Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PSIKOSEKSUAL

untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Dosen pengampu :

Ns. ERRICK ENDRA CITTA, M.Kep

Disusun oleh :

ALBARRA DJ SULEMAN
M18010001

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
a. Latar Belakang...............................................................................................1
A. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
Pembahasan.............................................................................................................3
A. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
a. Pengertian.....................................................................................................3
b. Jenis - Jenis Penyimpangan Perilaku Seksual................................................3
c. Tanda – Tanda Gangguan Psikoseksual........................................................6
d. Faktor - Faktor Penyebab Psikoseksual........................................................6
e. Penatalaksanaan gangguan psikoseksual.....................................................8
f. Rehabilitasi Gangguan Psikoseksual...........................................................10
B. TEORI PEKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL SIGMUND FREUD......................10
C. ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSEKSUAL................................................11
b. Pengkajian...................................................................................................11
c. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.......................................................12
d. Intervensi....................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa


ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal
balik antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya merupakan
dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan
yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis
kelamin yang membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini
bersatu, maka disebut perilaku seks.

Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah,


psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan
hubungan seks manusia.

Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara


fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap
hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Akan
tetapi sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral,
Seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka
mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya.

Beberapa tahun terakhir ini, persepsi masyarakat terhadap segala


sesuatu yang berhubungan dengan masalah seksual telah mengalami
perubahan yang drastis. Perilaku telah beranjak dari posisi nilai moral
menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah
moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai
gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku seks juga merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam

1
masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya
yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki
persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.

Dengan demikian, maka seks juga bio-psiko-sosial, karena itu


pendidikan mengenai seks harus holistik pula. Bila dititikberatkan pada salah
satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan dalam hal ini
pada individu atau pada masyarakat dalam jangka pendek atau jangka
panjang, umpamanya hanya aspek biologi saja yang diperhatikan atau hanya
aspek psikologik ataupun sosial saja yang dipertimbangkan.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian gangguan psikoseksual


2. Untuk mengetahui jenis – jenis penyimpangan psikoseksual
3. Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab gangguan psikoseksual
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan psikoseksual
5. Untuk mengetahui rehabilitasi gangguan psikoseksual
6. Untuk mengetahui teori pekembangan psikoseksual
7. Untuk mengetahui askep psikoseksual

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian

Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan


fisiologi pada laki-laki dan  perempuan, hubungan fisik antar individu
(aktivitas seksual genital)

Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka


dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang
lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan
perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.

Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi


perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal
balik antara kedua orang individu tersebut. (Hidayat, )

Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek


somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan
cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian,
komunikasi dan cinta (WHO, 1975).

Perilaku penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang


tidak dapatditerima oleh masyarakat dan tidak sesuai dengan tata cara serta
norma-norma agama.Penyimpangan seks dikuasai oleh kebutuhan-
kebutuhan neorotis dengan dorongan-dorongan non-seks daripada
kebutuhan erotis yang pada akhirnya menutun seseorang paadtingkah laku
menyimpang.

3
b. Jenis - Jenis Penyimpangan Perilaku Seksual

1. Transeksualisme
Rasa tidak nyaman yang menetap dan adanya ketidakwajaran seks
dengan preokupasi yang menetap (sedikitnya untuk 2 tahun) dengan
menyisihkan karakteristik seks primer dan sekunder dan memperoleh
karakteristik lawan jenis.
2. Gangguan identitas jender pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa.
Tekanan yang kuat dan menetap mengenai status sebagai laki-laki atau
perempuan dengan keinginan yang kuat untuk berjenis kelamin lawan
seks dan penanggalan struktur anatomis individu.
3. Pedofilia
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain yang melibatkan seorang anak atau lebih yang berusia 13
tahun kebawah.
4. Eksibisionisme
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain dengan memamerkan genitalnya kepada orang
asing/orang yang belum dikenal.
5. Sadisme Seksual
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain yang menimbulkan kesakitan yang nyata atau stimulasi
psikologis dan penderitaan fisik.
6. Masokisme Seksual
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan ,fantasi atau
rangsangan lain yang melibatkan penghinaan, pemukulan, pengikatan
atau hal-hal lain yang sengaja dilakukan untuk menderita.

