Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS TETANUS DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD Dr. SOEROTO NGAWI

OLEH:
POPO SANDY ANSHORI
NIM 015.22.20.687

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


AKPER PEMKAB NGAWI
2022
2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat besar,

ditandai dengan prevalensi yang miningkat setiap pada tahunnya. Tetanus

disebabkan oleh gram positif bakteri Clostiridium Tetani yang ditemukan di tanah

hewan peliharaan seperti kuda dan ayam serta dijumpai pada tinja manusia

(Clarissa Tertia & Ayu Putri Ariaani, 2019). Penyakit ini dapat menyerang semua

golongan umur mulai bayi, anak, dewasa maupun orang tua. Clostiriduium Tetani

dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka tusukan, luka bakar, gigitan serangga

atau binatang yang dapat menyebabkan kejang otot dan kekakuan sendi. Masa

inkubasi dari tetanus sendiri umumnya sekitar 3 hari atau 24 hari,namun bisa lebih

(Sisy Rizikia Putri, 2020). Clostiriduium Tetani dapat menyebabkan seseorang

mengalami kontraksi otot yang tidak terkendalikan (lockjow) dan risus sardinikus.

Asuhan keperawatan dan edukasi perlu diberikan kepada masyarakat untuk

mencegah kematian serta meningktkan pengetahuan masyarakat agar tidak terjadi

keterlambatan penanganan dalam kasus tetanus

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2019, Indonesia

merupakan salah satu negara dari 13 negara yang belum berhasil menangani

tetanus maternal dan neoatal WHO memperkirakan bayi baru lahir meninggal

akibat tetanus berkisar 30.484. Pada negara berkembang, kasus kematian tetanus

sebagian besar terjadi pada neonatus. Diperkirakan tetanus sebanyak 64.121 iwa

sedangkan pada neonatus sebesar 248.000 kematian per tahun 2018. Menurut data
3

Riset Kesehatan Dasar diindonesia, jumlah kasus tetanus neonatorum

terbanyak tersebar di 3 provinsi Riau, Bantern sebanyak 38 kasus dan Kalimantan

Barat. Kejadian infeksi tetanus neonatorum diindonesia dari 25 kasus berdasarkan

factor resiko 16 kasus terjadi pada ibu hamil yang tidak dilakukan imunisasi.

Hasil data dari Dr. Soeroto Ngawi menyatakan pada tahun 2020 warga yang

terkena tetanus terdapat 20 kasus yang terjadi pada dewasa hingga orang tuaumur

40 – 50 tahun (Medikal Record RSUD Soeroto Ngawi, 2021)

Infeksi tetanus disebabkan oleh Clostiridium Tetani Bakteri ini bersplora,

dapat ditemukan dalam tanah, debu ,feses binatang maupun manusia, Bakteri ini

masuk kedalam tubuh melalui luka tusuk atau luka sayetan, tetapi dapat masuk ke

dalam tubuh lewat luka luka yang lain seperti luka garuk, luka bakar, gigitan

binatang maupun sengatan serangga dalam, bakteri tetanus akan berkembang biak

melepaskan tetanospasmin dan tetanosilin (racun yang menyerang kinerja sistem

syaraf). Tetanospasmin sendiri bersifat toksik terhadap sel saraf dan jika sampai

kesusunan saraf pusat dan terikat oleh sel saraf. Sedangkan tetanosilin berfungsi

sebagai untuk menghancurkan sel darah merah, tetapi tidak menimbulkan virus

tetanus dan hanya menambah kondisi lokal unyuk berkembang biaknya

bakteri(Rhinesmith & Fu, 2018). Toksin tetanus masuk dan menyebar ke system

saraf penghambatan pelepasan asetiolin, kondisi ini memicu spasma otot,spasma

otot akan mengakibatkan kekakuan otot maseseter susah menelan terjadi

penupukan secret dan mengakibatkan bersihan jalan nafas tidak efektif,

penumpukan secret obstrusi trachea brachial indikasi trakestomi juga akan

menimbulkan resiko terjadinya infeksi. Selain itu kekakuan otot yang

mengakibatkan kesusah menelan dapat muncul masalah keperawatan yaitu


4

gangguan pemenuhan nutrisi. Kemudian pada system pernafasan timbul gejala

kejang yang dapat mempengaruhi otot – otot kehilangan kodinasi yang akan

mempengaruhi gangguan ventilasi spontan. Penumpukan sekret juga dapat

mengakibat kekauan otot pada bagian ekstermitas mengakibatkan imobilisasi

yang dapat menggangu aktivitas klien sehingga mendapatkan masalah

keperawatan intoleransi aktivitas. Kekauan otot juga menimbulkan rasa nyeri akut

(Ezzati ,2020)

Ada beberapa upaya yang ditentukan oleh perawat, upaya terpenting yang

bisa dilakukan adalah upaya promotif dan preventif. Upaya promotifnya diberikan

melalui penyuluhan dan pendidikan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang tetanus. Upaya preventif untuk

mencegah penyakit tetanus dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi,

Imunisasi yang diberikan seperti DPT pada anak, TT pada wanita subur.

Pemberian ATS (Anti Tetanus Serum ) setelah adanya luka. Luka kotor dan

sebaiknya dibersihkan dengan benar dan dieri disenfeksi (Raymond Surya, 2018).

Upaya kuratif dapat dilakukan dengan pemberian asuhan keperawatan kepada

klien yaitu kolaborasi dengan dokter pemberian (penicilin prokain, metronidazol)

untuk mencegah bertambah buruknya infeksi bakteri tentanus dan perawat

melakukan tindakan ke pasien dirawat di ruang perawatan khusus terpisah dari

pasien lain, perawatan yang sunyi, cahaya, suara pelan, pembersihan luka.

Menjaga jalan nafas tetap paten dengan memberikan oksigen. Perawat dapat

memberikan diet tinggi kalori dan protein. Bila ada trismus, makan dan minum

dapat dilakukan dengan persode atau parentral. Upaya rehabilitas seperti

mobilisasi dapat dilakukan pada tahap pemulihan ROM (range of motion) aktif
5

maupun pasif dan dapat dilakukan juga dengan perawatan luka yang diduga

sebagai masuknya bakteri tetanus (Rizkia Putri & Sugiharto,2020)

1.2 Rumusan masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis

akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan

tetanus dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah

asuhan keperawatan pada Tetanus di Ruang Flamboyan RSUD dr.Soeroto

Ngawi?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujun umum

Mahasiswa dapat mengidentifikasi, menganalisis, mengaplikasikan, dan

mampu memberikan asuhan keperawatan pada tetanus diruang flamboyan

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengkaji klien dengan diagnosa tetanus di ruang Flamboyan RSUD

dr.Soeroto Ngawi

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa tetanus

di ruang Flamboyan RSUD dr. Soeroto Ngawi

3. Merencanakan asuhan keperawata pada klien dengan diahmose tetanus

di ruang Flamboyan RSUD dr.Soeroto Ngawi

4. Melaksanan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnose tetanus

diruang Flamboyan RSUD dr. Soeroto Ngawi


6

5. Mengevaluasi klien dengan diagnosa tetanus di ruang Flamboyan

RSUD dr .Soeroto Ngawi.

6. Mendokumentasi asuhan keperawatan tetanus diruang Flamboyan

RSUD dr. Soeroto Ngawi

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan memberi

manfaatt:

1. Bagi akademis

Hasil studi kasus ini, dapat memberikan ilmu pengetahuan khususnya

dalam hal asuhan keperawatan di Rumah Sakit.

2. Bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Hasil studi kasus ini,

dapat menjadi masuknya bagi pelayanan di Rumah Sakit agar dapat

melakukan asuhan keperawatan pada tetanus dengan baik.

3. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman dengan baik tentang asuhan keperawatan dan memberikan

asuhan keperawatan padaa tetanus dengan baik

4. Bagi peneliti kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi kesehatan dan membeikan

pemahaman baik tentang asuhan keperawatan yang lebih pada tetanus


7

BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan secara teoritas mengenai anatomi fisiologi,

konsep peyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa tetanus.

Konsep yang akan diuraikan definisi, anatomi fisiologi, etiologi, tanda dan gejala,

patofisiologi, pemeriksaan penunjung, diagnosa banding, penalataksanaan secara

medis, komplikasi, konsep dasar manusia dan cara penanganan secara medis.

Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada Tetanus

dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,

perencanan, implementasi, dan evaluasi

2.1 Konsep penyakit

2.1.1 Pengertian Tetanus

Penyakit tetanus ialah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh

clostridium tetani yang dapat mengalami kejang dan kekakuan otot diseluruh

badan (Hermayudi, 2017). Sedangkan menurut Alexander & Putri (2019)

tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan racun (toksin) bakteri

clostridium tetani, dengan gejala kejang otot secara proksimal, diikuti

kekakua seluruh badan (termasuk rahang), menyakitkan dapat mengakibatkan

kegagalan nafas bahkan kematian


8

2.1.2 Anatomi dan Fisologi Sistem Saraf Parifer

a. Anatomi Sistem Saraf Perifer

Gambar 2.1 : susunan Saraf Tepi sumber Keith L (2013)

