“TETANUS”
Lapkas ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mengikuti
Kepaniteraan Klinis Senior Ilmu Kesehatan Saraf RSU Haji Medan
OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Luhu Avianto Tapiheru, Sp.S
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang puji
syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, serta
shalawat dan salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman yang penuh dengan
kejahilan yang berisi berbagai kecanggihan teknologi serta ilmu pengetahuan
dalam proses pembuat makalah ini kami tidak terlepas dari hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing yaitu dr. Luhu A Tapiheru, Sp.S yang mana telah memberikan
masukan serta bimbingan kami dalam bantuan makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena itu kami mengharapkan kritik saran dan tanggapan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini member manfaat khususnya bagi kami dan
semua pihak. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1. Anatomi Otak........................................................................................3
2.2. Definisi..................................................................................................5
2.3. Epidemiologi.........................................................................................6
2.4. Etiologi..................................................................................................6
2.5. Faktor Resiko........................................................................................6
2.6. Patofisiologi...........................................................................................7
2.7. Manifestasi Klinis..................................................................................9
2.8. Diagnosis.............................................................................................10
2.9. Penatalaksanaan...................................................................................12
2.10. Komplikasi..........................................................................................14
2.11. Prognosis..............................................................................................15
BAB III LAPORAN KASUS..........................................................................16
3.1. Anamnesis...........................................................................................16
3.2. Pemeriksaan Fisik................................................................................17
3.3. Status Neurologi..................................................................................18
3.4. Hasil CT-Scan.....................................................................................27
3.5. Kesimpulan Pemeriksaan....................................................................28
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................30
4.1. Kesimpulan..........................................................................................30
4.2. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada laporan kasus ini, akan dibahas sebuah kasus trismus et causa tetanus
+ abses yang dialami oleh seorang pasien di Rumah Sakit umum Haji Medan.
Berbagai aspek seperti, definisi, faktor risiko, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosa, talaksana dan prognosis akan dibahas pada laporan kasus ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh C. tetani ditandai dengan kekakuan otot dan spasme yang
periodik dan berat.1, 2, 6 Tetanus dapat didefinisikan sebagai keadaan hipertonia
akut atau kontraksi otot yang mengakibatkan nyeri (biasanya pada rahang bawah
dan leher) dan spasme otot menyeluruh tanpa penyebab lain, serta terdapat
riwayat luka ataupun kecelakaan sebelumnya.4
2.3. Etiologi
C. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang.2, 6 Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora,
memberikan gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Spora ini
bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. C. tetani merupakan bakteri yang
motil karena memiliki flagella, dimana menurut antigen flagellanya, dibagi menjadi
11 strain dan memproduksi neurotoksin yang sama.
Spora yang diproduksi oleh bakteri ini tahan terhadap banyak agen
desinfektan baik agen fisik maupun agen kimia. Spora C. tetani dapat bertahan dari
air mendidih selama beberapa menit (meski hancur dengan autoclave pada suhu
121° C selama 15-20 menit). Jika bakteri ini menginfeksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh penderita tersebut,
lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.2
2.7. Penatalaksanaan
Penanganan penderita infark serebri bergantung pada tahap
perkembangannya. Dalam hal ini diperlukan klasifikasi yang tepat, apakah itu
suatu TIA, Refersible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) atau stroke komplit.
Sampai saat ini belum ada terapi yang efektif, namun demikian upaya-upaya
dibawah ini dapat dipertimbangkan.9
1. Tahap Akut
a. Hemodilusi
Asupan Darah Otak (ADO) berhubungan erat dengan viskositas
darah, dan berhubungan secara terbalik dengan hematokrit: makin tinggi
hematokrit makin rendah ADO-nya. Stagnansi darah di mikrosirkulasi di
jaringan iskemik memberi sumbangan kejadian-kejadian berurutan yang
mempercepat proses infark karena terkumpulnya berbagai macam
metabolisme yang toksik. Meningkatnya sirkulasi untuk membawa atau
membuang metabolit tadi merupakan tujuan utama terapi. Hemodilusi
merupakan salah satu upaya untuk menurunkan viskositas plasma dengan
mengeluarkan eritrosit, membebaskan aliran darah melalui kapilar yang
terganggu di daerah iskemik. Salah satu cara adalah melakukan vena
seksi dan dalam waktu yang bersamaan diberikan bahan
plasma/expanding untuk mencegah terjadinya hipovolemia. Bahan yang
sering dipake adalah dekstran dengan berat molekul rendah. Terapi ini
bersifat selektif.
b. Antikoagulan
Pemberian antikoagulan masih bersifat kontroversial, baik dalam
hal manfaat maupun resikonya. Dorongan untuk memberi anti koagulan
terutama untuk “menghentikan” proses patologik pada kasus stroke-in-
evolution atau progressing stroke.
c. Kontrol terhadap edema otak
Edema pada infark otak, terutama jika terjadi oklusi arteri serebri
media, sulit untuk dikontrol. Kortikosteroid bermanfaat untuk edema
interstisial, hal ini terdapat pada neoplasma. Cairan hyperosmolar
misalnya gliserol, manitol, urea, kurang efektif untuk infark iskemik. Hal
ini disebabkan oleh dua alasan yaitu pemberian cairan hiperosmolar ke
daerah infark terganggu oleh tersumbatnya alirah darah di daerah infark,
dan edema pada infark iskemik merupakan kombinasi antara edema
vasogenik dan sitotoksik.
d. Antagonis Kalsium
Nimodipin merupakan salah satu jenis antagonis kalsium yang
diharapkan dapat mencegah membanjirnya kalsium dalam sel. Pada
awalnya, nimodipin diberikan secara co-infus dengan bantuan syringe-
pump, dengan dosis 2-2,5 ml/jam bergantung pada tekanan darah
penderita selama 5 hari. Dosis tinggi dapat menurunkan tekanan darah
yang tentunya akan menyebabkan bertambah beratnya gejala neurologic.
Nimodipine akan memberikan hasi yang baik jika diberikan secara dini,
kurang dari 6 jam pasca awitan. Nimodipine dapat diteruskan secara
peroral dengan dosis 120-180 mg/hari.
e. Pentosifilin
Pentosifilin, suatu obat hemoriologik yang menurunkan viskositas
darah, meningkatnya aliran darah dan meningkatnya oksigenasi jaringan
pada penderita dengan penyakit vascular. Pentosifilin dapat diberikan
dalam tahap akut, 6-12 jam pasca awitan, dalam bentuk infus dan bukan
dalam bentuk bolus intravena. Diberikan dengan dosis 15 mg/kg BB/hari,
selama seminggu.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infark serebri diantaranya ialah:11
1. Pembengkakan Otak
Kematian pasien dalam waktu 48 jam setelah keadan hipoksia iskemik
akan memperlihatkan gambaran pembengkakan otak yang ditandai dengan
mendatarnya fissura dan sulkus korteks serebri, pembengkakan akan
mencapai puncaknya setelah 2-3 hari, dapat mengakibatkan pergeseran otak
dan herniasi tentorial. Pembengkakan otak terjadi karena peningkatan volume
darah intravaskuler dalam otak.
2. Edema Serebri
Edema serebri adalah bertambahnya cairan didalam jaringan otak.
Macam-macam edema yaitu vasogenik, sitotoksik, hidrostatik, interstitial,
hipoosmotik.
3. Infark Hemoragik
Segera setelah terjadi obstruksi dari arteri, aliran darah melalui arteriol
dan kapiler terhenti, jaringan sekitar kapiler tidak mendapatkan oksigen,
terkumpul hasil katabolisme dan terjadi kerusakan sel saraf, oligodendroglia,
astrosit, mikroglia dan dinding kapiler, terjadi pembukaan pembuluh darah
anastomosis disekitar daerah iskemik, apabila tekanan darah arteri sekitar
daerah iskemik tidak rendah, darah akan mengalir melalui pembuluh darah
anastomosis, sehingga terdapat aliran darah kembali ke jaringan pembuluh
darah kapiler. Pembuluh kapiler ini tidak selalu normal (pada beberapa
pembuluh kapiler dindingnya dapat dilalui plasma dan benda-benda darah),
akibatnya terjadi bendungan, pembengkakan jaringan karena keluarnya
plasma dan juga terjadi perdarahan kecil karena diapedesis sel darah merah,
keadaan
ini disebut Infark merah atau Infark berdarah (hemoragik). Sepuluh hari
kemudian darah Infark di massa kelabu (pada daerah yang diperdarahi arteri
tersumbat) tampak pucat, menandakan darah tak menembus sirkulasi
anastomosis. Infark berdarah pada massa kelabu dapat terjadi secara langsung
karena sejumlah darah masuk ke seluruh/sebagian daerah yang mengalami
Infark, hal ini terjadi karena disintegrasi embolus. Vaskularisasi daerah massa
putih memiliki anastomosis yang lebih sedikit dibandingkan pada daerah
massa kelabu dan pembuluh darahnya merupakan arteri akhir (end artery).
Sehingga hanya sedikit darah yang mengalir kembali ketika sirkulasi
anastomosis terjadi, pada massa kelabu banyak terdapat sirkulasi
anastomosis.2
2.9. Prognosis
Pulihnya fungsi neural dapat terjadi 2 minggu pasca-infark dan pada akhir
minggu ke 8 akan dicapai pemulihan maksimum. Kematian meliputi 20% dalam
satu bulan pertama. Kemungkinan untuk hidup jelas lebih baik pada kasus infark
serebri daripada perdarahan. Tetapi kecacatan akan lebih berat pada infark serebri
karena perdarahan akan mengalami resolusi dan meninggalkan jaringan otak
dalam keadaan utuh. Sementara itu infark merusak neuron-neuron yang terkena.12
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Anamnesis
3.1.1. Identitas Pribadi
Nama : Relis Sinaga
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 51 tahun
Suku Bangsa :-
Agama : Islam
Alamat : Pasar IX dusun V desa tembung, deli
serdang peraut sei-tuan sumatera utara
Status : Kawin
Pekerjaan : karyawan swasta
Tanggal masuk : 03-04-2021
Tanggal Keluar :
3.1.2. Anamnes
Keluhan Utama : Mulut sulit dibuka
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan
keluhan mulut terkunci dan sulit dibuka sejak 4 hari yang lalu. Os juga
mengatakan 2 minggu yang lalu mengatakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka robek ditelapak kaki kanan dan tidak diberikan anti
tetanus. Mual (-), Muntah (-), demam (-)
3.2.5. Genitalia
Toucher : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3.3.2 Kranium
Bentuk : Normocepali
Fontanella : Tertutup, keras
Palpasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Perkusi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Auskultasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Transiluminasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Nervus II (Opticus)
Oculi Dextra Okuli Sinistra
Visus : Normal Normal
Lapangan pandang
Normal : Normal Normal
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Skotoma : - -
Refleks : - -
Ancam Fundus : TDP TDP
Okuli
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaefer : - -
Hoffman- tromner : - -
Klonus lutut : - -
Klonus kaki : - -
Refleks primitif : TDP TDP
3.3.9. Koordinasi
Lenggang : TDP
Bicara :+
Menulis : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Percobaan apraksia : Dex (+), Sin (-)
Mimik : Dex (+), Sin (+)
Tes telunnjuk-telunjuk : Dex (+), Sin (-)
Tes telunjuk- hidung : Dex (+), Sin (-)
Diadokinesia : Dex (+), Sin (-)
Test tumit – lutut : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Test Romberg : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3.3.10. Vegetatif
Vasomotorik : Normal (+)
Sudomotorik : Normal (+)
Piloerektor : Normal (+)
Miksi : Normal (+)
Defekasi : Normal (+)
Potensi dan Libido : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3.3.11. Vertebra
Bentuk
Normal :+
Scoliosis :-
Hiperlordosis :-
Pergerakkan
Leher : Normal (+)
Pinggang : Normal (+)
Orientasi
Diri : Dalam Batas Normal
Tempat : Dalam Batas Normal
Waktu : Dalam Batas Normal
Situasi : Dalam Batas Normal
Intelegensia : Dalam Batas Normal
Daya pertimbangan : Dalam Batas Normal
Reaksi emosi : Dalam Batas Normal
Afasia
Ekspresif :-
Represif :-
Apraksia :-
Agnosa
Agnosia visual :-
Agnosia jari-jari :-
Akalkulia :-
Disorientasi Kanan-kiri :-
3.4. Hasil CT-Scan
3.5. Kesimpulan Pemeriksaan
3.5.1. Anamnese
Keluhan Utama : lemas
Gejala ekstrapiramidal
Tremor :-
Rigiditas :-
Bradikinesia :-
Refeleks fisiologis : Dalam Batas Normal
Refleks patologis : Tidak dijumpai
55555 00000
Kekuatan Otot : ESD : ESS :
55555 00000
55555 44444
EID : EIS :
55555 44444
3.5.3. Diagnosa
Diagnosa Fungsional : Gangguan keseimbangan Senyum
asimetris Gangguan gerak
ekstremitas
Diagnosa Etiologik : Trombus
Diagnosa Anatomik : Hematoma hemisfer dextra
Diagnosa Kerja : Infark Cerebri
Penatalaksanaan : - IVFD RL 20gtt/i
- Inj Ranitidine 25 mg/ 2ml / 1 amp /
12 jam
- Inj Citicoline 250 mg / 12 jam
- Antasida syr 3x1
- Amlodipin
- Neurodex 2x1
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Infark serebri adalah kematian neuron-neuron, sel glia dan sistem
pembuluh darah yang disebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi. Dan
penyebabnya harus segera ditegakkan dalam beberapa jam pasca awitan agar
terapi yang tepat dapat segera diberikan. Penanganan penderita infark otak
bergantung pada tahap perkembangannya. Dalam hal ini diperlukan klasifikasi
yang tepat, apakah itu suatu TIA, Refersible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
atau complete stroke.
DAFTAR PUSTAKA