Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep

kesetaraan dan keberagaman. Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan

gender, status, hirarki sosial dan berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-

perbedaan serta persamaan-persamaan. Sedangkan konsep keberagaman merupakan

hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat manusia.

Manusia juga memiliki keragaman salah satunya bisa dilihat dari segi jenis

kelamin, yaitu pria dan wanita. Tetapi dalam kasus ini terjadi ketidak jelasan antar

status jenis kelamin yang dia miliki. Contohnya dia seorang laki-laki tetapi dalam

jiwanya dia memiliki jiwa seorang wanita dan kasus sebaliknya dan ada juga orang

yang memiliki dua jenis kelamin yang tidak jelas apakah status yang sebenarnya. Hal

tersebut membuat mereka berbeda dengan yang lainnya. Mereka dianggap tidak

normal atau biasa disebut TRANSGENDER.

Pada realita yang berkembang dalam masyarakat modern saat ini, banyak

ditemui di kalangan masyarakat problematika pergantian kelamin, sudah bukan

rahasia umum banyak masyarakat merubah kelaminnya dengan berbagai alasan .

Dari kasus diatas menjelaskan bahwa seseorang yang tidak jelas dengan status

kelaminnya disebut transgender atau transseksualisme yang merupakan suatu gejala

1
ketidak puasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik

dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidak puasan dengan alat kelamin

yang dimilikinya.

Orang awam mungkin tidak akan tahu tentang apa itu transgender atau

transeksual. Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti “jenis kelamin”. Dalam

Webster’s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak

antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Indentitas

gender mengacu pada perasaan internal seseorang ‘makna menjadi laki-laki,

perempuan atau sesuatu yang lain.

Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu

konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran,

prilaku ,pakaian, gaya rambut, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki

dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Gender secara umum digunakan

untuk mengindentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segisosial budaya,

maka sex secara umum digunakan untuk mengindentifikasi perbedaan laki-laki dan

perempuan dari segi anatomi biologi.

Istilah sex (dalam kamus bahasa Indonesia juga berarti “jenis kelamin”) lebih

banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi

kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis

lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek

sosial,budaya,psikologis, dan aspek non biologis lainnya.

2
. Transgender adalah orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak

sesuai dengan peran gender pada umumnya. Transgender adalah orang yang dalam

berbagai level “melanggar” norma kultural mengenai bagaimana seharusnya pria dan

wanita itu. Seorang wanita, misalnya, secara kultural dituntut untuk lemah lembut.

Kalau pria yang berkarakter demikian, itu namanya transgender. Orang-orang yang

lahir dengan alat kelamin luar yang merupakan kombinasi pria-wanita juga termasuk

transgender. Transgender adapula yang mengenakan pakaian lawan jenisnya, baik

sekali maupun rutin. Perilaku transgenderlah yang mungkin membuat beberapa orang

mengganti jenis kelaminnya, seperti pria menjadi wanita begitu pula sebaliknya.

Bagi kebanyakan orang , mereka tidak pernah harus bertanya “Apakah aku

laki-laki atau perempuan ? “ Namun terdapat sekelompok orang –orang dimana

sekse tubuh mereka dirasakan salah total, karena mereka merasa berjenis kelamin

berlawanan dengan sekse fisik mereka.

Seorang transgender ataupun transeksual adalah sesorang yang mengalami

sebuah kondisi gangguan yang amat berat yang membutuhkan bantuan dari orang-

orang terdekatnya yang terjadi biasanya justru sebaliknya, mereka terlepas dari

lingkungan terdekat karena keadaan dan keberadaannya ditolak dalam kondisi

dimana mereka sebenarnya tidak memiliki pilihan atas apa yang dihadapi.

Terbatasnya pengetahuan masyarakat akan kondisi ini membuat mereka mengecam

atas apa yang dialami – lebih jauh lagi terhadap langkah yang kemudian diambil oleh

seorang transeksual.

3
Banyak hal-hal tersembunyi dari kedua hal tersebut yang belum dipaparkan

secara jelas mengapa dan bagaimana mereka melakukan hal yang melanggar

tersebut. Dari sinilah akar permasalahan mulai timbul dan bagaimana solusi yang

tepat untuk bisa menjadikan semua kehidupan masyarakat berjalan seperti biasa tanpa

adanya diskriminasi kepada mereka.Untuk itu penulis memilih judul karya tulis

“CARA PANDANG TERHADAP TRANSGENDER .”

Tujuan dari pembahasan karya tulis ini adalah memberikan pandangan yang

benar tentang keberadaan komunitas transgender , dapat lebih mengerti keberadaan

kaum transgender sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki hak yang sama, agar

kita mengerti tindakan yang harus kita lakukan tanpa harus berindak secara tidak

wajar terhadap orang yang memiliki perbedaan. Serta melakukan perubahan tanpa

harus terjadinya pemaksaan yang mengakibatkan tindakan kurang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian transgender dan transeksual ?
2. Apa faktor penyebab transgender dan transeksual ?
3. Bagaimanakah tanda-tanda dan akibat dari pelaku transgender ?
4. Apakah dampak dan pandangan masyarakat terhadap kasus

transgender ?

1.3. Metode Penulisan


Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis menggunakan metode studi pustaka.

Penulis mempelajari beberapa artikel yang sesuai dengan permasalahan yang penulis

bahas pada karya tulis ini dari internet dan buku.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Transgender

5
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang

melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan

saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari

orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan

dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau

aseksual. Definisi yang tepat untuk transgender tetap mengalir namun mencakup:

v "Tentang, berkaitan dengan, atau menetapkan seseorang yang identitasnya tidak sesuai

dengan pengertian yang konvensional tentang gender laki-laki atau perempuan,

melainkan menggabungkan atau bergerak di antara keduanya."

v "Orang yang ditetapkan gendernya, biasanya pada saat kelahirannya dan didasarkan

pada alat kelaminnya, tetapi yang merasa bahwa deksripsi ini salah atau tidak

sempurna bagi dirinya."

v "Non-identifikasi dengan, atau non-representasi sebagai, gender yang diberikan kepada

dirinya pada saat kelahirannya."

Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut

juga sebagai gejala transseksualisme ataupun transgender merupakan suatu gejala

ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik

dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin

yang dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan

tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin (Sex Reassignment

Surgery). Dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) – III,

6
penyimpangan ini disebut sebagai juga gender dysporia syndrome. Penyimpangan ini

terbagi lagi menjadi beberapa subtipe meliputi transseksual, a-seksual, homoseksual,

dan heteroseksual.

Tanda-tanda transgender atau transseksual yang bisa dilacak melalui DSM, antara

lain:

1. Perasaan tidak nyaman dan tidak puas dengan salah satu anatomi seksnya;

2. Berharap dapat berganti kelamin dan hidup dengan jenis kelamin lain;

3. Mengalami guncangan yang terus menerus untuk sekurangnya selama dua

tahun dan bukan hanya ketika dating stress;

4. Adanya penampilan fisik interseks atau genetik yang tidak normal;

5. Dan dapat ditemukannya kelainan mental semisal schizophrenia yaitu menurut

J.P. Chaplin dalam Dictionary of Psychology (1981) semacam reaksi psikotis

dicirikan di antaranya dengan gejala pengurungan diri, gangguan pada kehidupan

emosional dan afektif serta tingkah laku negativisme.

Salah satu akibatnya trangender muncullah istilah waria yaitu wanita pria. Waria

adalah seorang pria yang secara psikis merasakan adanya ketidakcocokan antara jati

diri yang dimiliki dengan alat kelaminnya, sehingga akhirnya memilih dan berusaha

untuk memiliki sifat dan perilaku lawan jenisnya yaitu wanita. Fisik mereka laki-laki

namun cara berjalan, berbicara dan dandanan mereka mirip perempuan.

Orang yang secara genetik mempunyai potensi penyimpangan ini dan apabila

didukung oleh lingkungan keinginannya sangat besar untuk merubah diri menjadi

7
waria. Misalnya ada laki-laki yang tidak percaya diri atau tidak nyaman bila tidak

berdandan atau berpakain wanita. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat

mempengaruhi yaitu faktor ekonomi misalnya. Awalnya hanya untuk mendapatkan

uang tapi lama-kelamaan jadi keterusan.

Adapun ciri seorang pria adalah sebagai berikut :

a. Memiliki bentuk tubuh seperti pria.contoh : Rahangnya yang kuat,lengannya yang

berotot,bentuk paha, dan lain-lain,

b. Waria tidak memancarkan PHEROMONE dari dalam tubuhnya seperti pada

wanita.

c. Waria biasa memekai pakaian yang cenderung seperti wanita,biasanya pakaian

sexy untuk menarik perhatian “sesama jenisnya”.

d. Waria tidak mungkin memiliki organ tubuh wanita secara alami (seperti rahim dan

payudara) karna hormon tectoseron dalam tubuhnya tidak terbentuknya organ-organ

wanita tersebut.

Gender terdiri dari dua aspek :

8
 Indentitas gender, yaitu persepsi internal dan pengalaman sesorang tentang

gender mereka , menggambarkan indentifikasi psikologis didalam otak

seseorang sebagai laki-laki atau perempuan.

 Peran gender,dimana merupakan sebuah cara seseorang hidup dalam

masyarakat dan berinteraksi dengan orang lain, berdasarkan indentitas gender

mereka.

Transgender dianggap sebuah masalah yang tidak asing lagi.Pengertian

transgender bermacam-macam. Menurut Wikipedia transgender adalah istilah yang

digunakan untuk mendiskripsikan orang yang melakukan , merasa, berpikir atau

terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir. “ Transgender”

tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya.

Orang-orang transgender dapat saja mengindentifikasikan dirinya sebagai

heteroseksual , homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual atau aseksual .

Definisi yang tepat untuk transgender tetap mengalir, namun mencakup :

 “Tentang, berkaitan dengan atau menetapkan seseorang yang indentitasnya

tidak sesuai dengan pengertian yang konvensional tentang gender laki-laki

atau perempuan, melainkan menggabungkan atau bergerak diantara

keduanya,”

9
 ‘ “Orang yang ditetapkan gendernya, biasanya pada saat kelahirannya dan

didasarkan pada alat kelaminnya, tetapi yang merasa bahwa deskripsi ini salah

atau tidak sempurna bagi dirinya.”

 Non-indentifikasi dengan, atau non-representasi sebagai gender yang

diberikan kepadanya.”

Umumnya dilakukan oleh orang-orang yang merasa bahwa dirinya tidak

sesuai dengan alat kelamin yang dimilikinya. Ini termasuk suatu penyakit yang sudah

tidak asing lagi dari jaman dulu dan jenis penyakit ini belum ada obatnya . Tetapi

berbeda dengan penyakit aids, seorang yang mengidap penyakit aids mempunyai

jangka waktu hidup yang singkat. Tetapi seseorang yang menderita jenis penyakit ini

menjalani hidupnya seperti layaknya orang sehat.

Pada hakikatnya masalah kebingunan jenis kelamin ataupun transgender

merupakan suatu gejala ketidak puasan sesorang karena merasa tidak adanya

kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun ketidakpuasan

dengan yang ada pada dirinya.

Transseksual adalah orang yang indentitas gendernya berlawanan dengan

jenis kelaminnya secara biologis. Misal mereka yang terlahir sebagai laki-laki tapi

merasa bahwa dirinya wanita . Ketika seorang laki-laki merasa terperangkap dalam

tubuh perempuan ,atau sebaliknya seorang prempuan merasa terperangkap dalam

tubuh laki-laki disebut transseksual. Transseksual yang dapat menimbulkan perilaku

10
homo tau lesbian, namun prilaku ini tidak dapat disamakan dengan homo atau

lesbian. Bisa saja pria transeksual tertarik dengan pria lain karena merasa bahwa dia

seorang wanita.

2.2 Faktor Penyebab Transgender

Faktor penyebab sesorang menjadi pelaku transgender adalah :

1. Faktor bawaan (hormon dan gen)

Faktor genetik dan fisiologis adalah factor yang ada dalam diri individu

karena ada masalah antara lain dalam susunan kromosom , ketidak

seimbangan hormon , struktur otak maupun kelainan susunan syaraf otak.

Pada dasarnya kromosom laki-laki memiliki genetic XY, sedangkan

perempuan normal adalah XX. Bagi beberapa orang laki-laki memiliki genetic

XXY. Dalam kondisi ini, laki-laki tersebut memiliki satu lagi kromosom X

sebagai tambahan , maka prilakunya agak mirip dengan seorang perempuan.

Karakter laki-laki dari segi suara , phisik, gerak gerik dan kecenderungan

terhadap wanita banyak dipengaruhi oleh hormon testeron. Jika hormone

testeron seseorang rendah, bisa mempengaruhi perilaku laki-laki tersebut

mirip kepada perempuan.

11
2. Faktor lingkungan

a. Keluarga

.Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa

kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam

tingkah laku perempuan.

Pengalaman atau trauma dimasa anak-anak, misalnya dikasari oleh

ibu/ ayah sehingga si anak beranggapan semua pria/ perempuan

bersikap kasar,yang memungkinkan si anak merasa benci kepada

orang itu.Predominan dalam pemilihan indentitas yaitu melalui

hubungan kekeluargaan yang renggang.

Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang

dirasakan oleh para wanita pada waktu anak-anak akibat kekerasan

yang dilakukan oleh para pria yaitu bapa, kakaknya maupun

saudara laki-lakinya. Kekerasan yang dialami dari segi phisik,

mental dan seksual itu membuat seorang wanita itu bersikap benci

terhadap semua pria.

b. Pergaulan

Kebiasaan pergaulan dan lingkungan salah satu pendorong prilaku

transgender. Pergaulan dan lingkungan anak ketika berada di

12
sekolah berasrama yang berpisah antara laki-laki dan perempuan

turut mengundang terjadinya hubungan gay dan lesbian. Pada

masa pubertas bergaul dengan homoseksual yang kecewa ,trauma

pergaulan seks dengan pacar,

Perlu dibedakan penyebab transseksual kejiwaan dan bawaan . Pada kasus

transseksual karena keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan),

menyeimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis

kelamin bisa dilakukan. Mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki

kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan

lawan jenis hanya untuk menurukan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu

yang menyimpang dan tidak dibenarkan menurut agama.

Pada kasus transseksual karena keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan),

menyeimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis

kelamin bisa dilakukan. Mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki

kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan

lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah

sesuatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syariat Islam.

13
2.3 Tanda-tanda dan Akibat dari Pelaku Transgender

Adapun tanda- tanda seorang pelaku Transgender bisa dilacak melalui tes

DSM ( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), yaitu :

 Perasaan tidak nyaman dan tidak puas dengan keadaan anatomi seksnya.

 Berharap dapat berganti jenis kelamin dan hidup dengan jenis kelamin lain.

 Mengalami guncangan yang terus menerus untuk sekurang-kurangnya selama

dua tahun dan bukan hanya ketika stress.

 Adanya penampilan phisik interseks atau genetic yang tidak normal.

 Dan dapat ditemukannya kelainan mental seperti schizophrenia yaitu menurut

J.P Chaplin dalam Dictionary of Phychologi (1981) semacam reaksi psikotis

dicirikan diantaranya dengan gejala pengurungan diri, gangguan pada

kehidupan emosional dan afektif serta tingkah laku negativisme.

Salah satu akibatnya transgender muncullah istilah waria yaitu wanita pria.

Waria adalah seorang pria yang secara psikis merasakan adanya ketidakcocokan

antara jati diri yang dimiliki dengan bentuk anatomi tubuhnya , sehingga akhirnya

memilih dan berusaha untuk memiliki sifat dan prilaku lawan jenisnya yaitu wanita.

Fisik mereka laki-laki namun cara berjalan, dandanan dan berpakaian mirip wanita.

Orang yang secara genetik mempunyai potensi penyimpangan ini dan apabila

didukung oleh lingkungan ,keinginannya sangat besar untuk merubah diri menjadi

14
waria. Misalnya ada laki-laki yang tidak percaya diri atau tidak nyaman bila tidak

berdandan atau berpakaian wanita.

2.4 Dampak dan Pandangan Masyarakat Terhadap Kasus Trangender

1. Dampak menjadi Transgender

Semua orang yang bersifat transgender tidak menginginkan hal itu terjadi.

Seorang waria pasti akan berkata tidak meminta dilahirkan sebagai waria dengan

mendadani diri sebagai wanita, mendapatkan kenikmatan batin yang begitu dalam,ia

seolah terlepas dari beban psikologis yang selama ini masih memberatkannya.

Sehingga kita tidak dapat menyalahkan sepenuhnya kepada orang yang mengalami

kasus transgender tetapi kita harus sama-sama menyikapinya dengan baik. Pada

umumnya seseorang yang berbeda atau tidak normal dianggap berbeda dan tidak bisa

masuk dalam kelompok yang sama, karena mereka dianggap memiliki perbedaan

yang membuat orang memandangnya itu tidak layak untuk hidup berdampingan.

Biasanya mereka dikucilkan dari lingkungan dan dijadikan bahan pembicaraan atau

dicemooh oleh masyarakat.

2. Pandangan Masyarakat

Masalah gender dan kesetaraannya selalu menjadi pembicaraan tanpa ujung di

negara kita. Meskipun gerakan pembelaan kesetaraan gender telah banyak

bermunculan namun pratik ketidakadilan tetap saja menjamur disetiap lapisan

masyarakat.

15
Mendengar istilah transgender ataupun transseksual sudah mampu membuat

orang salah persepsi tentang kondisi ini. Ini terjadi karena sangat minimnya

informasi yang tersedia tentang transgender dan transseksual, minimnya pengetahuan

dan lebarnya kesenjangan yang ada antara keadaan sebenarnya yang dialami

transgender dan transseksual dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat

.Kebanyakan masyarakat yang memang dalam kondisi ketidaktahuan . Kesenjangan

ini terjadi karena sangat jarang ada transgender yang mampu dan berani membuka

dirinya untuk mengungkap apa yang sebenarnya dialaminya. Jangankan kepada

masyarakat secara luas, kepada lingkungan terdekat pun hal ini sangat sulit

dilakukan. Hampir sepanjang hidupnya transgender. transseksual bergelut dalam

konflik internal dan eksternal karena kondisi yang dialaminya. Ketidak mampuan

transgender ataupun transseksual untuk membuka diri terutama disebabkan

transgender maupun transseksual harus menghabiskan sebagian waktu mereka

mengatasi diri sendiri. Jikapun seorang transseksual mampu dan berani

mengungkapkan kondisi dirinya kepada orang lain selain lingkungan terdekatnya

mereka takut semakin tidak diterima dan ditolak.

Kita ketahui kebanyakan masyarakat memandang seorang yang terkait kasus

transgender seperti waria memiliki pandangan negatif , kerena mereka mengangap

bahwa seorang transgender itu telah mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak

lahir dan itu merupakan larangan agama. Ironisnya, keberadaan transgender selain

mendapat perlakuan yang diskriminasi dari masyarakat namun juga banyak yang

16
menjadi objek penghinaan bahkan kekerasan, karena dianggap bertentangan dengan

kebudayaan dan agama.

Contoh jelas dapat kita lihat dari lingkungan waria di negara kita. Perasaan jijik dan

berbagai penolakan masyarakat sangat besar terhadap kaum ini. Tidak hanya

masyarakat, pemerintah dan aparat negara bahkan menjadi pelaku penolakan terbesar

terhadap kaum waria. Bebagai razia yang dilakukan seringkali berbuntut pada

kekerasan . Bahkan dalam beberapa kasus, waria ditemukann meninggal akibat

kekerasan saat razia terjadi. Dalam berbagai razia, waria cenderung mendapatkan

kekerasan fisik yang dinilai melanggar HAM ( Hak Azasi Manusia). Dalam Undang-

undang Dasar 1945 dkatakan Negara memberikan hak kepada semua warga untuk

hidup dan mendapatkan penghasilan secara layak. Dalam praktiknya justru

pemerintah menyulitkan kehidupan kaum waria. Berbagai razia yang dilakukan

terhadap kaum waria disinyalir karena waria-waria tersebut tidak memiliki Kartu

Tanda Penduduk ( KTP) . Kartu Tanda Penduduk kaum waria kerap kali tidak

dilayani dengan baik , biasanya melewati proses yang sangat rumit dan bahkan

berakhir dengan kegagalan.

Sebagai warga negara seorang transgender memiliki HAM ( Hak Azasi

Manusia) yang sama . Dalam sosial kemasyarakatan jelas mereka menjadi anomali

bagi ‘keberadaban” suatu kaum,sehingga timbul ekses menolak bahkan cenderung

memberikan label buruk bagi mereka. Dari sisi birokrasi pun melahirkan sebuah

permasalahan yang cukup pelik, misalnya , bagi dinas sosial yang ingin

17
merehabilitasi mereka karena sulitnya mengelompokan mereka dengan label

“gender” tertentu, yang efek jangka panjangnya berimbas pada dinas kependudukan.

Dalam ranah hukum dan birokrasi selayaknya pemerintah memberikan status yang

jelas bagi mereka. Karena tidak dipungkiri mereka masih warga negara yang sah

secara hukum .

Indonesia sudah memiliki Instrumen HAM. akan tetapi di Indoesia, negara

belum penuh melaksanakan hak-hak bagi kelompok transgender. Kelompok

transgender untuk mendapatkan hak ekonomi, hak sosial, hak politik susah. Hak

berserikat hak berpendapat bebas dan harus dipenuhi tanpa diskirminasi Contohnya

dalam mendapatkan pekerjaan bagi kelompok trangender di Indonesia sangatlah

susah. Ketika mereka susah mendapatkan pekerjaan, maka mereka akan mendapatkan

kesusahan untuk menghidupi dirinya. Oleh sebab itu, beberapa waria akhirnya lari

pada pekerjaan-pekerjaan yang mengundang cibiran masyarakat seperti pengamen,

serta Pekerja Seks Komersial (PSK).

Bagi kaum transgender dan transseksual yang berprofesi sebagai pekerja seks

komersial , maka pemerintah perlu jeli untuk melakukan penanggulangan yang tepat.

Karena pekerja seks komersial yang berlatar belakang transgender dan transseksual

sama riskannya dengan wanita pekerja seks komersial dalam fungsi laten sebagai

medium penularan virus HIV/AID.

18
Sejalan dengan tuntutan akan kesetaraan gender antara laki-laki dan

perempuan, tuntutan untuk kesetaraan terhadap kaum transgender, transeksual, gay

dan lesbian juga mulai menjamur. Beberapa komunitas yang sebelumnya hanya fokus

pada masalah kesetaraan gender bagi kaum perempuan kemudian melebarkan

sayapnya. Kaum transseksual, transgender, gay, lesbian dan lainnya tersebut kini

dikenal dengan sebutan queer. Queer sendiri berarti menyimpang. Kata tersebut

dipilih karena mereka yang masuk dalam transeksual, transgender, gay serta lesbian

dikatakan tidak sesuai dengan apa yang "seharusnya". Konsep tersebut tentu

dimunculkan oleh masyarakat esensialis. Gerakan kesetaraan bagi queer muncul

karena banyaknya pratik-praktik kekerasan baik fisik maupun non-fisik yang terjadi.

Di negara kita sendiri dapat kita lihat secara jelas perbedaan kualitas hidup antara

mereka yang queer dengan mereka yang disebut “normal”. Kaum queer masih

mendapatkan berbagai stigma negatif serta penolakan dari masyarakat luas.

Melihat berbagai praktik ketidakadilan terhadap kaum transgender dan queer

di negara kita tidak lepas dari kajian mengenai pandangan seksualitas masyarakat.

Oleh Divisi Litbang dan Pendidikan Komnas Perempuan, masyarakat Indonesia

masuk dalam golongan masyarakat esensialis. Masyarakat esensialis hanya menerima

dan mengakui dua identitas gender, yaitu perempuan dan laki-laki. Maka, perempuan

dalam pandangan masyarakat esensialis seharusnya berlaku sebagaimana konsep

perempuan dalam masyarakat. begitu pula dengan laki-laki. Selain itu, hanya ada satu

orientasi seksual yang diakui, yaitu heteroseksual. Mereka yang tidak masuk dalam

19
kategori tersebut disebut kelompok-kelompok menyimpang. Dengan pandangan

esensialis yang masih sangat lestari di negara kita, maka bukan hal yang aneh bila

terjadi penolakan yang begitu kuat terhadap kaum queer. Selain pandangan esensialis

tersebut, masyarakat Indonesia juga cenderung menyamaratakan karakter tiap

Individu. Masyarakat masih kurang memahami bahwa tiap individu diciptakan

berbeda satu sama lain baik dalam penampilan maupun sifat. Penyamarataan tersebut

mengukuhkan berbagai stigma negatif terhadap kaum queer yang telah menyebar di

masyarakat. Untuk mencapai kesetaraan gender, seharusnya perihal cara pandang

menjadi salah satu fokus utama. Untuk mengubah perilaku seseorang, perlu pula

untuk mengubah cara pandang dari orang tersebut . Ketika tuntutan kesetaraan yang

banyak diserukan tidak menyentuh masalah cara pandang, maka perjuangan tersebut

hanyalah sia-sia. Menyerukan cara pandang baru memang bukan hal yang mudah.

