Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUD RA KARTINI KAB. JEPARA

Oleh :

DESVIA RAMDANI

82021040025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHKUDUS

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp./Faks.(0291)442993/437218

Kudus 59316 Website : http://www.umkudus.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO

A. PENGERTIAN

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan
diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan
system somato sensorik (propioseptik).

Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem


system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya.
Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau
jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-
kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang
involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2013).

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik
turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan
Nurbaiti, 2012).

B. ETIOLOGI
a. Otologi 24-61% kasus
· Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
· Meniere Desease
· Parese N VIII Uni/bilateral
· Otitis Media
b. Neurologik 23-30% kasus
· Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
· Ataksia karena neuropati
· Gangguan visus
· Gangguan serebelum
· Gangguan sirkulasi LCS

· Multiple sklerosis
· Vertigo servikal
c. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
· Tekanan darah naik turun
· Aritmia kordis
· Penyakit koroner
· Infeksi
· glikemia
· Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
d. Psikiatrik > 50% kasus
· Depresi
· Fobia
· Anxietas
· Psikosomatis
e. Fisiologik
· Melihat turun dari ketinggian.
C. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus,
mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput
tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi
hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan
seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan
berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial
tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi
kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan
setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan
kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang
pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok
ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar,
baik dirinya sendiri atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan
berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan
penglihatan.

D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,
parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga
tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi
karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik
lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh
terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan
sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan
merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula
dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh
darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah
naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain
itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi
seseorang berbeda-beda.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menitatau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu
ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali
bebas keluhan.Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
· Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor
fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
· Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan
iskemi sepintas arteriavertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada
anak (Vertigode L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
· Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini
adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal
benigna.
2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa
(Cermin DuniaKedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
· Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis
Tb,labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.
· Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainanokuler,
intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainanendokrin.
· Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo
servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur
mengurang, dibedakan menjadi :
· Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus,
labirintitisakuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada
auditivainterna/arteria vestibulokoklearis.
· Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom
arteriavestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika,
sklerosismultipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

6. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus
vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a. ENG
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a. Radiologik dan Imaging
b. EEG, EM
E. PATHWAY

Perubahan genetik dalam sel

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

tumor Payudara

Cemas

hormonal Radiasi Mastektomi

Kurang Informasi
Luka Operasi
(trauma jaringan) Kurang
Pengetahuan

Nyeri Tidak adekuat


Kerusakan
pertahanan sistem imun
integritas kulit

Resti infeksi
Emosional distress Kelemahan
Perubahan penampilan
(ketidakmampuan
mengontrol nyeri)

Gangguan konsep diri


Kehilangan selera makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :

1. Anti kolinergik

§ Sulfas Atropin : 0,4 mg/im

§ Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

2. Simpatomimetika

§ Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

§ Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah:

a. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

b. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi
bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :

· Terapi kausal

sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi biasanya bersifat
simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor penyebabnya.

· Terapi simtomatik

ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya. Pemilihan obat-
obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya.
Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas,
disamping anti vertigo lainnya.

· Terapi Rehabilitasi

Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada
pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah
latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam
dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif


vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis.
Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang
dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak
daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya


vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual
yang kuat.

d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.

e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa
sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada
kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan
sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo
menghilang setelah beberapa hari.
f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini
untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular
akut

8. Komplikasi

1. Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf
VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri
dan berjalan.

2. Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas
dapat menyebabkan kelemahan otot

