Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Definisi

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di
ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan
keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan
dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti
mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita
saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban
Tobing. S.M, 2003)

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga
menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa
‘berputar’ ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini
dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf
vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas
vestibulocerebellar. (www.wikipedia.com)

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-
benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem
keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

Etiologi

Otologi 24-61% kasus

Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Meniere Desease

Parese N VIII Uni/bilateral


Otitis Media

Neurologik 23-30% kasus

Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum

Ataksia karena neuropati

Gangguan visus

Gangguan serebelum

Gangguan sirkulasi LCS

Multiple sklerosis

Vertigo servikal

Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler

Tekanan darah naik turun

Aritmia kordis

Penyakit koroner

Infeksi

< glikemia

Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

. Psikiatrik > 50% kasus

Depresi

Fobia

Anxietas

Psikosomatis

Fisiologik

Melihat turun dari ketinggian.

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala
sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah,
lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan
kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan
merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke
sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa
mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar
pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau
beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala
dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang
serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum
tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver
Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala
dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi
dengan gejala :

Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan

Merasakan mual yang luar biasa

Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual

Gerakan mata yang abnormal

Tiba – tiba muncul keringat dingin

Telinga sering terasa berdenging

Mengalami kesulitan bicara


Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar

Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

Komplikasi

Cidera fisik

Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring
atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.

Patofisiologi dan Pathway

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media.
Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan
pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

GFSGD

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple
sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu,
vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya
penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon
saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi
diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan
terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.

ASFA

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada
seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan
perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan.
Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang
penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan mata

Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

Pemeriksaan neurologik

Pemeriksaan otologik

Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan khusus

ENG

Audiometri dan BAEP

Psikiatrik

Pemeriksaan tambahan

Radiologik dan Imaging

EEG, EMG
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :

Anti kolinergik

Sulfas Atropin : 0,4 mg/im

Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

Simpatomimetika

Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

Menghambat aktivitas nukleus vestibuler

Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :

Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi
menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :

Terapi kausal

Terapi simtomatik

Terapi rehabilitatif

Penatalaksanaan Keperawatan

Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap
selama 1-2 hari pertama.

Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada
pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan
bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau
jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.

Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa
tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.

Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.

Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat
memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat
takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya
adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi
akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.

Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk
rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
(http://niarahayu9.blogspot.com)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian data keperawatan

Aktivitas / Istirahat

Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada
pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.

Sirkulasi

Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan

Integritas Ego

Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,


ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme
refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
Makanan dan cairan

Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat,
makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri),
penurunan berat badan

Neurosensoris

Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola
pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.

Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor
otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada
diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher
juga menegang, frigiditas vokal.

Keamanan

Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis,
drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

Interaksi sosial

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit

Penyuluhan/ Pembelajaran

Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk
kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
Diagnosa Keperawatan

Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)

Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

Intervensi Keperawatan

Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam masalah risiko jatuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya

Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien

2. Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan

3. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas klien.

4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) sebelum aktivitas

1. Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan pada tubuh saat istirahat

2. Salah satu terapi ringan adalah menggerakan bola mata, jika sudah terbiasa dilakukan, pusing akan
berkurang.
3. Mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh.

4. Nyeri yang berkurang dapat meminimalisasi terjadinya jatuh.

Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam masalah intoleransi aktivitas dapat
teratasi.

Kriteria Hasil :

Meyadari keterbatasan energi

Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas

Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

Intervensi Rasional

1. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas

2. Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas

3. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.

4. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi

1. Respon emosi, sosial, dan spiritual mempengaruhi kehendak klien dalam melakukan aktivitas

2. Klien dapat bersemangat untuk melakukan aktivitas


3. Energi yang tidak stabil dapat menghambat dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu dilakukan
manajemen waktu

4. Terapi okupasi dapat menentukan tindakan alternatif dalam melakukan aktivitas.

Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maslah kurang nutrisi dapat sedikit
teratasi.

Kriteria Hasil :

Klien tidak merasa mual muntah

Nafsu makan meningkat

BB stabil atau bertahan

Intervensi Rasional

1. Kaji kebiasaan makan yang disukai klien

2. Pantau input dan output pada klien

3. Ajarkan untuk makan sedikit tapi sering

4. Kolaborasi dengan ahli gizi

1. Kebiasaan makan yang disukai dapat meningkatkan nafsu makan

2. Untuk memantau status nutrisi pada klien

3. Mempertahankan status nutisi pada klien agar dapat meningkat atau stabil.
4. Ahli gizi dapat menentukan makanan yang tepat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi pada klien.

Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maslah gangguan perepsi sensori
pendengaran dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

Klien dapat memfokuskan pendengaran

Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan

Pendengaran adekuat

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat pendengaran pada klien

2. Lakukan tes rinne, weber, atau swabah untuk mengetahui keseimbangan pendengaran saat terjadi
tinitus

3. Ajarkan untuk memfokuskan pendengaran saat terjadi tinitus

4. Kolaborasi penggunaan alat bantu pendengaran

1. Mengetahui tingkat kemaksimalan pendengaran pada klien untuk menentukan terapi yang tepat.

2. Mengetahui keabnormalan yang terjadi akibat tinitus

3. Mempertahankan keadekuatan pendengaran


4. Memaksimalkan pendengaran pada klien

Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam masalah koping individu tidak efektif
dapat teratsi.

Kriteria Hasil :

Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran

Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan klien dalam mempertahankan keadekuatan pendengaran

2. Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya

3. Ajarkan cara mengatasi masalah pendengaran akibat pusing yang diderita

4. Kolaborasi pemberian antidepresan sedatif, neurotonik, atau transquilizer serta vitamin dan
mineral.

1. Mengetahui batas maksimal kemampuan pendengaran klien

2. Klien tidak mengalami depresi akibat keadaan fisiknya

3. Pusing yang terjadi dapat memunculkan tinitus

4. Obat untuk mengatasi tinitus.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala
leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada 22


oktober 2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima


Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai