Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Seksualitas

Pengertian seksualitas adalah sebuah bentuk perilaku yang didasari oleh faktor fisiologis
tubuh. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis
kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan
emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan
yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui
perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan
kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994; Perry & Potter, 2005).

2. Pengertian Seks
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut
jenis kelamin (Ing: sex).

3. Perilaku Peran Gender


Peran Gender adalah peran-peran dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh perempuan dan
laki-laki karena jenis kelamin mereka berbeda. Peran seorang ibu dan ayah, misalnya,
melekatkan hak dan kewajiban untuk mengasuh anak-anak dan mencarikan nafkah bagi
keluarga. Kedua perangkat peran tersebut dihubungkan dengan perilaku-perilaku dan
konsekuensinya adalah nilai-nilai sosial. Apabila individu-indiviidu tidak melaksanakan peran
gendernya sesuai dengan harapan-harapan masyarakat, mereka akan mendapatkan sangsi yang
cukup serius. Namun, alokasi tugas-tugas dan nilai-nilai tersebut sangat bervariasi di berbagai
budaya, komunitas dan berbeda-beda dari waktu ke waktu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
peran gender itu dikonstruksikan oleh budaya yang dipengaruhi oleh struktur ekonomi dan
politiknya..
4. Orientasi Seksual (Identitas Seksual)
Orientasi seksual atau kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan seksual, romantis,
atau emosional (atau kombinasi dari keseluruhan) kepada orang-orang dari lawan jenis atau
gender, jenis kelamin yang sama atau gender, atau untuk kedua jenis kelamin atau lebih dari
satu gender. Ini umumnya digolongkan dalam heteroseksual, homoseksual, dan biseksual,
sementara aseksual (kurangnya ketertarikan seksual kepada orang lain) kadang-kadang
diidentifikasi sebagai kategori keempat.
Kategori-kategori ini adalah aspek sifat lebih bernuansa identitas seksual dan terminologi.
Misalnya, orang dapat menggunakan label lain, seperti pansexual atau polysexual, atau tidak
sama sekali. Menurut American Psychological Association, orientasi seksual "juga mengacu
pada pengertian identitas seseorang berdasarkan pada atraksi, perilaku terkait, dan keanggotaan
dalam komunitas lain yang berbagi atraksi mereka". Androphilia dan gynephilia adalah istilah
yang digunakan dalam ilmu perilaku untuk menggambarkan orientasi seksual sebagai alternatif
gender konseptualisasi biner. Androphilia menggambarkan daya tarik seksual untuk
maskulinitas; gynephilia menggambarkan daya tarik seksual untuk feminitas. Istilah preferensi
seksual sebagian besar tumpang tindih dengan orientasi seksual, tetapi pada umumnya
dibedakan dalam penelitian psikologis. Seseorang yang mengidentifikasi sebagai biseksual,
misalnya, dapat secara seksual lebih memilih satu jenis kelamin daripada yang lain. Preferensi
seksual mungkin juga menyarankan gelar pilihan secara sukarela, sedangkan konsensus ilmiah
adalah bahwa orientasi seksual adalah bukan pilihan.
Tidak ada konsensus di antara para ilmuwan tentang mengapa seseorang mengembangkan
orientasi seksual tertentu. Banyak ilmuwan berpikir bahwa nature dan nurture - kombinasi
genetik, hormonal, dan pengaruh lingkungan - faktor dalam penyebab orientasi seksual. Mereka
mendukung teori berbasis biologis, yang menunjuk ke faktor genetik, lingkungan rahim awal,
keduanya, atau dimasukkannya faktor genetik dan keadaan sosial. Tidak ada bukti substantif
yang menunjukkan pengasuhan anak usia dini atau pengalaman berperan dalam orientasi
seksual. Berkenaan dengan perilaku seksual sesama jenis, berbagi atau lingkungan keluarga
memainkan peran untuk pria dan peran kecil bagi perempuan. With regard to same-sex sexual
behavior, shared or familial environment plays no role for men and minor role for women.
Penelitian selama beberapa dekade telah menunjukkan bahwa orientasi seksual berkisar
sepanjang kontinum, dari atraksi eksklusif untuk lawan jenis ke atraktif eksklusif untuk jenis
kelamin yang sama.
Orientasi seksual dilaporkan terutama dalam ilmu biologi dan psikologi (termasuk seksologi),
tetapi juga suatu subyek dalam antropologi, sejarah (termasuk konstruksionisme sosial), dan
hukum, dan ada penjelasan lain yang berhubungan dengan orientasi seksual dan budaya.

5. Konsep Seksual Diri


Nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan
seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negative menghalangi terbentuknya seatu hubungan
dengan orang lain.

6. Body Image
Body image menurut Honigman dan Castle (2006) adalah gambaran mental seseorang
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memeberikan
penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas
bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan
rasakan belum tentu benar-benar mempresentasikan keadaan yang sebenarnya, namun lebih
merupakan hasil penilaian dan evaluasi diri yang subjektif.

7. Transgender
Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender yang berbeda
dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir. Orang transgender juga terkadang disebut sebagai orang
transseksual jika ia menghendaki bantuan medis untuk transisi dari satu seks ke seks lainnya.
Transgender juga merupakan sebuah kata umum. Selain mencakup orang yang identitas
gendernya berlawanan dengan seksnya yang ditunjuk (pria trans dan wanita trans), istilah
transgender juga dapat mencakup orang-orang yang tidak secara spesifik maskulin atau feminin
(orang-orang genderqueer seperti bigender, pangender, genderfluid, atau agender). Definisi
transgender lainnya juga mencakup orang-orang yang termasuk ke dalam gender ketiga atau
memiliki gender ketiga transgender. Dalam kasus yang lebih jarang, istilah transgender
digunakan hingga mencakup cross-dresser, tanpa memperhatikan identitas gender.
Keadaan transgender tidak terikat dengan orientasi seksual. Orang transgender dapat memilki
orientasi heteroseksual, homoseksual, biseksual, aseksual, dan lain-lain. Istilah transgender
berbeda dengan istilah interseks, yaitu kondisi seseorang yang lahir dengan karakteristik seks
fisik yang "tidak padan dengan gagasan umum mengenai laki-laki atau perempuan"

Tingkat seorang individu untuk merasa asli, murni, dan nyaman dengan penampilan luarnya serta
menerima identitas aslinya disebut sebagai kesesuaian transgender (transgender congruence).
Banyak dari orang transgender mengalami apa yang disebut disforia gender dan beberapa
menerima bantuan medis seperti terapi penyulihan hormon, operasi penentuan ulang seks, atau
psikoterapi. Tidak semua orang transgender menghendaki penanganan medis dan beberapa tidak
melakukannya karena kendala ekonomi atau kesehatan.

8. CrossDressing
Berlintas berbusana, merujuk pada tindakan mengenakan pakaian atau perlengkapan yang
umumnya diasosiasikan untuk lawan jenisnya. Cross Dressing telah lama digunakan sebagai
penyamaran atau dengan alasan kenyamanan, seperti sekedar ingin keluar dari dari rutinitas dan
tekanan berperan sebagai jenis kelamin saat ini, karena ingin coba-coba atau karena alas an
pilihan baju lawan jenis yang lebih beragam.

9. Interseks
Interseks adalah variasi karakteristik kelamin (termasuk kromosom, gonad, dan alat kelamin)
yang membuat seseorang tidak dapat diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan. Variasi ini
meliputi ambiguitas jenis kelamin dan kombinasi genotip kromosom dan fenotip seksual selain
XY (laki-laki) dan XX (perempuan). Orang-orang interseks sebelumnya dianggap hermafrodit,
tetapi istilah ini sudah tidak digunakan lagi karena dianggap menyesatkan dan memberi stigma,
sehingga istilah hermafrodit digunakan untuk spesies lain. Beberapa bayi dan anak interseks
yang memiliki jenis kelamin ambigu dioperasi atau diberi terapi hormon agar dapat menjadi
laki-laki atau perempuan. Namun, praktik ini kontroversial karena tidak ada bukti bahwa praktik
tersebut berdampak positif. Penelitian pada akhir abad ke-20 telah menghasilkan konsensus
bahwa tubuh interseks merupakan tubuh yang normal, walaupun memang relatif langka. Isu
operasi atau terapi paksa mulai dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia oleh
organisasi-organisasi hak asasi manusia nasional dan internasional. Organisasi interseks juga
telah mengeluarkan pernyataan-pernyataan gabungan dalam Forum Interseks Internasional
terkait dengan hal ini. Pada April 2015, Malta menjadi negara pertama yang melarang intervensi
medis non-konsensual yang mengubah anatomi seks orang-orang interseks. Orang-orang
interseks memiliki berbagai identitas gender. Sebagian besar menganggap dirinya sebagai laki-
laki atau perempuan, sementara beberapa mungkin merasa tidak sepenuhnya laki-laki atau
perempuan. Beberapa orang interseks dibesarkan sebagai laki-laki atau perempuan tetapi
kemudian merasa identitas gendernya berbeda.

10. Transeksual Preoperative


Transeksual preoperative adalah seseorang yang mengalami konflik antara jender dengan
anatominya.

11. Transeksual Postoperatif


Transeksual Postoperatif adalah orang yang telah menjalani operasi untuk merubah
jendernya.
TUGAS
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing:
Ns.Niken Yuniar.M.Kep.,Sp.Kep.J
Disusun Oleh : Kelompok I

1. Septiana Lestari 175140094


2. Erlin Widyaningrum 175140098
3. Hafidah Sahnaz 175140107
4. IpahOpipah 175140164
5. Fani Tiara Putri 175140060
6. Febiya Ayu Weniar 175140145
7. Restika Awlinda 175140078
8. Anggi Pradana 175140124
9. Said Haidir Purbaya 175140096
10. Feri Ardiyansyah 175140121
11. Ahmad Saipulloh 175140133

Program Studi Keperawatan

Universitas Mitra Indonesia

2018/2019

Anda mungkin juga menyukai