Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DIAGNOSA TETANUSPADA Tn. D


UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH KMB III
Dosen Pengampu: Ibu Kristina Pae, S.Kep ., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Vincentia Budi Ismoyowati (9103022024)


2. Mariani Putri Uduk (9103022040)
3. Putri Indi Bella N (9103022054)

Fakultas Keperawatan Universitas


Katolik Widya Mandala Surabaya
Tahun Ajaran 2024/2025
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami hadiratkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TETANUS”.
Meskipun kami mendapatkan hambatan dan kesulitan dalam proses pengerjaan makalah ini,
Puji Syukur kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang
setia membimbing kami dalam penulisan makalah ini. Kami tak lupa juga berterima kasih
kepada seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya yang telah berkontribusi dalam pengerjaan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak secara langsung.
Sebagaimana mestinya sebagai penulis, tentunya kami ingin memberikan hal-hal
kepada masyarakat terhadap isi daripada makalah ini. Sehingga kami berharap dengan adanya
makalah ini masyarakat akan lebih waspada terhadap segala penyakit yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat menghindari penyakit-penyakit tersebut.

Surabaya, April 2024

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
2.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3. Tujuan .............................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 6
2.1. Definisi ........................................................................................................................ 6
2.2. Etiologi ........................................................................................................................ 6
2.3. Manifestasi Klinik ....................................................................................................... 7
2.4. Patofisiologi ................................................................................................................ 8
2.5. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................. 10
2.6. Penatalaksanaan Medis ............................................................................................. 10
2.7. Klasifikasi Tetanus .................................................................................................... 10
2.8. Komplikasi ................................................................................................................ 11
2.9. Pencegahan ................................................................................................................ 11
BAB III .................................................................................................................................... 12
KASUS SEMU ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19
BAB I PENDAHULUAN
2.1.Latar Belakang
Tetanus merupakan penyakit bersifat akut yang ditandai dengan kekakuan otot dan
spasme, akibat toksin yang dihasilkan Clostiridium Tetani mengakibatkan nyeri biasanya
pada rahang bawah dan leher. Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah studi
review. Tujuan penulis melakukan studi literatur ini adalah menyajikan, menambah
pengetahuan tentang pencegahan terhadap tetanus. Sumber utama yang digunakan
merupakan buku-buku serta artikel-artikel yang berasal dari literature searching di PubMed,
google scholar, ataupun yang lainnya. Pencarian artikel digunakan dengan kata kunci
seperti tetanus, pencegahan, faktor risiko, gejala klinis, vaksin. Artikel disaring dengan
ketentuan pencarian dari tahun 2010-2020 dan menghasilkan 1100 artikel yang kemudian
di pilih 30 artikel. Analisis dengan meggunakan metose systematic studi literature
digunakan untuk pengumpulan dan evaluasi pada fokus pembelajaran yang dituju.Hasil studi
literatur ini menunjukkan bahwa pencegahan dapat dilakukan dengan vaksin tetanus.
Penemuan vaksin ini dapat menekan angka kejadian. Penanganan luka yang baik juga dapat
menjadi cara ampuh dalam pencegahan penyakit tetanus.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari Tetanus?
1.2.2 Apakah etiologi Tetanus?
1.2.3 Bagaimanakah kalsifikasi Tetanus?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Tetanus?
1.2.5 Bagaimana Web of Caussation (WOC) Tetanus?
1.2.6 Bagaimana manifestasi klinis dari Tetanus?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan Tetanus?
1.2.8 Apa komplikasi yang disebabkan oleh Tetanus?
1.2.9 Bagaimana pencegahan Tetanus?
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan asuhan keperawatan yang
dapat diberikan kepada px dengan diagnose medis Tetanus.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengetahui definisi dari Tetanus
1.3.2.2 Mengetahui etiologi Tetanus
1.3.2.3 Mengetahui kalsifikasi Tetanus
1.3.2.4 Mengetahui patofisiologi Tetanus
1.3.2.5 Mengetahui Web of Caution (WOC) Tetanus
1.3.2.6 Mengetahui manifestasi klinis dari Tetanus
1.3.2.7 Mengetahui penatalaksanaan Tetanus
1.3.2.8 Mengetahui Komplikasi yang disebabkan oleh Tetanus
1.3.2.9 Mengetahui pencegahan Tetanus
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi
Tetanus adalah gangguan neorologis yang ditandai dngan meningkatnya tonus ototdan
spasme yang disebabkan oleh tetanospasimi yaitu suatu toksin protein yang kuat yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani (Aprida dkk 2014).
Tetanus merupakan penyakit yang akut dan sering kali fatal, penyakit ini disebabkan
oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Penyakit menyerang system saraf
pusat yang terintoksikasi oleh Clostridium tetani, suatu kuman basil gram positif yang
memproduksi neurotoksin spesifik. Kata tetanus berasal dari Bahasa Yunani tetanos, yang
diambil dari kata teinein yang berarti teregang. Tetanus dikarakteristikkan dengan kekuatan
umum dan kejang kompulsif pada otot-otot rangka. Kekakuan otot biasanya dimulai pada
rahang (lockjaw) dan leher dan kemudian menjadi umum. Penyakit ini merupakan penyakit
yang serius, namun dapat dicegah kejadiannya pada manusia (Rinaldi, 2016).

2.2. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri C. tetani. Bakteri ini berkembang biak dengan
membentuk spora, merupakan bakteri gram positif, anaerobik dan berbentuk batang.
Organisme sensitif terhadap panas dan tidak dapat bertahan hidup dengan adanya oksigen.
Sebaliknya, spora sangat tahan terhadap panas dan antiseptik biasa. Mereka dapat bertahan
hidup dalam autoklaf pada suhu 249,8°F (121°C) selama 10 hingga 15 menit. Spora juga relatif
tahan terhadap fenol dan bahan kimia lainnya. Spora tersebar luas di tanah, di usus dan kotoran
kuda, domba, sapi, anjing, kucing, tikus, marmut, dan ayam (Popoff, 2020).
C. Tetani menghasilkan dua eksotoksin, tetanolysin dan tetanospasmin.
Tetanospasmin adalah neurotoksin dan menyebabkan manifestasi klinis tetanus. Berdasarkan
beratnya, tetanospasmin adalah salah satu racun paling kuat. Perkiraan dosis mematikan
minimum pada manusia adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan (satu nanogram adalah
sepersejuta gram) atau 175 nanogram untuk berat badan manusia 70 kg (Tiwari, Moro dan
Acosta, 2021). Penularan terjadi terutama melalui luka yang terkontaminasi (baik secara jelas
maupun tidak tampak). Penyakit ini tidak menular dari orang ke orang, sehingga tetanus
digolongkan sebagai penyakit yang dapat dicehah dengan vaksin (vaccine-preventable disease)
yang infeksius tetapi tidak menular. Luka dapat ditemukan besar atau kecil. Dalam beberapa
tahun terakhir, proporsi kasus tetanus yang lebih tinggi memiliki luka ringan, hal ini
dimungkinkan karena luka parah lebih mungkin ditangani dengan tepat. Tetanus dapat terjadi
setelah operasi elektif, luka bakar, luka tusukan dalam, luka remuk, otitis media, infeksi gigi,
dan gigitan hewan (Tiwari, Moro dan Acosta, 2021).

2.3. Manifestasi Klinik

Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah
terutama pada raahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini terjadi dengan gejala seperti
:

1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris


2. Kaku kuduk sampai epitotonus karena ketegangan otot-otot erector trunki
3. Ketegangan otot dinding perut
4. Kejang tonik terutama bila di rangsang karena toksin terdapat di kornu anterior
5. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan (sering merupakan
gejala dini)
6. Spasme yang khas yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitasinferior dalam keadaan
ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Keadaan tetap sadar, spasme mula-mula
intermitten diselingi periode relaksasi, kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut
disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramuscular karena kontraksi yang
kuat.
7. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring. Retensi urine
dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktur kolumna vertebralis dapat pula terjadi
karena kontraksi otot yang sangat kuat.
8. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir 10. Biasanya terdapat
leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.
9. Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas otot, spasme otot, dan
ketidakstabilan otonom.
10. Gejala awalnya meliputi kekakuan otot, lebih dahulu pada kelompok otot dengan jalur
neuronal pendek, karena itu yang tampak pada lebih dari 90% kasus saat masuk rumah
sakit adalah trismus, kaku leher, dan nyeri punggung. idakstabilan otonom.
10.
11. Spasme laring dapat terjadi segera, mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas akut dan
respiratory arrest. Pernapasan juga dapat terpengaruh akibat spasme yang melibatkan otot-
otot dada; selama spasme yang memanjang, dapat terjadi hipoventilasi berat dan apnea
yang mengancam nyawa.
12. Nyeri pada kandung kemih
13. Kandung kemih menjadi keras jika ditekan
14. Distensi abdomen dan mual muntah
2.4. Patofisiologi
C. tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka. Pada tetanus sefalik, bakteri ini biasanya
masuk melalui luka daerah kepala maupun otitis media kronik dengan masa inkubasiselama 1-
2 hari (IDI, 2017). Pada kondisi anaerobik, spora berkembang menjadi bakteri. Tetanospasmin
juga disebut sebagai toksin tetanus, diproduksi dan disebarkan melalui darah dan limfatik.
Selain itu, toksin dapat diabsorpsi di tautan saraf otot yang kemudian bermigrasimelalui
jaringan perineural ke susunan saraf pusat (SSP) (Surya, 2016). Sedangkan toksin laindari
bakteri ini, tetanolysin belum diketahui dengan baik patofisiologinya (Finkelstein et al., 2019).
Tetanospasmin merupakan peptide tidak aktif yang membutuhkan pembelahan enzimatik untuk
aktivasi. Setelah aktivasi, tetanospasmin dibagi menjadi dua rantai. Rantai berat berjalansecara
retrograde ke sistem saraf pusat (Dong, Masuyer dan Stenmark, 2019). Begitu berada didalam
sumsum tulang belakang dan batang otak, tetanospasmin akan memotong synaptobrevin
(VAMP) yang menghambat GABA dan pelepasan glisin (Finkelstein et al., 2019).
Tetanospasmin bekerja di beberapa tempat dalam sistem saraf pusat, termasuk pelat ujung
motorik perifer, sumsum tulang belakang, dan otak, dan dalam system saraf simpatik.
Manifestasi klinis khas tetanus disebabkan ketika toksin tetanus mengganggu pelepasan
neurotransmitter dan menghalangi impuls inhibitor. Hal ini menyebabkan kontraksidan spasme
otot yang tidak dapat dilawan. Selanjutnya, toksin ini dapat mengakibatkan kejang dan
mengganggu system saraf otonom (Tiwari, Moro dan Acosta, 2021
2.5 WOC

Luka Tusuk

Terpapar kuman Clostridium

Eksotosin

Pengangkatan toksin
melewati saraf motorik

Tetanospasmin beredar melalui aliran


darah dan limpa asuk ke intracranial

Saraf Saraf Otonom Korteks serebri Spasme otot urethral


Spasme otot
Otonom dinding perut
Gangguan Kejang Tonik Kandung kemih keras
Serangan otot pada irama jantung MK: Penurunan Trismus
menurun curah jantung Korpus Ruffini Nyeri kandung kemih
pernafasan dan laring
Kesukaran
Spasme laring Hipoksia berat Panas MK: MK: Retensi urine menelan
Hipertermia
Obs. Saluran Penurunan kesadaran Cedera kepala Frekuensi peristaltik
nafas atas akut usus meningkat
MK: Resiko jatuh
Nyeri kepala
Spasme otot- MK: Resiko defisit
otot dada MK: Nyeri akut nutrisi
Asfiksia dan Kontraksi otot
sianosis
Fraktur kolumna
Hipoventilasi vertebralis
berat
Kaku duduk
MK: Gangguan
pertukaran gas Nyeri punggung

Ketidakstabilan
otonom

MK: Gangguan
mobilitas fisik
2.5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Liquar Cerebri Normal
b. Hitung leokosit normal atau sedikit meningkat
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan
2. Pemeriksaan Radiologi : foto rontgen thorax setelah hari ke 5
3. EKG : interval CT memanjang karena segmen ST. Bentuk takikardi ventrikuler
( torsaderde pointters)
1. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jaringan subcutan atau
Basas ganglia otak menunjukan klasifikasi ( Nurarif ,A.H., Kusuma, H., 2016)

2.6. Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada tetanus meliputi membuang sumber tetanospasmin;
menetralisasi toksin yang tidak terikat; dan perawatan penunjang (suportif) sampai
tetanospasmin yang berikatan dengan jaringan telah habis dimetabolisme (Rhinesmith dan Fu,
2018). Pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan manajemen luka. Luka terdiri dari luka
rentan mengalami tetanus dan tidak rentan mengalami tetanus. Luka yang rentan mengalami
tetanus meliputi luka lebih dari 6 jam; kedalaman lebih dari 1 centimeter (cm); terkontaminasi;
berbentuk stelat, avulsi, dan ireguler; denervasi, iskemik; serta terinfeksi (purulen, jaringan
nekrotik). Luka yang tidak rentan mengalami tetanus meliputi luka kurang dari 6 jam;
superfisial; bersih; bentuk linier dengan tepi tajam; neurovaskular intak; dan tidak terinfeksi
(IDI, 2017).

2.7. Klasifikasi

Tetanus bedasarkan bentuk klinis dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Tetanus Lokal : Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme
pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan
menghilangan.

2. Tetanus Gerenal : Biasanya timbul mendadak dengan kaku kuduk,trismus,gelisa,mudah


tersinggung dan sakit kepala. Dalam waktu singkat kontraksi otot stomatic meluas. Timbul
kejang tetanik bermacam-macam seperti: kejang umum,kejang fokal,kejang demam,
menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme
berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.

3. Tetanus Segal : Varian tetanus lokal yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 haro terjadi
sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol ada disfungsi saraf III, IV,
VII, IX, dan XI tersaring saraf otak VII diikuti tetanus umum.
2.8. Komplikasi
Pada saluran nafas, dapat terjadi asfiksia, aspirasi pneumonia, atelektasis akibat
obstruksi oeh sekret, pneumothorks dan mediastinal emfisema yang biasanya terjadi akibat
dilakukannya trakeostomi. Komplikasi pada sistem kardiovaskuer berupa takikardi, hipertensi,
vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium. Pada otot, dapat terjadi perdarahan dalam
otot. Fraktur kolumna vetebralis dapat terjadi ketika kejang berangsung hebat dan terus
menerus. Beberapa penelitian juga melaporkan munculnya miositis ossifikans sirkumskripta.
Laserasi lidah, dekbitus, dan demam tinggi juga dapat terjadi (IDI, 2017).

2.9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor yang dapat mencetuskan luka
maupun melakukan tindakan aseptik pada kegiatan yang membuka risiko masuknya C. tetani.
Sehingga tidak ada jalan bagi spora bakteri untuk masuk kedalam tubuh. Selain itu, imunisasi
juga dapat dilakukan. Imunisasi dapat diberikan pada bayi anak sebelum usia 1 tahun dan ada
5 jenis imunisasi wajib yanga perlu di berikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
usian anak. Imunisasi TT dapat dilakukan pada perempuan dewasa terutama ibuhamil maupun
pengantin wanita. Hal ini dilakukan untuk mencegah tetanus neonatorum. TT 1dapat dilakukan
2-4 minggu sebelum pernikahan. TT 2 dilakukan sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi
hingga 3 tahun ke depan). TT 3 diberikan 6 bulan sesudah TT 2 (efektif melindungisampai 5
tahun berikutnya). TT 4 diberikan 12 bulan pasca TT 3 (lama perlindungannya 10tahun). TT 5
diberikan 12 bulan setelah TT 4 (mampu melindungi hingga 25 tahun) (Finkelstein et al., 2019;
Balkan et al., 2021).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Analisa Data
Menurut (PPNI, 2016)

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. Data Subjektif : Gangguan Pertukaran Pola Nafas Tidak
1. Pasien mengatakan sesak Gas Efektif (D.0005) Hal
nafas ketika melakukan aktivitas 26
karena rasa nyeri yang
dirasakannya
Data Objektif :
2. Pasien tampak sesak
3. Pasien tampak gelisah
4. Frekuensi nadi menigkat
(lebih dari 100x/menit)
5. Tekanan darah 90/60 mmHg
6. RR : 23x/menit
2. Data Subjektif : Perubahan Irama Jatung Penurunan Curah
1. Pasien mengatakan sesak Jantung (D.0008)
nafas ketika melakukan aktivitas Hal 34
karena rasa nyeri yang
dirasakannya
Data Objektif :
2. Gambaran EKG aritmia
3. Frekuensi nadi meningkat
115x/menit
3. Data Subjektif : Pasien Resiko Jatuh
mengatakan nyeri pada telapak (D.0143) Hal 306
kaki sehingga menganggu
aktivitas jalan pasien -
Data Objektif :
2. Pasien tampak meringis
3. Pasien tampak gelisah
4. Frekuensi nadi menigkat
(lebih dari 100x/menit)
5. Tekanan darah 90/60 mmHg
6. RR : 23x/menit
4. Data Subjektif : Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut (D.0077)
1. Pasien mengatakan nyeri pada Hal 172
bagian telapak kaki kiri
Data Objektif :
2. Pasien tampak meringis
3. Pasien tampak gelisah
4. Frekuensi nadi menigkat
(lebih dari 100x/menit)
5. Tekanan darah 90/60 mmHg
6. RR : 23x/menit
P : Luka tertusuk paku
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Telapak kaki kiri
S:8
T : Hilang timbul (tiap 5 menit)
5. Data Sujektif : Proses Penyakit Hipertermia (D.0130)
1. Pasien mengatakan demam Hal 284
pada saat malam hari
Data Objektif :
2. Tekanan Darah : 90/60 mmHg
3. Suhu : 38,5 Derajat
4. RR : 23x/menit
5. Nadi meningkat : 115x/menit
6. Data Subjektif : Disfungsi Neurologis Retensi Urin
1. Pasien mengatakan kandung (D.0050) Hal 115
kemih keras jika di tekan dan
nyeri
Data Objektif :
2. Pasien tampak meringis
3. Pasien tampak gelisah
7. Data Subjektif : Gangguan Biokimiawi Nausea
1. Pasien mengatakan mual
muntah dan pasien mengalami
kesusahan menelan
Data Objektif :
2. Pasien tampak mual
3. Tekanan Darah : 90/60 mmHg
4. Suhu : 38,5 Derajat
5. RR : 23x/menit
6. Nadi meningkat : 115x/menit
8. Data Subjektif : Nyeri Gangguan Mobilitas
1. Pasien mengatakan nyeri Fisik (D.
punggung akibat kejang
Data Objektif :
2. Pasien kesulitan dalam
melakukan aktifitas yang
berlebihan
3. Pasien tampak meringis
kesakitan
4. Pasien tampak gelisah

3.2 RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Gangguan Pertukaran Gas d.d Pasien mengatakan sesak
nafas ketika melakukan aktivitas karena rasa nyeri yang dirasakannya, Pasien tampak sesak,
Pasien tampak gelisah, Frekuensi nadi menigkat (lebih dari 100x/menit), Tekanan darah
90/60 mmHg, RR : 23x/menit.
2. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Pasien mengatakan nyeri pada bagian telapak
kaki kiri, Pasien tampak meringis, Pasien tampak gelisah, Frekuensi nadi menigkat (lebih
dari 100x/menit), Tekanan darah 90/60 mmHg, RR : 23x/menit, P: Luka tertusuk paku, Q :
Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Telapak kaki kiri, S : 8, T : Hilang timbul (tiap 5 menit).
3. Hipertermia b.d Proses Penyakit d.d Pasien mengatakan demam pada saat malam hari
Tekanan Darah : 90/60 mmHg, Suhu : 38,5 Derajat, RR : 23x/menit, Nadi meningkat :
115x/menit.
4. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Irama Jatung d.d Pasien mengatakan sesak nafas
ketika melakukan aktivitas karena rasa nyeri yang dirasakannya, Gambaran EKG aritmia
Frekuensi nadi meningkat 115x/menit.
5. Resiko Jatuh d.d Pasien mengatakan nyeri pada telapak kaki sehingga menganggu aktivitas
jalan pasien, Pasien tampak meringis, Pasien tampak gelisah, Frekuensi nadi menigkat (lebih
dari 100x/menit), Tekanan darah 90/60 mmHg, RR : 23x/menit.
6. Retensi Urin b.d Disfungsi Neurologis d.d Pasien mengatakan kandung kemih keras jika
di tekan dan nyeri, Pasien tampak meringis, Pasien tampak gelisah.
7. Nausea b.d Gangguan Biokimiawi d.d Pasien mengatakan mual muntah dan pasien
mengalami kesusahan menelan, Pasien tampak mual, Tekanan Darah : 90/60 mmHg, Suhu :
38,5 Derajat, RR : 23x/menit, Nadi meningkat : 115x/menit.
8. Gangguan Mobilitas b.d Nyeri d.d Pasien mengatakan nyeri punggung akibat kejang,
Pasien kesulitan dalam melakukan aktifitas yang berlebihan, Pasien tampak meringis
kesakitan, Pasien tampak gelisah.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI Rasional
KEPERAWA DAN
TAN KRITER
IA
HASIL
Pola Nafas Setelah Manajemen Jalan Napas 1. Untuk menyusun tindakan
Tidak Efektif dilakukan (1.01011) Hal 186 keperawatan pasien dan
(D.0005) Hal intervensi sebagai bahan evaluasi
26 b.d selama 2 -Observasi kondisi pasien
Gangguan x 24 jam 1. Monitor pola napas 2. Untuk menyusun tindakan
Pertukaran diharapka (Frekuensi,kedalaman,usa keperawatan pasien dan
n sesak ha napas) sebagai bahan evaluasi
Gas d.d
napas 2. Monitor bunyi napas kondisi pasien
Pasien
menurun, tambahan 3. Untuk menyusun
mengatakan dengan (mis.gurgling,mengi,whee tindakan keperawatan
sesak nafas kriteria zing,ronkhi) pasien dan sebagai bahan
ketika hasil: -Terapeutik : evaluasi kondisi pasien
melakukan 1. Keluhan 3. Berikan teknik non 4. Untuk mengetahui
aktivitas Nyeri farmakologis untuk Kondisi oksigen dalam
karena rasa menurun( mengurangi rasa nyeri darah pasien
nyeri yang 0-2) -Edukasi : 5.Untuk mengikut
dirasakannya, 2. Gelisah 4. Jelaskan penyebab Sertakan pasien dalam
Pasien tampak menurun periode,dan pemicu nyeri Menangani kondisinya
sesak, Pasien 3. pola 5. Jelaskan strategi untuk 6.Untuk
tampak napas meredakan nyeri mengikutsertakan
membaik 6. Anjurkan menggunakan pasien dalam
gelisah,
tekanan Analgetic secara Tepat menangani kondisinya
Frekuensi darah -Kolaborasi : 3.
nadi menigkat membaik 7. Kolaborasi pemberian
(lebih dari analgetic, jika perlu
100x/menit),
Tekanan darah
90/60 mmHg,
RR :
23x/menit.

Nyeri Akut Setelah Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,


(D.0077) dilakukan (I.08238 Hal 201) karakteristik,durasi,frekuens
Hal 172 b.d intervensi i,kualitas, dan intensitas
Agen selama 2 -Observasi : nyeri yang dirasakan oleh
Pencedera x 24 jam 1.Identifikasi lokasi, pasien
Fisik d.d diharapka karakteristik,durasi,frekue 2. Untuk mengetahui skala
n maka nsi, kualitas, nyeri yang dirasakan pasien
Pasien
tingkat dan Itensitas nyeri 3. Untuk mengetahui respon
mengatakan nyeri 2.Identifikasi skala nyeri nyeri non verbal dari pasien
nyeri pada menurun, 3.Identifikasi respon nyeri 4. Untuk membantu pasien
bagian dengan non verbal mengurangi rasa nyeri yang
telapak kaki kriteria -Terapeutik : dirasakan
kiri, Pasien hasil: 4.Berikan teknik non 5. Untuk memberi
tampak 1. farmakologis untuk pengetahuan kepada pasien
meringis, Keluhan mengurangi rasa nyeri terkait periode dan pemicu
Pasien nyeri -Edukasi : nyeri yang dirasakan
tampak menurun 5.Jelaskan penyebab 6. Untuk membantu pasien
2. periode,dan pemicu nyeri meredakan rasa nyeri yang
gelisah,
Meringis 6.Jelaskan strategi untuk dirasakan
Frekuensi
menurun meredakan nyeri 7. Untuk membantu pasien
nadi 3.Sikap 7.Anjurkan menggunakan meredakan rasa nyeri yang
menigkat protektif Analgetic secara Tepat dirasakan
(lebih dari menurun -Kolaborasi : 8. Untuk membantu
100x/menit 4.Gelisah 8. Kolaborasi pasien meredakan rasa
), Tekanan menurun pemberian analgetic, nyeri dan pemulihan
darah 90/60 5. jika perlu bagian kaki pasien
mmHg, RR Kesulitan
: tidur
23x/menit, menurun
P: Luka 6.
Frekuensi
tertusuk
nadi
paku, Q :
membaik
Nyeri
seperti
ditusuk-
tusuk, R :
Telapak
kaki kiri, S
: 8, T :
Hilang
timbul (tiap
5 menit).
Hipertermia Setelah Manajemen Hipertermia 1. Untuk mengetahui
(D.0130) Hal dilakukan (1.15506) Hal 181 penyebab hipertermia
284 b.d intervensi 2. Untuk memonitor suhu
Proses selama -Observasi : tubuh pasien
Penyakit d.d 2×24 jam 1. Identifikasi penyebab 3. Untuk memonitor
Pasien di hipertermia (mis. Dehidrasi, elektrolit pada pasien
harapkan terpapar lingkungan panas, 4. Mengetahui komplikasi
mengatakan
termoregu penggunaan inkubator) akibat hipertermia
demam pada
lasi 2. Monitor suhu tubuh 5. Untuk mendinginkan suhu
saat malam membaik 3. Monitor kadar elektrolit tubuh pasien
hari Tekanan dengan 4. Monitor komplikasi akibat 6. Untuk melonggarkan
Darah : 90/60 kriteria hipertermia keadaan pasien
mmHg, Suhu : hasil: 7. Untuk mendinginkan suhu
38,5 Derajat, 1. Kejang -Terapeutik tubuh pasien
RR : menurun 5. Sediakan lingkungan yang 8. Untuk memperbaiki
23x/menit, 2. suhu dingin kesehatan pasien
Nadi tubuh 6. Longgarkan atau lepaskan 9. Memberikan kenyamanan
meningkat : membaik pakaian lingkungan pada pasien
115x/menit. (37,5) 7. Basahi dan kipasi 10. Memberikan rasa
3. tekanan permukaan tubuh nyaman
darah 8. Berikan cairan oral 11. Memberikan tambahan
membaik 9. Ganti linen setiap hari atau cairan ke pasien
(120/80) lebih sering

-Edukasi
10. Anjurkan tirah baring

-Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberin
cairan dan elektrolit
intravena
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL JAM NO.DX IMPLEMENTASI PARAF


Kamis, 04 April 09.00 1 Menanyakan kepada pasien lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan intensitas nyeri
Respon : Pasien mengeluh telapak
kakinya sering nyeri secara hilang
timbul, pasien meringis kesakitan
P: Pasien mengatakan sering nyeri
ketika melakukan aktivitas, Q: Nyeri
seperti di tusuk-tusuk, R: Nyeri di
bagian telapak kaki kiri, S: Skala nyeri
8, T: Hilang timbul.
10.00 1,2,3 Melakukan monitor tanda-tanda vital
Respon : Pasien mengatakan nyeri pada
bagian telapak kaki
TD: 90/60mmHg, Suhu: 38, Nadi:
115x/menit, RR: 23x/menit
10.30 1 Memberikan edukasi kepada pasien
terkait cara mengurangi nyeri pada
bagian telapak kaki, dengan cara
mengajarkan pasien untuk
mengistirahatkan kakinya dan rutin
minum obat nyeri analgetic untuk
mengurangi nyeri pada bagian kaki
Respon : Pasien dapat menerima edukasi
yang diberikan dan meminum obat
analgetic
10.45 2 Memberikan edukasi teknik nafas dalam
pada pasien untuk meredakan rasa sesak
yang di alaminya
Respon : Pasien dapat melakukuan
teknik nafas dalam dengan baik

11.30 3 Memberikan edukasi tirah baring untuk


mengurangi demam yang dirsakan
Respon : Pasien melakukan tirah baring
12.00 3 Memberikan edukasi agar
meloonggarkan atau lepaskan pakaian
Respon : Pasien kooperatif dan mau
melakukan edukasi yang diberikan
13.00 1,3 Memberikan Kolaborasi pemberian obat
paractamol dan cairan elektrolit
intravena
Respon : Pasien kooperatif dan mau
minum obat yang diberikan

Jum’at 05 April 08.00 1 Menanyakan kepada pasien lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan intensitas nyeri
Respon : Pasien mengeluh telapak
kakinya masih nyeri secara hilang
timbul, pasien masih meringis kesakitan
P: Pasien mengatakan masih nyeri tiba-
tiba, Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk, R:
Nyeri di bagian telapak kaki kiri, S:
Skala nyeri 6, T: Hilang timbul.
09.30 1 Memberikan edukasi kepada pasien
terkait cara mengurangi rasa nyeri pada
bagian telapak kaki, dengan cara
mengajarkan pasien untuk
mengistirahatkan kakinya dan rutin
minum obat nyeri analgetic untuk
mengurangi nyeri pada bagian kaki
Respon : Pasien dapat menerima edukasi
yang diberikan dan meminum obat
analgetic
10.00 2 Memberikan edukasi teknik nafas dalam
pada pasien untuk meredakan rasa sesak
yang di alaminya
Respon : Pasien dapat melakukuan teknik
nafas dalam dengan baik
12.00 1,2,3 Melakukan monitor tanda-tanda vital
Respon : Pasien masih mengatakan nyeri
pada bagian telapak kaki
TD: 110/90mmHg, Suhu: 37,5 Nadi:
102x/menit, RR: 20x/menit
12.30 1,2 Memberikan edukasi tirah baring untuk
memberikan rasa nyaman agar
mengurangi rasa nyeri
Respon : Pasien mampu melakukan tirah
baring
13.00 1,2,3 Memberikan kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
Respon : Pasien kooperatif dan mau
minum obat yang diberikan
3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL JAM NO.DX EVALUASI PARAF


Kamis, 04 April 14.00 1 S : Pasien mengeluh nyeri pada daerah
kaki secara hilang timbul secara tiba-tiba
O : Skala nyeri 5
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan

2 S : Pasien mengatakan masih sesak


nafas
O : Rr : 23x/menit,TD : 90/60, Nadi:
115x/menit
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Intervensi
3 S : Pasien mengatakan demam
berkurang
O : Suhu 38 derajat
A : Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P : Itervensi 2,6,8,9,10,11,12 dilanjutkan
Jumat 5 April 14.00 1 S : Pasien mengeluh telapak kakinya
masih nyeri secara hilang timbul, pasien
masih meringis kesakitan
O : Skala nyeri 6
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Intervensi 1,2,4,5,6,7,8 dilanjutkan
2 S : Pasien sudah tidak merasakan sesak
O : RR : 19x/menit
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Intervensi 2,3,4,5,6 dihentikan
3 S : Pasien mengatakan sudah tidak
demam
O : Suhu 37,5 derajat
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Itervensi 2,6,8,9,10,11,12 dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC Rinaldi, Syahputra. 2016.
Aprilia, H.A. (2018) ‘Tes Kesehatan Pra Nikah Bagi Calon Mempelai LakiLaki Di Kantor
Urusan Agama (Kua) Jatirejo Mojokerto’, AlHukama’, 7(2), pp. 333–358. Available at:
https://doi.org/10.15642/alhukama. 2017.7.2.333-358.
IDI (2017) ‘Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer’,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, pp. 162, 364.
Popoff, M.R. (2020) ‘Tetanus in animals.’, Journal of veterinary diagnostic investigation :
official publication of the American Association of Veterinary Laboratory Diagnosticians, Inc,
32(2), pp. 184–191. Available at: https://doi.org/10.1177/104063872 0906814.
Tiwari, T.S.P., Moro, P.L. and Acosta, A.M. (2021) ‘Tetanus’, in E. Hall et al. (eds)
Epidemiology And Prevention Of Vaccine-Preventable Diseases. 14th edn. United State:
U.S.Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention,
pp. 315–328.
Rhinesmith, E. and Fu, L. (2018) ‘Tetanus Disease, Treatment, Management.’, Pediatrics in
review. United States, pp. 430–432. Available at: https://doi.org/10.1542/pir.2017- 0238.
Finkelstein, P. et al. (2019) ‘Tetanus : A Potential Public Health Threat in Times of Disaster’,
(June 2017), pp. 2017–2020. Available at: https://doi.org/10.1017/S1049023X 17000012.
Ashshiddiiq, Z. Z., Suropati, A. S., & Firdausi, R. I. (2023). Laporan Kasus: Tetanus.
Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta,
18-34.
Laksmi, N. K. S. (2014). Penatalaksanaan tetanus. Cermin Dunia Kedokteran, 41(11), 283-
287.

Anda mungkin juga menyukai