Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami hadiratkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TETANUS”.
Meskipun kami mendapatkan hambatan dan kesulitan dalam proses pengerjaan makalah ini,
Puji Syukur kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang
setia membimbing kami dalam penulisan makalah ini. Kami tak lupa juga berterima kasih
kepada seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya yang telah berkontribusi dalam pengerjaan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak secara langsung.
Sebagaimana mestinya sebagai penulis, tentunya kami ingin memberikan hal-hal
kepada masyarakat terhadap isi daripada makalah ini. Sehingga kami berharap dengan adanya
makalah ini masyarakat akan lebih waspada terhadap segala penyakit yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat menghindari penyakit-penyakit tersebut.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
2.1.Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3. Tujuan .............................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 6
2.1. Definisi ........................................................................................................................ 6
2.2. Etiologi ........................................................................................................................ 6
2.3. Manifestasi Klinik ....................................................................................................... 7
2.4. Patofisiologi ................................................................................................................ 8
2.5. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................. 10
2.6. Penatalaksanaan Medis ............................................................................................. 10
2.7. Klasifikasi Tetanus .................................................................................................... 10
2.8. Komplikasi ................................................................................................................ 11
2.9. Pencegahan ................................................................................................................ 11
BAB III .................................................................................................................................... 12
KASUS SEMU ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19
BAB I PENDAHULUAN
2.1.Latar Belakang
Tetanus merupakan penyakit bersifat akut yang ditandai dengan kekakuan otot dan
spasme, akibat toksin yang dihasilkan Clostiridium Tetani mengakibatkan nyeri biasanya
pada rahang bawah dan leher. Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah studi
review. Tujuan penulis melakukan studi literatur ini adalah menyajikan, menambah
pengetahuan tentang pencegahan terhadap tetanus. Sumber utama yang digunakan
merupakan buku-buku serta artikel-artikel yang berasal dari literature searching di PubMed,
google scholar, ataupun yang lainnya. Pencarian artikel digunakan dengan kata kunci
seperti tetanus, pencegahan, faktor risiko, gejala klinis, vaksin. Artikel disaring dengan
ketentuan pencarian dari tahun 2010-2020 dan menghasilkan 1100 artikel yang kemudian
di pilih 30 artikel. Analisis dengan meggunakan metose systematic studi literature
digunakan untuk pengumpulan dan evaluasi pada fokus pembelajaran yang dituju.Hasil studi
literatur ini menunjukkan bahwa pencegahan dapat dilakukan dengan vaksin tetanus.
Penemuan vaksin ini dapat menekan angka kejadian. Penanganan luka yang baik juga dapat
menjadi cara ampuh dalam pencegahan penyakit tetanus.
2.1. Definisi
Tetanus adalah gangguan neorologis yang ditandai dngan meningkatnya tonus ototdan
spasme yang disebabkan oleh tetanospasimi yaitu suatu toksin protein yang kuat yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani (Aprida dkk 2014).
Tetanus merupakan penyakit yang akut dan sering kali fatal, penyakit ini disebabkan
oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Penyakit menyerang system saraf
pusat yang terintoksikasi oleh Clostridium tetani, suatu kuman basil gram positif yang
memproduksi neurotoksin spesifik. Kata tetanus berasal dari Bahasa Yunani tetanos, yang
diambil dari kata teinein yang berarti teregang. Tetanus dikarakteristikkan dengan kekuatan
umum dan kejang kompulsif pada otot-otot rangka. Kekakuan otot biasanya dimulai pada
rahang (lockjaw) dan leher dan kemudian menjadi umum. Penyakit ini merupakan penyakit
yang serius, namun dapat dicegah kejadiannya pada manusia (Rinaldi, 2016).
2.2. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri C. tetani. Bakteri ini berkembang biak dengan
membentuk spora, merupakan bakteri gram positif, anaerobik dan berbentuk batang.
Organisme sensitif terhadap panas dan tidak dapat bertahan hidup dengan adanya oksigen.
Sebaliknya, spora sangat tahan terhadap panas dan antiseptik biasa. Mereka dapat bertahan
hidup dalam autoklaf pada suhu 249,8°F (121°C) selama 10 hingga 15 menit. Spora juga relatif
tahan terhadap fenol dan bahan kimia lainnya. Spora tersebar luas di tanah, di usus dan kotoran
kuda, domba, sapi, anjing, kucing, tikus, marmut, dan ayam (Popoff, 2020).
C. Tetani menghasilkan dua eksotoksin, tetanolysin dan tetanospasmin.
Tetanospasmin adalah neurotoksin dan menyebabkan manifestasi klinis tetanus. Berdasarkan
beratnya, tetanospasmin adalah salah satu racun paling kuat. Perkiraan dosis mematikan
minimum pada manusia adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan (satu nanogram adalah
sepersejuta gram) atau 175 nanogram untuk berat badan manusia 70 kg (Tiwari, Moro dan
Acosta, 2021). Penularan terjadi terutama melalui luka yang terkontaminasi (baik secara jelas
maupun tidak tampak). Penyakit ini tidak menular dari orang ke orang, sehingga tetanus
digolongkan sebagai penyakit yang dapat dicehah dengan vaksin (vaccine-preventable disease)
yang infeksius tetapi tidak menular. Luka dapat ditemukan besar atau kecil. Dalam beberapa
tahun terakhir, proporsi kasus tetanus yang lebih tinggi memiliki luka ringan, hal ini
dimungkinkan karena luka parah lebih mungkin ditangani dengan tepat. Tetanus dapat terjadi
setelah operasi elektif, luka bakar, luka tusukan dalam, luka remuk, otitis media, infeksi gigi,
dan gigitan hewan (Tiwari, Moro dan Acosta, 2021).
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah
terutama pada raahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini terjadi dengan gejala seperti
:
Luka Tusuk
Eksotosin
Pengangkatan toksin
melewati saraf motorik
Ketidakstabilan
otonom
MK: Gangguan
mobilitas fisik
2.5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Liquar Cerebri Normal
b. Hitung leokosit normal atau sedikit meningkat
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan
2. Pemeriksaan Radiologi : foto rontgen thorax setelah hari ke 5
3. EKG : interval CT memanjang karena segmen ST. Bentuk takikardi ventrikuler
( torsaderde pointters)
1. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto rontgen pada jaringan subcutan atau
Basas ganglia otak menunjukan klasifikasi ( Nurarif ,A.H., Kusuma, H., 2016)
2.7. Klasifikasi
1. Tetanus Lokal : Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme
pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan
menghilangan.
3. Tetanus Segal : Varian tetanus lokal yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 haro terjadi
sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol ada disfungsi saraf III, IV,
VII, IX, dan XI tersaring saraf otak VII diikuti tetanus umum.
2.8. Komplikasi
Pada saluran nafas, dapat terjadi asfiksia, aspirasi pneumonia, atelektasis akibat
obstruksi oeh sekret, pneumothorks dan mediastinal emfisema yang biasanya terjadi akibat
dilakukannya trakeostomi. Komplikasi pada sistem kardiovaskuer berupa takikardi, hipertensi,
vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium. Pada otot, dapat terjadi perdarahan dalam
otot. Fraktur kolumna vetebralis dapat terjadi ketika kejang berangsung hebat dan terus
menerus. Beberapa penelitian juga melaporkan munculnya miositis ossifikans sirkumskripta.
Laserasi lidah, dekbitus, dan demam tinggi juga dapat terjadi (IDI, 2017).
2.9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor yang dapat mencetuskan luka
maupun melakukan tindakan aseptik pada kegiatan yang membuka risiko masuknya C. tetani.
Sehingga tidak ada jalan bagi spora bakteri untuk masuk kedalam tubuh. Selain itu, imunisasi
juga dapat dilakukan. Imunisasi dapat diberikan pada bayi anak sebelum usia 1 tahun dan ada
5 jenis imunisasi wajib yanga perlu di berikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
usian anak. Imunisasi TT dapat dilakukan pada perempuan dewasa terutama ibuhamil maupun
pengantin wanita. Hal ini dilakukan untuk mencegah tetanus neonatorum. TT 1dapat dilakukan
2-4 minggu sebelum pernikahan. TT 2 dilakukan sebulan setelah TT 1 (efektif melindungi
hingga 3 tahun ke depan). TT 3 diberikan 6 bulan sesudah TT 2 (efektif melindungisampai 5
tahun berikutnya). TT 4 diberikan 12 bulan pasca TT 3 (lama perlindungannya 10tahun). TT 5
diberikan 12 bulan setelah TT 4 (mampu melindungi hingga 25 tahun) (Finkelstein et al., 2019;
Balkan et al., 2021).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Analisa Data
Menurut (PPNI, 2016)
-Edukasi
10. Anjurkan tirah baring
-Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberin
cairan dan elektrolit
intravena
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC Rinaldi, Syahputra. 2016.
Aprilia, H.A. (2018) ‘Tes Kesehatan Pra Nikah Bagi Calon Mempelai LakiLaki Di Kantor
Urusan Agama (Kua) Jatirejo Mojokerto’, AlHukama’, 7(2), pp. 333–358. Available at:
https://doi.org/10.15642/alhukama. 2017.7.2.333-358.
IDI (2017) ‘Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer’,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, pp. 162, 364.
Popoff, M.R. (2020) ‘Tetanus in animals.’, Journal of veterinary diagnostic investigation :
official publication of the American Association of Veterinary Laboratory Diagnosticians, Inc,
32(2), pp. 184–191. Available at: https://doi.org/10.1177/104063872 0906814.
Tiwari, T.S.P., Moro, P.L. and Acosta, A.M. (2021) ‘Tetanus’, in E. Hall et al. (eds)
Epidemiology And Prevention Of Vaccine-Preventable Diseases. 14th edn. United State:
U.S.Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention,
pp. 315–328.
Rhinesmith, E. and Fu, L. (2018) ‘Tetanus Disease, Treatment, Management.’, Pediatrics in
review. United States, pp. 430–432. Available at: https://doi.org/10.1542/pir.2017- 0238.
Finkelstein, P. et al. (2019) ‘Tetanus : A Potential Public Health Threat in Times of Disaster’,
(June 2017), pp. 2017–2020. Available at: https://doi.org/10.1017/S1049023X 17000012.
Ashshiddiiq, Z. Z., Suropati, A. S., & Firdausi, R. I. (2023). Laporan Kasus: Tetanus.
Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta,
18-34.
Laksmi, N. K. S. (2014). Penatalaksanaan tetanus. Cermin Dunia Kedokteran, 41(11), 283-
287.