Menurut Purwa Samatra (2013) Susunan saraf parifer/saraf tepi

merupakan penghubung susunan saraf pusat dengan reseptor sensorik dan

efektor motorik (otot dan kelenjer). Saraf tepi terdiri atas ribuan saraf yang

dikelempokan dalam ikatan – ikatan yang masing – masing kelompok

dibungkus oleh jaringan ikat. Setiap kelompok mempunyai fungsi yang

berbeda (sensorik dan motorik)


9

Serabut saraf parifer berhubungan dengan otak dan korda spinalis.Serabut

saraf parifer terdiri dari 12 pasang sarf kranial (keluar dari tempat yang

berbeda - beda dari dalam otak) dan 31 pasang saraf spinal (merupakan

persatuan kelompok serabut dari dua akar spinal). Akar dorsal membawa

serabut sensorik akal ventral, dan membawa serabut motorik (somatic dan oto

nom)

1. Saraf kranial

Terdapat 12 pasang saraf kranial yang berasal dari nuklei di permukan

inferior otak,sebagian saraf sensori, saraf notorik, dan saraf campuran.

Menurut Syamsir & Keith (2013) Fungsi Nervus Kranial dibagi menjadi

sebagai berikut

a. Nervus Olfaktorius (N.1)

Berfungsi untuk penghidu/penciuman dan sifatnya sensoris

b. Nervus optikus (N.2)

Berfungsi untuk menerima ransangan dari mata lalu

menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi visiual

(penglihatan)

c. Nervus Oculomotorius (N.3)

Saraf ini bersifat motorik, berfungsi sebagai penggerak kelompok

mata,ukuran pupil dan reaktivitas terhadap cahaya

d. Nervus troklearis (N.4)

Sifatnya motorik, kemampuan bola mata bergerak kebawah dan

laternal
10

e. Nervus trigeminus (N.5)

Berfungsi dalam proses menguyah (otot mastikasi). Saraf ini bersifat

majemuk yaitu gabunga dari saraf sensorik da motorik yang

mempunyai tiga cabang

1) Saraf optalmik membawa informasi dari kelompok mata, bola mata,

kalenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta

kepala

2) Saraf maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral

(gigi atas, gusi, dan bibir) dan palatum

3) Nervus mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir,

kulit, rahang dan area temporal

f. Nervus abdusen (N.6)

Sifatnya motorik, Fungsinya sebagai penggerak bola mata kearah

lateral

g. Nervus Fasialis (N.7)

Sifatnya sensoris dan motorik, fungsinya penggerak mimik wajah,

perasa, reflek kornea, penumpukan kelopak mata dan bibir

h. Nervus koklea vestibularis (N.8)

Sifatnya sensoris, terdiri dari atas saraf vestibular dan koklear. Fungsi

dari saraf vestibular yaitu mempertahankan postur dan keseimbangan

tubuh. Sedangkan saraf koklear berfungsi sebagai pengendalian

pendengaran
11

i. Nervus glosofaringeus (N.9)

Sifatnya sensoris dan motoris, fungsinya mengendalikan proses

menelan dan muntah, merasakan pada lidah

j. Nervus vagus (N.10)

Sifatnya sensoris dan motoris, fungsinya mengendalikan proses

menelan, bicara dan reflek muntah

k. Nervus assesorius (N.11)

Sifatnya motorik dan mensarafi otot sternokleidomastoid dan trepuz,

fungsinya mengendalikan gerakan bahu dan kepala

l. Nervus hipoglosus (N.12)

Sifatnya motorik dan mensarafi otot – otot lidah. Fungsinya sebagai

penggerak lidah, membantu proses artikulasi saat berbicara

2. Saraf kranial

Setiap saraf spinal adalah gabungan dari serabut motoric somatic,

sensori, dan otonom. Terdapat 31 pasang saraf spinal yang keluar dari

kanalis veterba melalui foramonia intervertebal yang dibentuk oleh

vertebra yang berdekatan. Pengelompokan namanya sama seperti nama

vertebra yang berhubungan dengan saraf ini yaitu 8 pasang saraf vertikal,

12 pasang saraf torakal, 5 pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sacral dan 1

pasang saraf koksigeal. Saraf spinal daerah sevikal mengurus leher,

lenganm dan bahu. Saraf spinal torakal mengurus badan, lumbal mengurus

tungkai, sarkoksigeal mengurus alat kelamin, pelvi, dan sekitar paha

Anda mungkin juga menyukai