Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA IBU KE ANAK

Disusun oleh :

1. Desvia Ramdani (920173058)

2. Diana Sofie S (920173059)

3. Didik Irawan (920173061)

4. Nila Sovya H (920173080)

5. Nilta Fitria (920173081)

6. Nur Rizki A (F20175026)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Jl. Ganesha 1 purwosari kudus

2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : HIV

Sub Pokok Bahasan : Pencegahan HIV pada ibu ke bayi

Sasaran : Masyarakat desa Kedungcino

Hari /Tanggal : Jumat, 27 november 2020

Tempat : pos pandan I desa Kedungcino

Jam Pelaksanaan : Jam 10.00-Selesai

Waktu : 45 menit

Penyuluhan : mahasiswa KKN universitas muhammadiyah kudus

A. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan sindroma menurunkan kekebalan tubuh yang disebabkan virus
HIV/AIDS. Seperti yang kita ketahui sebelumnya,HIV/AIDS adalah suatu penyakit
yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus
HIV/AIDS,sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya.
Tidak hanya itu saja , sejauh ini penyakit HIV/AIDS terus berkembang,masyarakat
belum juga mengetahui apa itu sebenarnya HIV/AIDS,gejala-gejalanya, cara
menularannya, dan cara pencegahannya. Sehingga sampai sekarang, penderita penyakit
HIV/AIDS semakin meningkat tiap tahunnya
B. Tujuan
a. Tujuan Intruksional Umum
Masyarakat yang mengalami penyakit HIV mampu mengetahui dan memahami
HIV/AIDS
b. Tujuan Intruksioanal Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 45 menit diharapkan masyarakat
dapat :
1) Mengetahui dan memahami pengertian HIV/AIDS
2) Mengetahui dan memahami faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu
ke bayi
3) Mengetahui dan memahami rute atau waktu dan risiko penularan HIVdari ibu ke
bayi
4) Mengetahui dan memahami cara pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi
C. Sasaran

Masyarakat

D. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi (terlampir)
c. Tanya Jawab

E. Media
a. leaflet

F. Pokok Materi
(terlampir)

G. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. Pembukaan 10 Menit 1. Salam 1. Memperhatikan
dan menjawab
salam
2. Pembukaan 2. Memperhatikan
penyuluhan
3. Pre test/ Apersepsi 3. Mendengarkan
dan menjawab
pertanyaan
yang diajukan
penyuluh
2. Pelaksanaan 25 menit 1. Pemaparan Materi 1. Mendengarkan
(Menjelaskan penyuluh
pengertianHIV/AI menyampaikan
DS materi
2. Menjelaskafaktor
yang berperan
dalam penularan 2. Memperhatikan
HIV dari ibu ke penyuluh memaparkan
bayi materi dan peserta
3. Rute atau waktu menanyakan hal-hal
dan resiko yang tidak dimengerti
penularan HIV dari dari materi penyuluh
ibu ke bayi
4. Cara pencegahan
penularan HIV
dari ibu ke bayi

3. Penutup 10 menit 1. Salam 1. Mendengarkan


penyuluh dan
menjawab
2. Kesimpulan salam
2. Mendengarkan
kesimpulan
3. Kontrak ulang (jika dari penyuluh
ada) 3. Peserta
menyetujui
adanya kontrak
ulang
pendidikan
kesehatan (jika
ada)

H. Setting Tempat

PENYAJI

AUDIEN

I. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
Penyuluhan dimulai di tempat dengan kontrak waktu yang sudah ditentukan dengan
masyarakat
b. Evaluasi Proses
a) masyarakat antusias terhadap materi penyuluhan
b) masyarakat tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c) masyarakat mengajukan pertanyaan secara benar
c. Evaluasi hasil
1) Menyebutkan kembali pengertian dari HIV/AIDS dengan prosentase 90%
2) Menyebutkan kembali faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke
bayi dengan prosentase 85%
3) Menyebutkan kembali rute atau waktu dan risiko penularan HIVdari ibu ke
bayi dengan prosentase 85%
4) Menyebutkan kembali cara pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dengan
prosentase 90%

J. Daftar Pertanyaan
1. Apa pengertian HIV/AIDS?
2. Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS?

DAFTAR PUSTAKA

Akib A.AP. 2010 Infeksi HIV Pada Bayi dan Anak. Dalam : Sari Pediatri (suplemen): 1-14

Amin Z, Uyairah A, Yunihastuti E dkk.2011. Profil Pasien TB HIV dan Non TB HIV di RSCM.
Dalam: Buletin Kesehatan 41(4)195-199

Direktorat Jendral Pengendalian Penularan Penyakit Lingkungan Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia . 2014. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia .Jakarta : Kemenkes RI

LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit


AIDS yang termasuk kelompok retrovirus. Seseorang yang terinfeksi HIV, akan
mengalami infeksi seumur hidup. Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
tetap asimtomatik (tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu
lama. Meski demikian, sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. “Acquired”


artinya tidak diturunkan, tetapi didapat; “Immune” adalah sistem daya tangkal atau
kekebalan tubuh terhadap penyakit; “Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang; dan
“Syndrome” adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut
dari infeksi HIV, yang merupakan kumpulan gejala menurunnya sistem.

