Dosen pengampu :
Disusun oleh :
ALBARRA DJ SULEMAN
M18010001
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
a. Latar Belakang...............................................................................................1
A. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
Pembahasan.............................................................................................................3
A. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
a. Pengertian.....................................................................................................3
b. Jenis - Jenis Penyimpangan Perilaku Seksual................................................3
c. Tanda – Tanda Gangguan Psikoseksual........................................................6
d. Faktor - Faktor Penyebab Psikoseksual........................................................6
e. Penatalaksanaan gangguan psikoseksual.....................................................8
f. Rehabilitasi Gangguan Psikoseksual...........................................................10
B. TEORI PEKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL SIGMUND FREUD......................10
C. ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSEKSUAL................................................11
b. Pengkajian...................................................................................................11
c. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.......................................................12
d. Intervensi....................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya
yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki
persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian
3
b. Jenis - Jenis Penyimpangan Perilaku Seksual
1. Transeksualisme
Rasa tidak nyaman yang menetap dan adanya ketidakwajaran seks
dengan preokupasi yang menetap (sedikitnya untuk 2 tahun) dengan
menyisihkan karakteristik seks primer dan sekunder dan memperoleh
karakteristik lawan jenis.
2. Gangguan identitas jender pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa.
Tekanan yang kuat dan menetap mengenai status sebagai laki-laki atau
perempuan dengan keinginan yang kuat untuk berjenis kelamin lawan
seks dan penanggalan struktur anatomis individu.
3. Pedofilia
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain yang melibatkan seorang anak atau lebih yang berusia 13
tahun kebawah.
4. Eksibisionisme
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain dengan memamerkan genitalnya kepada orang
asing/orang yang belum dikenal.
5. Sadisme Seksual
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain yang menimbulkan kesakitan yang nyata atau stimulasi
psikologis dan penderitaan fisik.
6. Masokisme Seksual
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan ,fantasi atau
rangsangan lain yang melibatkan penghinaan, pemukulan, pengikatan
atau hal-hal lain yang sengaja dilakukan untuk menderita.
4
7. Voyeurisme
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsunag selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain yang melibatkan pengamatan terhadap orang-orang yang
telanjang, sedang meninggalkan pakaian atau sedang melakukan kegiatan
seksual tanpa diketahui mereka.
8. Fetisisme
Terjadi hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan,
antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain dengan menggunakan objek mati.
9. Fetisisme Transvestik
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau
rangsangan lain dengan menggunakan pakaian orang lain.
10. Frotterurisme
Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berakhir 6 bulan antara
rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain
meraba tanpa persetujuam pihak lain.
11. Gangguan keinginan Seksual Hipoaktif
Defisit yang menetap/berulang atau tidak terdapatnya fantasi seksual dan
keinginan untuk melakukan kegiatan seksual.
12. Gangguan Keengganan Seksual
Keengganan yang berlebihan dan menetap dan menghindari semua atau
hampir semua kontak dengan pasangan seksual.
13. Gangguan Rangsangan Seksual
Kegagalan yang menetap dan sebagian untuk mencapai atau
mempertahankan respons fisiologis dari kegiatan seksual atau hilangnya
kepuasan seksual selama kegiatan seksual dilakukan.
14. Hambatan Orgasme
5
Keterlambatan yang menetap atau tidak adanya orgasme yang menyertai
pada saat fase puncak hubungan seksual, walaupun menurut tenaga
profesional terhadap intensitas, lama dan fokus yang sesuai dengan usia
individu
2. Gangguan orgasme
3. Disfungsi ereksi
4. Gangguan ejakulasi
1. Pertimbangan Perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial,
emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan
mempengaruhi seksualitas individu.
6
Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama
untuk dapat mencapai kepuasan seksual.
Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu
untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang
tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk
penyakit.
Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup
yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan.
3. Peran dan Hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya.
Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang
memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan
hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan
dipercayainya.
Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan
oleh dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak
langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan
Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang
seksualitas dapat mempengaruhi individu.
Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas
dan perilaku seksual.
Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi
seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual.
7
6. Agama
Pandangan agama tertentu yang diajarkan, ternyata berpengaruh
terhadap ekspresi seksualitas seseorang.
Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap
tidak wajar.
Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian
dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu.
7. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997)
tergantung pada terbebasnya individu dari rasa bersalah dan
ansietas.
Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang
lain.
8
Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi
yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab
dan menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan
pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia adolescent
telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
3. Teknik Fisiologis
Dibuat berdasarkan fakta bahwa dorongan seksual dapat
dikurangi dengan kastrasi dan pemberian hormon. Terapi hormonal
disertai dengan terapi psikologi telah digunakan untuk menurunkan
dorongan seksual secara sementara.
4. Psikologis
Seseorang yang melakukan penyimpangan seks, secara umum ia
mempunyai beban psikologis yaitu merasa berdosa dan minder. Maka
untuk penyembuhan ini si penderita bisa menghubungi atau
berkonsultasi dengan psikolog atau konselor di sekolah, karena konselor
dan psikolog tersebut akan menyembuhkan si penderita sampai dia tiak
merasa terbebani dan timbul percaya diri lagi dan juga tidak mengulangi
lagi penyimpangan seks.
5. Farmakoterapi:
a. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya
tidak
terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak
diubah. Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
b. Pengobatan dengan neuroleptik
1) Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan
peroral.
2) Fluphenazine enanthate
9
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan
sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat.
Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan.
3) Pengobatan dengan trnsquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan
kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena
dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara
menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer
berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik.
6. Medis
Pada umumnya orang yang melakukan penyimpangan seks
akanterkena penyakit. Sedangkan pada umunya terapi melalui medis
menyangkut keadaan fisik seseorang yang terkena penyakit, maka terapi
medis ini langsung pada pengobatan yang dilakukan oleh dokter sampai
sembuh.
7. Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk
menikah dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk
menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan penyimpangan seksual.
10
B. TEORI PEKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL SIGMUND FREUD
C. Pengkajian
11
8. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal
yang belum jelas.
9. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai
klien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan
tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk
mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
12
Ejakulasi prematur
Batasan Karakteristik :
E. Intervensi
Dx
Keperawata Tujuan Intervensi
n
1 Tujuan Jangka Pendek : 1. Kaji riwayat seksual dan
tingkat kepuasan
Pasien dapat
sebelumnya dalam
mengidentifikasi stresor
hubunngan seksual
yang berperan dalam
2. Kaji persepsi pasien
penurunan fungsi seksual
terhadap masalah
dalam 1 minggu
3. Bantu pasien menetapkan
Pasien dapat
dimensi waktru yang
mendiskusikan patofisiologi
berhubungan dengan
proses penyakitnya yang
awitan masalah dan
menimbulkan disfungsi
diskusikan apa yang terjadi
seksual dalam 1 minggu
13
Untuk pasien dengan dalam situasi
disfungsi permanen kehidupannya pada waktu
karenan proses penyakit : itu
pasien akan mengatakan 4. Kaji alam perasaan dan
keinginan untuk mencari tingkat energi pasien
bantuan profesional dari 5. Tinjau aturan pengobatan,
seorang terapis seks supaya observasi efek samping
belajar alternatif cara untuk 6. Anjurkan pasien untuk
mencapai kepuasan seksual mendiskusikan proses
dengan pasangannya dalam penyakit yang mungkin
dimensi waktu ditetapkan menambah disfungsi
sesuai individu seksual
7. Dorong pasien untuk
Tujuan Jangka Panjang :
menanyakan hal-hal yang
Pasien akan berkenaan dengan seksual
mendapatkan kembali dan fungsi yang mungkin
aktivitas seksual pada menyusahkan dirinya
tingkat yang memuaskan
untuk dirinya dan
pasangannya (dimensi
waktu ditentukan oleh
situasi individu)
14
Pasien dan pasangannya 4. Terima dan jangan
akan memperlihatkan menghakimi
kepuasan dengan hubungan 5. Bantu therapy dengan
seksualnya perencanaan modifikasi
perilaku untuk membantu
pasien yang berhasrat
untuk menurunkan
perilaku-perilaku seksual
yang berbeda
6. Jika perubahan pola
seksualitas berhubungan
dengan penyakit atau
pengobatan medis,
berikan informasi untuk
pasien dan pasangannya
berkenaan dengan
hubungan antara penyakit
dan perubahan seksual
15
16
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara kedua orang individu tersebut. (Hidayat, )
2. Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek
somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual,
dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).
17
DAFTAR PUSTAKA
17