4
7. Voyeurisme
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsunag selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain yang melibatkan pengamatan terhadap orang-orang yang
telanjang, sedang meninggalkan pakaian atau sedang melakukan kegiatan
seksual tanpa diketahui mereka.
8. Fetisisme
Terjadi hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan,
antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain dengan menggunakan objek mati.
9. Fetisisme Transvestik
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain dengan menggunakan pakaian orang lain.
10. Frotterurisme
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berakhir 6 bulan antara
rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain
meraba tanpa persetujuam pihak lain.
11. Gangguan keinginan Seksual Hipoaktif
Defisit yang menetap/berulang atau tidak terdapatnya fantasi seksual dan
keinginan untuk melakukan kegiatan seksual.
12. Gangguan Keengganan Seksual
Keengganan yang berlebihan dan menetap dan menghindari semua atau
hampir semua kontak dengan pasangan seksual.
13. Gangguan Rangsangan Seksual
Kegagalan yang menetap dan sebagian untuk mencapai atau
mempertahankan respons fisiologis dari kegiatan seksual atau hilangnya
kepuasan seksual selama kegiatan seksual dilakukan.
14. Hambatan Orgasme

5
Keterlambatan yang menetap atau tidak adanya orgasme yang menyertai
pada saat fase puncak hubungan seksual, walaupun menurut tenaga
profesional terhadap intensitas, lama dan fokus yang sesuai dengan usia
individu

c. Tanda – Tanda Gangguan Psikoseksual

1. Gangguan rangsangan seksual

Penderita disfungsi seksual jenis ini masih memiliki hasrat


berhubungan seksual. Namun, penderitanya sulit untuk
terangsang atau mempertahankan rangsangan selama
berhubungan seksual.

2. Gangguan orgasme

Perempuan yang menderita disfungsi seksual jenis ini akan


mengalami kesulitan mencapai orgasme meski rangsangan dan
stimulasi dilakukan terus menerus.

3. Disfungsi ereksi

Disfungsi ereksi atau impotensi akan mengakibatkan laki-


laki sulit untuk menjaga penisnya tetap ereksi saat berhubungan
seksual.

4. Gangguan ejakulasi

Kondisi ini menyebabkan laki-laki mengalami ejakulasi


terlalu cepat (ejakulasi dini) atau justru terlalu lama saat
berhubungan seksual

d. Faktor - Faktor Penyebab Psikoseksual

1. Pertimbangan Perkembangan
 Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial,
emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan
mempengaruhi seksualitas individu.

6
 Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
 Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama
untuk dapat mencapai kepuasan seksual.
 Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu
untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang
tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk
penyakit.
 Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup
yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan.
3. Peran dan Hubungan
 Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya.
 Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang
memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan
hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan
dipercayainya.
 Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan
oleh dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri
 Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak
langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan
 Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang
seksualitas dapat mempengaruhi individu.
 Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas
dan perilaku seksual.
 Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi
seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual.

7
6. Agama
 Pandangan agama tertentu yang diajarkan, ternyata berpengaruh
terhadap ekspresi seksualitas seseorang.
 Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap
tidak wajar.
 Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian
dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu.
7. Etik
 Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997)
tergantung pada terbebasnya individu dari rasa bersalah dan
ansietas.
 Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang
lain.

e. Penatalaksanaan gangguan psikoseksual

1. Sikap dan pengertian orang tua


Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur,
sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat
berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya
ereksi, mulai adanya haid dn fenomena sexual secunder lainnya. Keluarga
juga harus menciptakan suasana rumah tangga yang dapat mengangkat
harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya. Hindarkan anak
dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar
porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri,
yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya.
2. Pendidikan seks
Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang
seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada
permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi
dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-
penjelasan seksual yang sederhana dan informatif.

8
Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi
yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab
dan menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan
pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia adolescent
telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
3. Teknik Fisiologis
Dibuat berdasarkan fakta bahwa dorongan seksual dapat
dikurangi dengan kastrasi dan pemberian hormon. Terapi hormonal
disertai dengan terapi psikologi telah digunakan untuk menurunkan
dorongan seksual secara sementara.
4. Psikologis
Seseorang yang melakukan penyimpangan seks, secara umum ia
mempunyai beban psikologis yaitu merasa berdosa dan minder. Maka
untuk penyembuhan ini si penderita bisa menghubungi atau
berkonsultasi dengan psikolog atau konselor di sekolah, karena konselor
dan psikolog tersebut akan menyembuhkan si penderita sampai dia tiak
merasa terbebani dan timbul percaya diri lagi dan juga tidak mengulangi
lagi penyimpangan seks.
5. Farmakoterapi:
a. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya
tidak
terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak
diubah. Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
b. Pengobatan dengan neuroleptik
1) Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan
peroral.
2) Fluphenazine enanthate

9
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan
sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat.
Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan.
3) Pengobatan dengan trnsquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan
kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena
dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara
menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer
berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik.
6. Medis
Pada umumnya orang yang melakukan penyimpangan seks
akanterkena penyakit. Sedangkan pada umunya terapi melalui medis
menyangkut keadaan fisik seseorang yang terkena penyakit, maka terapi
medis ini langsung pada pengobatan yang dilakukan oleh dokter sampai
sembuh.
7. Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk
menikah dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk
menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan penyimpangan seksual.

f. Rehabilitasi Gangguan Psikoseksual

Tindakan kuratif dan rehabilitasi dalam mengatasi gangguan


psikoseksual berarti usaha untuk memulihkan kembali (menolong) orang
-orang yang mengalami gangguan psikoseksal agar kembali dalam
perkembangan yang normal atau sesuai dengan aturan-aturan/norma-
norma hukum yang berlaku. Sehingga pada diri orang tersebut tumbuh
kesadaran dan terhindar dari gangguan psikosekseual Penanggulangan ini
dilakukan melalui pembinaan secara khusus maupun perorangan yang
ahli dalam bidang ini.

10
B. TEORI PEKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL SIGMUND FREUD

Dalam teori psikologi yang dikembangkan Sigmund Freud,


perkembangan psychosexual adalah elemen utama dalam teori
psikoanalitis dorongan seksual bahwa manusia sejak lahir memiliki libido
insting (energi seksual) yang berkembang dalam 5 tahap. Dalam
Psikoanalisis yang dikembangkan Freud ada pula istilah psychosexual
disorder atau kelainan psychosexual yang merujuk pada permasalahan
seksual timbul karena faktor psikologi.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSEKSUAL

C. Pengkajian

Berikut ini pedoman wawancara/anamnesa yang baik dalam mengumpulkan


data yang berkaitan dengan aspek psikoseksual :

1. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang


menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah
seksual.
2. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
3. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual,
jangan terburu-buru.
4. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk
mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan
dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas.
5. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas,
biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang.
6. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit
dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual.
7. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang
masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari
klien.

11
8. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal
yang belum jelas.
9. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai
klien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan
tentang masalah seksual.

Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk
mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :

1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual.


2. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau
ketidakpuasan seksual.
3. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran
atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan
seksual.
4. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah,
perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum
terselesaikan secara tuntas.

D. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi


tubuh, penganiayaan fisik (seksual), depresi.
Batasan Karakteristik :

 Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual

 Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak


genital

 Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan


seksual selama aktivitas seksual

 Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis


selama aktivitas seksual

 Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi

12
 Ejakulasi prematur

 Nyeri genital selama koitus

 Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis

2. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan seksual yang


berbeda, penyesuaian diri terhadap seksual terlambat.

Batasan Karakteristik :

 Laporan adanya kesukaran, pembatasan atau perubahan dalam


perilaku atau aktivitas seksual

 Laporan bahwa getaran seksual hanya dapat dicapai melalui


praktik yang berbeda

 Hasrat untuk mengalami hubungan seksual yang memuaskan


dengan individu lain tanpa butuh getaran melalui praktik yang
berbeda

E. Intervensi

Dx
Keperawata Tujuan Intervensi
n
1 Tujuan Jangka Pendek : 1. Kaji riwayat seksual dan
tingkat kepuasan
 Pasien dapat
sebelumnya dalam
mengidentifikasi stresor
hubunngan seksual
yang berperan dalam
2. Kaji persepsi pasien
penurunan fungsi seksual
terhadap masalah
dalam 1 minggu
3. Bantu pasien menetapkan
 Pasien dapat
dimensi waktru yang
mendiskusikan patofisiologi
berhubungan dengan
proses penyakitnya yang
awitan masalah dan
menimbulkan disfungsi
diskusikan apa yang terjadi
seksual dalam 1 minggu

13
 Untuk pasien dengan dalam situasi
disfungsi permanen kehidupannya pada waktu
karenan proses penyakit : itu
pasien akan mengatakan 4. Kaji alam perasaan dan
keinginan untuk mencari tingkat energi pasien
bantuan profesional dari 5. Tinjau aturan pengobatan,
seorang terapis seks supaya observasi efek samping
belajar alternatif cara untuk 6. Anjurkan pasien untuk
mencapai kepuasan seksual mendiskusikan proses
dengan pasangannya dalam penyakit yang mungkin
dimensi waktu ditetapkan menambah disfungsi
sesuai individu seksual
7. Dorong pasien untuk
Tujuan Jangka Panjang :
menanyakan hal-hal yang
 Pasien akan berkenaan dengan seksual
mendapatkan kembali dan fungsi yang mungkin
aktivitas seksual pada menyusahkan dirinya
tingkat yang memuaskan
untuk dirinya dan
pasangannya (dimensi
waktu ditentukan oleh
situasi individu)

2 Tujuan Jangka Pendek : 1. Kaji riwayat seksual,


perhatikan ekspresi area
 Pasien akan mengatakan
ketidakpuasan pasien
aspek-aspek seksualitas yang
terhadap pola seksual
ingin diubah
Kaji area-area stress
 Pasien dan pasangannya 2.
dalam kehidupan pasien
akan saling berkomunikasi
dan periksa hubungan
tentang cara-cara dimana
dengan pasangan
masing-masing meyakini
seksualnya
hubungan seksual mereka
dapat diperbaiki 3. Catat faktor-faktor
budaya, sosial, etnik dan
Tujuan Jangka Panjang :
religius yang mungkin
 Pasien akan memperlihatkan menambah konflik yang
kepuasan dengan pola berkenaan dengan praktik
seksualitasnya sendiri seksual yang berbeda

14
 Pasien dan pasangannya 4. Terima dan jangan
akan memperlihatkan menghakimi
kepuasan dengan hubungan 5. Bantu therapy dengan
seksualnya perencanaan modifikasi
perilaku untuk membantu
pasien yang berhasrat
untuk menurunkan
perilaku-perilaku seksual
yang berbeda
6. Jika perubahan pola
seksualitas berhubungan
dengan penyakit atau
pengobatan medis,
berikan informasi untuk
pasien dan pasangannya
berkenaan dengan
hubungan antara penyakit
dan perubahan seksual

Hasil pasien yang diharapkan / kriteria pulang

1. Pasien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial


yang mengganggu fungsi seksual

2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang


hubungan seksual mereka tanpa merasa tidak nyaman

3. Pasien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk


mencari bantuan dari terapi seks yang professional

4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada


tahap yang memuaskan dirinya dan pasangannya

5. Pasien dan pasangannya mengatakan modifilkasi dalam aktivitas


seksual dalam berespon pada keterbatasan karena penyakit atau
tindakan medis

15
16
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan
1. Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara kedua orang individu tersebut. (Hidayat, )
2. Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek
somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual,
dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).

17
DAFTAR PUSTAKA

Supartini,Yeni. 2004. “Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak 1”.


Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2008. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta:


EGC

Ardiana, Anisah. 2007. “Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


Manusia”. http//Konsep-Pertumbuhan-dan-Perkembangan-Manusia.html
diakses tanggal 19 Mei 2011

Diah. 2009. “perbedaan teori perkembangan kepribadian dan persepsi


manusia sigmund freud dan erik erickson”. http// perbedaan-teori-
perkembangan-kepribadian-dan-persepsi-manusia.html (on-line/ diakses tanggal
19 Mei 2011)

Hidayat, Aziz alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan.

17

Anda mungkin juga menyukai