil penelitian juga bertujuan untuk menjelaskan
perihal modifikasi teori atau menyusun teori baru. Hal ini menjadi penting
jika penelitian yang dilakukan bermaksud menelaah teori. Jika teori yang
dikaji ditolak sebagian hendaknya dijelaskan bagaimana modifikasinya,
dan penolakan terhadap seluruh teori harus disertai dengan rumusan
teori baru.
96. Penafsiran Hasil Penelitian
Hanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal ini, yaitu:
a. Jangan membuat interpretasi yang melebihi informasi. Kelihatannya
hal ini merupakan suatu larangan yang sudah jelas dengan
sendirinya, namun para peneliti sering merasa begitu gembira
karena hasil yang diperolehnya sesuai dengan harapannya, sehingga
mereka menarik kesimpulan yang tidak mempunyai dasar yang sah
dalam data. Bahkan dalam penelitian yang dipublikasikanpun kita
sering menemukan tafsiran-tafsiran yang melebihi apa yang dapat
ditunjang oleh data.
b. Jangan melupakan keterbatasan penyelidikan. Sudah barang tentu
keterbatasan ini hendaknya sudah diketahui sebelumnya dalam
penyelidikan itu, keterbatasan yang terdapat dalam realibilitas dan
validitas alat pengukur yang kurang sempurna, keterbatasan yang
disebabkan oleh hambatan dalam menarik sampel, masalah
validitas internal, dan sebagainya.
c. Kode etik mengharuskan peneliti melaporkan masalah validitas
internal yang dapat menjadi penyebab hasil yang diperoleh itu.

97. Penafsiran Hasil yang Negatif


Penelitian yang mendapat hasil yang bertentangan dengan hipotesis
sering tiba-tiba menyadari kelemahan penyelidikannya itu. Alat-pengukur
yang tidak memenuhi syarat untuk mengukur variabel yang
bersangkutan, sampelnya terlalu kecil dan tidak terlalu representive
sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan secara sah kepada
populasi sasaran, dan sebagainya. Tinjauan ke belakang akan
mengungkap adanya problema validitas internal yang dapat menjelaskan
mengapa penyelidikan tersebut tidak berakhir “sebagaimana mestinya“.
Sudah barang tentu, sebagian atau semua hal itu mungkin saja benar,
dan kekurangan-kekurangan suatu penyelidikan memang seharusnya
dilaporkan, apapun hasilnya.

98. Manfaat Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan sangat diperlukan dalam suatu laporan penelitian.
Berangkat dari uraian diatas, maka, penelitian tanpa diikuti dengan
pembahasan hasil masih terasa hambar dan tidak lengkap. Maka
pembahasan hasil penelitian menjadi “penyedap rasa” dalam laporan
penelitian seperti skripsi, tesis, desertasi dan laporan karya ilmiah lainnya.
Bukan hanya menjadi penyedap yang seolah-olah hanya sekadar
151
imbuhan, pembahasan hasil memiliki manfaat yang jauh lebih mendalam,
diantarannya adalah :
a. Menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai
b. Menafsirkan temuan-temuan penelitian
c. Mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan
pengetahuan yang telah mapan
d. Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru
e. Menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk
keterbatasan temuan penelitian.

99. Konsep Dasar Pembahasan Hasil Penelitian


Dalam bagian ini hasil penelitian itu ditafsirkan lagi dalam
hubungan dengan hipotesis (atau pernyataan) penelitian di sini,
dibicarakan pula implikasi dan penerapan hasil penyelidikan itu.

100. Pengertian Pembahasan


Pemikiran original si peneliti untuk memberikan penjelasan dan
interpretasi atas hasil penelitian yang telah dianalisis guna menjawab
pertanyaan penelitiannya. Kecendekiaan seorang peneliti nampak pada
bagaimana membahas atau menginterpretasikan hasil penelitiannya.
Hal ini tergantung kepada isi si peneliti dan isi si peneliti sangat
tergantung banyak sedikitnya buku terkait yang dibacanya. Semakin
banyak buku terkait dibacanya semakin banyak isi si peneliti tersebut dan
semakin kurang membaca maka akan semakin dangkal pembahasan yang
dilakukan oleh peneliti.

101. Alasan Perlunya Pembahasan


Pembahasan sangat diperlukan dalam suatu laporan penelitian
(termasuk desertasi dan tesis). Hal ini dimaksudkan untuk :
a. Menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai
b. Menafsirkan temuan-temuan penelitian
c. Mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan
pengetahuan yang telah mapan
d. Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru
e. Menjelaskan implikasi lain dari hasil penelitian, termasuk
keterbatasan temuan penelitian

102. Model Pembahasan Hasil Penelitian


Pada dasarnya pembahasan merupakan pemikiran yang original
peneliti yang dilakukan dengan mengkaitkan antara temuan penelitian
dengan teori-teori (hasil penelitian terdahulu) yang digunakan. Secara
sederhana model pembahasan hasil penelitian tersebut dapat
dikemukakan sbb
152

BAB XVI
SYARAT PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

103. Umum. Kegiatan penelitian tidak akan lepas dari kata laporan. Hal itulah
yang sewajarnya terjadi.Namun realita yang ada saat ini adalah banyaknya
peneliti tidak diimbangi dengan banyaknya pula laporan, dalam hal ini
laporan yang dituangkan dalam bentuk suatu karya tulis. Fenomena ini
mengindikasikan bahwa belum banyak orang yang menulis laporan dari
suatu kegiatan penelitian yang dilakukannya. Padahal laporan tersebut
akan sangat berharga dan memiliki nilai guna yang besar. Keengganan
dalam menulis laporan ini dimungkinkan karena orang-orang belum
mengetahui benar cara dan format dalam menulis laporannya. Oleh
karena itu akan disajikan mengenai aturan, waktu dan format dalam
penulisan laporan penelitian.

104. Aturan Penulisan Laporan Penelitian


Di dalam menulis laporan penelitian, kita seperti sedang bercerita
kepada pembaca. Agar apa yang kita ceritakan dapat dipahami oleh
pembaca, maka dalam penulisan laporan juga memiliki syarat-syarat
tertentu. Tentu saja dalam menulis laporan penelitian ini berbeda
aturannya ketika kita menulis cerita dalam novel atau buku harian.
Penelitian adalah suatu kerja ilmiah. Oleh karena itu, dalam penulisannya
juga harus mengikuti aturan-aturan penulisan karya ilmiah.
Berikut ini adalah beberapa aturan penulisan karya ilmiah menurut G.E.R
Burrough :
a. Penulis laporan harus mengetahui benar kepada siapa laporan
tersebut akan ditujukan.
b. Penulis laporan haruslah menyadari bahwa pembaca laporan tidak
mengikuti serangkaian kegiatan dalam proses penelitian. Namun
dalam hal ini, pelapor mengajar orang lain untuk menciba mengikuti
apa yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, langkah demi
langkah harus dikemukakan secara jelas termasuk alasan-alasan
mengapa hal tersebut dilakukan.
c. Pelapor harus menyadari bahwa latar belakang pengetahuan,
pengalaman, minat pembaca laporan tidaklah sama. Barangkali
seseorang menganggap bahwa masalah yang dibahas merupakan
hal yang sangat penting, tetapi sebagian lagi menagjap sebaliknya.
153
Oleh karena itu, apabila peneliti memahami betapa pentingnya
penelitian itu, hendaknya laporan tersebut dikemukakan dengan
jelas letak dan kedudukan hasil penelitiannya dalam konteks
pengetahuan secara umum.
d. Laporan penelitian merupakan elemen yang pokok dalam proses
kemajuan ilmu pengetahuan. Tidak semua yang dikerjakan selama
penelitian berlangsung dapat dilaporkan. Padahal umumnya laporan
itu hanya dibacasatu kali. Oleh karena itu, dalam menulis laporan
penelitian, yang dipentingkan adalah jelas dan menyakinkan.

105. Pembuatan Laporan Penelitian


Kegiatan menulis laporan penelitian dapat dilakukan sejak awal
proses penelitian, dengan terlebih dahulu merancang garis besar laporan
yang bersamaan dengan pengajuan desain penelitian. Apabila peneliti
sudah memiliki format yangsudah ditentukan, maka peneliti dapat mulai
menuliskan apa saja yang perlu ditulis meskipun masih dalam kertas
lepas-lepas. Dalah hal ini sistem kartu akan sangat membantu proses
penulisan laporan penelitian tersebut. Peneliti menyediakan map untuk
setiap bab yang terkandung dalam laporan yang akan disusun. Peneliti
dapat mengisi map yang tersedia dengan catatan atau tulisan yang
berkaitan dengan babnya setiap satu proses penelitian terlewati.

106. Format Laporan


Dalam dunia penulisan laporan penelitian terdapat banyak sekali
versi format laporan. Namun sebenarnya hal yang dicakupnya sama. Yang
menyebabkan adanya perbedaan adalah :
a. Urutan penyajian
b. Penekanan materi yang dilaporkan
c. Pandangan perlu tidaknya suatu bagian disampaikan kepada
pembaca
Sehubungan dengan format, Burroughs mengatakan bahwa yang
penting dalam sebuah laporan penelitian adalah :
a. Bahwa pembaca dapat memahami dengan jelas apa yang telah
dilakukan oleh peneliti, apa tujuannya dan bagaimana hasilnya
b. Bahwa langkah dan medannya jelas, sehingga pembaca dapat
mengulangi proses penelitian tersebut apabila ia menghendaki.

Berikut ini dipaparkan sebuah model format laporan penelitian yang


diajukan oleh Borg dan Call : Bahan Pendahuluan (Preliminary Materials)
a. Halaman judul
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
d. Daftar tabel
e. Daftar gambar/ilustrasi atau diagram-diagram

Gambar Laporan (Body of the paper)


Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

Bab II. Kajian Pustaka


A. Penelitian yang terdahulu
B. Teori yang mendasari penelitian ini
C. Ringkasan dan kerangka berpikir peneliti
D. Hipotesis

Bab III. Metodologi Penelitian


A. Pemilihan subjek, populasi, sampel dan teknik sampling
154
B. Desain Penelitian
C. Teknik pengumpulan data dan teknik analisis data

Bab IV. Pelaksanaan Penelitian


A. Validasi instrumen
B. Pengumpulan dan penyajian data
C. Analisis data
D. Hasil analisis data

Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan


A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
C. Diskusi

Bab VI. Penutup


A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran

Bahan Penunjang
A. Kepustakaan
B. Indeks
Untuk memperoleh gambaran selintas mengenai isi sebuah laporan
penelitian, biasanya sebelum Bab I disajikan abstrak atau ringkasan
laporan.
Berikut ini adalah gambaran sekilas mengenai isi dari bab-bab
dalam sebual laporan penelitian :
a. Bahan Pendahuluan
Di dalam bagian ini peneliti menjelaskan kepada pembaca,
terutama mengenai sistematika tulisan agar pembaca dapat
mengikutinya dengan mudah dan diajak menjelajahi garis besar isi
laporan. Apabila pembaca hanya ingin membaca pada bagian yang
menarik perhatiannya, maka dengan mudah dapat segera
menemukan halamannya.
b. Bab Pendahuluan
Berawal dari bab ini, peneliti mulai bercerita tentang
permasalaha, apa sebabnya atau alasan mengapa memilih
permasalahan tersebut yang diangkat, dimana letak pentingnya dan
seberapa jauh memberikan sumbangan terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan dan pembangunan.
c. Bab Kajian Pustaka
Bagian ini berisi tulisan untuk memberikan gambaran pada
pembaca mengenai hal yang telah dirintis oleh peneliti lain untuk
memberikan penekanan pentingnya permasalahan dan sekaligus
memberikan petunjuk pada pmebaca, kemana mereka dapat
mempelajari masalah tersebut lebih lanjut. Selanjutnya peneliti
mengemukakan alur pikirannya dengan cara merangkum penemuan
dan membuat jembatan dengan apa yang akan ia lakukan.
d. Bab Metodologi Penelitian
Pada bagian ini peneliti menerangkan kepada pembaca
tentang subjek, objek, ruang lingkup penelitian, pendekatan yang
diambil sampai teknik pengumpulan datanya. Alasan tentang ini
semua harus dikemukakan dengan jelas. Demikian juga celah-celah
kelemahan serta rencana usaha untuk mengatasinya.
e. Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian ini merupakan inti laporan penelitian. Oleh karena itu,
nagian ini harus dikemukakan dan harus memiliki porsi yang paling
banyak dibandingkan dengan bagian lain, karena bagian inilah yang
ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca. Laporan yang berbobot
155
tidak harus berat timbangannya atau dengan kata lain tebal.
Kecenderungan inilah yang menyebabkan orang berusaha untuk
mempertebal laporannya dengan mengajukan banyak kutipan dari
buku-buku atau bercerita tentang hal-hal yang sebenarnya tidak
perlu. Lapiran yang baik dapat diumpamakan sebagai proporsi
tubuh manusia, yaitu :
1) Kepala (kecil) pendahuluan + kajian pustaka
2) Leher (kecil) : metodologi penelitian
3) Badan (besar) : hasil penelitian dan pembahasan
4) Kaki (kecil) : kesimpulan, implikasi dan saran
Dalam bab ini juga terdapat bagian diskusi yang dimaksudkan
untuk mengemukakan hal yang sangat perlu diungkapkan diluar
kesimpulan. Misalnya adalah: apa sebab hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan harapan hipotesis, apa sebab terjadinya
penyimpangan tersebut
f. Bab Penutup
Bagi pembaca yang hanya memiliki sedikit waktu, biasanya
hanya mementingkan bagian tujuan-hipotesis-hasil-kesimpulan.
Oleh karena itu peneliti harus membuat kesimpulan dengan jelas,
singkat dan padat. Pada bagian ini pula, peneliti mengemukakan
implikasi dari penelitiannya yaitu berupa jawaban dari apa yang
harus dilakukan setelah ini (berdasarkan hasil penelitian ini) ? atau
what’s next?. Implikasi sangat berguna demi perbaikan keadaan.
Selanjutnya pada bagian saran, peneliti memberikan saran
kepada pembaca yang salah satunya mungkin ingin mengadakan
repikasi atau memperluas penelitiannya.