B. Faktor yang Berperan dalam Penularan HIV dari Ibu ke Anak

Berdasarkan Permenkes No. 51/2013 ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada
penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik.

1. Faktor Ibu
a. Jumlah virus (viral load)
Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat persalinan
dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya sangat
mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak. Risiko penularan HIV
menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml) dan
sebaliknya jika kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml.

b. Jumlah sel CD4


Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV ke
bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko penularan HIV semakin
besar.

c. Status gizi selama hamil


Berat badan rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama hamil
meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi yang dapat
meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi.

d. Penyakit infeksi selama hamil


Penyakit infeksi seperti sifilis, Infeksi Menular Seksual, infeksi saluran
reproduksi lainnya, malaria, dan tuberkulosis, berisiko meningkatkan jumlah
virus dan risiko penularan HIV ke bayi.

e. Gangguan pada payudara


Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis, abses,
dan luka di puting payudara dapat meningkatkan risiko penularan HIV
melalui ASI.

2. Faktor Bayi
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir
Bayi lahir prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih rentan
tertular HIV karena sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya belum
berkembang dengan baik.

b. Periode pemberian ASI


Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi akan semakin
besar.

c. Adanya luka di mulut bayi


Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika diberikan
ASI.

3. Faktor obstetrik
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Faktor
obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak selama
persalinan adalah:
a. Jenis persalinan
Risiko penularan persalinan per vaginam lebih besar daripada persalinan
melalui bedah sesar (sectio caesaria).

b. Lama persalinan
Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu
ke anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinya kontak antara bayi
dengan darah dan lendir ibu.

c. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko


penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4
jam.

d. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan risiko


penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi.
Penularan HIV dari ibu ke anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan
pada saat menyusui. Risiko penularan HIV pada ibu ya ng tidak mendapatkan
penganan PPIA saat hamil diperkirakan sekitar 15-45%. Risiko penularan 15-
30% terjadi pada saat hamil dan bersalin, sedangkan peningkatan risiko transmisi
HIV sebesar 10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan menyusui

C. rute atau waktu dan risiko penularan HIVdari ibu ke bayi

Menurut Permenkes No. 51/2013 bahwa Human immunodeficiency virus


(HIV) dapat masuk ke tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui:

1. Hubungan seksual
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selamasanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.
Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau oral antara
dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak
terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut
ke penis atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular
HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk ke
dalam tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores dalam mulut, perdarahan
gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital.

2. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang terinfeksi
Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditapis (uji saring) untuk
pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan, atau
penggunaan alat medik lainnya yang dapat menembus kulit. Kejadian di atas dapat
terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik,
pengobatan tradisional melalui alat penusuk/jarum, juga pada pengguna napza
suntik (penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga terjadi pada proses
transplantasi jaringan/organ di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Penularan dari ibu ke anak


Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus dapat
ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama hamil, saat
persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, setengah dari
anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.

Virus HIV hanya dapat ditemukan dalam cairan tubuh yaitu dalam darah
termasuk darah haid dan darah plasenta pada wanita, air mani/cairan lain yang keluar
dari alat kelamin laki-laki kecuali air seni dan cairan vagina. HIV dapat ditularkan
melalui (Pinem, 2009):

1. Hubungan seksual (homoseksual, biseksual dan heteroseksual).


Diperkirakan sekitar 95% penularan terjadi melalui hubungan seksual, baik
melalui vagina, anal maupun oral.

2. Parentral
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Penularan melalui jarum suntik atau alat kedokteran yang tidak steril.
c. Penularan melalui alat-alat tusuk lainnya.
d. Transplantasi organ tubuh.
3. Penularan perinatal
Penularan perinatal adalah penularan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi
yang dilahirkannya yang dapat terjadi selama kehamilan berkisar sekitar 5-10%,
pada saat persalinan sekitar 10-20% dan pada masa nifas (saat menyusui) sekitar
10-20%. Bila ibunya mengidap HIV, dan ibu telah menunjukkan gejala AIDS,
kemungkinan bayi yang dilahirkan tertular HIV menjadi 50%.

D. pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi

a) Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya agar orang sehat tetap
sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer merupakan
hal yang paling penting, terutama dalam hal merubah perilaku. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain (Kemenkes RI, 2012):

a. Pencegahan dilakukan dengan tindakan seks yang aman dengan pendekatan


“ABC” yaitu Abstinence, artinya absen seks ataupun tidak melakukan hubungan
seks bagi orang yang belum menikah merupakan metode paling aman untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual HIV melalui hubungan seksual.
Jika tidak memungkinkan pilihan kedua adalah Be Faithful, artinya tidak
berganti-ganti pasangan. Jika kedua hal tersebut tidak memungkinkan juga, maka
pilihan berikutnya adalah penggunaan kondom secara konsisten (Use Condom).
Pencegahan ini menggunakan konsep ABCDE yakni:

1) A (Abstinence) yakni tidak melakukan hubungan seksual bagi yang belum


menikah.
2) B ( Be faithful) yakni bersikap setia kepada satu pasangan seksual.
3) C (Condom) yakni menggunakan kondom pada saat hubungan seksual.
4) D (Drug no) yakni tidak menggunakan narkoba.
5) E (Equipment) yakni menggunakan peralatan yang bersih, steril, sekali pakai,
dan tidak bergantian.
b. Berhenti menjadi pengguna NAPZA terutama narkotika suntikan, atau
mengusahakan agar selalu menggunakan jarum suntik yang steril serta tidak
menggunakannya secara bersama-sama.
c. Sarana pelayanan kesehatan harus dipahami dan diterapkan kewaspadaan
universal (universal precaution) untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui
darah. Kewaspadaan universal ini meliputi cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan, penggunaan alat
pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan, pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi dengan benar.
d. Pencegahan penyebaran melalui darah dan donor darah dilakukan dengan
skrining adanya antibodi HIV, demikian pula semua organ yang didonorkan,
serta menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif lainnya yang
kurang perlu.
e. WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan vertikal dari ibu
kepada anak yaitu dengan cara mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV
dan AIDS. Apabila sudah terinfeksi HIV dan AIDS mengusahakan supaya tidak
terjadi kehamilan. Bila sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menular
dari ibu kepada bayinya dan bila sudah terinfeksi diberikan dukungan serta
perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
b). Pencegahan Sekunder

Infeksi HIV menyebabkan menurunnya sistem imun secara progresif sehingga


muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya dapat berakhir pada
kematian. Sementara itu, hingga saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin
yang efektif, sehingga pengobatan HIV dan AIDS dapat dibagi dalam tiga
kelompok sebagai berikut (Kemenkes RI, 2012):

a. Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum


penderita. Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat simptomatik
dan pemberian vitamin.
b. Pengobatan infeksi oportunistik merupakan pengobatan untuk mengatasi
berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV dan AIDS.
Penanganan terhadap infeksi oportunistik ini disesuaikan dengan jenis
mikroorganisme penyebabnya dan diberikan terus menerus.
c. Pengobatan antiretroviral (ARV) yang bekerja langsung menghambat kinerja
enzim protease yang terbukti bermanfaat memperbaiki kualitas hidup,
menjadikan infeksi oportunistik menjadi jarang dan lebih mudah diatasi sehingga
menekan morbiditas dan mortalitas dini. Tetapi ARV belum dapat
menyembuhkan pasien HIV dan AIDS ataupun membunuh HIV
c). Pencegahan tersier

Orang yang didiagnosa HIV biasanya banyak menerima diskriminasi saat


membutuhkan pengobatan HIV ataupun bantuan dari fasilitas rehabilitasi obat,
selain itu juga dapat mendatangkan trauma emosi yang mendalam bagi
keluarganya. ODHA perlu diberikan dukungan berupa dukungan psikososial agar
penderita dapat melakukan aktivitas seperti semula/seoptimal mungkin. Untuk
mencegah semakin meningkatnya angka kejadian Penyakit Menular Seksual HIV
dan AIDS, maka perlu dilakukan beberapa pencegahan, yaitu (Kemenkes RI,
2012):

a. Memutuskan rantai penularan infeksi PMS.


b. Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasinya.\
c. Tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
d. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

Ada beberapa program yang dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan
telah diterapkan di beberapa negara untuk dilaksanakan secara bersama-sama,
yaitu (Mawar, 2009):

a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.


b. Program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran (peer group
education).
c. Program kerja sama dengan media cetak dan elektronik.
d. Paket pencegahan komprehensif untuk pecandu narkotika.
e. Program pendidikan agama.
f. Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat.
g. Pelatihan ketrampilan hidup.
h. Program pengadaan tempat-tempat untuk test HIV dan konseling.
i. Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak.
j. Program pencegahan dengan pengobatan, perawatan dan dukungan untuk ODHA.
k. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat AZT.

DAFTAR PUSTAKA

Akib A.AP. 2010 Infeksi HIV Pada Bayi dan Anak. Dalam : Sari Pediatri (suplemen): 1-14

Amin Z, Uyairah A, Yunihastuti E dkk.2011. Profil Pasien TB HIV dan Non TB HIV di RSCM.
Dalam: Buletin Kesehatan 41(4)195-199

Direktorat Jendral Pengendalian Penularan Penyakit Lingkungan Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia . 2014. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia .Jakarta : Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai