Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah metodelogi penelitian

Dosen pengampu: Indanah M.Kep.Ns.Sp.Kep.,An

Disusun oleh

1. Indah Setyawati (920173071)


2. Isna Mey C (920173073)
3. Khoirunnisa (920173074)
4. Leila Angry E (920173075)
5. Marisa Khusnul F (920173076)
6. Nila sovya Huda (920173080)
7. Nilta Fitria (920173081)

kelas: 3B S1 Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


jl. Ganesha 1 Purwosari Kota Kudus, Kudus

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Thn ajaran 2020


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “HAKIKAT
ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN”. Dalam penyusunan makalah ini penulis
banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasi kepada:

1. Ibu Indanah M.Kep.Ns.Sp.Kep.,An selaku dosen pembimbing mata ajar metodelogi penelitian
2. Kedua orangtua saya yang telah membantu motil maupun materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.

Kudus, 15 April 2020

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penelitian tidak dapat dipisahkan dari tahap-tahap perkembangan kehidupan


manusia, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pentingnya suatu
penelitian dan hubungannya dengan berbagai hal sehingga spenelitian harus dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh dan berdasarkan etika kebenaran.

Bila penelitian dikaitkan dengan perguruan tinggi, maka pengetahuan,


kemampuan dan ketrampilan para tenaga pengajar (dosen) seagi ujung tombak dalam
kehidupan kampus harus ditingkatkan. Selain untuk meningkatkan kemampuan sendiri
diharapkan para dosen dapat meningkatkan kegairahan mahasiswa untuk meneliti. Untuk
itu perlu pengetahuan dan kemampuan yang memadai sehingga penelitian tersebut dapat
bermanfaat bagi perguruan tinggi (negeri dan swasta) maupun pembangunan nasional
bangsa dan negara.

Sedangkan bila dikaitkan dengan pembangunan nasional maka penelitian


merupakan dasar (basic) bagi pengambilan keputusan setiap langkah-langkah
pelaksanaan dan perencanaan pembangunan. Sehubungan dengan itu perlu dana/ biaya
dan sumber daya manusia (tenaga peneliti) yang besar agar penelitian dapat berlangsung
dengan baik dan mempunyai manfaat yang besar bagi keberhasilan pembangunan
nasional.

Dari berbagai hal yang harus dipahami dalam pelaksanaan penelitian adalah
penelitian yang dilakukan sendiri secara mandiri, efisien, efektif, kritis, dan didasarkan
pada etika kebenaran merupakan aspek yang harus selalu menjadi perhatian utama.
Mengingat betapa pentingnya pelaksanaan penelitian seperti yang telah diutarakan pada
penjelasan di atas, maka dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai
Ilmu Pengetahuan dan Penelitian.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksut dengan pendekatan penelitian?


2. Apa Pengertian dari metodelogi penelitian berfikir dan bersikap ilmiah serta urgensi
metodologi penelitian dalam pengembangan iptek?

3. Bagaimana Perkembangan metodologi ilmu dan penelitian?

4. Bagaimana cara mencari kebenaran?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu pendekatan penelitian


2. Mengetahui Pengertian dari metodelogi penelitian berfikir dan bersikap ilmiah serta
urgensi metodologi penelitian dalam pengembangan iptek
3. Mengetahui Perkembangan metodologi ilmu dan penelitian
4. Mengetahui Bagaimana cara mencari kebenaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan deduktif  adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu
atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem
deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode
deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
ke sesuatu yang khusus. Arikunto. (2010).

pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi


atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder) melakukan penelitian dibidang
psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of
information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan
transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya. Pendekatan deduktif merupakan
pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pembelajaran, kemudian dijelaskan
dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu. Pendekatan
ini menjelaskan teoritis ke bentuk realistis atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum
ke yang bersifat khusus. Guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemui oleh para ahli,
kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.

Menurut Herman Hudoyo dalam Rohim (2010:7-8) pendekatan deduktif akan lebih
memudahkan perseta didik menangkap konsep yang diajarkan jika diterapkan pada kelas
yang tepat (baik) dan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajarannya sangat singkat. Jika
pendekatan ini dikombinasikan dengan metode pembelajaran yang tepat maka dapat
meningkatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar. Pendekatan ini lebih
menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif hanya menurut pola pengajaran yang
disajikan oleh pendidiknya saja.

Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan


berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).
APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu
usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun
berdasarkan observasi dari praktek yang ada. Hamalik oemar (2011) mendefinisikan
pendekatan induktif sebagai suatu cara mengajar yang menggunakan data untuk
mengajarkan konsep atau prinsip kepada siswa. Definisi lain dikemukakan oleh Herman
Hudoyo (2010) dalam Samosir sebagai suatu cara mengajar yang dikembangkan
berdasarkan logika induktif, yaitu berjalan mulai dari yang konkrit menuju yang
abstrak.Menurut Purwanto (2002) diacu dalam Rahmawati (2011:75) pendekatan induktif
merupakan pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan
khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan.
Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh khusus kemudian sampai
kepada generalisasinya.

B. PENGERTIAN METODELOGI PENELITIAN BERFIKIR DAN BERSIKAP


ILMIAH SERTA URGENSI METODOLOGI PENELITIAN DALAM
PENGEMBANGAN IPTEK

1. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah kata majemuk, terdiri atas dua kata, metodologi dan
penelitian. Kata metodologi berasal dari kata Yunani, methodos yang berarti cara,
dan logos yang berarti ilmu, sehingga metodologi dapat diartikan dengan suatu
disiplin yang berhubungan dengan metode, peraturan, kaedah yang diikuti dalam
ilmu pengetahuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa kata metode mengandung
arti cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuatu yang dikehendaki. Sedangkan mengandung arti ilmu tentang metode. Kata
penelitian berasal dari kata teliti yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Kata teliti
mengandung arti cermat, seksama, hati-hati, dan ingat-igat. Sedangkan kata
penelitian diartikan dengan pemeriksaan atau penyelidikan yang teliti. Juga berarti
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan
secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis untuk untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Menurut Noeng Muhadjir, metodologi peneitian adalah ilmu yang mempelajari
tentang metode-metode penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian, yaitu alat-
alat untuk mencari kebenaran.
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional
berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh indera manusia. Empiris berarticara-cara yan dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia, sehigga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian
itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan metodologi penelitian adalah arti ilmu tentang cara-cara yang sistematis
untuk menambah pengetahuan baru atas pengetahuan yang sudah ada, untuk
memperkuat atau menyangkal teori yang sudah ada itu dengan cara yang dapat
dikomunikasikan dan dapat dinilai kembali kebenarannya.
2. Berfikir dan Bersikap Ilmiah
Plato berpendapat bahwa “Pikir itu adalah organ yang hanya berkaitan denga ide-ide
murni, artinya tidak ada hubungannya dengan pengindraan karena pengindraan
adalah fungsi badan rendah. Sementara Edward De Bono berakata bahwa Pikiran itu
adalah seuatu sistem pembuat pola, sistem informasi dari pikiran pekerja untuk
menciptakan dan mengenal pola-pola tersebut, prilaku ini tergantung pada susunan
fungsional dari sel-sel urat saraf dalam otak. Sedangkan ilmiah artinya berdasarkan
ilmu pengetahuan, ilmiah adalah bentuk kata sifat dari ilmu, ilmu berasal dari bahasa
arab yang artinya tahu, jadi ilmu secara etimologis berarti ilmu pengetahuan
sedangkan secara terminologi ilmu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai
ciri khas dan pensyaratan tertentu, berbeda dengan pengetahuan biasa.
Jadi berpikir ilmiah merupakan tahapan ketiga setelah kita berpikir biasa dan berpikir
logis. Namun perlu dipahami bahwa pengetahuan ilmiah bukanlah sejenis barang
yang sudah siap yang muncul dari dunia fantasi akan tetapi pengetahuan ilmiah
merupakan hasil proses belajar dan proses berpikir secara radikal terhadap
sekumpulan pengetahuan-pengetahuan tertentu yang relevan dan sejenis yang
universal dan kumulatif karena begitu rumitnya suatu ilmu dan karena persoalannya
yang kompleks menuntut untuk dipecahkan guna memperolah kebenaran.
Menurut Baharuddin mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap
yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai
seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain  kecendrungan individu  untuk bertindak
atau berprilaku  dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-
langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo
yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode
ilmiah, antara lain sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap menghargai
karya orang lain, sikap terbuka, dll.
Berpikir ilmiah bararti melakukan kegiatan analisis dalam menggunakan logika
secara ilmiah. Pada hakikatnya berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antar
apenalaran secara deduktif dan induktif.
3. Urgensi Metodologi Penelitian dalam Pengembangan IPTEK
Metodologi penelitian sangat erat hubungannya dengan perkembangan IPTEK
dikarenakan dalam perkembangan IPTEK di butuhkan proses yang membutuhkan
data atau fakta yang mendukung. Kemajuan IPTEK tidak jauh dari penelitian, dimana
dalam penelitian membutuhkan komunikasi untuk suatu proses mengalihkan suatu
ide dari sumber ke satu penerima atau lebih dengan maksud dapat merubah perilaku,
persepsi tentang sesuatu. Komunikasi di tekankan sebagai pemindahan ide, gagasan,
lambang dan didalam prose situ melibatkan orang lain dalam suatu penelitian.
IPTEK dapat berperan sebagai media dalam penelitian yaitu dengan perkembangan
IPTEK seorang peneliti dapat mempulikasikan temuanya kepada masyarakat banyak,
serta begitu juga sebaliknya yaitu dengan penelitian para peneliti atau ilmuan dapat
membuat suatu teknologi sebagai sarana untuk kemudahan masyarakat, sehingga
dengan begitu IPTEK akan meningkat.

C. PERKEMBANGAN METODOLOGI ILMU DAN PENELITIAN

Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut,
dengan menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap perlunya
memiliki sikap ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut. Atau dengan kata lain
ilmu pengetahuan memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu:

1. Sikap Ilmiah

2. Metode Ilmiah

3. Tersusun secara sistematik dan runtut

Sikap ilmiah menuntun orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut
orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya
cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah
diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan sistematik dan runtut.

Untuk menjaga agar ilmu yang digeluti oleh sesorang memiliki kualitas ilmiah yang
tinggi perkembangan metodologi penelitian memberikan gambaran secara periodik
tentang taraf-taraf seperti yang dikemukakan oleh Rummel yang dikutip oleh Prof.
Sutrisno Hadi M. A. Ia menggolongkan periode perkembangan metodologi penelitian
sebagai berikut: Periode Trial and error, Periode authority and tradition, Periode
speculation and argumention, Periode hypothesis and experimention.

a) Dalam periode trial and error, ilmu pengetahuan masih dalam taraf embrional, orang
tidak menggunakan dalil-dalil deduksi yang logis sebagaimana diperlukan untuk
menyusun suatu ilmu pengetahuan. Sebaliknya, orang mencoba berkali-kali sampai
dijumpai suatu pemecahan yang dipandang memuaskan.

b) Dalam periode yang kedua yaitu, periode otoritas dan tradisi, pendapat-pendapat dari
“pemimpin-pemimpin” dimasa lampau selalu dikutip kembali. Pendapat-pendapat itu
dijadikan doktrin yang harus diikuti dengan tertib tanpa kritik. Tidak jarang
pendapat-pendapat itu tidak benar atau picik. Namun, karena dikemukakan oleh
pemimpin dan diucapkan dengan penuh keyakinan dan semangat, orang awam harus
menganggap pendapat itu sebagai kebenaran. The master always says the truth.
Karena itu jika ada ketidakcocokan antarakenyataan atau pikiran seseorang dengan
pendapat sang pemimpin, maka kenyataan itu harus disulap, dan pikiran itu harus
dipikirkan kembali.

c) Dalam periode ketiga, yaitu periode spekulasi dan argumentasi, doktrin-doktrin yang
disodorkan dengan penuh semangat dan keyakinan oleh tokoh-tokoh penguasa mulai
dipertanyakan. Dengan ketajaman dialektika dan ketangkasan bicara, orang mulai
berkelompok melakukan diskusi dan debat untuk mencari kebenaran. Spekulasi
dilawan dengan spekulasi dan argumentasi dilawan dengan argumentasi.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada taraf ini sangat memprihatinkan karena orang
terlalu mendewakan akal dan ketangkasan lidahnya, seolah-olah satu-satunya
kebenaran adalah apa yang dapat dicapai oleh akal (piker) dan ucapan semata, sama
sekali terlepas dari kenyataan.

d) Dalam periode yang keempat yaitu periode hipotesis dan eksperimen, orang mulai
berusaha sekeras mungkin untuk mencari rangkaian aturan itu untuk menerangkan
suatu kejadian. Mula-mula orang menggunakan ketajaman pikirannya untuk
membuat dugaan (hipotesis) dan kemudian mengumpulkan fakta-fakta. Dari fakta itu
lalu ditarik kesimpulan umum. Namun kesimpulan tidak selalu cocok dengan dugaan
semula. Analisis dilakukan dengan sangat hati-hati, cermat dan tajam terhadap fakta
yang diperoleh dari eksperimen dan dokumen sejarah observasi. Dengan konsep-
konsep yang matang, orang kemudian mencoba untuk menginterpretasikan dan
menarik kesimpulan yang cermat.

D. MENCARI KEBENARAN

Term “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret
maupun abstrak. Dalam bahasa Inggris “Kebenaran” disebut “truth”, Anglo-Saxon
“Treowth” (kesetiaan). Istilah latin “varitas”, dan Yunani “eletheid”, dipandang sebagai
lawan kata “kesalahan”, “kesesatan”, “kepalsuan”, dan kadang juga “opini”. Dalam
bahasa „Arab “Kebenaran” disebut “al-haq” yang diartikan dengan “naqid al-batil”.
Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata “Kebenaran”, menunjukkan kepada
keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, sesuatu yang sungguh-sungguh
adanya. Menurut „Abbas Hamami, jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya
adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam
suatu pernyataan atau statement. Dan, jika subyek menyatakan kebenaran bahwa
proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan dan
nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari
kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu sendiri. Dengan adanya berbagai macam katagori
sebagaimana tersebut di atas, maka tidaklah berlebihan jika pada saatnya setiap subjektif
yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda
satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, setelah melalui pembicaraan tentang berbagai
“model” kerangka kebenaran, Harold H. Tutis sampai kepada kesimpulan yang
terjemahannya kurang lebih sebagai berikut: “Kebenaran” adalah kesetiaan putusan-
putusan dan ide-ide kita pada fakta pengalaman atau pada alam sebagaimana apa adanya:
akan tetapi sementara kita tidak senantiasa dapat membandingkan putusan kita itu dengan
situasi aktual, maka ujilah putusan kita itu dengan putusan-putusan lain yang kita percaya
sah dan benar, atau kita ujilah putusan-putusan itu dengan kegunaannya dan dengan
akibat-akibat praktis. Tidak jauh berbeda dengan apa yang telah disimpulkan oleh Titus
di atas mengenai arti “kebenaran”. Patrick juga mencoba menawarkan alternatif sikap
terhadap atau mengenai “kebenaran” itu dengan menyatakan, yang terjemahnya kurang
lebih sebagai berikut: Agaknya pandangan yang terbaik mengenai ini (kebenaran) adalah
bahwa kebenaran itu merupakan kesetiaan kepada kenyataan. Namun sementara dalam
beberapa kasus kita tidak dapat membandingkan idea-idea dan putusan-putusan kita
dengan kenyataan, maka yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah melihat jika idea-
idea dan putusanputusan itu konsisten dengan idea-idea dan putusan-putusan lain, maka
kita dapat menerimanya sebagai benar. FH. Bradly penganut faham idealisme
mengatakan bahwa kebenaran ialah kenyataan. Karena kebenaran ialah makna yang
merupakan halnya, dan karena kenyataan ialah juga merupakan halnya.
Setelah membicarakan pengertian kebenaran dari beberapa ahli di atas, maka
kebenaran itu juga tidak terlepas dari 3 (tiga) hal: Pertama, kebenaran berkaitan dengan
kualitas pengetahuan. Maksudnya ialah bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun.
Maksudnya pengetahuan itu dapat berupa:
a. Pengetahuan biasa atau biasa disebut juga dengan Knowledge of the man in the Street
or ordinary knowledge or common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki
inti kebenaran yang sifatnya subjektif, yaitu amat terikat pada subyek yang mengenal.
Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar, sejauh
sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
b. Pengetahuan ilmiah, yakni pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas
dengan menerapkan metodologis yang khas pula, yaitu metodologi yang telah
mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis. Kebenaran yang terkandung
dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, maksudnya, kandungan kebenaran dari jenis
pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil
penemuan yang paling mutakhir. Dengan demikian kebenaran dalam pengetahuan ilmiah
selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang paling akhir dan
mendapatkan persetujuan dan agreement dari para ilmuan sejenis.
c. Pengetahuan filsafati, yakni jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui
metodologi pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyentuh, yaitu dengan
model pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung di
dalam pengetahuan model ini adalah absolut-intersubjektif. Artinya, nilai kebenaran yang
terkandung didalamnya selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan
filsafat dari seseorang pemikir filsafat itu serta selalu mendapat kebenaran dari filsuf
yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula. Jika pendapat filsafat itu
didekati dengan pendekatan filsafat yang lain, maka dapat dipastikan hasilnya akan
berbeda pula bahkan bertentangan atau menghilangkan sama sekali, seperti filsafat
matematika atau geometridari Phytagoras sampai sekarang ini masih tetap seperti waktu
Phytagoras pertama sekali memunculkan pendapat tersebut, yaitu pada abad ke-6
sebelum Masehi.
d. Kebenaran jenis pengetahuan keempat yaitu: Pengetahuan Agama. Pengetahuan jenis
ini memiliki sifat dogmatis, yakni pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh
keyakinan yang telah ditentukan, sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab
suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk
memahaminya itu. Implikasi makna dari kandungan kitab suci itu dapat berkembang
secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman, akan tetapi kandungan maksud dari
kitab suci itu tidak dapat dirubah dan sifatnya absolut. Kedua, kebenaran yang dikaitkan
dengan sifat/karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang
membangun pengetahuan itu. Apakah ia membangunnya dengan cara penginderaan atau
sense experience, ratio, intuisi atau keyakinan. Implikasi dari penggunaan alat untuk
memperoleh pengetahuan melalui alat tertentu akan mengakibatkan karakteristik
kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan itu, akan memiliki cara tertentu untuk
membuktikannya, artinya jika seseorang membangunnya melalui indera atau sense
experience, maka pada saat itu ia membuktikan kebenaran pengetahuan itu harus melalui
indera pula. Demikian juga dengan cara yang lain, seseorang tidak dapat membuktikan
kandungan kebenaran yang dibangun oleh cara intuitif, kemudian dibuktikannya dengan
cara lain yaitu cara inderawi misalnya. Jenis pengetahuan menurut kriteria
karakteristiknya dapat dibedakan dalam jenis pengetahuan: (1) inderawi; (2) pengetahuan
akal budi; (3) pengetahuan intuitif; (4) pengetahuan kepercayaan atau otoritatif; dan
pengetahuan-pengetahuan yang lainnya. Implikasi nilai kebenarannya juga sesuai dengan
jenis pengetahuan itu. Ketiga, kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas
ketergantungan terjadinya pengetahuan itu. Artinya bagaimana relasi antara subjek dan
objek, manakah yang lebih dominan untuk membangun pengetahuan itu. Jika subjek
yang lebih berperan, maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang
sifatnya subjektif, artinya nilai kebenaran dari pengetahuan yang dikandungannya itu
amat tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu. Atau, jika; jika objek amat
berperan, maka sifatnya objektif, seperti pengetahuan tentang alam atau ilmu-ilmu alam.
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan
penelitian ada tiga macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperoleh adalah data yang benar-benar baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh digunakan
untuk membuktian adanya keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan
pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang
telah dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi
masalah. Memahami berati memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak
diketahuidan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalisir atau
menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak
terjadi. Penelitian yang akan digunakan untuk memahami masalah misalnya, penelitian
tentang sebab-sebab mengapa setelah 60 tahun Indonesia merdeka, tetapi sumber daya
mansusia kalah dengan negara tetangga, mengapa negara kita yang kaya sumber daya
alam, tetapi masyarakatnya banyak yang kelaparan. Penelitian yang bersifat memecahkan
masalah misalnya, penelitian untuk menemukan model pendidikan efektif yang dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Penelitian yang bersifat antisipasi
masalah, misalnya penelitian untuk mencari cara agar setelah pengumuman ujian atau
kenaikan kelas anak-anak tidak hira-hura di jalanan.

