Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TETANUS NEUNATORUM (TN)

Dosen Pembimbing

Nuris Kushayati , S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun Mahasiswa:

Lailatul mudrika (0118022)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul
"nursing enterprenuer " atas dukungan moral dan materil yang di berikan dalam penyusunan
makalah ini, mak apenulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Nuris Kushayati ,
S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan, bimbingan, saran, dan
ide dalam menyelesaikan makalah matakuliah KEP GADAR 2. Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami sanga tmengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 05 april 2021

Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiolgi
E. Pathay tetanus neonatorum
F. Pemeiksaan Penunjang
G. Pencegahan
H. Penatalaksanaan

BAB III ASKEP


A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa
D. Intervensi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUATAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bayi neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini
sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi diluar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faal. Namun, banyak
masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan
penyesuaian biokimia dan faal. Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai
akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab
kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan
ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir. Contoh penyakit
yang sering didapatkan pada neonatus yaitu Tetanu neonatorum masih banyak
terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan kematian
bayi yang tinggi dengan angka kematian 80 %. Di Indonesia pada saat ini persalinan
yang ditolong di rumah sakit hanya 10 – 15 %, 10 % lagi ditolong oleh bidan swasta,
sedangkan sisanya 75 – 80 % masih ditolong oleh dukun.
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian.
Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah
usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun,
akan tetapi ancaman itu tetap ada sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga
terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi
pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah
spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau
perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. WHO menunjukkan, kematian
akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara
maju. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila
keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan penting
dalam menurunkan angka mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan
sangat tergantung pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga
perawatan yang ada.
Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality Rate atau CFR)
sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati 100 %, terutama
yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian kasus tetanus
neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 –
55 %. Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang
tenaga medis dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama dalam menghadapi
kasus tetanus neonatorum. Oleh karena itu penulis membuat makalah dengan judul
“Tetanus Neonatorum” untuk memberikan informasi kepada pembaca.

B. Tujuan
a. Mengetahui teori tentang pengertian Tetanus Neonaturum
b. Mengetahui etiologi, patofisiologi, gambaran klinis, patologi, pencegahan,
pelaksanaan, dan asuhan keperawatan

C. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan Tetanus Neonaturum
b. Apakah yang dapat menyebabkan terjadinya Tetanus Neonaturum

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan
tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan
menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh
dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-kejang

(WHO, 1989 )

Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Masih merupakan
masalah di indonesia dan di negara berkembang lain, meskipun beberapa tahun
terakhir kasusnya sudah jarang di indonesia. Angka kematian tetanus neonatorum
tinggi dan merupakan 45 – 75 % dari kematian seluruh penderita tetanus. Penyebab
kematian terutama akibat komplikasi antara lain radang paru dan sepsis, makin muda
umur bayi saat timbul gejala, makin tinggi pula angka kematian. (Maryunani, 2011)

B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob
dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen. Tetanus pada bayi ini
dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk
penyakit ini masa inkubasinya antara 5 – 14 hari (Hidayat, 2008)
Hasil Clostrodium tetani ini bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar
tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah
merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. Masa inkubasi
biasanya 5-14 hari, tergantung pada tempat terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan
toksisitas kuman Tetanus Neonatorum. (Surasmi, Asrining,2003)

C. Tanda dan Gejala


a. Kejang sampai pada otot pernafasan
b. Leher kaku
c. Dinding abdomen keras
d. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
e. Suhu tubuh dapat meningkat. (Deslidel, 2011)
D. Patofisiolgi
Kuman yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit berubah menjadi
bentuk vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang
anaerobit ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya
tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang
dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan
waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat
perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel.
Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron
keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan
gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.
( Aang, 2011)

Pengangkutan toksin melaui saraf motorik:

a. Sinaps ganglion sumsum tulang belakang.


Eksotoksin memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan dan
koordinasi impuls sehingga tonus otot meningkat dan menjadi kaku.
b. Otak.
Toksin yang menempel pada cerebral ganglionsides diduga menyebabkan
kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus.
c. Saraf autonom.
Terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan gejala keringat berlebihan,
hipertermia, hipotensi, hipertensi, aritmia, heart block atau takikardia.

Masa inkubasi 3 – 28 hari, dengan rata-rata 6 hari. Bila kurang dari 7 hari,
biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya tinggi.

Kategori Tetanus Neonatorum Sedang Tetanus Neonatorum Berat


Umur bayi > 7 hari 0 – 7 hari
Frekuensi Kadang-kadang Sering
kejang
Bentuk Mulut mencucu, Mulut mencucu,
kejang
Trismus kadang, Trismus terus-menerus,
Kejang rangsang (+) Kejang rangsang (+)
Posisi badan Opistotonus kadang-kadang Selalu opistotonus
Kesadaran Masih sadar Masih sadar
Tanda-tanda Tali pusat kotor, Tali pusat kotor,
infeksi
Lubang telinga kotor/bersih Lubang telinga kotor/bersih

E. PATHWAY TETANUS NEONATURUM

Terpapar kuman clostridium

Eksotoksin

Pengangkutan toksin melewati saraf motorik

Sumsum tulang belakang Otak Saraf otonom

Tonus otot Menempel pada Mengenai saraf

Cerebral Gangliosides Simpatis

Resiko
Menjadi kaku Kekakuan & kejang khas hipertermi

pada tetanus

Hilangnya keseimbangan tonus otot


Kekakuan otot

Sistem pencernaan system pernapasan

Gangguan Gangguan Kedidak Gangguan


liminasi efektifan
nutrisi Komunikasi
Jalan napas

F. Pemeiksaan Penunjang
a. pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b. pemeriksaan cairan otak biasanya normal
c. pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan unit
motorik secara terus-menerus . (Teddi, 2010)

G. Pencegahan
1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih alas, dan
bersih alat .
a. Bersih tangan
Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan dicuci dengan
sabun sampai bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci
tangan dilakukan selama 15 – 30 “ . Mencuci tangan secara benar dan
menggunakan sarung tangan pelindung merupakan kunci untuk menjaga
lingkungan bebas dari infeksi.
b. Bersih alas
Tempat atau alas yang dipakai untuk persalinan harus bersih, karena
clostrodium tetani bisa menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran.
c. Bersih alat
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi
ada 2, yang pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60’ dan yang
kedua menggunakan otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 ‘ jika dibungkus, dan
20 ‘ jika alat tidak dibungkus.
2. Imunisasi aktif
Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin pertusis dan
difteri ( vaksin DPT ). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5 – 10 tahun
sesudah suntikan “ booster “. Tetanus toksoid (TT) selanjunya diberikan 10 tahun
kecuali bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila
suntikan terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya atau bila belum pernah
vaksinasi. Pada luka yang sangat parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinasi
terakhir sudah lebih dari 1 tahun. Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan
TT pada semua wanita usia subur atau wanita hamil trimester III, selain
memberikan penyuluhan dan bimbingan pada dukun beranak agar memotong dan
merawat tali pusat bayi dengan cara semestinya. Dapat terjadi pembengkakan dan
rasa sakit pada tempat suntikan sesudah pemberian vaksin TT. (Maryunani, 2010)
3. Imunisasi pasif
Diberikan serum anti tetanus (ATS Profilaksis) pada penderita luka yang
beresiko terjadi infeksi tetanus, bersama – sama dengan TT. (Maryunani, 2010)

H. Penatalaksanaan dan Pengobatan Tetanus Neonatorum


Penatalaksanaan tetanus neonatorum adalah perawatan tali pusat dengan alat – alat
yang steril. (Deslidel, 2011)
Pengobatan tetanus ditujukan pada :
a. Netralisasi tosin yang masih ada di dalam darah sebelum kontak dengan siste
saraf, dengan serum antitetanus (ATS teraupetik)
b. Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk menghentikan produksi
toksin
c. Pemberian antibiotika penisilin atau tetrasiklin untuk membunuh kuman
penyebab
d. Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
e. Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
f. Mengurangi serangan dengan memberikan obat pelemas otot dan sesedikit
mungkin manipulasi pada penderita. (Maryunani , 2010)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum : Lemah, sulit menelan, kejang
Kepala : Posisi menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak
tertutup, sudut mulut keluar dan kebawah.
Mulut : Kekakuan mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan.
Dada : Simetris, kekakuan otot penyangga rongga dada, otot punggung.
Abdomen : Dinding perut seperti papan.
Kulit : Turgor kurang, pucat, kebiruan.
Ekstremitas : Flexi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi
dapat diangkat bagai sepotong kayu.
Pemeriksaan Persistem
Respirasi : Frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas
Kardiovaskuler : Frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung, pengisian
Kapiler sirkulasi, berkeringat, hiperpirexia.
Neurologi : Tingkat kesadaran, reflek pupil, kejang karena rangsangan.
Gastrointestinal : Bising usus, pola defekasi, distensi
Perkemihan : Produksi urine
Muskuloskeletal : Tonus otot, pergerakan, kekakuan.

B. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1. Ds: Besihan jalan nafas Terpapar kuman
- tidak efektif Clostridium
Do:
 Mekonium dijalan nafas
(pada neontus) Eksotoksin

Saraf otonom

Hipetermi
Besihan jalan nafas
tidak efektif
2. Ds: Defisit nutrisi Terpapar kuman
- Clostridium
Do:
 Berat badan menurun
Eksotoksin
minimal 10% dibaah
tentang ideal

Pengangkutan toksin
melewati saraf
motorik

Sumsum tulang
belakang

Tonus otot

Menjadi kaku

Hilangnya
keseimbangan
tonus otot kekuatan
otot

Sistem pencernaan

Gangguan nutrisi
3. Ds: Resiko hipertermi Terpapar kuman
Do: Clostridium
 Kejang
 Kulit terasa hangat
Saraf otonom

Mengenai saraf

Resiko hipertermi

C. DIAGNOSIS
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d diisfungsi neuromuskuler (D.0001)
2. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019)
3. Resiko hipertermi b.d bayi baru lahir (D 0140)
D. INTEVENSI

NO Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi


1. Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas Manajemen jalan nafas
efektif (D.0001) L.01001 I.01011
 Mengi menurun Observasi
 Heezing  Monitor pola
menurun nafas
 Mekonium  Monitor bunyi
(pada neunotus) nafas tambahan
menurun  Monitor sputum
Terapeutik
 Petahankan
kepatenan jalan
nafas dengan
headtill dan
chinlift
 Lakukan fisio
terapi dada jika
perlu
 Lakukan
penghisapan lendi
kurang 5 detik
Edukasi
 Anjukan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

2. Defisit nutrisi (D.0019) Status nutrisi L.03030 Manajmen nutrisi


 Kekuatan otot I.03119
menelan Observasi
meningkat  Identifikasi status
 Seum albumin utrisi
meningkat  Identifikasi alergi
makanan
 Monitor berat
badan
Terapeutik
-
Edukasi
-
Kolaboasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menuntukan
jumlah kalori dan
nutrien yang
dibutuhkan, bila
pelu

3. Resiko hipertermi b.d Resiko hipertermi Resiko hipertermi


bayi baru lahir (D 0140) (L.09090) Observasi (l.15506)
 Tegang menurun  Identifikasi
 Pola tidur penyebab
membaik hipertermi
 Monitor suhu
tubuh
Terapeutik
 Sediakan
ingungan yang
dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
kolaborasi
 Anjukan
pemberian cairan
dan elektrolik
melalui
intravena, jika
perlu

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Cl ostridium tetani,
sedangkan tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia 0-1 bulan). Penyebab tetanus adalah Clostridium tetani, yang  infeksinya biasa
terjadi melalui luka dari tali pusat. Dapat juga karena perawatan tali pusat yang
menggunakan obat tradisional seperti abu dankapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.
Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tetapi bisa berkurang atau lebih. Gejala klinis
infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada hari ke 3 sampai ke 10.
       Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah melakukanimunisasi dengan
tetanus toksoid (TT) pada wanita calon pengantin dan ibu hamil. Selain itu, tindakan
memotong dan merawat tali pusat harus secara steril. Pemberian asuhan keperawatan
pada bayi berisiko tinggi: tetanus neonatorum difokuskan pada upaya penanganan dari
tanda dan gejala penyakit yang diderita untuk tindakan pemulihan fisik klien. Penentuan
diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara
maksimal dan mendapatkan hasil yangdiharapkan. Pemberian asuhan keperawatan bayi
berisiko tinggi: tetanus neonatorum secara umum bertujuan untuk meminimalkan
terjadinya komplikasi yang bisa terjadi.Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan
keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis
lainnya yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

http://penyakittetanus.com/tag/tetanus-neonatorum (Sri Sudarti, 13 Januari 2012)


Deslidel, hajjah. 2011. Buku ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai