Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“Konsep Penyakit dan Askep Tetanus Neonatorum”

Dosen pengampu:

dr. Fitri Nur Furaida, M.Sc., SpA

Disusun Oleh
Kelompok 18

1. Radina Syaidina Aliyah : P07220221035


2. Salwa Nurma Julianti : P07220221040

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TINGKAT 2


POLTEKKES KEMENKES KALTIM
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa


karena atas rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Keperawatan Anak ini dengan seksama. Juga tidak lupa berterimakasih kepada
Bapa/Ibu dosen yang telah perkenankan kami agar dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam mempelajari “Konsep Penyakit dan Askep Tetanus Neonatorum”


ini kami mendapatkan pengalaman baru dalam mempelajari materi yang sebentar
lagi akan kita bahas. Dan besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai
baik bagi yang membacanya dan dapat di gunakan dengan sebaik-baiknya.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari pihak manapun. Akhir dari kata-kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat di dalam mengembangkan dunia pendidikan.

Samarinda, 02 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Tujuan Penulisan............................................................................................1

C. Ruang Lingkup...............................................................................................2

D. Sistematik Penulisan.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Tetanus Neonatorum.........................................................................3

B. Etiologi ..........................................................................................................3

C. Patofisiologi....................................................................................................6

D. Manifestasi Klinis...........................................................................................8

E. Komplikasi......................................................................................................9

F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................10

G. Pengobatan dan Penatalaksanaan Tetanus Neonatorum...............................11

H. Pencegahan...................................................................................................12

I. Asuhan Keperawatan pada Tetanus Neonatorum.........................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi
yang dapat disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.
Kematian tetanus sekitar 45 – 55 %, sedangkan pada tetanus neonatorum
sekitar 80%. Terdapat hubungan terbalik antara lamanya masa inkubasi
dengan beratnya penyakit. Resiko kematian sekitar 58 % pada masa
inkubasi 2 – 10 hari, dan 17 – 35 % pada masa inkubasi 11 – 22 hari. Bila
interval antara gejala pertama dengan timbulnya kejang cepat, prognosis
lebih buruk.
Berdasarkan hasil survey dilaksanakan oleh WHO di 15 negara di
Asia, Timur Tengah dan Afrika pada tahun 1978 –1982 menekankan
bahwa penyakit Tetanus Neonatorum banyak dijumpai daerah pedesaan
negara berkembang termasuk Indonesia yang memiliki angka Proporsi
kematian Neonatal akibat penyakit Tetanus Neonatorum mencapai 51 %.
Pada kasus Tetanus Neonatorum yang tidak dirawat, hampir dapat
dipastikan CFR akan mendekati 100%, terutama pada kasus yang
mempunyai masa inkubasi kurang dari 7 hari.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas serta melihat peran dan fungsi
perawat sangatlah penting dalam hal memperbaiki derajat kesehatan
khususnya masalah Tetanus Neonatorum pada anak. Dalam hal
pelaksanaan Asuhan Keperawatan meliputi aspek promotif (memberikan
penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (memberikan obat-obatan untuk mengobati
penyebab dasar), rehabilitatif (dokter, perawat dan peran serta keluarga
dalam perawatan pasien). Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis
tertarik memilih judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetanus
Neonatorum”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan Tetanus Neonatorum.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam makalah ini , mahasiswa mengetahui :
1) Definisi Tetanus Neonatorum
2)  Etiologi Tetanus Neonatorum
3) Patofisiologi Tetanus neonatorum
4) Manifestasi Tetanus neonatorum
5) Komplikasi Tetanus Neonatorum
6) Pemeriksaan Penunjang pada Tetanus Neonatorum
7) Penatalaksanaan dan pengobatan Tetanus Neonatorum
8)  Pencegahan Tetanus Neonatorum
C. Ruang Lingkup
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan
yang ada serta penyusun, maka dalam hal ini penyusun membatasi lingkup
bahasannya pada Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetanus
Neonatorum.
D. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan
metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus dengan tujuan
mendapatkan gambaran secara tepat tentang Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Tetanus Neonatorum untuk memperoleh data, penyusun
menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-buku
referensi yang terkait dengan Asuhan Keperawatan Anak dengan Tetanus
Neonatorum.
E. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 3
BAB,yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis yang meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi,
manifestasi klinik
BAB III : Penutup meliputi kesimpulan dan saran yang merupakan
penjelasan
tingkat tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan Tetanus
Neonatorum.
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan
tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan
menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh
tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-
kejang (WHO, 1989 )

Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Masih merupakan
masalah di indonesia dan di negara berkembang lain, meskipun beberapa tahun
terakhir kasusnya sudah jarang di indonesia. Angka kematian tetanus neonatorum
tinggi dan merupakan 45 – 75 % dari kematian seluruh penderita tetanus.
Penyebab kematian terutama akibat komplikasi antara lain radang paru dan sepsis,
makin muda umur bayi saat timbul gejala, makin tinggi pula angka kematian.
(Maryunani, 2011)
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob
dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen. Tetanus pada bayi ini
dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk
penyakit ini masa inkubasinya antara 5 – 14 hari (Hidayat, 2008)
C.  Patofisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit berubah
menjadi bentuk vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan
yang anaerobit ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan
turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam
kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf
yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya.
Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah
terkumpul dalam sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel
syaraf lower motorneuron keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah
inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan
kekakuan.
( Aang, 2011)
D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya meliputi :
a. Kejang sampai pada otot pernafasan
b. Leher kaku
c. Dinding abdomen keras
d. Mulut  mencucu seperti mulut ikan.
e.  Suhu tubuh dapat meningkat. (Deslidel, 2011)
E. Komplikasi
a. Bronkopneumonia
b. Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan
c. Sepsis neonatorum.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b.  pemeriksaan cairan otak biasanya normal
c. pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan
unit motorik secara terus-menerus . (Teddi, 2010)
G. Penatalaksanaan dan Pengobatan Tetanus Neonatorum
Penatalaksanaan tetanus neonatorum adalah perawatan tali pusat dengan
alat – alat yang steril. (Deslidel, 2011)
Pengobatan tetanus ditujukan pada :
a. Netralisasi tosin yang masih ada di dalam darah sebelum kontak dengan
sistem saraf, dengan serum antitetanus (ATS teraupetik)
b. Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk menghentikan
produksi toksin
c. Pemberian antibiotika penisilin atau tetrasiklin untuk membunuh kuman
penyebab
d. Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
e. Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
f. Mengurangi serangan dengan memberikan obat pelemas otot dan sesedikit
mungkin manipulasi pada penderita. (Maryunani , 2010)
H. Pencegahan
a. Imunisasi aktif
  

Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin


pertusis dan difteri ( vaksin DPT ). Kadar proteksi antibodi bertahan
selama 5 – 10 tahun sesudah suntikan “ booster “. Tetanus toksoid (TT)
selanjunya diberikan 10 tahun kecuali bila mengalami luka yang beresiko
terinfeksi, diberikan toksoid bila suntikan terakhir sudah lebih dari 5
tahun sebelumnya atau bila belum pernah vaksinasi. Pada luka yang
sangat parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinasi terakhir sudah
lebih dari 1 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan TT pada semua
wanita usia subur atau wanita hamil trimester III, selain memberikan
penyuluhan dan bimbingan pada dukun beranak agar memotong dan
merawat tali pusat bayi dengan cara semestinya. Dapat terjadi
pembengkakan dan rasa sakit pada tempat suntikan sesudah pemberian
vaksin TT. (Maryunani, 2010)
b. Imunisasi pasif
  

Diberikan serum anti tetanus (ATS Profilaksis) pada penderita luka


yang beresiko terjadi infeksi tetanus, bersama – sama dengan TT.
(Maryunani, 2010)
I. Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Tetanus Neonatorum
1. Pengkajian keperawatan
1) Pengkajian
2) Riwayat kehamilan prenatal. 
Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT
3) Riwayat natal ditanyakan. 
Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat
pemotong tali pusat, tempat persalinan.
4) Riwayat postnatal. 
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak
dapat menetek (incubation period). Berapa lama selang waktu
antara gejala tidak dapat menetek dengan gejala kejang yang
pertama (period of onset).
5) Riwayat imunisasi pada tetanus anak.
Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan
kapan terakhir
6) Riwayat psiko sosial.
a) Kebiasaan anak bermain di mana
b) Hygiene sanitasi
7) Pemeriksaan fisik.
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari
tetanus, bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari
berikutnya bayi sukar menetek, mulut “mecucu” seperti mulut ikan.
Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda
infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis.
Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan
kesukaran untuk membuka mulut (trismus).
Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat
kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata
agak menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot
punggung, otot pinggang, semua trunk muscle.
Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-
mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status
konvulsius.
Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah,
atau gigitan binatang
8) Tata laksana pasien tetanus
Umum
a. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Pemberian cairan
secara i.v., sekalian untuk memberikan obat-obatan secara
syringe pump (valium pump).
b. Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat
perlu tracheostomy.
c. Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sungkup.
d. Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian
valium/diazepam bolus i.v. 5 mg untuk neonatus, bolus i.v.
atau perectal 10 mg untuk anak-anak (maksimum 0.7 mg/kg
BB).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan
kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
b. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan sirkulasi (hipoksia
berat).
c. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam
rongga mulut (adanya spasme pada otot faring).
d. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga
tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
e. Gangguan komunikasi verbal b.d. sukar untuk membuka mulut
(kekakuan otot-otot masseter)
f. Risti gangguan pertukaran gas b.d. penurunan oksigen di otak.
g. Risti injuri b.d. kejang spontan yang terus-menerus (kurang suplai
oksigen karena adanya oedem laring).
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan
kebutuhan kalori yang tinggi, intake yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan
berat badan dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi dehidrasi
b. Tidak terjadi penurunan BB
c. Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb
Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi
Intervensi:
1. Catat intake dan output secara akurat.
2. Berikan makan minum personde tepat waktu.
3. Berikan perawatan kebersihan mulut.
4. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.
5. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan
protein tinggi dan sesuaikan dengan kebutuhan.
6. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.
7. Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan
ahli gizi.
b. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam
rongga mulut (adanya spasme pada otot faring)
Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi
secaramaksimal.
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi aspirasi
b. Bunyi napas terdengar bersih
c. Rongga mulut bebas dari sumbatan
Intervensi :
1. Berikan O2 nebulizer
2. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.
3. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi
batuk.
4. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.
5. Berikan perawatan kebersihan mulut.
6. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara
efektif dengan melihat waktu.
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu: Tetanus Neonatorum
merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya infeksi
melalui tali pusat yang tidak bersih.Penyakit ini disebabkan oleh karena
clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa
adanya oksigen dan pemotongan tali pusat yang tidak steril.
Tanda dan gejala meliputi , Kejang sampai pada otot pernafasan, Leher
kaku, Dinding abdomen keras, Mulut  mencucu seperti mulut ikan dan  Suhu
tubuh dapat meningkat. Komplikasi dari penyakit Tetanus Neonatorum seperti
Bronkopneumonia, Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan,
Sepsis neonatorum. Pemeriksaan penunjangnya adalah pemeriksaan laboratorium
didapati peninggian leukosit,  pemeriksaan cairan otak biasanya normal dan
pemeriksaan elektromiogram.
3.1    Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
a) Pada Perawat

Agar meningkatkan kualitas dalam meningkatkan pengetahuan Tentang


Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetanus Neonatorum dengan membaca
buku-buku dan mengikuti seminar.

b) Pada Mahasiswa

Mahasiswa tidak boleh mudah merasa puas dengan mendapatkan ilmu


pengetahuan dan wawasan dari hasil diskusi dan penjelasan dosen saja,
selain itu mahasiswa harus lebih aktif dalam menambah ilmu pengetahuan
dan wawasannya secara mandiri dan tidak hanya pada mata kuliah
Keperawatan Anak I saja tetapi mata kuliah lainnya, agar ilmu pengetahuan
dan wawasannya lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, hajjah. 2011. Buku ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu keperawatan Anak 1. Jakarta :


Salemba

Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

http://hasgurstika.blogspot.com/2011/01/askep-tetanus-neonatorum.html

Anda mungkin juga menyukai