Berdasarkan uraian di atas maka dikemukakan bahwa, metodologi penelitian


pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tetentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan (science) ialah hasil pengolahan kembali pengetahuan (knowledge)
melalui pengujian menggunakan*metode ilmiah yang didukung oleh sekumpulan bukti
dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren.

Terdapat keterkaitan antara ilmu pengetahuan dengan penelitian. Melakukan penelitian


memang dibutuhkan ilmu pengetahuan dan tidak akan muncul pengetahuan baru bila
tidak ada sebuah penelitian.

Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk memecahkan sebuah
masalah secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan
masalah yang sedang diteliti untuk mendapatkan pemecahannya.

Suatu penelitian dapat diperinci dalam tujuh tahapan yang satu sama lain saling
bergantung dan berhubungan, antara lain perencanaan, pengkajian secara teliti terhadap
rencana penelitian, pengambilan contoh (sampling), penyusunan daftar pertanyaan, kerja
lapangan, editing dan coding, analisis dan laporan, kesimpulan.

B. SARAN
Dalam melakukan penelitian diharapakan dapat menarik kesimpulan sesuai dengan fakta
dan hasil yang sebenarnya serta mengesampingkan unsur subyektivitas.

Pentingnya suatu penelitian dan hubungannya dengan berbagai hal, mengakibatkan


penelitian harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan berdasarkan etika kebenaran.

Penelitian diharapkan dapat dilakukan sendiri secara mandiri, efisien, efektif, kritis, dan
didasarkan pada etika kebenaran karena hal tersebut merupakan aspek yang harus selalu
menjadi perhatian utama
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta : rineka cipta

Faisal. (2010). Metodologi penelitian. Surabaya : usaha nasional

Hamalik oemar (2011). Media pendidikan. Bandung : PT citra aditya

Hadi, Sutrisno. 2015.MetodologiRiset. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Kurniawan, Benny. 2012. Metodologi Penelitian. Tangerang Selatan: Jelajah Nusa

Kutha Ratna,Nyoman. 2010.Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora
Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi.2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Siregar,Syofian. 2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.

Tanzeh,Ahmad. 2011.Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

Creswell, John. 2014.Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai