Anda di halaman 1dari 4

HEPATITIS

Virus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera hepatosit terutama dengan
merangsang reaksi peradangan dan imun sel inang yang pada akhirnya merusak hepatosit; meski pada
beberapa keadaan virus tersebut dapat secara langsung mencederai sel-sel tersebut. Reaksi
peradangan melibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin, pembentukan sitokin, aktivasi
komplemen, lisis sel-sel terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan
interstisium.

HEPATITIS A

Hepatitis A disebabkan oleh virus RNA dari gen Enterovirus. Bentuk hepatitis ini ditularkan terutama
melalui rute fekal-oral, melalui konsumsi makanan atau minuman yang terinfeksi virus. Virus
ditemukan di feses pasien yang terinfeksi sebelum awitan gejala dan selama beberapa hari pertama
penyakit. Periode inkubasi diperkirakan berlangsung selama 2 sampai 6 minggu, dengan rata-rata 4
minggu. Perjalanan penyakit dapat berlangsung selama 4 sampai 8 minggu. Virus terdapat di dalam
serum dalam waktu singkat; pada saat ikterik terjadi; pasien cenderung tidak terinfeksi. Individu yang
imun/ kebal terhadap hepatitis A dapat terkena bentuk hepatitis yang lain. Pemulihan dari hepatitis A
biasanya terjadi; hepatitis A jarang berlanjut menjadi nekrosis hati akut dan hepatitis berat
(fulminant). Tidak ada status carier, dan tidak ada kasus hepatitis kronis yang disebabkan oleh
hepatitis A.

Manifestasi Klinis

1. Banyak pasien tidak mengalami ikterik (tanpa ikterik) dan tidak menunjukkan gejala.
2. Ketika gejala muncul, sifatnya ringan, seperti flu, infeksi pernapasan atas, disertai demam ringan.
3. Anoreksi adalah gejala awal dan sering kali berat.
4. Selanjutnya, dapat terjadi ikterik dan urine berwarna pekat.
5. Dispepsia terjadi dalam beragam derajat.
6. Hati dan limpa kerap sedikit membesar selama beberapa hari setelah awitan.
7. Pasien mungkin merasa muak terhadap asap rokok dan bau yang kuat; gejala cenderung
menghilang ketika ikterik mencapai puncaknya.
8. Gejala mungkin lebih ringan pada anak-anak, pada dewasa, gejala mungkin lebih berat, dan
perjalanan penyakit lebih panjang.

Pengkajian dan Metode Diagnostik

1. Analisis feses untuk menemukan antigen hepatitis A.


2. Antibodi serum virus hepatitis A, imunoglobulin.

Pencegahan

1. Mencuci tangan dengan baik, suplai air yang aman, kontrol pembuangan sampah yang benar.
2. Vaksin hepatitis.
3. Pemberian imunoglobulin, jika sebelumnya belum divaksinasi, untuk mencegah hepatitis A jika
diberikan dalam 2 minggu sejak terpajan.
4. Imunoglobulin direkomendasikan untuk anggota keluarga di rumah dan untuk orang yang
melakukan hubungan seksual dengan penderita hepatitis A.
5. Pemberian profilaksis direkomendasikan untuk mereka yang akan berkunjung ke negara
berkembang atau ke lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk atau tidak pasti, sedangkan
mereka tidak punya cukup waktu untuk mendapatkan vaksin hepatitis A.

Penatalaksanaan

1. Tirah baring selama stadium akut, anjurkan diet bernutrisi.


2. Berikan makanan dalam jumlah sedikit namun sering yang dilengkapi dengan glukosa per IV jika
diperlukan selama periode anoreksia.
3. Tingkatkan ambulasi secara bertahap namun progresif untuk mempercepat pemulihan. Pasien
biasanya dirawat di rumah, kecuali gejala berat.
4. Bantu pasien dan keluarga mengatasi ketidakmampuan dan keletihan sementara yang
merupakan masalah yang lazim terjadi pada pasien hepatitis A.
5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang indikasi untuk mencari layanan kesehatan lain jika
gejala menetap atau memburuk.
6. Informasikan pasien dan keluarga mengenai diet, istirahat, pemeriksaan darah lanjutan,
menghindari alkohol, dan sanitasi serta tindakan kebersihan (mencuci tangan) untuk mencegah
penyebaran penyakit ke anggota keluarga lain.
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai cara mengurangi risiko hepatitis A.: higiene personal yang
baik dengan mencuci tangan hingga bersih, sanitasi lingkungan dengan suplai makanan dan air
yang aman serta pembuangan sampah.

Penatalaksanaan Keperawatan

HEPATITIS B

Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA yang ditularkan terutama melalui darah. Virus ditemukan di
saliva, semen dan sekresi vagina serta dapat ditularkan melalui membran mukosa dan luka pada kulit.
Hepatitis B memiliki periode inkubasi yang panjang (1 sampai 6 bulan). Virus hepatitis B
memperbanyak diri di dalam hati dan tetap berada di dalam serum dalam periode waktu yang lama
sehingga memungkinkan penyebaran virus. Mereka yang berisiko mencakup semua tenaga
kesehatan, pasien di unit hemodialisis dan onkologi, pria biseksual dan homoseksual yang seksual-
aktif, dan pengguna obat-obatan IV. Sekitar 10% pasien berstatus carier atau menderita hepatitis
kronis. Hepatitis B tetap menjadi penyebab sirosis dan karsinoma hepatoseluler utama di seluruh
dunia.

Manifestasi Klinis

1. Gejala mungkin bersifat tersembunyi dan beragam, episode subklinis seringkali dijumpai, gejala
demam dan pernapasan jarang terjadi; beberapa pasien mengalami artralgia dan ruam.
2. Kehilangan nafsu makan, dispepsia, nyeri abdomen, sakit di seluruh tubuh, malaise, dan
kelemahan dapat terjadi.
3. Ikterik bisa terjadi, bisa juga tidak. Pada kasus ikterik, feses berwarna terang dan urine berwarna
gelap.
4. Liver/ hati mungkin terasa kenyal dan membesar; limpa membesar dan terpalpasi pada beberapa
pasien. Nodus limfe servikal posterior juga dapat membesar.

Pengkajian dan Temuan Diagnostik


Antigen permukaan hepatitis B tampak di dalam darah 90% pasien. Antigen tambahan membantu
menegakkan diagnosis.

Pertimbangan Gerontologik

Pasien lansia yang terkena hepatitis B berisiko tinggi mengalami nekrosis sel hati berat atau gagal hati
fulminah (parah). Karena pasien mengalami sakit serius dan prognosisnya buruk, berbagai upaya harus
dilakukan untuk menghilangkan faktor lain (mis., medikasi, alkohol) yang dapat memengaruhi fungsi
hati.

Pencegahan

1. Skrining donor darah.


2. Higiene personal yang baik.
3. Edukasi.
4. Vaksin hepatitis B.

Penatalaksanaan Medis

1. Alfa-interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.


2. Lamivudin (Epivir) dan adefovir (Hepsera).
3. Tirah baring dan pembatasan aktivitas sampai pembesaran hati dan peningkatan kadar bilirubin
serum dan enzim hati telah teratasi.
4. Pertahankan nutrisi yang adekuat, batasi protein jika kemampuan hati untuk memetabolisme
produk sekunder protein terganggu.
5. Berikan antasid dan antiemetik untuk mengatasi dispepsia dan malaise umum, hindari semua
medikasi jika pasien muntah.
6. Lakukan hospitalisasi dan berikan terapi cairan jika muntah terus-menerus terjadi.

