Anda di halaman 1dari 8

HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. LIA CHUSNA MAULIDA


2. ALFINA DAMAYANTI
3. RIA AFRIANI
4. SALSA OKTARISA
5. PUTRI ANGGRAINI K.D
6. AHMAD THORIQ AZIZ
7. ANGGUN WAHYU W.
8. ALFINA DAMAYANTI
9. CINDY RISFA YUNIARNI C

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmatnya penulis
telah berhasil menyusun makalah tentang hakikat ilmu pengetahuan dan penelitian. Makalah ini
dibuat untuk menunjang proses pembelajaran keperawatan. Sesuai dengan kurikulum terbaru
program S1 Keperawatan, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Maka makalah ini sudah
mengarahkan mahasiswa untuk belajar dengan kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan
mahasiswa untuk mempelajari makalah ini.

Pada penulisan makalah ini kami menggunakan Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
sehingga dapat dengan mudah diambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.

Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa S1 Keperawatan karena
kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran
yang disempurnakan.

Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang gangguan perdarahan.

Kudus, 13 Desember 2021


A. Pendekatan penelitian (induktif-deduktif)

Dalam penelitian ada 2 macam pendekatan:

1.     Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah pendekatan secara teoritik untuk mendapatkan konfirmasi


berdasarkan hipotesis dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Suatu hipotesis lahir dari
sebuah teori, lalu hipotesis ini diuji dengan dengan melakukan beberapa observasi. Hasil dari
observasi ini akan dapat memberikan konfirmasi tentang sebuah teori yang semula dipakai untuk
menghasilkan hipotesis. Langkah penelitian seperti ini biasa juga disebut pendekatan ‘dari atas
ke bawah.

2. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun sebuah teori
berdasarkan hasil pengamatan atau observasi. Suatu observasi yang dilakukan berkali-kali akan
membentuk sebuah pola tertentu. Dari pola tersebut akan lahir hipotesis sementara atau hipotesis
tentatif. Hipotesis yang terbentuk berasal dari pola pengamatan yang dilakukan. Setelah
dilakukan berulang-ulang, barulah diperoleh sebuah teori. Langkah penelitian seperti ini disebut
sebagai pendekatan ’dari bawah ke atas’.

Di negara berkembang seperti Indonesia, penelitian dengan pendekatan induktif ini lebih sering
dilakukan daripada pendekatan deduktif.

√ Perbedaan pendekatan induktif dan deduktif

Ada kekhasan masing-masing antara penelitian dengan pendekatan deduktif

dan induktif.

• Penelitian deduktif memiliki kekhasan utama adalah adanya perumusan hipotesis.

• Kekhasan utama pada penelitian induktif adalah dirumuskannya asumsi.

• Pendekatan deduktif menguji validitas hipotesis/teori

• pendekatan induktif berkontribusi pada lahirnya teori dan generalisasi baru.

B. Pengertian metodologi penelitian

Pengertian metodologi penelitian


Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan
sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara
melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan.

Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali dan search
berarti mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali. Penelitian adalah suatu
kegiatan yang dilaksanakan dengan suatu sistematika. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk
mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.

Beberapa pakar lain memberikan definisi penelitian sebagai berikut:

1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang
pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
2. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan fakta
–fakta atau prinsip-prisip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.
3. Sutrisno Hadi
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan,
mengembaggkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
4. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau asaha
mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara
hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

Urgensi metodologi penelitian dalam pengembangan IPTEK

Metodologi penelitian sangat erat hubungannya dengan perkembangan IPTEK, dikarenakan


dalam perkembangan IPTEK di butuhkan proses yang membutuhkan data atau fakta yang
mendukung.

Kemajuan IPTEK tidak jauh dari penelitian, dimana dalam penelitian membutuhkan komunikasi
untuk suatu proses mengalihkan suatu ide dari sumber ke satu penerima atau lebih dengan
maksud dapat merubah perilaku, persepsi tentang sesuatu. Komunikasi di tekankan sebagai
pemindahan ide, gagasan, lambang dan didalam prose situ melibatkan orang lain dalam suatu
penelitian.

IPTEK dapat berperan sebagai media dalam penelitian yaitu dengan perkembangan IPTEK
seorang peneliti dapat mempulikasikan temuanya kepada masyarakat banyak, serta begitu juga
sebaliknya yaitu dengan penelitian para peneliti atau ilmuan dapat membuat suatu teknologi
sebagai sarana untuk kemudahan masyarakat, sehingga dengan begitu IPTEK akan meningkat.

Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi pada


kenyataannya susah untuk dilaksanakan. Yang pasti bahwa “benar” itu pasti “tidak

salah”.

Pengertian Kebenaran

Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah
berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak

bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah

kenyataan", tetapi bukanlah kenyataan itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataaan yang
terjadi dapat saja berbentuk ketidakbenaran

(keburukan).

Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata

nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan

(ketidakbenaran) (Syafi'i, 1995 dalam Nasir, et al, 2011)

Kebenaran pertama-tama berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya,

setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek,

dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Hal ini karena manusia selalu

berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara
lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui

pengalaman atau empiris.

C. Perkembangan metodologi ilmu dan penelitian

Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut dengan
menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap perlunya memiliki sikap
ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan
memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu :

1) Sikap ilmiah

2) Metode ilmiah
3) Tersusun secara sistematik dan runtut Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan
sikap tertentu.

Dari sikap tersebut orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan
metode ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan dengan sistematik dan runtut. Periode
perkembangan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Rummel yang dikutip oleh Prof.
Sutrisno Hadi MA digolongkan sebagai berikut :

a. Periode Trial and Error Dalam periode ini diisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan masih
dalam keadaan embrional. Dalam periode ini orang menyusun ilmu pengetahuan dengan cara
mencoba- coba berulang kali sampai dijumpia suatu pemecahan masalah yang diangap
memuaskan.

b. Periode Authority and Tradition Pada periode ini kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan
atas pendapat para pemimpin atau penguasa waktu itu. Pendapat-pendapat itu dijadikan ajaran
yang harus diikuti begitu saja oleh rakyat banyak dan mereka harus menerima bahwa ajaran
tersebut benar. Di samping pendapat para penguasa atau pemimpin, tradisi dalam kehidupan
manusia memang memegang peranan yang sangat penting di masa lampau dan menentang tradisi
merupakan hal yang tabu. Karenanya tradisi dipercaya sebagai hal yang benar, sehingga tradisi
menguasai cara berpikir dan cara kerja manusia berabad-abad lamanya. Sebagai contoh,sampai
pertengahan abad 20, petani Jawa masih memegang tradsisi bahwa mereka akan segera turun ke
aswaah apabila telah melihat bintang biduk (gubuk penceng) sebagai pertanda mulai turun hujan.

c. Periode Speculation and Argumentation Pada periode ini ajaran atau doktrin para
pemimpin atau penguasa serta tradisi yang bercakal dalam kehidupan masyrakat mulai
menggunakan dialektika untuk mengadakan diskusi dalam memecahkan masalah untuk
memperoleh kebenaran. Dengan kata lain, masyarakat mulai membentuk kelompok-kelompok
spekulasi untuk memperoleh kebenaran dan menggunakan argumen-argumen. Masing-masing
kelompok membuat spekulasi dan argumen yang berbeda dalam memperoleh kebenran. Oleh
sebab itu, pada saat ini orang terlalu mendewakan akal dan kepandaian silat lidahnya, yang
kadang- kadang dibuat-buta supaya tampak masuk akal.

d. Periode Hypothesis and Experimentation Pada periode ini orang mulai mencari rangkaian
tata cara untuk mnerangkan suatu kejadian. Mula-mula membuat dugaan-dugaan (hipotesis-
hipotesis), kemudian mengumpulkan fakta-fakta kemudian dianalisis dan diolah, hingga
akhirnya ditarik kesimpulan. Fakta-fakta tersebut diperoleh dengan eksperimen atau observasi-
observasi serta dokumen-dokumen.

D. Mencari kebenaran
Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut, dengan
menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap perlunya memiliki sikap
ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut. Atau dengan kata lain ilmu pengetahuan
memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu:

Sikap Ilmiah

Metode Ilmiah

Tersusun secara sistematik dan runtut

Sikap ilmiah menuntun orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut
orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya cara
tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat
disusun ilmu pengetahuan sistematik dan runtut.

Untuk menjaga agar ilmu yang digeluti oleh sesorang memiliki kualitas ilmiah yang
tinggi perkembangan metodologi penelitian memberikan gambaran secara periodik tentang taraf-
taraf seperti yang dikemukakan oleh Rummel yang dikutip oleh Prof. Sutrisno Hadi M. A. Ia
menggolongkan periode perkembangan metodologi penelitian sebagai berikut:

Periode Trial and error.

Periode authority and tradition.

Periode speculation and argumention.

Periode hypothesis and experimention.[7]

Dalam periode trial and error, ilmu pengetahuan masih dalam taraf embrional, orang
tidak menggunakan dalil-dalil deduksi yang logis sebagaimana diperlukan untuk menyusun suatu
ilmu pengetahuan. Sebaliknya, orang mencoba berkali-kali sampai dijumpai suatu pemecahan
yang dipandang memuaskan.

Dalam periode yang kedua yaitu, periode otoritas dan tradisi, pendapat-pendapat dari
“pemimpin-pemimpin” dimasa lampau selalu dikutip kembali. Pendapat-pendapat itu dijadikan
doktrin yang harus diikuti dengan tertib tanpa kritik. Tidak jarang pendapat-pendapat itu tidak
benar atau picik. Namun, karena dikemukakan oleh pemimpin dan diucapkan dengan penuh
keyakinan dan semangat, orang awam harus menganggap pendapat itu sebagai kebenaran. The
master always says the truth. Karena itu jika ada ketidakcocokan antarakenyataan atau pikiran
seseorang dengan pendapat sang pemimpin, maka kenyataan itu harus disulap, dan pikiran itu
harus dipikirkan kembali.

Dalam periode ketiga, yaitu periode spekulasi dan argumentasi, doktrin-doktrin yang
disodorkan dengan penuh semangat dan keyakinan oleh tokoh-tokoh penguasa mulai
dipertanyakan. Dengan ketajaman dialektika dan ketangkasan bicara, orang mulai berkelompok
melakukan diskusi dan debat untuk mencari kebenaran. Spekulasi dilawan dengan spekulasi dan
argumentasi dilawan dengan argumentasi. Perkembangan ilmu pengetahuan pada taraf ini sangat
memprihatinkan karena orang terlalu mendewakan akal dan ketangkasan lidahnya, seolah-olah
satu-satunya kebenaran adalah apa yang dapat dicapai oleh akal (piker) dan ucapan semata, sama
sekali terlepas dari kenyataan.

Dalam periode yang keempat yaitu periode hipotesis dan eksperimen, orang mulai
berusaha sekeras mungkin untuk mencari rangkaian aturan itu untuk menerangkan suatu
kejadian. Mula-mula orang menggunakan ketajaman pikirannya untuk membuat dugaan
(hipotesis) dan kemudian mengumpulkan fakta-fakta. Dari fakta itu lalu ditarik kesimpulan
umum. Namun kesimpulan tidak selalu cocok dengan dugaan semula. Analisis dilakukan dengan
sangat hati-hati, cermat dan tajam terhadap fakta yang diperoleh dari eksperimen dan dokumen
sejarah observasi. Dengan konsep-konsep yang matang, orang kemudian mencoba untuk
menginterpretasikan dan menarik kesimpulan yang cermat.

Anda mungkin juga menyukai