Identitas kelamin adalah kesadaran ndividu akan kelaki-lakian atau kewanitaan tubuhnya (lebih mengacu
pada organ). Jika tubuh seseorang berkembang secara normal, maka seorang individu sejak umur 2 atau
3 tahun tidak meragukan lagi jenis seksnya.
2. Gender Identity (Identitas Jenis Kelamin)
Identitas jenis kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin kepribadiannya (peran sosial berdasarkan seks
seseorang), merupakan hasil isyarat dan petunjuk yang tidak terhitung banyaknya dari pengalaman dengan
anggota keluarga, guru, kawan, teman kerja dan dari fenomena kebudayaan. Faktor kebudayaan dapat
mengakibatkan konflik tentang identitas jenis kelamin dengan secara ikut-ikutan memberikan cap maskulin atau
feminime pada perilaku nonseksual tertentu. Misalnya, anak laki-lakinyang suka masak di cap feminime
sedangkan anak perempuan yang suka berkelahi atau berolahraga silat dicap maskulin.
Perilaku peranan jenis kelamin ialah semua yang dikatakan dan dilakukan seseorang yang menyatakan bahwa
dririnya itu seorang pria atau wanita. Bila suami istri semakin menua, maka hubungan seks memegang peranan
penting dalam mempertahankan kestabilan perkawinan. Faktor paling penting dlaam mempertahankan
seksualitas yang efektif ialah ekspresi seksual yang selalu dilakukan dengan aktif.
APA YANG DIMAKSUD KESEHATAN DAN PERILAKU SEKSUAL?
Deviasi seksual adalah gangguan arah dan tujuan seksual. Arah dan tujan seksual dalam hal ini
bukan lagi merupakan partner dari jenis kelamin yang lain dalam hubungan heteroseksual yang
umumnya dianggap biasa. Cara utama untuk mendapatkan kepuasan seksual ialah dengan objek
lain atau dengan cara lain yang pada umunya dianggap biasa. Deviasi seksual primer yaitu:
1. Homoseksual dan Lebianisme
Menunjukan perilaku seksual dengan sex yang sama. Homoseksual dipakai untuk pria dan
lebianisme dipakai untuk wanita. Pencegahannnya dapat dilakukan dengan mengenal dan
mnegobati anak-anak dengan tanda feminine sebelum terjadi aktivitas seksual.
2. Fetihisme
Keadaan seseorang yang mencari rangsangan dan pemuasan seksual dengan memakai
sebagai pengganti seksual berupa sebuah benda atau yang lainnya, misalnya sepatu, pakaian
dalam, kaos kaki atau rambut.
3. Pedofilia
Untuk mecapai kepuasaan seksual, maka seorang pedofil memakai objek seksualitasnya adalah
dari seorang anak dari sex yang sama atau berlainan.
4. Transvestitisme
Transvestitisme adalah keadaan sesorang yang mencari rangsangan dan pemuasan seksual
dengan memakai pakaian dan berperan sebagai seorang dari sex yang berlainan.
5. Ekshibionisme
Untuk mencapai rangsangan dan pemuasaan seksual seorang exhibionist harus
memperlihatkan genetalianya didepan umum. Masturbasi dapat terjadi selama ekshibionisme.
6. Voyeurisme
Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara diam-
diam mengintip atau melihat seseorang yang berlainan jenis atau sejenis tergantung orientasi
seksual berbeda yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan
kegiatan seksual. Dari ini, penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual. Masturbasi
biasanya menyertai tindakan mengintip tersebut.
7. Sadisme dan Masokhisme
Seorang sadis mencapai rangsangan dan pemuasan seksual dengan menyakiti (secara fisik
dan psikologik) pasangan seksualnya. Hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena
perkosaan dan pendidikan yang salah.
BAGAIMANA PERKEMBANGAN SEKSUAL TERJADI?
Perkembangan psikoseksual Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh
usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan
terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Fase perkembangan psikoseksual berdasarkan
teori freud:
1. Fase Oral (lahir sampai sekitar usia 1 tahun)
Pada tahap oral, Fase ini dimulai dari saat bayi dilahirkan sampai dengan usia 1-2 tahun. Pada
fase ini bayi merasa dipuaskan melalui makanan, ASI, dan kelekatan hubungan emosional antara
anak dan ibu. Tahap ini memfokuskan interaksi yang terjadi melalui mulut bayi, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting.
2. Fase Anal (1-3 tahun)
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian
kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak
harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini
menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
3. Fase Phalic (3-5 tahun)
Pada tahap phallic, fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga
menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki
mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipus
menggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah
4. Fase Latent (5 tahun sampai awal masa puber)
Fase ini adalah fase yang terpanjang, berlangsung pada saat usia 6 tahun sampai usia 12
tahun atau usia pubertas. Pada saat ini seorang anak dipengaruhi oleh aktivitas sekolah,
teman-teman dan hobinya. Kegagalan pada fase ini akan menyebabkan kepribadian yang
kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.
5. Fase Genital (masa remaja)
Fase ini berlangsung pada usia 12 tahun atau usia dimulainya pubertas sampai dengan umur
18 tahun, dimana anak mulai menyukai lawan jenis dan melakukan hubungan percintaan
lewat berpacaran. Dan pada masa ini pula seorang anak akan mulai melepas diri dari
orangtuanya dan belajar bertanggung jawab akan dirinya. Pada tahap akhir perkembangan
psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana
dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan
orang lain tumbuh selama tahap ini.