Penatalaksanaan Keperawatan

1. Waktu pemulihan mungkin akan memanjang dan pasien dapat kembali pulih dalam 3 sampai 4
bulan, dorong aktivitas bertahap setelah ikterik benar-benar hilang.
2. Identifikasi isu dan kekhawatiran psikososial, terutama efek perpisahan dari keluarga dan teman
jika pasien menjalani perawatan di RS, jika tidak dirawat, pasien tidak akan mampu bekerja dan
harus menghindari kontak seksual.
3. Libatkan keluarga dalam membuat perencanaan untuk membantu mengurangi ketakutan dan
kecemasan mereka mengenai penyebaran penyakit.
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan di rumah dan pemulihan.
5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk meluangkan cukup waktu untuk beristirahat dan
mendapatkan nutrisi yang adekuat.
6. Informasikan keluarga dan teman dekat mengenai risiko hepatitis B
7. Atur agar keluarga dan teman intim untuk mendapatkan vaksin hepatitis B atau imunoglobulin
hepatitis B sesuai program.
8. Ingatkan pasien untuk menghindari meminum alkohol dan memakan kerang mentah.
9. Informasikan keluarga bahwa kunjungan lanjutan oleh perawat home care diindikasikan untuk
mengkaji kemajuan dan pemahaman, memperjelas penyuluhan yang diberikan, dan menjawab
pertanyaan.
10. Dorong pasien untuk menggunakan strategi guna mencegah pertukaran cairan tubuh, seperti
menghindari hubungan seksual atau menggunakan kondom.
11. Tekankan pentingnya memenuhi jadwal kunjungan tindak lanjut dan berpartisipasi dalam
aktivitas promosi kesehatan lain serta melakukan skrining kesehatan yang direkomendasikan.

HEPATITIS C

Sebagian besar kasus hepatitis yang disebabkan oleh virus bukanlah hepatitis A, B, atau D, melainkan
hepatitis C. Hepatitis C adalah bentuk primer hepatitis yang ditularkan melalui cara parenteral
(penggunaan bersama jarum yang terkontaminasi, tertusuk jarum atau cedera pada petugas
kesehatan, transfusi darah) atau hubungan seksual. Periode inkubasi beragam dan dapat berkisar dari
15 sampai 160 hari. Perjalanan klinis hepatitis C serupa dengan hepatitis B, gejala biasanya ringan.
Status carrier kronis seringkali dijumpai. Terdapat peningkatan risiko sirosis dan kanker hati setelah
hepatitis C. Terapi kombinasi menggunakan ribavirin (Rebetol) dan interferon (Intron-A) efektif untuk
mengobati pasien hepatitis C dan mengatasi kekambuhan.

HEPATITIS D

Hepatitis D (agens delta) terjadi pada beberapa kasus hepatitis B. Karena virus memerlukan antigen
permukaan hepatitis B untuk melakukan replikasi, hanya pasien hepatitis B yang berisiko. Hepatitis D
sering terjadi pada pengguna obat IV, pasien hemodalisis, dan penerima transfusi darah multipel.
Kontak seksual adalah metode penularan hepatitis B dan D yang penting. Inkubasi beragam antara 30
dan 150 hari. Gejala serupa dengan hepatitis B; bedanya, pasien lebih cenderung menderita hepatitis
fulminan dan berkembang menjadi hepatitis aktif kronis dan sirosis. Terapi serupa dengan terapi untuk
bentuk hepatitis yang lain.

HEPATITIS E

Virus hepatitis E ditularkan melalui rute fekal-oral, terutama melalui air yang mengkontaminasi dan
sanitasi yang buruk. Inkubasi beragam dan diperkirakan berkisar antara 15 dan 65 hari. Secara umum,
hepatitis E menyerupai hepatitis A. Hepatitis E dapat sembuh dengan sendirinya dan awitannya
mendadak. Ikterik hampir selalu terjadi. Bentuk kronis tidak terjadi. Metode pencegahan utamanya
adalah menghindari kontak dengan virus melalui higiene (mencuci tangan). Efektivitas imunoglobulin
dalam memberi perlindungan terhadap virus hepatitis E tidak pasti.

HEPATITIS G

Hepatitis G (bentuk terbaru) adalah hepatitis pascatransfusi dengan periode inkubasi berkisar dari 14
sampai 145 hari. Tidak terdapat autoantibodi. Faktor risiko ini serupa dengan faktor risiko untuk
hepatitis C.

Anda mungkin juga menyukai