Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan


atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,
system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus
difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami
biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik
menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
(Lumban Tobing, 2013).
Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita
sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar
atau bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-
muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali
disertai gejala-gejala penyakit telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2012)
Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang
otak yang serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif.
2013)
2. Etiologi
Menurut Tarwoto, dkk. (2011) yaitu :
a.   Lesi vestibular
1)      Fisiologik
2)      Labirinitis
3)      Menière
4)      Obat ; misalnya quinine, salisilat.
5)      Otitis media
6)      “Motion sickness”

1
b.    Lesi saraf vestibularis
1)      Neuroma akustik
2)      Obat ; misalnya streptomycin
3)      Neuronitis vestibular
c.     Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
1)      Infark atau perdarahan pons
2)      Insufisiensi vertebro-basilar
3)      Migraine arteri basilaris
4)      Sklerosi diseminata
5)      Tumor
6)      Siringobulbia
7)      Epilepsy lobus temporal
d.   Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
1)     Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
2)     Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta,
otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan
perdarahan.
3)   Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular,
alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
4)   Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
5)  Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior
inferior, tumor, sklerosis multipleks.
e.     Penyakit SSP :
1)      Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia,
hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan
insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok
jantung.
2)      Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
3)      Trauma kepala/ labirin.
4)      Tumor.
5)      Migren.
6)      Epilepsi.

2
f.       Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal,
keadaan menstruasi-hamil-menopause.
g.      Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
h.      Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
  Klasifikasi Vertigo
a.   Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1)    Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa
menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan
tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas
keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a)    Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom
Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b)    Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan
iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen,
Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger
labyrinth).
c)    Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini
adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional
paroksismal benigna.
2)    Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut,
dibedakan menjadi:
a)    Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,
labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.
b)    Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca
komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan
okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler,
kelainan endokrin.
c)      Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.

3
3)     Vertigo yang serangannya mendadak / akut kemudian berangsur-angsur
mengurang, dibedakan menjadi :
a)    Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteria vestibulokoklearis.
b)   Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis
multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
4)   Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
a)    Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
b)    Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
visual.
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus,
mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput
tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi
hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang.
Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual
dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini
dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar
secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa
bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

4
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan
setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan
kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang
pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok
ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1.    Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
sendiri atau lingkungan
2.      Merasakan mual yang luar biasa
3.      Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4.      Gerakan mata yang abnormal
5.      Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.      Telinga sering terasa berdenging
7.      Mengalami kesulitan bicara
8.      Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9.      Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
4. Komplikasi
1.  Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2.   Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan
gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
5. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,
parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga
tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi
karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

5
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik
lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh
terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan
sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan
merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula
dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh
darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah
naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain
itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi
seseorang berbeda-beda.

6
Muttaqin (2013)

7
6. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a)    Anti kolinergik
  Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
  Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)      Simpatomimetika
  Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
  Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
i.   Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii.  Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk
terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
Terdiri dari :
a)      Terapi kausal
b)      Terapi simtomatik
c)      Terapi rehabilitatif
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a)      Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b)      Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau
jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
c)      Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d)     Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.

8
e)      Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer
akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama
atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat
vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f)       Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut. (http://niarahayu9.blogspot.com)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas pasien meliputi nama pasien,  no. RM ,  tgl masuk, usia, jenis kelamin ,
alamat, pekerjaan, agama                       
a. Riwayat

 Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal
antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain
atau riwayat penyakit lain baik
 Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak 
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
9
 Sirkulasi
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
 Pucat, wajah tampak kemerahan.
 Integritas Ego
 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
   Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
 Makanan dan cairan
 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus,hotdog, MSG (pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan5.
 Neurosensoris
 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
  Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir 
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.
 Nyeri/ kenyamanan
  Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

10
 Keamanan
 Riwayat alergi atau reaksi alergi
 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
 Interaksi sosial
 Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial
yang berhubungan dengan penyakit.
 Penyuluhan / pembelajaran
 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
 Penggunaan alkohol /obat lain termasuk kafein.
Kontrasepsioral/hormone, menopause.
b. Pola gordon

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.  
2. Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi yang dapat memicu vertigo.
3. Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
4. Pola eliminasi
5.    Pola tidur dan istirahat
6. Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
7.    Persepsi diri atau konsep diri
8. Pola toleransi dan koping stress
9.    Pola sexual reproduksi
10. Pola hubungan dan peran
11. Pola nilai dan kenyakinan
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
11
a.      Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
b.      Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
c.      Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d.      Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e.      Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f.       Sistem integumen
g.      Sistem Reproduksi
h.     Sistem Perkemihan
d. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg
yang dipertajam selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk (post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai
fertikal) kemudian kembali kesemula
4.    Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh kekiri
lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan
abnormal akan terjadi nistagmus
5.     Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita

12
6.      Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7.      Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
2. Diagnosa Keperawatan                                                  
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
3. Risiko jatuh dengan faktor risiko gangguan keseimbangan N VIII

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi


( NOC ) ( NIC )
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan:  Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi,  Pain control, secara komprehensif termasuk
kimia, fisik,  Comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
psikologis), kerusakan Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan tindakan keperawatan presipitasi
DS: selama 3x24 jam Pasien 2. Observasi reaksi nonverbal
-    Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dari ketidaknyamanan
DO: dengan kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga
-    Posisi untuk  Mampu mengontrol untuk mencari dan
menahan nyeri nyeri (tahu menemukan dukungan
-    Tingkah laku penyebab nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang dapat
berhati-hati mampu mempengaruhi nyeri seperti
-    Gangguan tidur menggunakan suhu ruangan, pencahayaan
(mata sayu, tampak tehnik dan kebisingan
capek, sulit atau nonfarmakologi 5. Kurangi faktor presipitasi
gerakan kacau, untuk mengurangi nyeri
menyeringai) nyeri, mencari 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
-    Terfokus pada diri bantuan) untuk menentukan intervensi
sendiri  Melaporkan bahwa 7. Ajarkan tentang teknik non
-    Fokus menyempit nyeri berkurang farmakologi: napas dala,
(penurunan persepsi relaksasi, distraksi, kompres
13
waktu, kerusakan dengan hangat/ dingin
proses berpikir, menggunakan 8. Berikan analgetik untuk
penurunan interaksi manajemen nyeri mengurangi nyeri
dengan orang dan  Mampu mengenali 9. Tingkatkan istirahat
lingkungan) nyeri (skala, 10. Berikan informasi tentang
-    Tingkah laku intensitas, frekuensi nyeri seperti penyebab nyeri,
distraksi, contoh : dan tanda nyeri) berapa lama nyeri akan
jalan-jalan, menemui  Menyatakan rasa berkurang dan antisipasi
orang lain dan/atau nyaman setelah ketidaknyamanan dari
aktivitas, aktivitas nyeri berkurang prosedur
berulang-ulang)  Tanda vital dalam 11. Monitor vital sign sebelum
-    Respon autonom rentang normal dan sesudah pemberian
(seperti diaphoresis,  Tidak mengalami analgesik pertama kali
perubahan tekanan gangguan tidur
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
-    Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
-    Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
-    Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


14
Berhubungan dengan :   Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan
 Tirah Baring atau   Toleransi aktivitas klien dalam melakukan
imobilisasi   Konservasi eneergi aktivitas
  Kelemahan Setelah dilakukan 2. Kaji adanya faktor yang
menyeluruh tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
  Ketidakseimbangan selama 3x24 jam 3. Monitor nutrisi  dan sumber
antara suplei pasien bertoleransi energi yang adekuat
oksigen dengan terhadap aktivitas 4. Monitor pasien akan adanya
kebutuhan dengan kelelahan fisik dan emosi
 Gaya hidup yang Kriteria Hasil : secara berlebihan
dipertahankan.   Berpartisipasi 5. Monitor respon kardivaskuler 
DS: dalam aktivitas fisik terhadap aktivitas (takikardi,
  Melaporkan secara tanpa disertai disritmia, sesak nafas,
verbal adanya peningkatan tekanan diaporesis, pucat, perubahan
kelelahan atau darah, nadi dan RR hemodinamik)
kelemahan.   Mampu melakukan 6. Monitor pola tidur dan
  Adanya dyspneu aktivitas sehari hari lamanya tidur/istirahat pasien
atau (ADLs) secara 7. Kolaborasikan dengan Tenaga
ketidaknyamanan mandiri Rehabilitasi Medik dalam
saat beraktivitas.   Keseimbangan merencanakan progran terapi
DO : aktivitas dan yang tepat.
  Respon abnormal istirahat 8. Bantu klien untuk
dari tekanan darah mengidentifikasi aktivitas yang
atau nadi terhadap mampu dilakukan
aktifitas 9. Bantu untuk memilih aktivitas
  Perubahan ECG : konsisten yang sesuai dengan
aritmia, iskemia kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat

15
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
12. Bantu untuk  mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

Risiko jatuh dengan NOC: 1. Environmental Management:


faktor risiko a. Safeti status: Falls Safety: awasi dan gunakan
Fisiologis Occurrence lingkungan fisik untuk
 Sakit akut b. Falls meningkatkan keamanan
 Anemia prevention: 2. Falls Prevention:
 Arthritis knowledge personal a. Kaji penurunan kognitif dan
 Penurunan kekuatan safety fisik pasien yang mungkin
ekstremitas bawah c. Safety behaviour: dapat meningkatkan resiko
 Gangguan Falls prevention jatuh
keseimbangan Setelah dilakukan b. Kaji tingkat gait,
 Kesulitan gaya tindakan keperawatan keseimbangan dan kelelahan
berjalan selama 3x24 jam pasien dengan ambulasi
 Pusing saat diharapakan tidak jatuh c. Instruksikan pasien agar
mengekstensikan dengan kriteria hasil : memanggil asisten ketika
leher a. pasien mampu melakukan pergerakan
berdiri, duduk, 3. Teaching: disease proles
berjalan tanpa a. jelaskan pada pasien tanda dan
16
pusing gejala dari penyakit yang
b. Klien mampu diderita
menjelaskan jika b. Anjurkan pasien untuk bedrest
terjadi serangan dan pada fase akut
cara c. Jelaskan pada pasien tentang
mengantisipasinya terapi rehabilitatif pada pasien
vertigo

4. EVALUASI KEPERAWATAN

Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai , sehingga dapat mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat
perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan
diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan pasien dapat
diketahui. Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang menentukan
keperawatan selanjutnya yaitu:
1) Masalah pasien dapat dipecahkan
2) Sebagian masalah pasien dapat dipecahkan
3) Masalah pasien tidak dapat dipecahkan
4) Dapat muncul masalah baru

DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, Arif, dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, EGC : Jakarta


Muttaqin, Arif. (2013). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia,2010, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis
dan Terapi, Malang : Perdossi
Wilkinson, Judith M.2009.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2010). Keperawatan Medikal Bedah 2.Jakarta.
Lumban Tobing. S.M, 2013, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
17
Dewanto, George.(2009).Panduan Praktis Diagnosis &Tata Laksana Penyakit
Saraf.Jakarta:EGC

18

Anda mungkin juga menyukai