Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga

Koordinator : Lina Safarina, S.Kp., M.kep


Pembimbing : Dr. Budiman

Disusun Oleh:
Nama : Sinta Triwahyuni
NPM : 214120056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
A. KONSEP VERTIGO
1. Definisi
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa
berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi
lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness.
Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan
ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.
Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas disebabkan
oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness, disequilibrium
(perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri) (Newell,2010).
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar
merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa
keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada
sistim keseimbangan ( Labuguen, 2006).
2. Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa
kelompok :
a. Vertigo Paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang
sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi.
Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo
jenis ini dibedakan menjadi :
1) Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes,
Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/
odontogen.
2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah
: Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris,
Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de
L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi,
termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal
laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
b. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa
(Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut,
dibedakan menjadi:
1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika,
meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin
akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis,
sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,
sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat,
kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik,
Vertigo servikalis.
4) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian
berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :
a) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster
otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis
n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria
vestibulokoklearis.
b) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom
arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis,
vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi,
sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
1) Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2) Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem
somatosensorik dan visual.
3. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain
akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-
obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain.
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo
bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri
(Mardjono, 2008).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat
informasi tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga
tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo (Marril KA,2012):
a. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
b. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
c. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional
d. vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,
penyakit maniere,
e. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
f. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang
disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
g. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient
ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari
organ vestibuler sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan
sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks.
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan
vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi ( Turner, 2010):
a. Labirin, telinga dalam
1) vertigo posisional paroksisimal benigna
2) pasca trauma
3) penyakit menierre
4) labirinitis (viral, bakteri)
5) toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin,
gentamisin)
6) oklusi peredaran darah di labirin
7) fistula labirin
b. Saraf otak ke VIII
1) neuritis iskemik (misalnya pada DM)
2) infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes
zoster)
3) neuritis vestibular
4) neuroma akustikus
5) tumor lain di sudut serebelo-pontin
c. Telinga luar dan tengah
1) Otitis media
2) Tumor
d. Supratentorial
1) Trauma
2) Epilepsi
e. Insufisiensi vertebrobasiler
1) Obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan
vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya
pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid,
diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina
atau antineoplasitik yang mengandung platina.
Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian
juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan
netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain
yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain
sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan
minosiklin. Terapi berupa penghentian obat
bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat
supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru
menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat
penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson
dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat
dikacaukan dengan vertigo.

4. Menifestasi Klinis
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala
sehubungan dengan reak dan lembab yaitu :
a. Mual, muntah
b. Rasa kepala berat,
c. Nafsu makan turun,
d. Lelah,
e. Lidah pucat dengan selaput putih lengket,
f. Nadi lemah,
g. Puyeng (dizziness),
h. Nyeri kepala,
i. Penglihatan kabur,
j. Tinitus,
k. Mulut pahit,
l. Mata merah,
m. Mudah tersinggung,
n. Gelisah,
o. Lidah merah dengan selaput tipis.
5. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen
yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting
dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang
secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-
jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV
dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 %
disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat
integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,
visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika
fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia
saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
6. Komplikasi
a. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan
keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis),
sehingga pasien tidak mampu memperhatikan diri untuk tetap
berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan otot
Pasien dengan mengalami vertigo seringkali tidak
melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau
tiduran, sehingga terbaring yang terlalu lama dan gerak yang
terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan mata, Pemeriksaan alat
keseimbangan tubuh Pemeriksaan neurologic, Pemeriksaan
otologik, Pemeriksaan fisik umum.
b. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, Psikiatrik
c. Pemeriksaan tambahan : Laboratorium, Radiologik dan Imaging,
EEG, EMG, dan EKG.
8. Penatalaksanaan
a. Terapi kausal
b. Terapi simtomatik
c. Terapi rehabilitative

B. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya,
atau ibunya dan anaknya (Menurut UU nomor 52 tahun, 2009).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan
(Depkes RI, 2000)
Keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat,
hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu
diperhitungkan. (Friedman, 2010).
2. Tipe Keluarga
Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan
kesehatan yang berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai
dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe
keluarga.
1. Trasidisional
a. The Nuclear Family (keluarga inti)
Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua
atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari
sebab biologis maupun adopsi. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) The Dyad Family (keluarga tanpa anak)
Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam suatu rumah.
2) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
mengejar karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung
jawab dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga
yang menginginkan anak.
b. The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante, orang tua
(kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.
c. The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian,
atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
e. Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dan lain-
lain.
g. Blended Family (keluarga campuran)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
h. Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihan atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal
mati.
i. Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai
dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari
dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dari berbagai macam kerja
sama antara kerduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap
rumah tangga
2. Non Tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang
sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional yang
paling umum saat ini adalah:
a. The Unmaried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri
c. Commne Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi
anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga kumpul
kebo heterosexual).
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagai
‘marital partners’.
f. Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marrige family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu termasuk seksual, yang membesarkan anaknya.
h. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan berangbarang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertangguang jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga /
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
aslinya.
j. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
3. Tahapan Perkembangan Keluarga
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (Beginning
Family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu,
yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi
keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang
membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan
menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
pasangan masingmasing. Masing-masing belajar hidup bersama
serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan
sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu
yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang
diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2) Menetapkan tujuan bersama;
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok
sosial;
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child
Bearing Family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan
kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi
pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga
pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran
bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian
kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap
menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa
ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana
rumah yang menyenangan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (Families with
Preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung
pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan
ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua
menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh
dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami
istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun
di luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (Families with
Children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada
fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah,
masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri
demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda
dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk
mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang
tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan
pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun
di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
sebagai berikut :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,
pendidikan dan semangat belajar
2) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya
intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (Families with
Teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(Lounching Center Families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak
dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga empersiapkan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal.
Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat
anak dan merasa kosong karena anakanaknya sudah tidak tinggal
serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu
melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan,
dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (Middle Age Families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah,
maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan
dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain
adalah :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi
tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal.
Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak
dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan
yang harus dialami keluarga. Stresor tersebut adalah
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas
dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia
lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian (harmoko, 2012).
4. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Pengambil Keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di
sebabkan oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya
masalah, maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup
memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.
d. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang
penyakit, misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan
penyakit.
e. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
Dikarenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak tahuan tentang usaha
penyakit nyeri sendi.
f. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat
guna memelihara kesehatan di sebabkan keluarga tidak memahami
keuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan dari
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nadirawati. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung: Refika Aditama
William & Wilkins, 2008. Nursing: Menafsirkan tanda-tanda dan gejala penyakit, indeks
permata puri media, Jakarta
Zaenuri, Alwin.2013. Laporan Pendahuluan Vertigo Di Ruang Ugd Rumah Sakit Daerah
Kota Mataram. https://www.scribd.com/doc/174587033/Laporan-Pendahuluan-Vertigo.
(diakses pada tanggal 08 Desember 2020)

Anda mungkin juga menyukai