107. Syarat Penulisan Penelitian


Banyak mata kuliah yang dipelajari pada berbagai universitas
mensyaratkan Anda untuk menulis beberapa makalah dan laporan.
Menulis makalah dan laporan mengajak Anda dalam menggunakan proses
pencarian, integrasi dan pengorganisasian informasi dan ilmu
pengetahuan yang relevan dengan mata kuliah yang dipelajari.Makalah
dan laporan Anda merefleksikan bagaimana Anda melalui proses
penulisan ini. Penulisan ini sering digunakan untuk menilai hasil
pelaksanaan mata kuliah Anda. Untuk mendapatkan manfaat dari
penulisan makalah atau laporan yang Anda buat dan mendapat nilai baik
dari mata kuliah Anda, Anda seharusnya menguasai proses penulisan dan
keterampilan yang mendukung produksi / pembuatan makalah dan
laporan.
Syarat menulis makalah yang baik:
a. Fokus pada topik (judul) yang telah Anda pilih
b. Merefleksikan secara kritis dan luas bacaan artikel, buku dan
material lainnya yang relevan.
c. Menyajikan penjelasan yang masuk akal dan ilmiah.
d. Menulis dengan gaya yang jelas.
e. Menulis dengan bahasa yang benar dan tepat.
f. Mencantumkan semua sumber informasi secara tepat.

108. Kriteria Penulisan Penelitian


Suatu makalah tidak hanya menjelaskan dan mendiskusikan secara
mendalam topiknya, tetapi juga menunjukkan usaha dan keterampilan
yang Anda miliki dalam mengumpulkan, memilih dan mengorganisasikan
informasi dan bahasa secara tepat dalam makalah. Jika makalah Anda
baik, itu menunjukkan usaha dan pengetahuan Anda sudah cukup tinggi
menurut standar akademik.
156

BAB XVII
PENUTUP

109. Penutup. Demikian Naskah Teori Metode Penelitian disusun sebagai


bahan ajaran Bintara Mahasiswa Diploma 4 Politeknik Kodiklatad
JurusanTeknik Elektronika Sistem Senjata .

Komandan Poltekad ,

Dr. Nugraha Gumular., M.Sc.


Brigadir Jendral TNI
157

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai