Anda di halaman 1dari 11

Makalah obsetri

TETANUS

Dosen pembimbing :

Bu. TUT RAYANI

Kelompok5

CHOLIFAH (182008)

EGGA DEVI FADILLAH (182010)

2A kebidanan

POLTEKKES RS. Dr. SOEPRAOEN MALANG

TA 2018/2019

www.poltekkes-soepraoen.ac.id/ (0341)35127
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit TETANUS

.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang , 11september 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I    PENDAHULUAN..........................................................................................

1.1    Latar Belakang............................................................................................

1.2   Rumusan Masalah .........................................................................

1.3   Tujuan Penulisan ...........................................................................

BAB II   ISI.................................................................................................................

2.1. Materi penyuluhan..................................................................................


A. Pengertin tetanus..................................................................................
B. potofisiologi tetanus..............................................................................
C. penyebab tetanus...................................................................................
D. gejala tetanus........................................................................................
E.stadium tetanus......................................................................................
F. Penularan Tetanus........................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................................

3.1    Kesimpulan ..........................................................................................

3.2    Saran ...................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh dunia.
Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan tingkat mortalitas
yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama 30 tahun terakhir, hanya terdapat sembilan
penelitian RCT (Randomized Controlled Trials) mengenai pencegahan dan tata laksana
tetanus. Pada tahun 2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke WHO.
Berdasarkan data dari WHO, data dari Vietnam diperkirakan insidens tetanus di seluruh
dunia adalah sekitar 700.000-1.000.000 kasus per tahun. (Dire, 2009)
Tetanus yang juga dikenal sebagai lockjaw (kejang mulut), merupakan infeksi
termediasi-eksotoksin akut yang disebabkan oleh basilus anaerobik pembentuk spora,
Clostridium tetani. Tetanus bersifat fatal pada hampir 60% orang yang tidak terimunisasi,
biasanya dalam 10 hari setelah serangan. Komplikasinya antara lain atelektasis, pneumonia,
emboli pulmoner, ulser gastrik akut, kontraktur fleksi dan aritmia kardiak. Jika gejala
berkembang dalam waktu 3 hari setelah paparan, prognosisnya buruk. Setelah masuk ke
tubuh, Clostridium tetani menyebabkan infeksi lokal dan nekrosis jaringan. Clostridium tetani
memproduksi toksin yang menyebar menuju jaringan sistem saraf pusat. (Tim Indeks, 2011)

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah
“Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tetanus di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta”
C. Tujuan

1. Tujuan Umum :
Memberikan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan tetanus di Bangsal Shofa
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
BAB II

ISI

2.1.

A. Pengertian Tetanus

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodic dan berat.
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastic yang disebabkan
tetanospasmin tetani. Tetanus disebut juga dengan “seven day disease” (Ritarwan, 2004)

B. Patofisiologi Tetanus

Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif, Cloastridium Tetani. Bakteri ini
berspora dan dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan
tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa
bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan
benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu
mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin (Novie, 2012).

Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang
menghasilkan eksotoksin. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf
pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada
satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik.

Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
antititoksin. Toksin yang menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan
menyebabkan hilangnya keseimbangan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal
maupun menyeluruh Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada
neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini
dikenal dengan nama tetanus neonatorum. Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi
pula spasme otot pada daerah mulut (trismus atau lockjaw). Yang akan diikuti dengan
kekakuan dan spasma pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain (Kiking, 2004).

C. Penyebab Tetanus

Sejarah tetanus diawali karena penyebab tetanus oleh neurotoksin yangkuat, yaitu
tetanospasmin yang dihasilkan sebagai protein protoplasmik oleh bentuk vegetatif C.
Pembentukan toksin ini dikendalikan oleh plasmid. Tetanospasmin dapat terikat secara kuat
pada gangliosida neural, dan tempat masuk yang terpenting adalah ke susunan saraf yaitu
myoneural junction pada neuron motorik alfa.

Toksin ini akan masuk dan menjalar ke dalam neuron dan tidak dapat lagi
dinetralkan. Tetanospasmin dibawa melalui transpor aksonal retograd ke neuroaksis dan
mulailah toksin tersebut akan bermigrasi secara transinaptik ke neuron lainnya, akibat dari
hal tersebut sel penghambat presinaptik pada neuroaksis mencegah pelepasan transmiter.
Karena tidak ada hambatan tersebut, maka neuron motorik yang lebih bawah akan
meningkatkan tonus otot sehingg timbul kekakuan otot. Hal ini dapat memungkinkan
timbulnya spasme otot agonis secara simultan yang merupakan ciri khas terjadinya tetanus.
Tetospasmin dapat pula memudahkan kontraksi otot spontan pada tetanus yang berat tanpa
potensial aksi pada saraf eferen (Ritarwan K, 2004).