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan
seperti :
1. Anti kolinergik
§ Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
§ Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
2. Simpatomimetika
§ Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
§ Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah:
a. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
b. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan
untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
Terdiri dari :
· Terapi kausal
sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi
biasanya bersifat simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
· Terapi simtomatik
ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya.
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan
vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk
menghilangkan rasa cemas, disamping anti vertigo lainnya.
· Terapi Rehabilitasi
Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan
habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang
dapat dilakukan adalah latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan
berjalan.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan
mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang
direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata
ditutup.
c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat
memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan
relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular
perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau
kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi
penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa
neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah
jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk
beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut
mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut
8. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan
gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot
H. PROSES KEPERAWATAN PASIEN TUMOR MAMMAE
1. PENGKAJIAN
B. konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan, agama,
pekerjaan, dll
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya pada
pasien vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu nyeri kepala hebat serta
pusing.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor
otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid,
antikonvulsan dan salisilat
e. Riwayat Penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
f. Riwayat Psikososial
Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri, interaksi klien terhadap keluarga
dan data spiritual klien.
g. Pola-Pola fungsi Kesehatan
§ Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan
keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
§ Pola nutrisi dan metabolism
Adakah nausea dan muntah
§ Pola eliminasi
Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak
§ Pola tidur dan istirahat
Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau tidak, berapa lama tidur klien, pada
pasien vertigo biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
§ Aktivitas
Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien sering mengalami Letih,
lemah Letih, lemah, Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca,
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang
hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
§ Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar
§ Pola presepsi dan konsep diri
Bagaimana klien menggambarkan dirinya terkait dengan penyakitnya.
§ Pola sensori dan kognitif
Bagaimana klien menghadapi rasa sakit ? apakah mengalami penurunan panca
indra?
§ Pola reproduksi seksual
Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan pasangannya, apakah ada
gangguan atau tidak
§ Pola penanggulangan stress
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress.
§ Pola tata nilai dan keyainan
Di kaji tentang agama yang di anut klien
b. Pemeriksaan Fisik
1. Gambaran Umum
· Kesadaran
Compos mentis, apatis, somnolen, stupor atau koma
· Penampilan
Tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat
· TPRS
Meliputi BB, TB, Tekanan darah, suhu, nadi RR
2. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
· Sistem integument
Inspeksi : Di lihat warna kulit.
Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit (normalnya kembali dalam 2detik)
· Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala, warna rambut,
Palpasi : kekuatan rambut (rontok/tidak), ada nyeri tekan
· Leher
Palpasi : ada pembesaran kelenjar getah beting dan kelenjar tyroid atau tidak
· Muka
Inspeksi :Bentuk muka, ekspresi muka
· Mata
Inspeksi : Biasanya pada pasien vertigo Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
· Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris atau tidak, ada kotoran atau tidak
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
· Hidung
Inspeksi: Bentuk hidung, adanya secret atau tidak
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
· Mulut dan Faring
Inspeksi : mulut simetris atau tidak, kebersihannya
Palpasi : ada nyeri tekan tidak, ada benjolan tidak
· Thorax
Inspeksi : ada retraksi dinding dada atau tidak
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris atau tidak
Perkusi : bagaimana suara ketukannya
Paru
Inspeksi : simetris atau tidak
Palpasi : ada benjolan atau tidak
Auskultasi : biasanya pada pasien vertigo Tidak ada weezing, rhonki
· Jantung
Auskultasi : Pada pasien vertigo S1 dan S2 tunggal
· Abdomen
Inspeksi : Dilihat bentuk abdomen,
Palpasi : pembesaran hati dan limpanya di kaji
Auskultasi : bising usus
3. Sistem neurologi
a. Test nervus I (Olfactory)
§ Fungsi penciuman
§ Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda yang
baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau, kopi
§ Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.
b. Test nervus II ( Optikus)
§ Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang
§ Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di
koran, ulangi untuk satunya.
§ Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan, klien
memandang hidung pemeriksa yang memegang pena warna cerah, gerakkan
perlahan obyek tersebut, informasikan agar klien langsung memberitahu klien
melihat benda tersebut, ulangi mata kedua.
c. Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)
§ Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III).
§ Test N III (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan senter kedalam tiap
pupil mulai menyinari dari arah belakang dari sisi klien dan sinari satu mata
(jangan keduanya), perhatikan kontriksi pupil kena sinar.
§ Test N IV, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid
line mata, gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata,
diplopia, nistagmus.
§ Test N VI, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok
d. Test nervus V (Trigeminus)
§ Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata
atas dan bawah.
- Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.
- Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral.
§ Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan
palpasi pada otot temporal dan masseter.
e. Test nervus VII (Facialis)
§ Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis,
asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien
tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.
§ Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk :
tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha
membukanya
f. Test nervus VIII (Acustikus)
§ Fungsi sensoris :
Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di
satu telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri.
§ Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah
dapat melakukan atau tidak.
g. Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
§ N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian
ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N
IX mempersarafi M. Salivarius inferior.
§ N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum
lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.
§ Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah simetris
dan tertarik keatas.
§ Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan
tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.
h. Test nervus XI (Accessorius)
§ Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah
Sternocledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian palpasi
kekuatannya.
§ Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan -test otot
trapezius.
i. Nervus XII (Hypoglosus)
§ Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
§ Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)
§ Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan minta
untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid, foto vertebra servikal, CT
scan, MRI dsb (atas indikasi).
b. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG
c. Pemeriksaan lain-lain
· Pemeriksaan audiologi: tes garpu tala, audiometrik nada murni, audiometrik
nada tutur, SISI tes, Tone Deccay tes, timpanometri, reflek stapedius, dan apabila
ada fasilitas dapat dilakukan BERA (atas indikasi).
· Tes kalori, elektronistagmografi, posturografi (atas indikasi).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat energi yang dimiliki 1. Energi yang besar dapat memberikan
klien keseimbangan pada tubuh saat
2. Berikan terapi ringan untuk istirahat
mempertahankan kesimbangan 2. Salah satu terapi ringan adalah
3. Ajarkan penggunaan alat-alat menggerakan bola mata, jika sudah
alternatif dan atau alat-alat bantu terbiasa dilakukan, pusing akan
untuk aktivitas klien. berkurang.
4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) 3. Mengantisipasi dan meminimalkan
sebelum aktivitas resiko jatuh
4. Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji respon emosi, sosial, dan 1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam
2. Berikan motivasi pada klien melakukan aktivitas
untuk melakukan aktivitas 2. Klien dapat bersemangat untuk
3. Ajarkan tentang pengaturan melakukan aktivitas
aktivitas dan teknik manajemen 3. Energi yang tidak stabil dapat
waktu untuk mencegah kelelahan. menghambat dalam melakukan
4. Kolaborasi dengan ahli terapi aktivitas, sehingga perlu dilakukan
okupasi manajemen waktu
4. Terapi okupasi dapat
menentukan tindakan alternatif dalam
melakukan aktivitas.
Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kebiasaan makan yang 1. Kebiasaan makan yang disukai
disukai klien dapat meningkatkan nafsu makan
2. Pantau input dan output 2. Untuk memantau status nutrisi
pada klien pada klien
3. Ajarkan untuk makan sedikit 3. Mempertahankan status nutisi
tapi sering pada klien agar dapat meningkat atau
4. Kolaborasi dengan ahli gizi stabil.
4. Ahli gizi dapat menentukan
makanan yang tepat untuk
meningkatkan kebutuhan nutrisi pada
klien

Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat pendengaran 1. Mengetahui tingkat
pada klien kemaksimalan pendengaran pada klien
2. Lakukan tes rinne, weber, untuk menentukan terapi yang tepat.
atau swabah untuk mengetahui 2. Mengetahui keabnormalan yang
keseimbangan pendengaran saat terjadi akibat tinitus
terjadi tinitus 3. Mempertahankan keadekuatan
3. Ajarkan untuk memfokuskan pendengara
pendengaran saat terjadi tinitus 4. Memaksimalkan pendengaran
4. Kolaborasi penggunaan alat pada klien
bantu pendengaran

Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mengetahui batas maksimal


mempertahankan keadekuatan kemampuan pendengaran klien
pendengaran 2. Klien tidak mengalami depresi
2. Berikan motivasi dalam akibat keadaan fisiknya
menerima keadaan fisiknya 3. Pusing yang terjadi dapat
3. Ajarkan cara mengatasi memunculkan tinitus
masalah pendengaran akibat 4. Obat untuk mengatasi tinitus.
pusing yang diderita
4. Kolaborasi pemberian
antidepresan sedatif, neurotonik, atau
transquilizer serta vitamin dan mineral.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan


telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru
Lumbantobing, SM. Vertigo Tujuh Keliling. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta 2003
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih
bahasa.Jakarta : Prima Medika
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
Pitriono Zinbe.2013. Asuhan Keperawatan Vertigo
http://fitrotzinbe.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-vertigo.html. diakses
tanggal 13 november 2013, pukul 21.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai