VERTIGO
Dibimbing oleh :
Disusun oleh :
Afifatussholikhah 0118004
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah yang berasal dari Bahasa latin
vertere yang berarti memutar. Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing,
sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar- putar (Pulungan,
2018). Vertigo merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi berputar yang
akan meningkat dengan perubahan posisi kepala (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang menjadi pucat (pallor) terutama di daerah
muka dan peluh dingin (cold sweat). Gejala ini selalu mendahului munculnya gejala
mual/muntah dan diduga akibat sistem saraf simpatik (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau
satu sindroma yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat,
peluh dingin, mual, muntah), dan pusing. Vertigo perlu dipahami karena merupakan
keluhan nomer 3 paling sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek
umum, bahkan pada orang tua sekitar 75 tahun, 50% datang ke dokter dengan keluhan
pusing (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan kelainan yang sering dijumpai pada lanjut
usia. Kelainan tersebut seringkali menyebabkan jatuh dan mengakibatkan berbagai
morbiditas seperti fraktur tulang panggul, cedera otak bahkan bisa fatal. Kecelakaan
adalah penyebab kematian keenam pada seorang berusia lebih dari 75 tahun akibat jatuh.
Hal ini bisa dimengerti oleh karena pada usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural
berupa degenerasi dan atrofi pada sistem vestibular, visual dan proprioseptif dengan
akibat gangguan fungsional pada ketiga sistem tersebut. Usia lanjut dengan gangguan
keseimbangan memiliki risiko jatuh 2-3 kali dibanding usia lanjut tanpa gangguan
keseimbangan. Tiap tahun berkisar antara 20-30% orang yang berusia lebih dari 65 tahun
sering lebih banyak berada di rumah saja karena masalah mudah jatuh (Laksmidewi et
al., 2016). Untuk bisa menangani dan mengevaluasi pasien berusia diatas 60 tahun
dengan gangguan keseimbangan, klinisi harus mengerti tentang fisiologi keseimbangan
dan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan (Laksmidewi et
al., 2016). Prevalensi vertigo di Jerman, usia 18 hingga 79 tahun adalah 30%, 24%
diasumsikan karena kelainan vestibular. Penelitian di Prancis menemukan prevalensi
vertigo 48%. Prevalensi vertigo di Indonesia pada tahun 2017 adalah 50% dari orang tua
berumur 75 tahun, pada tahun 2018 50% dari usia 40-50 tahun dan merupakan keluhan
nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek umum setelah
nyeri kepala dan stroke (Pulungan,2018). Berdasarkan data pasien di UPT Puskesmas
Dawan I Klungkung tahun 2018 dengan jumlah kasus sebanyak 53 kasus terdiri dari 25
orang penderita vertigo dengan berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang penderita vertigo
dengan berjenis kelamin perempuan. Sedangkan tahun 2019 kasus vertigo sebanyak 67
kasus terdiri dari 23 orang penderita vertigo berjenis kelamin laki-laki dan 44 orang
penderita vertigo berjenis kelamin perempuan (UPT Puskesmas Dawan I,2019).
Berdasarkan data pasien di UPT Puskesmas Dawan II Klungkung tahun 2019 dengan
jumlah kasus sebanyak 58 kasus terdiri dari 21 orang penderita vertigo dengan berjenis
kelamin laki-laki dan 37 orang penderita vertigo dengan berjenis kelamin perempuan
(UPT Puskesmas Dawan II, 2019). Meningkatnya kasus vertigo sebagai petunjuk bahwa
vertigo membutuhkan perhatian serius dalam penanganannya, hal ini karena pasien yang
mengalami vertigo akan menurunkan kualitas hidupnya akibat ketidaknyamanan yang
dialaminya. Diagnosa kebutuhan rasa nyaman yang dibutuhkan oleh pasien vertigo
merupakan kebutuhan dasar manusia yang semestinya dipenuhi (Gunawan, 2017).
Gangguan rasa nyaman merupakan perasaan kurang senang, lega, dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial (PPNI, 2016).
Peran pemerintah sangat penting dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat
melalui sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dengan
melaksanakan program pemerintah yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Pemerintah juga memberikan pengobatan gratis dengan pemanfaatan JKN/KIS meliputi
pemanfaatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas, dokter, dan
pemanfaatan di poliklinik rawat jalan rumah sakit dan pemanfaatan pada rawat inap
rumah sakit. Hal ini merupakan peran pemerintah dalam mengajak masyarakat
menerapkan pola hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Responden yang mengalami vertigo akan mengalami
berbagai macam tanda dan gejala, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan
tindakan komplementer berupa akupresur (Fransisca, 2013). Pemberian akupresur pada
titik meridian yang sesuai akan melepaskan endorphin yang akan meningkatkan
sirkulasi darah sehingga vertigo menurun dan rasa nyaman yang dirasakan oleh
responden (Fransisca, 2013). Akupresur dapat melancarkan energi vital di tubuh (Chi
atau Qi) untuk menstimulus aliran energi dimeridian sehingga akan mempengaruhi
kesehatan. Berdasarkan analisa rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)
total setelah dilakukan akupresur berbeda signifikan dengan sebelum dilakukan tindakan
akupresur hal ini disebabkan penekanan pada titik meridian akan melepaskan endorphin.
Endorphin adalah zat penghilang rasa sakit yang secara alami diproduksi dalam tubuh,
memicu respon menenangkan dan membangkitkan semangat dalam tubuh, memiliki efek
positif pada emosi, dapat menyebabkan relaks dan normalisasi fungsi tubuh dan sebagian
dari pelepasan endorphin akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sirkulasi
darah (Fransisca, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Krisnanda Aditya
Pradana (2013), hasil analisis frekuensi vertigo setelah dilakukan akupresur lebih
rendah dibandingkan sebelum dilakukan terapi akupresur. Frekuensi dan durasi
vertigo kurang dari 20 menit sesudah dilakukan akupresur mengalami penurunan
dibandingkan sebelum dilakukan akupresur. Sakit kepala sebagai gejala penyerta vertigo,
terjadi hampir setiap hari sebelum dilakukan akupresure, tetapi setelah dilakukan
akupresure sakit kepala mengalami penurunan terjadi setiap minggu (Fransisca, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Vertigo?
2. Bagaimanakah etiologi pada Vertigo?
3. Bagaimanakah patofisiologi pada Vertigo?
4. Bagaimanakah klasifikasi pada Vertigo?
5. Bagaiamanakah tanda dan Gejala pada Vertigo?
6. Bagaimanakah manifestasi klinis pada Vertigo?
7. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang pada Vertigo?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada Vertigo?
9. Bagaimanakah pathway dari Vertigo?
10. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien Vertigo?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Vertigo
2. Untuk mengetahui etiologi pada Vertigo
3. Untuk mengetahui patofisiologi pada Vertigo
4. Untuk mengetahui klasifikasi pada Vertigo
5. Untuk mengetahui tanda dan Gejala pada Vertigo
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Vertigo
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Vertigo
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Vertigo
9. Untuk mengetahui pathway dari Vertigo
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Vertigo
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Vertigo
Vertigo adalaha ilusi gerakan, yaitu pasien merasa ia sedang berputar di alam raya
(vertigo subjektif) ataua bahwa sekelilingnya berputar disekitar dirinya (vertigo objektif).
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani Vertere yang artinya memutar.
Pengertianvertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan
alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat). Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu
bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau
organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem tersebut
harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat
lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang
dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita
saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada
bolamata (Lumban Tobing, 2003). dingin,mual, muntah) dan pusing. Vertigo adalah
perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita sekitarnya atau sekitarnya
terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau bergerak naik turun
dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah, bekringat, dan kolaps.
Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-gejala penyakit
telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002)
Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang
serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif. 2008)
B. Etiologi Vertigo
Etiologi vertigo dapat dibagi menjadi (Kelompok studi vertigo PERDOSSI ,2012)
a. Otologi
Ini merupakan 24-61% kasus vertigo (paling sering), dapat disebabkan oleh
BPPV(benign paroxysmal positional Viertigo) penyakit Miniere,Parese N.VIII
(vestibulokoklearis),maupun otitis media.
b. Neurologis
Merupakan 23-61% kasus,berupa:
- Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum
- Ataksia karena neuropati
- Gangguan visus
- Gangguan serebelum
- Sklerosis multipel
- Vertigo servikal
c. Interna
Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan kardiovaskuler.
Penyebabnya bisa berupa tekanan darah yang naik atau turun, aritma kordis, penyakit
jantung koroner,infeksi,hipoglikemi, serta intoksikasi obat, misalnya:
nifedipin,benzodiazepine dan xanax.
d. Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50 % kasus vertigo.Biasanya pemeriksaan klinis dan laboratoris
menunjukan dalam batas normal. Penyebabnya bisa berupa depresi,fobia,anxietas,serta
psikosomatis
e. Fisiologis
Misalnya,vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada di tempat tinggi.
C. Patofisiologi Vertigo
Menurut Price,S.A (2007) Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen
yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini
adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampai kan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah
sistem optik dan pro prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Menurut Wilson (2007) Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor
visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.Menurut Wilson (2007)
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala
dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer
atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya
muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
D. Klasifikasi Vertigo
Vertigo dapat dibagi menjadi ( Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,2012)
a. Vertigo Vestibular
Timbul pada gangguan sistem vestibular,menimbulkan sensasi berputar timbulnya
episodic,diprovokasi oleh gerakan kepala dan bisa disertai rasa mual/muntah.
Berdasarkan letak lesinya dikenal ada 2 jenis vertigo vestibular(Kelompok Studi Vertigo
PERDOSSI,2012)
1) Vertigo vestibular perifer
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis.Vertigo vestibular perifer timbulnya
lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala,dengan rasa berputar yang berat,disertai
mual/muntah dan keringat dingin.Bila disertai gangguan pendengaran berupa tinnitus
atau ketulian dan tidak disertai gejala neurologis fokal seperti, hemiparesis,diplopia
perioral parastesia,penyakit paresisfasialis. Penyebabnya antara lain adalah begin
paroxysmal positional vertigo (BPPV),penyakit miniere ,neuritisvesti oklusia, labirin,
labirinitis.
2) Vertigo vestibular sentral
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis di batang otak atau thalamus sampai ke korteks
serebri.Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat ,tidak terpengaruh oleh gerakan
kepala.Rasa berputarnya ringan jarang disertai rasa mual/muntah,atau kalau ada
ringan saja.Tidak disertai gangguan gangguan pendengaran. Bisa disertai gejala
neurologis fokal seperti disebut. Penyebabnya antara lain migraine ,CVD,tumor,epylepsi
demielinisasi dan degenerasi.
b. Vertigo nonvestibular
Timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual menimbulkan sensasi
bukan berputar,melainkan rasa melayang,goyang berlangsung konstan /kontinu,tidak
disertai rasa mual/muntah,serangan diasanya dicetuskan oleh gerakan objek
disekitarnya,misalnya di tempat keramaian atau lalu lintas macet. Penyebab antara
polineuropati,meliopati artrosis servikalis trauma leher,presinkope,hipotensi,ortostatik,
hiperventilasi tension, headache hipoglikemi, penyakit sistemik.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.
I. Pathway Vertigo
BAB III
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Gangguan Aliran Darah Ke Otak (D.0077)
2. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan (D.0032)
3. Gannguan Pola Tidur b.d Otot leher kaku (D.0055)
4. Defisit Pengetahuan b.d Kurangnya informasi (D.0111)
5. Risiko Jatuh b.d Kekuatan otot menurun (D.0143)
C. Intervensi Keperawatan
E. Evaluasi