Ketika suatu pandangan telah mengakar bahkan dikultuskan oleh masyarakat, maka

membawa pandangan baru adalah seolah mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Namun, hal tersebut bukan berarti tidak mungkin. Realitas dan cara pandang adalah

bentukan manusia, maka manusia pasti memiliki kemampuan untuk mengubahnya.

3. Dampak Menjadi Transgender dan Waria

Telah kita ketahui faktor seseorang menjadi transgender yaitu terdiri dari dua

faktor yaitu faktor gen atau bawaan dan faktor luar atau lingkungan. Semua itu

disebabkan oleh faktor tersebut, karena kita yakin bahwa semua orang yang bersifat

trangender atau transeksual tidak menginginkan ini terjadi. Seorang waria pasti

20
berkata bahwa dia tidak meminta di lahirkan sebagai waria dengan mendandani diri

seperti wanita, ia mendapatkan kenikmatan batin yang begitudalam. ia seolah berhasil

melepas beban psikologi yang selama ini masih memberatkannya. Sehingga kita tidak

dapat menyalahkan sepenuhnya kepad orang yang mengalami ksus trangender tetapi

kita harus bersama-sama menyikapinya dengan baik.

Pada umumnya seseorang yang berbeda atau tidak normal dianggap berbeda dan

tidak bisa masuk dalam kelmpok yang sama, karena meraka dianggap memiliki

perbedaan yang membuat orang memandanya itu tidak layak untuk hidup

berdampingan. Biasanya mereka dikucilkan dari lingkungan dan dijadikan bahan

pembicaraan atau dicemooh oleh masyarakat sekitar. Bahkan mereka dianggap dapat

membawa pengaruh negative untuk lingkungan masyarakat.

Seorang transgender yaitu dalam kasus waria msih memiliki kendala seperti

diskriminasi yang mencederai hak waria sebagai warga negara misalnya mencari

pekerjaan. Dan mereka pun juga dianggap samapah masyarakat. Padahal kita ketahui

seorang waria itu bisa menjadai penghibur dan memiliki kreatifitas tinggi yaitu

dibidang seni.

2.5 Pandangan Kelompok Terhadap Fenomena Transgender

Menurut pandangan kita bahwa telah kita ketahui kebanyakan masyarakat

memandang seorang yang terkait kasus transgender seperti waria memiliki

pandangan negatif, karena mereka menganggap bahwa seorang transgender itu telah

21
mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak lahir dan itu merupakan larangan

agama.

Memang ini sangat dilarang oleh agama dan sangat bertentangan apalagi

sampai mengubah atau mengoperasi alat kelamin. Adapun hukum operasi kelamin

dalam syariat Islam yang diperbolehkan dan dalam dunia kedokteran modern dikenal

tiga operasi kelamin yaitu :

1. Operasi pergantian jenis kelamin yang dilakukan terhadap orang yang

sejka lahir memiliki kelamin normal.

2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap

orang yang sejak lahir memiliki cacat kelamin,seperti zakar (penis) atau

vagina yang tidak berlubang atau tidak sempurna.

3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda,yang dilakukan

terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua organ /jenis kelamin (penis

dan vagina)

Untuk kasus yang pertama itu memang sangat diharamkan oleh agama karena

merubah kodrat, tetapi sebagai masyarakat kita jangan sampai menjauhi mereka

tetapi kita harus mengadakan pendekatan untuk perubahan yang terbaik untuk pelaku

transgender tersebut. Jangan sampai sebagai warga negara yang memiliki HAM yang

sama, kita akan membunuh hak mereka. Kita bisa lakukan pendekatan dengan

pendekatan agama, moral dan sosial. Serta jangan cemooh mereka yang hendak

22
melakukan perubahan, karena latar belakang mereka yang terdahulu. Tetapi pelaku

transgender untuk kasus kedua dan ketiga itu diperbolehkan menurut syariat agama

karena demi kesehatan dan kesempurnaan status yang tidak jelas dengan melakukan

operasi kelamin.

Tetapi sebagai orang yang beragama, pelaku transgender seperti waria harus tetap

kembali kepada kodratnya. Karena tindakannya itu melanggar agama dan telah

merubah kodrat yang ditetapkannya sejak lahir. Tetapi hal itu bisa disikapi agar

mereka tetap berada dijalan Allah SWT dengan mengajak mereka pada pendekatan

agama.

2.6. Hubungan Fenomena Transgender Terhadap Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan peneliltian yang dilakukan oleh Rekers, dari kurang lebih 70 orang anak

laki-laki yang mengalami gangguan identitas gender yang ia jadikan objek penelitian,

ia menemukan bahwa tidak terdeteksi hal yang sifatnya abnormal secara fisik. Dan

tidak ada bukti bahwa pemberian hormon sewaktu seorang wanita mengandung atau

adanya ketidakseimbangan hormonal pada diri ibu dapat menyebabkan atau

mempengaruhi terjadinya gangguan identitas gender pada aseorang anak.

Transgender adalah kaum minoritas yang juga tak jarang memperoleh perhatian dan

kesetaraan yang minim di dalam masyarakat, tak terkecuali hal-hal yang menyangkut

kesehatan seksual dan reproduksi mereka.

23
Dikutip dari transgenderequality.wordpress.com, setidaknya ada beberapa fakta

penting terkait kesehatan seksual dan reproduksi seorang transgender.

1. Kaum transgender sangat mungkin mempunyai pasangan seksual pria,

wanita, atau keduanya.

2. Mereka memerlukan pemeriksaan kesehatan yang preventif, termasuk

pemeriksaan atas kenker payudara, serviks, dan prostat.

3. Mereka memiliki resiko yang tinggi untuk terjangkit HIV atau penyakit

menular seksual lainnya.

4. Banyak pria transgender yang berhubungan seks dengan pria memiliki

beresiko kehamilan yang tidak diinginkan serta penyakit menular seksual.

5. Marginalisasi dan kekerasan meningkatkan resiko kesehatan bagi kaum

transgender. Mereka pada umumnya harus menghadapi tingginya tingkat

marjinalisasi sosial dan ekonomi serta tingginya tingkat kekerasan fisik dan

seksual.

6. Mereka sering merasa enggan untuk mencari perawatan kesehatan seksual

dan reproduksi.

7. Mereka tidak memiliki akses mengenai informasi kesehatan yang relevan.

Pendidikan kesehatan seksual untuk remaja dan dewasa jarang membahas

tubuh dan identitas kaum transgender.

24
8. Penyedia layanan kesehatan sering kali kekurangan pengetahuan dasar

tentang orang-orang transgender dan kebutuhan kesehatan mereka.

9. Banyak penyedia layanan kesehatan yang tidak memberikan pelayanan

kesehatan seksual dan reproduksi kepada kaum transgender.

Fakta-fakta di atas adalah gambaran miris mengenai kesehatan seksual dan

reproduksi kaum marginal di mana mereka memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan

seksual dan reproduksi mereka, di sisi lain, mereka tidak memiliki akses serta

pelayanan yang relevan terhadap sesuatu yang sebenarnya adalah hak mereka.

2.7 Pandangan Menurut kaidah Sosial dan agama terhadap kasus transgender

Terdapat berbagai pandangan mengenai transseksualisme dan sex

reassignment surgery yang merupakan ujung gender-reassignment. Berikut adalah

penjelasan pandangan dari sisi sosial, agama, hukum dan medis (kedokteran).

1. Kaidah Sosial

Dari sisi sosial, masyarakat dapat dikatakan terbagi ke dalam jenis kaum

esensalisme dan kontruksionisme. Menurut pandangan esensalisme, transseksualisme

merupakan sesuatu yang berjalan di luar kewajaran dan hal tersebut dianggap tidak

benar. Kaum transseksual sendiri dianggap membawa keburukan. Menurut

pandangan kaum konstruksionisme, transseksual juga merupakan bagian dari

masyarakat. Kelompok ini lebih bersifat terbuka dengan melandaskan tindakannya

25
kepada Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka membuat beragam peraturan terkait

kaum transseksual sebagai bentuk perlindungan atas ketidakadilan.

2. Kaidah Agama

a) Agama Protestan

Menurut ajaran protestan, transseksualisme dianggap sebagai dosa karena

cenderung menolak ketetapan Tuhan. Namun, hal ini dianggap sebagai fenomena

yang terjadi bukan karena Tuhan yang menciptakan orang-orang seperti itu,

melainkan karena manusia sudah berdosa sejak semula (konsep dosa awal). Menurut

pandangan ajaran ini juga, orang transseksual bisa percaya kepada Tuhan Yesus sama

seperti orang berdosa lainnya. Karena itulah tidak ada alasan bagi orang berdosa

untuk menghina dan menjauhi sesama orang berdosa. Artinya, meskipun termasuk

kaum berdosa, tidak ada pembenaran bagi umat protestan untuk menghina kaum

transseksual.

“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (Amsal 27:17).

Menurut interpretasi atas ayat ini, meskipun transseksualisme bukanlah bahan ejekan

dan hinaan, adalah tidak bijak bagi masyarakat untuk memberi celah bagi kaum

transseksual untuk membentuk kelompok besar apalagi jika sampai mendapat

pembenaran dan dukungan dari kalangan gereja.

b) Agama Katolik

26
Ajaran katolik memiliki pandangan yang serupa dengan ajaran protestan

dalam memandang transseksualisme. Menurut KGK 2297, penggantian kelamin

dianggap melanggar penghormatan terhadap integritas tubuh manusia. Menurut KGK

369, pria dan wanita lah diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan

yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam

kepriaan dan kewanitaannya. “Kepriaan” dan “kewanitaan” adalah sesuatu yang baik

dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak

dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya (Bdk Kej

2:7.22).

c) Agama Hindu

Ajaran hindu memandang keberadaan 3 (tiga) jenis kelamin, yaitu pums-

prakriti (pria), stri-prakriti (perempuan), tritiya-prakriti (seks ketiga). Jenis seks

ketiga ini terdiri dari shanda (male to female) dan shandi (female tomale). Karena

adanya pengakuan, pemilik tritiya prakriti diijinkan hidup bebas dan terbuka.

Contohnya dalam kisah Baratayudha terdapat masa dimana Arjuna berperan sebagai

Brihannala. Dengan begitu, operasi pergantian kelamin pun bebas dilakukan.

d) Agama Budha

Ajaran Budha merupakan ajaran yang menjunjung tinggi toleransi. Lebih dari

itu, ajaran Budha juga menyimpan akar kebudayaan Hindu yang menguasai jenis

kelamin ketiga. Siapapun yang telah banyak mengembangkan kebajikan dengan

27
badan, ucapan dan juga pikiran, setelah meninggal dunia mempunyai kesempatan

terlahir di alam bahagia tanpa terpengaruh oleh jenis kelamin Meskipun begitu, dalam

tripitaka dinyatakan bahwa seorang waria tidak berhak ditasbihkan sebagai bhiksu

atau bhiksuni.

e) Agama Islam

Dalam Islam, kita dapat melihat pandangan akan transseksualisme dari

beberapa dasar berikut:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan …” (QS. Al-Hujurat: 13)

“… dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah …” (QS. An-Nisa: 119)

“Allah mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-

laki.” (HR. Ahmad)

Menurut konsep ini, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan, tidak ada jenis

kelamin ketiga. Pengubahan jenis kelamin dianggap sebagai pengubahan atas ciptaan

Allah sebagaimana titah setan yang tertulis dalam Q.S. An-Nisa: 119. Bahkan, Allah

mengutuk individu yang berpenampilan dan bertindak menyerupai anggota jenis

kelamin lain.

Bagi manusia yang memiliki kecenderungan psikologis ke arah

transseksualisme maupun jenis kelainan gender yang lain, haruslah ditangani melalui

28
terapi spiritual dan psikologis, bukan dengan mengubah ciptaan Allah. Operasi

kelamin sendiri, diharamkan bagi tujuan transseksualisme pada pemilik kelamin

normal sejak lahir (Munas II MUI 1980). Operasi kelamin yang diperbolehkan adalah

operasi untuk perbaikan atau penyempurnaan kelamin dan operasi pembuangan salah

satu dari kelamin ganda.

Dari Segi Common Law (Hukum Konvensional)

Dalam skala internasional, United Nation Commision on Human Rights

menolak untuk ketiga kalinya perihal Human Rights and Sexual Orientation (2005)

dan Economic and Social Council menolak untuk ketiga kalinya untuk memberi

status konsultatif kepada ILGA (International Lesbian and Gay Association) (2006).

Dalam skala nasional di Indonesia, belum ada peraturan yang tegas mengatur

transseksualisme. Meskipun begitu, secara hukum, kaum transseksual memiliki hak

yang sama dengan manusia pada umumnya sesuai dengan Undang-Undang No.9

tahun 1999 mengenai hak asasi manusia. Menurut pasal 1 Undang-undang nomor 1

tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang

pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau

rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan begitu, pernikahan homoseksual adalah dilarang. Bagi kaum transseksual

yang telah mengalami operasi pengubahan kelamin, status kewarganegaraannya

berubah dalam sisi jenis kelamin. Karena itu, tidak ada masalah dalam hal jika kaum

29
transseksual menikah selama ia menikah dengan jenis kelamin yang berlawanan

dengan jenis kelaminnya yang sah dan terdaftar (sesuai dengan Kartu Tanda

Penduduk)

f)Dari Segi Medis dan Kedokteran

Secara konsep dan teknis, sex-reassignment surgery bersifat irreversibel

sehingga pasien yang menjalani operasi ini harus memiliki keyakinan yang kuat

untuk menerima segala konsekuensi dari operasi bedah ini. Operasi pengubahan

kelamin merupakan proses yang mahal secara medis (sekitar $ 7000-24000 untuk

MtF dan $ 50000 untuk FtM). Operasi pengubahan jenis kelamin perempuan menjadi

laki-laki sangat sulit dilakukan dan memiliki kemungkinan kegagalan atau kematian

pasien yang tinggi. Dalam hal ini, sangat riskan untuk membuat clitoris menjadi

gland penis yang ukurannya jauh lebih besar dan harus dilakukan operasi tambahan

histerektomi dan ooforektomi.

Bagi MtF (male to female) pun, operasi tidak dilakukan tanpa resiko. Berikut

adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

· Pendarahan/hematoma

· Infeksi

· Masalah penyembuhan luka

· Recto-vaginal fistula (lubang berkembang antara kolon dan vagina)

30
· Urethra-vaginal fistula

· Pulmonary thromboembolism

· Necrosis parsial/menyeluruh pada flap

· Pertumbuhan rambut intravaginal

· Ketakutan hipertrofik

· Vagina pendek

Setelah SRS dilakukan pun, dibutuhkan waktu tahunan untuk benar-benar

berganti gender dari hal pembentukan sikap dan gaya yang sesuai. Selain itu, terapi

hormon tetap harus dilakukan. Biasanya hal ini memakan waktu hingga 5 tahun.

Praktisi medis juga seringkali menolak untuk melakukan operasi pada penderita

HIV/hepatitis C karena tingkat kesulitan dan kegagalan yang lebih tinggi.

Terlepas dari banyaknya perbedaan pandangan atas transseksualisme dan

aplikasi teknologi biologis-kedokteran yang digunakan untuk memfasilitasinya,

fenomena ini merupakan fenomena yang sangat tidak sulit ditemukan. Berikut adalah

3 negara yang diambil sebagai contoh gambaran transseksualisme di dunia :

a. Thailand

Kebudayaan Budha di Thailand, memiliki akar kepercayaan Hindu. Dalam

kebudayaan bangsa ini, diakui adanya gender ketiga yang disebut sao praphet song

31
atau kathoey (wanita jenis kedua). Dalam kepercayaannya, kathoey merupakan hasil

karma (transgresi kehidupan lampau). Kathoey dikenal secara luas dan merupakan

salah satu komoditas pariwisata yang penting. Kathoey Beauty Contest dilaksanakan

secara luas baik di tinggal lokal maupun nasional. Bahkan, di Thailand terdapat toilet

bagi laki-laki, perempuan dan kathoey (khusus). Meskipun begitu, kathoey tidak

dapat mengubah identitas legal kewarganegaraan, sehingga tetap terdaftar sebagai

laki-laki. Dengan segala keterbukaannya terhadap kathoey, Thailand merupakan

negara yang memfasilitasi SRS terbanyak di dunia.

b. Iran

Di negara ini, transseksualisme adalah legal selagi diikuti oleh SRS. Ayatullah

Ruhollah Khomeini menyatakan fatwa SRS boleh bagi kaum transseksual. Namun,

kenyataannya SRS yang dibayar penuh oleh pemerintah pun banyak diselewengkan

kaum homoseksual yang tidak ingin tertangkap dan dihukum penjara atau hukuman

gantung. Padahal, transseksual tidak sama dengan homoseksual. Dalam kasus seperti

ini, kebijakan negara ini harus dikawal dengan penerapan prosedur yang valid

mengenai justifikasi keberadaan transseksualitas dalam diri seseorang. Terlepas dari

semua itu, Iran adalah negara pelaksana SRS terbanyak di dunia kedua setelah

Thailand.

c. Indonesia

32
Di Indonesia, fenomena transseksual bukan hal yang asing. Dorce Gamalama

yang terlahir dengan nama Dedi Yuliardi Ashadi merupakan contoh kaum

transseksual yang banyak dikenal publik. Karena hukum di Indonesia tidak dengan

jelas mengatur transseksualitas, Dorce bahkan sudah menikah secara legal sebanyak 3

kali. Selain tokoh-tokoh transseksual, banyak juga kelompok kaum ini yang

ebroperasi di Indonesia. Diantaranya GAYa (Jakarta), Arus Pelangi (Surabaya),

ILGA, Rumah Mode Komunitas Transseksual Surabaya, Pesantren LGBT

Yogyakarta, dll. Di bulan Oktober 2010 ini bahkan rencananya dilaksanakan Q Film

Festival di Jakarta.

Selain kelompok yang pro dan memang mengakomodir kaum transseksual, di

Indonesia juga banyak terdapat kelompok masyarakat yang menolak transseksualitas

dan SRS yang memfasilitasinya. Diantara kelompok atau organisasi masyarakat itu

adalah Gerakan Pemuda Anti Penyimpangan-Malang Raya, Front Pembela Islam

(FPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

2.8. Kedudukan Kaum Transgender Ditinjau dari Segi Etika

Dari segi sosial, pandangan masyarakat terhadap transgender terbagi ke dalam jenis

kaum esensalisme dan kontruksionisme. Menurut pandangan esensalisme,

transgender merupakan sesuatu yang berjalan di luar kewajaran, dianggap tidak benar

dan membawa keburukan sehingga sering dikucilkan. Sedangkan menurut pandangan

kaumkonstruksionisme, transgender tidak melanggar etika karena masih merupakan

33
bagian dari masyarakat dengan berlandaskan kepada Hak Asasi Manusia (HAM)

sebagai bentuk perlindungan dari ketidakadilan yang sering terjadi di dalam

masyarakat. (Arni Rahmawati Fahmi Sholihah, 2011)

Tidak hanya pengucilan dari masyarakat, perlakuan diskriminatif terhadap kaum

transgender juga terjadi dalam dunia kerja. Mereka tidak dapat secara leluasa bekerja

dalam sektor-sektor yang formal. Jika ada, mereka diharuskan untuk berpenampilan

sebagai laki-laki atau perempuan pada umumnya. Oleh karena itu, kebanyakan kaum

transgender menggantungkan kelangsungan hidupnya pada sektor-sektor non-formal,

seperti usaha salon atau dunia hiburan. Tetapi yang paling banyak adalah

terperangkap dalam dunia pelacuran (Koeswinarno, 2004)

Peranan dokter dan tenaga medis lainnya dalam operasi kelamin status hukumnya

disesuaikan dengan alasan yang berkaitan dengan kondisi dari alat kelamin yang

bersangkutan. Jika terbukti dengan sengaja menggagalkan operasi tersebut, maka

dokter dan tenaga medis melanggar kode etik profesinya.

2.9 Transgender dan Kedudukannya Ditinjau dari Segi Hukum

Dalam skala internasional, United Nation Commision on Human Rights telah

menolakHuman Rights and Sexual Orientation pada tahun 2005 dan Economic and

Social Counciljuga menolak untuk memberi status konsultatif kepada International

Lesbian and Gay Association (ILGA) pada tahun 2006. Di Indonesia sendiri belum

ada peraturan yang spesifik menjelaskan masalah transgender, namun secara hukum

34
kaum transgender memiliki hak yang sama dengan manusia pada umumnya sesuai

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. (Arni Rahmawati Fahmi

Sholihah, 2011).

Bagi kaum transgender yang telah menjalani operasi kelamin, status

kewarganegaraannya berubah (dalam sisi jenis kelamin) jika permohonan untuk

mengubah jenis kelaminnya tersebut disetujui oleh Hakim Pengadilan sesuai aturan

dalam UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Oleh karena itu, tidak

ada masalah jika kaum transgender menikah selama ia menikah dengan jenis kelamin

yang berlawanan dan jenis kelaminnya yang sah dan terdaftar sesuai dengan

dokumen kependudukannya sesuai aturan dalam UU No. 24 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

2.10. Peran Perawat dalam Menyikapi Fenomena Transgender tersebut

Peranan seorang perawat harus memahimi konsep diri yang sehat merupakan bagian

dari proses keperawatan yang memandang individu secara holistik, meliputi aspek

fisik, psiko-sosial-cultural. Pengaruh konsep diri dalam pelayanan kesehatan

sangatlah penting khususnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.

Dalam hal ini diperlukan kemampuan perawat untuk memahami tentang konsep diri.

Dalam pelayanan keperawatan, perawat dapat menemukan permasalahan yang

berkaitan dengan konsep diri seperti :

35
1. Harga diri rendah

2. Menarik diri (khususnya pada pasien dengan gangguan jiwa)

3. Koping klien inefektif yang mungkin terkait dengan proses penyakitnya

4. Kecemasan klien terkait dengan prosedur atau proses penyakitnya.

5. Kurangnya dukungan/koping keluarga dalam proses penyembuhan

penyakit

klien, dll.

Perawat diharapkan tidak hanya dapat memahami tetapi dapat membangun dan

mengembangkan konsep dirinya sendiri dengan pengembangan konsep diri yang

bersifat positif dalam kehidupan sehari-hari. Ini sangatlah penting, karena diharapkan

perawat dapat mengembangkan konsep diri yang sehat (positif) sebelum dapat

membantu pasien dalam meningkatkan pemahaman tentang konsep diri yang sehat.

Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan Masyarakat Massachusetts mendanai proyek

yang disebut "Gay, Lesbian, Kesehatan Proyek Akses Biseksual dan Transgender"

yang mengembangkan standar praktek untuk perawatan kualitas penduduk LGBT.

Standar didasarkan pada penghapusan diskriminasi, penuh dan akses yang sama

kepelayanan, perawatan kesehatan bagi semua pasien, penghapusan stigmatisasi, dan

penciptaan lingkungan perawatan kesehatan dimana semua pasien merasa aman

36
datang dan keluar terhadap pelayanan kesehatan. Berikut ini adalah beberapa saran

khusus untuk penyedia layanan kesehatan.

o Kedua perawat dan dokter wawancara harus tidak menghakimi dan

non-heterosexist.

o Perawat harus jujur dan menyadari kemampuan diri sendiri, dan jika

seorang perawat merasa tidak mampu memberikan perawatan penuh

kasih bagi seorang Transgender, kemudian ia merujuk pasien ke

seorang perawat yang mampu.

o Penerimaan, tidak menghakimi, komunikasi terbuka dan kepercayaan

mengarah kesejarah yang lebih rinci dan akurat. Hal ini pada

gilirannya akan mengarah pada perawatan yang lebih baik dan lebih

sesuai untuk semua pasien.

o Sertakan keluarga atau kerabat pasien Transgender dalam perencanaan

kesehatan dan pengambilan keputusan.

o Tanyakan orang bagaimana mereka ingin disebut, dan menggunakan

kata ganti mencerminkan identitas gender pasien 'daripada seks

biologis mereka.

o Kerahasiaan sangat penting bagi seorang Transgender yang masih

rentan terhadap diskriminasi. Diskusikan masalah kerahasiaan dengan

37
pasien dan tidak mencatat orientasi seksual dalam grafik pasien tanpa

persetujuan.

o Jadilah berpengetahuan dalam kebutuhan perawatan kesehatan seorang

Transgender.

1. Transgender sebagai isu transcultural nursing

Hubungan perawat dengan pasien merupakan faktor penting dalam

kesejahteraan. Pasien. "Kesehatan" adalah sebuah konsep holistik yang meliputi fisik,

mental, emosional dan kesejahteraan sosial. Sulit bagi perawat untuk memelihara

kondisi yang meningkatkan kesehatan jika hubungan pasien dengan perawat

didasarkan pada informasi yang keliru, asumsi dan bias.

Perawatan yang kompeten secara budaya didefinisikan sebagai perawatan

kesehatan yang sensitif terhadap dan pengetahuan tentang keyakinan kesehatan dan

perilaku, risiko epidemiologi dan penyakit, dan hasil pengobatan populasi pasien

tertentu. Perawatan budaya yang kompeten, oleh karena itu, mensyaratkan bahwa

perawat akan:

 menyadari keyakinan mereka sendiri dan nilai-nilai dan bagaimana mungkin

mempengaruhi perawatan pasien

 pengetahuan tentang masalah kesehatan yang dihadapi pasien mereka

 up to date pada pencegahan yang tepat dan praktek promosi kesehatan, dan

perawatan yang paling efektif.

38
Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan Masyarakat Massachusetts mendanai

proyek yang disebut "Gay, Lesbian, Kesehatan Proyek Akses Biseksual dan

Transgender" yang mengembangkan standar praktek untuk perawatan kualitas

penduduk LGBT. Standar didasarkan pada penghapusan diskriminasi, penuh dan

akses yang sama ke pelayanan perawatan kesehatan bagi semua pasien, penghapusan

stigmatisasi dan penciptaan lingkungan perawatan kesehatan di mana semua pasien

merasa aman datang "keluar" untuk penyedia pelayanan kesehatan. Salah satu aspek

penting dari standar adalah bahwa mereka menangani penjangkauan masyarakat dan

promosi kesehatan sehingga mendorong masuknya penduduk LGBT dalam membuat

keputusan perawatan kesehatan masyarakat

(http://www.genderandhealth.ca/en/modules).

Berikut ini adalah beberapa saran khusus untuk penyedia layanan kesehatan.

 Bentuk Intake harus inklusif dan non-heterosexist. Daripada menanyakan

status perkawinan, bertanya tentang dukungan yang signifikan dalam

kehidupan pasien dan meninggalkan ruang bagi seseorang untuk

menggambarkan struktur keluarga mereka. Demikian pula lingkungan kantor

harus terbuka dan mengundang untuk semua pasien.

 Kedua perawat dan dokter wawancara harus tidak menghakimi dan non-

heterosexist.

 Fokus pada perilaku bukan orientasi seksual ketika merawat semua pasien.

Individu heteroseksual dapat terlibat dalam perilaku berisiko tinggi yang sama

39
sebagai penduduk LGBT, dan banyak individu yang terlibat dalam perilaku

berisiko tertentu tidak mengidentifikasi diri sebagai apa pun selain

heteroseksual.

 Anda harus jujur dan menyadari bias Anda sendiri dan prasangka, dan jika

Anda merasa tidak dapat memberikan non-menghakimi, perawatan penuh

kasih bagi penduduk LGBT, kemudian merujuk pasien ke seseorang yang

bisa.

 Penerimaan, tidak menghakimi, komunikasi terbuka dan kepercayaan

mengarah ke sejarah yang lebih rinci dan akurat. Hal ini pada gilirannya akan

mengarah pada perawatan yang lebih baik dan lebih sesuai untuk semua

pasien.

 Sertakan mitra LGBT pasien dalam perencanaan kesehatan dan pengambilan

keputusan

 Tanyakan orang bagaimana mereka ingin disebut, dan menggunakan kata

ganti mencerminkan identitas gender pasien 'daripada seks biologis mereka.

 Kerahasiaan sangat penting bagi penduduk LGBT yang masih rentan terhadap

diskriminasi. Diskusikan masalah kerahasiaan dengan pasien dan tidak

mencatat orientasi seksual dalam grafik pasien tanpa persetujuan.

 Memiliki kampanye promosi kesehatan inklusif: mencakup individu gay,

lesbian, biseksual dan transgender dan keluarga mereka.

40
 Jadilah berpengetahuan dalam kebutuhan perawatan kesehatan penduduk

LGBT

 Jadilah heterosexism advokat dan tantangan dan penindasan dari penduduk

LGBTI setiap kali Anda melihatnya.

Contoh Kasus 1

Solena Chaniago, Sebelum Transgender Pernah Menikah dan Punya Anak

Solena Chaniago adalah seorang transgender asal Indonesia yang sudah lama
menetap di negeri Paman Sam. Nama Solena Chaniago belakangan ini kian santer
dibicarakan seiring dengan terkuaknya kabar pembunuhan transgender Indonesia di
Australia yaitu Mayang Prasetyo.

Solena Chaniago saat ini sudah 100% berubah menjadi seorang wanita . Ia
melakukan operasi pergantian kelamin seutuhnya dan menjadi seorang wanita
transgender yang cantik dengan biaya yang sangat besar di Thailand.

Tak ada yang menyangka sebelumnya bahwa Solena dahulunya merupakan seorang
pria. Bahkan menurut Solena pacarnya saat ini pun tidak tahu bahwa ia dulu adalah
seorang Pria.

Fakta unik mengenai Solena Chaniago adalah Ia dahulu pernah menikah dan
memiliki anak pada tahun 2003. Setelah menikah dengan seorang wanita dan
memiliki seorang anak wanita, Ia merasakan ketidaknyamanan dalam hidup, akhirnya
Ia memutuskan untuk bercerai dan memutuskan untuk merubah penampilannya
menjadi seorang wanita.

Namun sampai saat ini Ia masih menjaga komunikasi baik dengan mantan Istrinya.

41
Berikut foto Solena Chaniago yang berhasil kami himpun dari berbagai sumber di
Internet.

Contoh Kasus 2
Belum Ganti Kelamin, Dena Rachman Belum Menjadi Wanita Seutuhnya?

42
Keinginan Dena Rachman untuk menjadi seorang wanita seutuhnya sudah muncul
sejak ia masih kecil. Sejak 2005 atau masih menjadi mahasiswa, pemilik nama asli
Reynaldi Rachman ini sudah mengubah penampilannya menjadi lebih wanita.

Yang terbaru, Dena baru saja melakukan operasi pembesaran payudara di Seoul,
Korea Selatan, baru-baru ini. Selama kurang lebih 11 hari, Dena mejalani proses
transformasi tersebut.

Namun ternyata, Dena hanya melakukan operasi dibagian dadanya saja, tidak
dibagian alata vital. Ketika ditanya perihal tersebut, Dena mengaku masih butuh
waktuuntuk berpikir lebih dalam.

"Ini (payudara) saja dulu, masa baru operasi sudah melakukan operasi lagi. (Operasi)
yang lain nanti dipikirkan lagi," kata Dena Rachman di kawasan Menteng, Jakarta
Pusat, Selasa (14/10/2014).

Setelah memiliki payudara, mantan penyanyi cilik tersebut itu kini merasa lebih
percaya diri dari sebelumnya.

"Seperti orang lain, aku lebih merasa puas, dalam arti aku one step closer menjadi
seratus persen manusia yang lebih baik versi Dena Rachman," sambungnya.

"Aku sudah ketahap ini, memang sudah jalannya. Berefek kepada rasa percaya diri
aku yang lebih meningkat. Dalam gelora kehidupan aku merasa jauh lebih baik,"
pungkasnya.
Dena Rachman menegaskan telah mantap mengambil keputusan mengubah

kondisi fisiknya menjadi seorang perempuan. Dena yang dikenal sebagai presenter

43
Krucil di salah satu tv swasta ketika masih kecil dulu merasa bahwa dirinya bukan

seorang laki-laki.

Dena menjalani proses transgender seperti sekarang ini bukan main-main, ikut-

ikutan, atau nafsu sejenak. Ini langkah pencarian jati diri hidup sejak lahir dan step-

by-step. Hidup itu memang sebuah perjalanan untuk menjadi baik lagi.

Dia menjelaskan, perjalanan untuk berpenampilan perempuan seperti sekarang tidak

mudah. Sebelum memutuskan menjalani implantasi, dia melakukan konsultasi dan

beberapa tes untuk memantapkan hati. "Dimulai menjalani tes hormon dan terbukti

secara klinis saya memiliki hormon perempuan yang tinggi. Menemui psikolog di

Kuala Lumpur yang mengklaim saya ini perempuan. Dasar demi dasar keputusan

harus dilakukan demi Dena yang lebih baik lagi," jelasnya panjang lebar. Sebelum

memutuskan implantasi, Dena Rachman mengungkapkan kepada publik mengenai

perubahan kondisinya saat masih kecil dan setelah dewasa.

Setelah menjalani tes, Dena pun mengambil keputusan. Apalagi implantasi tersebut

tidak dipungut biaya alias gratis. Sebab, Dena Rachman didapuk pihak rumah sakit

untuk menjadi salah seorang model dan duta promosi selama setahun. Dia

menyatakan puas dengan hasilnya. Sebab, dia punya ciri fisik seperti perempuan lain

meski tidak asli.

Soal efek samping, Dena Rachman mengungkapkan bahwa gel yang terpasang di

dadanya adalah yang terbaik. "Jadi, saya tidak khawatir. Saya juga ditangani dokter

44
profesional," ucap dia yang di-support keluarga dan teman-teman. Memang, dia

merasakan sesak selama beberapa hari pascaoperasi. Selain itu, dia sakit di bagian

dada barunya

Terakhir, Dena Rachman mengaku tidak akan lagi menjalani operasi perubahan

bentuk tubuh. Bagi dia, memiliki payudara sudah memperjelas jati dirinya sebagai

seorang perempuan seutuhnya. "Tidak ada operasi lagi," tandasnya.

45
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seseorang yang tidak jelas dengan status kelaminnya disebut transgender atau

transseksual yang merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa

tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun

adanya ketidak puasan dengan alat kelamin yang dimilikinya.

Transgender dan transseksual tak lain adalah salah satu dari varian

peyimpangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Terbatasnya pemahaman

masyarakat tentang transgender dan transseksual mempengaruhi sikap –sikap yang

diambil oleh individu yang mengalaminya .

Untuk menghindari resiko mendapatkan penolakan atau bahkan perlakuan yang tidak

sepantasnya, mereka mengambil tindakan menarik diri dari lingkungan

pergaulannya.

Terlepas dari alasan apapun transgender ataupun transseksual adalah

seseorang yang kebetulan mengalami suatu kondisi yang berat, dalam kondisi

dimana mereka sebenarnya tidak memiliki pilihan atas apa yang dihadapinya , oleh

karenanya mereka membutuhkan bantuan dan dukungan. Namun sayangnya

lingkungan justru hampir selalu memberikan kebalikan dari apa yang mereka

46
butuhkan. Hanya karena terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang kondisi

transgender dan transseksual, membuat masyarakat mengecam mereka.

Permasalahan mengenai mereka seringkali bersinggungan dengan berbagai

pihak, mulai dari oknum agama, sosial dan birokrasi. Dalam agama kaum –kaum

transgender ataupun transseksual adalah kaum –kaum yang melawan kodrat Tuhan.

Dalam sosial kemasyarakatan mereka menjadi anomali bagi “ keberadaban” suatu

kaum, sehingga timbul ekses menolak bahkan cenderung memberikan “label” buruk

bagi mereka. Disisi birokrasi karena ketidak jelasan status ,menimbulkan

permasalahan bagi dinas kependudukan.

Orang-orang yang terjebak dalam raga tak sesuai dengan jiwa mereka

seharusnya dibantu dengan solusi bukan dikucilkan

Gerakan pembelaan kesetaraan gender telah banyak bermunculan, namum

praktik ketidak-adilan tetap saja menjamur di tiap lapisan masyarakat. Globalisasi

membawa nilai-nilai kesetaraan gender meluas ke seluruh penjuru dunia.

Indonesia sudah memiliki Instrumen HAM. Akan tetapi di Indonesia, negara

belum penuh melaksanakan hak-hak bagi kelompok transgender. Kelompok

transgender untuk mendapatkan hak ekonomi, hak sosial, hak politik susah. Hak

berserikat hak berpendapat bebas dan harus dipenuhi tanpa diskirminasi. Menteri

Ristek M Nasir melarang keberadaan lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT)

masuk kampus adalah melanggar hak azasi manusia. Padahal LGBT tidak dilarang

masuk ke Istana Presiden dan Negara. Dorce Gamalama sebagai transgender pun

47
Transgender belum dapat diterima masyarakat .pemuka agama dan

masyarakat secara umum menganggap mereka sebagai kaum pendosa sehingga tidak

layak beribadah bersama – sama maka terjadilah konflik dalam agama . Saat ini

keberadaan transgender dan transseksual memang sulit dipahami apalagi diterima.

. Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang

melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan

saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari

orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan

dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau

aseksual.

2. Faktor-faktor yang Mendorong Seseorang Untuk Melakukan Transgender, yaitu

a. Faktor bawaan (hormon dan gen) atau Transseksualisme

Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri

individu karena ada masalah antara lain dalam susunan kromosom,

ketidakseimbangan hormon, struktur otak, kelainan susunan syaraf otak. Adapun

beberapa macam penggantian transgender:

1. Gender reassignment merupakan suatu proses atau mekanisme perubahan

gender. Metode ini banyak ditempuh oleh kaum transseksual untuk memenuhi hasrat

dan ketidaknyamanannya atas gender yang dimilikinya sejak semula.

2. Sex reassignment surgery merupakan suatu prosedur operasi medis pengubahan

organ kelamin antar jenis kelamin.

48
b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil

dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada

masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks

dengan pacar, suami atau istri.

3. Dampak dan pandangan masyarakat terhadap kasus transgender, yaitu:

a. Dampak Menjadi Transgender dan Waria

Seorang transgender yaitu dalam kasus waria msih memiliki kendala seperti

diskriminasi yang mencederai hak waria sebagai warga negara misalnya mencari

pekerjaan. Dan mereka pun juga dianggap samapah masyarakat. Padahal kita ketahui

seorang waria itu bisa menjadai penghibur dan memiliki kreatifitas tinggi yaitu

dibidang seni.

b. Pandangan Masyarakat

Kita ketahui kebanyakan masyarakat memandang seorang yang terkait kasu

transgender seperti waria memiliki pandangan negative, karena meraka menggangap

bahwa seorang transgender itu telah mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak

lahir dan itu merupakan larangan agama.

kelamin merupakan proses yang mahal secara medis (sekitar $ 7000-24000 untuk

MtF dan $ 50000 untuk FtM). Operasi pengubahan jenis kelamin perempuan menjadi

laki-laki sangat sulit dilakukan dan memiliki kemungkinan kegagalan atau kematian

pasien yang tinggi.

49
3.2 Saran

Sebagai makhluk Tuhan hendaklah saling menghargai kehidupan orang

yang memiliki perbedaan, karena pada prinsipnya seorang yang berbeda tidak

meminta ketidak normalan yang terjadi pada tubuhnya tetapi, sikap psikologisnya

yang mempengaruhinya. Dan merakan memiliki Hak Asasi Manusia yang sama

dimata negaranya.

Dari pandangan agama seorang yang memilih untuk transgender hingga

sampai mengoperasi kelamin tidak diperbolehkan atau dilarang. Untuk membuat

seorang menyadari kesalahnnya sebaiknya kita melakukan pendekatan atau

pengayoman, menjauhi mereka, karena perubahan tidak terjadi secara langsung tetapi

bertahap.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

50
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3. Metode Penulisan ........................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 6
2.1. Pengertian Transgender .................................................................. 6
2.2 Faktor Penyebab Transgender ....................................................... 11
2.3 Tanda-tanda dan Akibat dari Pelaku Transgender .......................... 14
2.4 Dampak dan Pandangan Masyarakat Terhadap
Kasus Trangender ........................................................................ 15
2.5 Pandangan Kelompok Terhadap Fenomena Transgender.............. 21
2.6. Hubungan Fenomena Transgender Terhadap Kesehatan
Reproduksi..................................................................................... 23
2.7 Pandangan Menurut kaidah Sosial dan agama terhadap
kasus transgender........................................................................... 25
2.8. Kedudukan Kaum Transgender Ditinjau dari Segi Etika............... 33
2.9 Transgender dan Kedudukannya Ditinjau dari Segi Hukum........... 34
2.10 Peran Perawat dalam Menyikapi Fenomena Transgender
Tersebut......................................................................................... 35

BAB III PENUTUP ................................................................................46


3.1 Kesimpulan........................................................................................46
32 Saran ................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Transgender (http://id.wikipedia.org/wiki/transgender
(28/05/2010))

51
Anugrah. 2010. Proses Seorang Pria Menjadi Waria Ditinjau Dari Teori
Pembelajaran Sosial, Konflik Yang Dialami Dan Hambatan-Hambatan
Untuk Kembali Normal (http://library.gunadarma.ac.id/index.php ?appid=
penulisan&sub=detail&npm=10599023&jenis=s1fpsi (28/05/2010))
Boriel, Vithree. 2010. Hasil Penelitian Tentang Waria (http://farhatunfitriah.
blogspot.com /2010/04/hasil-penelitian-tentang-waria.html(28/05/2010))
Budi. 2009. Fenomena Transgender dan Hukum Operasi Kelamin (http://www.
generas imuslim.com /fiqih-kontemporer/351-fenomena-transgender-danhukum-
operasi-kelamin (28/05/2010))
KOMPAS. 2010. Penyerbuan Pelatihan Wari “Waria: Pandang Kami sebagai
Saudara” (http://regional.kompas.com /read/2010/04/30/20073523/
Waria:.Pandang.Kami.sebagai.Saudara (28/05/2010))

52

Anda mungkin juga menyukai