Tetanus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh tetanospasmin, yaitu


sejenis neurotoksin atau racun yang diproduksi oleh Clostridium tetani. Mycrobacterium ini
berbentuk spora dan biasanya masuk ke dalam luka yang terbuka, berkembangbiak secara
anaerobik, dan akan membentuk toksin. Kuman tetanus ini membentuk spora yang
berbentuk lonjong dengan ujung yang butat, khas seperti batang korek api (drum stick). Sifat
spora ini tahan dalam air mendidih selama 4 jam, obat antiseptik tetapi mati dalam autoclaf
bila dipanaskan selama 15–20 menit pada suhu 121°C. Bila tidak kena cahaya, maka spora
dapat hidup di tanah berbulan–bulan bahkan sampai tahunan. Juga dapat merupakanflora
usus normal dari kuda, sapi, babi, domba, anjing, kucing, tikus, ayam dan manusia. Spora
akan berubah menjadi bentuk vegetatif dalam anaerob dan kemudian berkembang biak.
Kuman tetanus tidak invasif. tetapi kuman ini memproduksi 2 macam eksotoksin yaitu
tetanospasmin dan tetanolisin.

Tetanospasmis merupakan protein dengan berat molekul 150.000 Dalton, larut


dalam air labil pada panas dan cahaya, rusak dengan enzim proteolitik. tetapi stabil dalam
bentuk murni dan kering. Tetanospasmin disebut juga neurotoksin karena toksin ini melalui
beberapa jalan dapat mencapai susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala berupa
kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejang–kejang. Tetanolisin menyebabkan lisis dari
sel–sel darah merah (SPS Sumarmo dkk, 2008).

D. Gejala Tetanus

Masa inkubasi tetanus umumnya 3 – 21 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau
hingga beberapa bulan). Hal ini secara langsug disebabkan karena jarak dari tempat
masuknya kuman C. Tetani seperti dari tempat luka ke susunan saraf pusat. Secara umum,
semakin besar jarak antara tempat luka dengan susunan saraf pusat maka masa inkubasi
akan semakin lama. Sebaliknya, semakin pendek masa inkubasi, makan akan semakin
tinggi kemungkinan terjadinya kematian (SPS Sumarmo dkk, 2008).

Karakteristik Tetanus secara umum antara lain:

a. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari.

b. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya

c. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.

d. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher. Kemudian
timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw) karena spasme Otot masetter.

e. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus , nuchal rigidity)

f. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut
mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .

g. Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus.


h. Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.

i. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin,
bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) (Ritarwan K, 2004).

Ada empat bentuk tetanus secara klinis, yaitu:

1. Generalized tetanus (Tetanus umum) Tetanus ini paling umum ditemukan. Derajat luka
bervariasi, mulai dari luka yang tidak disadari hingga luka trauma yang terkontaminasi. Masa
inkubasi sekitar 7-21 hari tergantung jarak luka dengan susunan saraf pusat. Penyakit ini
memilki pola desendens, dengan tanda pertama berupa trismus yang diikuti dengan
kekauan leher, kesulitan menelan, dan spasme pada otot abdomen. Gejala utama berupa
trismus yang terjadi sekitar 75% kasus, dan seringkali ditemukan oleh dokter gigi dan dokter
bedah mulut. Gambaran klinis lainnya meliputi iritabilitas, gelisah, hiperhidrosis dan disfagia
dengan hidrofobia, hipersalivasi dan spasme otot punggung. Spasme dapat terjadi berulang
kali dan berlangsung hingga beberapa menit. Spasme dapat terjadi hingga 3-4 minggu.

2. Localized tetanus (Tetanus lokal) Tetanus lokal pada ektrmitas dengan luka yang
terkontaminasi serta memiliki derajat yang bervariasi. Bentuk ini merupakan tetanus yang
tidak umum dan memiliki prognosis yang baik. Spasme dapat terjadi hingga beberapa
minggu sebelum akhirnya menghilang secara bertahap. Tetanus lokal dapat mendahului
derajat tetanus umum tetapi dengan derajat yang lebih ringan yaitu sekita 1% dalam
menyebabkan kematian.

3. Cephalic tetanus (Tetanus sefalik) Tetanus sefalik umumnya terjadi setelah trauma kepala
atau terjadi setelah infeksi telinga tengah. Gejalanya terdiri dari disfungsi saraf kranialis
motorik (seringkali pada saraf fasialis). Gejala lain dapat berupa gejala pada tetanus lokal
hingga tetanus umum. Bentuk tetanus ini memliki masa inkubasi 1 – 2 hari dan prognosis
biasanya buruk.

4. Tetanus neonatorum Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus, dan pada negara yang
belum berkembang telah menyumbang sekitar setengah kematian neonatus. Penyebab
yang sering adalah akibat dari penggunaan alat – alat yang terkontaminasi untuk memotong
tali pusat ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi sekita 3 – 10 hari. Gejala pada
neonatus ini biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut mecucu, dan spasme berat.
Angka mortalitas dapat melebihi 70% (SPS Sumarmo dkk, 2008).

E. Stadium Tetanus

Berdasarkan gejala klinisnya maka stadium klinis tetanus dibagi menjadi stadium
klinis pada anak dan stadium klinis pada orang dewasa. Stadium klinis pada anak. Terdiri
dari :

 Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang rangsang, dan
belum ada kejang spontan.

 Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang, dan belum ada
kejang spontan.
 Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), kejang rangsang, dan kejang
spontan.

Stadium klinis pada orang dewasa. Terdiri dari :

 Stadium 1 : trisnus

 Stadium 2 : opisthotonus

 Stadium 3 : kejang rangsang

 Stadium 4 : kejang spontan

F. Penularan Tetanus

di dalam Tubuh Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif yaituClostridium tetani
dan bakteri ini berspora. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika
ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia
akan memasuki tubuh pendertita tersebut lalu mengeluarkan toksin yang bernama
tetanospasmin (Adams, et al. 1997). Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia
melalui luka, misalnya luka tusuk, luka robek, luka tembak, luka bakar, luka gigit, luka
suntikan, infeksi telinga, rahim sesudah persalinan atau keguguran, pemotongan tali pusat
yang tidak steril (penyebab utama Tetanus neonatarum). (Cahyono, dkk, 2010).
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja pada beberapalevel dari
susunan syaraf pusat, dengan cara :

a. Toksin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan


acethyl-choline dari terminal nerve di otot.

b. Karakteristik spasme dari tetanus (seperti strichmine) terjadi karena toksin mengganggu
fungsi dari reflex synaptic di spinal cord.

c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral
genglioside.

d. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomic Nervous System (NS) dengan
gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia, aritmia jantung,
peninggian cathecholamine dalam urin. Kerja dari tetanospasmin analog strychnine, di mana
ia mengintervensi fungsi dari arcus reflex yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan
menginhibisi terhadap batang otak. Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal,
yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron yang mensyarafi otot masetter
sehingga terjadi trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitive
terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferent tidak hanyamenimbulkan
kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga
timbul spasme otot yang khas.

Terdapat dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu :

1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawa ke kormu
anterior susunan syaraf pusat.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian
masuk ke dalam susunan syaraf pusat. (Gilroy, et al. 1994) Toksin tetanospasmin menyebar
dari saraf perifer secara ascending bermigrasi secara sentripetal atau secara retrogard
mencapai CNS. Penjalaran terjadi di dalam axis silinder dari sarung parineural. Teori terbaru
berpendapat bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui darah (hematogen) dan
jaringan / system limfatik (Adam, et al. 1997).

G. Pencegahan Tetanus

Seorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan ulangan
artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus bila terjadi luka
sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi. Tidak terbentuknya kekebalan
pada penderita setelah ianya sembuh dikarenakan toksin yang masuk kedalam tubuh tidak
sanggup untuk merangsang pembentukkan antitoksin ( karena tetanospamin sangat poten
dan toksisitasnya bisa sangat cepat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal, yang mana
hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang pembentukan kekebalan).

Ada beberapa kejadian dimana dijumpai natural imunitas. tetani dapat diisolasi dari
tinja manusia. Mungkin organisme yang berada didalam lumenusus melepaskan imunogenic
quantity dari toksin. Ini diketahui dari toksin dijumpai anti toksin pada serum seseorang
dalam riwayatnya belum pernah di imunisasi, dan dijumpai/adanya peninggian titer antibodi
dalam serum yang karakteristik merupakan reaksi secondary imune response pada
beberapa orang yang diberikan imunisasi dengan tetanus toksoid untuk pertama kali.

Dengan dijumpai natural imunitas ini, hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa
insiden tetanus tidak tinggi, seperti yang semestinya terjadi pada beberapa negara dimana
pemberian imunisasi tidak lengkap/ tidak terlaksana dengan baik. Sampai pada saat ini
pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan satu-satunya cara dalam
pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan dengan pemberian imunisasi telah dapat
dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan cara pemberian imunisasi aktif ( DPT atau DT ).
(Ritarwan, 2004)
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodic dan berat.
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastic yang disebabkan
tetanospasmin tetani. Karena penyebab tetanus oleh neurotoksin yang kuat, yaitu
tetanospasmin yang dihasilkan sebagai protein protoplasmik oleh bentuk vegetatif C.
Pembentukan toksin ini dikendalikan oleh plasmid.

3.2.Saran

Saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan dari semua

pihak khususnya rekan-rekan mahasiswa dan dosen mata kuliah ini. Hal tersebut bertujuan

untuk memberikan masukan untuk penulisan makalah-makalah berikutnya.


Daftar pustaka

https://hellosehat.com/penyakit/tetanus/
https://www.halodoc.com/kesehatan/tetanus

Anda mungkin juga menyukai