Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“TETANUS”

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. Safitri yanti
2. Silviana novika sari
3. Tia nailal izzah
4. Siti sulistriana
5. Ugik prastiyo
6. Viona reza abdilah
7. Witantri diah pramesti

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang apa itu tetanus dan bagaimana bisa terinfeksi
dan cara pengobatanya maupun pencegahaanya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini bisa teratasi. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini.Semoga bantuanya mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua
terutama bagi teman-teman yang ingin meneruskan karya tulis ini sehingga menjadi lebih
baik.

Wonosobo, 20 Juni 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I.PENDALUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................2
BAB II.PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................3
B. Manifestasi klinik....................................................................3
C. Diagnosis................................................................................5
D. Pengobatan..............................................................................6
E. Pencegahan..............................................................................7
BAB III.PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................8
B. Saran......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena
mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Bagaimana gejala dan apa
penyebabnya? Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang
kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal
tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak
bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.
Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang
sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu
antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga
dapat mencegah infeksi tersebut.
Apa yang menyebabkan infeksi tetanus? Infeksi tetanus disebabkan oleh
bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang
disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di
sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang,
sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf
yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Entah karena
terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan
obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri
tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil
apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus.
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang
mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua
minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit
berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka
penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6

4
minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari
imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan
walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk
wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga
kebersihannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Tetanus, dan manifestasi Kliniknya.
2. Bagaimana cara diagnosa dan penatalaksanaan atau pengobatan Tetanus dan
bagaimana pencegahannya

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang
dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Disebut juga lockjaw karena terjadi
kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara
berkembang.
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh
Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh
melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan
pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan
menghasilkan eksotoksin antara lain tetanospasmin yang secara umum
menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris.
Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka
kematian dari penyakit tetanus masih cukup tinggi. Oleh karena itu tetanus masih
merupakan masalah kesehatan. Akhir–akhir ini dengan adanya penyebarluasan
program imunisasi di seluruh dunia, maka angka kesakitan dan angka kematian
telah menurun secara drastis.
B. Manifestasi Klinik
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat
hanya 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa
inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi
Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan
permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin
panjang.
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
Tetanus umum:

6
Bentuk ini merupakan gambaran tetanus yang paling sering dijumpai.
Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti luka
bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus
dekubitus dan suntikan hipodermis.Biasanya tetanus timbul secara mendadak
berupa kekakuan otot baik bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot.
Kekakuan otot terutama pada rahang (trismus) dan leher (kuduk kaku). Lima
puluh persen penderita tetanus umum akan menuunjukkan trismus. Dalam 24–48
jam dari kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke ekstremitas. Kekakuan
otot rahang terutama masseter menyebabkan mulut sukar dibuka, sehingga
penyakit ini juga disebut 'Lock Jaw'. Selain kekakuan otot masseter, pada muka
juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis
kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik ke atas, sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi), akibat kekakuan otot–
otot leher bagian belakang menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan
tubuh sehingga memberikan gejala kuduk kaku sampai opisthotonus.
Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik baik
secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal (rabaan, sinar dan
bunyi). Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal
kuat dan kaki dalam posisi ekstensi. Kesadaran penderita tetap baik walaupun
nyeri yang hebat serta ketakutan yang menonjol sehingga penderita nampak
gelisah dan mudah terangsang. Spasme otot–otot laring dan otot pernapasan dapat
menyebabkan gangguan menelan, asfiksia dan sianosis. Retensi urine sering
terjadi karena spasme sphincter kandung kemih.
Kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi dapat disertai
panas yang tinggi sehingga harus hati–hati terhadap komplikasi atau toksin
menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu. Pada kasus yang berat
mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa takikardi, hipertensi yang labil,
berkeringat banyak, panas yang tinggi dan ariunia jantung.
Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas:
1) Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun
dirangsang.

7
2) Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila
dirangsang.
3) Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang
spontan.
Tetanus lokal
Bentuk ini sebenarnya banyak akan tetapi kurang dipertimbangkan karena
gambaran klinis tidak khas. Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot–otot
pada bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan
dengan angka kematian 1%, kadang–kadang bentuk ini dapat berkembang
menjadi tetanus umum.
Bentuk cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka
mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan
jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III,
IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri–sendiri maupun kombinasi dan
menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan–bulan. Tetanus cephalic dapat
berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosa bentuk tetanus
cephalic jelek.

C. Diagnosis
Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan :
- Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi
- Gejala klinis; dan
- Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi.
Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnosis. Pada
pemeriksaan darah rutin tidak ditemukan nilai–nilai yang spesifik; lekosit dapat
normal atau dapat meningkat. Pemeriksaan mikrobiologi, bahan diambil dari luka
berupa pus atau jaringan nekrotis kemudian dibiakkan pada kultur agar darah atau
kaldu daging.
Tetapi pemeriksaan mikrobiologi hanya pada 30% kasus ditemukan
Clostridium Tetani. Pemeriksaan cairan serebrospinalis dalam batas normal,
walaupun kadang–kadang didapatkan tekanan meningkat akibat kontraksi otot.

8
Pemeriksaan elektroensefalogram adalah normal dan pada pemeriksaan
elektromiografi hasilnya tidak spesifik.

D. Pengobatan / Penatalaksanaan
1) Pengobatan Umum:
· Isolasi penderita untuk menghindari rangsangan. Ruangan perawatan harus
tenang.
· Perawatan luka dengan Rivanol, Betadin, H202.
· Bila perlu diberikan oksigen dan kadang–kadang diperlukan tindakan
trakeostomi untuk menghindari obstruksi jalan napas.
· Jika banyak sekresi pada mulut akibat kejang atau penumpukan saliva maka
dibersihkan dengan pengisap lendir.
· Makanan dan minuman melalui sonde lambung. Bahan makanan yang mudah
dicerna dan cukup mengandung protein dan kalori.
2) Pengobatan Khusus:
a) Anti Tetanus toksin
Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk:
· Toksin bebas dalam darah;
· Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf.

b) Antikonvulsan dan sedatif


Obat–obat ini digunakan untuk merelaksasi otot dan mengurangi kepekaan
jaringan saraf terhadap rangsangan. Obat yang ideal dalam penanganan tetanus
ialah obat yang dapat mengontrol kejang dan menurunkan spastisitas tanpa
mengganggu pernapasan, gerakan–gerakan volunter atau kesadaran.
Obat–obat yang lazim digunakan ialah:
Diazepam
Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 0,5
mg/kg.bb/kali i.v. perlahan–lahan dengan dosis optimum 10 mg/kali diulangi
setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral–(sonde
lambung) dengan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali sehari diberikan 6 kali.
Fenobarbital

9
Dosis awal: 1 tahun 50 mg intramuskuler; 1 tahun 75 mg intramuskuler.
Dilanjutkan dengan dosis oral 5–9 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 3 dosis.
Largactil
Dosis yang dianjurkan 4 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 6 dosis.
c) Antibiotik.
· Penisilin Prokain
Digunakan untuk membasmi bentuk vegetatif Clostridium Tetani. Dosis:
50.000 u/kg.bb/hari i.m selama 10 hari atau 3 hari setelah panas turun. Dosis
optimal 600.000 u/hari.
· Tetrasiklin dan Eritromisin
Diberikan terutama bila penderita alergi terhadap penisilin. Tetrasiklin : 30–50
mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis. Eritromisin : 50 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis,
selama 10 hari.
d) Oksigen: Bila terjadi asfiksia dan sianosis.
e) Trakeostomi
Dilakukan pada penderita tetanus jika terjadi:
- Spasme berkepanjangan dari otot respirasi
- Tidak ada kesanggupan batuk atau menelan
- Obstruksi larings; dan
- Koma.
f) Hiperbarik
Diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atmosfer.

E. Pencegahan
1) Perawatan luka
Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora etanus.
2) hnunisasi pasif
Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 2 bentuk, yaitu:
3) Imunisasi aktif
Di Indonesia dengan adanya program Pengembangan Imunisasi (PPI)
selain menurunkan angka kesakitan juga mengurangi angka kematian tetanus.
Imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT; DT dan TT.

10
DPT : diberikan untuk imunisasi dasar
DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun; diberikan pada anak dengan
riwayat demam dan kejang
TT: diberikan pada: – ibu hamil
anak usia 13 tahun keatas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
· Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang
dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Disebut juga lockjaw karena terjadi
kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara
berkembang.
· Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat hanya
1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi
makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi
Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan
permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin
panjang.
· Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
· Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan :
- Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi
- Gejala klinis; dan
- Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi.
· Pengobatan / Penatalaksanaan

11
Pengobatan Umum, Isolasi penderita untuk menghindari rangsangan.
Ruangan perawatan harus tenang. Dan Pengobatan Khusus: Anti Tetanus toksin
dan Antikonvulsan dan sedatif
· Pencegahan dengan Perawatan luka, hnunisasi pasif, Imunisasi aktif

12
B. Saran
Saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan dari
semua pihak khususnya rekan-rekan mahasiswa dan dosen mata kuliah ini. Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan masukan untuk penulisan makalah-makalah
berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Mulia, Sylvia Y. 2009. Bakteri Aneoreb yang Erat Kaitanya dengan Problem di
Klinik: Diagnosa dan Penatalaksanaanya. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai