Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TETANUS

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah

Disusun oleh:
ALBARRA DJ SULEMAN
M18010001

PRODI S1-ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga dapat menyelesaikan tugas ini
guna memenuhi tugas individu untuk mata kuliah keperawatan medical bedah dengan
judul “TETANUS”

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bantul, 01 OKTOBER 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tetanus merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Tetanus dapat terjadi pada orang yang belum diimunisasi, orang yang
diimunisasi sebagian, atau telah diimunisasi lengkap tetapi tidak memperoleh imunitas
yang cukup, karena tidak melakukan booster secara berkala.
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan tingkat
mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Pada tahun 2000, hanya 18.833 kasus
tetanus yang dilaporkan ke WHO. Berdasarkan data dari WHO, penelitian yang
dilakukan oleh Stanfield dan Galazka, dan data dari Vietnam diperkirakan insidens
tetanus di seluruh dunia adalah sekitar 700.000 – 1.000.000 kasus per tahun. Selama
20 tahun terakhir, insidens tetanus telah menurun seiring dengan peningkatan cakupan
imunisasi. Namun demikian, hampir semua negara tidak memiliki kebijakan bagi orang
yang telah divaksinasi yang lahir sebelum program imunisasi diberlakukan ataupun
penyediaan booster yang diperlukan untuk perlindungan jangka lama, serta pada orang-
orang yang lupa melakukan jadwal imunisasi. Di Amerika Serikat, tetanus sudah jarang
ditemukan. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan
menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di
perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian
tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9
tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok >10 tahun, dan sisanya pada bayi <12
bulan.
Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab
kematian pada anak. Meskipun insidens tetanus saat ini sudah menurun, namun kisaran
tertinggi angka kematian dapat mencapai angka 60%. Selain itu, meskipun angka
kejadiannya telah menurun setiap tahunnya, namun penyakit ini masih belum dapat
dimusnahkan meskipun pencegahan dengan imunisasi sudah diterapkan secara luas di
seluruh dunia. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai
penatalaksanaan serta pencegahan tetanus guna menurunkan angka kematian penderita
tetanus, khususnya pada anak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi penyakit tetanus
2. Bagaimana etiologi penyakit tetanus
3. Bagaimana klasifikasi dari tetanus
4. Bagaimana patofisiologi dari tetanus
5. Bagaimana manifestasi klinis dari klien tetanus
6. Bagaimana penatalaksanaan klien tetanus

C. TUJUAN
1. Memahami definisi penyakit tetanus
2. Memahami etiologi penyakit tetanus
3. Mengetahui klasifikasi dari tetanus
4. Mengetahui patofisiologi dari tetanus
5. Mengetahui manifestasi klinis dari klien dengan tetanus
6. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan tetanus
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman
Clostridium tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara paroksisme dan diikuti
kekuatan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini tampak pada otot maseter dan
otot-otot rangka (Batticaca, Fransisca B, 2008:126).
Tetanus Neonatorum adalah penyakit infeksi pada neonates yang disebabkan
oleh spora tetanus yang masuk melalui tali pusat, karena perawatan/tindakan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan (Nugroho, 2011:83).
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani
yang menghasilkan exotoksin (Suriadi, 2010:247).

B. ETIOLOGI
Clostridium tetani merupakan basil berbentuk batang yang bersifat anaerob,
membentuk spora (tahan panas), gram positif, mengeluarkan eksotosin yang bersifat
neurotoksin (yang efeknya mengurangi aktivitas kendali SSP), patogenesis
bersimbiosis dengan mikroorganisme piogenik (pyogenic). Basil ini banyak ditemukan
pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanah yang dipupuk kotoran kuda. Penyakit tetanus
banyak terdapat pada luka dalam, luka tusuk, luka dengan jaringan mati (corpus
alienum) karena merupakan kondisi yang baik untuk proliferasi anaerob. Luka dengan
infeksi piogenik dimana bakteri piogenik mengonsumsi eksogen pada luka sehingga
suasana menjadi anaerob yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus (Batticaca,
Fransisca B, 2008).

C. KLASIFIKASI
Menurut Nugroho, 2011:83, terdapat klasifikasi menurut gejala:
 Stadium 1 : tanpa kejang tonik umum, trismus 3 cm
 Stadium 2 : kejang tonik umum bila dirangsang, trismus 3 cm atau lebih kecil
 Stadium 3 : kejang tonik umum spontan, trismus 1 cm

D. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya tetanus adalah penyakit yang terjadi akibat pencemaran
lingkungan oleh bahan biologis (spora) sehingga upaya kausal menurunkan attack rate
adalah dengan cara mengubah lingkungan fisik atau biologik. Port d’entree tak selalu
dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui :
1. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang
luas.
2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridement) dengan baik.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat dengan
kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan merupakan penyebab
utama masuknya spora pada puntung tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus
tetanus neonatorum.
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang masuk ke dalam
tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob),
sehingga berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi hal ini tidak
mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh sel vegetatif yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua
eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisis
tetapi tidak berperan dalam penyakit ini. Gejala klinis tetanus disebabkan oleh
tetanospasmin. Tetanospasmin melepaskan pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1)
motor end plate di otot rangka, (2) medula spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa
kasus, pada sistem saraf simpatis.
Diperkirakan dosis letal minimum pada manusia sebesar 2,5 nanogram per
kilogram berat badan (satu nanogram = satu milyar gram), atau 175 nanogram pada
orang dengan berat badan 70 kg.
Hipotesis bahwa toksin pada awalnya merambat dari tempat luka lewat motor end plate
dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan menyebar
ke susunan saraf pusat lebih banyak dianut daripada lewat pembuluh limfe dan darah.
Pengangkutan toksin ini melewati saraf motorik, terutama serabut motorik. Reseptor
khusus pada ganglion menyebabkan fragmen C toksin tetanus menempel erat dan
kemudian melalui proses perlekatan dan internalisasi, toksin diangkut ke arah sel
secara ektra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membran dan gangguan
enzim yang menyebabkan kolin-esterase tidak aktif, sehingga kadar asetilkolin menjadi
sangat tinggi pada sinaps yang terkena. Toksin menyebabkan blokade pada simpul
yang menyalurkan impuls pada tonus otot,sehingga tonus otot meningkat dan
menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin meningkat akan menimbulkan spasme
terutama pada otot yang besar.
Dampak toksin antara lain :
1. Dampak pada ganglion pra sumsum tulang belakang disebabkan karena eksotoksin
memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan dan koordinasi impuls
sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku.
2. Dampak pada otak, diakibatkan oleh toksin yang menempel pada gangliosida serebri
diduga menyebabkan kekakuan dan spasme yang khas pada tetanus.
3. Dampak pada saraf otonom, terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan
gejala keringat yang berlebihan, hipertermia, hipotensi, hipertensi, aritmia, heart block,
atau takikardia.
Berdasarkan Suriadi (2010:207), menjelaskan patofisiologi tetanus sebagai
berikut:
1. Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti; luka tertusuk paku,
pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi
dapat melalui tali pusat.
2. Organisme multiple membentuk dua toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan
toksin kuat dan atau neurotropic yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme
otot, dan mempengaruhi system saraf pusat.Kemudian tetanolysin yang
tampaknya tidak signifikan.
3. Exsotoksin yang dihasilkanakan mencapai pada system saraf pusat dengan
melewati akson neuron atau system vascular. Kuman ini menjadi terikat pada sel
saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin
spesifik.Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah
dinetralkan oleh arititoksin.
4. Hipotesa cara absorbs dan cara bekerjanya toksin; adalah pertama toksin
diabsorbsi pada ujung saraf motoric dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu
anterior susunan saraf pusat. Kedua toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik,
masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf
pusat.
5. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot menjadi kejang
dan mudah sekali terangsang.
6. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata- rata 10 hari.Kasus yang sering
terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonates biasanya 5 sampai 14 hari.

E. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi tetanus umumnya 3-21 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau
hingga beberapa bulan). Hal ini secara langsung berhubungan dengan jarak dari tempat
masuknya kuman C. tetani (tempat luka) ke Susunan Saraf Pusat (SSP); secara umum
semakin besar jarak antara tempat luka dengan SSP, masa inkubasi akan semakin lama.
Semakin pendek masa inkubasi, akan semakin tinggi kemungkinan terjadinya
kematian.

Ada empat bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni :

1. Generalized tetanus (Tetanus umum)


Tetanus umum merupakan bentuk yang sering ditemukan. Derajat luka
bervariasi, mulai dari luka yang tidak disadari hingga luka trauma yang terkontaminasi.
Masa inkubasi sekitar 7-21 hari, sebagian besar tergantung dari jarak luka dengan SSP.
Penyakit ini biasanya memiliki pola yang desendens. Tanda pertama berupa
trismus/lock jaw, diikuti dengan kekakuan pada leher, kesulitan menelan, dan spasme
pada otot abdomen. Gejala utama berupa trismus terjadi sekitar 75% kasus, seringkali
ditemukan oleh dokter gigi dan dokter bedah mulut. Gambaran klinis lainnya meliputi
iritabilitas, gelisah,hiperhidrosis dan disfagia dengan hidrofobia, hipersalivasi dan
spasme otot punggung. Manifestasi dini ini merefleksikan otot bulbar dan paraspinal,
mungkin karena dipersarafi oleh akson pendek. Spasme dapat terjadi berulang kali dan
berlangsung hingga beberapa menit. Spasme dapat berlangsung hingga 3-4 minggu.
Pemulihan sempurna memerlukan waktu hingga beberapa bulan
2. Localized tetanus (Tetanus lokal)
Tetanus lokal terjadi pada ektremitas dengan luka yang terkontaminasi serta
memiliki derajat yang bervariasi. Bentuk ini merupakan tetanus yang tidak umum dan
memiliki prognosis yang baik. Spasme dapat terjadi hingga beberapa minggu sebelum
akhirnya menghilang secara bertahap. Tetanus lokal dapat mendahului tetanus umum
tetapi dengan derajat yang lebih ringan. Hanya sekitar 1% kasus yang menyebabkan
kematian.
3. Cephalic tetanus (Tetanus sefalik)
Tetanus sefalik umumnya terjadi setelah trauma kepala atau terjadi setelah
infeksi telinga tengah. Gejala terdiri dari disfungsi saraf kranialis motorik (seringkali
pada saraf fasialis). Gejala dapat berupa tetanus lokal hingga tetanus umum. Bentuk
tetanus ini memiliki masa inkubasi 1-2 hari. Prognosis biasanya buruk.
4. Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada
negara yang belum berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian neonatus.
Penyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi untuk
memotong tali pusat pada ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi sekitar 3-10 hari.
Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut mencucu dan spasme berat.
Angka mortalitas dapat melebihi 70%.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan tetanus ada 2 macam yaitu farmakologi dan
non-farmakologi.

1. Farmakologi

a. Antitoksin: antitoksin 20.000 1u/ 1.M/5 hari. pemberian baru diberikan setelah
dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.

b. Anti kejang (antikonvulsan)

1) Fenobarbital (luminal): 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikan mula-


mula 60-100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6x30 mg/hari (max. 200mg/hari).

2) Klorpromasin: 3x25 mg/1.M/hari. Untuk anak-anak mula-mula 4-6


mg/kg BB.

3) Diazepam: 0,5-10 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll.

c. Antibiotic: penizilin procain 1juta 1u/hari atau tetrasifilin 1gr/hari/1.V. Dapat


memusnahkan tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologiknya.

2. Non-farmakologi

a. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,


b. Diet TKTP. Pemberian tergantung kemampuan menelan. Bila trismus,
diberikan lewat sonde parenteral.
c. Isolasi pada ruang yang tenang, bebas dari rangsangan luar.
d. Memberikan penjelasan terkait dengan pentingnya imunisasi tetanus
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman Clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah
penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan
kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/archive/plans?doc=250039419&metadata=%7B"context"%3
A""%archive_view_restricted2C"page"%3A"read"%2C"action"%3A"download"%2
C"logged_in"%3Atrue%2C"platform"%3A"web"%7D

Anda mungkin juga menyukai